• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Ransum Berbasis Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung Dan Pucuk Batang Ubi Kayu Dengan Penambahan STarbio Terhadap Analisis Usaha Domba Sei Putih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Ransum Berbasis Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung Dan Pucuk Batang Ubi Kayu Dengan Penambahan STarbio Terhadap Analisis Usaha Domba Sei Putih"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

UJI RANSUM BERBASIS PUCUK BATANG TEBU, PUCUK BATANG JAGUNG DAN PUCUK BATANG UBI KAYU DENGAN PENAMBAHAN

STARBIO TERHADAP ANALISIS USAHA DOMBA SEI PUTIH

SKRIPSI

OLEH

ELVIN FERDIANSYAH 050306032

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UJI RANSUM BERBASIS PUCUK BATANG TEBU, PUCUK BATANG JAGUNG DAN PUCUK BATANG UBI KAYU DENGAN PENAMBAHAN

STARBIO TERHADAP ANALISIS USAHA DOMBA SEI PUTIH

SKRIPSI

OLEH

ELVIN FERDIANSYAH 050306032

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : Uji Ransum Berbasis Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk Batang Ubi Kayu dengan Penambahan Starbio Terhadap Analisis Usaha Domba Sei Putih

Nama : Elvin Ferdiansyah

NIM : 050306032

Departemen : Peternakan

Disetujui Oleh Komisi Pembiming

(Ir.Roeswandy) (Ir. Iskandar Sembiring, MM)

Ketua Anggota

Mengetehui,

(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP) Ketua Departemen Peternakan

(4)

ABSTRAK

ELVIN FERDIANSYAH : Uji Ransum Berbasis Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung, Pucuk Batang Ubi Kayu dengan Penambahan Starbio Terhadap Analisis Usaha Domba Sei Putih. Dibawah bimbingan Bapak ROESWANDY sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak ISKANDAR SEMBIRING sebagai anggota komisi pembimbing.

Persaingan yang tinggi dalam memperoleh hijauan pakan ternak menyebabkan peternak kesulitan dalam mencukupi kebutuhan ternak akan hijauan. Untuk itulah perlu dicari suatu pakan alternatif yang baru yang dapat menggantikan hijauan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pucuk tebu, pucuk batang jagung, pucuk batang daun ubi kayu dengan penambahan starbio terhadap analisis usaha domba sei putih. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuannya adalah P1 = pakan dengan pucuk tebu, P2 = pakan

dengan batang jagung dan P3 = pakan dengan pucuk batang daun ubi kayu. Hasil

penelitian menunjukan bahwa penggunaan pucuk tebu, pucuk batang jagung, pucuk batang daun ubi kayu dengan penambahan starbio layak digunakan dalam usaha peternakan domba sei putih.

(5)

ABSTRACT

ELVIN FERDIANSYAH : The Sugarcane top, Corn Straw, and Cassava

Leaf based Ration Test by Starbio addition on Analysis of Sheep Management, in Sei Putih, under instruction of Mr.Roerwandy as chief comission of academic supervisor and Mr.iskandar Sembiring as Co-mission of academic supervisor.

The high competition in winning the green ration of livestock has placed the animal keepers in difficulty to meet the need of livestock for green materials. For the reason, it is very important to seek new alternative of ration to replace the green materials.

The objective of research would ne to know the effect of using sugar cane tip, corn stem tip, cassava stem tip by audition of starbio on analysis of sheep management in Sei Putih. This research used complete random sampling design with three treatments and six replications. The treatments were P1 = The ration with sugar cane tip, P2 = ration with corn stem tip P3 = ration with cassava stem tip. The result of research indicated that the application of sugar cane stem tip, corn stem tip, and cassava stem tip with addition of starbio were feasible to use in sheep management of Sei Putih

(6)

RIWAYAT HIDUP

ELVIN FERDIANSYAH, dilahirkan di Binjai pada tanggal 29 Desember

1987, anak tunggal dari ayahanda H. Rapanis dan Ibunda Hj. Masnida yang

beragama Islam.

Pada tahun 1992 penulis memasuki taman kanak-kanak aisyah, lulus tahun

1993. Tahun 1993 memasuki SD 020260 Binjai, lulus tahun 1999. Tahun 1999

memasuki MTsN Binjai, lulus tahun 2002. tahun 2002 mamasuki SMUN 1 Binjai,

lulus tahun 2005. tahun 2005 memasuki Universitas Sumatera Utara, Fakultas

Pertanian, Departemen Ilmu Produksi Ternak melalui jalur SPMB.

Selama kuliah penulis menjadi Bendahara HIMMIP Tahun 2006-2007,

mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi

Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).

Pada bulan Juli 2008 penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

kabupaten Simalungun. Pada bulan September 2009 penulis melakukan penelitian

di Laboratorium Ilmu Biologi Ternak, Departemen Peternakan, Universitas

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Adapun judul skripsi saya ini adalah “UjiRansum Berbasis Pucuk Batang

Tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk Batang Daun Ubi Kayu dengan

Penambahan Starbio Terhadap Analisis Usaha Domba Sei Putih”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa,

semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini.

Kepada Bapak Ir. Roeswandy selaku ketua komisi pembimbing dan

Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan arahan dalam penulisan skripsi dan semua pihak yang ikut

membantu.

Semoga skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi penelitian dan

ilmu pengetahuan serta pelaku usaha bidang peternakan.

Medan, Agustus 2010

(8)

DAFTAR ISI

Peranan Pakan dan Konsentrat untuk Domba ... 5

Batang Jagung ... 7

Batang Daun Ubi Kayu ... 7

Pucuk Tebu (Saccharum officinarum) ... 8

Dedak Padi ... 9

Total Hasil Produksi (Penerimaan dan Pendapatan) ... 16

(9)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Pelaksanaan Penelitian... ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biaya Perlengkapan Kandang... ... 34

Total Hasil Produksi... ... 36

Penjualan Domba Sei Putih... ... 36

Penjualan Kotoran Domba Sei Putih... ... 38

Feses... ... 38

Urine... ... 38

Analisis Keuntungan (Laba/Rugi)... ... 40

Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)... ... 42

Break Even Point (BEP)... ... 43

BEP Harga Produksi... ... 43

BEP Volume Produksi... 44

IOFC (Income Over Feed Cost)... ... 45

Rekapitulasi Analisis Usaha... ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... ... 50

Saran ... ... 50 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba ... 6

2. Kandungan nilai gizi pucuk batang jagung ... 7

3. Kandungan gizi pucuk batang daun ubi kayu ... 8

4. Kandungan nilai gizi tebu ... 9

5. Kandungan nilai gizi dedak padi ... 9

6. Kandungan nilai gizi ampas tahu ... 10

7. Kandungan nilai gizi molases ... 11

8. Kandungan nilai gizi bungkil kelapa ... 11

9. Bobot badan awal domba (kg/ekor) ... 26

10. Biaya bibit domba (Rp) ... 27

11. Harga bahan pakan ... 28

12. Biaya pakan perlakuan P1 ... 28

13. Biaya pakan perlakuan P2 ... 28

14. Biaya pakan perlakuan P3 ... 29

15. Total konsumsi pakan domba selama penelitian (kg/ekor) ... 29

16. Biaya konsumsi pakan domba selama penelitian (Rp)... 30

17. Biaya tenaga kerja selama penelitian... 31

18. Biaya sewa kandang selama penelitian ... 32

19. Harga obat dan peralatan yang digunakan selama penelitian... 32

20. Biaya pemberian kalbazen selama penelitian (Rp/ekor)... 33

(11)

22. Total biaya obat-obatan dan peralatan... 33

23. Biaya obat-obatan dan peralatan (Rp/ekor)... ... 34

24. Biaya perlengkapan kandang selama penelitian /3 bulan... .... 34

25. biaya perlengkapan kandang /ekor (Rp/ekor)... 35

26. Total biaya produksi... 35

27. Total biaya produksi /ekor... 36

28. Harga jual domba (Rp/kg)... 37

29. Harga jual feses domba (Rp/kg)... 38

30. Harga jual urine (Rp/ekor)... 39

31. Total hasil produksi... 39

32. Total hasil produksi /ekor (Rp/ekor)... 40

33. Keuntungan (laba – rugi ) tiap level perlakuan... 41

34. B/C tiap level perlakuan... 43

35. BEP harga produsi tiap level perlakuan... 44

36. BEP volume produksi tiap level perlakuan... 44

37. IOFC tiap level perlakuan... 45

38. Analisis usaha perlakuan P1... ... 46

39. Analisis usaha perlakuan P2... . 47

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

Gambar 1. Diagram Garis Keuntungan Laba Rugi ... 41

Gambar 2. Diagram garis B/C Ratio Tiap Level Perlakuan Pakan……… 42

Gambar 3. Diagram Garis BEP Harga Produksi……… 43

Gambar 4. Diagram Garis BEP Volume Produksi………..… 45

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Biaya pakan perlakuan P1 ... 55

2. Biaya pakan perlakuan P2 ... 55

3. Biaya pakan perlakuan P3 ... 55

4. Total konsumsi pakan domba selama penelitian (kg/ekor) ... 56

5. Biaya konsumsi pakan domba selama penelitian (Rp) ... 57

6. Biaya bibit (Rp/ekor) ... 58

7. Biaya tenaga kerja selama penelitian (Rp) ... 59

8. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp) ... 60

9. Total biaya obat-obatan ... 61

10. Biaya perlengkapan kandang per ekor domba (Rp/ekor) ... 61

11. Total biaya produksi (Rp) ... 61

12. Harga jual feses domba (Rp/ekor) ... 62

13. Harga jual urine domba (Rp/ekor) ... 62

14. Total hasil produksi per ekor domba (Rp/ekor) ... 63

15. Keuntungan (laba – rugi) tiap level perlakuan (Rp) ... 64

16. B/C ratio tiap level perlakuan pakan ... 64

17. BEP harga produksi tiap level perlakuan (Rp)... 64

18. BEP volume produksi tiap level perlakuan (Rp) ... 65

19. IOFC (Income Over Feed Cost) tiap level perlakuan (Rp) ... 65

20. Data bobot badan domba sei putih selama penelitian (g/ekor/minggu) ... 66

(14)

22. Biaya konsumsi pakan domba sei putih selama penelitian (Rp/ekor) ... 68

23. Total penggunaan kalbazen selama penelitian (ml/ekor) ... 69

24. Penggunaan vit. B kompleks selama penelitian (ml/ekor) ... 69

25. Rataan IOFC analisis usaha domba sei putih... 70

26. Analisis keragaman IOFC... ... 70

27. Analisis usaha perlakuan P1 ... 71

28. Analisis usaha perlakuan P2 ... 72

(15)

ABSTRAK

ELVIN FERDIANSYAH : Uji Ransum Berbasis Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung, Pucuk Batang Ubi Kayu dengan Penambahan Starbio Terhadap Analisis Usaha Domba Sei Putih. Dibawah bimbingan Bapak ROESWANDY sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak ISKANDAR SEMBIRING sebagai anggota komisi pembimbing.

Persaingan yang tinggi dalam memperoleh hijauan pakan ternak menyebabkan peternak kesulitan dalam mencukupi kebutuhan ternak akan hijauan. Untuk itulah perlu dicari suatu pakan alternatif yang baru yang dapat menggantikan hijauan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pucuk tebu, pucuk batang jagung, pucuk batang daun ubi kayu dengan penambahan starbio terhadap analisis usaha domba sei putih. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuannya adalah P1 = pakan dengan pucuk tebu, P2 = pakan

dengan batang jagung dan P3 = pakan dengan pucuk batang daun ubi kayu. Hasil

penelitian menunjukan bahwa penggunaan pucuk tebu, pucuk batang jagung, pucuk batang daun ubi kayu dengan penambahan starbio layak digunakan dalam usaha peternakan domba sei putih.

(16)

ABSTRACT

ELVIN FERDIANSYAH : The Sugarcane top, Corn Straw, and Cassava

Leaf based Ration Test by Starbio addition on Analysis of Sheep Management, in Sei Putih, under instruction of Mr.Roerwandy as chief comission of academic supervisor and Mr.iskandar Sembiring as Co-mission of academic supervisor.

The high competition in winning the green ration of livestock has placed the animal keepers in difficulty to meet the need of livestock for green materials. For the reason, it is very important to seek new alternative of ration to replace the green materials.

The objective of research would ne to know the effect of using sugar cane tip, corn stem tip, cassava stem tip by audition of starbio on analysis of sheep management in Sei Putih. This research used complete random sampling design with three treatments and six replications. The treatments were P1 = The ration with sugar cane tip, P2 = ration with corn stem tip P3 = ration with cassava stem tip. The result of research indicated that the application of sugar cane stem tip, corn stem tip, and cassava stem tip with addition of starbio were feasible to use in sheep management of Sei Putih

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam pembangunan dewasa ini jumlah penduduk semakin meningkat

juga tingkat pendapatan dan pengetahuan / kapita, maka terjadi pergeseran

permintaan terhadap daging berkualitas baik. Konsumsi protein hewani

masyarakat Indonesia pada saat sekarang ini sebesar 4, 19 g / kapita / hari setara

dengan daging sebesar 5,25 kg, telur 3,5 kg dan susu 5,5 kg / kapita / tahun,

sedangkan konsumsi protein hewani masyarakat Sumatera Utara baru dapat

memenuhi standar kebutuhan telur, sedangkan susu sangat rendah konsumsinya

(Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2007).

Lebih dari 90% usaha peternakan domba di Indonesia merupakan usaha

peternakan rakyat dengan skala kepemilikan 2-5 ekor. Pada masa mendatang,

diharapkan terjadi pergeseran skala tipe usaha peternakan rakyat karena industri

peternakan yang lebih besar skala kepemilikan dombanya.

Untuk mendirikan usaha peternakan pada saat sekarang ini terdapat

kendala berupa ketersediaan pakan hijauan yang terbatas terlebih lagi pada saat

musim kemarau, sehingga digunakan pakan alternatif berupa limbah pertanian

yang terdiri dari Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk Batang Ubi

kayu dimana bahan pakan ini bersifat kontiniu.

Namun penggunaan Pucuk Batang tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk

Batang Ubi kayu tersebut sebagai bahan baku pakan mempunyai beberapa

kendala yaitu berkualitas rendah dan mengandung serat kasar yang tinggi.

(18)

menurunkan kadar serat kasarnya sehingga kandungan nutrisinya dapat diserap

oleh ternak.

Inovasi yang digunakan berupa penambahan starbio kedalam pakan

ternak, starbio berfungsi untuk mendegradasi selulosa, hemiselulosa serta lignin

sehingga kadar serat kasar pakan yang berasal dari limbah pertanian tersebut

dapat menurun.

Dengan demikian starbio dapat mengubah limbah pertanian yang harganya

murah dan bernilai gizi rendah menjadi bahan pakan yang bernilai gizi tinggi yang

berguna untuk pertumbuhan dan produksi.

Berdasarkan pemikiran diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas ransum yang berbasis limbah

pertanian (Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk Batang Ubi

kayu) dengan penambahan starbio pada usaha beternak domba.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas ransum yang berbasis

limbah pertanian (Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk Batang

Ubi kayu) dengan penambahan starbio pada usaha beternak domba Sei Putih.

Hipotesis Penelitian

Limbah pertanian (Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk

Batang Ubi kayu) dengan penambahan starbio sebagai pakan ternak dapat

(19)

Kegunaan Penelitian

Sebagai landasan rekomendasi bagi peternak domba, masyarakat atau

instansi terkait dengan penggunaan ransum yang berbasis limbah pertanian

(Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk Batang Ubi kayu) dengan

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Domba

Domba diklasifikasikan sebagai hewan herbivora (pemakan hijauan)

karena pakan utamanya adalah hijauan yang berupa rumput dan legum. Domba

juga merupakan hewan mamalia, karena menyusui anak-anaknya. Sistem

pencernaan pakan yang khas di dalam rumen menyebabkan domba juga

digolongkan sebagai ternak ruminansia. Sistem pencernaan yang khas inilah yang

menyebabkan domba mampu mengkonversi pakan-pakan berkualitas rendah

menjadi produk bergizi tinggi, seperti daging dan susu, serta hasil ikutan yang

berkualitas tinggi, seperti kulit dan wol (Sodiq dan Abidin, 2002).

Domba Sei Putih

Domba Sei Putih adalah bangsa domba yang diperoleh dari persilangan

yang dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Ternak (SBPT) Sei Putih Galang,

Sumatera Utara bekerja sama dengan Small Ruminant - Collaborative Research

Support Program (SR - CRSP) sejak tahun 1986. Komposisi darahnya adalah

50% domba lokal Sumatera, 25% domba St. Croix (Virgin Island) dan 25%

domba Barbados Blackbelly (Gatenby dkk., 1995).

Koefisien teknis domba Sei Putih (Hair Sheep) : Jumlah anak per

kelahiran (litter size) adalah 1.35, interval beranak (lambing interval) adalah 8

bulan, mortalitas anak (lamb - mortality) adalah 15%, produksi anak per induk

(lamb production per ewe) adalah 1,7 per tahun yang merupakan perkalian dari

litter size dengan angka persentase anak yang hidup dibagi dengan lambing

(21)

Domba Sei Putih adalah domba unggul hasil persilangan antara domba

lokal Sumatera, domba St. croix (USA) dan domba Barbados Blackbelly (USA).

Kelebihan domba Sei Putih : Mampu beradaptasi pada lingkungan tropis dan

lembab, siklus reproduksi sepanjang tahun dan mempunyai laju pertumbuhan

yang baik (101 gram/hari)

Peranan Pakan dan Konsentrat untuk Domba

Pakan bagi ternak domba dari sudut nutrisi merupakan salah satu unsur

yang sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi

ternak. Makanan sangat esensial bagi ternak domba karena makanan yang baik

akan menjadikan ternak sanggup melaksanakan kegiatan serta fungsi proses

ilmiah tubuh secara normal. Dalam batas minimal, makanan bagi ternak domba

berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan membuat energi,

sehingga mampu melakukan peran dalam proses metabolisme (Murtidjo, 1993).

Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh

kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat

tergantung pada jenis ternak, umur, fase, pertumbuhan (dewasa, bunting,

menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya

(temperatur, kelembaban, nisbah) serta berat badannya. Jadi setiap ternak yang

berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997).

Pemeliharaan domba yang efisien dan ekonomis untuk maksud

pembibitan, penggemukan, peningkatan persentase kelahiran dan cepat tumbuh

berpangkal pada pemberian pakan. Memang dalam hal ini, jumlah pakan dan

mutu pakan yang baik tidak bisa merubah tubuh domba yang secara genetik

(22)

dan mutu yang rendah tidak akan mampu menumbuhkan karkas sesuai dengan

sifat genetik yang dimiliki ternak tersebut. Kebutuhan pakan yang dimaksud

adalah zat makanan seperti lemak, protein, karbohidrat, vitamin-vitamin, mineral

dan air (Soeparno, 1994).

Pakan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi produktivitas

ternak. Kondisi pakan baik kualitas maupun kuantitas yang tidak mencukupi

kebutuhan akan menyebabkan produktivitas ternak menjadi rendah yang

ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang lambat serta bobot badan yang rendah

(Martawidjaya dkk., 1999).

Tabel 1. Kebutuhan harian zat - zat makanan untuk ternak domba

BB

Bahan baku pakan yang dapat diberikan pada domba terdiri dari dua jenis

yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan bahan makanan kasae yang

terdiri dari hijauan yang dapat berupa rumput lapangan, limbah hasil pertanian,

rumput jenis unggul yang telah diintroduksikan, juga beberapa jenis leguminosa.

Sedangkan konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan yang

kaya Karbohidrat Protein. Konsentrat untuk ternak domba biasanya disebut pakan

penguat yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah

dicerna (Murtidjo, 1993).

Tujuan suplementasi pakan penguat (konsentrat) dalam pakan domba

(23)

menambah unsur pakan yang defisiensi serta meningkatkan konsumsi dan

pencernaan pakan (Murtidjo, 1993).

Pucuk Batang Jagung

Menurut Reksohadiprodjo dkk. (1979) disitasi Jamarun (1991) bahwa

daun jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buah dipanen pada

waktu muda dan dapat diberikan pada ternak baik dalam bentuk segar maupun

dalam bentuk kering. Pemanfaatan batang jagung sebagai pakan ternak telah

dilakukan terutama untuk ternak kerbau, sapi, kambing dan domba.

Tanaman jagung banyak sekali gunanya, hampir seluruh bagian tanaman

dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Batang dan daun tanaman

yang masih muda bisa digunakan untuk pakan ternak (Warisno, 1998).

Tabel 2. Kandungan nilai gizi pucuk batang jagung

Kandungan Zat Kadar Zat

Bahan kering (%) 63.21 a

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

c. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih (2009)

Pucuk Batang Ubi Kayu

Pucuk Batang Ubi kayu merupakan sumber protein bagi berbagai jenis

ternak ruminansia, daun ubi kayu selain kaya akan protein juga kaya akan vitamin

seperti caroten, vitamin B, vitamin B2, dan vitamin C (Cahyono, 1998).

Hijauan daun ubi kayu, penggunaannya harus dilayukan semalam atau

(24)

tidak meracuni ternak, dengan pengolahan yang sederhana ini racun dapat

berkurang atau hilang sehingga ternak akan menyukainya (Cahyono, 1998).

Tabel 3. Kandungan nilai gizi daun ubi kayu

Kandungan Zat Kadar Zat

Bahan kering (%) 74.92 a

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

c. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih (2009)

Pucuk Batang Tebu (Saccharum officinarum)

Persepsi kita tanaman tebu hanya sebagai bahan baku pembuatan gula.

Ternyata hampir semua bagian tebu dapat digunakan terutama sebagai sumber

hijauan pakan ternak atau campuran bahan pakan dengan bahan lain. Contohnya

hasil ikutan berupa pucuk batang tebu dapat langsung dimanfaatkan sebagai pakan

ternak (Ensminger et al., 1990).

Penggunaan hasil ikutan dan hasil olahan tanaman tebu pada saat musim

kemarau adalah pilihan tepat dan efektif. Karena tanaman tebu mudah diperoleh,

boleh dalam bentuk tunggal maupun bahan pelengkap pada pembuatan pakan

lengkap untuk ternak ruminansia (Dwiyanto dkk., 2001).

Tabel 4. Kandungan nilai gizi pucuk tebu

Kandungan Zat Kadar Zat

(25)

Protein kasar (%) 5.47 a

TDN (%) 53 b

Serat kasar (%) 17.71 a

Lemak kasar (%) 2.49 a

Energi metabolis (Mcal) 3.94 c

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

c. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih (2009)

Dedak Padi

Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras

dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dan pengayakan hasil

ikutan dari penumbuhan padi (Parakkasi, 1985). Sedangkan dedak padi menurut

Rasyaf (1992) dedak merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah

menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tidak tebal, tapi tercampur

dengan bagian penutup beras. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau

rendahnya kandungan serat kasar dedak. Bila dilihat dari asal-usul pengolahan

gabah menjadi beras wajar bila kandungan serat kasar yang dikandung itu tinggi.

Tabel 5. Kandungan nilai gizi dedak padi

Kandungan Zat Kadar Zat

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

(26)

Meskipun disebut ampas tahu tetapi ternyata ampas tahu ini masih berguna

bagi manusia maupun hewan peliharaan. Memang kandungan gizinya sudah amat

tipis sekali karena sudah diperas habis - habisan. Karena sifat ampas tahu itu cepat

basi atau berbau kurang sedap bila tidak segera dihabiskan, haruslah dijemur

hingga kering. Ampas yang telah kering dapat disimpan dalam waktu lama

(Katyanto, 1982).

Tabel 6. Kandungan nilai gizi ampas tahu

Kandungan Zat Kadar Zat

Bahan kering (%) 89.26 a

Protein kasar (%) 19.03 a

TDN (%) 79 b

Serat kasar (%) 20.44 a

Lemak kasar (%) 5.64 a

Energi metabolis (Mcal) 5.08 a

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

Molases

Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi

gula. Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan

karbohidrat, protein dan mineral protein cukup tinggi, sehingga bisa juga

digunakan untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung.

Disamping harganya murah, kelebihan tetes tebu adalah terletak pada aroma dan

rasanya. Oleh karena itu apabila dicampur dalam ransum maka akan bisa

memperbaiki aroma dan rasanya (Hasan dan Ishida, 1992).

(27)

Kandungan Zat Kadar Zat

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah bahan pakan tenak yang berasal dari sisa

pembuatan minyak kelapa. Bahan pakan ini mengandung protein nabati dan

sangat potensial untuk meningkatkan kualitas karkas (Parakkasi, 1995).

Kandungan nilai gizi bungkil kelapa dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kandungan nilai gizi bungkil kelapa

Kandungan Zat Kadar Zat

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)

Urea

Urea yang ditambahkan dalam ransum ruminansia dengan kadar yang

berbeda - beda, ternyata dirombak menjadi protein oleh mikroorganisme rumen.

Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi di dalam

sistem pencernaan ruminansia. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak

positif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna. Urea bila

diberikan kepada ruminansia akan melengkapi sebagian dari kebutuhan protein,

karena dapat disintesis menjadi protein oleh mikroorganisme dalam rumen

(Anggorodi, 1984). Menurut yang dilaporkan Basir (1990) selain meningkatkan

(28)

butir-butiran. Urea juga dapat memenuhi kebutuhan protein untuk pertumbuhan pada

produksi ternak ruminansia.

Garam

Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl) dimana selain

berfungsi sebagai mineral juga berfungsi sebagai pembatas konsumsi yang

berlebihan bagi ternak karena adanya rasa asin (Pardede dan Asmira, 1997).

Garam dapur ditambahkan sebanyak 0,5% untuk meningkatkan tingkat

konsumsi konsentrat berenergi tinggi sampai menjadi 1,25 - 1,75 kg/ekor/hari.

Semula pengaruhnya terlihat meningkatkan konsumsi kemudian menurunkan

sampai jumlah yang dikehendaki (Parakkasi, 1995).

Probiotik Starbio

Probiotik starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi)

yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun - daun atau

ranting - ranting yang dibusukkan, dalam koloni tersebut terdapat mikroba khusus

yang memiliki fungsi yang berbeda, misalnya Cellumonas clostridium

thermocellulosa (pencerna lemak), Agricus dan Coprinus (pencerna lignin), serta

Klebssiella dan Azozpirillum transiliensis (pencerna protein). Probiotik starbio

merupakan probiotik anaerob penghasil enzim pemecah karbohidrat (selulosa,

hemiselulosa, lignin) dan protein serta lemak. Manfaat starbio dalam ransum

ternak adalah meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi

penggunaan ransum. Starbio juga dapat menghilangkan bau kotoran ternak.

(29)

1. Mikroba Proteolitik

6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa

diformulasikan : Nitrosomonas / Nitrobacter / Nitrospira / Nitrosococcus /

Nitrosolobus.

2. Mikroba Lignolitik

6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa

diformulasikan : Clavaria dendroidea / Clitocybe alexandri / Hypoloma

fasculare.

3. Mikroba Nitrogen

4 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa

diformulasikan : Azotobacter Spp. / Bayerinkya Spp. / Clostridium

pasteiriuanum / Nostoc Spp. / Anabaena Spp. / Tolypothix Spp. / Spirilium

lipoferum.

4. Mikroba Selulotik

8 x 108 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa

diformulasikan : Trichoderma polysporeum / Trichoderma viridae /

Cellulomonas ocidula / Bacillus cellulose disolven.

5. Mikroba Lipolitik

5 x 108 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa

diformulasikan : Spirillium liporerum.

(Lembah hijau Multifarm, 2008).

(30)

1. Menurunkan Biaya Pakan

Mikroba yang terdapat dalam starbio akan membantu pencernaan pakan

dalam tubuh ternak, membantu penyerapan lebih banyak sehingga pertumbuhan

ternak lebih cepat dan produksi dapat meningkat. Hasilnya FCR (Feed Convertion

Ratio) akan menurun sehingga biaya pakan lebih murah.

2. Mengurangi Bau Kotoran Ternak

Pakan yang dicampur dengan starbio akan meningkatkan kecernaan

penyerapan sehingga : Kotoran ternak (feses) lebih sedikit kering dan kandungan

amonia dalam kotoran ternak akan menurun sampai 50%

Akhirnya daya ketahanan tubuh ternak akan meningkat dan kondisi ternak

akan lebih segar, karena kontamionasi lalat lebih sedikit. Peternak dan

lingkungannya akan lebih nyaman, tidak terganggu dengan kotoran ternak

(Lembah Hijau Multifarm, 2008).

Lebih lanjut, dikatakan juga bahwa penggunaan starbio pada pakan

mengakibatkan bakteri yang ada pada starbio akan membantu memecahkan

struktur jaringan yang sulit terurai sehinga lebih banyak nutrisi yang dapat diserap

dan ditranformasikan ke produk ternak. Selain itu produktivitas ternak akan

meningkat, bahkan lebih banyak zat nutrisi yang dapat diuraikan dan diserap,

Sartika et al. (1994) melaporkan bahwa hasil analisa proksimat probiotik starbio

mengandung : 19,12% air, 10,42% protein, 0,11% lemak kasar, 8,37% serat kasar

dan 51,54% abu.

(31)

Total Biaya Produksi

Dalam usaha penggemukan domba yang berorientasi bisnis, pencatatan

mutlak perlu dilakukan. Tujuannya adalah agar peternak atau pengusaha dapat

mengadakan evaluasi terhadap bidang usahanya, sehingga potensi-potensi

kejadian yang tidak diinginkan, seperti terjadinya kerugian besar, bisa terhindar

sejak dini. Selain itu analisis mengenai efisiensi usaha bisa terus dilakukan,

sehingga usaha bisa berjalan lebih efisien dari waktu ke waktu, yang secara

keseluruhan akan semakin meningkatkan jumlah keuntungan.

Pencatatan perlu untuk dua pos besar, yaitu pos pengeluaran atau biaya

dan pos pendapatan. Pengeluaran atau biaya dibagi menjadi dua bagian, yaitu

biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

a) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap diartikan sebagai biaya yang besarnya tetap, walaupun hasil

produksinya berubah sampai batas tertentu. Termasuk dalam biaya tetap ini

adalah sewa lahan, pembuatan kandang, pembelian peralatan dan tenaga kerja.

b) Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah jika

hasil produksinya berubah. Termasuk dalam biaya ini adalah biaya pembelian

domba bakalan dan biaya pakan. Biaya pembelian domba bakalan dikatakan

sebagai biaya variabel karena biaya tersebut sangat tergantung pada unit domba

bakalan yang dibeli dan digemukkan (Sodiq dan Abidin, 2002).

(32)

Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh

suatu usaha, baik yang berupa hasil pokok (penjualan domba yang sudah

digemukkan) maupun hasil sampingan (penjualan pupuk kandang)

(Sodiq dan Abidin, 2002).

(Murtidjo, 1993), menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai produk

total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak

dijual. Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa penerimaan merupakan

hasil perkalian dari produksi total dengan harga peroleh satuan. Produksi total

adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada tingkat

usahatani atau harga jual petani.

Penerimaan dalam usahatani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan

selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan

dengan biaya produksi (Tohir, 1991).

Menurut Gunawan dkk. (1993) menyebutkan bahwa dalam analisis

pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan

pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa

tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan

keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis

pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.

Pane dan Ismed (1986) yang mengatakan bahwa pakan sebagai salah satu

faktor yang mempengaruhi pendapatan selain memiliki kandungan nutrisi yang

cukup juga harus ekonomis.

(33)

Keuntungan (laba) suatu usaha secara metematis dapat dituliskan

K = TR – TC dimana K = Keuntungan, TR = Total penerimaan dan

TC = Total pengeluaran (Soekartawi dkk., 1995) mendefinisikan laba sebagai

nilai maksimum yang dapat didistribusikan oleh suatu satuan usaha dalam suatu

periode. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai tingkat keuntungan atau

kerugian suatu usaha, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pencatatan, baik

untuk pos - pos pengeluaran (biaya) maupun pos-pos pendapatan. Sekecil apapun

biaya dan pendapatan tersebut harus dicatat.

Memperoleh suatu laba (keuntungan) dari setiap usaha adalah suatu

sasaran dalam berusaha. Jadi, jika merencanakan suatu usaha walaupun sederhana

sekalipun diperlukan analisa ekonomi dengan harapan mendapatkan keuntungan.

Ini tidak terlepas dari modal saja tetapi juga manajemen dan pemasaran hasil

produksi. Padahal tujuan perusahaan pada umumnya adalah mendapatkan laba

(keuntungan), menampung tenaga kerja, menaikkan pendapatan masyarakat dan

daerah, serta melangsungkan hidup dan usaha ternak tersebut

(Karo - karo et al., 1995).

Bila dalam suatu usaha peternakan dapat mengontrol konsumsi harga

pakan serendah mungkin tanpa mengabaikan kualitas dari pakan tersebut maka

akan diperoleh keuntungan dari usaha peternakan tersebut (Murtidjo, 1993).

Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh

suatu usaha, baik yang berupa basil pokok (penjualan domba yang digemukkan)

(34)

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan

biaya yang dikeluarkan. Dimana B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan

total penerimaan (total revenue) dengan total pengeluaran (total cost),

Rahardi dkk. (1993) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu

usaha dapat digunakan parameter tingkat keuntungan dan kerugian suatu usaha

yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran,

dimana bila :

B/C Ratio lebih besar dari 1 : Efisien

B/C Ratio sama dengan 1 : Impas

B/C Ratio lebih kecil dari 1 : Tidak Efisien

Soekartawi dkk. (1995) menyatakan bahwa suatu usaha dapat dikatakan

memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio diatas 1 ( > 1 ). Semakin besar nilai B/C

Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai

B/C Ratio maka semakin tidak efisien usaha tersebut. Rumus untuk mencari B/C

Ratio dapat dituliskan sebagai berikut :

B/C Ratio = Output Input

Break Event Point (BEP)

Break event point (BEP) adalah kondisi dimana suatu usaha dinyatakan

tidak untung dan tidak rugi dan disebut titik impas. Jadi analisa BEP (break event

point) atau titik keseimbangan adalah suatu teknik yang digunakan seorang

manajer perusahaan yang mengetahui pada jumlah produksi berapa usaha yang

(35)

Menurut Rahardi dkk. (1993) BEP (break event point) dimaksudkan untuk

mengetahui titik impas (tidak untung dan juga tidak rugi) dari usaha bisnis yang

diusahakan tersebut. Jadi dalam keadaan tersebut pendapatan yang diperoleh sama

dengan modal usaha yang dikeluarkan.

Analisa ini merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antara beberapa variabel dalam kegiatan usaha, yang

menggambarkan posisi biaya total sama dengan penerimaan total. Dengan kata

lain, titik ini disebut titik impas.

Break Event Point (BEP) dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. BEP harga produksi, dimana diperoleh hasil pembagian total biaya produksi

dengan berat hidup domba (kg). Diperoleh dengan rumus :

BEP harga produksi = Total Biaya

Total Produksi

2. BEP volume produksi, dimana diperoleh dari hasil pembagian total biaya

produksi dengan harga domba (rupiah/kg). Diperoleh dengan rumus :

BEP volume produksi = Total Biaya

Total Satuan Hasil Produksi (Sodiq dan Abidin, 2002).

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan

dengan total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini

merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan

biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. Pendapatan merupakan

perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat

(36)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen

Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini

berlangsung selama tiga bulan yang dilaksanakan mulai dari bulan September

2009 sampai Desember 2009.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Domba Sei Putih jantan yang digunakan sebagai objek penelitian sebanyak

18 ekor dengan rataan bobot badan awal 14,27 kg ± 2,64. Bahan – bahan

perlakuan yang terdiri dari pucuk batang tebu, pucuk batang jagung, pucuk batang

ubi kayu, ampas tahu, dedak halus, probiotik starbio, molases, urea, garam,

bungkil kelapa. Obat - obatan yaitu obat cacing (kalbazen) dan vitamin B

kompleks yang diberikan setiap bulan. Rhodalon sebagai desinfektan yang

digunakan pada saat mencuci tempat pakan dan tempat minum. Air minum yang

diberikan secara ad libitum.

Alat

Kandang individual sebanyak 18 unit dengan ukuran 1 × 0,5 m beserta

perlengkapannya seperti ember sedang (18 buah) dan ember kecil (18 buah).

Timbangan digunakan untuk menimbang bobot hidup berkapasitas 50 kg dengan

kepekaan 2 kg. Timbangan berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk

(37)

Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

dengan perlakuan sebagai berikut :

P1 : Pakan perlakuan dengan menggunakan pucuk batang tebu

P2 : Pakan perlakuan dengan menggunakan batang jagung

P3 : Pakan perlakuan dengan menggunakan pucuk batang ubi kayu

Sedangkan ulangan didapat dari rumus :

t (n - 1) ≥ 15

3 (n - 1) ≥ 15

3n – 3 15

3n ≥ 18

n ≥ 6

Denah pemeliharaan yang dilaksanakan sebagai berikut :

P23 P21 P14

P12 P31 P32

P36 P35 P13

P24 P16 P34

P15 P11 P25

P33 P26 P22

Dimana : Perlakuan (P1, P2 dan P3)

Ulangan (1,2,3,4, 5 dan 6)

(38)

Total Biaya Produksi

Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, diperoleh dengan cara

menghitung : Biaya bibit, sewa kandang dan peralatan, biaya kandang, biaya

obat-obatan dan biaya tenaga kerja.

Total Hasil Produksi

Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang

dihasilkan dalam kegiatan ekonomi diperoleh dengan cara menghitung : Harga

jual domba, harga jual feses dan urine domba.

Analisis Laba/Rugi

Analisis dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tersebut rugi atau

menguntungkan dengan cara menghitung selisih antara total hasil produksi

dengan total biaya produksi.

K = TR – TC

Dimana :

K = Keuntungan (Laba/Rugi)

TR = Total Revenue/Total Penerimaan

TC = Total Cost/Total Pengeluaran

(39)

Benefit cost ratio diperoleh dengan cara membagikan total hasil produksi

dengan total biaya produksi.

B/C Ratio = Total Hasil Produksi Total Biaya Produksi

Break Even Point (BEP)

Break Even Point yaitu kondisi dimana suatu usaha dinyatakan tidak

untung dan tidak rugi atau ini disebut impas. Break Even Point dibagi dalam 2

bagian :

a. BEP harga produksi, diperoleh dengan cara membagikan total biaya produksi

dengan bobot badan setelah pemeliharaan.

BEP Harga Produksi (Rp) = Total Biaya Produksi

Bobot Badan Akhir (kg)

b. BEP volume produksi, diperoleh dengan cara membagikan total biaya produksi

dengan harga jual/kg nya.

BEP Volume Produksi (kg) = Total Biaya Produksi

Harga Jual Domba per kg

Income over feed cost (IOFC)

Income Over Feed Cost adalah selisih total pendapatan penjualan

pertambahan bobot badan sapi selama penelitian dengan biaya pakan yang

digunakan selama usaha penggemukan ternak.

IOFC = (BB Akhir – BB Awal x Harga Jual per kg) – (KP x HP)

Dimana :

KP = Konsumsi Pakan (kg)

(40)

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Kandang

Kandang dan semua peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan tempat minum dibersihkan dengan larutan desinfektan.

2. Pengolahan pucuk batang tebu, pucuk batang jagung dan pucuk batang

ubi kayu sebagai salah satu bahan pakan perlakuan

3. Pembuatan pakan perlakuan

Pembuatan pakan perlakuan menggunakan beberapa bahan antara lain :

Pucuk batang tebu, pucuk batang jagung, pucuk batang ubi kayu, ampas tahu,

dedak halus, probiotik starbio, molases, urea, garam, bungkil kelapa.

Komposisi setiap bahan yang akan digunakan sebagai percobaan disesuaikan

dengan perlakuan yang diberikan.

4. Pengacakan Domba

Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 18 ekor. Dilakukan

penimbangan domba untuk mengetahui rataab bobot badan domba.

Penempatan domba dengan sistem acak.

5. Pemberian Pakan dan Air Minum

Pakan perlakuan yang diberikan secara ad libitum. Sisa pakan ditimbang pada

waktu pagi hari keesokan harinya sesaat sebelum ternak diberi makan

kembali untuk mengetahui konsumsi ternak tersebut. Sebelum dilaksanakan

penelitian diberikan waktu untuk beradaptasi selama 4 minggu sedikit demi

sedikit. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum, air diganti setiap

harinya dan tempatnya dicuci bersih.

(41)

Ternak domba pertama masuk kandang diberikan obat cacing (kalbazen) dan

vitamin B kompleks sebelum penelitian dimulai. Pemberian dilakukan setiap

bulannya. Dimana dosis penggunaan kalbazen dan vitamin B kompleks

disesuaikan dengan bobot badan domba. Untuk pemberian kalbazen dengan

dosis 2ml/10 kg bobot badan domba sedangkan vitamin B kompleks dengan

dosis 1ml/10 kg bobot badan domba.

7. Penimbangan Bobot Badan

Penimbangan bobot badan dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 3 bulan.

8. Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap pengamatan dianalisis sesuai dengan metode

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Usaha

Total Biaya Produksi

Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya - biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, diperoleh dengan cara

menghitung : Biaya bibit, biaya pakan, biaya sewa kandang dan peralatan, biaya

obat – obatan dan biaya tenaga kerja.

Biaya bibit

Biaya bibit yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit domba Sei

Putih sebanyak 18 ekor dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 7.900.000,00

dengan total bobot badan awal domba adalah 248,80 kg. Sehingga didapat harga

beli domba per kg adalah Rp. 31.752,41/kg.

Tabel 12. Bobot badan awal domba (kg/ekor)

Perlakuan Bobot Badan Awal Domba (kg/ekor) Total

1 2 3 4 5 6

P1 14.30 14.50 12.80 13.50 14.20 14.40 83.70

P2 12.90 11.90 13.50 14.00 14.50 15.20 82.00

P3 13.00 13.60 14.30 15.00 13.20 14.00 83.10

Total 248.80

Keterangan : P1 ( Perlakuan Pucuk Tebu )

P2 ( Perlakuan Pucuk Batang Jagung ) P3 ( Perlakuan Pucuk Batang Ubi Kayu )

Bobot badan awal domba merupakan acuan utama total hasil produksi

yang diterima (laba/rugi) setelah diperoleh bobot badan akhir domba yang

(43)

Tabel 13. Biaya bibit domba (Rp/kg)

Biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang diperoleh dari

perkalian antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan

perkilogramnya sehingga diperoleh biaya pakan yang dikonsumsi selama

penelitian.

Bahan – bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

Pucuk batang tebu, pucuk batang jagung, pucuk batang ubi kayu, ampas tahu,

dedak halus, bungkil kelapa, molasses, garam, starbio dan urea. Harga bahan

pakan yang diperoleh sesuai dengan harga pembelian bahan pakan pada saat

(44)

Pakan perlakuan yang sebelumnya telah diformulasi terdiri dari beberapa

bahan pakan dimana masing – masing bahan pakan dengan nilai/harga yang

berbeda.

Tabel 14. Harga dari masing – masing bahan pakan

Bahan Pakan Harga (Rp/kg)

Bungkil kelapa Rp 2,000.

Berdasarkan asumsi harga dari masing – masing bahan pakan diatas maka

dapat diketahui biaya dari pakan perlakuan yang telah diformulasi.

Tabel 15. Biaya pakan perlakuan P1

Bahan Pakan Jumlah (kg) Harga (Rp)

Tabel 16. Biaya pakan perlakuan P2

(45)

Total 100 Rp 88,487.90

Tabel 17. Biaya pakan perlakuan P3

Bahan Pakan Jumlah (kg) Harga (Rp)

Setelah diketahuinya total biaya dari masing – masing pakan perlakuan

maka dapat diketahui pula total biaya konsumsi pakan selama penelitian. Biaya

konsumsi pakan dihitung dari total pakan perlakuan yang dikonsumsi domba

selama penelitian.

Tabel 18. Total konsumsi pakan domba selama penelitian (g/ekor)

(46)

P34 42,529.20

P35 43,340.78

P36 43,741.88

Total 776,468.47

Ket : * = Pendugaan missing data (rataan diperoleh dengan mengambil rataan perlakuan P3)

Tabel 19. Biaya konsumsi pakan domba selama penelitian (Rp)

Perlakuan Total

Ket : * = Pendugaan missing data (biaya pakan P33 diperoleh dengan mengambil rataan biaya

pakan dari perlakuan P3 )

Biaya/Upah tenaga kerja

Biaya atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk

memelihara domba selama penelitian. Berdasarkan UMRP SUMUT (Upah

Minimum Regional Propinsi Sumatera Utara) sebesar Rp. 1.020.000,00/bulan.

Dengan asumsi 1 orang tenaga kerja dapat menangani 163 ekor domba menurut

(47)

sebesar Rp. 112.638,04/bulan yang berarti biaya yang dikeluarkan selama

penelitian (3 bulan) sebesar Rp. 337.914,12.

Tabel 20. Biaya tenaga kerja selama penelitian (Rp)

Perlakuan Biaya Tenaga Kerja (Rp/ekor/3bulan)

P11 Rp. 18.773,01

Total Rp. 337.914,12

Keterangan : Upah tenaga kerja berdasarkan UMRP SUMUT (Upah Minimun Regional Propinsi Sumatera Utara) yaitu sebesar Rp. 1.020.000/bulan dengan asumsi 1 orang dapat menangani 163 ekor domba.

* = Pendugaan missing data

Biaya Sewa Kandang

Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaaan kandang diperhitungkan

berdasarkan nilai dari sewa kandang sehingga diperoleh sewa kandang selama

(48)

sebesar Rp. 250.000. Dan biaya untuk sewa kandang per ekor domba dapat dilihat

pada Tabel 21.

Tabel 21. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp)

Perlakuan Sewa Kandang (Rp/ekor)

P11 Rp. 13.888,89

Total Rp. 250.000,00

Ket : * = Pendugaan missing data

Biaya Obat - obatan

Selama penelitian, obat – obatan yang digunakan adalah kalbazen dan

vitamin B Kompleks dengan spit sebagai alat yang digunakan pada saat

pemberian.

(49)

Jenis Obat dan Peralatan Harga Harga

Kalbazen Rp.160.000/liter Rp. 160/ml

Vit. B kompleks Rp. 10.000/100ml Rp. 100/ml

Spit Rp. 2.000/buah

Dosis penggunaan kalbazen terhadap ternak domba adalah 2ml/10kg bobot

badan. Sedangkan dosis penggunaan vitamin B Kompleks terhadap ternak domba

adalah 1ml/10kg bobot badan. Pemberian obat – obatan ini dilakukan setiap

bulannya dengan dosis yang disesuaikan dengan bobot badan domba. Berikut total

penggunaan kalbazen dan vitamin B Kompleks selama penelitian.

Adapun total biaya pemberian kalbazen untuk tiap ekor domba selama

penelitian dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Biaya pemberian kalbazen selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Biaya Kalbazen (Rp/ekor) Total

1 2 3 4 5 6

P1 1,768.00 1,787.84 1,382.40 1,625.60 1,667.20 1,785.60 10,016.64

P2 1,709.12 1,456.00 1,582.72 1,788.80 1,540.48 1,857.28 9,934.40

P3 1,495.68 1,510.40 1,585.60* 1,686.72 1,558.40 1,642.56 9,485.76

Total 4,972.80 4,754.24 4,550.72 5,101.12 4,766.08 5,285.44 29,430.40

Ket : * = Pendugaan missing data

Total kalbazen yang digunakan selama penelitian adalah 183.94 ml.

dengan kata lain total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian kalbazen adalah

Rp. 160,00 x 183.94 ml = Rp. 29.430,40.

Biaya yang dikeluarkan untuk pemberian vitamin B kompleks untuk tiap

ekor domba dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Biaya pemberian vitamin B kompleks selama penelitian (Rp/ekor)

Perlakuan Biaya Vitamin B kompleks (Rp/ekor) Total

(50)

Total vitamin B kompleks yang digunakan selama penelitian adalah 91.97

ml sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian vitamin B kompleks

adalah Rp. 100,00 x 91.97 ml = Rp. 9.197,00.

Tabel 25. Total biaya obat – obatan dan peralatannya

Jenis Obat Biaya

Rp. 40.627,40. Untuk tiap ekor domba, biaya yang dikeluarkan dapat dilihat pada

Tabel 26.

Tabel 26. Biaya obat – obatan beserta peralatannya (Rp/ekor)

Perlakuan Kalbazen + Vitamin B komplex + Spit (Rp/ekor) Total

1 2 3 4 5 6

P1 2,431.61 2,457.65 1,925.51 2,244.71 2,299.31 2,454.71 13,813.51

P2 2,354.33 2,022.11 2,188.43 2,458.91 2,132.99 2,548.79 13,705.57

P3 2,074.19 2,093.51 2,192.21* 2,324.93 2,156.51 2,266.97 13,116.73

Total 6,860.13 6,573.27 6,314.55 7,028.55 6,588.81 7,270.47 40,627.40

Ket : * = Pendugaan missing data

Biaya Perlengkapan Kandang

Peralatan/perlengkapan kandang yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain : Ember (ukuran sedang) sebagai tempat pakan sebanyak 18 buah

dengan harga @Rp. 10.000 dan ember (ukuran kecil) sebagai tempat air sebanyak

18 buah dengan harga @Rp. 3.500. Berikut total biaya perlengkapan kandang

(51)

Tabel 27. Biaya perlengkapan kandang selama penelitian/3 bulan

Keterangan : Biaya perlengkapan kandang dihitung sesuai dengan biaya penyusutan kandang per bulannya yaitu sebesar Rp. 20.250/bulan.

Berdasarkan data biaya perlengkapan kandang diatas maka dapat diketahui

bahwa biaya total perlengkapan kandang sebesar Rp. 243.000 dengan asumsi

peralatan dapat dipakai selama 1 tahun sehingga diperoleh biaya penyusutan per

bulan sebesar Rp. 20.250. Dari asumsi biaya penyusutan peralatan tersebut maka

total biaya yang dikeluarkan selama penelitian (3 bulan) sebesar Rp. 60.750.

Dengan total biaya perlengkapan kandang tersebut maka dapat diketahui

biaya perlengkapan kandang yang dikeluarkan untuk per ekor domba selama

penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 28. Biaya perlengkapan kandang per ekor domba (Rp/ekor)

Perlakuan Biaya perlengkapan kandang (Rp) Total

1 2 3 4 5 6

Setelah diketahui seluruh biaya – biaya variabel dari biaya produksi maka

dapat diketahui total biaya produksi dari pemeliharaan domba sei putih selama

penelitian (3 bulan).

Tabel 29. Total biaya produksi (Rp)

Biaya Produksi Rupiah

Biaya pembelian bibit domba 7,899,999.61

Biaya pemberian pakan 696,557.71

Biaya pemberian obat - obatan dan peralatannya 40,627.40

Biaya perlengkapan kandang 60,750.00

(52)

Biaya tenaga kerja 337,914.12

Total 9,285,848.84

Berdasarkan total biaya produksi maka dapat diketahui total biaya

produski untuk tiap ekor domba selama penelitian.

Tabel 30. Total biaya produksi per ekor domba (Rp/ekor)

Perlakuan Biaya Produksi (Rp/ekor/3bulan)

(53)

Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang

dihasilkan dalam kegiatan pemeliharaan domba Sei Putih ini yang diperoleh

dengan cara menghitung harga jual domba beserta feses dan urinenya.

Penjualan Domba Sei Putih

Total bobot badan akhir domba setelah pemeliharaan 3 bulan adalah

322.83 kg dengan harga jual sebesar Rp. 10.250.000,00. Berdasarkan harga jual

dan bobot badan akhir domba tersebut maka dapat diketahui harga jual domba

perkilogramnya yaitu sebesar Rp. Rp. 31.750,00.

Tabel 31. Harga jual domba (Rp/kg)

Perlakuan Harga (Rp/kg)

(54)

Total 10,249,852.50

Ket : Harga jual domba per kg sebesar Rp. 31.750,00 Ket : * = Pendugaan missing data

Penjualan Kotoran Domba Sei Putih

Feses

Selama penelitian, total feses yang dihasilkan adalah 771,47 kg dengan

harga jual per kg sebesar Rp. 250,00/kg. Berikut hasil produksi dari feses yang

dijual untuk tiap ekor domba.

Tabel 32. Harga jual feses domba (Rp/ekor)

Perlakuan Harga Jual Feses Domba (Rp/ekor)

(55)

P35 9,252

P36 11,673

Total 192,868

Ket : * = Pendugaan missing data

Urine

Selama penelitian, total urine yang dihasilkan adalah 713 liter dengan

harga jual per liter sebesar Rp. 500,00/kg. Berikut hasil produksi dari urine yang

dijual untuk tiap ekor domba.

Tabel 33. Harga jual urine domba (Rp/ekor)

Perlakuan Harga Jual Urine Domba (Rp/ekor)

(56)

Total 356,500

Ket : * = Pendugaan missing data

Setelah diperoleh hasil produksi dari penjualan domba beserta penjualan

feses dan urinenya maka didapat total hasil produksi sebesar Rp.

Tabel 34. Total hasil produksi (Rp)

Hasil Produksi Rupiah

Penjualan domba 10,249,852.50

Penjualan feses dan urine 549,368.00

Total 10,799,220.50

Berdasarkan total hasil produksi maka dapat diketahui total hasil produksi

untuk tiap ekor domba selama penelitian.

Tabel 35. Total hasil produksi per ekor domba (Rp/ekor)

Perlakuan Hasi1 Produksi (Rp/ekor/3bulan)

(57)

Analisis Keuntungan (Laba/Rugi)

Keuntungan (laba) dan rugi suatu usaha diketahui setelah total biaya

produksi dikurangi dengan total hasil produksi. Dengan pengertian ini maka

dilakukan perhitungan total biaya produksi dan total hasil produksi terlebih

dahulu.

Keuntungan = Total Hasil Produksi – Total Biaya Produksi

= Rp. 10,799,220.5 – Rp. 9,285,848.84

= Rp. 1,513,371.61

Berdasarkan perhitungan diatas, diketahui bahwa total biaya produksi

lebih kecil dibandingkan dengan total hasil produksi. Hal ini membuktikan bahwa

analisis usaha domba sei putih selama tiga bulan untung. Berikut keuntungan

(laba – rugi) per ekor domba :

Tabel 36. Keuntungan (laba – rugi) tiap level perlakuan (Rp)

Perlakuan

Keuntungan (Laba/Rugi) (Rp/ekor)

Rataan

1 2 3 4 5 6

(58)

Gambar 1. Diagram garis keuntungan laba rugi

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa ransum yang berbasis pucuk

batang tebu, pucuk batang ubi kayu dan pucuk batang jagung dengan penambahan

starbio yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda – beda pada setiap

perlakuan.

Dimana keuntungan terbesar diperoleh pada perlakuan P2 dengan bahan

pakan berbasis pucuk batang jagung yaitu sebesar 95,028.86 dan keuntungan

terendah diperoleh dari perlakuan P3 yaitu 67,099.72.

Analisis Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)

Analisis B/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak

atau tidaknya usaha tersebut untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau

sebaliknya usaha tersebut dihentikan saja karena kurang layak.

Tabel 37. B/C ratio tiap level perlakuan pakan

Perlakuan Analisis B/C Ratio Rataan

(59)

Gambar 2. Diagram garis B/C ratio tiap level perlakuan pakan

B/C ratio yang diperoleh menunjukan bahwa usaha ternak domba yang

diberikan ransum berbasis pucuk batang tebu, pucuk batang ubi kayu dan pucuk

batang jagung dengan penambahan starbio layak untuk dilanjutkan karena rataan

dari semua perlakuan memiliki hasil rataan sebesar 1.16 (B/C > 1). Dengan nilai

rataan B/C ratio tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 1.19 dan nilai

rataan B/C ratio terendah diperoleh perlakuan P3 sebesar 1.13. Sesuai dengan

pernyataan Kadariah (1987) yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan layak

apabila total biaya pengeluaran lebih kecil dibandingkan dengan total biaya

pemasukan.

Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) yaitu kondisi dimana suatu usaha dinyatakan

tidak untung dan tidak rugi dan disebut titik impas. BEP (Break Event Point)

dapat dibagi menjadi dua yaitu :

BEP Harga Produksi

Dimana diperoleh dari hasil pembagian total biaya produksi dengan berat

(60)

Tabel 38. BEP harga produksi tiap level perlakuan (Rp)

Perlakuan

BEP Harga Produksi (kg)

Rataan

1 2 3 4 5 6

P1 27,017.75 27,681.5 32,114.61 28,379.7 29,186.25 27,665.67 28,674.25

P2 26,552.94 28,159.11 29,156.89 26,077.55 32,555.18 27,403.86 28,317.59

P3 30,177.36 30,607.53 30,430.76* 29,705.14 28,603.49 28,280.35 29,634.11 Ket : * = Pendugaan missing data

Gambar 3. Diagram garis BEP harga produksi

Nilai rataan BEP harga produksi tertiggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu

sebesar 29,634.11 dan nilai rataan BEP harga produksi terendah terdapat pada

perlakuan P2 sebesar 28,317.59. Hal ini memperlihatkan bahwa BEP harga

produksi dalam level aman karena dibawah dari harga jual domba sebesar Rp.

31.750,00/kg. Hal ini perlu diketahui untuk melihat batasan - batasan produksi

minimal agar tidak mengalami kerugian sebagaimana menurut Ibrahim (2003),

break even point adalah titik pulang pokok, dimana total revenue = total cost.

Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek, terjadinya BEP tergantung

pada lamanya arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya

operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya

(61)

Dimana diperoleh dari pembagian total biaya produksi dengan harga

domba (rupiah/kg).

Tabel 39. BEP volume produksi tiap level perlakuan

Perlakuan BEP Volume Produksi (kg) Rataan

1 2 3 4 5 6

P1 16.89 17.08 15.37 16.09 16.73 16.99 16.53

P2 15.28 14.28 15.91 16.43 16.92 17.61 16.07

P3 15.30 15.91 16.6* 17.28 15.5 16.31 16.15

Ket : * = Pendugaan missing data

Gambar 4. Diagram garis BEP volume produksi

Berdasarkan Tabel BEP volume produksi diatas diperoleh rataan BEP

volume produksi tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sebesar 16,53 kg dan rataan

BEP terkecil terdapat pada perlakuan P2 sebesar 16,07 kg.

IOFC (Income Over Feed Cost)

IOFC (Income Over Feed Cost) adalah selisih dari total pendapatan usaha

peternakan dengan dikurangi biaya pakan.

Tabel 40. IOFC (Income Over Feed Cost) tiap level perlakuan (Rp)

(62)

Gambar 5. Diagram garis IOFC (Income Over Feed Cost)

Berdasarkan Tabel diatas diperoleh rataan Rataan IOFC terbesar terdapat

pada perlakuan P2 sebesar Rp. 102.770,96. Nilai ini sesuai, karena biaya pakan

pada perlakuan P2 yang tidak terlalu tinggi yaitu sebesar Rp. 884.88/kg. Dan

rataan IOFC terkecil terdapat pada perlakuan P3 sebesar Rp. 75,327.88. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1990) yang menyatakan bahwa Income

Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan penjualan domba dengan

biaya pakan yang digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini

merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan

biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak.

Rekapitulasi Analisis Usaha

Keseluruhan analisis usaha dari masing – masing perlakuan dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 41. Analisis usaha perlakuan P1

No. Uraian P1

P11 P12 P13 P14 P15 P16

1 Biaya Produksi (Rp/ekor)

Bibit 454,059.46 460,409.95 406,430.85 428,657.54 450,884.22 457,234.70 Pakan 43,774.31 43,376.15 43,748.78 43,895.48 41,969.28 43,754.22

(63)

Obat - obatan 2,431.61 2,457.65 1,925.51 2,244.71 2,299.31 2,454.71 Sewa kandang 13,888.89 13,888.89 13,888.89 13,888.89 13,888.89 13,888.89 Tenaga kerja 18,773.01 18,773.01 18,773.01 18,773.01 18,773.01 18,773.01 Perlengkapan

kandang 3,375.00 3,375.00 3,375.00 3,375.00 3,375.00 3,375.00 Total 536,302.29 542,280.64 488,142.04 510,834.54 531,189.71 539,480.54

2 Hasil Produksi (Rp/ekor)

Penjualan domba 630,237.50 621,982.50 482,600.00 571,500.00 577,850.00 619,125.00

Penjualan kotoran

domba 31,002 32,621 29,746 31,013 31,165 29,988 Total 661,239.5 654,603.5 512,346 602,513 609,015 649,113

3 Laba/Rugi (Rp) 124,937.21 112,322.86 24,203.96 91,678.38 77,852.29 109,632.46

4 B/C Ratio 1.23 1.21 1.05 1.18 1.15 1.2

5 Break Event Point (BEP)

BEP Harga

Produksi (Rp) 27,017.75 27,681.5 32,114.61 28,379.7 29,186.25 27,665.67

BEP Volume

Produksi (kg) 16.89 17.08 15.37 16.09 16.73 16.99

6 IOFC 132,438.19 118,231.35 32,451.22 98,979.52 85,030.72 118,170.78

Tabel 42. Analisis usaha perlakuan P2

No. Uraian P2

P21 P22 P23 P24 P25 P26

1 Biaya Produksi (Rp/ekor)

Bibit 409,606.09 377,853.68 428,657.54 444,533.74 460,409.95 482,636.63

Pakan 37,124.82 37,449.02 38,114.40 38,521.48 38,580.70 37,816.34

Obat - obatan 2,354.33 2,022.11 2,188.43 2,458.91 2,132.99 2,548.79

Sewa kandang 13,888.89 13,888.89 13,888.89 13,888.89 13,888.89 13,888.89

Tenaga kerja 18,773.01 18,773.01 18,773.01 18,773.01 18,773.01 18,773.01 Perlengkapan

kandang 3,375.00 3,375.00 3,375.00 3,375.00 3,375.00 3,375.00 Total 485,122.14 453,361.71 504,997.27 521,551.03 537,160.53 559,038.66

2 Hasil Produksi (Rp/ekor)

Penjualan domba 580,072.50 511,175.00 549,910.00 635,000.00 523,875.00 647,700.00

Penjualan kotoran

(64)

Total 611,163.5 541,883 580,059 663,965 554,877 679,457

3 Laba/Rugi (Rp) 126,041.36 88,521.29 75,061.74 142,413.97 17,716.47 120,418.34

4 B/C Ratio 1.26 1.2 1.15 1.27 1.03 1.22

5 Break Event Point (BEP)

BEP Harga

Produksi (Rp) 27,017.75 27,681.5 32,114.61 28,379.7 29,186.25 27,665.67

BEP Volume

Produksi (kg) 16.89 17.08 15.37 16.09 16.73 16.99

6 IOFC 133,372.68 95,900.98 83,170.60 151,978.52 24,919.30 127,283.66

Tabel 43. Analisis usaha perlakuan P3

No. Uraian P3

P31 P32 P33 P34 P35 P36

1 Biaya Produksi (Rp/ekor)

Bibit 412,781.33 431,832.78 454,059.46 476,286.15 419,131.81 444,533.74

Pakan 34,963.14 35,060.98 34,772.24* 34,005.92 34,654.85 34,975.57

Obat - obatan 2,074.19 2,093.51 2,192.21* 2,324.93 2,156.51 2,266.97

Sewa kandang 13,888.89 13,888.89 13,888.89* 13,888.89 13,888.89 13,888.89

Tenaga kerja 18,773.01 18,773.01 18,773.01* 18,773.01 18,773.01 18,773.01 Perlengkapan

kandang 3,375.00 3,375.00 3,375.00* 3,375.00 3,375.00 3,375.00 Total 485,855.56 505,024.17 527,060.82* 548,653.9 491,980.08 517,813.18

2 Hasil Produksi (Rp/ekor)

(65)

Penjualan kotoran

domba 30,589 31,035 30,360* 28,552 26,302 33,323 Total 541,764 554,910 580,270* 614,974.5 572,402 614,665

3 Laba/Rugi (Rp) 55,908.44 49,885,83 53,209.19* 66,320.6 80,421.93 96,852.32

4 B/C Ratio 1.12 1.1 1.1* 1.12 1.16 1.19

5 Break Event Point (BEP)

BEP Harga

Produksi (Rp) 30,177.36 30,607.53 30,403.76* 29,705.14 28,603.49 28,280.35

BEP Volume

Produksi (kg) 15.3 15.91 16.6* 17.28 115.5 16.31

(66)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan ransum berbasis pucuk tebu, pucuk batang ubi kayu dan

pucuk batang jagung dengan penambahan starbio dapat diaplikasikan ke peternak

domba atau layak diterapkan dalam usaha peternakan domba sei putih. Hal ini

dikarenakan bobot badan domba yang dihasilkan lebih tinggi dibanding dengan

tingkat konsumsi pakannya sehingga diperoleh keuntungan. Pucuk batang tebu,

pucuk batang ubi kayu dan pucuk batang jagung berpotensi sebagai bahan pakan

untuk ternak domba.

Saran

Disarankan kepada para peternak Domba Sei putih untuk menggunakan

hasil samping pertanian terutama P2 (pucuk batang jagung) .namun jika

ketersediaan pucuk batang tebu dan pucuk batang daun ubi kayu mudah

Gambar

Tabel 13. Biaya bibit domba (Rp/kg)
Tabel 17. Biaya pakan perlakuan P3
Tabel 19. Biaya konsumsi pakan domba selama penelitian (Rp)
Tabel 21. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp)
+7

Referensi

Dokumen terkait

o teknik penyiaran audio o peralatan untuk siaran o ukuran standar gambar dan. suara

Mengkonsumsi wortel Aceh ternyata mempuyai nilai efektivitas yang lebih baik (p- value < 0,05) dibandingkan mengonsumsi wortel Medan terhadap perubahan debris indeks

After stratifying the ADHD sample into those with CD (ADHD 1 CD), those with ODD (ADHD 1 ODD), and those with neither (ADHD), familial risk analyses revealed the following: 1)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA,

Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau.. mengelola portofolio investasi kolektif untuk

Namun, beliau tidak dapat mencatat kata-kata yang menghina pemerintah dalam buku ,jadi beliau hanya menyampaikan secara tidak langsung dan mewariskan kepada anak

inspect h323 h225 inspect h323 ras inspect netbios inspect rsh inspect rtsp inspect skinny inspect esmtp inspect sqlnet inspect sunrpc inspect tftp

merokok pada saat mengajar, berdua-duaan dengan bukan mahramnya, mungkin saja tidak sadar bahwa ada mata siswa yang merekam perilakunya yang di kemudian hari akan menjadi