• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Berdasarkan gambar 4.1 dapat ditunjukan bahwa pada setiap pengamatan, setiap perlakuan tanaman sawi caisim mengalami pertambahan jumlah daun.Hal ini menunjukan bahwa pada penelitian ini, pemberian pupuk cair daun gamal memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah daun sawi caisim. Tingkatan pertambahan jumlah daun tertinggi hingga yang paling rendah secara berurutan adalah perlakuan C (30%), perlakuan B (20%), perlakuan A (10%) dan kontrol.

Menurut pendapat Wibisono dan Basri (1993), unsur hara yang cukup dapat memberikan pertumbuhan dan produksi yang baik pada tanaman.Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa unsur hara yang dimiliki tanaman sawi perlakuan C (30%) tersedia cukup sehingga memberikan pengaruh yang baik pada pertumbuhan dan perkembangan tanamannya. Sedangkan pada perlakuan B (20%), perlakuan A (10%) dan kontrol, memiliki unsur hara lebih sedikit dari perlakuan C (30%) sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanamannya kurang optimal.

Untuk mempercepat laju pembelahan dan pemanjangan sel serta pertumbuhan akar, batang dan daun maka diperlukan penambahan unsur nitrogen yang cukup (Setyati dalam Palimbungan, 2006).Berdasarkan pernyataan tersebut maka tanaman pada perlakuan C (30%) mendapatkan penambahan jumlah nitrogen yang cukup dari pupuk cair daun gamal sehingga mempercepat laju pembelahan dan pemanjangan selnya dan mengakibatkan bertambahnya jumlah daun yang lebih banyak.Pada perlakuan B (20%) dan A (10%), jumlah unsur nitrogen yang ditambahkan dari pupuk cair daun gamal kurang mencukupi unsur nitrogen yang seharusnya dibutuhkan oleh tanaman sawi caisim sehingga mengakibatkan laju pembelahan dan pemanjangan selnya lambat dan mengakibatkan kurangnya pertambahan jumlah daun.Sedangkan pada kontrol, tidak terjadi penambahan jumlah nitrogen dari pupuk cair daun gamal.Tanaman kontrol mendapatkan unsur nitrogen yang hanya terdapat pada media tanahnya.Tanpa adanya penambahan nitrogen dari pupuk cair daun gamal

ini menyebabkan jumlah daun pada tanaman kontrol mengalami pertambahan yang lebih sedikit dari ketiga perlakuan lainnya.Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pada kontrol, setelah pengamatan ke 5 (4 Juni 2016) terjadi penurunan jumlah daun hingga pengamatan terakhir (13 Juni 2016).Hal ini terjadi karena jumlah unsur hara (nitrogen dan unsur lainya) pada kontrol semakin sedikit sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan hara tanaman dan pertumbuhan tanamannya menjadi terhambat. Unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tumbuhan adalah nitrogen.Nitrogen berfungsi sebagai pembentuk klorofil, protein, lemak dan senyawa lainnya (Sari, 2015).Adanya jumlah nitrogen yang banyak dapat membentuk klorofil yang cukup dalam fotosisntesis. Klorofil yang tersedia dalam jumlah yang cukup akan meningkatkan kemampuan daun untuk menyerap energi cahaya matarhari, sehingga proses fotosintesis dapat berjalan dengan lancar. Hasil fotosintesis yang dihasilkan digunakan untuk pembelahan dan pemanjangan sel dan pertumbuhan tanaman.Pembelahan dan pemanjangan sel yang terjadi dapat membentuk daun baru.

2. Berat Basah

Berat basah suatu tanaman dipengaruhi oleh tingkat keefektifan tanaman dalam menyerap unsur hara dan air. Pengukuran berat basah

dilakukan dengan cara menimbang tanaman pada saat panen. Pengukuran berat basah ini dilakukan setelah akar tanaman dibersihkan dari tanah.Penimbangan berat basah dilakukan pada pagi hari untuk menghindari terjadinya kehilangan air pada tanaman karena terkena sinar matahari.

Gambar 4.2 menunjukan bahwa ada perbedaan rata-rata berat basah tanaman sawi caisim pada setiap perlakuan.Hal ini menunjukan bahwa pupuk cair daun gamal dengan konsentrasi yang berbeda-beda berpengaruh terhadap berat basah tanaman sawi. Tanaman sawi caisim yang memiliki rata-rata berat basah paling tinggi adalah tanaman sawi caisim yang diberi pupuk cair daun gamal dengan konsentrasi 30% (perlakuan C), sedangkan tanaman sawi caisim yang memiliki rata-rata berat basah paling rendah adalah tanaman sawi caisim yang tidak diberi pupuk cair daun gamal (kontrol).

Perbedaan berat basah tanaman sawi caisim pada setiap perlakuan ini dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam menyerap air dari tanah. Berat basah tanaman akan mengalami pertambahan apabila tanaman mampu menyerap air secara optimal. Menurut Sari (2015) sekitar 70-90% berat basah tanaman berupa air karena merupakan komponen kehidupan pada tanaman.Dalam penelitian ini, dilakukan penyiraman air secara teratur yaitu setiap sore untuk mencegah terjadinya kekurangan air pada tanaman. Kekurangan air pada tanaman dapat mengakibatkan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi kurang baik.

Selain air, berat basah juga dipengaruhi oleh kadar nitrogen. Hal ini sesuai pernyataan Roesmarkham dan Yuwono (2002) yang menyatakan bahwa nitrogen dapat meningkatkan produksi tanaman dan kadar protein karena apabila terjadi peningkatan kadar protein maka akan terjadi akumulasi pada bagian daun sehingga tanaman akan mengalami penambahan bobot. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa kadar nitrogen pada pupuk cair daun gamal dengan konsentrasi 30% (perlakuan C) dan waktu penyiraman pupuk cair gamal yang sesuai memberikan ketersediaan ion Nitrat dan Amonium yang optimal untuk diserap oleh akar tanaman. Sedangkan pada konsentrasi pupuk 20% (perlakuan B) dan konsentrasi pupuk 10% (perlakuan A), konsentrasi pupuk yang diberikan dan waktu penyiraman yang digunakan kurang sesuai sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawinya kurang baik dibandingkan dengan perlakuan C (30%).

Berat basah tanaman juga dipengaruhi oleh jumlah daun.Semakin banyak jumlah daun yang dimiliki suatu tanaman maka semakin tinggi juga berat basah yang dimiliki tanaman tersebut.Sebaliknya sedikit jumlah daun suatu tanaman maka semakin rendah berat basah tanaman tersebut.Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan.Pada penelitian ini perlakuan C (30%) memiliki jumlah daun dan kontrol memiliki jumlah daun terendah.Begitupun dengan berat basah yang dimiliki perlakuan C (30%) adalah berat basah tertinggi dan berat basah pada kontrol adalah berat basah terendah.

3. Berat Kering

Berat kering tanaman disebut juga biomassa tanaman.Berat kering/ biomassa merupakan gambaran kualitas dari suatu tanaman.Pada berat kering tidak terdapat kandungan air dan hanya terdapat cadangan makanan seperti protein, lemak dan karbohidrat. Untuk menghilangkan kandungan air maka dilakukan proses pengeringan seperti jemur dibawah sinar matahari selama 4 hari dan dioven selama 48 jam.

Semakin besar biomasa suatu tanaman maka proses metabolisme dalam tanaman tersebut berjalan dengan baik. Sedangkan semakin kecil biomassa tanaman maka proses metabolisme dalam tanaman tersebut tidak berjalan dengan baik. Proses metabolisme yang terhambat dapat menyebabkan pembelahan dan pemanjangan sel dan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.

Gambar 4.3 menunjukan bahwa pada setiap perlakuan memiliki berat kering yang berbeda-beda. Rata-rata berat kering tanaman sawi caisim dari urutan tertinggi hingga terendah adalah perlakuan C (30%), perlakuan B(20%), perlakuan A (10%) dan kontrol. Tanaman yang memiliki berat kering yang tinggi menunjukan bahwa tanaman tersebut mengalami pertumbuhan vegetatif yang baik karena mampu menyerap unsur hara dan air secara optimal. Perlakuan C (30%) memiliki berat kering yang tinggi dari perlakuan yang lain, artinya tanaman pada perlakuan ini telah mampu menyerap unsur hara dan air secara optimal. Sedangkan pada perlakuan B (20%) dan A (10%) yang memiliki berat

kering dibawah perlakuan C (20%) belum mampu menyerap unsur hara dan air dengan optimal sehingga memiliki pertumbuhan yang kurang baik dari perlakuan C (30%). Tanaman sawi yang tidak diberi pupuk cair daun gamal juga memiliki berat kering yang lebih rendah dari ketiga perlakuan lainnya.Hal ini terjadi karena pada tanaman ini nutrisi yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman.Tanaman hanya mendapatkan nutrisi dari media tanam yang ada tanpa ada pemberian pupuk tanmbahan.

4. Luas Daun

Daun merupakan organ tumbuhan yang berperan pada proses fotosintesi karena adanya klorofil. Daun yang memiliki luas dan jumlah klorofil yang tinggi akan menyebabkan proses fotosintesis berjalan dengan baik. Semakin besar luas daun tanaman maka penyerapan cahaya matahari juga semakin besar.Luas daun tanaman sawi caisim dihitung menggunakan metode punch.Gambar 4.4 menunjukan bahwa rata-rata luas daun pada setiap perlakuan berbeda. Urutan luas daun tertinggi sampai urutan terendah adalah luas daun pada perlakuan pupuk cair konsentrasi 30% (C), pupuk cair daun gamal konsentrasi 20% (B), pupuk cair daun gamal konsentrasi 10% (A) dan kontrol.

Luas daun dipengaruhi oleh adanya unsur hara. Menurut Putra (2012), proses pertumbuhan daun menjadi lebih panjang dan lebar disebabkan adanya hasil fotosintesis yang dirombak melalui proses respirasi dan menghasilkan energi untuk aktivitas pembelahan dan pembesaran sel. Artinya bahwa adanya ketersediaan unsur hara yang

cukup maka dapat membentuk klorofil sehingga klorofil tersebut menyerap energi cahaya matahari yang digunakan untuk proses fotosintesis. Hasil fotosintesis kemudian digunakan untuk pertumbuhan tanaman seperti pembelahan sel menjadi semakin panjang dan lebar.

Pada tanaman dengan pemberian pupuk cair daun gamal konsentrasi 30% (perlakuan C), unsur hara yang tersedia dan diserap oleh tanaman lebih optimal dari pada perlakuan lainnya sehingga menghasilkan luas daun yang lebih tinggi dari pada perlakuan lainnya.Pada kontrol terdapat rata-rata luas daun yang lebih rendah dari pada ketiga perlakuan lainnya karena pada kontrol unsur hara yang dimiliki hanya terdapat pada media tanam saja tanpa adanya penambahan unsur hara seperti pada ketiga perlakuan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian berupa jumlah daun, berat basah, berat kering dan luas daun, faktor yang berpengaruh terhadap keempat parameter pertumbuhan ini adalah unsur hara. Apabila unsur hara suatu tanaman tersedia dengan cukup maka proses pertumbuhan dan perkembangannya dapat berjalan secara optimal. Pada semua parameter pertumbuhan, tanaman sawi yang diberi pupuk cair daun gamal konsentrasi 30% (C) menunjukan nilai rata-rata yang lebih tinggi dari pada perlakuan B (20%), A (10%) dan kontrol dan urutan rata-rata perhitungan pada semua parameter adalah sama. Dengan demikian menunjukan bahwa dengan pemberian pupuk cair daun gamal konsentrasi 30% (perlakuan C) pada tanaman sawi caisim dapat menambah unsur hara yang dimiliki oleh

media tanam dan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman sehingga tanaman dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik dari perlakuan yang lainnya.

Pada penelitian ini tanaman sawi caisim di semua perlakuan mendapat serangan hama yaitu ulat tritip dan belalang. Kedua jenis hama ini menyerang tanaman sawi caisim dari tanaman berumur 1 minggu sampai umur 3 minggu. Gejala tanaman yang mengalami serangan ulat tritip ini adalah daun menjadi berlubang dan lubangnya terbentuk kecil. Apabila terjadi serangan berat oleh ulat ini maka daun tanaman akan hanya terlihat tulang-tulang daun saja. Ulat ini dapat menggeliat dan menjatuhkan diri menggunakan benang sutranya apabila tersentuh. Ulat ini juga akan menyerang secara banyak pada musim kemarau (Rukmana, 2007). Serangan ulat tritip pada tanaman sawi caisim selama penelitian menyebabkan daun berlubang bahkan ada beberapa daun yang berlubang besar.Daun yang berlubang besar tidak dapat digunakan dalam perhitungan jumlah daun.Hal ini dikarenakan pada daun yang berlubang besar tidak memiliki nilai ekonomi lagi sehingga biasanya dihilangkan sebelum dijual di pasaran.

Selain itu, ada belalang yang menyerang tanaman sawi dengan memakan bagian daun muda dan pucuk tanaman sawi caisim.Belalang yang ditemukan berukuran sedang dan besar. Saat terjadi serangan hamaoleh belalang dan ulat tritip, dilakukan pengendalian secara manual untuk mengendalikan hama tersebut. Pada setiap pagi dan sore dilakukan

pengamatan pada setiap tanaman sawi caisim dan apabila ada ulat dan belalang maka langsung ditangkap dan dimatikan.

Dokumen terkait