• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap Perkembangan UKM Mitra Binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap Perkembangan UKM Mitra Binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN

Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap Perkembangan

UKM Mitra Binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan

OLEH

Khairul Auliya

090523024

PROGRAM STUDI PEMBAGUANAN

DEPARTEMEN PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRACT

This Skripsi entitle the “ Analysis of Execution of Partner Program to Growth of UKM of Partner Binaan PTPN III Medan”. Intention of this research is to : (a) analyse of Execution of Partner Program to earnings of UKM of partner of binaan PTPN III Medan, (b) know how execution of Partner Program by PTPN III Medan in its Credit channeling for the UKM, (c) Analyse the influence of execution of Patner of binaan PTPN III Medan.

This research use the data sekunder coming from PTPN III Medan also use the Population and sampel coming from UKM of Partner of binaan PTPN III Medan that is Counted 22 sampel. To see how The Execution of Partnership for growth and development of small and middle business the research use variable Y as growth of income and middle business partnership PTPN III Medan, variable X1 as supply of kredit, and variable X2 as workers. The research use time series data 2002 until 2011 (10 years).

(3)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap Perkembangan UKM Mitra Binaan PTPN III Medan”. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk : (a) menganalisa pelaksanaan program kemitraan terhadap pendapatan UKM mitra binaan PTPN III Medan, (b) mengetahui bagaimana pelaksanaan program kemitraan oleh PTPN III didalam penyaluran kreditnya untuk UKM, (c) menganalisa pengaruh pelaksanaan program kemitraan terhadap penyerapan tenaga kerja oleh UKM mitra binaan PTPN III Medan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari PTPN III Medan juga menggunakan populasi dan sampel yang berasal dari UKM mitra binaan PTPN III Medan yaitu sebanyak 22 sampel. Dilihat dari bagaimana perkembangan program mitra binaan dapat menumbuhkan dan mengembangkan pengusaha kecil dan menengah. Penelitian ini menggunakan variable Y sebagai perkembangan jumlah pendapatan dari pengusaha kecil menengah mitra binaan PTPN III Medan, variable X1 sebagai penyaluran Kredit, dan X2 sebagai jumlah tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan data tahun 2002 sampai 2011.

Menunjukan bahwa variable X1 (Penyaluran Kredit) tidak signifikan untuk

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena hanya

berkat ridho dan petunjuk-Nya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun skripsi ini berjudul “ Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan

Terhadap Perkembangan UKM Mitra Binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan’’ adalah guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam rangka menyelesaikan skrpsi ini, penulis mendapat banyak

bantuan, nasehat, saran dan motivasi secara langsung maupun tidak langsung

hingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih dan

penghargaan penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Ketua Departemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi

(5)

6. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifudin, SE.M.Ec selaku dosen pembimbing yang

telah bersedia meluangkan waktu, memberi bimbingan dan masukan dari awal

pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

7. Bapak Kasyful Mahalli,SE,MSI selaku Pembaca yang telah meluangkan

waktu dan perhatiannya dalam penulisan skripsi ini

8. Seluruh Staf pengajar Fakultas Ekonomi USU yang telah membimbing dan

member petunuk selama penulis dalam masa perkulihan.

9. Seluruh Pegawai Fakultas Ekonomi USU yang telah memberikan bantuan dan

berbagai kmudahan dalam administrasi perkulihan selam penulis dalam

perkulihan.

10.Pimpinan dan Staf pada PT Perkebunan Nusantara III Medan yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan Skripsi ini.

11. Keluarga tercinta, bapak Saring, ibunda Nuriani serta adikku Rifki Habibi,

Fadli Kadafi dan Rina Agustina.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaiakan dan bantuan yang

diberikan dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap dengan

selesainya skripsi ini merupakan langkah awal untuk mecapai masa depan yang

lebih baik lagi.

Medan, Agustus 2012

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGNTAR……..……….………..….i

DAFTAR ISI………...……….……….….…….………..……iii

DAFTAR TABEL……….……….……….…..…v

DAFTAR GAMBAR……… ……….………....………...vi

BAB I :PENDAHULUAN…………..………...………...……..1

1.1.Latar Belakang…………..………...………..1

1.2.Perumusan Masalah………..………10

1.3.Tujuan Penelitian………..………10

1.4.Hipotesis…...…..………..10

1.5.Manfaat Penelitian…………..………..11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……….………..………12

2.1. Program Kemitraan………..…………..12

2.1.1. Pengertian BUMN Programa Kemitraan Usaha Kecil dan Menegah, Unit Program Kemitraan, Mitra Binaan BUMN Pembia………12

2.1.2. Pelakasanaan Program Kemitraan Berdasarkan Kepmen BUMN No. Kep. 236/MBU/2003 dan SE Kementrian BUMN No 433/MBU/2003……….……….15

2.2. Posisi UKM………...……….…………20

2.3. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Tantangan Pengembangan serta Permasalahan yang dihadapi UKM Industri dan Perdagangan.21 2.4. Kontribusi UKM Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja….…….26

(7)

BAB III : METODE PENELITIAN………..…….…..35

3.1 Lokasi Penelitian……….…….……...35

3.2. Jenis dan Sumber Data……….………..35

3.3. Metode Pengumpulan Data………....……36

3.4 Pengolahan Data……….36

3.5. Teknik Analisis…….………..36

3.6. Analisis Data……..……….………...37

3.7. Test Of Godness Of Fit (Uji Kesesuaian)…..………38

3.7.1 Uji t-Statistik……….38

3.7.2 Uji F-Statistik………39

3.7.3 Koefisien Determinan (R2)………..………..40

3.8. Defenisi Operasional……….………..40

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN………..41

4.1. PT. Perkebunaan Nusantara III Medan (Persero)…..………..41

4.2. Pelakasanan Program Kemitraan Oleh PT Perkebunaan Nusantara III Medan (Persero)……….45

4.3. Analisa dan Evaluasi………..………62

4.3.1. Uji t-Statistik………..…...……….65

4.3.2. Uji F-Statistik………..……….…….68

4.3.3. Interpretasi Hasil Model Regresi……….……….69

4.3.4. Koefisien Determinasi R2……….……...…….70

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN………...72

5.1. Kesimpulan……….……….72

5.2. Saran………...……….………73

DAFTAR PUSTAKA……….74

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pengelompokan Kegiatan Usaha Ditinjau dari Jumlah Pekerja……13

Tabel 2.2 Batasan Pengertian Usaha Kecil Menurut Beberapa Intansi……….14

Tabel 2.3 Jumlah Pinjaman dan Tingkat Bunganya………..19

Tabel 4.1 Jumlah Penyaluran Kredit, Perkembangan Mitra Binaan, Serta

Tenaga Kerja Terserap (Tahun 2002-2011)……….60

Tabel 4.2 Data Mitra Binaan PT Perkebunaan Nusantara III Medan Berserta

Jenis Usahanya (Tahun 2011)……….………….…….61

Tabel 4.3 Hasil Regresi Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap

Perkembangan UKM Mitra Binaan PT Perkebunaan Nusantara III

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Peningkatan Produktivitas Pekerja di Perusahaan………….30

Gambar 4.1 Diagram Alir Program Kemitraan………..57

Gambar 4.2 Hasil Uji t Statistik Untuk X1……….66

Gambar 4.3 Hasil Uji t Statistik Untuk X2……….67

(10)

ABSTRACT

This Skripsi entitle the “ Analysis of Execution of Partner Program to Growth of UKM of Partner Binaan PTPN III Medan”. Intention of this research is to : (a) analyse of Execution of Partner Program to earnings of UKM of partner of binaan PTPN III Medan, (b) know how execution of Partner Program by PTPN III Medan in its Credit channeling for the UKM, (c) Analyse the influence of execution of Patner of binaan PTPN III Medan.

This research use the data sekunder coming from PTPN III Medan also use the Population and sampel coming from UKM of Partner of binaan PTPN III Medan that is Counted 22 sampel. To see how The Execution of Partnership for growth and development of small and middle business the research use variable Y as growth of income and middle business partnership PTPN III Medan, variable X1 as supply of kredit, and variable X2 as workers. The research use time series data 2002 until 2011 (10 years).

(11)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap Perkembangan UKM Mitra Binaan PTPN III Medan”. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk : (a) menganalisa pelaksanaan program kemitraan terhadap pendapatan UKM mitra binaan PTPN III Medan, (b) mengetahui bagaimana pelaksanaan program kemitraan oleh PTPN III didalam penyaluran kreditnya untuk UKM, (c) menganalisa pengaruh pelaksanaan program kemitraan terhadap penyerapan tenaga kerja oleh UKM mitra binaan PTPN III Medan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari PTPN III Medan juga menggunakan populasi dan sampel yang berasal dari UKM mitra binaan PTPN III Medan yaitu sebanyak 22 sampel. Dilihat dari bagaimana perkembangan program mitra binaan dapat menumbuhkan dan mengembangkan pengusaha kecil dan menengah. Penelitian ini menggunakan variable Y sebagai perkembangan jumlah pendapatan dari pengusaha kecil menengah mitra binaan PTPN III Medan, variable X1 sebagai penyaluran Kredit, dan X2 sebagai jumlah tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan data tahun 2002 sampai 2011.

Menunjukan bahwa variable X1 (Penyaluran Kredit) tidak signifikan untuk

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan tahun 1997,

perhatian kepada kelompok usaha kecil dan menengah meningkat karena berbagai

studi tentang dampak krisis terhadap usaha kecil membuktikan bahwa sector ini

mampu bertahan. Sejumlah sector juga mengalami peningkatan produktivitas

yang antara lain disebabkan oleh naiknya permintaan. Kekuatan dan kinerja usaha

kecil inilah yang tampaknya membuat banyak pihak, termasuk pemerintah,

kemudian berharap banyak pada kelompok usaha kecil untuk dapat menjadi salah

satu tulang punggung ekonomi Indonesia. Krisis ekonomi dipandang telah

menunjukan kekuatan dan potensi sesungguhnya dari kelompok usaha kecil dalam

hal daya tahan menghadapi guncangan maupun dalam hal perananya sebagai salah

satu motor penggerak ekonomi yang penting.

Usaha kecil dan menengah mempunyai peranan yang sangat penting dalam

ekonomi Indonesia karena menyediakan berjuta lapangan pekerjaan dan menjadi

tulang punggung industri pengolahan. Memberi kemudahan kepada UKM dalam

menjalankan usaha akan mendukung pemulihan ekonomi Indonesia, menciptakan

lapangan pekerjaan dan menyumbang pada upaya menanggulangi kemiskinan.

(13)

perekonomian nasional sehingga pemerintah telah memberikan perhatian besar

bagi pengembangannya.

Pilihan untuk mengandalkan usaha kecil dalam upaya pemulihan ekonomi di

Indonesia dengan sendirinya berimplikasi pada kebutuhan untuk membangun

strategi dan penguatan usaha kecil yang komprehensif. Didalam beberapa

dokumen tentang rencana dan arahan pembangunan Indonesia sebenarnya telah

tercantum secara eksplisit upaya-upaya penguatan usaha kecil.

Secara spesifik, upaya pengembangan usaha kecil yang tercantum dalam

dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai berikut:

1. GBHN menyebutkan tiga aspek penting bagi pengembangan usaha kecil.

Pertama, pengembangan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada

mekanisme pasaryang adil, persaingan yang sehat dan berkelanjutan, dan

mencegah distorsi pasar. Kedua, mengembangkan perekonomian yang

berorientasi global dengan membangun ke unggulan kompetitif

berdasarkan keunggulan komporatif yang dimiliki Indonesia. Ketiga,

memberdayakan usaha kecil menengah (UKM) agar lebih efisien,

produktif, dan berdaya saing tinggi.

2. Propenas menyebutkan dua aspek yang penting bagi perkembangan UKM

di sector industri dan perdagangan. Pertama, mengembangkan usaha kecil

mikro,kecil,menengah, dan koperasi melalui penciptaan iklim usaha yang

kondusif, peningkatan akses kepada sumber daya produktif,

pengembangan kewirausahaan dan pengusaha kecil pengusaha kecil

(14)

peningktan daya saing melalui pengembangan ekspor, pengembangan

industry kompetitif, penguatan institusi pasar, dan peningkatan

kemampuan ilu pengetahuaan dan teknologi.

3. Pengembangan Industri Perdagangan yang bertujuan untuk

menggerakkan sector rill dalam periode jangka pendek yang berfokus

pada lima aspek. Pertama, reitalisasi industri pada cabang-cabang

industry tekstil dan produk tekstil (TPT), elektronika, alas kaki,

pengolahan kayu, pulp, dan kertas. Kedua, pengembangan industry pada

cabang-cabang industri kulit dan produk kulit, pengolahan ikan,

pengolahan CPO, pupuk, alat pertanian, makanan, software, perhiasan,

dan kerajinan. Ketiga, penataan struktur industry yang berorientasi pasar

global dengan prioritas pada industry-industri yang memiliki keunggulan

kompoatif dan kompetitif. Keempat, peningkatan teknologi industry.

Kelima, pengembangan dengan focus pada UKM.

Sesuai defenisi pembangunan oleh Michel P. Todaro bahwa Pembangunan

dapat juga dapat diartikan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

berbagai perubahan mendasar atas struktur social, sikap-sikap masyarakat, dan

institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan

ekonomi, penanganan ketimpangan serta pengentasan kemiskinan (Todaro : 2004

: 90), maka usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan solusi yang terbaik

dikarenakan dapat menciptakan kesempatan kerja yang pada akhirnya dapat

(15)

Selain itu, sektor usaha ini mempunyai peluang pasar yang besar apalagi

disaat kritis, dikarenakan selalu ada pasar bagi produksi barang dan jasa mereka

mengingat sektor usaha kecil menengah dan koperasi ini merupakan penghasilan

barang dan jasa khususnya bagi masyarakat golongan menengah kebawah dengan

daya beli yang rendah.

Kelebihan yang lain adalah, sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) mampu

bertahan disaat krisis disebabkan modal usahany adalah dari modal sendiri bukan

pinjaman, akan tetapi kelebihan tersebut jugalah yang merupakan kelemahan dari

sektor usaha ini untuk berkembang dikarenakan modal sendiri yang umunya

terbatas bahkan berkurang sehungga sektor ini selalu terjebak dalam lingkaran

setan dan sulit untuk berkembang. Belum lagi masalah manjemen dan pendidikan,

lemahnya pemanfaatan informasi dan teknologi, kurang mampu dalam

pembentukan organisasi, dan lemah dalam pembentukan jaringan usaha, serta

akses pasar yang minim merupakan factor-faktor penghambat dalam keberhasilan

usaha kecil menengah ini.

Selain itu masalah sosial dan cultural juga menghambat pengembangan

UKM. Hambatan cultural adalah budaya dan etos kerja yang rendah sementara

ketidakberpihakan dan perlakuan yang tidak sepenuh hati dari pemerintah

merupakan salah satu hambatan structural dalam akselerasi implementasi ekonomi

kerakyatan. (Nofiandri: 2002: 77).

Meskipun UKM dapat bertahan disaat krisis bukan bersifat krisis tersebut

tidak berdampak pada UKM. Menurut Prawirokusumo dampak krisis ekonomi

(16)

a. Tingginya bunga kredit sehingga supply kredit berkurang yang berakibat

pada kurang terbukanya sektor produksi.

b. Tingginya biaya impor bahan baku dan suku cadang yang mengakibatkan

meningkatnya biaya produksi sehingga keperluan modal kerja makin

meningkat.

c. Tingginya biaya permesinan, peralatan, dan suku cadangan.

d. Turunya penjualan produk karena turunnya daya beli masyarakat.

e. Cash flow terganggu karena lambatnya pembayaran utang.

f. Nilai tukar mata uang asing yang masih volatile meningkatkan resiko

transaksi antarnegara.

Menyadari peranan UKM terhadap perekonomian Indonesia serta

permasalahan yang dihadapinya maka pemerintah memberikan perhatian pada

sektor ini, diantaranya dengan keluarnya Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor : 316/KMK.016/1994 Tentang Pedoman Pembianaan Usaha

Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari bagian Laba Badan Usaha

Mili Negara (BUMN), dimana tujuan peraturan ini adalah untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui

peluasan lapangn kerja dan kesempatan kerja serta kesempatan berusaha, maka

perlu dikembangkan potensi usaha kecil dan koperasi sehingga menjadi tangguh

dan mandiri sehingga dapat meningkatan taraf hidup masyarakat serta mendorong

tumbuhnya kemitraaan antara BUMN dengan Usaha Kecil Menengah dan

(17)

Kemudian pemerintah melakukan perubahan atas Keputusan Menteri

Keuangan Tahun 1994 pasal 3 dimana perlu penyesuaian terhadap besarnya

bagian pemerintah atas laba BUMN untuk pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi,

sehingga keluar keputusan Menteri Kuangan Republik Indonesia

No.60/KMK.016/1996 Tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi

melalui pemanfaatan dan dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara.

Dilanjutkan lagi pada tahun 1997 dilakukan penyesuaian untuk pasal 1

Keputusan Menteri Keuangan No. 266/KMK.016/1994 Tentang Pedoman

Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari bagian laba

Badan Usaha Milik Negara, dimana didalam pasal ini perlu ditetapkan criteria dari

usaha kecil agar tidak timbul persepsi yang berbeda-beda.

Selanjutnya dalam UU No. 25 tahun 2000 sendiri mengenai Program

Pembangunan Nasional (Propenas) sektor usaha kecil dan menengah, usaha mikro

dn koperasi menjadi prioritas pembangunan yang diharapkan menjadi tulang

punggung perekonomian.

Meskipun pemerintah telah menunjukkan itikad baiknya dengan

mengeluarkan sejumlah keputusan maupun peraturan dan undang-undang, akan

tetapi hal ini dirasakan belum memenuhi harapan pengusaha kecil dan koperasi

dimana masih dijumpai keterbatasan akses usaha kecil menegah dan koperasi

terhadap sumber modal untuk mengembangkan usahnya.

Penyebab utamanya adalah terbatasnya collateral atau jaminan debitur

(18)

disamping kurangnya informasi dan komunikasi antara UKM, Koperasi dengan

Bank/Lembaga keuangan, serta tidak ada daya saing.

Bank Pembangunan Asia (ADB) menayatakan bahwa ada empat factor

yang mempengarhui keputusan penyaluran kredit bank antara lain:

1. Biaya dana bank

2. Biaya transaksi kredit

3. Penghasilan bunga dan pendapatan admnistrasi

4. Antisipasi resiko kredit

Menyadari hal diatas maka pada tanggal 17 Juni 2003 pemerintah melalui

Kementerian BUMN menerbitkan Keputusan Menteri BUMN No.

Kep-236/MBU/2003/tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan

Bina Lingkungan (PKBL) yang mengatur kemitraan BUMN dengan usaha kecil

dan pelaksanaan bina lingkungan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan

perkembangan ekonomi dan kondisi lingkungan sosial masyarakat sekitar

BUMN.

Terbitnya Keputusan Menteri BUMN ini menggambarkan perubahan

kebijakan pemerintah dimana sebelum krisis kebijakan pemerintah dimana

sebelum krisis kebijakan pemerintah berpihak pada konglomerat sehingga

terbentuk Sistem Ekonomi Konglomerasi (SEK) kemudian pasca krisis menjadi

sistem ekonomi kerakyatan yang lebih mengutamakan tindakan partisipasi dari

masyarakat selaku pelaku dalam kegiatan ekonomi (konsep pembagunan

(19)

hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek dari pembagunan.(Syarif Hidayat

& Darwin Syamsul Bahri :2001).

Keputusan menteri BUMN No. Kep-236/MBU/2003/tentang Program

Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil Merupakan tindak lanjut dari Peraturan

Pemerintah No. 3 tahun 1983 yang mengamanatkan BUMN untuk turut serta

membangun pengembangan usaha kecil, kemudian keputusan-keputusan menteri

tentang pedoman pelaksanaan pembinaan usaha kecil oleh BUMN, yaitu

Keputusan Menteri Keuangan No.1232/KMK.013/1989,No.316/KMK.016/1994

Junto No.60/KMK.016/19 dan No. 266/KMK.016/19, Keputusan Menteri Negara

Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pengelola BUMN No.

Kep-197/MPBUMN/1997 dan No. Kep-216/M-PBUMN/1997.

Dalam hal ini BUMN ditunjuk sebagai pelaksana program kemitraan

dikarenakan seluruh atau sebagaian besar modalnya berasal dari kekayaan

Negara yang dipisahkan, dan merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam

system perekonomian nasional disamping koperasi dan usaha swasta. Disamping

itu juga BUMN merupakan penghasil barang dan atau jasa untuk kemakmuran

masyarakat dan memiliki peran yang strategis dalam membantu pembinaan dan

pengembangan usaha swasta dan koperasi yang bersekala kecil.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji

bagaimana pelaksanaan program kemitraan oleh salah satu BUMN dalam hal ini

PT. Perkebunan Nusantara III Medan (Persero) serta bagaimana pelaksanaan

(20)

unit usaha yang merupakan mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III, sehingga

penulis mengangkat judul “ANALISIS PROGRAM KEMITRAAN

(21)

1.2 Perumusan Masalah.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada pendahuluan maka penelitian

mengungkapkan beberapa permasalahan yang diangkat antara lain:

1. Apakah pelaksanaan penyaluran kredit berpengaruh terhadap

perkembangan jumlah pendapatan UKM Mitra binaan PT Perkebunan

Nusantara III Medan.

2. Apakah jumlah tenaga kerja yang terserap berpengaruh terhadap

perkembangan jumlah pendapatan UKM Mitra binaan PT Perkebunan

Nusantara III Medan.

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan sementara mengenai suatu permasalahan

dimana kebenarannya masih harus dibuktikan lebih lanjut (Teguh, 1999).

Berdasarkan permasalahan maka dapat ditetapkan beberapa hipotesa antara

lain:

1. Jumlah kredit usaha kecil menengah yang disalurkan mempunyai

pengaruh yang nyata terhadap perkembangan jumlah pendapatan mitra

binaaan PTPN III Medan.

2. Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh UKM mempunyai pengaruh

yang nyata terhadap perkembangan jumlah pendapatan mitra binaan

(22)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah:

1. Menganalisis pengaruh jumlah kredit terhadap perkembangan jumlah

pendapatan mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan

2. Menganalisis pengaruh jumlah tenaga kerja yang terserap terhadap

perkembangan jumlah pendapatan mitra binaan PT Perkebunan Nusantara

III Medan

3 Memperoleh gambaran mengenai data Mitra Binaan PT Perkebunan

Nusantara III Medan beserta jenis Usahanya.

1.4 Manfaat Penelitian.

Manfaat penelitian ini antara lain adalah:

1 Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai program

kemitraan binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak lain yang akan melakukan ataupun

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Kemitraan

2.1.1 Pengertian BUMN, Program Kemitraan, Usaha Kecil dan Menengah, Unit

Program Kemitraan, Mitra Binaan, BUMN Pembina.

a. Badan Usaha Milik Negara adalah Perusahaan Perseroan (PERSERO)

yang segala kegitannya bertujuan untuk memperoleh laba yang

maksimum.

b. Program Kemitraan adalah Program untuk meningkatkan kemampuan

usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan

dan dari bagian laba BUMN. (Pasal 1 KEPMEN BUMN No:

KEP/MBU/2003).

c. Usaha Kecil Menengah.

Ada dua konsep yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan fungsi

UKM yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan

perusahaan ditinjau dari segi kekayaan perusahaan.

Defenisi UKM dari segi kekayaan perusahaan adalah:

• Menurut UU No. 10 tahun 1999 yang dimaksud dengan usaha

kecil dan menegah adalah usaha yang mempunyai kekayaan

bersih lebih besar dari Rp 200 juta sampai dengan maksimum Rp

(24)

• Berdasarkan SK Menteri Deperindag No. 589 tahun 1999 usaha

kecil menegah adalah usaha yang mempunyai nilai investasi

seluruhnya sampai dengan Rp 1 milyar tidak termasuk tanah dan

bangunan.

• Bank Indonesia menetukan batas tertinggi dari investasi, diluar

tanah dan bangunan sebesar Rp 600 juta bagi pengertian industry

kecil.

Sedangkan defenisi UKM dari segi tenaga kerja adalah:

• Menurut BPS Indonesia criteria usaha kecil adalah jika

karyawannya 5-19 orang jika kurang dari 5 karyawan digolongkan

dalam usaha rumah tangga, dan usaha menegah terdiri atas 20-29

karyawan.

• Anderson (1987) mengemukakan defenisi pengelompokan

kegiatan usaha ditinjau dari jumlah pekerjaan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Pengelompokan Kegiatan Usaha Ditinjau dari Jumlah Pekerja

Usaha - Kecil I – Kecil II

- Kecil II – Kecil III

1 – 9 Pekerja

10 – 19 Pekerja

Usaha menengah Besar – kecil

Kecil – menengah

Menengah - menengah

Besar – menengah

100 – 199 Pekerja

201 – 499 Pekerja

500 – 999 Pekerja

1000 – 1999 Pekerja

Usaha besar ………  2000 Pekerja

(25)

Harmen Nst, Baren Ratur Sembiring, Bahri Sayono, Suadi, Rini,

Pengembangan Kewiraushaan, 1997, mengungkapkan bahwa batasan

perusahaan kecil menurut beberapa instansi antara lain:

Table 2.2

Batasan Pengertian Usaha Kecil Menurut Beberapa Intansi

Instansi Batasan Pengusaha Kecil Keterangan

Dep. Perindustrian Asset Rp 600 juta Diluar tanah dan bangunan

Dep. Keuangan Asset Rp 300 juta

Dep. Perdagangan Asset Rp 600 juta

BPS Pengusaha Informal

Pengusaha Kecil

TK 1 s/d 4 orang

TK 5 s/d 9 orang

UU R.I No. 9 Th. 1995 Depkop & PPK

Asset ≤ Rp 200 juta Diluar tanah dan bangunan

Sumber : Harmein Nst, Baren Ratur Sembiring, Bahri Sayono, Suadi, Rini, pengembangan Kewirausahaan, 1997.

d. Unit Program Kemitraan

Berdasarkan pasal 1 KEP-236/MBU/2003 poin 6 yang dimaksud

dengan unit program kemitraan adalah unit organsasi khusus yang

mengelola program kemitraan yang merupakan bagian dari organisasi

BUMN Pembina serta tanggung jawab langsung kepada Direksi

BUMN Pembina.

e. Mitra Binaan

Defenisi mitra binaan berdasarkan Kepmen No. Kep-236/MBU/2003

pasal 1 yaitu usaha kecil yang mendapatkan pinjaman dari program

(26)

f. BUMN

BUMN Pembina adalah BUMN yang melaksanakan Program

Kemitraan.

2.1.2 Pelaksanaan Program Kemitraan Berdasarkan Kepmen BUMN No.

Kep.236/MBU/2003 dan SE Kementrian BUMN No. SE-433/MBU/2003.

Agar tujuan pelaksanaan program kemitraan dapat tercapai maka unit

program kemitraan sekurang-kurangnya melakukan fungsi pembinaan,

evaluasi, penyaluran, penagihan, pelatihan, monitoring, promosi, fungsi dan

keuangan.

Unit kemitraan dikantor pusat dibentuk dengan memperhatikan jumlah

dana yang dikelola, luas wilayah bianaan dan jumlah mitra binaan serta

mempertimbangkan kondisi perusahaan sedangkan bentuk pelaksanaan

dikantor cabang atau perwakilan disesuaikan dengan kebutuhan. Unit

kemitraan atau PUKK bertanggung jawab lgsung kepada salah satu anggota

direksi yang ditetapkan dalam rapat direksi. Karyawan yang ditunjuk untuk

menangani unit program kemitraan memiliki hak dan kewajiban yang sama

dengan karyawan lain BUMN Pembina yang bersangkutan.

Bentuk program kemitraan:

a. Pemberian pinjaman dalam bentuk:

• Pinjaman untuk modal kerja dan atau untuk pembelian barang – barang

modal (aktiva tetap produktif) seperti mesin dan alat produksi, alat

bantu produksi, dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan

(27)

• Pinjaman khusus yaitu pemberian pinjaman yang dapat diberikan oleh

BUMN Pembina yang bersifat jangka pendek dengan waktu

maksimum satu tahun serta dengan nilai pinjaman yang cukup material

bagi mitra bianaan.

• Hibah dalam bentuk:

 Meningkatkan keterampilan manajerial dan teknik produksi atau

pengolahan,

 Meningkatkan pengendalian mutu produksi

 Meningkatkan pemenuhan standarisasi teknologi.

 Meningkat rancangan bangun dan perekayasaan

 Bantuan pemasaran produk mitra binaan, dalam bentuk bantuan

penjualan produk mitra binaan melalui kegiatan pameran maupun

penyediaan ruang pamer (showroom), pendidikan, pelatihan dan

pemagangan untuk mitra binaan dapat dilakukan sendiri oleh

BUMN Pembina atau menyediakan tenaga penyuluh yang berasal

dari lembaga pendidikan atau pelatihan swasta professional

maupun perguruan tinggi.

Jangka waktu atau masa pembinaan untuk mitra binaan dapat

dilakukan terus menerus sampai mitra binaan tersebut menjadi tangguh,

mandiri, dan bankable(dapat diberi pijaman).

b. Beban Operasional

Untuk mendukung pelaksanaan program kemitraan, disediakan dana

(28)

dari pokok dan penyisihan laba BUMN). Dana operasional tersebut dapat

digunakan untuk operasional yang meliputi, antara lain:

• Kegiatan Pembinaan:

 Beban perjalanan dinas petugas atau pengelola dalam rangka survey

lokasi usaha mitra binaan, monitoring atau evaluasi perkembangan

usaha mitra binaan, dan kegiatan penagihan pinjaman.

 Beban upah tenaga harian atau honorer yang membantu pelaksanaan

program kemitraan.

 Beban kegiatan karyawan unit Program Kemitraan yaitu beban yang

berkaitan dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan

karyawan dalam melaksanakan fungsi Pembina, fungsi administrasi,

dan keuangan.

 Badan administrasi meliputi beban administrasi bank, beban surat

menyurat, dan sejenisnya.

 Pengadaan inventaris, yaitu pembelaian perangkat computer berserta

program aplikasinya dan investaris kantor lainnya.

 Pengadaan kenderaan bermotor untuk menunjang kegiatan operasional,

yang pengadaannya disesuaikan dengan kondisi dan operasional yang

tersedia.

Realisasi pengadaan inventaris dan kenderaan bermotor dicatat dan

dibukukan sebagai aktiva tetap dalam Negara Program Kemitraan.

(29)

terperinci dalam RKA Program Kemitraan. Usulan penghapusan

pembukuan aktiva tetap di usulkan dalam RKA Program Kemitraan.

c. Penanganan Pinjaman Bermasalah

Pelaksanaan pemindahaan pencatatan pinjaman macet yang telah

melalui proses pemulihan kedalam pos pinjaman bermasalah dilakukan dalam

satu tahun setelah pinjaman dikategorikan macet.

Pinjaman bermasalah yang akan dihapuskan terlebih dahulu di

usulkan kepada menteri/RUPS melalui mekanisme Rencana Kerja dan

Anggaran (RKA) Program Kemitraan.

d. Prioritas program kemitraan

• Program kemitraan ditunjukan terutama bagi usaha kecil yang belum

memiliki kemampuan akses perbankan.

• Program kemitraan dapat dilakukan kepada usaha kecil yang tidak

memiliki kaitan usaha maupun yang memiliki kaitan usaha BUMN

Pembina, namun diupayakan kearah terwujudnya keterkaitan usaha.

e. Tingkat bunga pinjaman

Tingkat bunga yang dikenakan kepada mitra binaan bersifat regresif

proporsional, yaitu semakin besar jumlah pinjaman semakin besar pula tingkat

(30)
[image:30.595.163.512.165.269.2]

Table 2.3

Jumlah Pinjaman dan Tingkat Bunganya

No Jumlah pinjaman yang diberikan Tingkat

bunga

A s/d Rp 10.000.000 6%

B >Rp 10.000.000 s/d Rp 30.000.000 8%

C >Rp 30.000.000 s/d Rp 50.000.000 10%

D Diatas Rp 50.000.000 12%

Sumber: Surat Edaran Menteri BUMN No. SE-433/MBU/2003

Penetapan bunga pinjaman dihitung dengan system bunga efektif atau

dapat juga dihitung dengan system flat atau system bagi hasil sepanjang

nilainya setara dengan bunga efektif.

Tingkat bunga yang diperhitungkan sebelum ketetapan (keputusan) ini

tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa pinjaman. Apabila masa

pinjaman telah berhakir namun mitra binaan belum melunasi pinjamannya,

maka tingkat bunga atas sisa pinjaman tersebut disesuaikan dengan ketetapan

ini.

f. Pelaksanaan program kemitraan oleh BUMN Pembina

Pembinaan dan pengembangan usaha kecil merupakan tanggung

jawab bersama pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, oleh karena itu bagi

BUMN Pembina dianjurkan melaksanakan program kemitraan.

Pelaksanaan program kemitraan bagi BUMN berpedoman pada RKA

program kemitraan yang telah disetujui oleh Komisaris sedangkan sumber

pendanaannya berasal dari laba bersih setelah pajak yang besarnya ditetapkan

(31)

• Membentuk unit program kemitraan

• Menyusun Standar Opening Prosedur (SOP) untuk pelaksanaan program

kemitraan yang dituangkan dalam suarat keputusan direksi.

• Menyusun rencana kerja dan anggaran program kemitraan.

• Melakukan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan

calon mitra binaan secar langsung.

• Menyiapakan dan meyalurakan dana program kemitraan kepada mitra

binaan masyarakat.

• Melakukan pemantauan dan pembianaan terhadap mitra binaan.

• Mengadministrasikan kegiatan pembinaan.

• Melakukan pembukuan atas program kemitraan.

• Menyamakan laporan pelaksanaan program kemitraan yang meliputi

laporan berkala baik triwulan maupun tahunan kepeda mentri.

• Menyampaikan laporan berkala baik teriwulan maupun tahunan kepada

coordinator BUMN Pembina diwilayah masing-masing.

2.2 Posisi UKM.

UKM merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang melibatkan masyarakat

secara langsung didalam perekonomian. Sumbangan UKM terhada

perekonomian berupa penyerapan tenaga kerja, disamping itu mereka juga

memberikan kontribusi dalam penciptaan nilai tambah dan devisa ekspor non

(32)

motor penggerak ekonomi kerakyatan yang menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kegiatan ekonomi nasional.

Beberapa bentuk kegiatan UKM ini terdiri dari berbagai sektor mulai

dari produksi dan perdagangan komoditi seperti makanan, pakaian,

keperluan, rumah tangga, keperluan dapur, cenderamata sampai pada mesin-

mesin peralatan produksi skala kecil. Beberapa industri kecil yang termasuk

UKM memasarkan produknya tidak hanya didalam negeri saja tetapi sampai

keluar negeri, bahkan ada yang melakukan kontrak dengan usaha besar.

Teknologi yang digunakan adalah teknologi sederhana sampai madya,

penerapan manajemen sederhana, sebagian belum berbadan hokum serta

memiliki keterbatasan modal, kemampuan dan keterampilan, wawasan bisnis

dan kewirausahaan.

Kondisi usaha kecil menegahyang ada di Indonesia saat ini terdapat

sebanyak 42 juta usaha mikro dan kecil 80% diantaranya bergerak dibidang

pertanian. Sementara sektor menengah berjumlah 60 ribu usaha, dan sektor

besar hanya berjumlah sekitar 2,518 unit usaha.

2.3 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Tantangan Pengembangan, serta Permasalahan yang Dihadapi UKM Industri dan Perdagangan.

Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan Usaha Kecil dan

Menengah dalam jangka panjang untuk meningkatkan potensi dan partisipasi

(33)

ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembagunan melalui

perluasn lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.

Sasaran dan pembinaan usah kecil adalah meningkatnya jumlah

pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan

mandiri sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat perperan dalam

perekonomian nasional, meningkatkan daya saing pengusaha nasional di

pasar dunia, serta seimbangnnya persebaran investasi antar sektor dan antar

golongan.

Untuk mewujudkan hal tersebut maka harus diketahui kekuatan,

kelemahan, peluang serta tantangan pengembangan UKM. Secara garis besar

berbagai kekuatan, kelemahan, peluang, serta tantangan yang dihadapi oleh

UKM pada masa-masa mendatang antara lain adalah:

a. Kekuatan UKM

UKM memiliki beberapa kekuatan potensial yang merupakan andalan

yang menjadi basis pengembangan pada masa datang adalah:

• Penyediaan lapangan kerja. Peran UKM dalam penyerapan tenga kerja

patut diperhitungkan, diperkirakan mampu menyerap sampai dengan

50% tenaga kerja yang tersedia.

• Sumber wirausaha baru, Keberadaan UKM selam ini terbukti dapat

mendukung tumbuh kembangnya wirausaha baru.

• Memiliki segmen pasar yang unik

• Melaksankan manjemen sederhana dan fleksibel terhadap perubahan

(34)

• Memanfaatkan sumber daya alam sekitar. UKM sebagaian besar

memanfaatkan sumber daya alam yang merupakan unggulan wilayah.

Selain memanfaatkan limbah atau hasil samping dari industry besar

atau industry lainnya.

• Memiliki potensi untuk berkembang. Berbagai upaya pembinaan yang

dilaksankan menunjukan hasil yang menggambarkan bahwa UKM

mampu untuk dikembangkan lebih jauh dan mampu untuk

mengembangkan sektor-sektor lain yang terkait.

b. Kelemahan UKM.

Beberapa kelemahan UKM

• Masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia

• Kendala pemasaran produk sebagaian besar pengusaha UKM lebih

memprioritaskan pada aspek produksi sedangkan fungsi-fungsi

pemasaran kurang mampu dalam mengaksesnya, khususnya dalam

informasi pasar dan jaringan pasar, sehingga sebagian besar hanya

berfungsi sebagai tukang saja.

• Kecenderungan konsumen yang belum mempercayai mutu produk

UKM.

• Sangat terbatasnya institusi pemasaran bersama. Sebagaimana

diketahui bahwa UKM kurang dapat memproduksi dalam jumlah yang

besar sehingga hal ini harus ada suatu insitusi untuk menyatukan,

(35)

• Kendala permodalan usaha. Sebagian besar UKM memanfatkan modal

sendiri dalam jumlah yang relative kecil. Disamping itu mereka

menjual produknya secara pesanan dan banyak terjadi penundaan

pembayaran.

c. Tantangan UKM

• Iklim usaha yang tidak kondusif. Iklim usaha yang tidak kondusif

diwujudkan dalam adanya monopoli dalam bidang usaha tertentu,

penguasaan industry dari hulu ke hilir oleh industry besar berbagi

peraturan yang tidak mendukung (retribusi, perizinan, dan lain-lain).

• Pemberlakuan berbagai standar nasional mauoun internasional.

Perubahan tatahan ekonomi dunia cenderung menyebabkan pasar

bersifat resistensi dan proteksi antara lain dengan diberlakukannya

berbagai standar antara lain ISO 9000,ISO 14000, Hak atas kekayaan

inteletual, dan lain-lain.

d. Peluang UKM

Disamping berbagai tantangan tersebut, terbuka peluang yang cukup

besar untuk mendorong dan mempercepat pengembangan industry

termasuk usaha kecil dan menengah seperti:

• Indonesia merupakan pasar yang besar. Indonesia sebagai Negara

kepuluan dan memiliki jumlah penduduk yang besar merupakan

peluang pasar yang dimanfaatkan sebagai lahan usaha.

• Melimpahnya sumber daya alam. Potensi dalam negeri berupa sumber

(36)

dimiliki serta dengan keterampilan sumber daya manusia yang ada

merupakan peluang yang harus disiasati untuk menjadi keunggulan

kompetitif.

e. Masalah yang dihadapi oleh UKM.

Upaya-upaya pengembangan UKM terkait dengan berbagai permasalahan

yang dihadapi oleh UKM antara lain:

• Perizinan

Produser perizinan di berbagai instansi masih belum transparan,

birokratif dan berbagai jenis pungutan yang berakibat biaya produksi

menjadi tinggi.

• Permodalan

Skim khusus untuk permodalan UKM masih harus diperjelas, terutama

dengan tidak adanya kredit program. Dana di masyarakat berupa dan

bergulir terbatas dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan, dan

pengelolahan sering mejadi masalah. Dalam pengembangan wirausaha

baru tidak ada skim khusus untuk usaha baru untuk UKM. Demikian

pula kenyataa dilapangan menunjukkan bahwa peraturan kredit

perbankan cenderung sulit dijangkau oleh UKM.

• Peraturan

Peraturan-peraturan yang terkait dengan pengembangan bisnis,

walaupun bukan secara khusus untuk UKM, secara umum

kenyataannya membawa dampak pada pengembangan UKM.

(37)

Dalam pengembangan UKM dicirikan dengan lemahnya kondisi intern

UKM itu sendiri antara lain, lemahnya penguasaan teknologi,

manajemen yang sederhana, lemahnya orientasi pasar, kemampuan

SDM yang terbatas, lemahnya jaringan distribusi pemasaran serta sifat

ketergantungan yang kuat.

• Pemasaran

Hanya sebagaian kecil saja produk UKM yang mampu menembus

pasar ekspor. Keterbatasan wawasan bisnis, kurang pengetahuan,

prosedur perdagangan, kurangnya sarana dan prasarana, kurang mapu

memiliki lokasi pemasaran yang potensial karena sudah dikuasai oleh

pemodal yang kuat, mutu produk yang belum stabil dan lain-lain.

• Masalah disain.

Salah satu kekuatan produk UKM adalah memiliki desain khas,

kelenturan perubahan desain yang tinggi, masalah yang dihadapi pada

umunya adalah bahwa akses kedesain yang terkesan masih lemah,

peniruan desain dan kurang mampu menguasai teknologi desain.

2.4 Kontribusi UKM Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut Payaman J. Simanjuntak Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai dua pengertian yaitu pertama, Sumber Daya Manusia

mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam

(38)

manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja

tersebut.

Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah kelompok penduduk

dalam usia kerja. Di Indonesia pengertian tenaga kerja mencakup penduduk

yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang

melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga,

sehingga disimpulkan bahwa tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan

bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja,

dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Sedangkan

kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah,

golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan yang menerima

pendapatan.

Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja

Yang dimaksud dengan Pasar Kerja adalah proses terjadinya

penempatan atau hubungan kerja melalui penyedian dan permintaan tenaga

kerja.

Penyediaan TK = Angkatan Kerja = Supply TK

Penyediaan atau supply tenaga kerja adalah jumlah orang yang

menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara mereka sebagian

sudah aktif kegiatannya yang menghasilkan barang dan jasa. Mereka

(39)

tergolong yang siap bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan. Mereka

dinamakan pencari kerja atau penganggur. Jumlah yang bekerja dan pencari

kerja dinamakan angkatan kerja.

Angkatan Kerja = Yang Berkerja + Penganggur

Produktivitas tenaga kerja mempengaruhi penyediaan tenaga

kerja. Produktivitas mengandung pengertian filosofis-kuantitatif dan

kuantitatif-teknis operasional. Secara filsofis-kualitatif, produktivitas

mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk

meningkatkan mutu kehidupan.

Pandangan hidup demikian mendorong manusia untuk tidak cepat

merasa puas, akan tetapi terus mengembangkan diri dan meningkatkan

kemampuan kerja. Sedangkan definisi kuantitatif, produktivitas merupakan

pembandingan antara hasil yang dicapai dengan (keluaran) dengan

keseluruhan sumber daya yang dipergunakan persatuan waktu.

Peningkatan produktivitas dapat terwujud dalam empat bentuk yaitu:

• Jumlah produksi yang sama diperoleh dengan menggunakan

sumberdaya yang lebih sedikit.

• Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan

sumber daya yang kurang.

• Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan

(40)

• Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan

sumber yang relative lebih kecil.

Sumber daya masukan dapat terdiri dari beberapa factor

produksi seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan mentah, dan sumber

daya manusia itu sendiri. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas manusia

merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitas factor-faktor

lain sangat tergantung pada kemampuan manusia untuk memanfaatkannya.

Beberapa factor yang mempengaruhi produktivitas karyawan dapat

digolongkan dalam tiga kelompok yaitu:

• Yang menyangkut kualitas dan kemampuan fisik pekerja

• Sarana pendukung

• Suprasarana

Kualitas dan kemampuan karyawan dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik pekerja

yang bersangkutan. Sarana Pendukung untuk peningkatan produktivitas

kerja karyawan perusahaan dikelompokkan pada dua golongan, yaitu:

• Menyangkut lingkungan kerja, termasuk teknologi dan cara produksi,

sarana dan peralatan produksi yang dipergunakan, tingkat keselamatan

dan kesehatan kerja serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri.

• Menyangkut kesejahteraan pekerja yang tercermin dalam system

pengupahan jaminan social, serta jaminan kelangsungan kerja.

Sedangkan yang termasuk suprasarana adalah kibijakan pemerintah,

(41)

sumber-sumber secara maksimal menciptakan system kerja yang

optimal, akan menentukan tinggi rendahnya produktivitas karyawan.

Sehingga factor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas

pekerja perusahaan dapat di gambarkan sebagai berikut:

Peningkatan Produktivitas Pekerja di Perusahaan Supra Sarana

• Kebijakan Pemerintah

• Hubungan Industrial

• Manajemen

• Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

• Sarana Produksi

• Teknologi

Lingkungan Kerja

• Upah

• Jamsos

• Security

Kesejahteraan

Sarana Pendukung

Gambar 2.1

Sumber: Payaman Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Daya

Manusia, 1998.

• Pendidikan

• Latihan

• Etos Kerja

• Motivasi Kerja

• Sikap Mental

• Fisik

Peningkatan

Produktivitas

Pekerja di

(42)

Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan dalam

masyarakat. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan

tingkat upah.

Penganggur adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja

kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha

memperoleh pekerjaan. Tingkat pengangguran adalah perbandingan jumlah

penganggur dengan jumlah angkatan kerja, dinyatakan dalam persen.

Penyerapan tenaga kerja berarti jumlah tenaga kerja yang dapat

diserap oleh tiap sector. Penduduk yang bekerja terserap di berbagai sector.

Sector yang memperkerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang

dan jasa yang relative besar. Untuk wilayah Sumut berdasarkan data BPS

tahun 2011 lapangan pekerjaan utama masih didominasi oleh sector

pertanian yang mencapai 56,03%, diusul sector perdagangan 16,69% sektro

jasa 10,24%, dan sector industry hanya sekitar 6%.

Data Bank Indonesia menyebutkan bahwa kotribusi UKM terhadap

PDB (tanpa migas) sekitar 41,25% dari PDB (migas). Dari total

pertumbuhan PDB tahun 2011 sebesar 4,1%, 2,4% diantaranya merupakan

kontribusi UKM dan Pada 2011 UKM mampu menyerap tenaga kerja 68,28

(43)

2.5 Program Kemitraan Sebagai Wadah Pengembangan UKM

Kemitraan merupakan hubungan kerjasama usaha diberbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela, dan berdasarkan prinsip saling

membutuhkan, saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan disertai

pembinaan dan pengembangan UKM oleh usaha besar. Salah satu bentuk

kemitraaan usaha yang melibatkan UKM dengan usaha besar adalah

production linkage. Dimana disini UKM sebagai pemasok bahan baku dan

penolong dalam rangka mengurangi ketergantungan impor.

The Kian Wie (1992) menyatakan bahwa ada 10 bentuk keterkaitan

langsung pemasok (UKM) dan perusahaan besar yaitu mulai produksi, lokasi

yang berdekatan, informasi cirri dan mutu komponen, bantuan hibah

keuangan atau pinjaman lunak, pembelian bahan baku, manajerial, penetapan

harga, bantuan distribusi dan diversifikasi dalam rangka memperkuat

keuangan. Akantetapi, keterkaitan tersebut harus bersifat mendidik untuk bisa

mandiri sehingga UKM dapat meningkatkan daya saingnya.

Didalam dunia bisnis berkembang beberapa pola kemitraan usaha

antara lain: pertama, Inti-Plasma. Inti berfungsi melakukan pembinaan,

penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran, sedangkan

plasma melakukan fungsi produksi.

Kedua, sub-kontrak. Pola ini merujuk pada usaha kecil memproduksi

komponen yang di perlukan oleh usaha menengah dan besar sebagai bagian

dari produksinya. Sedangkan usaha menengah dan besar berfungsi

(44)

produksinya. Pola ini didorong oleh ketentuan dan peraturan yang ditetapkan

untuk menyelamatkan usaha kecil sebagai bagian yang tidak terpisahkan,

pola ini lebih sederhana dan mudah diterapkan bila didukung oleh suatu

aturan yang jelas dari pemerintah.

Ketiga, dagang umum. Pada pola ini usaha menengah dan besar

memasarkan hasil produksi usaha atau usaha kecil sebagai pemasok

kebutuhan usaha menengah dan besar. Pola ini dilakukan dalam dunia bisnis

atas dasar saling menguntungkan.

Keempat, waralaba pemberian waralaba memberikan hak penguasaan

lisensi merek dagang dan saluran distribusi perusahaanya kepada penerima

waralaba dengan bantuan bimbingan manajemen. Pada prinsipnya pola ini

banyak digunakan dalam dunia bisnis terutama bagi merek-merek terkenal

dan dikonsumsi banyak orang. Hampir setiap celah bisnis dapat

menggunakan pola ini seperti fast food, industry kimia, obat-obatan dan

industry jasa lainnya.

Pola ini secara bisnis lebih menjamin keberhasilan, namun dalam

jangka panjang pola ini dapat menguras devisa Negara sangatlah besar karena

royaliti yang dibayar secara totslitas sangatlah besar.

Kelima keagenan, pada pola ini usaha kecil diberikan hak khusus

untuk memasarkan jasa usaha menengah dan besar. Kelima pola tersebut

didasarkan pada peraturan pemerintah Nomor 44 tahun 1997 tentang

kemitraan dan surat Keputusan Bersama nomor 22/SKB 1998 dan Nomor

(45)

Pemerintah menawarkan konsep Bussines Development Service

(BDS) yang mengikutsertakan peran serta masyarakat baik asosiasi,

himpunan, perguruan tinggi, yayasan dalam perusahaan maupun lembaga

swadaya masyarakat dan lembaga non pemerintah.

Lembaga BDS memberikan jasa layanan non keuangan, bersifat

dinamis, dan ruang lingkup kerja yang luas sesuai dengan kebutuhan untuk

menjalankan bisnis. Layanan yang diberikan dapat berupa konsultasi,

pelatihan bimbingan dan pendampingan, penyusunan proposal, kontak bisnis,

dan berbagai fasilitasi terhadap akses pasar, permodalan informasi,

pengembangan manajemen dan teknologi.

Program kemitraan merupakan wadah untuk pengembangan UKM

dikarenakan program ini dapat menjawab dan mengatasi

kelemahan-kelemahan yang selama ini dialami oleh UKM di Indonesia mengigat

mekanisme dan struktur kelembagaan kemitraan diatur berdasarkan

KEP-236/MBU/200 yang merupakan peraturan yang keluar dikarenakan peraturan

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitihan merupakan langkah penting di dalam suatu penulisan

skripsi dimana dengan adanya konsep penelitian yang sistematis dan baku maka

akan mengarahkan penelitian ke tujuan yang ingin dicapai. Dalam mengumpulkan

data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode

penelitian sebagai berikut:

2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) dimana

PTPN III Medan adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang usaha

perkebunan dan usaha pabrik pengolahan. PT Perkebunan Nusantara III Medan

merupakan salah satu BUMN yang ditunjuk untuk melaksankan program

kemitraan oleh Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

2.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer dan

Sekunder.

• Data Primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui

wawancara dengan menggunakan daftar pertayaan atau mengisi

(47)

• Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari PT Perkebunan

Nusantara III Medan (Persero), Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Sumatera Utara serta Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.

2.3 Metode Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Observasi, yaitu dengan pengamatan langsung terhadap objek yang

akan diteliti. Dalam hal ini adalah mitra binaan PT Perkebunan

Nusantara III Medan.

2. Wawancara, yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi

dengan cara menanyakan masalah yang ingin diteliti kepada mitra

binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan

3. Kuisioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dan informasi

dengan cara menyebarkan angket (daftar pertayaan) kepada responden

yang dijadikan sampel penelitian.

3.4 Pengolahan Data

Peneliti menggunakan program SPSS 16.0 untuk mengolah data dalam

skripsi ini.

3.5 Teknik Analisis

Data yang diperoleh dianalisis dengan mempergunakan analisa regresi

linear berganda dimana diproses dengan computer melalui aplikasi SPSS

16.0, analisis data dilakukan dengan:

• Analisa Statistik Deskriptif dengan kegiatan pengumpulan data, menyusun

(48)

• Analisa Statistik Induktis. Analisa ini digunakan untuk pengujian hipotesis

dengan taraf tertentu yaitu analisa regresi yang dipakai untuk mengukur

kekuatan dan hubungan antara variable.

3.6 Analisis Data.

Permasalahan yang akan dibahas adalah sampai sejauh mana

pengaruh jumlah kredit (X1), tenaga kerja (X2) terhadap besarnya

pendapatan UKM mitra binaan PTPN III dengan menggunakan analisis

regresi berganda karena variabel dependen dipengaruhi 2 variabel

independen.

Y= α +

β 1

X

1

+

β

2

X

2

Keterangan:

Y = Perkembangan jumlah Pendapatan UKM mitra binaan PTPN III

Medan dari tahun 2002 s.d 2011 (unit usaha)

X1 = Jumlah kredit yang disalurkan oleh PTPN III Medan (Persero)

untuk UKM yang menjadi mitra binaan mulai tahun 2002 – 2011

(Rp)

X2 = Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh UKM Mitra binaan PTPN

III Medan (Persero) mulai tahun 2002 – 2011

β1 β 2 = Koefisien regresi

α = Konstanta

(49)

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:

Artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (jumlah kredit), maka Y

(pendapatan UKM mitra binaan PTPN III Medan) mengalami

kenaikan, ceteris paribus.

Artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (jumlah tenaga kerja), maka

Y (pendapatan UKM mitra binaan PTPN III Medan) mengalami

kenaikan, ceteris paribus.

3.7 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

Untuk menganalisa model tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut:

3.7.1 Uji t Statistik (Partial Test)

Uji t Statistik merupakan alat pengujian hipotesis variable X1 dan X2

Secara parsial yang menunjukkan signifikansi pengaruh variable independen

secara parsial terhadap variable dependen.

Rumus yang dipergunakan untuk mencari t hitung (t*) adalah:

t-hitung =

(

)

Sbi b bi

Dimana :

bi = Koefisien variabel independen ke-i

b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i ∂Y

∂X1 > 0

(50)

Hipotesa yang dipergunakan adalah :

Ho : b1 = 0 artinya variable independen secara parsial tidak berpengaruh

nyata terhadap variable dependen. Hipotesa ini diterima jika

t* < t.tabel (α).

Ha : b1 ≠ 0 artinya variable independen secara parsial berpengaruh

nyata terhadap variabel dependen. Hipotesa ini diterima jika

t*>t.tabel (α)

3.7.2 Uji F Statistic

Uji F Statistic dialakukan untuk melihat pengaruh variable independen

secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variable dependen. Rumus

yang dipergunakan untuk menghitung (F*) adalah :

F* = R2 / K -1 (1-R2)/(n-k)

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel independen ditambah intercept

n = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel independen

Hipotesis yang dipergunakan:

Ho : b1 = b2 = 0 artinya variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

(51)

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0 artinya variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Hipotesis ini diterima jika F*>F. table (α).

3.7.3 Koefisien Determinan (R2).

Untuk mengukur besarnya sumbangan variabel X1 dan X2 terhadap

variasi naik atau turunya Y digunakan koefisien determinan. Nilai R2 digunakan

antara 0 sampai 1 (0<R2<1), semakin mendekati 1 berarti semakin tepat garis

regresi untuk meramalkan nilai variabel terikat Y.

3.8 Definisi Operasional.

1. Pendapatan UKM (Y) merupakan hasil pendapatan bersih dari mitra

binaan PTPN III Medan selama sepuluh tahun dinyatakan dalam

satuan rupiah

2. Penyaluaran kredit (X1) adalah pinjaman dalam bentuk kredit UKM

yang diberikan kepada mitra binaan PTPN III Medan dan dilunasi

dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam satuan rupiah.

3. Tenaga kerja (X2) adalah jumlah tenaga kerja yang terserap UKM

mitra binaan PTPN III Medan dalam satuan orang.

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PT Perkebunan Nusantara III Medan (Persero).

1. Sejarah Singkat Berdirinya PT Perkebunan Nusantara III Medan (Persero).

Pada awalnya PTPN III Medan adalah perusahaan pelabuhan milik

swasta Belanda dengan nama NV RCMA (Rubber Culture Matschaapij

Amsterdam). Pada tahun 1958 perusahaan dinsionalisasikan dan berubah

menjadi PPN baru cabang Sumatera Utara.

Nasionalisasi menjadi PPN Baru Cabang Sumatera Utara berdasarkan

PP No.24/1958 ji, keputusan Menteri Pertamina No. 229/UM/1957 Jo.

Keputusan Menteri Pertanian No. 49/1958 Jo. UU No. 86/1958. Perusahaan

ini beroperasi selama tiga tahun. Akibat terjadinya pergolakan politik,

diperlukan reorganisasi dalam perusahaan. Dengan PP No. 164/1961

tertanggal 26 Agustus 1961, PPN baru cabang Sumatera Utara dirubah

namanya menjadi PPN Sumatera Utara V.

PPN Sumatera Utara IV menjalankan usahanya selama dua tahun,

pada tanggal 20 Mei 1963, diadakan reorganisasi pada perusahaan.

Reorganisasi ini menghasilkan perubahan nama perusahaan menjadi PPN

Karet V, sesuai dengan PP No. 125/1963/PPN Karet V yang beroperasi

selama 5 tahun yaitu dari tahun 1963 sampai dengan 13 Maret 1968.

Pada tanggal 19 April 1968, dengan Surat Keputusan Menteri

(53)

V, PNP V kembali berubah namanya menjadi PTP V dengan keluarnya PP

No. 17/1971, tanggal 29 mei 1971 dan SK Menteri Keuangan No.

258/SK/IV/3/1976, pada tanggal 19 Maret 1976.

Pada tahun 1992 PTP V mengadakan konsolidasi bersama PTP

sekitarnya. Konsolidasi ini menghasilkan penggabungan perusahaan.

Penggabungan iini menggabungkan PTP III, PTP IV, dan PTP V dengan

seorang kuasa direksi yang berkedudukan di ex PTP masing-masing.

Berdasarkan PP No. 8 Tahun 1996, maka pada tanggal 14 Febuari 1996

gabungan PTP III, IV dan V berubah menjadi PTP Nusantara III (Persero)

berstatus BUMN yang berkedudukan di Sei Kambing.

2. Struktur Organisasi.

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah badan tertinggi dalam

oraganisasi perusahaan. Dewan Komisaris (Demkom) berfungsi sebagi badan

pengawas yang bertugas untuk kepentingan para pemegang saham.

Pengelolaan sepenuhnya dikendalikan oleh direksi.

Sesuai dengan surat Keputusan Menteri Negara Republik Indonesia

No. KEP-183/MBU/2008 tentang pemberhentian dan pengangkatan

Aggota-anggota Dewan Komisaris Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan Nusantara

III tanggal 24 September 2008, susunan anggota komisaris perseroan adalah

(54)

STRUKTUR ORGANISASI PTPN III MEDAN

Jabatan Dewan Komisaris PT. Perkebunan Nusantara III Medan Periode Tanggal 24 September 2008 – 2013.

Komisaris Utama : Achmad Mangga Barani

Komisaris : Deddy Suardy

S. Marbun

S. Heryy Sucipto

Herman Hidayat

Heri Sebayang

Jabatan Direktrur PT Perkebunan Nusantara III Medan Periode Tanggal 1 Maret 2012 - 2017

Direktur Utama : Megananda Daryono

Wakil Direktur : Kusumandaru Ns

Direktur Produksi : Balaman Tarigan

Direktur Keuangan : Erwan Pelawi

Direktur Perencanaan : Nurhidayat

Direktur SDM & UM : Rachmat Prawirakesumah

Sumber : PT Perkbunan Nusantara III Medan.

3. Operasional Perusahaan.

PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) Medan merupakan perusahaan

agroindustri yang berbasis pada sector perkebunan dimana komoditi usahanya

antara lain adalah kelapa sawit, karet, kakao dengan areal seluas 166.909,94

hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 88.287 ha, karet

(55)

Selain penanaman komoditi pada areal sendiri ditambah inti, PTPN III

juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 19.553,94 ha untuk tanaman

kelapa sawit seluas 10.403,14 ha dan tanaman karet 9.150,80 ha. PTPN III

memiliki 32 unit usaha kebun, sebagai berikut:

Sungai Putih Sei Mangkei Merbau Selatan

Tanah Raja Sungai Silau Aek Nabara Utara

Sarang Ginting Huta Padang Aek Nabara Selatan

Silau Dunia Sei Dadap/Hessa Sisumut

Rambutan/Sei bamban Pulau Mandi Batang Toru

Gunung Pamela Ambalutu Hapesong

Gunung Monako Bandar Selamat Aek Torop

Gunung Para Membang Muda Torgamba

Bangun Labuhan Haji Sei Daun

Bandar Betsy Rantau Prapat Sei Baruhur

Sei Moranti Bukti Tujuh

Selain Unit Usaha Kebun PTPN III juga memiliki sejumlah 26 unit pabrik

pengolahan:

1. Pabrik CPO 10 Unit

2. Pabrik RSS 3Unit

3. Pabrik Crumb Rubber 4 Unit

4. Pabrik Centrifuge Lateks 3 Unit

5. Pabrik Kakao 5 Unit

(56)

4.2 Pelaksanaan Program Kemitraan Oleh PT Perkebunan Nusantara III Medan (Persero).

PT Perkebunan Nusantara III Medan adalah salah satu Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh pemerintah untuk turut aktif dalam

mendorong kegiatan prtumbuhan ekonomi, terciptanya pemerataan pembangunan

dan turut serta dalam melaksanakan kepedulian lingkungan.

Upaya tersebut telah dilakukan pihak PT Perkebunan Nusantara III

semenjak Tahun 1995 berdasrkan Keputusan Mentri Keuangan Republik

Indonesia No: 316/KMK.016/1994 tentang pedoman pembinaan usaha kecil dan

koperasi melalui pemanfaatan laba Usaha Milik Negara. Alas an PT Perkebunan

Nusantara baru melaksanakan program tersebut pada tahun 1995 karean pada

tahun 1994 diadakan penggabungan manajemen PT Perkebunan III, IV, dan V

(Persero) sehinggaprogram tersebut belum bias dilaksankan. Upaya tersebut

bersifat pembinaan yang dilakukan melalui program kemitraan.

Dasar hhukum pelaksanaan program kemitraan ini adalah:

• Surat Keputusan mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor:

Kep100/MBU/2002/tanggal 4 Juni 2002.

• Surat Keputusan mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor:

Kep236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003

• Surat Edaran Menteri BUMN Nomor: SE.433/MBU/2003 tanggal 16

(57)

Agar pelaksanaan program tersebut berjalan sesuai yang direncanakan

serta terkordinir, maka pihak Direksi PT Perkebunan Nusantara III Medan

membuat suatu kebijakan Direksi sebagai berikut:

a. Organisasi. Guna efektifitas pengelolaan program dimaksud, Direksi PTP

Nusantara III melalui Surat Keputusan Nomor :III.BD/KPT/R.76/2003

tanggal 01 Desember 2003 PT Perkebunan Nusantara III telah membentuk

suatu bagian yang khusus mengelola kegiatan pembinaan tersebut yaitu

Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan.

b. Mekanisme dan prosedu penyaluran dana PUKK tertuang dalam surat edaran

Nomor : III.12/SE/01/2003 tanggal 31 Maret dan Surat Edaran Mentri

BUMN Nomor : SE-244/MBU/2003 tanggal 16 September 2003.

c. Sistem Pelaksanaan

• Operasional pelaksanaan tugas pada bagian ini dipimpin oleh seorang

kepala bagian dan dibantu oleh dua urusan yaitu : urusan analisa dan

pembinaan, urusan administrasi keuangan dan umum.

• Penghimpunan dana dan pengeluaran dana dicatat serta dibukukan

berdasarkan cash basis.

• Sistem pembukuan dilaksankan berdasarkan prinsip akuntansi yang

lazim dan diberlakukan secara khusus berdasarkan pedoman-pedoman

yang ditetapkan oleh Departemen Keuangan RI dan Menteri Negara

Badan Usaha Milik Negara.

• Alokasi dana PUKK ditetapkan sebagai berikut:

(58)

 Bantuan hibah maksimal 20% dari dana program kemitraan yanga

dislaurkan pada tahun berjalan.

 Biaya operasional maksimal 70% dari pendapatan bunga pinjaman,

bunga deposito dan atau jasa giro dana program kemitraan tahun

berjalan.

 Dana pembinan UKK dan Kemitraan ditetapkan berdasarkan sisa

dana tahun sebelumnya, peneriman atas pengembalian pinjaman dan

alokasi bagian lab PTPN III pada tahun buku.

d. Berahkirnya masa pembinaan.

Jangka waktu pembinaan setiap mitra binaan ditetapkan sesuai

dengan kesepakatan yang telah diterbitkan kepada masing-masing usaha

yaitu 48 bulan dan 36 bulan sejak masa tenggang waktu angsuran 3 bulan,

kecuali yang direscheduling dan program-program khusus seperti

pembinaan terhadap koperasi pondok pesantren.

Dalam hal ini waktu terhadap berakhirnya masa pembinaan, pada umunya

menyimpang dari jadwal yang disepakati, terutama disebabkan dari

(59)

PT Perkebunan Nusantara III Medan menetapkan besarnya dana untuk

program kemitraan sebesar 1% tiap tahunnya berdasarkan KEP BUMN No:

KEP-236/MBU/2003 pasal 8 yang isinya adalah sebagai berikut:

(1) Dana Program Kemitraan Bersumber dari:

a. Penyisihan laba setelah pajak sebesar 1% (satu persen) sampai dengan

3% (tiga persen).

b. Hasil bunga pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana

program kemitraan setelah dikurangi beban operasional.

c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada

(2) Dana Program Bina Lingkungan Bersumber dari:

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 1% (satu persen)

b. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program Bina

Lingkungan.

(3) Besarnya dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang

berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2) ditetapkan oleh:

a. RUPS untuk PERSERO

b. Menteri untuk PERUM

Gambar

Tabel 2.1
Table 2.2
Table 2.3
Gambar 4.1
+3

Referensi

Dokumen terkait

3) Menetapkan draf jumlah alokasi dana per wilayah kerja PTPN 3 untuk diteruskan ke Kepala Bagian.. 4) Menetapkan draf besaran bantuan kepada Calon Mitra Binaan/Objek Bina

BAB III : PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN. Dalam bab ini penulis menguraikan hasil

Hasil UjiPaired Samples Test untuk Penyerapan Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Mitra Binaan PTPN III. Paired

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, dalam usaha perkreditannya kepada usaha kecil, koperasi dan lembaga

Sedangkan hipotesa nol (Ho) yang mengatakan “tidak ada dampak program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Sub Area Medan” tidak dapat

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan memiliki 2 (dua) program, pertama program kemitraan adalah program kemitraan dengan usaha kecil dengan tujuan untuk

Kualitas produk UMKM di kota Medan dilihat dari UMKM Mitra Binaan PTPN III Medan dengan Koperasi Kredit CU Cinta Kasih tidak ada perbedaan.. Chi-Square Hitung &lt; Chi-Square

antara mitra binaan dengan Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. (PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara,