• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. Hasil dan Pembahasan

4.2 Pembahasan

4.2.1. Pakan Buatan Sendiri

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, kondisi fisik pakan buatan sendiri berupa pelet yang baik adalah variasi 25 g tepung ampas tahu, 25 g tepung ikan, 25 g tepung daun, 20 g tepung darah dan 5 g tepung tapioka sebagai perekat. Hal ini dilihat dari dapat menyatunya seluruh bahan yang digunakan dengan baik dan pelet dapat mengapung diatas permukaan air selama ± 10 menit.

Daya apung pakan ada hubungannya dengan berat jenis (BJ) pakan. Semakin besar BJ pakan dibanding dengan BJ air (BJ air = 1), pakan yang bersangkutan makin cepat tenggelam. Apabila BJ pakan sekitar 1 maka pakan akan melayang sedangkan jika BJ pakan lebih kecil dari 1 maka pakan akan mengapung (Mujiman, 1991).

Daya apung dari pakan buatan sendiri ini lebih rendah jika dibandingkan dengan pakan buatan pabrik yang memiliki daya apung ± 20 menit. Hal ini disebabkan perbedaan teknologi pembuatan pakan buatan. Dimana pakan buatan pabrik dicetak dengan alat ekstruder, sedangkan pakan buatan sendiri dengan alat-alat sederhana dalam skala laboratorium. Selain itu, pakan buatan pabrik dibuat dari proses gelatinasi dengan temperatur , kelembapan dan kecepatan feeder screw yang tetap, sedangkan pakan buatan sendiri ini menggunakan cetakan sederhana dengan tekanan yang berbeda-beda sehingga menghasilkan pelet buatan yang berbeda ukurannya.

4.2.2. Analisa Kandungan Zat Gizi Pelet Ikan 4.2.2.1 Kadar Protein

Dari hasil analisa protein dengan metode Kjedahl diperoleh kadar protein pakan buatan sendiri 32,655%, pakan buatan pabrik 30,992% dan pakan alami 38,653% , dimana kadar protein kasar diperoleh dari persentase kandungan nitrogen dikalikan dengan faktor koreksi (Fk) untuk makanan ikan besar Fk adalah 6,25.

Hal ini disebabkan karena tingginya kadar protein yang terkandung didalam tepung darah sapi 71,45% dan tepung tahu 23,55%. Hal ini menyebabkan hasil pakan buatan sendiri mengandung protein yang tinggi.

Menurut Mujiman (1991) pada umumnya ikan membutuhkan makanan yang kadar proteinnya berkisar antara 20-60 persen. Sedang kadar optimum berkisar antara 30-36 persen. Apabila protein dalam pakan kurang dari 6 persen, maka ikannya tidak dapat tumbuh. Dan menurut Standart makanan ikan (lampiran 10) adalah 30-35%, maka hasil analisa yang diperoleh telah dapat memenuhi syarat sebagai pakan ikan.

4.2.2.2 Kadar Abu

Hasil analisa kadar abu pada pakan ikan yaitu pakan buatan sendiri 10%, pakan buatan pabrik 8% dan pakan alami 5%. Hal ini karena komposisi bahan dari masing-masing perlakuan mempunyai persentase yang berbeda-beda. Kadar abu pada pakan ikan menunjukkan indikator besarnya kandungan untuk mineral yang terdapat dalam pakan tersebut (Jangkaru, 1974). Dan menurut standart makanan ikan (lampiran 10) kadar abu adalah maksimal 12%, maka hasil analisa yang diperoleh telah dapat memenuhi syarat sebagai pakan ikan.

4.2.2.3 Kadar Air

Menurut Sahwan (2002) kadar air pakan sebaiknya lebih baik tidak lebih besar dari 10%. Jadi, kadar air pada pakan buatan sendiri 4,5% dan pakan buatan pabrik 4,3% ini masih dalam batasan kisaran ideal. Tingkat kekeringan pakan ikan sangat menentukan daya tahan pakan karena apabila pakan buatan mengandung banyak air maka akan menjadi lembab. Dalam kondisi ini apabila pakan disimpan terlalu lama akan ditumbuhi jamur. Dengan demikian, kualitas dari pakan akan menurun, bahkan dapat berbahaya bagi ikan. Kadar air pada pakan ini sudah relatif rendah sehingga dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Dan menurut standart makanan ikan kadar air pakan adalah maksimal 12%, maka hasil analisa diperoleh telah dapat memenuhi syarat sebagai pakan ikan.

4.2.2.4 Kadar Karbohidrat

Pada ikan, karbohidrat merupakan salah satu sumber energi setelah protein dan lemak yang didapat dari pakan. Kadar karbohidrat dalam makanan ikan menurut Mujiman (1991) berkisar 10-50%. Dari hasil analisa perhitungan kasar (proximate

analysis) atau juga disebut Carbohydrate by difference. Diperoleh kadar

karbohidrat pakan ikan yang memenuhi persyaratan tersebut. Hal ini disebabkan sumber baku pakan ikan yaitu tepung tahu dan tepung tapioka.

4.2.2.5 Kadar Lemak

Lemak dalam makanan mempunyai peranan yang penting sebagai sumber tenaga. Lemak tergolong mudah teroksidasi sehingga penggunaannya dalam pembuatan pakan buatan jumlahnya dibatasi. Jika kandungan lemak yang digunakan terlalu tinggi sebaiknya ditambahkan bahan antioksidan untuk menghambat terjadinya proses oksidasi tersebut. Dalam kaitan dengan pakan buatan, penggunaan lemak berpengaruh terhadap rasa dan tekstur pakan yang dibuat ( Mujiman, 1991).

Menurut Mujiman (1991), kebutuhan lemak untuk ikan air tawar berkisar 4-18 %, sedangkan menurut standart makanan ikan (lampiran 10) minimal 3%. Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa kadar lemak pakan ikan ini telah memenuhi persyaratan sebagai pakan ikan.

4.2.2.6 Kadar Serat

Kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan ikan akan mempengaruhi daya cerna dan penyerapan didalam alat pencernaan ikan. Selain itu, kandungan serat kasar yang tinggi akan menyebabkan meningkatkannya sisa metabolisme dan akan mempercepat penurunan kualitas air. Kandungan serat kasar yang tinggi (lebih dari 8%) akan mengurangi kualitas pakan ikan, sedangkan kandungan serat kasar yang rendah (dibawah 8%) akan menambah baik struktur pakan ikan dalam bentuk pelet (Kordi, 2014).

Menurut Kordi (2014), kandungan serat kasar yang diperlukan oleh ikan adalah dibawah 8%, sedangkan menurut standart makanan ikan yaitu maksimal 4%. Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa kadar serat pakan buatan sendiri hampir memenuhi standart makanan ikan. Hal ini disebabkan sumber serat kasar dari daun keladi dan tepung darah yang tinggi.

4.2.3. Dosis Pemberian Pakan Ikan

Jumlah pakan yang diberikan 5% dari berat total ikan yang dipelihara dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Tujuan penerapan teknik pemberian pakan adalah untuk menekan sesedikit mungkin pakan terbuang percuma (Kordi, 2004).

4.2.4. Uji Biologis Ikan Gurami

Uji biologis dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh makanan terhadap pertumbuhan ikan. Makanan yang kandungan gizinya yang cukup tinggi belum tentu berpengaruh baik terhadap pertumbuhan ikan hal ini dipengaruhi oleh sifat bahan baku yang digunakan mudah atau sukar dicerna oleh ikan tersebut sehingga dapat diserap oleh usus ikan. Uji biologis selama 1-1,5 bulan, dimana dilakukan pengukuran pertambahan berat ikan setiap minggunya (Mujiman,A.1991).

Data pada tabel 4.5 dapat ditunjukan melalui gambar 4.1 sebagai berikut:

Gambar 4.1. Grafik pertambahan bobot ikan gurami (%) terhadap pakan ikan 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 7 14 21 28 35 42 % P e r ta m b a h a n B o b o t Ika n G u r a m i Jumlah Hari

Menurut Sudarman (1988), bahwa kecepatan pertumbuhan tergantung pada jumlah pakan yang dikomsumsikan, kualitas air dan faktor lain seperti keturunan, umur dan daya tahan serta kemampuan ikan tersebut memanfaatkan pakan, selanjutnya Supratno (1999) menambahkan bahwa jumlah pakan yang dikomsumsi harus lebih banyak daripada jumlah yang digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan aktivitas agar ikan dapat melangsungkan pertumbuhannya.

Berdasarkan gambar 4.1 diatas, pemberian pakan buatan sendiri, pabrik dan alami memperlihatkan hasil yang signifikan terhadap bobot ikan gurami yang diperoleh. Pakan buatan sendiri memiliki persentase pertambahan bobot ikan gurami 96,6% sedangkan pabrik hanya 76,12% dan alami sebesar 13,93% . Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pakan buatan sendiri adalah pakan ikan yang terbaik didalam pertambahan bobot ikan gurami. Hal ini disebabkan pakan buatan sendiri memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu 32,65%. Memiliki bau yang disukai oleh ikan yang berasal dari tepung darah. Dan kelima bahan baku pembuatan pakan buatan sendiri yang terdiri dari tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung darah sapi , tepung daun talas dan tepung tapioka memiliki kadar protein yang tinggi.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait