• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PTPN III Sub Area Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PTPN III Sub Area Medan"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PROGRAM KEMITRAAN TERHADAP SOSIAL

EKONOMI MITRA BINAAN PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA III SUB AREA MEDAN

Disusun Oleh :

IQBAL FAZUANI

100902077

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat Allah serta kekuatan yang telah diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam untuk tuntutan dan suri tauladan Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat beliau yang senantiasa sampai saat ini nilai-nilai kebaikannya dapat ditauladani oleh seluruh umat manusia di bumi ini.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana sosial dari program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Judul skripsi ini adalah Pengaruh Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PTPN III Sub Area Medan.

Ucapan terima kasih yang tiada tara untuk kedua orang tua penulis. Untuk Ibu dan Ayah yang telah menjadi orang tua hebat yang selalu memberikan motivasi, membentuk pola pikir yang hebat untuk menjadi pengusaha yang tangguh, memberikan juga nasehat, cinta, perhatian dan kasih sayang serta doa yang ikhlas. Semoga Allah SWT meridhoi mereka. Amiin.

Untuk kakak penulis Hilda Prawirna dan Abang Sersan Iswandi , adik saya Hizir Zuhdi Ahmad Farqi serta kedua keponakan penulis Fauzan Ahmad Hisyam dan Fariz Rizki Ananda. Terima kasih atas segala dukungan, kasih sayang dan motivasi serta doanya. Terima kasih telah menjadi bagian yang luar biasa dalam hidup saya.

(3)

pemikiran yang telah diberikan pleh Bapak Husni Thamrin, S.sos, M.S.P. selaku Dosen Pembimbing penulis yang banyak membantu dan membimbing penulis selama masa pengerjaan skripsi.

Terima kasih banyak juga kepada seluruh staf edukatif khususnya Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara atas jasa-jasanya yang telah diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.

Terima kasih juga kepada Bapak Irwadi Lubis selaku Kepala Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN III dan Bapak Alexander Maha selaku kepala Bagian Kesekretariatan PTPN III serta Bapak Imran Lubis selaku Kepala Urusan Humas PTPN III yang bersedia menerima saya untuk melakukan penelitian di PTPN III.

Terima kasih kepada pacar saya Ines yang sudah 4 tahun bersama-sama dan teman saya Dimas Alfisyahri, Arif Rahman Hakim, maya Jelita, Dede Nurcholis, Puri Nugraha, Ria Adriana, Clara, Dian, Rafni Silva, Nanda, Intan, Ferdian, Fauziah dan teman Ilmu Kesejahteraan Sosial Stambuk 2010 yang telah bersama-sama menimba ilmu di program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Bagi yang lama tamat ini bukan hambatan untuk meraih sukses. Terima kasih juga kepada Irpan selaku kawan kost terbaik selama 4 tahun. Satu rumah dosa bersama. Semoga karya kecil ini menjadi bermanfaat bagi pembaca. Amiin

(4)

DAFTAR ISI

]Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii

Abstrak...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1.Latar Belakang Masalah ...1

1.2.Perumusan Masalah...14

1.3.Tujuan Penelitian...14

1.4.Manfaat Penelitian...15

1.5.Sistematika penulian...15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...17

2.1. Konsep Tentang Program Kemitraan...17

2.1.1. Pengertian Program...17

2.1.2. Pengertian Kemitraan...18

2.1.3. Pengertian Program Kemitran...19

2.1.4. Program Kemitraan PTPN III ...22

2.1.4.1. Dasar Hukum...22

2.1.4.2. Kebijakan Direksi...23

2.1.4.3. Jenis/Usaha Kegiatan...24

2.1.4.4. Bentuk Program kemitraan...24

(5)

2.1.4.4.2. Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan ...29

2.2. Pengertian Sosial Ekonomi ...30

2.3. Uraian Pengertian BUMN...42

2.4. Uraian Pengertian Persero ...44

2.5. Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ...45

2.6. Konsep Good Corporate Governance ( Pengelolaan Perusahaan yang Baik) ...48

2.7. Pemberdayaan... ...53

2.8. Teori Tanggung Jawab Sosial ( Social Responsbility Theory) ...54

2.9. Kerangka Pemikiran...56

2.10. Hipotesis...58

2.11. Definisi Konsep dan Operasional...59

2.11.1. Definisi Konsep...59

2.11.2. Definisi Operasional...60

BAB III METODE PENELITIAN...64

3.1.Tipe Penelitian...64

3.2. Lokasi Penelitian...64

3.3. Populasi dan Sampel ...65

3.3.1. Populasi...65

3.3.2. Sampel...65

3.4. Teknik Pengumpulan Data...66

(6)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ...70

4.1. Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ...70

4.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ...70

4.1.2. Gambaran Umum Corporate Social Responsbility (CSR)/ Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ...79

BAB V ANALISIS DATA ...90

5.1.Pengantar...90

5.2. Karakterisitik Responden...91

5.2.1. Identitas Responden Berdasarkan Usia ...91

5.2.2. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...92

5.2.3. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...93

5.2.4. Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak Dalam Keluarga ...94

5.2.5.Identitas Responden Berdasarkan Bidang Usaha ...95

5.3. Program Kemitraan ...96

5.3.1. Penyaluran Pinjaman Berdasarkan Sumber Informasi ...97

5.3.2.Penyaluran Pinjaman Berdasarkan Kesesuaian Permohonan Pinjaman ...98

5.3.3. Distribusi Responden Berdasarkan Besarnya Dana Pinjaman...99

(7)

5.3.5. Distribusi Responden Berdasarkan Ketepatan Waktu

Penyaluran Pinjaman...101

5.3.6. Penyaluran Pinjaman Berdasarkan Tingkat Kepuasan Proses

Pencairan Dana...102

5.3.7. Penyaluran Pinjaman Berdasarkan Ketepatan Waktu

Pembayaran Cicilan Angsuran...102

5.3.8. Pembinaan Manajemen Berdasarkan Frekuensi Mengikuti

Pelatihan Pembinaan...103

5.3.9. Pembinaan Manajemen Berdasarkan Jenis Pelatihan

Pembinaan yang Diikuti...104

5.3.10. Pembinaan Manajemen Berdasarkan Memiliki atau Tidak

Memiliki Perencanaan Strategi Pengolahan Perusahaan yang

Baik...106

5.3.11. Distribusi Responden Berdasarkan Mengalami Kendala dalam

Penyusunan Laporan Usaha ...107

5.3.12. Distribusi Responden Berdasarkan Ketepatan Waktu PTPN III

Dalam Melakukan Pembinaan ...108

5.4. Sosial Ekonomi Mitra Binaan...108

5.4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Mitra Binaan

Berobat Jika Sakit...108

5.4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keparahan Sakit ...109

5.4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kemana Pergi Berobat

(8)

5.4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Biaya Berobat ...111

5.4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Berapa Kali Makan dalam

Sehari ...112

5.4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Konsumsi Rumah

Tangga Terhadap Protein (Ikan, Daging, Telur)

Per Minggunya...112

5.4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Konsumsi Terhadap

Protein (Sayur-sayuran dan Buah-buahan) Per Minggunya ...113

5.4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pola Konsumsi Telah

Memenuhi Kebutuhan Gizi yang Seimbang...114

5.4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sekolah Anak...115

5.4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sekolah Anak ...116

5.4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Adakah Anak yang

Putus Sekolah ...117

5.4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Biaya Pendidikan

Anak ...118

5.4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan

Rumah ...119

5.4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Rumah ...120

5.4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Air Bersih

(9)

5.4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli

Pakaian DalamSetahun ...121

5.4.17. Distribusi Responden Berdasarkan kemana Responden

Berbelanja Pakaian ...122

5.4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Mahal atau Tidaknya

Harga Pakaian ...123

5.4.19. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Pembayaran

Membeli Pakaian ...124

5.4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Berekreasi

Dalam Setahun...125

5.4.21. Distribusi Responden Berdasarkan Kemana Pergi

Berekreasi ...126

5.4.22. Distribusi Responden Berdasarkan Bersama Siapa Pergi

Berekreasi ...127

5.4.23. Distribusi Responden Berdasarkan Kenyamanan Lingkungan

Rumah ...128

5.4.24. Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Lingkungan

Mendukung Usaha Mitra Binaan ...128

5.4.25. Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Lingkungan

Senang atau Tidak Senang Dengan Usaha Mitra Binaan yang

Dijalankan...129

5.4.26. Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Usaha Mitra Binaan

(10)

5.4.27. Distribusi Responden Berdasarkan Adakah Pencemaran

Lingkungan Akibat Usaha Mitra Binaan...131

5.4.28. Distribusi Responden Berdasarkan Adakah Hambatan Dalam Menjalankan Usaha ...132

5.4.29. Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana Interaksi dengan Masyarakat/Lingkungan ...132

5.5. Uji Hipotesa ...133

BAB VI PENUTUP ...137

6.1. Kesimpulan ...137

6.2. Saran...138

DAFTAR PUSTAKA...iv

(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Iqbal Fazuani

Nim : 100902077

ABSTRAK

PENGARUH PROGRAM KEMITRAAN TERHADAP SOSIAL EKONOMI MITRA

BINAAN PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) SUB AREA MEDAN

Program Kemitraan adalah program pemberdayaan dan peningkatan ekonomi masyarakat melalui pemberian pinjaman kemitraan untuk modal kerja dan investasi. Program ini bertujuan meningkatkan kompetensi usaha mikro kecil mayarakat sehingga menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Melalui Program Kemitraan, Perusahaan memberikan bantuan pembinaan berupa bantuan pelatihan manajemen usaha, bantuan pemasaran (promosi/pameran) dan lain-lain. Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero). Keputusan Menteri Keuangan No : 316/KMK/016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Maka PTPN III membentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program Kemitraan PTPN III dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor : PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007.

(12)

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara III Sub Area Medan maka koefisien korelasi Product Moment adalah �xy = 0,24. Koefisien tersebut lebih kecil dari harga tabel yaitu 0,374. Dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif rendah yakni sebesar 5,76 %

(13)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICS SCIENCE

SOCIAL SCIENCE DEPARTEMENT

Name : Iqbal Fazuani

Reg. No : 100902077

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PARTNERSHIP PROGRAM TO SOCIAL ECONOMY

PARTNERS OF PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (LIMITED) SUB AREA MEDAN

Partnership program is the empowerment and improving of local economy through

the provision of partnership loans for working capital and investment. This program aims to

improve the competence of small micro business comunity to become strong and independent.

Through the partnership the company provides coaching support in the form of business

management training, marketing asistance (promotion/exhibition) and others. Coaching

small business by the State-Owned Enterprises was implemented since the issuance of

goverment regulations number 3 of 1983 concerning about ordinances how to coaching and

supervision of service comapnies (Perjan), General Companies (Perum) and Limited

Companies (Persero). Decree of the Minister of Finance No : 316/KMK/016/1994 dated June

27, 1994 on Guidelines for Small Business Development and Cooperation through the

(14)

partenrship program of PTPN III was implemented referring to the rules of Ministri of

State-Owned Enterprises number : PER-05/MBU/2007 dated April 27, 2007.

The data were collected through the distribution of questionnaire and supported by

the interview and observation. This study was carried out in Director Office of PTPN III Jl.

Sei Batang Hari Medan. The data were analyzed with quantitative descriptive.

Based the result of research, it showed that there was the influence of partnership

program to social economy partners of PT. Perkebunan Nusantara III Sub Area Medan withh

correlation coefficient of Product Moment for rxy = 0,24. The coefficient was smaller than

ttable 0,374. It can be concluded that there was low positive influence for 5,76%.

(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Iqbal Fazuani

Nim : 100902077

ABSTRAK

PENGARUH PROGRAM KEMITRAAN TERHADAP SOSIAL EKONOMI MITRA

BINAAN PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) SUB AREA MEDAN

Program Kemitraan adalah program pemberdayaan dan peningkatan ekonomi masyarakat melalui pemberian pinjaman kemitraan untuk modal kerja dan investasi. Program ini bertujuan meningkatkan kompetensi usaha mikro kecil mayarakat sehingga menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Melalui Program Kemitraan, Perusahaan memberikan bantuan pembinaan berupa bantuan pelatihan manajemen usaha, bantuan pemasaran (promosi/pameran) dan lain-lain. Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero). Keputusan Menteri Keuangan No : 316/KMK/016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Maka PTPN III membentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program Kemitraan PTPN III dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor : PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007.

(16)

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh program kemitraan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara III Sub Area Medan maka koefisien korelasi Product Moment adalah �xy = 0,24. Koefisien tersebut lebih kecil dari harga tabel yaitu 0,374. Dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif rendah yakni sebesar 5,76 %

(17)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICS SCIENCE

SOCIAL SCIENCE DEPARTEMENT

Name : Iqbal Fazuani

Reg. No : 100902077

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PARTNERSHIP PROGRAM TO SOCIAL ECONOMY

PARTNERS OF PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (LIMITED) SUB AREA MEDAN

Partnership program is the empowerment and improving of local economy through

the provision of partnership loans for working capital and investment. This program aims to

improve the competence of small micro business comunity to become strong and independent.

Through the partnership the company provides coaching support in the form of business

management training, marketing asistance (promotion/exhibition) and others. Coaching

small business by the State-Owned Enterprises was implemented since the issuance of

goverment regulations number 3 of 1983 concerning about ordinances how to coaching and

supervision of service comapnies (Perjan), General Companies (Perum) and Limited

Companies (Persero). Decree of the Minister of Finance No : 316/KMK/016/1994 dated June

27, 1994 on Guidelines for Small Business Development and Cooperation through the

(18)

partenrship program of PTPN III was implemented referring to the rules of Ministri of

State-Owned Enterprises number : PER-05/MBU/2007 dated April 27, 2007.

The data were collected through the distribution of questionnaire and supported by

the interview and observation. This study was carried out in Director Office of PTPN III Jl.

Sei Batang Hari Medan. The data were analyzed with quantitative descriptive.

Based the result of research, it showed that there was the influence of partnership

program to social economy partners of PT. Perkebunan Nusantara III Sub Area Medan withh

correlation coefficient of Product Moment for rxy = 0,24. The coefficient was smaller than

ttable 0,374. It can be concluded that there was low positive influence for 5,76%.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Perusahaan bukan entintas yang beroperasi untuk kepentingan sendiri, melainkan harus memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan (stakeholdersnya) khususnya masyarakat. Lingkungan perusahaan dapat dibilang serba lengkap fasilitasnya sering menimbulkan kecemburuan dari masyarakat sekeliling yang hidup minim fasilitas dan rendah tingkat kehidupan sosial ekonominya.

Secara umum pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia sampai saat ini lebih didasarkan pada upaya memenuhi kebutuhan investasi dalam rangka pemulihan kondisi ekonomi. Kebijakan ini mendeskripsikan bahwa pengelolaan SDA lebih dipandang dan dipahami dalam konteks economic sense dan belum mengarah pada ecological and sustainable sense. Praktik pengelolaan SDA tidak memperhatikan aspek kerentanan dan keterbatasan daya dukung dari SDA, kesejahteraan masyarakat lokal/setempat, pekerja, dan kerusakan lingkungan.Kondisi ini semakin diperparah dengan rendahnya apresiasi perusahaan terhadap berbagai tuntutan masyarakat, seperti pembebasan tanah, ganti rugi atas kerusakan lingkungan, pekerjaan, pembagian keuntungan, dan lain-lain. Semua itu tidak terlepas dari kultur perusahaan yang didominasi cara berpikir perilaku ekonomi yang hanya berorientasi keuntungan, sehingga menyebabkan hubungan perusahaan dengan masyarakat menjadi tidak harmonis dan diwarnai berbagai konflik.

(20)

adanya transparasi dalam pengelolaan SDA dan kegiatan ekonomi. Daya kritis dan keberanian mengemukakan aspirasi secara lebih terbuka semakin meningkat dan mereka membutuhkan informasi yang akurat.Secara politis tuntutan masyarakat tersebut sangat wajar, karena SDA yang dimiliki oleh bangsa Indonesia hanya dinikmati oleh sebagian kecil atau kelompok tertentu saja, sedangkan sebagian besar rakyat hidup dalam kemiskinan. Sehingga SDA yang ditujukan untuk menjamin kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang menyatakan “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” masih sekedar retorika politis saja. Fakta ini didukung oleh hasil penelitian Carolyn Marr yang diungkapkannya dalam bahasa paradoks yaitu Indonesia kaya dan Indonesia juga miskin. Sebenarnya persoalan tersebut tidak terlepas dari paradigma dunia industri perusahaan yang masih berorientasi keuntungan, belum lagi mengarah pada pencitraan perusahaan.

(21)

sebagai stakeholders perusahaan. Kehadiran perusahaan dewasa ini dikaitkan dengan dua isu permasalahan, yaitu isu lingkungan dan isu kemiskinan ataupun kesenjangan sosial.

Isu yang pertama adalah lingkungan. Lingkungan merupakan bagian eksternal perusahaan yang berdampingan langsung dengan kehidupan sosial budaya masyarakat sekitar dimana perusahaan itu berdiri. Tidak bisa ditampikkan bahwa kehadiran perusahaan pada suatu daerah akan membawa angin segar bagi perkembangan daerah tersebut. Harapan akan peningkatan taraf hidup menjadi harapan penduduk sebagai dampak kehadiran perusahaan. Baik terkena dampaknya secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga peran perusahaan dirasa memiliki peranan yang cukup tinggi terhadap perkembangan lingkungan sekitar, Tapi juga tidak dapat dipungkiri dampak negatifnya terhadap lingkungan.

Perusahaan-perusahaan tambang yang melakukan eksploitasi seperti di Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya dan lainnya tidak terbayangkan dampak ke depan yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut jika sudah tidak beroperasi lagi. Dampak ekonomi, sosial maupun lingkungan yang terkena imbasnya secara langsung akibat operasional pertambangan. Tidak tahu seperti apa bentuk medan hasil operasional pertambangan mereka. Kawasan yang dulunya dipenuhi pepohonan kini musnah, hanya tinggal hamparan tanah kosong yang tandus. Gunung-gunung yang pernah berdiri dengan kokoh kini hanya sebuah lubang laksana lautan yang kering tak terisi air, tunduk di bawah alat-alat berat yang menggerogoti tubuhnya dengan cakarnya yang besar dan tajam, diinjak-injak mobil-mobil pengangkut mineral-mineral hasil bumi.

(22)

evaluasi. Sehingga ada lingkungan baru sebagai pengganti lingkungan yang terkena dampak eksploitasi. Walaupun hal ini tidak dapat menggantikan kondisi awal, tapi setidaknya hal yang nampak kecil ini dapat menjadi awal terbentuknya kesadaran terhadap lingkungan demi masa depan kita.

Siagian (2012) menyatakan berdasarkan contoh masalah yang telah diuraikan bahwa diperlukan pengelolaan perusahaan yang baik Good Corporate Governance dalam upaya mencegah pelanggaran tehadap asas-asas etika atau kaidah-kaidah moral yang berlandaskan prinsip keterbukaan, prisip akuntabilitas, prinsip pertanggungjawaban, prinsip kemandirian, prinsip kesetaraan dan kewajaran. Dasar dari prinsip tersebut tidak terlepas dari amanat Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 yang menegaskan bahwa “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prisnip kebersamaan, efesiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”(Azheri, 2012).

(23)

meraup pundi-pundi uang tetapi kondisi masyarakat sekitar yang miskin terabaikan, ini menjadikan dua kondisi berbeda yang hidup dalam satu lingkungan.

Badan Pusat Statistik (2014) menyebutkan jumlah penduduk miskin pada september 2013 bertambah 0,48 juta orang dibandingkan posisi Maret sebanyak 28,07 juta. Jumlah dan presentase penduduk miskin sepanjang 2004-September 2013 bergerak fluktuatif. Pada periode 2004 ke 2005, jumlah penduduk miskin tercatat menurun. Namun setahun kemudian, penduduk miskin justru bertambah akibat kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok. Pada periode ini, inflasi umum mencetak level tinggi hingga 17,95%. Selanjutnya pada 2007-Maret 2013, jumlah maupun persentase penduduk miskin kembali menurun. Terakhir, periode Maret-September 2013, angka penduduk miskin kembali naik. BPS juga melaporkan, Garis Kemiskinan sepanjang periode Maret-September 2013 mengalami kenaikan sebesar 7,85%. Jika pada Maret Garis Kemiskinan berada di level Rp 271.626 per kapita per bulan, maka enam bulan kemudian naik menjadi Rp 292.951 per kapita per bulan. (Pebrianto Eko Wicaksono,liputan6.com, 31 Mei 2014).

(24)

kemiskinan Sumut sangat dipengaruhi oleh kinerja ekspor Sumut. Untuk itu di tahun 2013 ini sejumlah tantangan eksternal masih akan menjadi masalah besar dalam pengentasan kemiskinan di Sumut.

Gunawan Bonjamin juga mengatakan masalah anggaran AS serta ketidak percayaan masyarakat Eropa terkait dengan proses pemulihan krisis berpotensi mengancam ekspor dan membuat kerja pemerintah Sumut dalam mengentaskan kemiskinan stagnan. Dengan mengandalkan pertumbuhan berbasiskan konsumsi serta minimnya ekspor akibat anjloknya harga komoditas. maka mustahil bila jumlah penduduk miskin di Sumut yang per September 2012 sebesar 1.4 juta jiwa akan turun signifikan dan tingkat kemiskinan di tekan hingga di bawah level 10%. Ditambah lagi pengurangan subsidi (BBM dan TDL) sangat berkorelasi terhadap peningkatan angka kemiskinan di Sumut. Kenaikan TDL dan kemungkinan naiknya harga BBM berpotensi menambah angka kemiskinan di Sumatera Utara. Meskipun harga-harga komoditas memang berpotensi menguat di semester II/2013 walaupun kecil sekali kemungkinannya, namun itu tidaklah cukup. Tampaknya, optimalisasi anggaran pemerintah daerah serta optimalisasi proyek infrastruktur juga dikhawatirkan belum akan mampu menekan angka kemiskinan di bawah 10 persen pada tahun ini.September 2012 tingkat kemiskinan Sumut berada di 10.41%. Terlihat untuk menurunkan angkanya di bawah 10% bukanlah perkara yang sulit. Dengan sejumlah masalah baik internal dan eksternal maka dibutuhkan kerja keras untuk menekan angka pengangguran tersebut. Semua pihak harus bekerja keras, agar kita mendapat keajaiban dengan mampu menurunkan angka kemiskinan di bawah 10% (http://www.medanmagazine.com, 31 Mei 2014).

(25)

melakukan pembinaan terhadap usaha kecil sehingga menjadi usaha yang mandiri untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Peraturan pemerintah tersebut dipertegas pada pertemuan menteri negara-negara di Paris tahun 2000 menyepakati pedoman bagi perusahaan yang mengacu pada kebijakan umum diantaranya adalah memberikan kontribusi atau manfaat untuk kemajuan ekonomi, sosial, dan lingkungan demi pencapaian pembangunan berkesinambungan serta mendorong pengembangan aspek kemampuan masyarkat setempat melalui kerja sama yang erat dengan masyarakat setempat sehingga benar-benar berdaya secara ekonomi.

BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perokonomian nasional, di samping badan usaha milik swasta dan koperasi. BUMN ikut berperan menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk itu perlu dilakukan penataan sistem pengelolaan dan pengawasannya melalui ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri. Atas pertimbangan tersebut, dikeluarkanlah Undang-Undang nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (UU BUMN).Pendirian BUMN ini sendiri mempunyai maksud dan tujuan sebagaimana ditegaskan pada Pasal 2 ayat (1) huruf e UU BUMN di antaranya adalah “turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat”. Namun sebelumnya dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan Terbatas (Persero) menegaskan bahwa Persero dengan sifat usaha tertentu dapat melaksanakan penugasan khusus untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum.

(26)

Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Program Kemitraan bertujuan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui dukungan terhadap modal serta pelatihan SDM yang profesional dan terampil agar dapat mendukung pemasaran dan kelanjutan usaha di masa depan.Diharapkan program kemitraan dapat menyeimbangkan stabilitas perekonomian nasional sesuai amanat undang-undang yang telah diuraikan sebelumnya.

Seperti warga di sekitar waduk Wadaslintang, Wonosobo, Jawa tengah, kini bisa tersenyum cerah. Waduk seluas lebih dari 1400 hektar itu kini bisa menjadi sumber mata pencaharian untuk meningkatkan taraf perekonomian mereka.PT Hutama Karya (Persero) mengucurkan dana Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) untuk para petani ikan di sekitar waduk, dan membentuk kluster petani ikan nila. Perekonomian desa kembali menggeliat, kesejahteraan masyarakat mulai terangkat, sampai-sampai warga yang mengadu nasib di kota kini bertahap kembali ke desa.Lihat pula bagaimana warga Desa Sumowono di Purworejo, Jawa Tengah, kembali membangkitkan kejayaan kambing etawa di daerah mereka. Berkat uluran kemitraan dari PT Jasa Raharja (Persero), etawa kembali menjadi primadona yang mendongkrak taraf kehidupan masyarakat setempat. Wadaslintang dan Sumowono adalah contoh desa yang telah terjamah PKBL dengan strategi kluster (PKBL ACTION, 2012)

(27)

Tanggal 17 Juni 2003, surat edaran Menteri BUMN Nomor : SE.433/MBU/2003 Tanggal 16 September 2003, peraturan Menteri BUMN Nomor : PER-05/MBU/2007 Tanggal 27 April 2007 serta terintegrasi dengan kebijakan direksi PTPN III melalui surat keputusan Nomor : III.12/KPTS/03/2007 Tanggal 3 April 2007 tentang struktur organisasi, sasaran tugas organisasi dan proses bisnis PTPN III telah membentuk satuan bagian yang khusus mengelola kegiatan pembinaan tersebut yaitu bagian kemitraan.

Tujuan pelaksanaan Program Kemitraan PTPN III agar dapat tercapai, dibentuklah bagian tersendiri yang khusus melaksanakan program kemitraan yang selanjutnya disebut Bagian Kemitraan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari organisasi perusahaan secara keseluruhan. Upaya yang dilakukan oleh program kemitraan PTPN III terhadap mitra binaan bersifat pembinaan yang dilakukan di sekitar wilayah kerja PTPN III.Program Kemitraan PTPN III bertujuan untuk memberdayakan dan mengembangkan potensi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kegiatan program kemitraan PTPN III dilakukan berupa penyaluran pinjaman lunak bergulir untuk modal kerja investasi para usaha kecil dan koperasi (mitra binaan) yang tersebar di 14 wilayah Kabupaten/Kota dalam Propinsi Sumatera Utara, penyaluran kredit lunak bergulir dengan tingkat suku bunga 6% per tahun dari limit pinjaman (sesuai peraturan Meneg BUMN No : Per.05/MBU/07 tanggal 27 April 2007), pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi dan lain-lain yang menyangkut peningkatan produktivitas mitra binaan serta penelitian yang berkaitan dengan program kemitraan.(PTPN III, 2014).

(28)

rumah dagang, dan promosi usaha mikro dan kecil. Pasal 19 juga menyatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan cara membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru.

Berbagai kegiatan program kemitraan PTPN III yang dijalankan dalam program kemitraan ditujukan untuk memicu pertumbuhan dan perkembangan potensi ekonomi masyarakat. Sasaran dari pelaksanaan program ini adalah kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat, baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung sehingga Usaha Kecil dan Menengah bisa eksis di tengah-tengan masyarakat khususnya di Sumatera Utara.PTPN III sebagai koordinator Forum Komunikasi KBL se Sumatera Utara mensyaratkan beberapa hal untuk pelaku usaha yang ingin mendapatkan dana pinjaman sebagai modal usaha. Yang harus dipahami adalah bahwa bentuk pinjaman bukan bantuan sehingga si penerima diwajibkan mengembalikan. Apalagi dana pengembalian itu nantinya digulirkan ke pelaku usaha lain sehingga akhirnya banyak yang mendapan manfaat.Persyaratan yang dikenakan ke calon mitra, yakni memiliki asset maksimal Rp 1 miliar/tahun dan modal maksimal Rp 200 juta di luar asset tanah atau bangunan. Calon mitra membuat permohonan yang sudah kami siapkan dalam bentuk aplikasi dengan beberapa berkas yang harus dilengkapi termasuk agunan.Agunan ini disyaratkan untuk menghindari itikad kurang baik para mitra yang akhirnya tidak mengembalikan atau melunasi pinjaman. PKBL sudah ada sejak tahun 1993 dan saat itu belum ada diterapkan agunan. Tapi kenyatannya hingga sekarang masih ada yang belum terlunasi sehingga akhirnya kebijakan BUMN mensyaratkan agunan untuk menghindari itikad kurang baik si peminjam.

(29)

hingga di Aceh.Besaran pinjaman maksimal Rp 50 juta dengan bungan 6%/tahun atau 0,5%/bulan. Pelaku usaha dapat menjadi mitra maksimal tiga kali dengan masa tenggang dua bulan sejak penyelesaian pinjaman tahap sebelumnya. Jadi, seluruh mitra mendapat kesempatan dilakukan pembinaan dari PTPN III seperti pelatihan, pameran, buku directory dan lain-lain.(PTPN III, 2014).

Pada tahun 2013 PTPN III menyerahkan 3 program PTPN III diantaranya Program Kemitraan yaitu : (1) Pemberian pinjaman lunak kepada 297 mitra binaan sebesar Rp. 11.060.000.000. (2) Program peningkatan produktifitas pangan berbasis korporasi (GP3K) untuk penanaman jagung hibrida seluas 1624 hektar di wilayah Deli Serdang, Serdang Bedagai, Langkat dan Simalungun senilai Rp. 10.000.000.000 bekerjasama dengan PT. Sang Hyang Seri. (3). Pinjaman dana penanaman jagung dengan pola kluster seluas 103,5 hektar di Desa tanjung Mblang Kec. Tiganderket Kab. Karo senilai Rp. 1.000.000.000 (PTPN3, 2013).

Pada tahun 2014 PTPN III kembali menyalurkan pinjaman modal bergulir melalui dana kemitraan sebesar Rp 3 miliar lebih bagi 98 mitra binaan dari pengusaha kecil menengah yang tersebar di berbagai kabupaten di Sumatera Utara. Secara kumulatif penyaluran dana kemitraan PTPN III sampai dengan saat ini telah mencapai Rp. 187.518.552.113, dengan jangkauan mitra binaan sebanyak 6.002 orang di seluruh Sumatera Utara.Dari 98 orang mitra binaan yang berasal dari Medan, Deli Serdang, Sergai, Tebing Tinggi, Labuhanbatu, Tapanuli Selatan, Karo dan Dairi tersebut, 57 orang merupakan mitra binaan yang baru dan 41 mitra binaan lanjutan.

(30)

PT Asuransi Jiwasraya. Kegiatan lain Program Kemitraan PTPN III di tahun 2014 seperti mensosialisasikan pinjaman modal usaha ke petani jamur yang tergabung dalam North Sumatera Mushroom Community (NSMC) dan meresmikan pengerasan jalan sepanjang 4.150 meter di Desa Banjar Ulu, Kab. Simalungun dengan total nilai Rp 754 juta serta dirangkai pemberian bantuan program kemitraan bagi 447 pengusaha kecil dan menengah.(PTPN3, 2014).

PTPN III juga berperan aktif dalam menyahuti instruksi Kementrian BUMN No UU 151/D5/MBU/2012 tanggal 5 September 2013 mengenai pembahasan program BUMN membangun desa. Berdasarkan hasil survey dibutuhkan dana untuk membangun desa sebesar Rp 2.275.780.400, dan tidak hanya itu dana ditambah lagi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa dengan cara menyalurkan dana program kemitraan yang jumlahnya mencapai Rp 2.758.068.000 yang dibagikan kepada 15 desa tertinggal yang tersebar di delapan kabupaten di Sumatera Utara.Adapun desa-desa yang dibantu oleh PTPN III antara lain Desa Panungkiran 283 Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan STIM Hilir, Kabupaten Deli Serdang. Desa ini mendapatkan bantuan seperti traktor mini, mesin rumput, keep solo, mesin pemimpil jagung, membangun balai desa, pembangunan mokudes, kompurter dan printer senilai Rp 226.625.000. selain itu dana kemitraan Rp 90.250.000 untuk kegiatan budi daya ikan mas melalui program simpan pinjam Desa Marombun Barat 18 KK mendapat bantuan Rp 9.400.000 dan dana kemitraan Rp 78.000.000 untuk ternak sapi.

(31)

melaluib program kemitraan Rp 169.650.000. kemudian Desa Suka Makmur 729 KK di kecamatan Pasir Mandoge mendapatkan bantuan Rp 186.150.000 untuk berbagai program ternak dan dana kemitraan Bandar Pulo Kabupaten Asahan memperoleh dana dari program bina lingkungan Rp 147.050.000 untuk pengadaan ternak dan berbagai alat-alat kebutuhan warga, kemudian pinjaman bergulir dari program kemitraan sebesar Rp 237.300.000.

Desa Bandar Selamat yang terletak di Labuhanbatu utara menerima bantuan untuk rumah produksi pelet ikan dan peralatannya, rumah pembuat kerupuk dan peralatan mesin, rumah pembuat abon dan mesin bangunan mokudes dan media budi daya ikan dengan jumlah bantuan Rp 183.450.000 dan bantuan untuk kelompok usaha Rp 173.460.000. desa Pasir Tuntung sebanyak 1.338 KK di Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhanbatu selatan menerima bantuan Rp 100.130.000 dan program kemitraan Rp 279.660.000.

Desa Sungai Meranti, Kecamatan Torgamba, Labuhanbatu Selatan yang berpenduduk 2.650 KK menerima bantuan sebesar Rp 132.680.000. Desa Purba Dolok, Tapanuli Utara 70 KK mendapat bantuan ternak babi, membangun sarana balai pengobatan dan pengerasan jalan sepenjang 550 meter dengan total bantuan Rp 245.929.800. selain itu, PTPN III menyalurkan dana kemitraan sebesar Rp 874.740.000 untuk meningkatkan perekonomian desa.

(32)

Desa Batu Rongkam, Kecamatan Ulu Balebag dibantu pembangunan membangun pengerasan jalan sepanjang 2,5 km total bantuan untuk kebutuhan peralatan infrastruktur desa sebesar Rp 179.250.000 dan pinjaman Rp 97.025.000 untuk penanaman padi dan jaggung oleh kelompok tani yang telah dibentuk. Desa Suka Julu, Kecamatan Tiga Binanga, Karo sebesar Rp 293.950.000 dipergunakan untuk membangun jalan 1,2 km, pembangunan mushalla, rumah copper, mesin copper, pakan ternak, media budi daya ikan lele dan pembuatan kandang kambing. Dana kemitraan disalurkan sebesar Rp 156.000.000.

Dana program kemitraan PTPN III yang selalu menyisihkan laba berkisar 1-3% per tahun yang dikelola bagian kemitraan PTPN III memberi kemudahan kepada pelaku usaha kecil menengah dalam meningkatan produktivitas usahanya baik untuk modal usaha ataupun pengembangan usaha dengan sistem yang sederhana dan tidak rumit. Sehingga mendorong pertumbuhan iklim usaha pada sektor usaha kecil yang pada tahap berikutnya akan terjadi peningkatan dan pemerataan pendapatan serta memperkokoh struktur perekonomian nasional.(PTPN3, 2012).

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimana pengaruh program kemitraan PTPN III terhadap sosial ekonomi warga binaan PTPN III sub area Medan”.

(33)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berpengaruh tidaknya program kemitraan PTPN III terhadap sosial ekonomi warga binaan PTPN III sub area Medan.

1.4.Manfaat penelitian

1. Bagi penulis manfaat penelitian ini yakni dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan berpikir penulis melalui penulisan ilmiah mengenai pengaruh program kemitraan terhadap sosial ekonomi warga binaan PTPN III sub area Medan dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama belajar di fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan serta pengetahuan mengenai bagaimana pengaruh program kemitraan melalui pemberian penyaluran pinjaman dana kemitraan yang diterapkan PTPN III dibidang sosial ekonomi warga binaan.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam 6(enam) bab, dengan urutan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tinjauan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

(34)

Bab ini berisikan tentang teori-teori yang mendukung dalam penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat PTPN III sub area Medan. Juga gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang di peroleh dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI :PENUTUP

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Tentang Program Kemitraan

2.1.1. Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai :

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai;

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan;

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui; 4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan;

5. Strategi pelaksanaan.

Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasikan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan.

Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu :

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya melaksanakan atau sebagai pelaku program;

(36)

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

Menurut Jones (1996) program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik.

2.1.2 Pengertian Kemitraan

UU No 9 Tahun 1995 menyatakan kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usahabesar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atauusaha besar dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dansaling menguntungkan.

.Pembinaan dan pengembangan UKM, Koperasi dan Pertanian olehBUMN dapat berupa pinjaman modal, penjaminan dan investasi dan ataupembinaan teknis dalam bentuk hibah khusus untuk membiayai pendidikandan latihan, pemagangan, promosi, pengkajian dan penelitian.

Prinsip dan Dasar Kemitraan :

1. Saling membutuhkan

2. Saling mendukung dan menguatkan 3. Saling menguntungkan

Dasar :

(37)

2. Adanya persoalan intern dan ekstern usaha yang dihadapi dalammengembangkan usaha. Kegiatan yang dijalankan dapat memberikan manfaat yang nyata yang bersifat ‘”Mutual benefit (sama sama diuntungkan)‘‘ bagi pihak -pihak yang bermitra

Manfaat Kemitraan :

a. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat b. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan

c. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan uasaha kecil

d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional serta memperluas kesempatan kerja (http://www.scribd.com/doc/68155919/Pengertian-Kemitraan, 31 Mei 2014).

2.1.3 Pengertian Program Kemitraan

Program Kemitraan adalah program pemberdayaan dan peningkatan ekonomi masyarakat, melalui pemberian pinjaman kemitraan untuk modal kerja dan investasi. Selain itu melalui Program Kemitraan, Perusahaan juga memberikan bantuan pembinaan berupa bantuan pelatihan manajemen usaha, bantuan pemasaran (promosi/pameran) dan lain-lain.

(38)

bisa merasakan manfaat dari kehadiran perusahaan (http://www.angkasapura1.co.id/pkbl/, 31 Mei 2014)

Kemitraan merupakan program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dalam bentuk pinjaman baik modal usaha maupun pembelian perangkat penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri. Program kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk pembiayaan, modal kerja, pinjaman khusus yang biasanya bersifat jangka pendek dan hibah untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi serta penelitian melalui pemanfaatan dana dari bagian lana BUMN. (PEDOMAN AKUNTANSI PKBL)

Pemerintah mengemas keterlibatan BUMN sebagai upaya pemerintah dalam rangka memperkuat program kemitraan, melalui Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Dimana pasal 2 nya menegaskan sebagai berikut :

(1) Persero dan Perum wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan ini;

(2) Persero Terbuka dapat melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dengan berpedoman pada peraturan ini yang ditetapkan berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Sedangkan mengenai sumber dananya ditegaskan dalam Pasal 9 yaitu :

(39)

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2%;

b. Jasa administrasi pinjaman/margin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional;

c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN, jika ada. (1) Dana Program Bina Lingkungan (BL) bersumber dari :

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2%;

b. Hasil bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program BL.

Pasal 11 Peraturan Menteri Negara BUMN menegaskan bahwa Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk :

a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan;

b. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan Mitra Binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan.

c. Beban permintaan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan lain-lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan.

2. Beban pembinaan bersifat hibah dan besarnya maksimal 20% dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan.

Sedangkan ruang lingkup bantuan program BL sebagai berikut : a. Bantuan korban bencana alam;

b. Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; c. Bantuan untuk peningkatan kesehatan;

(40)

e. Bantuan sarana ibadah dan bantuan pelestarian alam (Azheri, 2012:134-136).

2.1.4 Program Kemitraan PTPN III

Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero). Keputusan Menteri Keuangan No : 316/KMK/016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Maka PTPN III membentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

Upaya yang dilakukan oleh PKBL PTPN III terhadap mitra binaan bersifat pembinaan yang dilakukan di sekitar wilayah kerja PTPN III.

2.1.4.1 Dasar Hukum :

Program Kemitraan PTPN III dilaksanakan berdasarkan :

a. Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP -100/MBU/2002 Tanggal 4 Juni 2002 b. Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP -236/MBU/2003 Tanggal 17 Juni

2003

c. Surat Edaran Menteri BUMN Nomor : SE.433/MBU/2003 Tanggal 16 September 2003

(41)

2.1.4.2.Kebijakan Direksi :

Kebijakan direksi dalam melaksanakan Program Kemitraan PTPN III adalah sebagai berikut :

a. Guna efektivitas pengelolaan program kemitraan Direksi PTPN III melalui Surat Keputusan Nomor : III.12/KPTS/03/2007 Tanggal 3 April 2007 tentang struktur organisasi, sasaran tugas organisasi dan proses bisnis PTPN III telah membentuk suatu bagian yang khusus mengelola kegiatan pembinaan tersebut yaitu bagian kemitraan.

b. Mekanisme dan prosedur penyaluran dana program kemitraan tertuang dalam Instruksi Kerja (IK) Nomor : 3.10, 02/01 tentang program kemitraan.

c. Pelaksanaan Program :

• Operasional pelaksanaan tugas pada bagian ini dipimpin oleh seorang Kepala

bagian dan dibantu dua Urusan yaitu : Urusan Perencanaan dan Pembinaan, Urusan Administrasi Keuangan dan Umum

• Penghimpunan dana dan pengeluaran dana dicatat serta dibukukan

berdasarkan Cash Basis.

• Sistem pembukuan dilaksanakan berdasarkan prinsip Akuntansi yang lazim

(42)

2.1.4.3. Jenis/Usaha Kegiatan

Program Kemitraan bertujuan untuk memberdayakan dan mengembangkan potensi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya dengan memanfaatkan Program Kemitraan. Bentuk Program Kemitraan yang dilakukan berupa :

a. Penyaluran pinjaman lunak bergulir untuk modal kerja investasi para usaha kecil dan koperasi (mitra binaan) yang tersebar di 14 wilayah Kabupaten/Kota dalam propinsi Sumatera Utara. Penyaluran kredit lunak bergulir dengan tingkat suku bunga 6% per tahun dari limit pinjaman (sesuai peraturan Meneg BUMN No : Per.05/MBU/07 tanggal 27 April 2007).

b. Pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan lain-lain yang menyangkut produktivitas. Mitra binaan serta untuk penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan.(PTPN3, 2014).

2.1.4.4. Bentuk Program Kemitraan

2.1.4.4.1. Penyaluran Pinjaman

Pinjaman yang di salurkan melalui program kemitraan diarahkan kepada usaha kecil yang secara teknis perbankan belum memenuhi persyaratan untuk memperoleh pinjaman (sebelum bankable). Dalam satu tahun, penyaluran dana dalam program kemitraan ini di bagi dalam 4 (empat) periode triwulan, yang biasanya di lakukan dalam bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Kegiatan-kegiatan yang di laksanakan dalam rangka penyaluran pinjaman tersebut adalah sebagai berikut :

(43)

Calon mitra binaan yang ingin mendapatkan pinjaman program kemitraan untuk pengembangan usahanya, harus menyampaikan proposal kepada BUMN pembina atau BUMN penyalur atau lembaga penyalur yang membuat sekurang-kurangnya data sebagai berikut :

1. Mengajukan Proposal permohonan bantuan pinjaman yang memuat :

a) Data pribadi sesuai Kartu Tanda Penduduk (KTP).

b) Data Usaha (Bentuk Usaha, alamat Usaha lengkap RT/RW, Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, Mulai Mendirikan Usaha, Jumlah Tenaga Kerja).

c) Data Keuangan meliputi Laporan keuangan/Catatan keuangan 3 bulan terakhir, rencana Penggunaan dana Pinjaman.

2. Melampirkan :

a) Fotocopy (FC) KTP Suami/Istri atau identitas lainnya. b) FC Kartu Keluarga

c) Pas Photo ukuran 3x4 – Keterangan Serba Guna dari Kelurahan. d) Gambar/denah Lokasi Usaha.

e) FC Rekening Bank/Buku Tabungan.

f) Laporan Keuangan Praktis (diisi pada formulir aplikasi).

g) Surat pernyataan tidak sedang mendapatkan pinjaman dari BUMN/perusahaan lain.

3. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/beban dan neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha); dan

(44)

Bagi calon mitra binaan yang sudah memberikan proposal kepada BUMN Pembina atau BUMN Penyalur harus mengetahui jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman.

Syarat-syarat penerima pinjaman yaitu :

a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau,

b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 miliar

c) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.

d) Berbentuk badan usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

e) Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun serta mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan.

f) Belum pernah dan tidak sedang mendapatkan bantuan pembinaan dari BUMN dan institusi sejenis yang lain.

B.

Apabila proposal dari calon mitra binaan telah di setujui maka unit PKBL menyalurkan pinjaman kepada mitra binaan. Penyaluran pinjaman tersebut dituangkan dalam satu surat perjanjian/kontrak yang sekurang-kurangnya memuat :

(45)

1. Nama dan alamat BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga penyalur dan mitra binaan

2. Hak dan Kewajiban BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga penyalur dan Mitra Binaan :

a) Mitra Binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut :

1) Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh BUMN Pembina.

2) Menyelenggarakan pencatatan/pembukuan dengan tertib.

3) Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

4) Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada BUMN Pembina.

a. Sektor usaha yang dapat diberikan bantuan pinjaman adalah industri, jasa, perdagangan, peternakan, perikanan, pertanian, perkebunan dan jasa lainnya.

b. Jumlah pinjaman dan peruntukannya. c. Bunga pinjaman :

No Jumlah Pinjaman yang di Berikan Jasa Administrasi/Tahun

1 s/d Rp 10.000.000 6%

2 >Rp. 10.000.000 s/d Rp.30.000.000 6%

3 >Rp. 30.000.000 s/d Rp. 50.000.000 6%

(46)

Besarnya jasa administrasi pinjaman dana program kemitraan per tahun sebesar 6% dari limit pinjaman atau administrasi lain oleh Menteri (PER MEN-05 BAB IV pasal 12 ayat (3)).

C.

Setelah pinjaman di salurkan, maka BUMN Pembina atau BUMN Penyalur atau lembaga penyalur monitor pemenuhan kewajiban mitra binaan. Apabila terdapat pembayaran yang belum di ketahui, maka pembayaran tersebut di akui sebagai hutang sampai dengan diketahuinya mitra binaan yang melakukan pembayaran.

Monitoring, Penagihan Pinjaman dan Penyelesaian Piutang Bermasalah MitraBinaan

Pinjaman dana program kemitraan di nilai kualitasnya berdasarkan pada ketetapan waktu pembayaran kembali pokok pinjaman dan jasa administrasinya pinjaman dari mitra binaan. Penggolongan kualitas pinjaman, sesuai ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut :

1. Lancar

Apabila pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasinya pinjaman di lakukan tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa administrasi pinjaman selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

2. Kurang Lancar

(47)

(seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayarab angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah di sepakati bersama.

3. Diragukan

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 hari dan belum melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang di setujui bersama.

4. Macet

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 hari pada tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah di setujui bersama.(PEDOMAN AKUNTANSI PKBL).

2.1.4.4.2. Penyaluran Dana Pembinaan Kemitraan

Dana pembinaan kemitraan yang di salurkan melalui program kemitraan di tujukan kepada mitra binaan yang telah dan masih terdaftar dalam program kemitraan. Dengan kata lain, dana ini hanya dapat di berikan kepada dan untuk kepentingan mitra binaan. Dana pembinaan kemitraan di salurkan melalui beberapa program yang di susun untuk membantu mitra binaan dalam rangka mengembangkan usahanya yaitu dengan hibah.

A. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SERTA PEMAGANGAN.

(48)

b. Meningkatkan pengendalian mutu produksi. c. Meningkatkan pemenuhan standarisasi teknologi. d. Meningkatkan rancang bangun dan perekayasaan.

B. PEMASARAN PRODUK MITRA BINAAN.

a. Membantu penjualan produk mitra binaan.

b. Membantu mempromosikan produk mitra binaan melalui kegiatan pameran maupun penyediaan ruang pameran.

Oleh karena itu, atas dana pembinaan kemitraan tersebut mitra binaan tidak menerima dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk program-program yang telah di susun. Kegiatan yang di biayai melalui dana pembinaan kemitraan tersebut di tangani oleh BUMN Pembina yang dalam pelaksanaannya dapat menyertakan pihak luar sebagai pelaksana kegiatan, misalnya dalam hal penyediaan pemateri pelatihan, penyelenggara kegiatan pameran, dan sebagainya. (PEDOMAN AKUNTANSI PKBL).

2.2.Pengertian Sosial Ekonomi

(49)

Menurut Supardan (2009) bahwa istilah sosial pada departemen sosial, menunjukkan pada kegiatan-kegiatan di lapangan sosial. Artinya kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti tuna karya, tuna susila, tuna wisma, orang jompo, anak yatim piatu, dan lain-lain. Selain itu Soekanto (1991) mengemukakan bahwa istilah sosial pun berkenaan dengan pelaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial.

Ekonomi atau economic dalam banyak literatur ekonomi disebutkan berasal dari bahasa Yunani yaitu “Oikos atau Oiku” dan “Nomos” yang berarti peraturan rumah tangga. Dengan kata lain pengertian ekonomi adalah semua yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan perkehidupan dalam rumah tangga, tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannya kata rumah tangga bukan hanya sekedar menunjuk pada satu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya, melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga bangsa, negara, dan dunia.

(50)

Mengacu pada United Nation (dalam Siagian, 2012)maka penulis menyimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat antara lain kesehatan, konsumsi bahan makanan dan gizi, pendidikan,perumahan, sandang, rekreasi, jaminan sosial dan kebebasan manusia. Kehidupan sosial ekonomi harus di pandang sebagai sistem (sistem sosial), yaitu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam satu kesatuan.

A. Kesehatan

Dalam Undang-undang yang dimaksud dengan kesehatan

1. adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

3. Tenagakesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

5. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna

(51)

kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.

Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain:

1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusipemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.

Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:.

1. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.

2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.

3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran Bahan bakar minyak, batubara, kebakaran hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.

(52)

5. Kontrolterhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.

6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan. 7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.

8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi programkesehatan lingkungan

Untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya tujuan utama sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan. 3. Peningkatan status gizi masyarakat.

4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).

5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Dasar-dasar pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Semua warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia.

2. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat.

(53)

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan, 27 Oktober 2014)

A. Konsumsi Bahan Makanan

Makanan adalah sumber energi satu-satunya bagi manusia. Karena jumlah penduduk yang terus berkembang, maka jumlah produksi makanan pun harus terus bertambah melebihi jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai. Seperti telah dikemukakan terdahulu, permasalahan yang timbul dapat diakibatkan kualitas dan kuantitas bahan pangan. Hal ini tidak boleh terjadi atau tidak dikehendaki karena orang makan itu sebetulnya bermaksud menjadi karenanya. Dengan demikian sanitasi makanan menjadi sangat penting.

Menurut Slamet (2009) makanan tidak saja bermanfaat bagi manusia, tetapi juga sangat baik untuk pertumbuhan mikroba yang patogen. Oleh karenanya, untuk mendapat keuntungan yang maksimum dari makanan, perlu dijaga sanitasi makanan. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan menjadi (i) keracunan makanan, dan (ii) penyakit bawaan makanan.

B. Pendidikan

(54)

Dengan kata lain, esensi pendidikan (usaha sadar) megandung makna suatu proses transaksional yang intensional, terjadi dilingkungan (sosial budaya) berstruktur yang disebut sekolah atau sejenisnya. Pendidikan sebagai salah satu bagian penting dari proses pembangunan nasional merupakan salah satu sumber penentu dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara.

C. Perumahan

Dalam undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan pemumikan, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Bagi sebuah lingkungan perkotaan, kehadiran lingkungan perumahan sangatlah penting dan berarti karena bagian terbesar pembentuk struktur munculnya permasalahan pada suatu pemukiman akan menimbulkan dampak langsung terhadap permasalahan perkotaan secara menyeluruh. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa baik atau buruknya sistem perkotaan dipengaruhi oleh baik buruknya lingkungan pemukiman.

(55)

dari perencanaan rumah-rumah hingga perencanaan lingkungan pemukiman dan ruang perkotaan, bahkan hingga skenario wilayahnya. (Sastra, 2006).

Pada subjek permasalahannya supply perumahan, aspek utama yang terkait mulai dari studi btentang perumahan nasional, pemerintah, institusi pendidikan sampai kepada peraturan properti yang membentuk pola pengembangan lahan supply perumahan pada tingkat daerah. Jadi unttuk mempelajari perumahan dan pemukiman secara efektif, termasuklah mempelajari analisis mayor sektor dari perekonomian nasional, perubahan demografi, migrasi dan kebebasan sosial, dengan kata lain menyentuh semua aspek dalam lingkungan hidup dan lingkungan pekerjaan. (Dwira, 2008).

D. Sandang

Wikipedia (2014) menyatakan sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai makhluk berbudaya. Pada awalnya manusia memanfaatkan pakaian dari kulit kayu dan hewan yang tersedia di alam. Kemudian manusia mengembangkan teknologi pemintal kapas menjadi benang untuk ditenun bahan pakaian. Pakaian berfungsi sebagai pelindung dari panas dan dingin. Lama kelamaan fungsi pakaian berubah, yakni untuk memberi kenyamanan sesuai dengan jenis-jenis kebutuhan seperti pakaian kerja, pakaian rumah untuk tidur dan sebagainya. ((http://id.wikipedia.org/wiki/, 27 Oktober 2014)

E. Rekreasi

(56)

penyegaran kembali rohani dan jasmani seseorang. Rekreasi adalah sebuah kegiatan yang dilakukan seseorang selain pekerjaan. Kegiatan yang umum dilakukan untuk melakukan rekreasi adalah pariwisata, olahraga, permainan, dan hobi. Kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan. Banyak ahli memberikan pandangan bahwa aktivitas rekreasi adalah kegiatan untuk mengisi waktu senggang. Namun, kegiatan rekreasi dapat pula memenuhi salah satu pengertian “penggunaan berharga dari waktu luang”. Dalam pengertian rekreasi ini, kegiatan dipilih oleh seseorang sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisi fisik dan jiwa, sehingga rekreasi tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau membbunuh waktu.

Jay B. Nash memberikan gambaran bahwa aktivitas rekreasi adalah pelengkap dari kerja, oleh karena itu rekreasi adalah kebutuhan semua orang. Dengan demikian, penekanan dari aktivitas rekreasi adalah dalam nuansa “menciptakan kembali” (recreation) orang tersebut, ada upaya revitalisasi jiwa dan tubuh yang terwujud karena ‘menjauh’ dari kegiatan rutin dan kondisi yang menekan dalam kehidupan sehari-hari. Landasan kependidikan dari rekreasi karenanya kini diangkat kembali, sehingga sering diistilahkan dengan pendidikan relreasi, tujuan utamanya adalah mendidik orang dalam bagaimana memanfaatkan waktu senggang mereka. (htpp://www.pengertianahli.com,11 Juni 2014).

F. Lingkungan

(57)

pemahamannya. Tergantung kebutuhan, lingkungan dapat diklasifikasilan dengan berbagai cara sebagai berikut :

1. Lingkungan yang hidup (biotis) dan lingkungan tidak hidup (abiotis). 2. Lingkungan alamiah, dan lingkungan bantuan (manusia).

3. Lingkungan prenatal dan lingkungan psikososial. 4. Lingkungan biosfisis dan lingkungan psikososial.

5. Lingkungan air (hydrosfir), lingkungan udara (atmosfir), lingkungan tanah (litosfir), lingkungan biologis (biosfir). Dan lingkungan sosial (sosiosfir).

6. Kombinasi dari klasifikasi-klasifikasi tersebut.

Bagaimanapun lingkungan itu dikelompokkan, pada prinsipnya lingkungan (air,udara,tanah,sosial dan lain-lain) tidak dapat dipisah-pisahkan, karena tidak mempunyai batas yang nyata dan merupakan suatu kesatuan ekosistem (Slamet, 2009).

G. Kebebasan Manusia

(58)

manusia hanya dapat timbul setelah kebebasan itu dapat diwujudkan dalam tindakan penguasaan dunia.

Istilah kebebasan dari segi etimologi adalah kata sifat berasal dari kata “bebas”, yang berarti merdeka, tak terkendali. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata “bebas” mempunyai arti lepas sama sekali, dalam arti tidak terhalang, tidak terganggu, sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, tiap-tiap anggota dapat mengungkapkan pendapatnya. Secara etimologi makna kebebasan, tidak dapat dipastikan artinya. Kata bebas menggambarkan pada suatu kondisi yang memungkinkan seseorang tidak terikat pada sesuatu hal yang lain, lepas dari kewajiban atau tuntutan yang lain, murni dilakukan oleh dirinya sendiri. Seseorang lebih cenderung menyatakan ia “bebas untuk”, daripada menyatakan ia “bebas dari” sesuatu. Dalam konteks kebebasan manusia, berarti ketiadapaksaan. Ada beberapa macam kebebasan dan paksaan, yaitu kebebasan fisik dan kebebasan moral, paksaan fisik dan paksaan moral. Kebebasan fisik berarti tiadanya paksaan fisik, sedangkan kebebasan moral adalah ketiadapaksaan moral atau hukum. Ketika seseorang merasa tertekan pada kondisi psikologisnya ia belum merasakan kebebasannya, karena kebebasan psikologis adalah ketiadapaksaan psikologis. Suatu paksaan psikologis dapat berupa kecenderungan kecenderungan yang memaksa seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu atau sebaliknya membuatnya tidak mungkin melakukan beberapa kegiatan tertentu.

(59)

pemahamannya sendiri dan menyatakan apa yang dikatakan olehnya dan juga ia mengetahui mengapa ia menyatakannya, dengan dibandingkan dengan seseorang yang dangkal pemikirannya, yang selalu ikut-ikutan dan hanya mengulangi apa yang dikatakan orang lain. Kebebasan manusia akan berhadapan pada suatu batas. Hal ini yang kemudian mengharuskan seseorang untuk memutuskan sebuah pilihan. Pada saat manusia memilih atau jatuhnya keputusan munculah ke”aku”an manusia, karena pada dasarnya manusia merealisir diri secara otonom sejak pertama ia meng-aku-i dirinya sendiri. Ia menerima faktisitasnya sendiri dan menjadi dirinya sendiri dengan keunikannya. Ia bersifat otonom dan berdikari.

(60)

menciptakan dirinya sendiri sebagai majikannya. Artinya bagaimana manusia sebagai individu yang mempunyai totalitas untuk mampu melakukan secara total hubungan dengan dunia, mampu melihat, mendengar, berfikir dan berkehendak. (http://www.referensimakalah.com, 27 Oktober 2014)

2.3. Uraian Pengertian BUMN

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan barang/jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati oleh swasta. Disamping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut membantu pembangunan usaha kecil atau koperasi. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, deviden dan hasil privatisasi.

(61)

interest(orientasinya pada kepentingan masyarakat). Dengan demikian disadari bahwa posisi perusahaan-perusahaan BUMN ini ibarat memiliki dua sisi mata uang. Disatu sisi berperan sebagai institute bisnis dan sisi lainnya berperan sebagai institute sosial karena merupakan alat negara.

Undang-Undang No. 19 tahun 2003 yang merupakan ketentuan perundangan terbaru menyatakan, mengenai BUMN dikenal dua bentuk badan usaha milik negara yaitu Usaha Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki negara yang tujuan utamanya mencari keuntungan. Sedangkan perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan atau jasa sekaligus mengejar keuntungan.

Praktek tanggung jawab sosial oleh BUMN sungguh menarik untuk dikaji. Salah satunya disebabkan oleh faktor pembeda dibandingkan dengan perusahaan non BUMN yang secara normatif mendukung kegiatan kedermawanan sosial. Faktor pembeda itu adalah terdapatnya instrumen pemaksa berupa kebijakan pemerintah. Melalui instrumen yang bersifat imperatifini suka atau tidak suka, mau ataupun tidak mau, implementasi CSR merupakan hal yang mandatory bagi BUMN. Bahkan sangat dimungkinkan bahwa potensi pemberian donasi sosial perusahaan-perusahaan BUMN lebih besar dibandingkan perusahaan swasta.

Gambar

Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.13
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara  Pancasila sebagai dasar dan ideologi

- Kehidupan fizikal (Seseorang guru harus tahu teknik yang berkesan untuk menangani stress terutamanya menjelang peperiksaan pelajar dan pertukaran pentadbiran di

Secara istilah pengertian esai menjadi sangat beragam, namun intinya esai merupakan usaha atau upaya yang dilakukan untuk dapat mengkomunikasikan

Masuk kan t elur dan aduk- aduk, t am bahkan nasi put ih, saus t om at , dan kecap asin, aduk rat a di at as api, angkat... .:: TABLOID NOVA - VARIASI RASA DAN GAYA

Saudara atau yang diberi kuasa membawa berkas asli dan 1 (satu) copy dokumen penawaran beserta kelengkapan dokumen kualifikasi sesuai isian tabel kualifikasi yang

[r]

Untuk keperluan tersebut Penyedia diharapkan membawa berkas Penawaran Asli dan Copy beserta dokumen pendukungnya. Demikian undangan ini disampaikan, atas perhatian dan

Here, we estimate the value of natural biological control of the soybean aphid, a major pest in agricultural landscapes, and the economic impacts of reduced biocontrol caused