UNIVERITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN
Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap Perkembangan
UKM Mitra Binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan
OLEH
Khairul Auliya
090523024
PROGRAM STUDI PEMBAGUANAN
DEPARTEMEN PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRACT
This Skripsi entitle the “ Analysis of Execution of Partner Program to Growth of UKM of Partner Binaan PTPN III Medan”. Intention of this research is to : (a) analyse of Execution of Partner Program to earnings of UKM of partner of binaan PTPN III Medan, (b) know how execution of Partner Program by PTPN III Medan in its Credit channeling for the UKM, (c) Analyse the influence of execution of Patner of binaan PTPN III Medan.
This research use the data sekunder coming from PTPN III Medan also use the Population and sampel coming from UKM of Partner of binaan PTPN III Medan that is Counted 22 sampel. To see how The Execution of Partnership for growth and development of small and middle business the research use variable Y as growth of income and middle business partnership PTPN III Medan, variable X1 as supply of kredit, and variable X2 as workers. The research use time series data 2002 until 2011 (10 years).
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap Perkembangan UKM Mitra Binaan PTPN III Medan”. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk : (a) menganalisa pelaksanaan program kemitraan terhadap pendapatan UKM mitra binaan PTPN III Medan, (b) mengetahui bagaimana pelaksanaan program kemitraan oleh PTPN III didalam penyaluran kreditnya untuk UKM, (c) menganalisa pengaruh pelaksanaan program kemitraan terhadap penyerapan tenaga kerja oleh UKM mitra binaan PTPN III Medan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari PTPN III Medan juga menggunakan populasi dan sampel yang berasal dari UKM mitra binaan PTPN III Medan yaitu sebanyak 22 sampel. Dilihat dari bagaimana perkembangan program mitra binaan dapat menumbuhkan dan mengembangkan pengusaha kecil dan menengah. Penelitian ini menggunakan variable Y sebagai perkembangan jumlah pendapatan dari pengusaha kecil menengah mitra binaan PTPN III Medan, variable X1 sebagai penyaluran Kredit, dan X2 sebagai jumlah tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan data tahun 2002 sampai 2011.
Menunjukan bahwa variable X1 (Penyaluran Kredit) tidak signifikan untuk
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena hanya
berkat ridho dan petunjuk-Nya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun skripsi ini berjudul “ Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan
Terhadap Perkembangan UKM Mitra Binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan’’ adalah guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Dalam rangka menyelesaikan skrpsi ini, penulis mendapat banyak
bantuan, nasehat, saran dan motivasi secara langsung maupun tidak langsung
hingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih dan
penghargaan penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Ketua Departemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi
6. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifudin, SE.M.Ec selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu, memberi bimbingan dan masukan dari awal
pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.
7. Bapak Kasyful Mahalli,SE,MSI selaku Pembaca yang telah meluangkan
waktu dan perhatiannya dalam penulisan skripsi ini
8. Seluruh Staf pengajar Fakultas Ekonomi USU yang telah membimbing dan
member petunuk selama penulis dalam masa perkulihan.
9. Seluruh Pegawai Fakultas Ekonomi USU yang telah memberikan bantuan dan
berbagai kmudahan dalam administrasi perkulihan selam penulis dalam
perkulihan.
10.Pimpinan dan Staf pada PT Perkebunan Nusantara III Medan yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan Skripsi ini.
11. Keluarga tercinta, bapak Saring, ibunda Nuriani serta adikku Rifki Habibi,
Fadli Kadafi dan Rina Agustina.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaiakan dan bantuan yang
diberikan dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap dengan
selesainya skripsi ini merupakan langkah awal untuk mecapai masa depan yang
lebih baik lagi.
Medan, Agustus 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGNTAR……..……….………..….i
DAFTAR ISI………...……….……….….…….………..……iii
DAFTAR TABEL……….……….……….…..…v
DAFTAR GAMBAR……… ……….………....………...vi
BAB I :PENDAHULUAN…………..………...………...……..1
1.1.Latar Belakang…………..………...………..1
1.2.Perumusan Masalah………..………10
1.3.Tujuan Penelitian………..………10
1.4.Hipotesis…...…..………..10
1.5.Manfaat Penelitian…………..………..11
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……….………..………12
2.1. Program Kemitraan………..…………..12
2.1.1. Pengertian BUMN Programa Kemitraan Usaha Kecil dan Menegah, Unit Program Kemitraan, Mitra Binaan BUMN Pembia………12
2.1.2. Pelakasanaan Program Kemitraan Berdasarkan Kepmen BUMN No. Kep. 236/MBU/2003 dan SE Kementrian BUMN No 433/MBU/2003……….……….15
2.2. Posisi UKM………...……….…………20
2.3. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Tantangan Pengembangan serta Permasalahan yang dihadapi UKM Industri dan Perdagangan.21 2.4. Kontribusi UKM Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja….…….26
BAB III : METODE PENELITIAN………..…….…..35
3.1 Lokasi Penelitian……….…….……...35
3.2. Jenis dan Sumber Data……….………..35
3.3. Metode Pengumpulan Data………....……36
3.4 Pengolahan Data……….36
3.5. Teknik Analisis…….………..36
3.6. Analisis Data……..……….………...37
3.7. Test Of Godness Of Fit (Uji Kesesuaian)…..………38
3.7.1 Uji t-Statistik……….38
3.7.2 Uji F-Statistik………39
3.7.3 Koefisien Determinan (R2)………..………..40
3.8. Defenisi Operasional……….………..40
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN………..41
4.1. PT. Perkebunaan Nusantara III Medan (Persero)…..………..41
4.2. Pelakasanan Program Kemitraan Oleh PT Perkebunaan Nusantara III Medan (Persero)……….45
4.3. Analisa dan Evaluasi………..………62
4.3.1. Uji t-Statistik………..…...……….65
4.3.2. Uji F-Statistik………..……….…….68
4.3.3. Interpretasi Hasil Model Regresi……….……….69
4.3.4. Koefisien Determinasi R2……….……...…….70
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN………...72
5.1. Kesimpulan……….……….72
5.2. Saran………...……….………73
DAFTAR PUSTAKA……….74
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pengelompokan Kegiatan Usaha Ditinjau dari Jumlah Pekerja……13
Tabel 2.2 Batasan Pengertian Usaha Kecil Menurut Beberapa Intansi……….14
Tabel 2.3 Jumlah Pinjaman dan Tingkat Bunganya………..19
Tabel 4.1 Jumlah Penyaluran Kredit, Perkembangan Mitra Binaan, Serta
Tenaga Kerja Terserap (Tahun 2002-2011)……….60
Tabel 4.2 Data Mitra Binaan PT Perkebunaan Nusantara III Medan Berserta
Jenis Usahanya (Tahun 2011)……….………….…….61
Tabel 4.3 Hasil Regresi Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap
Perkembangan UKM Mitra Binaan PT Perkebunaan Nusantara III
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Peningkatan Produktivitas Pekerja di Perusahaan………….30
Gambar 4.1 Diagram Alir Program Kemitraan………..57
Gambar 4.2 Hasil Uji t Statistik Untuk X1……….66
Gambar 4.3 Hasil Uji t Statistik Untuk X2……….67
ABSTRACT
This Skripsi entitle the “ Analysis of Execution of Partner Program to Growth of UKM of Partner Binaan PTPN III Medan”. Intention of this research is to : (a) analyse of Execution of Partner Program to earnings of UKM of partner of binaan PTPN III Medan, (b) know how execution of Partner Program by PTPN III Medan in its Credit channeling for the UKM, (c) Analyse the influence of execution of Patner of binaan PTPN III Medan.
This research use the data sekunder coming from PTPN III Medan also use the Population and sampel coming from UKM of Partner of binaan PTPN III Medan that is Counted 22 sampel. To see how The Execution of Partnership for growth and development of small and middle business the research use variable Y as growth of income and middle business partnership PTPN III Medan, variable X1 as supply of kredit, and variable X2 as workers. The research use time series data 2002 until 2011 (10 years).
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap Perkembangan UKM Mitra Binaan PTPN III Medan”. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk : (a) menganalisa pelaksanaan program kemitraan terhadap pendapatan UKM mitra binaan PTPN III Medan, (b) mengetahui bagaimana pelaksanaan program kemitraan oleh PTPN III didalam penyaluran kreditnya untuk UKM, (c) menganalisa pengaruh pelaksanaan program kemitraan terhadap penyerapan tenaga kerja oleh UKM mitra binaan PTPN III Medan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari PTPN III Medan juga menggunakan populasi dan sampel yang berasal dari UKM mitra binaan PTPN III Medan yaitu sebanyak 22 sampel. Dilihat dari bagaimana perkembangan program mitra binaan dapat menumbuhkan dan mengembangkan pengusaha kecil dan menengah. Penelitian ini menggunakan variable Y sebagai perkembangan jumlah pendapatan dari pengusaha kecil menengah mitra binaan PTPN III Medan, variable X1 sebagai penyaluran Kredit, dan X2 sebagai jumlah tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan data tahun 2002 sampai 2011.
Menunjukan bahwa variable X1 (Penyaluran Kredit) tidak signifikan untuk
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan tahun 1997,
perhatian kepada kelompok usaha kecil dan menengah meningkat karena berbagai
studi tentang dampak krisis terhadap usaha kecil membuktikan bahwa sector ini
mampu bertahan. Sejumlah sector juga mengalami peningkatan produktivitas
yang antara lain disebabkan oleh naiknya permintaan. Kekuatan dan kinerja usaha
kecil inilah yang tampaknya membuat banyak pihak, termasuk pemerintah,
kemudian berharap banyak pada kelompok usaha kecil untuk dapat menjadi salah
satu tulang punggung ekonomi Indonesia. Krisis ekonomi dipandang telah
menunjukan kekuatan dan potensi sesungguhnya dari kelompok usaha kecil dalam
hal daya tahan menghadapi guncangan maupun dalam hal perananya sebagai salah
satu motor penggerak ekonomi yang penting.
Usaha kecil dan menengah mempunyai peranan yang sangat penting dalam
ekonomi Indonesia karena menyediakan berjuta lapangan pekerjaan dan menjadi
tulang punggung industri pengolahan. Memberi kemudahan kepada UKM dalam
menjalankan usaha akan mendukung pemulihan ekonomi Indonesia, menciptakan
lapangan pekerjaan dan menyumbang pada upaya menanggulangi kemiskinan.
perekonomian nasional sehingga pemerintah telah memberikan perhatian besar
bagi pengembangannya.
Pilihan untuk mengandalkan usaha kecil dalam upaya pemulihan ekonomi di
Indonesia dengan sendirinya berimplikasi pada kebutuhan untuk membangun
strategi dan penguatan usaha kecil yang komprehensif. Didalam beberapa
dokumen tentang rencana dan arahan pembangunan Indonesia sebenarnya telah
tercantum secara eksplisit upaya-upaya penguatan usaha kecil.
Secara spesifik, upaya pengembangan usaha kecil yang tercantum dalam
dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. GBHN menyebutkan tiga aspek penting bagi pengembangan usaha kecil.
Pertama, pengembangan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada
mekanisme pasaryang adil, persaingan yang sehat dan berkelanjutan, dan
mencegah distorsi pasar. Kedua, mengembangkan perekonomian yang
berorientasi global dengan membangun ke unggulan kompetitif
berdasarkan keunggulan komporatif yang dimiliki Indonesia. Ketiga,
memberdayakan usaha kecil menengah (UKM) agar lebih efisien,
produktif, dan berdaya saing tinggi.
2. Propenas menyebutkan dua aspek yang penting bagi perkembangan UKM
di sector industri dan perdagangan. Pertama, mengembangkan usaha kecil
mikro,kecil,menengah, dan koperasi melalui penciptaan iklim usaha yang
kondusif, peningkatan akses kepada sumber daya produktif,
pengembangan kewirausahaan dan pengusaha kecil pengusaha kecil
peningktan daya saing melalui pengembangan ekspor, pengembangan
industry kompetitif, penguatan institusi pasar, dan peningkatan
kemampuan ilu pengetahuaan dan teknologi.
3. Pengembangan Industri Perdagangan yang bertujuan untuk
menggerakkan sector rill dalam periode jangka pendek yang berfokus
pada lima aspek. Pertama, reitalisasi industri pada cabang-cabang
industry tekstil dan produk tekstil (TPT), elektronika, alas kaki,
pengolahan kayu, pulp, dan kertas. Kedua, pengembangan industry pada
cabang-cabang industri kulit dan produk kulit, pengolahan ikan,
pengolahan CPO, pupuk, alat pertanian, makanan, software, perhiasan,
dan kerajinan. Ketiga, penataan struktur industry yang berorientasi pasar
global dengan prioritas pada industry-industri yang memiliki keunggulan
kompoatif dan kompetitif. Keempat, peningkatan teknologi industry.
Kelima, pengembangan dengan focus pada UKM.
Sesuai defenisi pembangunan oleh Michel P. Todaro bahwa Pembangunan
dapat juga dapat diartikan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup
berbagai perubahan mendasar atas struktur social, sikap-sikap masyarakat, dan
institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan
ekonomi, penanganan ketimpangan serta pengentasan kemiskinan (Todaro : 2004
: 90), maka usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan solusi yang terbaik
dikarenakan dapat menciptakan kesempatan kerja yang pada akhirnya dapat
Selain itu, sektor usaha ini mempunyai peluang pasar yang besar apalagi
disaat kritis, dikarenakan selalu ada pasar bagi produksi barang dan jasa mereka
mengingat sektor usaha kecil menengah dan koperasi ini merupakan penghasilan
barang dan jasa khususnya bagi masyarakat golongan menengah kebawah dengan
daya beli yang rendah.
Kelebihan yang lain adalah, sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) mampu
bertahan disaat krisis disebabkan modal usahany adalah dari modal sendiri bukan
pinjaman, akan tetapi kelebihan tersebut jugalah yang merupakan kelemahan dari
sektor usaha ini untuk berkembang dikarenakan modal sendiri yang umunya
terbatas bahkan berkurang sehungga sektor ini selalu terjebak dalam lingkaran
setan dan sulit untuk berkembang. Belum lagi masalah manjemen dan pendidikan,
lemahnya pemanfaatan informasi dan teknologi, kurang mampu dalam
pembentukan organisasi, dan lemah dalam pembentukan jaringan usaha, serta
akses pasar yang minim merupakan factor-faktor penghambat dalam keberhasilan
usaha kecil menengah ini.
Selain itu masalah sosial dan cultural juga menghambat pengembangan
UKM. Hambatan cultural adalah budaya dan etos kerja yang rendah sementara
ketidakberpihakan dan perlakuan yang tidak sepenuh hati dari pemerintah
merupakan salah satu hambatan structural dalam akselerasi implementasi ekonomi
kerakyatan. (Nofiandri: 2002: 77).
Meskipun UKM dapat bertahan disaat krisis bukan bersifat krisis tersebut
tidak berdampak pada UKM. Menurut Prawirokusumo dampak krisis ekonomi
a. Tingginya bunga kredit sehingga supply kredit berkurang yang berakibat
pada kurang terbukanya sektor produksi.
b. Tingginya biaya impor bahan baku dan suku cadang yang mengakibatkan
meningkatnya biaya produksi sehingga keperluan modal kerja makin
meningkat.
c. Tingginya biaya permesinan, peralatan, dan suku cadangan.
d. Turunya penjualan produk karena turunnya daya beli masyarakat.
e. Cash flow terganggu karena lambatnya pembayaran utang.
f. Nilai tukar mata uang asing yang masih volatile meningkatkan resiko
transaksi antarnegara.
Menyadari peranan UKM terhadap perekonomian Indonesia serta
permasalahan yang dihadapinya maka pemerintah memberikan perhatian pada
sektor ini, diantaranya dengan keluarnya Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor : 316/KMK.016/1994 Tentang Pedoman Pembianaan Usaha
Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari bagian Laba Badan Usaha
Mili Negara (BUMN), dimana tujuan peraturan ini adalah untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui
peluasan lapangn kerja dan kesempatan kerja serta kesempatan berusaha, maka
perlu dikembangkan potensi usaha kecil dan koperasi sehingga menjadi tangguh
dan mandiri sehingga dapat meningkatan taraf hidup masyarakat serta mendorong
tumbuhnya kemitraaan antara BUMN dengan Usaha Kecil Menengah dan
Kemudian pemerintah melakukan perubahan atas Keputusan Menteri
Keuangan Tahun 1994 pasal 3 dimana perlu penyesuaian terhadap besarnya
bagian pemerintah atas laba BUMN untuk pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi,
sehingga keluar keputusan Menteri Kuangan Republik Indonesia
No.60/KMK.016/1996 Tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi
melalui pemanfaatan dan dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara.
Dilanjutkan lagi pada tahun 1997 dilakukan penyesuaian untuk pasal 1
Keputusan Menteri Keuangan No. 266/KMK.016/1994 Tentang Pedoman
Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
Badan Usaha Milik Negara, dimana didalam pasal ini perlu ditetapkan criteria dari
usaha kecil agar tidak timbul persepsi yang berbeda-beda.
Selanjutnya dalam UU No. 25 tahun 2000 sendiri mengenai Program
Pembangunan Nasional (Propenas) sektor usaha kecil dan menengah, usaha mikro
dn koperasi menjadi prioritas pembangunan yang diharapkan menjadi tulang
punggung perekonomian.
Meskipun pemerintah telah menunjukkan itikad baiknya dengan
mengeluarkan sejumlah keputusan maupun peraturan dan undang-undang, akan
tetapi hal ini dirasakan belum memenuhi harapan pengusaha kecil dan koperasi
dimana masih dijumpai keterbatasan akses usaha kecil menegah dan koperasi
terhadap sumber modal untuk mengembangkan usahnya.
Penyebab utamanya adalah terbatasnya collateral atau jaminan debitur
disamping kurangnya informasi dan komunikasi antara UKM, Koperasi dengan
Bank/Lembaga keuangan, serta tidak ada daya saing.
Bank Pembangunan Asia (ADB) menayatakan bahwa ada empat factor
yang mempengarhui keputusan penyaluran kredit bank antara lain:
1. Biaya dana bank
2. Biaya transaksi kredit
3. Penghasilan bunga dan pendapatan admnistrasi
4. Antisipasi resiko kredit
Menyadari hal diatas maka pada tanggal 17 Juni 2003 pemerintah melalui
Kementerian BUMN menerbitkan Keputusan Menteri BUMN No.
Kep-236/MBU/2003/tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan
Bina Lingkungan (PKBL) yang mengatur kemitraan BUMN dengan usaha kecil
dan pelaksanaan bina lingkungan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan
perkembangan ekonomi dan kondisi lingkungan sosial masyarakat sekitar
BUMN.
Terbitnya Keputusan Menteri BUMN ini menggambarkan perubahan
kebijakan pemerintah dimana sebelum krisis kebijakan pemerintah dimana
sebelum krisis kebijakan pemerintah berpihak pada konglomerat sehingga
terbentuk Sistem Ekonomi Konglomerasi (SEK) kemudian pasca krisis menjadi
sistem ekonomi kerakyatan yang lebih mengutamakan tindakan partisipasi dari
masyarakat selaku pelaku dalam kegiatan ekonomi (konsep pembagunan
hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek dari pembagunan.(Syarif Hidayat
& Darwin Syamsul Bahri :2001).
Keputusan menteri BUMN No. Kep-236/MBU/2003/tentang Program
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil Merupakan tindak lanjut dari Peraturan
Pemerintah No. 3 tahun 1983 yang mengamanatkan BUMN untuk turut serta
membangun pengembangan usaha kecil, kemudian keputusan-keputusan menteri
tentang pedoman pelaksanaan pembinaan usaha kecil oleh BUMN, yaitu
Keputusan Menteri Keuangan No.1232/KMK.013/1989,No.316/KMK.016/1994
Junto No.60/KMK.016/19 dan No. 266/KMK.016/19, Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pengelola BUMN No.
Kep-197/MPBUMN/1997 dan No. Kep-216/M-PBUMN/1997.
Dalam hal ini BUMN ditunjuk sebagai pelaksana program kemitraan
dikarenakan seluruh atau sebagaian besar modalnya berasal dari kekayaan
Negara yang dipisahkan, dan merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam
system perekonomian nasional disamping koperasi dan usaha swasta. Disamping
itu juga BUMN merupakan penghasil barang dan atau jasa untuk kemakmuran
masyarakat dan memiliki peran yang strategis dalam membantu pembinaan dan
pengembangan usaha swasta dan koperasi yang bersekala kecil.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji
bagaimana pelaksanaan program kemitraan oleh salah satu BUMN dalam hal ini
PT. Perkebunan Nusantara III Medan (Persero) serta bagaimana pelaksanaan
unit usaha yang merupakan mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III, sehingga
penulis mengangkat judul “ANALISIS PROGRAM KEMITRAAN
1.2 Perumusan Masalah.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada pendahuluan maka penelitian
mengungkapkan beberapa permasalahan yang diangkat antara lain:
1. Apakah pelaksanaan penyaluran kredit berpengaruh terhadap
perkembangan jumlah pendapatan UKM Mitra binaan PT Perkebunan
Nusantara III Medan.
2. Apakah jumlah tenaga kerja yang terserap berpengaruh terhadap
perkembangan jumlah pendapatan UKM Mitra binaan PT Perkebunan
Nusantara III Medan.
1.3 Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara mengenai suatu permasalahan
dimana kebenarannya masih harus dibuktikan lebih lanjut (Teguh, 1999).
Berdasarkan permasalahan maka dapat ditetapkan beberapa hipotesa antara
lain:
1. Jumlah kredit usaha kecil menengah yang disalurkan mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap perkembangan jumlah pendapatan mitra
binaaan PTPN III Medan.
2. Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh UKM mempunyai pengaruh
yang nyata terhadap perkembangan jumlah pendapatan mitra binaan
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
1. Menganalisis pengaruh jumlah kredit terhadap perkembangan jumlah
pendapatan mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan
2. Menganalisis pengaruh jumlah tenaga kerja yang terserap terhadap
perkembangan jumlah pendapatan mitra binaan PT Perkebunan Nusantara
III Medan
3 Memperoleh gambaran mengenai data Mitra Binaan PT Perkebunan
Nusantara III Medan beserta jenis Usahanya.
1.4 Manfaat Penelitian.
Manfaat penelitian ini antara lain adalah:
1 Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai program
kemitraan binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan.
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak lain yang akan melakukan ataupun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Program Kemitraan
2.1.1 Pengertian BUMN, Program Kemitraan, Usaha Kecil dan Menengah, Unit
Program Kemitraan, Mitra Binaan, BUMN Pembina.
a. Badan Usaha Milik Negara adalah Perusahaan Perseroan (PERSERO)
yang segala kegitannya bertujuan untuk memperoleh laba yang
maksimum.
b. Program Kemitraan adalah Program untuk meningkatkan kemampuan
usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan
dan dari bagian laba BUMN. (Pasal 1 KEPMEN BUMN No:
KEP/MBU/2003).
c. Usaha Kecil Menengah.
Ada dua konsep yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan fungsi
UKM yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan
perusahaan ditinjau dari segi kekayaan perusahaan.
Defenisi UKM dari segi kekayaan perusahaan adalah:
• Menurut UU No. 10 tahun 1999 yang dimaksud dengan usaha
kecil dan menegah adalah usaha yang mempunyai kekayaan
bersih lebih besar dari Rp 200 juta sampai dengan maksimum Rp
• Berdasarkan SK Menteri Deperindag No. 589 tahun 1999 usaha
kecil menegah adalah usaha yang mempunyai nilai investasi
seluruhnya sampai dengan Rp 1 milyar tidak termasuk tanah dan
bangunan.
• Bank Indonesia menetukan batas tertinggi dari investasi, diluar
tanah dan bangunan sebesar Rp 600 juta bagi pengertian industry
kecil.
Sedangkan defenisi UKM dari segi tenaga kerja adalah:
• Menurut BPS Indonesia criteria usaha kecil adalah jika
karyawannya 5-19 orang jika kurang dari 5 karyawan digolongkan
dalam usaha rumah tangga, dan usaha menegah terdiri atas 20-29
karyawan.
• Anderson (1987) mengemukakan defenisi pengelompokan
kegiatan usaha ditinjau dari jumlah pekerjaan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Pengelompokan Kegiatan Usaha Ditinjau dari Jumlah Pekerja
Usaha - Kecil I – Kecil II
- Kecil II – Kecil III
1 – 9 Pekerja
10 – 19 Pekerja
Usaha menengah Besar – kecil
Kecil – menengah
Menengah - menengah
Besar – menengah
100 – 199 Pekerja
201 – 499 Pekerja
500 – 999 Pekerja
1000 – 1999 Pekerja
Usaha besar ……… 2000 Pekerja
Harmen Nst, Baren Ratur Sembiring, Bahri Sayono, Suadi, Rini,
Pengembangan Kewiraushaan, 1997, mengungkapkan bahwa batasan
perusahaan kecil menurut beberapa instansi antara lain:
Table 2.2
Batasan Pengertian Usaha Kecil Menurut Beberapa Intansi
Instansi Batasan Pengusaha Kecil Keterangan
Dep. Perindustrian Asset Rp 600 juta Diluar tanah dan bangunan
Dep. Keuangan Asset Rp 300 juta
Dep. Perdagangan Asset Rp 600 juta
BPS Pengusaha Informal
Pengusaha Kecil
TK 1 s/d 4 orang
TK 5 s/d 9 orang
UU R.I No. 9 Th. 1995 Depkop & PPK
Asset ≤ Rp 200 juta Diluar tanah dan bangunan
Sumber : Harmein Nst, Baren Ratur Sembiring, Bahri Sayono, Suadi, Rini, pengembangan Kewirausahaan, 1997.
d. Unit Program Kemitraan
Berdasarkan pasal 1 KEP-236/MBU/2003 poin 6 yang dimaksud
dengan unit program kemitraan adalah unit organsasi khusus yang
mengelola program kemitraan yang merupakan bagian dari organisasi
BUMN Pembina serta tanggung jawab langsung kepada Direksi
BUMN Pembina.
e. Mitra Binaan
Defenisi mitra binaan berdasarkan Kepmen No. Kep-236/MBU/2003
pasal 1 yaitu usaha kecil yang mendapatkan pinjaman dari program
f. BUMN
BUMN Pembina adalah BUMN yang melaksanakan Program
Kemitraan.
2.1.2 Pelaksanaan Program Kemitraan Berdasarkan Kepmen BUMN No.
Kep.236/MBU/2003 dan SE Kementrian BUMN No. SE-433/MBU/2003.
Agar tujuan pelaksanaan program kemitraan dapat tercapai maka unit
program kemitraan sekurang-kurangnya melakukan fungsi pembinaan,
evaluasi, penyaluran, penagihan, pelatihan, monitoring, promosi, fungsi dan
keuangan.
Unit kemitraan dikantor pusat dibentuk dengan memperhatikan jumlah
dana yang dikelola, luas wilayah bianaan dan jumlah mitra binaan serta
mempertimbangkan kondisi perusahaan sedangkan bentuk pelaksanaan
dikantor cabang atau perwakilan disesuaikan dengan kebutuhan. Unit
kemitraan atau PUKK bertanggung jawab lgsung kepada salah satu anggota
direksi yang ditetapkan dalam rapat direksi. Karyawan yang ditunjuk untuk
menangani unit program kemitraan memiliki hak dan kewajiban yang sama
dengan karyawan lain BUMN Pembina yang bersangkutan.
Bentuk program kemitraan:
a. Pemberian pinjaman dalam bentuk:
• Pinjaman untuk modal kerja dan atau untuk pembelian barang – barang
modal (aktiva tetap produktif) seperti mesin dan alat produksi, alat
bantu produksi, dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan
• Pinjaman khusus yaitu pemberian pinjaman yang dapat diberikan oleh
BUMN Pembina yang bersifat jangka pendek dengan waktu
maksimum satu tahun serta dengan nilai pinjaman yang cukup material
bagi mitra bianaan.
• Hibah dalam bentuk:
Meningkatkan keterampilan manajerial dan teknik produksi atau
pengolahan,
Meningkatkan pengendalian mutu produksi
Meningkatkan pemenuhan standarisasi teknologi.
Meningkat rancangan bangun dan perekayasaan
Bantuan pemasaran produk mitra binaan, dalam bentuk bantuan
penjualan produk mitra binaan melalui kegiatan pameran maupun
penyediaan ruang pamer (showroom), pendidikan, pelatihan dan
pemagangan untuk mitra binaan dapat dilakukan sendiri oleh
BUMN Pembina atau menyediakan tenaga penyuluh yang berasal
dari lembaga pendidikan atau pelatihan swasta professional
maupun perguruan tinggi.
Jangka waktu atau masa pembinaan untuk mitra binaan dapat
dilakukan terus menerus sampai mitra binaan tersebut menjadi tangguh,
mandiri, dan bankable(dapat diberi pijaman).
b. Beban Operasional
Untuk mendukung pelaksanaan program kemitraan, disediakan dana
dari pokok dan penyisihan laba BUMN). Dana operasional tersebut dapat
digunakan untuk operasional yang meliputi, antara lain:
• Kegiatan Pembinaan:
Beban perjalanan dinas petugas atau pengelola dalam rangka survey
lokasi usaha mitra binaan, monitoring atau evaluasi perkembangan
usaha mitra binaan, dan kegiatan penagihan pinjaman.
Beban upah tenaga harian atau honorer yang membantu pelaksanaan
program kemitraan.
Beban kegiatan karyawan unit Program Kemitraan yaitu beban yang
berkaitan dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
karyawan dalam melaksanakan fungsi Pembina, fungsi administrasi,
dan keuangan.
Badan administrasi meliputi beban administrasi bank, beban surat
menyurat, dan sejenisnya.
Pengadaan inventaris, yaitu pembelaian perangkat computer berserta
program aplikasinya dan investaris kantor lainnya.
Pengadaan kenderaan bermotor untuk menunjang kegiatan operasional,
yang pengadaannya disesuaikan dengan kondisi dan operasional yang
tersedia.
Realisasi pengadaan inventaris dan kenderaan bermotor dicatat dan
dibukukan sebagai aktiva tetap dalam Negara Program Kemitraan.
terperinci dalam RKA Program Kemitraan. Usulan penghapusan
pembukuan aktiva tetap di usulkan dalam RKA Program Kemitraan.
c. Penanganan Pinjaman Bermasalah
Pelaksanaan pemindahaan pencatatan pinjaman macet yang telah
melalui proses pemulihan kedalam pos pinjaman bermasalah dilakukan dalam
satu tahun setelah pinjaman dikategorikan macet.
Pinjaman bermasalah yang akan dihapuskan terlebih dahulu di
usulkan kepada menteri/RUPS melalui mekanisme Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA) Program Kemitraan.
d. Prioritas program kemitraan
• Program kemitraan ditunjukan terutama bagi usaha kecil yang belum
memiliki kemampuan akses perbankan.
• Program kemitraan dapat dilakukan kepada usaha kecil yang tidak
memiliki kaitan usaha maupun yang memiliki kaitan usaha BUMN
Pembina, namun diupayakan kearah terwujudnya keterkaitan usaha.
e. Tingkat bunga pinjaman
Tingkat bunga yang dikenakan kepada mitra binaan bersifat regresif
proporsional, yaitu semakin besar jumlah pinjaman semakin besar pula tingkat
Table 2.3
Jumlah Pinjaman dan Tingkat Bunganya
No Jumlah pinjaman yang diberikan Tingkat
bunga
A s/d Rp 10.000.000 6%
B >Rp 10.000.000 s/d Rp 30.000.000 8%
C >Rp 30.000.000 s/d Rp 50.000.000 10%
D Diatas Rp 50.000.000 12%
Sumber: Surat Edaran Menteri BUMN No. SE-433/MBU/2003
Penetapan bunga pinjaman dihitung dengan system bunga efektif atau
dapat juga dihitung dengan system flat atau system bagi hasil sepanjang
nilainya setara dengan bunga efektif.
Tingkat bunga yang diperhitungkan sebelum ketetapan (keputusan) ini
tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa pinjaman. Apabila masa
pinjaman telah berhakir namun mitra binaan belum melunasi pinjamannya,
maka tingkat bunga atas sisa pinjaman tersebut disesuaikan dengan ketetapan
ini.
f. Pelaksanaan program kemitraan oleh BUMN Pembina
Pembinaan dan pengembangan usaha kecil merupakan tanggung
jawab bersama pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, oleh karena itu bagi
BUMN Pembina dianjurkan melaksanakan program kemitraan.
Pelaksanaan program kemitraan bagi BUMN berpedoman pada RKA
program kemitraan yang telah disetujui oleh Komisaris sedangkan sumber
pendanaannya berasal dari laba bersih setelah pajak yang besarnya ditetapkan
• Membentuk unit program kemitraan
• Menyusun Standar Opening Prosedur (SOP) untuk pelaksanaan program
kemitraan yang dituangkan dalam suarat keputusan direksi.
• Menyusun rencana kerja dan anggaran program kemitraan.
• Melakukan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan
calon mitra binaan secar langsung.
• Menyiapakan dan meyalurakan dana program kemitraan kepada mitra
binaan masyarakat.
• Melakukan pemantauan dan pembianaan terhadap mitra binaan.
• Mengadministrasikan kegiatan pembinaan.
• Melakukan pembukuan atas program kemitraan.
• Menyamakan laporan pelaksanaan program kemitraan yang meliputi
laporan berkala baik triwulan maupun tahunan kepeda mentri.
• Menyampaikan laporan berkala baik teriwulan maupun tahunan kepada
coordinator BUMN Pembina diwilayah masing-masing.
2.2 Posisi UKM.
UKM merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang melibatkan masyarakat
secara langsung didalam perekonomian. Sumbangan UKM terhada
perekonomian berupa penyerapan tenaga kerja, disamping itu mereka juga
memberikan kontribusi dalam penciptaan nilai tambah dan devisa ekspor non
motor penggerak ekonomi kerakyatan yang menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kegiatan ekonomi nasional.
Beberapa bentuk kegiatan UKM ini terdiri dari berbagai sektor mulai
dari produksi dan perdagangan komoditi seperti makanan, pakaian,
keperluan, rumah tangga, keperluan dapur, cenderamata sampai pada mesin-
mesin peralatan produksi skala kecil. Beberapa industri kecil yang termasuk
UKM memasarkan produknya tidak hanya didalam negeri saja tetapi sampai
keluar negeri, bahkan ada yang melakukan kontrak dengan usaha besar.
Teknologi yang digunakan adalah teknologi sederhana sampai madya,
penerapan manajemen sederhana, sebagian belum berbadan hokum serta
memiliki keterbatasan modal, kemampuan dan keterampilan, wawasan bisnis
dan kewirausahaan.
Kondisi usaha kecil menegahyang ada di Indonesia saat ini terdapat
sebanyak 42 juta usaha mikro dan kecil 80% diantaranya bergerak dibidang
pertanian. Sementara sektor menengah berjumlah 60 ribu usaha, dan sektor
besar hanya berjumlah sekitar 2,518 unit usaha.
2.3 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Tantangan Pengembangan, serta Permasalahan yang Dihadapi UKM Industri dan Perdagangan.
Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan Usaha Kecil dan
Menengah dalam jangka panjang untuk meningkatkan potensi dan partisipasi
ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembagunan melalui
perluasn lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.
Sasaran dan pembinaan usah kecil adalah meningkatnya jumlah
pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan
mandiri sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat perperan dalam
perekonomian nasional, meningkatkan daya saing pengusaha nasional di
pasar dunia, serta seimbangnnya persebaran investasi antar sektor dan antar
golongan.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka harus diketahui kekuatan,
kelemahan, peluang serta tantangan pengembangan UKM. Secara garis besar
berbagai kekuatan, kelemahan, peluang, serta tantangan yang dihadapi oleh
UKM pada masa-masa mendatang antara lain adalah:
a. Kekuatan UKM
UKM memiliki beberapa kekuatan potensial yang merupakan andalan
yang menjadi basis pengembangan pada masa datang adalah:
• Penyediaan lapangan kerja. Peran UKM dalam penyerapan tenga kerja
patut diperhitungkan, diperkirakan mampu menyerap sampai dengan
50% tenaga kerja yang tersedia.
• Sumber wirausaha baru, Keberadaan UKM selam ini terbukti dapat
mendukung tumbuh kembangnya wirausaha baru.
• Memiliki segmen pasar yang unik
• Melaksankan manjemen sederhana dan fleksibel terhadap perubahan
• Memanfaatkan sumber daya alam sekitar. UKM sebagaian besar
memanfaatkan sumber daya alam yang merupakan unggulan wilayah.
Selain memanfaatkan limbah atau hasil samping dari industry besar
atau industry lainnya.
• Memiliki potensi untuk berkembang. Berbagai upaya pembinaan yang
dilaksankan menunjukan hasil yang menggambarkan bahwa UKM
mampu untuk dikembangkan lebih jauh dan mampu untuk
mengembangkan sektor-sektor lain yang terkait.
b. Kelemahan UKM.
Beberapa kelemahan UKM
• Masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia
• Kendala pemasaran produk sebagaian besar pengusaha UKM lebih
memprioritaskan pada aspek produksi sedangkan fungsi-fungsi
pemasaran kurang mampu dalam mengaksesnya, khususnya dalam
informasi pasar dan jaringan pasar, sehingga sebagian besar hanya
berfungsi sebagai tukang saja.
• Kecenderungan konsumen yang belum mempercayai mutu produk
UKM.
• Sangat terbatasnya institusi pemasaran bersama. Sebagaimana
diketahui bahwa UKM kurang dapat memproduksi dalam jumlah yang
besar sehingga hal ini harus ada suatu insitusi untuk menyatukan,
• Kendala permodalan usaha. Sebagian besar UKM memanfatkan modal
sendiri dalam jumlah yang relative kecil. Disamping itu mereka
menjual produknya secara pesanan dan banyak terjadi penundaan
pembayaran.
c. Tantangan UKM
• Iklim usaha yang tidak kondusif. Iklim usaha yang tidak kondusif
diwujudkan dalam adanya monopoli dalam bidang usaha tertentu,
penguasaan industry dari hulu ke hilir oleh industry besar berbagi
peraturan yang tidak mendukung (retribusi, perizinan, dan lain-lain).
• Pemberlakuan berbagai standar nasional mauoun internasional.
Perubahan tatahan ekonomi dunia cenderung menyebabkan pasar
bersifat resistensi dan proteksi antara lain dengan diberlakukannya
berbagai standar antara lain ISO 9000,ISO 14000, Hak atas kekayaan
inteletual, dan lain-lain.
d. Peluang UKM
Disamping berbagai tantangan tersebut, terbuka peluang yang cukup
besar untuk mendorong dan mempercepat pengembangan industry
termasuk usaha kecil dan menengah seperti:
• Indonesia merupakan pasar yang besar. Indonesia sebagai Negara
kepuluan dan memiliki jumlah penduduk yang besar merupakan
peluang pasar yang dimanfaatkan sebagai lahan usaha.
• Melimpahnya sumber daya alam. Potensi dalam negeri berupa sumber
dimiliki serta dengan keterampilan sumber daya manusia yang ada
merupakan peluang yang harus disiasati untuk menjadi keunggulan
kompetitif.
e. Masalah yang dihadapi oleh UKM.
Upaya-upaya pengembangan UKM terkait dengan berbagai permasalahan
yang dihadapi oleh UKM antara lain:
• Perizinan
Produser perizinan di berbagai instansi masih belum transparan,
birokratif dan berbagai jenis pungutan yang berakibat biaya produksi
menjadi tinggi.
• Permodalan
Skim khusus untuk permodalan UKM masih harus diperjelas, terutama
dengan tidak adanya kredit program. Dana di masyarakat berupa dan
bergulir terbatas dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan, dan
pengelolahan sering mejadi masalah. Dalam pengembangan wirausaha
baru tidak ada skim khusus untuk usaha baru untuk UKM. Demikian
pula kenyataa dilapangan menunjukkan bahwa peraturan kredit
perbankan cenderung sulit dijangkau oleh UKM.
• Peraturan
Peraturan-peraturan yang terkait dengan pengembangan bisnis,
walaupun bukan secara khusus untuk UKM, secara umum
kenyataannya membawa dampak pada pengembangan UKM.
Dalam pengembangan UKM dicirikan dengan lemahnya kondisi intern
UKM itu sendiri antara lain, lemahnya penguasaan teknologi,
manajemen yang sederhana, lemahnya orientasi pasar, kemampuan
SDM yang terbatas, lemahnya jaringan distribusi pemasaran serta sifat
ketergantungan yang kuat.
• Pemasaran
Hanya sebagaian kecil saja produk UKM yang mampu menembus
pasar ekspor. Keterbatasan wawasan bisnis, kurang pengetahuan,
prosedur perdagangan, kurangnya sarana dan prasarana, kurang mapu
memiliki lokasi pemasaran yang potensial karena sudah dikuasai oleh
pemodal yang kuat, mutu produk yang belum stabil dan lain-lain.
• Masalah disain.
Salah satu kekuatan produk UKM adalah memiliki desain khas,
kelenturan perubahan desain yang tinggi, masalah yang dihadapi pada
umunya adalah bahwa akses kedesain yang terkesan masih lemah,
peniruan desain dan kurang mampu menguasai teknologi desain.
2.4 Kontribusi UKM Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut Payaman J. Simanjuntak Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai dua pengertian yaitu pertama, Sumber Daya Manusia
mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam
manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja
tersebut.
Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah kelompok penduduk
dalam usia kerja. Di Indonesia pengertian tenaga kerja mencakup penduduk
yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang
melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga,
sehingga disimpulkan bahwa tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja,
dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Sedangkan
kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah,
golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan yang menerima
pendapatan.
Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja
Yang dimaksud dengan Pasar Kerja adalah proses terjadinya
penempatan atau hubungan kerja melalui penyedian dan permintaan tenaga
kerja.
Penyediaan TK = Angkatan Kerja = Supply TK
Penyediaan atau supply tenaga kerja adalah jumlah orang yang
menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara mereka sebagian
sudah aktif kegiatannya yang menghasilkan barang dan jasa. Mereka
tergolong yang siap bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan. Mereka
dinamakan pencari kerja atau penganggur. Jumlah yang bekerja dan pencari
kerja dinamakan angkatan kerja.
Angkatan Kerja = Yang Berkerja + Penganggur
Produktivitas tenaga kerja mempengaruhi penyediaan tenaga
kerja. Produktivitas mengandung pengertian filosofis-kuantitatif dan
kuantitatif-teknis operasional. Secara filsofis-kualitatif, produktivitas
mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu kehidupan.
Pandangan hidup demikian mendorong manusia untuk tidak cepat
merasa puas, akan tetapi terus mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan kerja. Sedangkan definisi kuantitatif, produktivitas merupakan
pembandingan antara hasil yang dicapai dengan (keluaran) dengan
keseluruhan sumber daya yang dipergunakan persatuan waktu.
Peningkatan produktivitas dapat terwujud dalam empat bentuk yaitu:
• Jumlah produksi yang sama diperoleh dengan menggunakan
sumberdaya yang lebih sedikit.
• Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan
sumber daya yang kurang.
• Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan
• Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan
sumber yang relative lebih kecil.
Sumber daya masukan dapat terdiri dari beberapa factor
produksi seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan mentah, dan sumber
daya manusia itu sendiri. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas manusia
merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitas factor-faktor
lain sangat tergantung pada kemampuan manusia untuk memanfaatkannya.
Beberapa factor yang mempengaruhi produktivitas karyawan dapat
digolongkan dalam tiga kelompok yaitu:
• Yang menyangkut kualitas dan kemampuan fisik pekerja
• Sarana pendukung
• Suprasarana
Kualitas dan kemampuan karyawan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik pekerja
yang bersangkutan. Sarana Pendukung untuk peningkatan produktivitas
kerja karyawan perusahaan dikelompokkan pada dua golongan, yaitu:
• Menyangkut lingkungan kerja, termasuk teknologi dan cara produksi,
sarana dan peralatan produksi yang dipergunakan, tingkat keselamatan
dan kesehatan kerja serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri.
• Menyangkut kesejahteraan pekerja yang tercermin dalam system
pengupahan jaminan social, serta jaminan kelangsungan kerja.
Sedangkan yang termasuk suprasarana adalah kibijakan pemerintah,
sumber-sumber secara maksimal menciptakan system kerja yang
optimal, akan menentukan tinggi rendahnya produktivitas karyawan.
Sehingga factor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas
pekerja perusahaan dapat di gambarkan sebagai berikut:
Peningkatan Produktivitas Pekerja di Perusahaan Supra Sarana
• Kebijakan Pemerintah
• Hubungan Industrial
• Manajemen
• Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
• Sarana Produksi
• Teknologi
Lingkungan Kerja
• Upah
• Jamsos
• Security
Kesejahteraan
Sarana Pendukung
Gambar 2.1
Sumber: Payaman Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Daya
Manusia, 1998.
• Pendidikan
• Latihan
• Etos Kerja
• Motivasi Kerja
• Sikap Mental
• Fisik
Peningkatan
Produktivitas
Pekerja di
Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan dalam
masyarakat. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan
tingkat upah.
Penganggur adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja
kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha
memperoleh pekerjaan. Tingkat pengangguran adalah perbandingan jumlah
penganggur dengan jumlah angkatan kerja, dinyatakan dalam persen.
Penyerapan tenaga kerja berarti jumlah tenaga kerja yang dapat
diserap oleh tiap sector. Penduduk yang bekerja terserap di berbagai sector.
Sector yang memperkerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang
dan jasa yang relative besar. Untuk wilayah Sumut berdasarkan data BPS
tahun 2011 lapangan pekerjaan utama masih didominasi oleh sector
pertanian yang mencapai 56,03%, diusul sector perdagangan 16,69% sektro
jasa 10,24%, dan sector industry hanya sekitar 6%.
Data Bank Indonesia menyebutkan bahwa kotribusi UKM terhadap
PDB (tanpa migas) sekitar 41,25% dari PDB (migas). Dari total
pertumbuhan PDB tahun 2011 sebesar 4,1%, 2,4% diantaranya merupakan
kontribusi UKM dan Pada 2011 UKM mampu menyerap tenaga kerja 68,28
2.5 Program Kemitraan Sebagai Wadah Pengembangan UKM
Kemitraan merupakan hubungan kerjasama usaha diberbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela, dan berdasarkan prinsip saling
membutuhkan, saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan disertai
pembinaan dan pengembangan UKM oleh usaha besar. Salah satu bentuk
kemitraaan usaha yang melibatkan UKM dengan usaha besar adalah
production linkage. Dimana disini UKM sebagai pemasok bahan baku dan
penolong dalam rangka mengurangi ketergantungan impor.
The Kian Wie (1992) menyatakan bahwa ada 10 bentuk keterkaitan
langsung pemasok (UKM) dan perusahaan besar yaitu mulai produksi, lokasi
yang berdekatan, informasi cirri dan mutu komponen, bantuan hibah
keuangan atau pinjaman lunak, pembelian bahan baku, manajerial, penetapan
harga, bantuan distribusi dan diversifikasi dalam rangka memperkuat
keuangan. Akantetapi, keterkaitan tersebut harus bersifat mendidik untuk bisa
mandiri sehingga UKM dapat meningkatkan daya saingnya.
Didalam dunia bisnis berkembang beberapa pola kemitraan usaha
antara lain: pertama, Inti-Plasma. Inti berfungsi melakukan pembinaan,
penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran, sedangkan
plasma melakukan fungsi produksi.
Kedua, sub-kontrak. Pola ini merujuk pada usaha kecil memproduksi
komponen yang di perlukan oleh usaha menengah dan besar sebagai bagian
dari produksinya. Sedangkan usaha menengah dan besar berfungsi
produksinya. Pola ini didorong oleh ketentuan dan peraturan yang ditetapkan
untuk menyelamatkan usaha kecil sebagai bagian yang tidak terpisahkan,
pola ini lebih sederhana dan mudah diterapkan bila didukung oleh suatu
aturan yang jelas dari pemerintah.
Ketiga, dagang umum. Pada pola ini usaha menengah dan besar
memasarkan hasil produksi usaha atau usaha kecil sebagai pemasok
kebutuhan usaha menengah dan besar. Pola ini dilakukan dalam dunia bisnis
atas dasar saling menguntungkan.
Keempat, waralaba pemberian waralaba memberikan hak penguasaan
lisensi merek dagang dan saluran distribusi perusahaanya kepada penerima
waralaba dengan bantuan bimbingan manajemen. Pada prinsipnya pola ini
banyak digunakan dalam dunia bisnis terutama bagi merek-merek terkenal
dan dikonsumsi banyak orang. Hampir setiap celah bisnis dapat
menggunakan pola ini seperti fast food, industry kimia, obat-obatan dan
industry jasa lainnya.
Pola ini secara bisnis lebih menjamin keberhasilan, namun dalam
jangka panjang pola ini dapat menguras devisa Negara sangatlah besar karena
royaliti yang dibayar secara totslitas sangatlah besar.
Kelima keagenan, pada pola ini usaha kecil diberikan hak khusus
untuk memasarkan jasa usaha menengah dan besar. Kelima pola tersebut
didasarkan pada peraturan pemerintah Nomor 44 tahun 1997 tentang
kemitraan dan surat Keputusan Bersama nomor 22/SKB 1998 dan Nomor
Pemerintah menawarkan konsep Bussines Development Service
(BDS) yang mengikutsertakan peran serta masyarakat baik asosiasi,
himpunan, perguruan tinggi, yayasan dalam perusahaan maupun lembaga
swadaya masyarakat dan lembaga non pemerintah.
Lembaga BDS memberikan jasa layanan non keuangan, bersifat
dinamis, dan ruang lingkup kerja yang luas sesuai dengan kebutuhan untuk
menjalankan bisnis. Layanan yang diberikan dapat berupa konsultasi,
pelatihan bimbingan dan pendampingan, penyusunan proposal, kontak bisnis,
dan berbagai fasilitasi terhadap akses pasar, permodalan informasi,
pengembangan manajemen dan teknologi.
Program kemitraan merupakan wadah untuk pengembangan UKM
dikarenakan program ini dapat menjawab dan mengatasi
kelemahan-kelemahan yang selama ini dialami oleh UKM di Indonesia mengigat
mekanisme dan struktur kelembagaan kemitraan diatur berdasarkan
KEP-236/MBU/200 yang merupakan peraturan yang keluar dikarenakan peraturan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitihan merupakan langkah penting di dalam suatu penulisan
skripsi dimana dengan adanya konsep penelitian yang sistematis dan baku maka
akan mengarahkan penelitian ke tujuan yang ingin dicapai. Dalam mengumpulkan
data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode
penelitian sebagai berikut:
2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) dimana
PTPN III Medan adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang usaha
perkebunan dan usaha pabrik pengolahan. PT Perkebunan Nusantara III Medan
merupakan salah satu BUMN yang ditunjuk untuk melaksankan program
kemitraan oleh Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
2.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer dan
Sekunder.
• Data Primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui
wawancara dengan menggunakan daftar pertayaan atau mengisi
• Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari PT Perkebunan
Nusantara III Medan (Persero), Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Sumatera Utara serta Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.
2.3 Metode Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang dilakukan adalah:
1. Observasi, yaitu dengan pengamatan langsung terhadap objek yang
akan diteliti. Dalam hal ini adalah mitra binaan PT Perkebunan
Nusantara III Medan.
2. Wawancara, yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi
dengan cara menanyakan masalah yang ingin diteliti kepada mitra
binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan
3. Kuisioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dan informasi
dengan cara menyebarkan angket (daftar pertayaan) kepada responden
yang dijadikan sampel penelitian.
3.4 Pengolahan Data
Peneliti menggunakan program SPSS 16.0 untuk mengolah data dalam
skripsi ini.
3.5 Teknik Analisis
Data yang diperoleh dianalisis dengan mempergunakan analisa regresi
linear berganda dimana diproses dengan computer melalui aplikasi SPSS
16.0, analisis data dilakukan dengan:
• Analisa Statistik Deskriptif dengan kegiatan pengumpulan data, menyusun
• Analisa Statistik Induktis. Analisa ini digunakan untuk pengujian hipotesis
dengan taraf tertentu yaitu analisa regresi yang dipakai untuk mengukur
kekuatan dan hubungan antara variable.
3.6 Analisis Data.
Permasalahan yang akan dibahas adalah sampai sejauh mana
pengaruh jumlah kredit (X1), tenaga kerja (X2) terhadap besarnya
pendapatan UKM mitra binaan PTPN III dengan menggunakan analisis
regresi berganda karena variabel dependen dipengaruhi 2 variabel
independen.
Y= α +
β 1
X
1+
β
2X
2+µ
Keterangan:
Y = Perkembangan jumlah Pendapatan UKM mitra binaan PTPN III
Medan dari tahun 2002 s.d 2011 (unit usaha)
X1 = Jumlah kredit yang disalurkan oleh PTPN III Medan (Persero)
untuk UKM yang menjadi mitra binaan mulai tahun 2002 – 2011
(Rp)
X2 = Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh UKM Mitra binaan PTPN
III Medan (Persero) mulai tahun 2002 – 2011
β1 β 2 = Koefisien regresi
α = Konstanta
Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (jumlah kredit), maka Y
(pendapatan UKM mitra binaan PTPN III Medan) mengalami
kenaikan, ceteris paribus.
Artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (jumlah tenaga kerja), maka
Y (pendapatan UKM mitra binaan PTPN III Medan) mengalami
kenaikan, ceteris paribus.
3.7 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)
Untuk menganalisa model tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut:
3.7.1 Uji t Statistik (Partial Test)
Uji t Statistik merupakan alat pengujian hipotesis variable X1 dan X2
Secara parsial yang menunjukkan signifikansi pengaruh variable independen
secara parsial terhadap variable dependen.
Rumus yang dipergunakan untuk mencari t hitung (t*) adalah:
t-hitung =
(
)
Sbi b bi −
Dimana :
bi = Koefisien variabel independen ke-i
b = Nilai hipotesis nol
Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i ∂Y
∂X1 > 0
Hipotesa yang dipergunakan adalah :
Ho : b1 = 0 artinya variable independen secara parsial tidak berpengaruh
nyata terhadap variable dependen. Hipotesa ini diterima jika
t* < t.tabel (α).
Ha : b1 ≠ 0 artinya variable independen secara parsial berpengaruh
nyata terhadap variabel dependen. Hipotesa ini diterima jika
t*>t.tabel (α)
3.7.2 Uji F Statistic
Uji F Statistic dialakukan untuk melihat pengaruh variable independen
secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variable dependen. Rumus
yang dipergunakan untuk menghitung (F*) adalah :
F* = R2 / K -1 (1-R2)/(n-k)
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi
K = Jumlah variabel independen ditambah intercept
n = Jumlah sampel
k = Jumlah variabel independen
Hipotesis yang dipergunakan:
Ho : b1 = b2 = 0 artinya variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0 artinya variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Hipotesis ini diterima jika F*>F. table (α).
3.7.3 Koefisien Determinan (R2).
Untuk mengukur besarnya sumbangan variabel X1 dan X2 terhadap
variasi naik atau turunya Y digunakan koefisien determinan. Nilai R2 digunakan
antara 0 sampai 1 (0<R2<1), semakin mendekati 1 berarti semakin tepat garis
regresi untuk meramalkan nilai variabel terikat Y.
3.8 Definisi Operasional.
1. Pendapatan UKM (Y) merupakan hasil pendapatan bersih dari mitra
binaan PTPN III Medan selama sepuluh tahun dinyatakan dalam
satuan rupiah
2. Penyaluaran kredit (X1) adalah pinjaman dalam bentuk kredit UKM
yang diberikan kepada mitra binaan PTPN III Medan dan dilunasi
dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam satuan rupiah.
3. Tenaga kerja (X2) adalah jumlah tenaga kerja yang terserap UKM
mitra binaan PTPN III Medan dalam satuan orang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PT Perkebunan Nusantara III Medan (Persero).
1. Sejarah Singkat Berdirinya PT Perkebunan Nusantara III Medan (Persero).
Pada awalnya PTPN III Medan adalah perusahaan pelabuhan milik
swasta Belanda dengan nama NV RCMA (Rubber Culture Matschaapij
Amsterdam). Pada tahun 1958 perusahaan dinsionalisasikan dan berubah
menjadi PPN baru cabang Sumatera Utara.
Nasionalisasi menjadi PPN Baru Cabang Sumatera Utara berdasarkan
PP No.24/1958 ji, keputusan Menteri Pertamina No. 229/UM/1957 Jo.
Keputusan Menteri Pertanian No. 49/1958 Jo. UU No. 86/1958. Perusahaan
ini beroperasi selama tiga tahun. Akibat terjadinya pergolakan politik,
diperlukan reorganisasi dalam perusahaan. Dengan PP No. 164/1961
tertanggal 26 Agustus 1961, PPN baru cabang Sumatera Utara dirubah
namanya menjadi PPN Sumatera Utara V.
PPN Sumatera Utara IV menjalankan usahanya selama dua tahun,
pada tanggal 20 Mei 1963, diadakan reorganisasi pada perusahaan.
Reorganisasi ini menghasilkan perubahan nama perusahaan menjadi PPN
Karet V, sesuai dengan PP No. 125/1963/PPN Karet V yang beroperasi
selama 5 tahun yaitu dari tahun 1963 sampai dengan 13 Maret 1968.
Pada tanggal 19 April 1968, dengan Surat Keputusan Menteri
V, PNP V kembali berubah namanya menjadi PTP V dengan keluarnya PP
No. 17/1971, tanggal 29 mei 1971 dan SK Menteri Keuangan No.
258/SK/IV/3/1976, pada tanggal 19 Maret 1976.
Pada tahun 1992 PTP V mengadakan konsolidasi bersama PTP
sekitarnya. Konsolidasi ini menghasilkan penggabungan perusahaan.
Penggabungan iini menggabungkan PTP III, PTP IV, dan PTP V dengan
seorang kuasa direksi yang berkedudukan di ex PTP masing-masing.
Berdasarkan PP No. 8 Tahun 1996, maka pada tanggal 14 Febuari 1996
gabungan PTP III, IV dan V berubah menjadi PTP Nusantara III (Persero)
berstatus BUMN yang berkedudukan di Sei Kambing.
2. Struktur Organisasi.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah badan tertinggi dalam
oraganisasi perusahaan. Dewan Komisaris (Demkom) berfungsi sebagi badan
pengawas yang bertugas untuk kepentingan para pemegang saham.
Pengelolaan sepenuhnya dikendalikan oleh direksi.
Sesuai dengan surat Keputusan Menteri Negara Republik Indonesia
No. KEP-183/MBU/2008 tentang pemberhentian dan pengangkatan
Aggota-anggota Dewan Komisaris Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan Nusantara
III tanggal 24 September 2008, susunan anggota komisaris perseroan adalah
STRUKTUR ORGANISASI PTPN III MEDAN
Jabatan Dewan Komisaris PT. Perkebunan Nusantara III Medan Periode Tanggal 24 September 2008 – 2013.
Komisaris Utama : Achmad Mangga Barani
Komisaris : Deddy Suardy
S. Marbun
S. Heryy Sucipto
Herman Hidayat
Heri Sebayang
Jabatan Direktrur PT Perkebunan Nusantara III Medan Periode Tanggal 1 Maret 2012 - 2017
Direktur Utama : Megananda Daryono
Wakil Direktur : Kusumandaru Ns
Direktur Produksi : Balaman Tarigan
Direktur Keuangan : Erwan Pelawi
Direktur Perencanaan : Nurhidayat
Direktur SDM & UM : Rachmat Prawirakesumah
Sumber : PT Perkbunan Nusantara III Medan.
3. Operasional Perusahaan.
PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) Medan merupakan perusahaan
agroindustri yang berbasis pada sector perkebunan dimana komoditi usahanya
antara lain adalah kelapa sawit, karet, kakao dengan areal seluas 166.909,94
hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 88.287 ha, karet
Selain penanaman komoditi pada areal sendiri ditambah inti, PTPN III
juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 19.553,94 ha untuk tanaman
kelapa sawit seluas 10.403,14 ha dan tanaman karet 9.150,80 ha. PTPN III
memiliki 32 unit usaha kebun, sebagai berikut:
Sungai Putih Sei Mangkei Merbau Selatan
Tanah Raja Sungai Silau Aek Nabara Utara
Sarang Ginting Huta Padang Aek Nabara Selatan
Silau Dunia Sei Dadap/Hessa Sisumut
Rambutan/Sei bamban Pulau Mandi Batang Toru
Gunung Pamela Ambalutu Hapesong
Gunung Monako Bandar Selamat Aek Torop
Gunung Para Membang Muda Torgamba
Bangun Labuhan Haji Sei Daun
Bandar Betsy Rantau Prapat Sei Baruhur
Sei Moranti Bukti Tujuh
Selain Unit Usaha Kebun PTPN III juga memiliki sejumlah 26 unit pabrik
pengolahan:
1. Pabrik CPO 10 Unit
2. Pabrik RSS 3Unit
3. Pabrik Crumb Rubber 4 Unit
4. Pabrik Centrifuge Lateks 3 Unit
5. Pabrik Kakao 5 Unit
4.2 Pelaksanaan Program Kemitraan Oleh PT Perkebunan Nusantara III Medan (Persero).
PT Perkebunan Nusantara III Medan adalah salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh pemerintah untuk turut aktif dalam
mendorong kegiatan prtumbuhan ekonomi, terciptanya pemerataan pembangunan
dan turut serta dalam melaksanakan kepedulian lingkungan.
Upaya tersebut telah dilakukan pihak PT Perkebunan Nusantara III
semenjak Tahun 1995 berdasrkan Keputusan Mentri Keuangan Republik
Indonesia No: 316/KMK.016/1994 tentang pedoman pembinaan usaha kecil dan
koperasi melalui pemanfaatan laba Usaha Milik Negara. Alas an PT Perkebunan
Nusantara baru melaksanakan program tersebut pada tahun 1995 karean pada
tahun 1994 diadakan penggabungan manajemen PT Perkebunan III, IV, dan V
(Persero) sehinggaprogram tersebut belum bias dilaksankan. Upaya tersebut
bersifat pembinaan yang dilakukan melalui program kemitraan.
Dasar hhukum pelaksanaan program kemitraan ini adalah:
• Surat Keputusan mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor:
Kep100/MBU/2002/tanggal 4 Juni 2002.
• Surat Keputusan mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor:
Kep236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003
• Surat Edaran Menteri BUMN Nomor: SE.433/MBU/2003 tanggal 16
Agar pelaksanaan program tersebut berjalan sesuai yang direncanakan
serta terkordinir, maka pihak Direksi PT Perkebunan Nusantara III Medan
membuat suatu kebijakan Direksi sebagai berikut:
a. Organisasi. Guna efektifitas pengelolaan program dimaksud, Direksi PTP
Nusantara III melalui Surat Keputusan Nomor :III.BD/KPT/R.76/2003
tanggal 01 Desember 2003 PT Perkebunan Nusantara III telah membentuk
suatu bagian yang khusus mengelola kegiatan pembinaan tersebut yaitu
Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan.
b. Mekanisme dan prosedu penyaluran dana PUKK tertuang dalam surat edaran
Nomor : III.12/SE/01/2003 tanggal 31 Maret dan Surat Edaran Mentri
BUMN Nomor : SE-244/MBU/2003 tanggal 16 September 2003.
c. Sistem Pelaksanaan
• Operasional pelaksanaan tugas pada bagian ini dipimpin oleh seorang
kepala bagian dan dibantu oleh dua urusan yaitu : urusan analisa dan
pembinaan, urusan administrasi keuangan dan umum.
• Penghimpunan dana dan pengeluaran dana dicatat serta dibukukan
berdasarkan cash basis.
• Sistem pembukuan dilaksankan berdasarkan prinsip akuntansi yang
lazim dan diberlakukan secara khusus berdasarkan pedoman-pedoman
yang ditetapkan oleh Departemen Keuangan RI dan Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara.
• Alokasi dana PUKK ditetapkan sebagai berikut:
Bantuan hibah maksimal 20% dari dana program kemitraan yanga
dislaurkan pada tahun berjalan.
Biaya operasional maksimal 70% dari pendapatan bunga pinjaman,
bunga deposito dan atau jasa giro dana program kemitraan tahun
berjalan.
Dana pembinan UKK dan Kemitraan ditetapkan berdasarkan sisa
dana tahun sebelumnya, peneriman atas pengembalian pinjaman dan
alokasi bagian lab PTPN III pada tahun buku.
d. Berahkirnya masa pembinaan.
Jangka waktu pembinaan setiap mitra binaan ditetapkan sesuai
dengan kesepakatan yang telah diterbitkan kepada masing-masing usaha
yaitu 48 bulan dan 36 bulan sejak masa tenggang waktu angsuran 3 bulan,
kecuali yang direscheduling dan program-program khusus seperti
pembinaan terhadap koperasi pondok pesantren.
Dalam hal ini waktu terhadap berakhirnya masa pembinaan, pada umunya
menyimpang dari jadwal yang disepakati, terutama disebabkan dari
PT Perkebunan Nusantara III Medan menetapkan besarnya dana untuk
program kemitraan sebesar 1% tiap tahunnya berdasarkan KEP BUMN No:
KEP-236/MBU/2003 pasal 8 yang isinya adalah sebagai berikut:
(1) Dana Program Kemitraan Bersumber dari:
a. Penyisihan laba setelah pajak sebesar 1% (satu persen) sampai dengan
3% (tiga persen).
b. Hasil bunga pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana
program kemitraan setelah dikurangi beban operasional.
c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada
(2) Dana Program Bina Lingkungan Bersumber dari:
a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 1% (satu persen)
b. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program Bina
Lingkungan.
(3) Besarnya dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang
berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) ditetapkan oleh:
a. RUPS untuk PERSERO
b. Menteri untuk PERUM