• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Pembahasan

Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa Program CSR PTPN III memiliki pengaruh dan dampak terhadap pendapatan, penyerapan jumlah tenaga kerja, dan pola pemasaran UKM yang meningkat dibandingkan sebelum menerima bantuan program CSR PTPN III.

Adapun uraian dari hasil analisis di atas adalah sebagai berikut:

• Program CSR PTPN III ternyata memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan UKMnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikan

sebesar 0,000. Bantuan modal yang diberikan oleh pihak perusahaan mampu meningkatkan pendapatan UKM, yang dimana masalah permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Selain itu, UKM juga berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, secara tidak langsung bantuan program CSR yang diberikan telah memberikan kontribusi besar pada pendapatan daerah dan pendapatan nasional.

• UKM yang dibina oleh suatu perusahaan ternyata memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini terlihat dari nilai signifikannya sebesar 0,000. Dan bantuan program CSR yang diberikan untuk pengembangan UKM juga sangat berperan dalam mengurangi tingkat pengangguran.

• Dalam pengembangan suatu usaha selain modal, tentu harus memperhatikan pola pemasaran yang diterapkan oleh UKM. Selain memberikan bantuan modal, program CSR PTPN III juga memberikan pelatihan kepada usaha- usaha yang telah bermitra dengan perusahaan tersebut. Dilihat dari pelatihan yang diberikan kepada UKM tenyata memberikan perbedaan terhadap strategi pola pemasaran yang diterapkan UKM.

Dengan penjelasan di atas, agar pengembangan UKM oleh PTPN III dapat lebih berhasil, maka dapat dilakukan mulai dari peningkatan pembinaan terhadap pola pemasaran yang akan diterapkan oleh UKM. Hal ini dapat dilihat dari jumlah UKM yang menerapkan pola pemasaran untuk pengembangan usahanya sangat sedikit, hal ini dikarenakan oleh:

• Pelatihan yang dilaksanakan lebih berfokus terhadap peningkatan kualitas produk untuk usaha dagang dan industri sehingga usaha di bidang jasa kurang mendapatkan strategi pola pemasaran khususnya untuk strategi peningkatan kualitas jasa yang ingin ditawarkan UKM.

• Untuk penerapan strategi pada harga, sebanyak 83,3% responden menyatakan harga yang ditawarkan oleh UKM sebelum menjadi mitra binaan sudah mampu bersaing di pasaran sehingga tidak adanya perubahan harga yang ditawarkan setelah menjadi mitra binaan PTPN III.

• Oleh karena sebagian besar responden menyatakan bahwa lokasi UKM sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN III sudah cukup strategis maka didapat hasil data dari kuesioner hanya 4 responden atau 4,4% yang menerapkan strategi pola pemasaran pada lokasi usaha.

• Jumlah responden yang menerapkan pola pemasaran promosi merupakan jumlah yang paling besar dibandingkan 3 kategori pola pemasaran lainnya yaitu 17 responden atau sebesar 18,9%. Hal ini dikarenakan UKM menyadari perlu adanya strategi promosi dalam meningkatkan jangkauan perluasan pemasaran usaha. Hal ini dapat dilihat dari jangkauan pemasaran diperluas melalui dunia maya, seperti yang saat ini memang sudah menjadi trend pemasaran yaitu pemasaran online.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah mengadakan analisa data mengenai pengaruh pelaksanaan program CSR terhadap perkembangan UKM mitra binaan PTPN III Medan maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan yang signifikan jumlah pendapatan usaha yang diperoleh UKM sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN III Medan.

2. Ada perbedaan yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja UKM sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN III Medan.

3. Pola pemasaran produk memberikan pengaruh terhadap responden sebanyak 8,9%, pada harga memberikan pengaruh sebanyak 16,7% responden, lokasi memberikan pengaruh sebanyak 4,4% responden, dan pada promosi sebanyak 18,9% responden.

B. SARAN

Agar memberikan pengaruh yang lebih baik lagi bagi UKM mitra binaan PTPN III, maka penulis menyimpulkan saran-saran dari responden kepada PTPN III Medan yang dapat bermanfaat. Adapun saran tersebut antara lain:

1. Pihak PTPN III perlu melakukan peningkatan pembinaan kepada mitra binaannya. Hal ini dimaksudkan agar mitra binaan memiliki skill untuk

dapat mengembangkan usahanya, terkhusus terhadap peningkatan pada pola pemasaran yang diterapkan UKM.

2. Perlu adanya peningkatan sosialisasi program kepada masyarakat mengenai kegiatan dan informasi yang ada di PTPN III, sehingga masyarakat mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi dan bermanfaat bagi kelangsungan usaha mereka.

3. PTPN III Medan, khususnya bagian pembinaan UKM, hendaknya memberikan arahan tambahan kepada UKM mitra binaan yaitu UKM tersebut mengadakan spesialisasi kerja, artinya tenaga kerja yang digunakan hendaknya sesuai dengan keahliannya, sehingga penggunaan tenaga kerja efisien dan efektif, akibatnya dapat dicapai produktivitas yang tinggi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Program Corporate Social Responsibility 2.1.1. Definisi Corporate Social Responsibility

Suhandari M. Putri (2007) menyatakan CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.

Seiring dengan makin kompleksnya kepemilikan sebuah usaha, konsep CSR menjadi meluas maknanya, salah satunya adalah niat baik dan komitmen dari perusahaan untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat, keberlanjutan pengembangan masyarakat, ekonomi lokal sehingga memberikan kontribusi juga terhadap keberlanjutan perusahaan. Kegiatan tersebut dilakukan bekerjasama antara perusahaan dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal (masyarakat), dan lingkungan secara luas dalam. (Nurdizal M. Rachman, 2011).

Dalam bukunya, Elkington mengemas CSR yang bersifat sustainable developmentke dalam tiga fokus atau 3P, sebagai singkatan dari profit, planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka

(profit). Juga harus memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). (Gambar 2.1)

Gambar 2.1. Triple Bottom Lines dalam CSR

Pada tahun 2002 Global Compact Initiative menegaskan kembali tentang triple Psebagai tiga pilar CSR dengan menyatakan tujuan bisnis adalah untuk mencari laba (profit), mensejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan kehidupan (planet). Ketiga aspek itu diwujudkan dalam kegiatan sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Profit (Keuntungan Bersama) People (Kesejahteraan Manusia/Masyarakat) Planet (Keberlanjutan Lingkungan Hidup)

Tabel 2.1. Kegiatan Corporate Social Responsibility

Aspek Muatan

1. Sosial Pendidikan, pelatihan, kesehatan, perumahan, penguatan kelembagaan (secara internal, termasuk kesejahteraan karyawan) kesejahteraan sosial, olahraga, pemuda, wanita, agama, kebudayaan dan sebagainya.

2. Ekonomi Kewirausahaan, kelompok usaha bersama/unit

makro kecil dan menengah (KUB/UMKM), agrobisnis, pembukaan lapangan kerja, infrastruktur ekonomi dan usaha produktif lain.

3. Lingkungan Penghijauan, reklamasi lahan, pengelolaan air, pelestarian alam, ekowisata penyehatan lingkungan, pengendalian polusi, serta penggunaan produksi dan energi secara efisien.

Sumber: Hardinsyah dan Muhammad Iqbal, (2012)

Menurut Saidi dan Abidin (2003) ada 4 model atau pola CSR yang diterapkan di Indonesia, yaitu:

1. Keterlibatan langsung, yaitu perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, yaitu perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin, atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. 3. Bermitra dengan pihak lain, yaituperusahaan menyelenggarakan CSR

melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non pemerintah, instansi pemerintah, universitas, atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. 4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium, yaitu

lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pola ini lebih beriorentasi pada pihak pemberian hibah perusahaan yang bersifat hibah pembangunan. Pihak konsorsium yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.

2.1.2. Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan (TJSL) Berdasarkan (“UUPT”) sert

Mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dalam Pasal 74 UUPT dan penjelasannya. Pengaturan ini berlaku untuk perseroan. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPT, Perseroan (Perseroan Terbatas) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Menurut Pasal 1 angka 3 UUPT, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat

pada umumnya.Pasal 74 UUPT pada dasarnya mengatur mengenai hal-hal berikut ini:

a. TJSL ini wajib untuk perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam. Yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.Sedangkan yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.

b. TJSL ini merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

c. Mengenai sanksi, dikatakan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban TJSL akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait.

Dalam Pasal 4 PP 47/2012, dikatakan bahwa TJSL dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) sesuai dengan anggaran dasar perseroan. Rencana kerja tahunan perseroan tersebut memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan TJSL.

2.2. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2.1. Definisi Usaha Kecil dan Menengah

Di Indonesia terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM atau industri kecil, diantaranya:

a. Badan Pusat Statistik BPS mengungkapkan defenisi usaha kecil dan menengah adalah perusahaan atau industri dengan mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja, yaitu:

Tabel 2.2. Klasifikasi Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja No. Segmen Klasifikasi Industri Tenaga Kerja

1. Industri Rumah tangga 1-4 orang

2. Industri Kecil 5-9 orang

3. Industri Sedang/Menengah 10-99 orang

4. Industri Besar Lebih dari 100 orang

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013.

b. Bank Indonesia menyatakan perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa: (a) modalnya kurang dari Rp 20 juta; (b) untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta; (c) memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan; dan (d) omzet tahunan ≤ Rp 1 miliar.

c. Departemen Perindustrian dan Perdagangan:

1) perusahaan memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan (Departemen Perindustrian sebelum digabung)

2) perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp 25 juta (Departemen Perindustrian sebelum digabung)

d. Departemen Keuangan menyatakan usaha kecil dan menengah adalah perusahaan yang memiliki omset maksimum Rp 600 juta per tahun dan atau aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan.

Menurut UU No. 20 Tahun 2008, pengertian Usaha Kecil Menengah dibagi kedalam dua pengertian, yakni:

• Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut:

-Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

- Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

• Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut: - Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

- Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Sedangkan definisi UKM menurut lembaga dan beberapa negara asingdidasarkan pada aspek-aspek sebagai berikut:

- Jumlah tenaga kerja - Pendapatan

- Jumlah aset

World Bank membagi UKM ke dalam 3 jenis dengan kriteria-kriteria UKM di negara-negara dan lembaga asing, yaitu:

1. Medium Enterprise, dengan kriteria: - Jumlah karyawan maksimal 300 orang.

- Pendapatan setahun hingga sejumlah Rp 150.000.000.000,00. - Jumlah aset hingga sejumlah Rp 150.000.000.000,00.

2. Small Enterprise, dengan kriteria:

- Jumlah karyawan kurang dari 30 orang.

- Pendapatan setahun tidak melebihi Rp 30.000.000.000,00. - Jumlah aset tidak melebihi Rp 30.000.000.000,00.

3. Micro Enterprise, dengan kriteria : - Jumlah karyawan kurang dari 10 orang.

- Pendapatan setahun tidak melebihi Rp 1.000.000.000,00. - Jumlah aset tidak melebihi Rp 1.000.000.000,00.

2.2.2. Konsep Pengembangan UKM

Pembangunan dan pertumbuhan usaha kecil dan menengah UKM merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Menurut Tambunan (2002), disebutkanbahwadi Indonesia, peran UKMbagi pembangunan ekonomi nasional sangatlah penting. Hal ini dilihat dari jumlah unit usahanya yang sangat banyak dan terdapat di semua sektor ekonomi serta memberikan

kontribusi yang besar terhadap kesempatan kerja dan pendapatan, khususnya di daerah perdesaan dan bagi keluarga berpendapatan rendah.

Menurut Hoselitz dalam Dwi Prasetyani (2006) menyebutkan bahwa kunci utama keberhasilan UKM dalam bertahan menghadapi berbagai krisis adalah karena karakteristik UKM yang cenderung berbiaya rendah. Selain itu letak dan produk UKM yang spesifik juga membuat para pelaku UKM berbeda serta memiliki pangsa pasar tersendiri. Dalam memproduksi barang maupun jasa lebih mudah beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas inilah yang menyebabkan para pelaku mampu bertahan dalam jangka waktu yang relatif panjang.

Dari berbagai konsep mengenai pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi khususnya pemberdayaan UKM, Sriyana (2010) dalam jurnal ilmiahnya menyatakan ada beberapa pilihan strategi yangdilakukan dalam pemberdayaan UKM, yaitu:

1. Kemudahan dalam Akses Permodalan

Bank diharapkan tidak lagi hanya memburu perusahaan-perusahaan yang telah mapan, akan tetapi juga menjadi pelopor untuk mengembangkan potensi perekonomian dengan menumbuhkan wirausahawan melalui dukungan akses permodalan bagi pengembangan wirausaha barudi sektor UKM.

2. Bantuan Pembangunan Prasarana

Dengan tersedianya prasarana pemasaranatau transportasi dari lokasi produksi ke pasar, akan mengurangi rantai pemasaran dan pada

akhirnya akan meningkatkan penerimaan petani dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha menengah. Artinya, dari sisi pemberdayaan ekonomi, maka proyek pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal, sangatlah strategis.

3. Pengembangan Skala Usaha

Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah dilakukan dengan suatu pendekatan terhadap kelompok bukan melalui pendekatan individual. Karena pada masyarakat ekonomi lemah, sangat sulit mencapai akumulasi kapital sehinggaharus dilakukan bersama-sama dalam wadah kelompok atau usaha bersama. Pengelompokan dan pengorganisasian ekonomi dapat diarahkan pada kemudahan untuk memperoleh akses modal ke lembaga keuangan yang telah ada, dan untuk membangun skala usaha yang ekonomis.

4. Pengembangan Jaringan Usaha, Pemasaran dan Kemitraan Usaha Melakukan kontak dengan berbagai pusat-pusat informasi bisnis, asosiasi-asosiasi dagang baik di dalam maupun di luar negeri, pendirian danpembentukan pusat-pusat data bisnis UKM serta pengembangan situs-situs UKM di seluruh kantor perwakilan baik pemerintah di dalam negeri maupun luar negeri.

5. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui berbagai cara seperti pendidikan dan pelatihan, seminar dan lokakarya, on the job training, pemagangan dan kerja sama usaha. Selain itu, juga perlu diberi

kesempatanuntuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan (Hafsah, 2004).

6. Peningkatan Akses Teknologi

Strategi yang perlu dilakukan dalam peningkatan akses teknologi bagi pengembangan usaha kecil menengah adalah memotivasi berbagai lembaga penelitian teknologi yang lebih berorientasi untuk peningkatan teknologi sesuai kebutuhan UKM, pengembangan pusat inovasi desain sesuai dengan kebutuhan pasar, pengembangan pusat penyuluhan dan difusi teknologi yang lebih tersebar ke lokasi-lokasi Usaha Kecil Menengah dan peningkatan kerjasama antara asosiasi- asosiasi UKM dengan perguruan tinggi atau pusat-pusat penelitian untuk pengembangan teknologi UKM.

7. Mewujudkan iklim bisnis yang lebih kondusif

Memfasilitasi terselenggaranaya lingkungan usaha yang efisien secara ekonomi, sehat dalam persaingan dan non diskriminatif bagi keberlangsungan dan peningkatan kinerja UKM. Selain itu perlu ada tindakan untuk melakukan penghapusan berbagai pungutan yang tidak tepat, keterpaduan kebijakan lintas sektoral, serta pengawasan dan pembelaan terhadap praktek-praktek persaingan usaha yang tidak sehat dan didukung penyempurnaan perundang-undangan serta pengembangan kelembagaan.

2.2.3. Pola Pemasaran

Yang menjadi prinsip dasar dari pemasaran yaitu menciptakan nilai bagi langganan (customer value), keunggulan bersaing (competitive advantages), dan fokus pemasaran. Tujuan pemasaran bukan mendapatkan langganan (get customer), akan tetapi memperbaiki situasi bersaing (improve competitive situation).

Kotler dan Armstrong (2008) mengemukakan pola pemasaran yaitu bauran pemasaran (marketing mix).Dalam bauran pemasaran terdapat variabel tersebut terdiri dari produk, harga (price), tempat atau saluran distribusi (place), dan promosi. Atau yang sering disebut 4”P”.

1. Produk

Produk merupakan barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai sesuatu yang dipasarkan. Produk menjadi tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan di mata konsumen. Hal ini sangat berkaitan erat dengan desain, merk, bentuk kemasan dari produk untuk dapat menarik konsumen.

2. Harga

Harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya.Namun keputusan tentang harga jual mempunyai implikasi yang cukup luas perusahaanmaupun konsumen. Harga yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kemungkinanmenurunnya daya saing. Sebaliknya harga rendah dapat menyebabkan kerugian,khususnya bila biaya meningkat.

3. Tempat atau Lokasi

Teori Lokasi dari August Losch dalam Muhammad (2008). Melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar). Losch mengatakan bahwa,lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen semakin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal.

Lamb et al., (2001) menyatakan bahwa memilih tempat atau lokasi yang baik merupakan keputusan yang penting, karena:

a. Tempat merupakan komitmen sumber daya jangka panjang yang dapat mengurangi fleksibilitas masa depan usaha.

b. Lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan di masa depan. Area yang dipilih haruslah mampu untuk tumbuh dari segi ekonomi sehingga ia dapat mempertahankan kelangsungan hidup usaha.

c. Lingkungan setempat dapat saja berubah setiap waktu, jika nilai lokasi memburuk, maka lokasi usaha harus dipindahkan atau ditutup.

4. Promosi

Defenisi promosi ialah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk mengomunikasikan manfaat dari produknya, membujuk, dan mengingatkan para konsumen sasaran agar membeli produk tersebut (Kotler, 2005).

Sedangkan proses dari promosi itu sendiri ialah mengkomunikasikan program perusahaan terhadap masyarakat konsumen melalui beberapa cara ataupun variabel, beberapa cara yang dapat diambil ialah:

a. Periklanan adalahbentuk presentasi dan promosi non pribadi tentang ide, barang, dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu.

b. Personal selling adalahpresentasi lisan dalam suatu percakapan dengan satu calon pembeli atau lebih yang ditujukan untuk menciptakan penjualan.

c. Publisitas adalahpendorong permintaan secara non pribadi untuk suatu produk, jasa atau ide dengan menggunakan berita komersial di dalam media massa dan sponsor tidak dibebani sejumlah bayaran secara langsung.

d. Promosi penjualan adalah kegiatan pemasaran selain personal selling, periklanan dan publisitas yang mendorong pembelian konsumen dan dengan efektifitas pengecer.

2.3. Peran UKM

2.3.1. Peran UKM dalam Pemerataan Pendapatan

Peranan UKM yang tak kalah pentingnya dengan upaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja yang tinggi adalah peranan dalam upaya mewujudkan pemerataan pendapatan. Dalam rangka meningkatkan peran UKM diIndonesia berbagai kebijakan dari aspek makroekonomi perlu diterapkan. Dengan memberikan stimulus ekonomi yang lebih besar kepada industri ini akan memberikan dampak yang besar dan luas terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan yang lebih merata di Indonesia. Dengan stimulus yang dimaskud dapat berupa memberikan dana kepada UKM melalui investasi pemerintah dan investasi swasta domestik maupun investasi luar negeri. Perlu komitmen yang kuat dalam bentuk peraturan

pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk mengalokasikan sebagian besar dana APBD maupun APBN untuk diinvestasikan dalam usaha dalam usaha produktif UKM. Sementara itu, untuk menciptakan dan mendorong berbagai pihak swasta maupun swasta asing menginvestasikan dananya padaUKM perlu diberikan berbagai kemudahan dalam bentuk penyediaan database, penyediaan infrastruktur, kemudahan sistem administrasi birokrasi, dan kemudahan pajak. Pemanfaatan dana pinjaman luar negeri dalam bentuk loan bagi pengembangan UKM juga dapat dilakukan, disamping mengerahkan bantuan(hibah) luar negeri untuk memperkuat dan meningkatkan peran UKM.

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pinjaman modal berupa kredit berbunga rendah. Untuk pelaksanaanya melibatkan pihak perbankan, khususnya perbankan milik pemerintah. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan aksesbilitas para pelaku UKM terhadap modal yang selama ini relative terbatas. Diperlukan pula ketegasaan dari pemerintah dalam bentuk peraturan perundangan ataupun peraturan pemerintah(PP) untuk mendorong pihak perbankan melakukan tugasnya dengan sungguh sungguh dan penuh tanggung jawab.

Pendapatan bagi sejumlah pelaku ekonomi merupakan uang yang telah diterimaoleh pelanggan dari perusahaan sebagai hasil penjualan barang dan jasa. Pendapatan juga diartikan sebagai jumlah penghasilan, baik dari perorangan maupun keluarga dalambentuk uang yang diperolehnya dari jasa setiap bulan, atau dapat juga diartikan sebagaisuatu keberhasilan usaha (Tohar, 2000).

Konsep perhitungan pendapatan menurut Sukirno (2004) dapat dilakukanmelalui tiga pendekatan, yaitu.

1) Production approach (pendekatan produksi)adalah menghitung seluruh nilai tambah produksi barang atau jasa yang dihasilkan dalam ukuran waktu tertentu.

2) Income approach (pendekatan pendapatan)adalah menghitung seluruh nilai balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi dalam ukuran waktu tertentu.

3) Expenditure approach (pendekatan pengeluaran), adalah menghitung seluruh pengeluaran dalam kurun waktu tertentu.

2.3.2. Peran UKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja

Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan cukup luas, menyerap

Dokumen terkait