• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Terhadap Pengembangan UKM di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Terhadap Pengembangan UKM di Kota Medan"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.

Perkebunan Nusantara III Terhadap Pengembangan UKM di

Kota Medan

PENGANTAR

Kuesioner ini ditujukan sebagai media untuk mendapatkan data dan informasi dalam rangka penulisan skripsi (Indah), yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Ekonomi USU Medan. Kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuesioner ini akan menentukan keberhasilan studi saya.

Untuk pertanyaan-pertanyaan berikut, Bapak/Ibu dimohon untuk mengisi titik-titik pada ruang yang tersedia atau berikan tanda () pada kolom yang disediakan.

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Umur Pendidikan Status

(2)

II. PROFIL UKM

1. Nama usaha :………..

2. Tahun mulai beroperasi :………..

3. Status badan usaha : a. PT ( ) d. Perorangan ( ) b. CV ( ) e. Lainnya ( ) c. Firma ( )

III. Program CSR PTPN III yang langsung diterima UKM 1. Berapa kali Bpk/Ibu/Sdr/i mendapat bantuan dari PTPN III?

a. ≥ 2 kali b. 1 kali

2. Apa sajakah bantuan yang diterima UKM?

IV. Program bantuan yang diterima UKM dari pihak lain

1. Apakah ada program bantuan yang diterima UKM selain dari PTPN III? a. Ya

b. Tidak

2. Apa sajakah bantuan yang diterima UKM?

No. Jenis Bantuan 1 2 3 4 Keterangan

1. Modal 2. Pendidikan 3. Pemasaran 4. Bimbingan teknis 5. Penyediaan sarana

(3)

V. Sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN III Kota Medan

Sebelum Indikator Sesudah

Pendapatan Usaha

Tenaga Kerja

Pola Produk

Pola Harga

Pola Lokasi

Pola Promosi

1. Apakah ada UKM binaan dari Bpk/Ibu/Sdr/i?

a. Jika Ya, sebutkan: ………

(4)

VI. SARAN

1. Apakah ada hambatan/ kendala usaha yang Bpk/Ibu/Sdr/ihadapi dalam menjalankan usaha ini?

(a). Ya (b). Tidak

Bila Ya, Sebutkan hambatan-hambatan tersebut!

... 2. Hal-hal apa saja yang dibutuhkan oleh Bpk/Ibu/Sdr/iuntuk

mengembangkan usaha ini?

...

3. Apakah saran Bpk/Ibu/Sdr/i bagi pihak PTPN III untuk program CSR ini? ...

(5)

Lampiran 2

Distribusi Hasil Pengolahan Data

Statistics

Valid Laki-laki 61 67.8 67.8 67.8

Perempuan 29 32.2 32.2 100.0

(6)

38 4 4.4 4.4 26.7

Valid Pedagang 23 25.6 25.6 25.6

Pegawai BUMN 4 4.4 4.4 30.0

Pegawai Swasta 7 7.8 7.8 37.8

PNS 21 23.3 23.3 61.1

Wiraswasta 35 38.9 38.9 100.0

(7)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Diploma 22 24.4 24.4 24.4

Sarjana 26 28.9 28.9 53.3

SMA 38 42.2 42.2 95.6

SMP 4 4.4 4.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

Lokasi Usaha

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Medan Barat 4 4.4 4.4 4.4

Medan Baru 9 10.0 10.0 14.4

Medan Deli 1 1.1 1.1 15.6

Medan Denai 11 12.2 12.2 27.8

Medan Helvetia 14 15.6 15.6 43.3

Medan Marelan 2 2.2 2.2 45.6

Medan Petisah 14 15.6 15.6 61.1

Medan Selayang 8 8.9 8.9 70.0

Medan Sunggal 22 24.4 24.4 94.4

Medan Tembung 2 2.2 2.2 96.7

Medan Tuntungan 3 3.3 3.3 100.0

(8)

Jumlah Tanggungan

Data Hasil Jawaban Responden Terhadap Jumlah Pendapatan Usaha dan Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Mitra Binaan PTPN III

No. Responden

1. A. Tarigan 11000000 2 14000000 4

2. H. Sukatendel 9500000 1 12000000 3

3. J. Bangun 10000000 2 11000000 2

4. Iqbal Lubis 7500000 1 8000000 2

5. F. Silalahi 7000000 1 8000000 1

6. Nina Wuliana 15000000 3 17000000 3

7. Irawati 10000000 2 11500000 2

8. R. Nasution 8600000 1 11000000 3

9. B. Pakpahan 9000000 1 10300000 2

10. Elly S. Lubis 8000000 2 9500000 3

11. Zulkarnaen 11000000 1 12000000 3

12. E. Nasution 4500000 0 5500000 0

13. Pani Dewi 7000000 1 8000000 2

14. Aisyatir Radiah 9000000 2 10000000 2

15. P. Damanik 18000000 2 20000000 2

16. S. Hantarini, Hj 5500000 1 6700000 2

17. Suriyono 5600000 2 6300000 2

(9)

19. Agustono 6000000 0 7500000 1

20. Novita Roza 5500000 1 7000000 2

21. S. Sembiring 6000000 0 7000000 0

22. J. Ginting 4500000 0 6000000 0

23. R. br Tarigan 5000000 1 5500000 1

24. Zulfan Effendi, TR 15000000 2 15000000 2

25. A. Siregar 9000000 2 11000000 3

26. Nani 8300000 2 9500000 3

27. Suryono 8000000 2 8000000 2

28. Boni Chan 9500000 1 10000000 2

29. W. Sinulingga 5000000 0 5700000 0

30. R. Limbong 14000000 2 14500000 3

31. S. Tarigan, SKM 10000000 1 15000000 3

32. Ir. K. Ginting 6500000 2 8000000 2

33. H. Tarigan 8000000 0 8000000 0

34. Emsyahdi 30000000 2 30000000 2

35. Parno 16000000 2 18000000 4

36. A. Lubis 13000000 2 15000000 3

37. N. Hutasoit 8250000 3 9500000 2

38. Ardiansyah 12000000 3 14000000 5

39. Ibnu H. 8500000 2 8500000 2

40. O. Sihombing 13000000 2 14000000 4

41. Muh. Khairul 6000000 1 7000000 1

42. Syahrir 8000000 1 8500000 2

43. U. Sinamo 6000000 0 7000000 0

44. Yeni R. 6500000 2 7000000 3

45. Syawaluddin 20000000 4 21500000 5

46. Sudarno 7000000 3 7500000 2

47. E. Nainggolan 2500000 0 3000000 0

48. Emo Wandiro 15000000 2 15000000 2

49. Mastura 10000000 1 12000000 2

50. A. Sarumaha 9000000 2 10000000 2

51. Sumiyati 9000000 2 12000000 4

52. M. Ichsan F. SP 11000000 2 14000000 3

53. S. Ginting 16000000 2 17000000 2

54. Ramayanto 40000000 4 45000000 4

55. Sumiati 7500000 1 9000000 2

56. Dewi Amalia 42000000 7 44000000 9

57. Zainal A. 8000000 1 9000000 2

58. Harry Budianto 26000000 4 30000000 5

59. Slamet Wibowo 9000000 2 10000000 3

60. M. Purba 8000000 2 8500000 2

61. Hj. Sri Wahyuni 16000000 3 18000000 4

(10)

63. Agusti H. 40000000 4 43000000 5

64. L. Situmorang 9000000 1 12000000 2

65. Ir. Sri Susiani 14000000 3 15000000 3

66. Yudistrian 9000000 2 10000000 3

67. Ade Irmawati 8000000 3 9000000 4

68. A. S. Purba 38000000 6 39000000 7

69. J. Bangun, SP 10000000 5 11000000 5

70. Tengku Syafrizal 22000000 2 24000000 3

71. E. Piliang 45000000 5 47000000 7

72. E. Simbolon 40000000 4 42000000 5

73. Gusnawan 42000000 5 46000000 7

74. Zairil 20000000 2 23000000 2

75. Karman 28000000 4 30000000 6

76. Dudi Handoko 30000000 4 32000000 4

77. Mukhlisin 35000000 6 40000000 7

78. Adek Syahputra 11000000 2 11500000 2

79. Nasrul Pili 25000000 3 26000000 3

80. Habibah 32000000 3 35000000 4

81. S. Nasution 8000000 3 11000000 3

82. Saring Asmoro 13000000 2 16000000 3

83. Syaiful A. 17000000 2 17000000 2

84. Syaiful Bahri 9000000 1 13000000 3

85. Syafrizal 14000000 3 15000000 3

86. Sudibyo 42000000 6 45000000 7

87. Kautsar H. 18000000 5 19000000 6

88. Rizana 12500000 3 14000000 3

89. Sugiarto 10000000 5 15000000 5

90. Izhar 9000000 2 11500000 3

Data Hasil Jawaban Responden terhadap Pola Pemasaran UKM Sebelum dan Sesudah Mitra Binaan PTPN III

No. Responden Produk Harga Lokasi Promosi

(11)
(12)

55. Sumiati 0 0 0 0

70. Tengku Syafrizal 0 0 0 0

(13)

Lampiran 4 Hasil Uji SPSS

1. Hasil UjiPaired Samples Test untuk Pendapatan Usaha Sebelum dan Sesudah Mitra Binaan PTPN III

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum 15197.22 90 12457.916 1313.180

Sesudah 16916.67 90 13202.096 1391.623

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 sebelum & sesudah 90 .997 .000

Paired Samples Test

(14)

2. Hasil UjiPaired Samples Test untuk Penyerapan Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Mitra Binaan PTPN III

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum 2.28 90 1.565 .165

Sesudah 3.00 90 1.914 .202

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 sebelum & sesudah 90 .911 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t Df

Sig.

(2-tailed) Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 sebelum -

sesudah

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dipta, I Wayan, 2008. Strategi Penguatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) melalui Kerjasama Kemitraan Pola CSR. Infokop volume 26 Hal.(62-75)

Hafsah, Mohammad Jafar. 2004. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Infokop No. 25 Tahun XX.

Kotler, P. dan Armstrong, G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Lamb, et. al. 2001. Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat.

M. Putri, Suhandari. 2007. Schema CSR. Kompas.

Prasetyani, Dwi. 2006. Pengembangan UKM di Indonesia, “Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan”.Surakarta.

Rachman, Nurdizal M., Asep Efendi, Emir Wicaksana. 2011. Panduan Lengkap Perencanaan CSR. Jakarta: Penebar Swadaya.

Saidi, Zaim, dkk. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaan”, Profil dan Pola Distribusinya di Indonesia : Survei 226 Perusahaan di 10 Kota oleh PIRAC. Jakarta: Ford Foundation.

Saydam, Gouzali. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia (Cetakan V). Yogyakarta: CV Andi Offset.

Simanjuntak, Payaman, J. 2001. Ekonomi Sumber Daya Manusia.Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sriyana, J. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus Kabupaten Bantul. Simposium Nasional 2010: Menuju Purwerejo Dinamin dan Kreatif. (hlm: 79-103). (on-line).

(16)

Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.

Tambunan, Tulus, T.H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Jakarta: PT Salemba Empat.

Tohar, M. 2000. Membuka Usaha Kecil. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Kanisius.

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif dan deskriptif.

Penelitian komparatifyaitu membandingkan dua variabel yang sama untuk sampel

yang berbeda.Dalam penelitian ini, penelitian metode komparatif digunakan untuk

menganalisis pengaruh program CSR terhadap pendapatan usaha dan penyerapan

jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN III.

Sedangkan penelitian metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan

kualitatif digunakan untuk menggambarkan kondisi pola pemasaran yang

diterapkan oleh UKM mitra binaan PTPN III.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, yaitu di beberapa tempat UKM

yang menjadi mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara IIIMedan yang berdomisili

di dekat ataupun jauh dari lokasi perusahaan yang sedang mengimplementasikan

program CSR.

3.3. Populasi

Populasi menurut Arikunto (2002) adalah keseluruhan obyek penelitian.

(18)

binaan PT. Perkebunan Nusantara III, jadi populasi dari penelitian ini sifatnya

terbatas.

3.4. Ukuran Sampel

Menurut Sugiyono (2010) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi.Jadi dalam penentuan ukuran sampel,

yang dikembangkan oleh Roscoe dalam Sugiyono (2010) adalah antara 30 sampai

dengan 500. Dalam penelitian ini terdiri dari 3 kelompok UKM. Adapun

pengelompokan UKM yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Usaha dagang terdiri dari 30 unit usaha.

2. Usaha jasa terdiri dari 30 unit usaha.

3. Usaha manufaktur terdiri dari 30 unit usaha.

Jadi total sampel dalam penelitian ini adalah 90 unit usaha mitra binaan PTPN III.

3.5. Responden Penelitian

Dalam penelitian ini, pelaku UKM mitra binaan PT. Perkebunan

Nusantara III merupakan responden dalam pengisian kuesioner terkait pengaruh

CSR terhadap pengembangan UKM. Dasar pertimbangan dalam penentuan untuk

dijadikan sebagai responden menggunakan kriteria sebagai berikut:

1. Keberadaan responden dan kesediaannya untuk dijadikan responden;

(19)

3.6. Teknik Penentuan Sampel

Subjek penelitian dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling

dengan mencari informan kunci. Mulanya pencarian ini dilakukan melalui jalur

formal dengan menghubungi bagian humas CSR PT. Perkebunan Nusantara III.

Berdasarkan rekomendasi mereka diteruskan ke pihak lain seperti para mitra

binaan UKM, begitu seterusnya sampai pada titik jenuh, dimana tidak ditemukan

lagi data-data baru yang dapat memberi informasi tentang peran program CSR

dalam pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM).

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1.Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Adapun data primer diperoleh

dari responden dengan wawancara (interview) yaitu dengan cara memberikan

pertanyaan langsung kepada pelaku UKM. Adapun jenis pertanyaan yang

diberikan kepada responden, yaitu:

a. Pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan-pertanyaan yang memberi

pilihan-pilihan respon terbuka kepada responden.

b. Pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau

(20)

2.Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari publikasi resmi yaitu melalui

buku, laporan tahunan pelaksanaan CSR PTPN III, internet serta media lainnya.

3.8. Analisis Data 3.8.1. Uji T-test

Dalam penelitian ini untuk menguji perbandingan antara pendapatan usaha

dan jumlah tenaga kerja UKM mitra binaan PTPN III, penulis menggunakan

analisis Paired Samples T Test. Analisis Paired Samples T Test berguna untuk

melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel

berpasangan.

Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan tahapan Paired Sampel T Test :

1. Menentukan Hipotesis

- Ho : Tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah menjadi mitra

binaan PTPN III.

- Ha : Ada perbedaan antara sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan

PTPN III.

2. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan Sig

- Jika sig < 0.05, maka Ho ditolak, dan Ha diterima.

- Jika sig > 0.05, maka Ho diterima, Ha ditolak.

3. Berdasarkan t hitung

- Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak.

(21)

- t hitung (dalam t hitung tanda minus tidak dianggap).

4. Kesimpulan dilihat dari apakah ada perbedaan atau tidak ada perbedaan,

jika sig < 0.05 maka diterima atau ada perbedaan, jika sig > 0.05 maka

ditolak atau tidak ada perbedaan setelah menguji data.

3.8.2. Analisis Statistik Deskriptif

Untuk menganalisis pola pemasaran yang diterapkan UKM maka data

yang diperoleh dari hasil wawancara akan dianalisis dengan cara kuantitatif dan

kualitatif. Pola pemasaran yang akan dianalisis terbagi dalam 4 variabel yaitu

produk (product) yaitu peningkatan kualitas produk, fasilitas, dan kualitas

pelayanan yang diberikan; harga (price)yaitu apakah tingkat harga yang diberikan

dapat bersaing atau tidak dengan produk pesaing; lokasi (place)yaitu penambahan

lokasi dan kemudahan distribusi, dan promosi (promotion)yaitu alat-alat promosi

yang digunakan. Analisis kuantitatif dilakukan dengan metode statistik deskriptif.

Selanjutnya berdasarkan statistik deskriptif, data akan dianalisis menggunakan

(22)

3.9. Definisi Operasional Variabel

Definisi Variabel Operasional Penelitian ini adalah :

1. Corporate Social Responsibility adalah suatu bentuk tanggung jawab sosial

PTPN III Medan kepada lingkungan sekitarnya.

2. Pendapatan usaha adalah omset yang diperoleh dari hasil penjualan

barang/jasa oleh pemilik UKM mitra binaan PTPN III.

3. Jumlah tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang diserap UKM mitra

binaan PT. Perkebunan Nusantara III Kota Medan.

4. Pola pemasaran adalah pola yang diterapkan oleh PTPN III untuk

(23)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Gambaran Umum PTPN III Medan

PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero) merupakan

salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak

dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan.

Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman

kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan

Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet.

Sejarah Perseroan diawali dengan proses pengambilalihan

perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI pada tahun 1958 yang

dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan perkebunan asing menjadi

Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Tahun 1968, PPN direstrukturisasi menjadi

beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selajutnya pada

tahun 1974 bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT Perkebunan (Persero).

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegitan usaha perusahaan

BUMN, Pemerintah merestrukturisasi BUMN subsektor perkebunan dengan

melakukan penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan

perampingan struktur organisasi. Diawali dengan langkah penggabungan

manajemen pada tahun 1994, 3 (tiga) BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT

(24)

(Persero) disatukan pengelolaannya ke dalam manajemen PT Perkebunan

Nusantara III (Persero).

Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996 tanggal 14

Februari 1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT

Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera

Utara. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris

Harun Kamil, SH, No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2

8331.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996 yang dimuat di dalam Berita

Negara Republik Indonesia No. 81 Tahun 1996 Tambahan Berita Negara No.

8674 Tahun 1996.

4.1.2. Profil CSR PTPN III

PT Perkebunan Nusantara III telah merealisasikan program Corporate

Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL)

untuk masyarakat dilingkungan kerja PTPN III sesuai yang telah digariskan oleh

Pemerintah Republik Indonesia melalui Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007

tanggal 16 Agustus Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas BAB V TJSL pasal

74 ayat 1 – 4.

Setiap tahun, PTPN III mengembalikan sebagian dari laba bersih

perusahaan kepada masyarakat khususnya komunitas di sekitar wilayah usaha PT

Perkebunan Nusantara III (Persero) sebagai wujud kepedulian perusahaan dalam

(25)

tanggung jawab sosial Perusahaan yang senantiasa menjalin hubungan

mutualisme dengan masyarakat sekitar, sehingga pertumbuhan yang dialami

perusahaan bisa dinikmati tidak hanya oleh karyawan perusahaan tapi juga oleh

masyarakat yang lebih luas, dimana Kemitraan dan Bina Lingkungan merupakan

alokasi laba setelah pajak sebesar 1 s/d 2% untuk Kemitraan dan 1 s/d 2% untuk

Bina Lingkungan. Kegiatan Program ini sendiri terdiri dari peminjaman modal,

pemberdayaan terhadap mitra binaan, pelatihan, dan juga pengembangan usaha.

Adapun materi pelatihan yang disampaikan antara lain analisa lapangan

khususnya keuangan dan manajemen keuangan UKM; kewirausahaan dan

kewiraswastaan, komunikasi dan etika bisnis; mengelola usaha mikro, kecil dan

menengah dari aspek pemasaran dan kemasan merek; hukum; dan bursa

pengalaman pengusaha sukses.

Pelatihan ini dimaksudkan sebagai bagian dari pembinaan bagi par

mitra binaan PTPN III. Fokus dari pelatihan ini adalah memfasilitasi para mitra

binaan Program CSR untuk dapat melewati dan mengelola pertumbuhan

bisnisnya secara efektif dan produktif untuk meningkatkan kemampuannya, baik

dalam meningkatkan produksi maupun dalam pemasaran produknya serta posisi

kompetitifnya di dalam pasar sehingga menjadi UKM yang tangguh dan mandiri.

Umumnya, bantuan CSR diberikan kepada masyarakat yang berdomisili di

sekitar kebun/unit perusahaan lingkup Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Sektor yang dibantu beragam mulai dari sektor ekonomi, pemerintahan, sosial,

lingkungan hidup, hingga sarana umum. Bantuan CSR diberikan dalam bentuk

(26)

Dalam melaksanakan setiap kegiatan CSR PTPN III tetap bekerjasama dan

berkoordinasi dengan instansi terkait maupun para pemangku kepentingan di

lingkungan unit kerja PTPN III guna menjaga hubungan yang harmonis. Dari

uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PTPN III sebagai Perusahaan BUMN

tetap memiliki komitmen kuat untuk menjalankan program CSR yang telah

diwajibkan pemerintah untuk dilaksanakan sebagai eksistensi perusahaan dimata

pemerintah daerah, pusat, maupun stakeholder dalam membangun Good

Corporate Governance (GCG).

4.1.3. Karakteristik UKM Responden

Dalam hal mengenai pengembangan usaha kecil dan menengah

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam penelitian ini, faktor sosial ekonomi

yang dimaksud terdiri dari umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan,

lokasi usaha, dan jenis usaha UKM.

4.1.3.1. Umur Responden

Faktor umur merupakan salah satu yang sangat berpengaruh dalam

mempengaruhi tingkat produktivitas oleh seseorang karena tingkat produktivitas

sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan fisik. Kecenderungan bahwa tingkat

produktivitas dicapai pada usia yang masih produktif juga yaitu saat usia berada di

kisaran antara 15 – 64 tahun. Pemilik UKM yang menjadi responden dalam

penelitian ini terdiri dari pria dan wanita serta memiliki rentang umur/usia yang

(27)

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Umur

No. Umur Responden Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 20 – 30 3 3,3

2. 31 – 40 30 33,3

3. 41 – 50 35 38,9

4. 51 – 60 20 22,2

5. 61 – 70 2 2,3

Jumlah 90 100%

Sumber: Lampiran 2

4.1.3.2. Karakterisitik Jenis Kelamin Responden

Dilihat dari hasil penelitian, sebesar 68% atau 61 responden berjenis

kelamin laki-laki dan sisanya sebesar 32% atau 29 responden berjenis kelamin

wanita.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Laki-laki 61 67,8

2. Perempuan 29 32,2

Jumlah 90 100%

Sumber: Lampiran 2

4.1.3.3. Karakteristik Pekerjaan Responden

Karakteristik pekerjaan responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah

terdiri atas, 26,67% responden dengan pekerjaan PNS, 8,89% responden dengan

pekerjaan pegawai BUMN, dan 64,44% responden dengan pekerjaan wiraswasta.

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut

(28)

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

PNS 21 23,3

4.1.3.4. Tingkat Pendidikan Responden

Dalam penelitian ini, responden memliki latar belakang pendikan yang

sangat beragam, mulai dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,

Sekolah Menengah Atas, bahkan sampai dengan Perguruan Tinggi. Distribusi

responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut ini.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak Pernah Sekolah 0 0

2. Tamat SD 0 0

4.1.3.5. Karakteristik Alamat Tempat Usaha Responden

Dengan penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja)

yaitu di Kota Medan. Alasan memilih daerah ini karena di daerah ini terdapat PT.

(29)

Tabel 4.5. Penyebaran UKM Mitra Binaan di Kota Medan

4.1.3.6. Jumlah Tanggungan Responden

Jumlah tanggungan respoden paling banyak terdapat pada jumlah

tanggungan 3 jiwa sebanyak 25 orang atau 27,78%, dan jumlah tanggungan

responden paling sedikit adalah jumlah tanggungan 5 orang sebanyak 3 responden

atau 3,33%. Jumlah tanggungan 1 orang sebanyak 14 responden, jumlah

tanggungan 2 orang sebanyak 24 responden, jumlah tanggungan 4 sebanyak 8

responden. Untuk lebih jelasnya, hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6. Jumlah Tanggungan Responden

Jumlah Tanggungan Jumlah (orang) Persentase (%)

(30)

4.1.4. Profil UKM Responden

Jenis usaha UKM beragam, dan dikelompokkan ke dalam jenis Industri,

Perdagangan, Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Perikanan, Jasa dan lainnya.

Dengan keragaman jenis usaha UKM maka produk dominan yang dihasilkan juga

cukup bervarian.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Usaha

Jenis Usaha Frekuensi Persentase (%)

Dagang 30 33.33%

Jasa 30 33.33%

Manufaktur 30 33.33%

Jumlah 90 100%

4.1.5. Analisis dan Uji Hipotesis

4.1.5.1. Analisis uji t-test untuk Pendapatan UKM Sebelum dan Sesudah Mitra Binaan PTPN III

Penelitian ini salah satunya bertujuan untuk menguji pengaruh program

CSR terhadap pendapatan usaha UKM sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan

PTPN III. Adapun data pendapatan usaha yang diterima UKM sebelum dan

sesudah menjadi mitra binaan, adalah:

Tabel 4.8. Data Pendapatan Usaha Mitra Binaan Sebelum dan Sesudah Mitra Binaan PTPN III

No. Jenis Usaha Pendapatan Usaha

Sebelum Sesudah

Untuk menganalisis pengaruh terhadap pendapatan usaha sebelum dan

(31)

menggunakan paired sample t-test dengan menggunakan bantuan SPSS versi 22.0.

Adapun analisis dan hasil output paired samples test disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.9. Tabel Output Paired-Samples T-test

Model t hitung Sig.

Pair 1 sebelum – sesudah

- 12,637 0,000

Sumber: Lampiran 4

Berdasarkan hasil output di atas, dapat diuji perbedaan pendapatan usaha

sebelum dan sesudah mitra binaan PTPN III pada taraf kepercayaan 95% dengan

menyusun hipotesis yang yang dirumuskan untuk pengujian dengan menggunakan

mean atau rata-rata hitung, yaitu:

Ho : Tidak ada perbedaan jumlah pendapatan usaha sebelum dan sesudah

menjadi mitra binaan PTPN III.

Ha : Ada perbedaan jumlah pendapatan usaha sebelum dan sesudah

menjadi mitra binaan PTPN III.

Dasar pengambilan keputusan: apabila probabilitas > 0,05 Ho diterima,

tetapi apabila probabilitas < 0,05 Ho ditolak. Tampak pada tabel bahwa nilai t

hitung adalah t = 12,637 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas 0,000 <

0,05, maka Ho ditolak. Atau dapat juga dengan cara membandingkan nilai t hitung

dengan t tabel, dengan ketentuan:

- Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

- Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Tampak bahwa nilai t hitung = 12,637 , dan t tabel dapat dicari pada tabel

distribusi nilai t, yaitu pada taraf kepercayaan 95% (α = 5% dan karena uji t

(32)

= 0,025) dan derajat bebas (df) = n-1 = 90-1 = 89, sehingga diperoleh harga t tabel

= t (0.025;89) = 1,987.

Karena t hitung > t tabel, maka dapat diputuskan bahwa Ha diterima dan

Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan (0,000 <

0,05) terhadap jumlah pendapatan usaha sebelum dan sesudah menjadi mitra

binaan PTPN III.

4.1.5.2. Analisis uji t-test untuk Penyerapan Tenaga Kerja UKM Sebelum dan Sesudah Mitra Binaan PTPN III

Dengan semakin berkembangnya suatu UKM, maka semakin

meningkatnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Jika dilihat pada tabel, dapat

dilihat persentase perubahan jumlah pertambahan jumlah tenaga kerja antara

sebelum dan sesudah mitra binaan PTPN III. Untuk usaha dagang, besarnya

persentase perubahannya adalah 0,2%, usaha jasa sebesar 0,2%, dan usaha

industri mampu menyerap tenaga kerja sebesar 0,25%. Adapun jumlah

penyerapan tenaga kerja pada masing-masing usaha UKM dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.10. Data Penyerapan Tenaga Kerja UKM Sebelum dan Sesudah Mitra Binaan

No. Jenis Usaha Tenaga Kerja

Sebelum Sesudah

1. Dagang 39 59

2. Jasa 62 82

3. Industri 104 129

Jumlah 205 270

(33)

Analisis pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja UKM sebelum dan

sesudah menjadi mitra binaan PTPN III dapat dilakukan pengujian dengan

menggunakan paired sample t-test dengan menggunakan bantuan SPSS versi 22.0.

Adapun analisis dan hasil output paired samples test disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.11.Tabel Output Paired-Samples T-test

Model t hitung Sig.

Pair 1 sebelum – sesudah

-8.483 0,000

Sumber: Lampiran 4

Berdasarkan output di atas, dapat diuji perbedaan penyerapan tenaga kerja

sebelum dan sesudah mitra binaan PTPN III pada taraf kepercayaan 95% dengan

menyusun hipotesis yang yang dirumuskan untuk pengujian dengan menggunakan

mean atau rata-rata hitung, yaitu:

Ho : Tidak ada perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah

menjadi mitra binaan PTPN III.

Ha : Ada perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah menjadi

mitra binaan PTPN III.

Dasar pengambilan keputusan: apabila probabilitas > 0,05 Ho diterima,

tetapi apabila probabilitas < 0,05 Ho ditolak. Tampak pada tabel bahwa nilai t

hitung adalah t = 8,483 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas 0,000 <

0,05, maka Ho ditolak. Atau dapat juga dengan cara membandingkan nilai t hitung

dengan t tabel, dengan ketentuan:

- Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

(34)

Tampak bahwa nilai t hitung = 8,483 dan t tabel dapat dicari pada tabel

distribusi nilai t, yaitu pada taraf kepercayaan 95% (α = 5% dan karena uji t

bersifat dua sisi, maka nilai a yang dapat dirujuk pada tabel t adalah α/2 = 0,05/2

= 0,025) dan derajat bebas (df) = n-1 = 90-1 = 89, sehingga diperoleh harga t tabel

= t (0.025;89) = 1,987.

Karena t hitung > t tabel, maka dapat diputuskan bahwa Ha diterima dan

Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan (0,000 <

0,05) terhadap penyerapan tenaga kerja sebelum dan sesudah menjadi mitra

binaan PTPN III.

4.1.5.3. Analisis Statistik Deskriptif untuk Pola Pemasaran UKM Mitra Binaan PTPN III

Untuk melihat hasil apakah pola pemasaran mengalami perubahan atau

tidak maka digunakan metode statistik deskriptif dengan pendekatan kuantitatif

dan kualitatif. Namun dalam hal ini untuk melihat perubahan pola pemasaran

tersebut, dilihat dari 4 variabel yaitu produk(product), harga(price), lokasi(place),

danpromosi(promotion). Jika dilihat dari hasil kuesioner yang diberikan kepada

responden, sebanyak 8 responden menyatakan mengalami perubahan pada

produk, 15 responden menyatakan mengalami perubahan pada variabel harga,

sebanyak 4 responden menyatakan mengalami perubahan dalam variabel lokasi,

17 responden mengalami perubahan untuk promosi. Dan jika dilihat hasil

perubahan pada pola pemasaran yang dibagi dalam 4 variabel, terlihat bahwa

(35)

dapat kita lihat pada tabel di bawah ini data hasil pola pemasaran sebelum dan

sesudah mitra binaan PTPN III.

Tabel. 4.12. Data Hasil Pola Pemasaran Sebelum dan Sesudah Mitra Binaan PTPN III

Pola Pemasaran Meningkat Tetap

Produk 8 82

Harga 15 75

Lokasi 4 86

Promosi 17 73

Sumber: Lampiran 3

Untuk melihat tingkat persentase adanya perubahan pengaruh program

CSR terhadap pola pemasaran yang telah terbagi dalam 4 variabel, maka dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 4.13. Data Persentase Perubahan Hasil Pola Pemasaran Sebelum dan Sesudah Mitra Binaan PTPN III

Pola Pemasaran Meningkat Persentase (%)

Jika dilihat pada tabel terdapat UKM yang mengalami perubahan pada

pola pemasaran. Namun dalam hal ini, pola pemasaran yang telah terbagi dalam 4

variabel lebih dijelaskan sebagai berikut:

• Strategi produk, pemilik UKM mitra binaan PTPN III sebanyak 8,9%

responden beranggapan bahwa sesudah menjadi mitra binaan PTPN III

ternyata berdampak terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas produk atau

(36)

• Untuk tingkat harga ataupun jasa yang ditawarkan UKM dibandingkan

dengan produk ataupun jasa yang sejenis sebelum dan sesudah mitra binaan

PTPN III adalah sama dengan tingkat harga yang ditawarkan produk pesaing

dengan peningkatan persentase sebesar 16,7%. Dengan kata lain, adanya

pengaruh pada kemampuan UKM dalam menentukan harga yang bersaing di

pasar.

• Sebanyak 4,4% pemilik UKM menyatakan sesudah menjadi mitra binaan

PTPN III, kondisi tempat usaha yang ditempati cukup memadai sehingga

dapat dikatakan bahwa Program CSR memberikan pengaruh pada perbaikan

atau perluasan lokasi usaha.

• Setelah menjadi mitra binaan PTPN III, sebanyak 18,9% UKM menyatakan

bahwa adanya perubahan promosi produk ataupun jasa yang dilakukan untuk

pengembangan usaha dari UKM tersebut. Yang dimana usaha tersebut

mengalami perluasan jangkauan pemasaran.

4.2. Pembahasan

Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa Program CSR PTPN III

memiliki pengaruh dan dampak terhadap pendapatan, penyerapan jumlah tenaga

kerja, dan pola pemasaran UKM yang meningkat dibandingkan sebelum

menerima bantuan program CSR PTPN III.

Adapun uraian dari hasil analisis di atas adalah sebagai berikut:

• Program CSR PTPN III ternyata memberikan pengaruh yang signifikan

(37)

sebesar 0,000. Bantuan modal yang diberikan oleh pihak perusahaan mampu

meningkatkan pendapatan UKM, yang dimana masalah permodalan

merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit

usaha. Selain itu, UKM juga berperan penting dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, secara tidak langsung bantuan

program CSR yang diberikan telah memberikan kontribusi besar pada

pendapatan daerah dan pendapatan nasional.

• UKM yang dibina oleh suatu perusahaan ternyata memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini terlihat dari nilai

signifikannya sebesar 0,000. Dan bantuan program CSR yang diberikan untuk

pengembangan UKM juga sangat berperan dalam mengurangi tingkat

pengangguran.

• Dalam pengembangan suatu usaha selain modal, tentu harus memperhatikan

pola pemasaran yang diterapkan oleh UKM. Selain memberikan bantuan

modal, program CSR PTPN III juga memberikan pelatihan kepada

usaha-usaha yang telah bermitra dengan perusaha-usahaan tersebut. Dilihat dari pelatihan

yang diberikan kepada UKM tenyata memberikan perbedaan terhadap strategi

pola pemasaran yang diterapkan UKM.

Dengan penjelasan di atas, agar pengembangan UKM oleh PTPN III

dapat lebih berhasil, maka dapat dilakukan mulai dari peningkatan pembinaan

terhadap pola pemasaran yang akan diterapkan oleh UKM. Hal ini dapat dilihat

dari jumlah UKM yang menerapkan pola pemasaran untuk pengembangan

(38)

• Pelatihan yang dilaksanakan lebih berfokus terhadap peningkatan kualitas

produk untuk usaha dagang dan industri sehingga usaha di bidang jasa kurang

mendapatkan strategi pola pemasaran khususnya untuk strategi peningkatan

kualitas jasa yang ingin ditawarkan UKM.

• Untuk penerapan strategi pada harga, sebanyak 83,3% responden menyatakan

harga yang ditawarkan oleh UKM sebelum menjadi mitra binaan sudah

mampu bersaing di pasaran sehingga tidak adanya perubahan harga yang

ditawarkan setelah menjadi mitra binaan PTPN III.

• Oleh karena sebagian besar responden menyatakan bahwa lokasi UKM

sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN III sudah cukup strategis

maka didapat hasil data dari kuesioner hanya 4 responden atau 4,4% yang

menerapkan strategi pola pemasaran pada lokasi usaha.

• Jumlah responden yang menerapkan pola pemasaran promosi merupakan

jumlah yang paling besar dibandingkan 3 kategori pola pemasaran lainnya

yaitu 17 responden atau sebesar 18,9%. Hal ini dikarenakan UKM menyadari

perlu adanya strategi promosi dalam meningkatkan jangkauan perluasan

pemasaran usaha. Hal ini dapat dilihat dari jangkauan pemasaran diperluas

melalui dunia maya, seperti yang saat ini memang sudah menjadi trend

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah mengadakan analisa data mengenai pengaruh pelaksanaan program

CSR terhadap perkembangan UKM mitra binaan PTPN III Medan maka penulis

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan yang signifikan jumlah pendapatan usaha yang diperoleh

UKM sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN III Medan.

2. Ada perbedaan yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja UKM

sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN III Medan.

3. Pola pemasaran produk memberikan pengaruh terhadap responden

sebanyak 8,9%, pada harga memberikan pengaruh sebanyak 16,7%

responden, lokasi memberikan pengaruh sebanyak 4,4% responden, dan

pada promosi sebanyak 18,9% responden.

B. SARAN

Agar memberikan pengaruh yang lebih baik lagi bagi UKM mitra binaan

PTPN III, maka penulis menyimpulkan saran-saran dari responden kepada PTPN

III Medan yang dapat bermanfaat. Adapun saran tersebut antara lain:

1. Pihak PTPN III perlu melakukan peningkatan pembinaan kepada mitra

(40)

dapat mengembangkan usahanya, terkhusus terhadap peningkatan pada

pola pemasaran yang diterapkan UKM.

2. Perlu adanya peningkatan sosialisasi program kepada masyarakat

mengenai kegiatan dan informasi yang ada di PTPN III, sehingga

masyarakat mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi dan bermanfaat bagi

kelangsungan usaha mereka.

3. PTPN III Medan, khususnya bagian pembinaan UKM, hendaknya

memberikan arahan tambahan kepada UKM mitra binaan yaitu UKM

tersebut mengadakan spesialisasi kerja, artinya tenaga kerja yang

digunakan hendaknya sesuai dengan keahliannya, sehingga penggunaan

tenaga kerja efisien dan efektif, akibatnya dapat dicapai produktivitas yang

(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Program Corporate Social Responsibility 2.1.1. Definisi Corporate Social Responsibility

Suhandari M. Putri (2007) menyatakan CSR adalah komitmen perusahaan

atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang

berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan

menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis,

sosial, dan lingkungan.

Seiring dengan makin kompleksnya kepemilikan sebuah usaha, konsep

CSR menjadi meluas maknanya, salah satunya adalah niat baik dan komitmen dari

perusahaan untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup

masyarakat, keberlanjutan pengembangan masyarakat, ekonomi lokal sehingga

memberikan kontribusi juga terhadap keberlanjutan perusahaan. Kegiatan tersebut

dilakukan bekerjasama antara perusahaan dengan karyawan, keluarga mereka,

komunitas lokal (masyarakat), dan lingkungan secara luas dalam. (Nurdizal M.

Rachman, 2011).

Dalam bukunya, Elkington mengemas CSR yang bersifat sustainable

developmentke dalam tiga fokus atau 3P, sebagai singkatan dari profit, planet dan

(42)

(profit). Juga harus memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet)

dan kesejahteraan masyarakat (people). (Gambar 2.1)

Gambar 2.1. Triple Bottom Lines dalam CSR

Pada tahun 2002 Global Compact Initiative menegaskan kembali tentang

triple Psebagai tiga pilar CSR dengan menyatakan tujuan bisnis adalah untuk

mencari laba (profit), mensejahterakan orang (people), dan menjamin

keberlanjutan kehidupan (planet). Ketiga aspek itu diwujudkan dalam kegiatan

sebagaimana terlihat pada tabel berikut: Profit

(Keuntungan Bersama)

People

(Kesejahteraan

Manusia/Masyarakat) Planet

(43)

Tabel 2.1. Kegiatan Corporate Social Responsibility

Aspek Muatan

1. Sosial Pendidikan, pelatihan, kesehatan, perumahan, penguatan kelembagaan (secara internal, termasuk kesejahteraan karyawan) kesejahteraan sosial, olahraga, pemuda, wanita, agama, kebudayaan dan sebagainya.

2. Ekonomi Kewirausahaan, kelompok usaha bersama/unit

makro kecil dan menengah (KUB/UMKM), agrobisnis, pembukaan lapangan kerja, infrastruktur ekonomi dan usaha produktif lain.

3. Lingkungan Penghijauan, reklamasi lahan, pengelolaan air, pelestarian alam, ekowisata penyehatan lingkungan, pengendalian polusi, serta penggunaan produksi dan energi secara efisien.

Sumber: Hardinsyah dan Muhammad Iqbal, (2012)

Menurut Saidi dan Abidin (2003) ada 4 model atau pola CSR yang

diterapkan di Indonesia, yaitu:

1. Keterlibatan langsung, yaitu perusahaan menjalankan program CSR

secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial

atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, yaitu perusahaan

mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya.

Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin, atau dana

abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.

3. Bermitra dengan pihak lain, yaituperusahaan menyelenggarakan CSR

melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non pemerintah,

instansi pemerintah, universitas, atau media massa, baik dalam

mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium, yaitu

(44)

lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pola ini

lebih beriorentasi pada pihak pemberian hibah perusahaan yang

bersifat hibah pembangunan. Pihak konsorsium yang dipercayai oleh

perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari

mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian

mengembangkan program yang disepakati bersama.

2.1.2. Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan (TJSL) Berdasarkan (“UUPT”) sert

Mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dalam Pasal 74

UUPT dan penjelasannya. Pengaturan ini berlaku untuk perseroan. Berdasarkan

Pasal 1 angka 1 UUPT, Perseroan (Perseroan Terbatas) adalah badan hukum yang

merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan

kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan

pelaksanaannya.

Menurut Pasal 1 angka 3 UUPT, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang

(45)

pada umumnya.Pasal 74 UUPT pada dasarnya mengatur mengenai hal-hal berikut

ini:

a. TJSL ini wajib untuk perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya

di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam. Yang

dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di

bidang sumber daya alam” adalah perseroan yang kegiatan usahanya

mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam.Sedangkan yang

dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya

yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak

mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan

usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.

b. TJSL ini merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan

diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya

dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

c. Mengenai sanksi, dikatakan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan

kewajiban TJSL akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang terkait.

Dalam Pasal 4 PP 47/2012, dikatakan bahwa TJSL dilaksanakan oleh

Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat

persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”)

sesuai dengan anggaran dasar perseroan. Rencana kerja tahunan perseroan

tersebut memuat rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk

(46)

2.2. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2.1. Definisi Usaha Kecil dan Menengah

Di Indonesia terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM atau

industri kecil, diantaranya:

a. Badan Pusat Statistik BPS mengungkapkan defenisi usaha kecil dan

menengah adalah perusahaan atau industri dengan mengklasifikasikan

industri berdasarkan jumlah tenaga kerja, yaitu:

Tabel 2.2. Klasifikasi Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja No. Segmen Klasifikasi Industri Tenaga Kerja

1. Industri Rumah tangga 1-4 orang

2. Industri Kecil 5-9 orang

3. Industri Sedang/Menengah 10-99 orang

4. Industri Besar Lebih dari 100 orang

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013.

b. Bank Indonesia menyatakan perusahaan atau industri dengan

karakteristik berupa: (a) modalnya kurang dari Rp 20 juta; (b) untuk

satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta; (c)

memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan; dan

(d) omzet tahunan ≤ Rp 1 miliar.

c. Departemen Perindustrian dan Perdagangan:

1) perusahaan memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan

bangunan (Departemen Perindustrian sebelum digabung)

2) perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp 25 juta (Departemen

(47)

d. Departemen Keuangan menyatakan usaha kecil dan menengah adalah

perusahaan yang memiliki omset maksimum Rp 600 juta per tahun dan

atau aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan.

Menurut UU No. 20 Tahun 2008, pengertian Usaha Kecil Menengah

dibagi kedalam dua pengertian, yakni:

• Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut:

-Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

- Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah).

• Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut:

- Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

- Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Sedangkan definisi UKM menurut lembaga dan beberapa negara

asingdidasarkan pada aspek-aspek sebagai berikut:

- Jumlah tenaga kerja

(48)

- Jumlah aset

World Bank membagi UKM ke dalam 3 jenis dengan kriteria-kriteria UKM di

negara-negara dan lembaga asing, yaitu:

1. Medium Enterprise, dengan kriteria:

- Jumlah karyawan maksimal 300 orang.

- Pendapatan setahun hingga sejumlah Rp 150.000.000.000,00.

- Jumlah aset hingga sejumlah Rp 150.000.000.000,00.

2. Small Enterprise, dengan kriteria:

- Jumlah karyawan kurang dari 30 orang.

- Pendapatan setahun tidak melebihi Rp 30.000.000.000,00.

- Jumlah aset tidak melebihi Rp 30.000.000.000,00.

3. Micro Enterprise, dengan kriteria :

- Jumlah karyawan kurang dari 10 orang.

- Pendapatan setahun tidak melebihi Rp 1.000.000.000,00.

- Jumlah aset tidak melebihi Rp 1.000.000.000,00.

2.2.2. Konsep Pengembangan UKM

Pembangunan dan pertumbuhan usaha kecil dan menengah UKM

merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Menurut

Tambunan (2002), disebutkanbahwadi Indonesia, peran UKMbagi pembangunan

ekonomi nasional sangatlah penting. Hal ini dilihat dari jumlah unit usahanya

(49)

kontribusi yang besar terhadap kesempatan kerja dan pendapatan, khususnya di

daerah perdesaan dan bagi keluarga berpendapatan rendah.

Menurut Hoselitz dalam Dwi Prasetyani (2006) menyebutkan bahwa kunci

utama keberhasilan UKM dalam bertahan menghadapi berbagai krisis adalah

karena karakteristik UKM yang cenderung berbiaya rendah. Selain itu letak dan

produk UKM yang spesifik juga membuat para pelaku UKM berbeda serta

memiliki pangsa pasar tersendiri. Dalam memproduksi barang maupun jasa lebih

mudah beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas inilah yang

menyebabkan para pelaku mampu bertahan dalam jangka waktu yang relatif

panjang.

Dari berbagai konsep mengenai pemberdayaan masyarakat di bidang

ekonomi khususnya pemberdayaan UKM, Sriyana (2010) dalam jurnal ilmiahnya

menyatakan ada beberapa pilihan strategi yangdilakukan dalam pemberdayaan

UKM, yaitu:

1. Kemudahan dalam Akses Permodalan

Bank diharapkan tidak lagi hanya memburu perusahaan-perusahaan

yang telah mapan, akan tetapi juga menjadi pelopor untuk

mengembangkan potensi perekonomian dengan menumbuhkan

wirausahawan melalui dukungan akses permodalan bagi

pengembangan wirausaha barudi sektor UKM.

2. Bantuan Pembangunan Prasarana

Dengan tersedianya prasarana pemasaranatau transportasi dari lokasi

(50)

akhirnya akan meningkatkan penerimaan petani dan pengusaha mikro,

pengusaha kecil, dan pengusaha menengah. Artinya, dari sisi

pemberdayaan ekonomi, maka proyek pembangunan prasarana

pendukung desa tertinggal, sangatlah strategis.

3. Pengembangan Skala Usaha

Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah dilakukan dengan

suatu pendekatan terhadap kelompok bukan melalui pendekatan

individual. Karena pada masyarakat ekonomi lemah, sangat sulit

mencapai akumulasi kapital sehinggaharus dilakukan bersama-sama

dalam wadah kelompok atau usaha bersama. Pengelompokan dan

pengorganisasian ekonomi dapat diarahkan pada kemudahan untuk

memperoleh akses modal ke lembaga keuangan yang telah ada, dan

untuk membangun skala usaha yang ekonomis.

4. Pengembangan Jaringan Usaha, Pemasaran dan Kemitraan Usaha

Melakukan kontak dengan berbagai pusat-pusat informasi bisnis,

asosiasi-asosiasi dagang baik di dalam maupun di luar negeri,

pendirian danpembentukan pusat-pusat data bisnis UKM serta

pengembangan situs-situs UKM di seluruh kantor perwakilan baik

pemerintah di dalam negeri maupun luar negeri.

5. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui berbagai cara seperti

pendidikan dan pelatihan, seminar dan lokakarya, on the job training,

(51)

kesempatanuntuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk

mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan

(Hafsah, 2004).

6. Peningkatan Akses Teknologi

Strategi yang perlu dilakukan dalam peningkatan akses teknologi bagi

pengembangan usaha kecil menengah adalah memotivasi berbagai

lembaga penelitian teknologi yang lebih berorientasi untuk

peningkatan teknologi sesuai kebutuhan UKM, pengembangan pusat

inovasi desain sesuai dengan kebutuhan pasar, pengembangan pusat

penyuluhan dan difusi teknologi yang lebih tersebar ke lokasi-lokasi

Usaha Kecil Menengah dan peningkatan kerjasama antara

asosiasi-asosiasi UKM dengan perguruan tinggi atau pusat-pusat penelitian

untuk pengembangan teknologi UKM.

7. Mewujudkan iklim bisnis yang lebih kondusif

Memfasilitasi terselenggaranaya lingkungan usaha yang efisien secara

ekonomi, sehat dalam persaingan dan non diskriminatif bagi

keberlangsungan dan peningkatan kinerja UKM. Selain itu perlu ada

tindakan untuk melakukan penghapusan berbagai pungutan yang tidak

tepat, keterpaduan kebijakan lintas sektoral, serta pengawasan dan

pembelaan terhadap praktek-praktek persaingan usaha yang tidak

sehat dan didukung penyempurnaan perundang-undangan serta

(52)

2.2.3. Pola Pemasaran

Yang menjadi prinsip dasar dari pemasaran yaitu menciptakan nilai bagi

langganan (customer value), keunggulan bersaing (competitive advantages), dan

fokus pemasaran. Tujuan pemasaran bukan mendapatkan langganan (get

customer), akan tetapi memperbaiki situasi bersaing (improve competitive

situation).

Kotler dan Armstrong (2008) mengemukakan pola pemasaran yaitu bauran

pemasaran (marketing mix).Dalam bauran pemasaran terdapat variabel tersebut

terdiri dari produk, harga (price), tempat atau saluran distribusi (place), dan

promosi. Atau yang sering disebut 4”P”.

1. Produk

Produk merupakan barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan

sebagai sesuatu yang dipasarkan. Produk menjadi tolak ukur keberhasilan suatu

perusahaan di mata konsumen. Hal ini sangat berkaitan erat dengan desain, merk,

bentuk kemasan dari produk untuk dapat menarik konsumen.

2. Harga

Harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran yang menghasilkan

pendapatan, sedangkan unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya.Namun

keputusan tentang harga jual mempunyai implikasi yang cukup luas

perusahaanmaupun konsumen. Harga yang terlalu tinggi dapat menimbulkan

kemungkinanmenurunnya daya saing. Sebaliknya harga rendah dapat

(53)

3. Tempat atau Lokasi

Teori Lokasi dari August Losch dalam Muhammad (2008). Melihat

persoalan dari sisi permintaan (pasar). Losch mengatakan bahwa,lokasi penjual

sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin

jauh dari tempat penjual, konsumen semakin enggan membeli karena biaya

transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal.

Lamb et al., (2001) menyatakan bahwa memilih tempat atau lokasi yang

baik merupakan keputusan yang penting, karena:

a. Tempat merupakan komitmen sumber daya jangka panjang yang dapat

mengurangi fleksibilitas masa depan usaha.

b. Lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan di masa depan. Area yang dipilih

haruslah mampu untuk tumbuh dari segi ekonomi sehingga ia dapat

mempertahankan kelangsungan hidup usaha.

c. Lingkungan setempat dapat saja berubah setiap waktu, jika nilai lokasi

memburuk, maka lokasi usaha harus dipindahkan atau ditutup.

4. Promosi

Defenisi promosi ialah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen

untuk mengomunikasikan manfaat dari produknya, membujuk, dan mengingatkan

para konsumen sasaran agar membeli produk tersebut (Kotler, 2005).

Sedangkan proses dari promosi itu sendiri ialah mengkomunikasikan

program perusahaan terhadap masyarakat konsumen melalui beberapa cara

(54)

a. Periklanan adalahbentuk presentasi dan promosi non pribadi tentang ide,

barang, dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu.

b. Personal selling adalahpresentasi lisan dalam suatu percakapan dengan satu

calon pembeli atau lebih yang ditujukan untuk menciptakan penjualan.

c. Publisitas adalahpendorong permintaan secara non pribadi untuk suatu

produk, jasa atau ide dengan menggunakan berita komersial di dalam media

massa dan sponsor tidak dibebani sejumlah bayaran secara langsung.

d. Promosi penjualan adalah kegiatan pemasaran selain personal selling,

periklanan dan publisitas yang mendorong pembelian konsumen dan dengan

efektifitas pengecer.

2.3. Peran UKM

2.3.1. Peran UKM dalam Pemerataan Pendapatan

Peranan UKM yang tak kalah pentingnya dengan upaya mewujudkan

pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja yang tinggi adalah peranan

dalam upaya mewujudkan pemerataan pendapatan. Dalam rangka meningkatkan

peran UKM diIndonesia berbagai kebijakan dari aspek makroekonomi perlu

diterapkan. Dengan memberikan stimulus ekonomi yang lebih besar kepada

industri ini akan memberikan dampak yang besar dan luas terhadap pertumbuhan

ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan yang lebih merata di

Indonesia. Dengan stimulus yang dimaskud dapat berupa memberikan dana

kepada UKM melalui investasi pemerintah dan investasi swasta domestik maupun

(55)

pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk

mengalokasikan sebagian besar dana APBD maupun APBN untuk diinvestasikan

dalam usaha dalam usaha produktif UKM. Sementara itu, untuk menciptakan dan

mendorong berbagai pihak swasta maupun swasta asing menginvestasikan

dananya padaUKM perlu diberikan berbagai kemudahan dalam bentuk

penyediaan database, penyediaan infrastruktur, kemudahan sistem administrasi

birokrasi, dan kemudahan pajak. Pemanfaatan dana pinjaman luar negeri dalam

bentuk loan bagi pengembangan UKM juga dapat dilakukan, disamping

mengerahkan bantuan(hibah) luar negeri untuk memperkuat dan meningkatkan

peran UKM.

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pinjaman

modal berupa kredit berbunga rendah. Untuk pelaksanaanya melibatkan pihak

perbankan, khususnya perbankan milik pemerintah. Upaya ini dilakukan untuk

meningkatkan aksesbilitas para pelaku UKM terhadap modal yang selama ini

relative terbatas. Diperlukan pula ketegasaan dari pemerintah dalam bentuk

peraturan perundangan ataupun peraturan pemerintah(PP) untuk mendorong pihak

perbankan melakukan tugasnya dengan sungguh sungguh dan penuh tanggung

jawab.

Pendapatan bagi sejumlah pelaku ekonomi merupakan uang yang telah

diterimaoleh pelanggan dari perusahaan sebagai hasil penjualan barang dan jasa.

Pendapatan juga diartikan sebagai jumlah penghasilan, baik dari perorangan

maupun keluarga dalambentuk uang yang diperolehnya dari jasa setiap bulan, atau

(56)

Konsep perhitungan pendapatan menurut Sukirno (2004) dapat

dilakukanmelalui tiga pendekatan, yaitu.

1) Production approach (pendekatan produksi)adalah menghitung

seluruh nilai tambah produksi barang atau jasa yang dihasilkan dalam

ukuran waktu tertentu.

2) Income approach (pendekatan pendapatan)adalah menghitung seluruh

nilai balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi dalam ukuran

waktu tertentu.

3) Expenditure approach (pendekatan pengeluaran), adalah menghitung

seluruh pengeluaran dalam kurun waktu tertentu.

2.3.2. Peran UKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja

Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan cukup luas, menyerap

tenaga kerja dalam maknanya menghimpun orang atau tenaga kerja di suatu

lapangan usaha, untuk dapat sesuai dengan kebutuhan usaha itu sendiri.

Menurut Simanjuntak (2001) tenaga kerja dikelompokan menjadi dua

yaituangkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

1) Angkatan kerja (labor force)

Besarnya penyediaan tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang

yangmenawarkan jasa untuk produksi. Diantaranya sebagian sudah aktif

dalam kegiatanmenghasilkan barang atau jasa, golongan ini disebut golongan

yang bekerja (employedpersons). Golongan yang siap bekerja dan sedang

(57)

Jumlahyang bekerja dan pencari kerja disebutsebagai angakatan kerja.

Mereka yang berumur 15 tahun keatas atau tidak bekerja dantidak mencari

pekerjaan karena bersekolah, mengurus rumah tangga, secara fisik danmental

tidak memungkinkan untuk bekerja tidak dimasukkan ke dalam angkatan

kerja.

2) Bukan angkatan kerja

Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari tiga golongan, antara lain :

a. Golongan yang masih bersekolah.

b. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus

rumahtangga tanpa memperoleh upah.

c. Golongan lain-lain, yang tergolong dalam lain-lain ini ada dua macam yaitu

pertama, penerima pendapatan adalah mereka yang tidak melakukan suatu

kegiatanekonomi tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan

pensiun, bunga atassimpanan di bank dan sewa milik. Kedua, mereka yang

hidupnya tergantung dariorang lain misalnya karena lanjut usia, cacat,

sakit kronis dan dalam penjara.

Dalam ilmu ekonomi seperti kita ketahui faktor-faktor produksi yang

terdiri dari: tanah, modal, tenaga kerja, skill. Salah satu faktor tersebut adalah

tenaga kerja yang sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki agar

tenaga kerja yang dimiliki dalam sektor industri, modal utama yang dibutuhkan

adalah sumber daya manusia.

Dalam Pasal 5 UU No.20 Tahun 2008, dijelaskan bahwa pemberdayaan

(58)

a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan;

b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan

c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam

pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan

pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari

kemiskinan.

Penyerapan tenaga kerja melalui penciptaan usaha usaha industri

kecilberdampak terhadap berkurangnya tingkat pengangguran yang ada di

Indonesia. Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menyebutkan

sampai pada tahun 2013, sudah ada sebanyak 55,2 juta UKM atau 99,98% dari

total unit usaha di Indonesia. UKM saat ini telah menyerap sebanyak 101,72 juta

tenaga kerja atau 97,3% dari total tenaga kerja Indonesia serta menyumbang

57,12% dari total produksi domestik bruto (PDB).

2.4. Hubungan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Pengembangan UKM

2.4.1. Pola Kemitraan dalam CSR

Konsep kemitraan merupakan terjemahan dari partnership atau bagian dari

tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya sesuai dengan konsep

manajemen berdasarkan sasaran atau partisipatif. Sesuai dengan konsep

(59)

mengembangkan usaha kecil dan masyarakat pelanggannya, karena pada akhirnya

hanya konsep kemitraan ini akan dapat menjamin eksistensi perusahaan besar,

terutama untuk jangka panjang. Dalam UU tentang Usaha Kecil, konsep

kemitraan dirumuskan dalam pasal 26 sebagai berikut:

1) Usaha menengah dan usaha besar melaksanakan hubungan kemitraan

dengan usaha kecil, baik yang memiliki maupun yang tidak memiliki

keterkaitan usaha.

2) Pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud, diupayakan

ke arah terwujudnya keterkaitan usaha.

3) Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan

pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan

pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan

teknologi.

4) Dalam melaksanakan hubungan kedua belah pihak mempunyai

kedudukan hukum yang setara.

Pembinaan Corporate Social Responsibility untuk pengembangan usaha

mikro, kecil dan menengah telah menjadi salah satu pilihan strategis agar

memperkuat dan meningkatkan daya saing usaha mikro, kecil dan menengah.

Perusahaan-perusahaan besar perlu bekerjasama satu sama lain agar

memanfaatkan peluang-peluang demi pertumbuhan dan kemakmuran masyarakat.

Corporate Social Responsibility salah satu solusi dalam pengembangan

kemitraan-kemitraan yang kuat dalam usaha mikro, kecil dan menengah (Saydam,

(60)

Dalam proses implementasinya, kemitraan yang dijalankan tidak

selamanya ideal, karena dalam pelaksanaannya kemitraan yang dilakukan

didasarkan pada kepentingan pihak yang bermitra. Menurut Wibisono (2007),

kemitraan yang dilakukan antara perusahaan dengan pemerintah maupun

komunitas/ masyarakat dapat mengarah ketiga skenario, diantaranya:

1. Pola Kemitraan Kontra Produktif

Pola ini akan terjadi jika perusahaan masih berpijak pada pola

konvensional yang hanya mengutamakan kepentingan pemilik modal

(shareholders) yaitu mengejar keuntungan (profit) sebesar-besarnya.

Fokus perhatian perusahaan memang lebih tertumpu pada bagaimana

perusahaan bisa meraup kentungan secara maksimal, sementara

hubungan dengan pemerintah dan komunitas atau masyarakat hanya

sekedar pemanis belaka.

2. Pola Kemitraan Semi Produktif

Dalam skenario ini pemerintah dan komunitas atau masyarakat

dianggap sebagai obyek dan masalah di luar perusahaan. Perusahaan

tidak tahu program-program pemerintah, pemerintah juga tidak

memberikan iklim yang kondusif kepada dunia usaha dan masyarakat

yang bersifat pasif. Pola kemitraan ini masih mengacu pada

kepentingan jangka pendek dan belum atau tidak menimbulkan rasa

memiliki (sense of belonging) di pihak masyarakat dan low benefit

(61)

atau public relation dimana pemerintah dan komunitas atau

masyarakat masih lebih dianggap sebagai objek.

3. Pola Kemitraan Produktif

Pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai subjek dan dalam

paradigma kepentingan umum (common interest). Prinsip saling

menguntungkan (simbiosis mutualisme) sangat kental pada pola ini.

Perusahaan mempunyai kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi,

pemerintah memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha dan

masyarakat memberikan support positif kepada perusahaan. Bahkan

bisa jadi mitra dilibatkan pada pola hubungan berbasis sumber daya

(resource-based partnership) dimana mitra diberi kesempatan menjadi

bagian dari shareholders.

2.4.2. Kemitraan CSR suatu Alternatif Penguatan UKM

Berbagai strategi dan program telah diupayakan dalam pemberdayaan

Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Peran dan dukungan masyarakat, perguruan

tinggi termasuk para pelaku bisnis danstakeholderslainnya juga sangatlah penting.

Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh pemerintah perlu didukung oleh

sumberdaya yang lain termasuk oleh para pelaku bisnis itu sendiri serta kemauan

dari para pelaku bisnis untuk melakukan perbaikan. Jadi sinergitas didalam

pemberdayaan UKM menjadi kunci penentu dalam rangka membangun UKM

Gambar

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan PekerjaanJumlah (orang)Persentase (%)
Tabel 4.6. Jumlah Tanggungan Responden Jumlah TanggunganJumlah (orang)
Tabel 4.8. Data Pendapatan Usaha Mitra Binaan Sebelum dan Sesudah Mitra Binaan PTPN III
Tabel 4.9. Tabel Output Paired-Samples T-test Modelt hitung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma (A.Md, RMIK) Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “ PENGARUH METODE LATIHAN DAN KESEGARAN JASMANI AWAL TERHADAP PENINGKATAN KESEGARAN JASMANI (Studi Eksperimen

Location of Apollo surface hardware derived from NAC images using the improved pointing correction. 4.2 WAC

Saudara atau yang diberi kuasa membawa berkas asli dan 1 (satu) copy dokumen penawaran beserta kelengkapan dokumen kualifikasi sesuai isian tabel kualifikasi yang

[r]

Untuk keperluan tersebut Penyedia diharapkan membawa berkas Penawaran Asli dan Copy beserta dokumen pendukungnya. Demikian undangan ini disampaikan, atas perhatian dan

Bahwa untuk keperluan tersebut dipandang perlu menetapkan Surat Keputusan Dekan.. Keuangan &amp; Kepegawaian

Untuk keperluan tersebut Penyedia diharapkan membawa berkas Penawaran Asli dan Copy beserta dokumen pendukungnya. Demikian undangan ini disampaikan, atas perhatian dan