• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENGAWASAN INTERNAL KREDIT MITRA BINAAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

A. Pengertian Kredit

Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan kemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. (Kasmir,2004:72). Asal mulanya kredit, dalam bahasa latin disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya. (Kasmir ,2008:101)

Pengertian Kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992, “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”

(2)

Selain itu bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur dan debitur. Oleh karena itu, dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan usaha, haruslah berlandaskan kepercayaan. Seseorang atau suatu badan atau lembaga keuangan yang memberikan kredit, percaya bahwa penerima kredit dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan baik berupa barang, uang ataupun jasa.

Tujuan pemberian kredit ini ialah untuk membantu para nasabah atau para mitra binaan yang membutuhkan dana untuk modal kerja yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan usahanya. Fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang

(3)

dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang.

Kredit yang diberikan dapat dipergunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. 4. Meningkatkan peredaran barang.

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah ke wilayah lainnya, atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa Negara.

6. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.

Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya, seperti mambuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.

(4)

7. Untuk meningkatkan hubungan internasional.

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh Negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.

B. Pemberian Kredit Pada PKBL PTPN III (Persero) Medan

Usaha kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah sebagai berikut :

1) Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2) Memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

3) Milik Warga Negara Indonesia.

4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Besar.

5) Membentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

6) Telah melakukan kegiatan usaha maksimal 1 (satu) tahun serta mempunyai potensi dan prospek untuk dikembangkan.

(5)

8) Usaha Kecil yang tidak memiliki kaitan usaha maupun yang memiliki kaitan usaha dengan membina, namun diupayakan ke arah terwujudnya keterkaitan usaha.

1. Dana Program Kemitraan yang disalurkan berupa :

a. Pinjaman untuk modal kerja atau pembelian barang-barang modal (Aktiva Tetap Produktif) seperti : mesin dan alat bantu produksi, dan lain sebagaimana yang dapat meningkatkan produksi dan penjualan produk Mitra Binaan.

b. Pinjaman Khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat jangka panjang pendek dengan waktu maksimal 1 tahun. Perjanjian pinjaman dilaksanakan antara 3 pihak yaitu ; PTPN III, Mitra Binaan dan rekanan usaha Mitra Binaan dengan komisi yang ditetapkan oleh PTPN III.

Tingkat bunga pinjaman dikenakan kepada Mitra Binaan bersifat regresif proporsional yaitu semakin besar jumlah pinjaman maka semakin besar pula tingkat bunga yang dikenakan dengan batasan sebagai berikut :

Tabel 3.1

Tingkat Bunga Pinjaman yang Dikenakan Kepada Mitra Binaan Sumber : Pedoman Pelaksanaan PKBL PTPN III

No. Jumlah Pinjaman yang Diberikan Tingkat Bunga

1. 2. 3. 4. s/d Rp. 10.000.000,- > Rp. 10.000.000 s/d Rp. 30.000.000 > Rp. 30.000.000 s/d Rp. 50.000.000 Diatas Rp. 50.000.000,- 6% 8% 10% 12%

(6)

Penetapan bunga pinjaman dihitung dengan sistem bunga efektif atau dapat juga dihitung dengan system flat atau system bagi hasil sepanjang nilainya setar dengan bunga efektif. Jangka waktu atau masa pembinaan untuk Mitra Binaan adalah selama 36 bulan atau dapat dilakukan terus menerus atau sampai Mitra Binaan tersebut menjadi tangguh, mandiri, Bankable sepanjang tetap memenuhi ketentuan dan persyaratan.

2. Hibah

Pembinaan Mitra Binaan untuk meningkatkan usahanya, terutama di bidang, proses produksi, pemasaran hasil produksi, keuangan/pembukuan serta manajemen sederhana dan sebagainya. Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan dapat melaksanakan berbagai pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan prouktivitas Mitra Binaan serta pengkajian/penelitian dengan biaya dari dana kemitraan yang tidak dikembalikan namun berupa hibah dalam beberapa bentuk sebagai berikut :

a. Bantuan pendidikan dan pelatihan serta pemagangan Mitra Binaan dalam rangka :

 Meningkatkan keterampilan manajerial dan teknik produksi/pengolahan.

 Meningkatkan pengendalian mutu produksi.  Meningkatkan pemenuhan standardisasi teknologi.  Meningkatkan rancang bangun dan rekayasa.

(7)

 Membantu penjualan produk Mitra Binaan.

 Membantu mempromosikan produk Mitra Binaan melalui kegiatan pameran maupun penyediaan ruang pameran (showroom).

c. Bantuan pendidikan, pelatihan dan pemagangan untuk Mitra Binaan dapat dilakukan sendiri oleh PTPN III atau menyediakan tenaga penyuluh yang berasal dari Lembaga Pendidikan/Pelatihan Swasta Profsional maupun Perguruan Tinggi.

C. Mekanisme Penyaluran Dana Program Kemitraan Pada PKBL PTPN III (Persero) Medan

Para calon mitra binaan yang telah memenuhi persyaratan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No. Per-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan pada Pasal 3 ayat (1), yang telah dijelaskan diatas. Maka para calon mitra binaan dapat mengajukan proposal berupa rencana penggunaan dana pinjaman dalam rangka pengembangan usahanya untuk diajukan kepada BUMN Pembina atau BUMN Penyalur untuk mendapatkan dana bantuan dari Program Kemitraan di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan kepada Kebun/Bagian sesuai dengan wilayah kerjanya masing-masing. Adapun tahapan mekanisme penyaluran dana kemitraan pada bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di ini PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, ialah:

1. Calon mitra binaan mengajukan proposal permohonan pinjaman yang memuat, antara lain :

(8)

 nama dan alamat unit usaha;

 nama dan alamat pemilik/pengurus unit usaha;  surat Izin Usaha;

 foto/Denah lokasi usaha dan denah rumah;

 perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan dan beban, neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha);

 rencana penggunaan dana pinjaman;  dan melampirkan :

 foto suami dan istri 3x4 : 2 lembar;  fotokopi KTP suami dan istri : 2 lembar;  fotokopi kartu keluarga : 1 lembar;  fotokopi rekening Bank : 1 lembar;  fotokopi agunan : 1 lembar.

2. Kemudian proposal diajukan ke kebun, unit usaha atau ke kantor pusat.

3. Kemudian bagian PKBL menganalisa proposal yang sudah diajukan sudah memenuhi syarat atau belum.

4. Setelah proposal diterima, bagian PKBL akan melakukan evaluasi dari kebenaran isi proposal tersebut dengan melakukan koordinasi dengan Pemkab atau Pemko tempat usaha itu dijalankan.

5. Setelah proposal selesai dievaluasi, kemudian proposal tersebut diajukan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.

(9)

6. Setelah disetujui Direksi kemudian bagian PKBL melakukan persiapan penyaluran dana kemitraan yang disalurkan melalui transfer kerekening masing-masing mitra binaan.

7. Kemudian setiap bulannya bagian PKBL akan melakukan monitoring kepada mitra binaan yang sudah mendapatkan dana kemitraan sampai proses selesai.

Sebelum para calon mitra binaan mendapatkan pencairan dana dari Program Kemitraan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, mereka terlebih dahulu diharuskan mengikuti pelatihan di Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) selama 2 hari. Selama pelatihan tersebut para calon mitra binaan akan mendapatkan arahan, bimbingan, dan motivasi untuk perkembangan usaha mereka menjadi lebih baik atau untuk memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan secara efektif. Dalam mengikuti pelatihan ini, para calon mitra binaan akan mengetahui tugas, tanggung jawab, serta kewajiban mereka sebagai mitra binaan. Setelah mengikuti pelatihan tersebut, maka pencairan dana dapat disalurkan dengan cara transfer ke rekening bank masing-masing calon mitra binaan.

Para calon mitra binaan yang telah mendapatkan dana pinjaman dari Program Kemitraan di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, maka mereka diwajibkan untuk mengembalikan pinjamannya dalam jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan, yang termasuk 3 (tiga) bulan masa tenggang, atau dimana masa tenggang tersebut digunakan untuk pemanfaatan dana pinjaman, seperti merenovasi warung, dan lain-lain. Adapun besarnya jasa adminsitrasi pinjaman

(10)

dana Program Kemitraan per tahun sebesar 6% (enam persen) dari limit pinjaman atau ditetapkan oleh Menteri (PerMen Nomor : Per-05/MBU/2007). Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai perusahaan yang telah mengalami perkembangan dalam pengelolaannya, dan cenderung mengarah ke arah profesionalisme pengelolaannya dengan memperhatikan aspek produktivitas, efektivitas, dan efisiensi. Dan penilaian kinerja BUMN mulai diatur dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.740/KMK.00/1989 tentang Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas BUMN (Rahardjo, 2007 : 163).

D. Prosedur Kontrak Penyaluran Dana Kemitraan

1. Tahap Pertama

Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan akan memberitahukan kepada Distrik Manager bahwa proporsi CMB yang diajukan telah dilakukan proses analisa/evaluasi dan telah disetujui oleh Direksi selanjutnya Distrik Manager menghubungi CMB melalui Kebun/Unit.

2. Tahap Kedua

Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan menyiapkan kontrak penyaluran dan bantuan kemitraan yang akan ditandatangani oleh Direksi sebagai pihak pertama dan CMB sebagai pihak kedua (masing-masing diatas materai secukupnya), kontrak akan disertai dokumen berupa :

a. Surat pengakuan hutang oleh pihak kedua. b. Tanda terima uang, pinjaman oleh pihak kedua.

c. Jadwal angsuran pinjaman (modal kerja dan investasi). 3. Tahap Ketiga

(11)

Calon Mitra Binaan akan menyiapkan jaminan berupa :

a. Hak atas Tanah baik berupa Sertifikat Asli atau akta jual beli (di depan Notaris atau Camat) maupun surat-surat berharga lainnya seperti : Surat Kendaraan Bermotor (BPKB) dan lain-lain untuk pinjaman jangka panjang dengan jumlah pinjaman relatif kecil. b. Hak Atas Tanah (Sertifikat Asli) yang akan di Akta Pemberi Hak

Tanggungan (APHT) didepan Notaris yaitu bentuk jaminan yang diberikan untuk pinjaman jangka panjang dengan jumlah pinjaman cukup besar dan jaminan ini akan dipegang oleh Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan.

 Jika jaminan tersebut berupa Hak Atas Tanah hak Milik (Sertifikat Asli), Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan akan meninjau lokasi keberadaan dari jaminan tersebut, untuk menentukan kebenarannya serta jumlah/harga taksiran dari Hak Atas Tanah yang dijaminkan. Nilai jaminan ini sekurang-kurangnya sama dengan pinjaman yang akan diberikan, jaminan ini akan lebih baik nilainya mencapai 125% dari nilai pinjaman.  Jika pinjaman tersebut berupa Hak Atas Tanah yang bukan Hak

Milik (Sertikfat Asli) Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan akan memintakan Surat Kuasa dari Pemilik Sah atas tanah tersebut kepada CMB yang disahkan oleh Notaris serta meninjau lokasi keberadaan dari jaminan tersebut untuk menentukan kebenarannya serta jumlah/harga taksiran dari Hak

(12)

Atas Tanah yang dijaminkan. Nilai jaminan ini sekurang-kurangnya sama dengan nilai pinjaman yang akan diberikan dan akan lebih baik nilainya mencapai 125% dari nilai nilai pinjaman.

c. Surety Bond yaitu jaminan yang diberikan oleh Perusahaan Asuransi kepada bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan atas pinjaman Mitra Binaan. Jaminan ini dapat diberikan jika pinjaman dalam jangka pendek dengan jumlah pinjaman yang cukup besar. Dimana jumlah nominalnya sekurang-kurangnya sama dengan jumlah pinjaman yang akan diberikan.

4. Tahap Keempat

Setelah penandatangani surat perjanjian atau kontrak dan penyerahan jaminan oleh CMB dilakukan pendistribusian sebagai berikut :

a. Surat Perjanjian/Kontrak didistribusikan kepada Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai pihak pertama dan CMB sebagai pihak kedua.

b. Seluruh dokumen baik yang berada di Distrik Manager Kebun/Bagian dan Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan agar difile dan disimpan dengan rapi untuk mempermudah proses evaluasi dan monitoring Mitra Binaan.

5. Tahap Kelima

(13)

Penyaluran dana kemitraan dilakukan oleh masing-masing Distrik Manager/General Manager dan disaksikan oleh Manager Kebun/Bagian penerima proposal setelah didahului perikatan perjanjian.

b. CMB harus hadir (suami/istri) di kantor Distrik Manager/General Manager untuk mendapatkan penjelasan tentang bunyi pasal demi pasal yang tercantum dalam surat perjanjian.

c. Setelah CMB mengerti dan menyatukan sanggup mentaati bunyi pasal demi pasal yang ada dalam surat perjanjian, maka dilakukan perikatan perjanjian antara PTPN III sebagai pihak pertama dan CMB sebagai pihak kedua yang disaksikan oleh notaris.

d. Penyaluran dana kemitraan harus didukung dengan berita acara penyerahan yang berisikan tentang :

 Waktu penyerahan, nomor dan tanggal bilyet yang diserahkan.  Jumlah dana yang tercantum dalam bilyet giro yang diserahkan.

Penyaluran dana kemitraan tidak dilakukan secara cermonial, namun penyalurannya terlebih dahulu dikoordinasikan dengan Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan.

6. Tahap Keenam Pengembalian kredit

(14)

 Transfer Bank langsng ke rekening PTPN III dan PUKK AC Nomor : 0053-01-000-179-30-9 pada BRI Cabang Medan Putri Hijau.

 Kebun/Bagian terdekat.

pembayaran dapat dilakukan dari mulai tanggal 01 s/d 10 setiap bulannya.

E. Monitoring/Pengawasan Kegiatan Usaha Mitra Binaan

Tata cara pelaksanaan monitoring / pengawasan terhadap mitra binaan, antara lain :

1. Dilakukan monitoring terhadap realisasi penggunaan pinjaman, perkembangan asset (usaha dan administrasi), pelaksanaan administrasi keuangan dan pembayaran angsuran pinjaman.

2. Sebelum monitoring, harus disiapkan dahulu surat tugas yang ditandatangani oleh Kepala PKBL dan menunjuk dua orang petugas dalam satu tim monitoring, serta menyiapkan formulir monitoring dan laporan monitoring dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penilaian yang objektif dan realistis. Waktu pelaksanaan monitoring maksimal dua hari kerja, dimana pada hari pertama untuk wawancara, pemeriksaan administrasi dan kemudian pada hari kedua untuk peninjauan lokasi penyusunan laporan monitoring.

3. Pelaksanaan monitoring dapat dilakukan dengan wawancara, peninjauan lokasi kegiatan usaha dan pemeriksaan administrasi. Petugas yang ditunjuk melaksanakan monitoring, dapat ditugasi untuk menerima

(15)

angsuran pinjaman dengan membuat bukti tanda terima rangkap dua yang ditandatangani oleh kedua belah pihak (pembayar dan penerim), kemudian paling lambat satu hari setelah diterima harus sudah disetor/ditransfer ke rekening PKBL yang bersangkutan.

4. Untuk mengetahui penggunaan pinjaman yang sesuai dengn perjanjian, petugas PKBL melakukan wawncara secukupnya dan meminta bukti yang dapat mendukung keterangan dari mitra binaan, lalu petugas mencatatnya dalam formulir monitoring.

5. Untuk mengetahui penggunaan pinjaman yang sesuai dengan perjanjian, petugas PKBL melakukan wawancara secukupnya dan meminta bukti yang dapat mendukung keterangan dari mitra binaan, lalu petugas mencatatnya dalam formulir monitoring.

6. Untuk mengetahui kelancaran pembayaran angsuran pinjaman, petugas menanyakan rata-rata penerimaan dan pengeluaran tunai tiap bulan. Ini dibuktikan dari catatan administrasi keuangan (buku harian kas). Kemudian petugas mencatat hasilnya dala formulir monitoring yang disimpulkan dalam laporan monitoring.

7. Untuk mengetahui perkembangan/pertumbuhan omset penjualan, petugas PKBL menanyakan tentang kapasitas produksi rata perbulan, rata-rata stok barang perbulan dan penjualan rata-rata-rata-rata perbulan. Ini dibuktikan dari catatan administrasi penjualan dan buku persediaannya. Bila perlu mengecek ke lokasi produksi dan penjualannya, kemudian mengevaluasi pertumbuhannya.

(16)

8. Untuk mengetahui perkembangan administrasi, petugas menanyakan buku catatan yang digunakan untuk administrasi keuangan maupun administrasi umum lainnya, baik sebelum memperoleh binaan maupun sesudah memperoleh binaan. Kemudian petugas PKBL mengamati perbedaannya dan mencatat hasilnya.

9. Untuk mengetahui perkembangan pemasaran, petugas menanyakan sampai dimana pelaksanaan pemasaran dilakukan (lokal, luar kota, luar propinsi, luar pulau atau ekspor). Ini dibuktikan dengan cara mengambil bukti pengiriman produk/barang untuk beberapa bulan sehingga dapat diketahui perkembangannya, kemudian mencatat hasilnya.

10. Untuk mengetahui perkembangan tenaga kerja, petugas PKBL menanyakan beberpa jumlah tenaga kerja yang lalu membandingkan dengan data yang ada dalam proposal. Selanjutnya menanyakan pula masa kerja dari beberapa tenaga kerja yang ada. Petugas PKBL juga mencari informasi dari beberapa pekerja mengenai peningkatan keterampilan yang mereka peroleh selama masa kerja tersebut dan mencatat hasilnya.

11. Untuk mengetahui perkembangan jenis usaha, petugas PKBL menanyakan apakah ada produk-produk baru (tidak sejenis) yang dihasilkan sudah dipasarkan, selama telah menerima bantuan kredit. Kemudian mengecek fisik produk dan mencatat hasilnya.

12. Untuk mengetahui perkembangan asset, petugas menanyakan buku catatan yang digunakan untuk mencatat kekayaan badan usaha, antar lain

(17)

buku kas/bank, buku piutang, buku persediaan barang, buku aktiva tetap (peralatan yang dimiliki). Kemudian mencatat hasilnya.

13. Laporan monitoring harus ditandatangi kedua belah pihak yaitu petugas monitoring dan pimpinan/pengurus/pemilik usaha yang bertalian (mitra binaan). Laporan dibuat rangkap tiga, dimana yang asli dan duplikat disimpan dalam PKBL untuk diproses lebih lanjut, sedangkan riplikanya untuk usaha kecil yang bersangkutan.

14. Berdasarkan kesimpulan dari laporan monitoring serta evaluasi yang mendalam, maka mitra binaan dapat dikelompokkan berdasarkan kondisi yang ada, yaitu mitra binaan yang berhasil baik dan mitra binaan baru. Untuk mitra binaan yang berhasil dan bermasalah, baik didasarkan pada kinerja pembayaran angsuran pinjaman, perkembangan asset dan administrasi dalam satu periode pembinaan. Sedangkan untuk mitra binaan baru selain didasarkan pada kinerja pembayaran angsuran pinjaman, perkembangan asset administrasi juga didasarkan pada perkembangan omset penjualannya setelah satu periode pembinaan. 15. Petugas monitoring harus bertindak adil dan objektif dalam memberikan

penilaian ataupun kesimpulan akhir, agar tidak menyesatkan dan merugikan kemudian hari bagi mitra binaan.

16. Apabila tata cara monitoring tersebut dirasakannya hasilnya masih kurang memberikan informasi yang meyakinkan bagi petugas, maka petugas monitoring dapat menambah cara yang lainnya, sehingga tujuan untuk memberikan penilaian objektif dan realistis dapat tercapai.

(18)

F. Penggolongan Kualitas Pinjaman dan Penanganan Terhadap Mitra Binaan yang Bermasalah

1. Penggolongan Kualitas Pinjaman

a. Lancar ; adalah pembayaran angsuran pokok atau bunga pinjaman tepat waktu.

b. Kurang Lancar ; apabila terjadi keterlammbatan pembayaran angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 1 (satu) hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo, pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

c. Ragu-ragu ; apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari, dan belum melampaui 360 (tiga ratus enam puluh) hari dar tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

d. Macet ; apabila terjadi keterlambatan pembayaran atau bunga yang telah melampaui 360 (tiga ratus enam puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

Mitra binaan dikategorikan bermasalah apabila pengembalian pinjaman pokok atau bunga telah mencapai kualitasragu-ragu dan macet, tindakan selanjutnya adalah Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan secara bersama-sama

(19)

dengan Distrik Manager/General Manager masing-masing wilayah binaan melakukan peninjauan ke lapangan terhadap Mitra Binaan tersebut untuk mengetahui dan mengevaluasi permasalahan yang dihadapi Mitra Binaan yang bermasalah.

2. Penanganan Terhadap Mitra Binaan Bermasalah

a. Distrik Manager/General Manager atau Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan agar memberikan surat teguran terhadap Mitra Binaan wilayah binaan yang telah mencapai kualitas ragu-ragu setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi Mitra Binaan tersebut. b. Surat peringatan I, II, dan III

Surat peringatan diberikan oleh Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan yang ditandatangani Direksi kepada Mitra Binaan yang kualitas pengembaliannya telh mencapai tingkat macet dan pinjaman telah jatuh tempo tetapi belum melunasi hutang pokok atau bunganya. Surat peringatan berisikan teguran keras yang mengacu kepada surat perjanjian yang telah ditandatangani antara pihak pertama (PTPN III) dan pihak kedua (Mitra Binaan) dihadapan notaris pada saat pemberian pinjaman.

c. Eksekusi jaminan,

Pengeksekusian jaminan Mitra Binaan dapat dilaksanakan setelah diadakan sepakat tim antara Distrik Manager/General Manager, Kebun/Bagian dan Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan, kemudian memberitahukan secara tertulis kepada Direksi tentang

(20)

rencana pengeksekusian tersebut setelah mendapat persetujuan direksi membuat surat pemberitahuan tertulis kepada Pengadilan Negeri setempat dimana saat pendatanganan surat perjanjian tersebut ditandatangani, pengeksekusian jaminan harus sejalan dengan isi surat perjanjian.

G. Masalah yang Dihadapi dan Upaya-Upaya Mengatasinya

1. Masalah yang dihadapi

a. Masih terdapatnya itikad yang kurang baik dari para Mitra Binaan untuk membayar cicilan sehingga terjadi tunggakan.

b. Masih belum membudayanya di kalangan Mitra Binaan untuk membayar angsuran melalui transfer Bank.

c. Letak usaha dari Mitra Binaan yang terpencil mengakibatkan tingginya biaya operasional, baik di saat analisa apalagi saat melakukan monitoring/penagihan.

d. Masih ada Mitra Binaan yang bersifat tertutup, sehingga pembinaan sulit dilakukan secara optimal.

e. Mitra Binaan sulit memasarkan produknya. 2. Upaya Mengatasi Masalah yang Dihadapi

a. Melakukan deregulasi dalam pengelolaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang mengikutsertakan Distrik dan Kebun/Bagian-bagian usaha yang ada di dalam wilayah binaan PTPN III dalam melaksanakan analisa.

(21)

b. Sebelum penyerahan dana kemitraan, Calon Mitra Binaan terlebih dahulu diberikan Pelatihan Management dasar bagi Usaha Kecil. c. Dalam hal penyusunan pembukuan dan pelaporan Usaha Kecil

dilakukan monitoring dan pembinaan langsung secara berkala triwulan dan tahunan baik lintas sektoral maupun BUMN.

d. Mengikut sertakan para Mitra Binaan (khususnya Mitra Binaan Unggulan) melalui kegiatan pameran dan promosi baik dalam negeri maupun luar negeri.

(22)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan di bab sebelumnya maka pada bab ini dapat ditarik kesimpulan sebagaimana diuraikan di bawah ini :

1. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah program penyaluran dana untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana 1%-3% laba BUMN.

2. Monitoring atau pengawasan kredit yang di lakukan oleh pihak PKBL di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, sudah cukup baik dimana dalam proses pengawasan kredit bukan saja dilakukan pada saat kredit sudah diterima oleh calon mitra binaan tetapi proses pengawasan kredit sudah dilakukan sejak calon mitra binaan mengajukan permohonan kredit sampai dengan kredit lunas dibayar.

3. Melalui Program Kemitraan di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ini, masyarakat sangatlah terpengaruh mengenai pemberian bantuan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang telah membawa dampak positif bagi mitra maupun lingkungan usaha dengan meningkatnya volume produksi mitra binaan dengan terserapnya tenaga kerja.

(23)

4. Penggolongan kualitas pinjaman Program Kemitraan pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dibagi dalam empat kelompok yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Apabila mitra binaan yang masuk kedalam kualitas pinjaman kurang lancar, diragukan dan macet, maka akan dilakukan usaha-usaha pemulihan pinjaman dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling) atau penyesuaian persyaratan (reconditioning).

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kredit kepada mitra binaan agar tetap dilakukan secara aktif dan berkesinambungan, agar kredit yang disalurkan terkendali dengan baik sehingga kredit bermasalah dapat diminimalkan.

2. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, dalam usaha perkreditannya kepada usaha kecil, koperasi dan lembaga yang membutuhkan, hendaknya benar-benar mempertimbangkan calon mitra binaan yang akan mendapat dana dari Program Kemitraan. Disamping itu hendaknya dilakukan pengecekan terhadap kebenaran jaminan untuk mencegah terjadinya kredit macet dan harus dapat mengambil keputusan yang tegas terhadap mitra binaan yang tidak mau membayar kredit yang dipinjamnya agar resiko kredit bermasalah dapat diperkecil.

(24)

3. Melihat tugas terberat adalah menjalankan fungsi serta proses pengawasan atau monitoring kredit maka hendaknya petugas yang ditunjuk dibekali dengan pengetahuan, kreatifitas, keterampilan dan keahlian serta semakin meningkatka usaha pengawasan terhadap kredit agar usaha dapat berjalan dengan lancar sehingga mitra binaan termotifasi untuk selalu berusaha mencapai hasil yang lebih baik lagi.

Referensi

Dokumen terkait

Figure 7: The initial terrain points (black crosses) detected from the Gaussian decomposition method (performed over the whole waveform) and the new terrain points (blue

yang dijalankan oleh Divisi Manajemen Risiko Bank serta Divisi Kepatuhan sebagai Risk Control Unit dan third line of defence yaitu Satuan Pengawas Internal sebagai Risk

Location of Apollo surface hardware derived from NAC images using the improved pointing correction. 4.2 WAC

Capaian Program Jumlah dokumen perencanaan dan penganggaran SKPD yang dibuat secara benar dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Susuai dengan gambar 4.12 subjek RP dapat menentukan apa yang diketahui oleh soal yaitu untuk mecari banyak lingkaran pada pola le 50, yaitu dengan menggunakan

Pada Gambar 5, dapat dilihat bahwa semakin besar laju permintaan, akan menyebabkan waktu antar pemesanan menjadi semakin singkat dan jumlah barang yang dipesanpun

Dalam rangka melakukan upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga dan menumbuhkan kesadaran pada masyarakat untuk turut serta dalam pencegahan di Jawa Barat, maka lembaga

Karena prosesor sangat sensitif sehingga perlu diperhatikan hal-hal yang bisa menyebabkan arus pendek dan overheating yang berakibat dapat merusak prosesor. Jika semua hal-hal