• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Pembahasan

1. Pengaruh Jenis Mulsa

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan bahwa jenis mulsa

berpengaruh tidak nyata pada semua peubah pengamatan pertumbuhan dan

produksi tanaman kacang panjang. Secara numerik memang terlihat ada

perbedaan pengaruh, tetapi secara statistik tidak memperlihatkan pengaruh yang

nyata. Hal ini diduga mulsa sebagai perlakuan pada tanah gambut tidak merespon

pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang, karena masih banyak

faktor-faktor yang perlu diperhatikan seperti suhu udara, angin, cahaya matahari dan

curah hujan. Sejalan dengan pendapat Cahyono (2005) sifat kimia tanah yang

sesuai untuk tanaman kacang panjang yaitu pH tanahnya 5,5–6,5. Pemberian

mulsa pada tanaman kacang panjang merespons pertumbuhan dan produksinya

apabila pH tanahnya normal. Jika pH tanahnya rendah pemberian mulsa tidak

berpengaruh terhadap tanaman kacang panjang karena keracunan dengan senyawa

aluminium (Al), besi (Fe) dan mangan (Mn) akibat tertutup mulsa yang mencegah

tercucinya senyawa-senyawa beracun pada tanah dengan air hujan.

Menurut Pramana (2012) pemberian mulsa terhadap budidaya tanaman pada

tanah gambut kurang baik karena tanah gambut memiliki tingkat kesuburan

rendah dan mengandung beragam asam-asam organik yang sebagian bersifat

racun bagi tanaman. Akibatnya pemberian mulsa hanya akan mengurangi kerja

pencucian racun gambut oleh air hujan atau air irigasi yang diberikan. Oleh karena

itu pemberian mulsa pada tanah gambut terlebih dahulu diperhatikan sifat-sifat

dari gambut itu sendiri, sehingga tidak mengganggu proses pertumbuhan dan

produksi tanaman.

Selanjutnya Sunanto (2008) menyatakan pemberian mulsa terhadap

budidaya tanaman hanya berpengaruh fisik tidak memberi pengaruh kimia pada

tanah. Pengaruh fisik mulsa bagi tanaman masih dibawah pengaruh tanah gambut

sebagai tempat penanaman. Pada tanah gambut keuntungan mulsa untuk

mengurangi penguapan kurang berdampak karena tanah gambut memiliki

kapasitas menahan air tinggi. Budidaya tanaman hortikultura dilahan gambut

tergantung pada pengelolaan air, tanah dan jenis tanaman hortikultura yang

dibudidayakan. Tingkat produktivitas lahan gambut sangat beragam dipengaruhi

oleh ketebalan, kematangan, bahan penyusun, lingkungan pembentukan dan

pengelolaan pembukaan lahan gambut itu sendiri.

2. Pengaruh Pupuk NPK

Dari berbagai dosis pupuk NPK yang dicobakan pertumbuhan dan produksi

tanaman yang terbaik terdapat pada perlakuan dosis pupuk NPK 600 kg/ha (P

3

).

Meningkatnya laju pertumbuhan tanaman kacang panjang sampai batas perlakuan

(P

3

) diduga karena dosis pupuk NPK 600 kg/ha dapat memberikan pertumbuhan

dan produksi tanaman lebih baik dari pada dosis pupuk 0 kg/ha (P

0

), 200 kg/ha

(P

1

) dan 400 kg/ha (P

2

). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan hara untuk

tanaman kacang panjang lebih tersedia pada perlakuan P

3

dibandingkan P

2

, P

1

dan

P

0

, sehingga proses penyerapan hara oleh tanaman lebih efektif yang membuat

pertumbuhan dan produksinya lebih sempurna. Rendahnya laju pertumbuhan

tanaman kacang panjang pada perlakuan P

2

, P

1

dan P

0

diduga karena ketiga dosis

perlakuan tersebut kurang tersedianya unsur hara bagi tanaman, sehingga

pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang tidak sempurna atau lebih

baik seperti pada dosis perlakuan P

3

.

Pemberian hara pada tanah tidak subur akan memberikan respon yang baik

bagi tanaman. Untuk mencukupi kebutuhan hara bagi tanaman maka perlu

dilakukan pemupukan karena pemupukan merupakan pemberian zat makanan

(hara) yang diperlukan oleh tanaman. Zat-zat hara yang diperlukan tanaman untuk

pertumbuhannya terdiri atas hara makro dan hara mikro. Hara makro yaitu zat

hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak diantaranya N, P dan K,

sedangkan hara mikro yaitu zat hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah

sedikit (Cahyono, 2005).

Menurut pramana (2012) Secara alami status hara tanah gambut tergolong

rendah baik hara makro maupun mikro. Kandungan unsur hara gambut sangat

ditentukan oleh lingkungan pembentukannya. Tingkat kesuburan tanah gambut

tergantung pada tingkat dekomposisi dan ketebalan lapisan tanah gambut,

komposisi tanaman penyusunan gambut dan tanah mineral yang berada dibawah

lapisan tanah gambut. Tanah gambut juga mengandung unsur mikro yang sangat

rendah dan diikat cukup kuat oleh bahan organik sehingga tidak tersedia bagi

tanaman. Selain itu adanya kondisi reduksi yang kuat menyebabkan unsur mikro

direduksi kebentuk yang tidak dapat diserap tanaman.

Selanjutnya menurut Cahyono (2005) pemberian pupuk yang mengandung

unsur N, P dan K pada tanah dengan kandungan unsur hara sedikit didalam tanah

sangat dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, karena pemberian pupuk N, P dan

K yang cukup akan berpengaruh terhadap optimalnya pertumbuhan dan produksi

tanaman. Pemberian pupuk NPK sangat perlu diperhatikan dosisnya pada setiap

tanaman, dengan pemberian dosis pupuk NPK yang cukup dapat memberikan

pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang lebih meningkat.

3. Pengaruh Interaksi

Dari berbagai jenis mulsa dan dosis pupuk NPK yang dicobakan

menunjukkan nilai tertinggi pada perlakuan jenis mulsa serbuk sabut kelapa

dengan dosis pupuk NPK 600 kg/ha atau 15 gr/tanaman (M

2

P

3

), kemudian nilai

terendah pada perlakuan tanpa mulsa dengan dosis pupuk 0 kg/ha atau 0

gr/tanaman (M

0

P

0

). Interaksi ini diduga terjadi akibat peran mulsa serbuk sabut

kelapa itu sendiri yang mampu mempertahankan kelembaban tanah. Akibatnya air

yang cukup akan membantu proses penyerapan hara oleh tanaman.

Pergerakan hara oleh tanaman terjadi apabila air tercukupi karena air

merupakan unsur yang terpenting bagi tanaman. Disamping berfungsi langsung

dalam proses pertumbuhan air juga berfungsi mencuci senyawa-senyawa beracun

dan mensuplai unsur hara. Air yang hilang akibat proses evaporasi dapat

berkurang dengan adanya mulsa dan kelembaban tanah juga terjaga, sehingga

penyerapan unsur hara oleh tanaman tidak terganggu oleh kekurangan air. Tanpa

adanya mulsa kehilangan air bertambah dan kelembaban tanah berkurang,

akibatnya penyerapan unsur hara oleh tanaman terganggu air yang membuat

pertumbuhan dan produksi tanaman terhambat (Noor, 2010).

Menurut Priatna (2012) ketersediaan hara tanah tidak hanya terjadi akibat

meningkatnya aktivitas mikroorganisme tanah dalam melakukan proses

dekomposisi bahan organik, tetapi juga terjadi melalui penekanan pencucian hara

tanah sebagai akibat tertutupnya permukaan tanah. Ketersediaan hara di bawah

mulsa terjadi karena mulsa mencegah terjadinya infiltrasi air hujan berlebihan dan

mengurangi penguapan air dari dalam tanah. Air tanah dan kelembahan tanah

lebih tinggi pada tanah yang ditutupi mulsa dibandingkan dengan tanah yang

tidak ditutupi mulsa, hal ini terjadi karena penguapan air tanah yang terjadi

dihambat oleh mulsa yang menutupinya.

Selanjutnya Cahyono (2005) menjelaskan dengan adanya mulsa gulma yang

merupakan pesaing tanaman tertekan, kelembaban dan temperatur tanah terjaga,

mengurangi proses evaporasi, melindungi pemadatan tanah karena curah hujan,

terjaga fisik tanah tetap gembur dan mencegah tercucinya pupuk oleh air hujan.

Dengan demikian penyerapan pupuk oleh tanaman budidaya tidak terganggu

sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman lebih meningkat.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait