HUBUNGAN LAMA MENONTON TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA
TESIS
Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kesehatan Anak / M.Ked(Ped) pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
YUSRI AZWARDI 087103043/IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : Hubungan Lama Menonton Televisi Dengan Perilaku Agresif Remaja
Nama Mahasiswa : Yusri Azwardi Nomor Induk Mahasiswa : 087103043/IKA
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak
Menyetujui Komisi Pembimbing
Ketua
Dr. Sri Sofyani , M Ked(Ped), SpA(K)
Anggota Dr. Lily Irsa, SpA(K)
Program Magister Kedokteran Klinik
Sekretaris Program Studi Dekan
dr. Murniati Manik, MSc, SpKK, SpGK Prof. dr. GontarSiregar,SpPD,KGEH
Tanggal lulus : 23 Desember 2014
PERNYATAAN
HUBUNGAN LAMA MENONTON TELEVISI DENGAN PERILAKU
AGRESIF REMAJA
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, 23 Desember 2014
Telah diuji pada
Tanggal: 23 Desember 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Sri Sofyani, M Ked(Ped), SpA(K) ………
Anggota: 1. Dr. Lily Irsa, SpA(K) ………
2. Prof. Dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA(K) ………
3. Dr. Selvi Nafianti, M Ked(Ped), SpA(K) ………
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir
Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di
FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di
masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pembimbing utama Dr. Sri Sofyani, M Ked(Ped), SpA(K) dan Dr. Lily Irsa,
SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang
sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.
2. Dr. Hj. Melda Deliana, M Ked(Ped), SpA(K), selaku Ketua Program Studi
3. Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang telah
memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.
4. Prof. dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA(K), Dr. Selvi Nafianti, M Ked(Ped),
SpA(K), Dr. Isti Ilmi Fujiati, M.Sc.CM-FM, MPd.Ked, DR. Ir. Erna Mutiara.
MKM, Dr. Taufik, SKM yang sudah membimbing saya dalam penyelesaian
tesis ini.
5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP
H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam
pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
6. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah membantu
saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, Della,
Anne, Nelly S, Erika, Tuty, Fitri, Fadilah, Nova, Ismy, Mauliza, Hilda, Wiji
dan Soewira. Terimakasih untuk kebersamaan kita dalam menjalani
pendidikan selama ini.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.
Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya Almarhum
H. Zainal Abidin dan Hj. Syamsiar yang telah menyertai hidup saya dengan doa dan
kasih sayang. Terima kasih juga saya sampaikan kepada istri Mirawati dan bintang
motivasi terbesar saya dalam menyelesaikan tesis ini. Begitu juga abang, kakak,
sanak saudara saya semua yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan, serta
membantu saya selama mengikuti pendidikan ini. Semoga segala budi baik yang telah
diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Amin.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Medan, 23 Desember 2014
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Pembimbing ii
Lembar Pernyataan iii
Ucapan Terima Kasih v
Daftar Isi viii
Daftar Gambar x
Daftar Tabel xi
Daftar Singkatan dan Lambang xii
Abstrak xiv
Abstract xv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 3
1.3. Hipotesis 3
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Televisi 5
2.1.1. Pengertian Televisi 5
2.1.2. Sejarah Televisi 5
2.1.3. Fungsi Televisi 6
2.1.4. Waktu untuk Menonton Televisi 7
2.1.5. Dampak Siaran Televisi 7
2.2. Perilaku Agresif 9
2.2.1. Pengertian Perilaku Agresif 9
2.2.2. Jenis-Jenis Perilaku Agresif 9
2.2.3. Faktor Penyebab Perilaku Agresif 10
2.3. Remaja 11
2.3.1. Pengertian Remaja 11
2.4. Tahapan Remaja 11
2.5. Child Behavior checklist 13
2.6. Kerangka Konseptual 14
BAB 3. METODOLOGI
3.1. Desain Penelitian 15
3.3. Subyek Penelitian 15
3.4. Perkiraan Besar Sampel 15
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 16
3.5.1. Kriteria Inklusi 16
3.5.2. Kriteria Eksklusi 16
3.6. Persetujuan / Informed Consent 17
3.7. Etika Penelitian 17
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 17
3.8.1. Cara Kerja 17
3.8.2. Alur Penelitian 18
3.9. Identifikasi Variabel 19
3.9.1. Definisi Operasional 19
3.9.2. Pengolahan Data dan Analisa Statistik 20
BAB 4. HASIL PENELITIAN 21
BAB 5. PEMBAHASAN 24
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 26
RINGKASAN 27
SUMMARY 30
DAFTAR PUSTAKA 33
LAMPIRAN
1. Personil penelitian 2. Biaya penelitian 3. Jadwal penelitian
4. Penjelasan dan persesetujuan kepada orang tua 5. Persetujuan setelah penjelasan
6. Kuesioner
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka konseptual 14
DAFTARTABEL
4.1 Karakteristik responden penelitian 21
4.2 Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi perilaku agresif pada anak
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
AAP : American Academy of Pediatric
CBCL : Child Behavior Checklist
Dr : Dokter
IK : Interval Kepercayaan
KPI : Komisi Penyiaran Indonesia
OR : Odds Ratio
RCTI : Rajawali Citra Televisi Indonesia
RSHAM : Rumah Sakit Haji Adam Malik
RSU : Rumah Sakit Umum
SCTV : Surya Citra Televisi
SPSS : Statistical Package for Social Science
TVRI : Televisi Republik Indonesia
WHO : World Health Organisation
Zα : deviat baku normal untuk α
Zβ : deviat baku normal untuk β
α : kesalahan tipe I
β : kesalahan tipe II
P : tingkat kemaknaan
> : lebih besar/lebih dari
≤ : lebih kecil atau sama dengan
≥ : lebih besar atau sama dengan
Abstrak
Latar Belakang. Televisi merupakan salah satu media massa paling digemari dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap remaja akhir-akhir ini. Namun menonton televisi yang berlebihan memiliki pengaruh yang negatif seperti: perilaku agresif, penggunaan obat-obatan, obesitas, gangguan tidur dan prestasi sekolah yang buruk. Oleh karena itu, berdasarkan The American Academy of Pediatrics (AAP), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pembatasan menonton televisi pada anak tidak lebih dari 2 jam perhari
Tujuan. Untuk menilai hubungan antara lama menonton televisi dengan perilaku agresif pada remaja.
Metode. Penelitian ini menggunakan studi analitik komparatif pada 248 remaja di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam. Penelitian ini dilakukan mulai desember 2013 sampai dengan Maret 2014 untuk menilai hubungan antara lama menonton televisi dengan perilaku agresif pada remaja. Subjek dibagi dua kelompok berdasarkan lama menonton televisi perhari. Kelompok pertama menonton televisi ≤ 2 jam perhari dan kelompok lain menonton televisi > 2 jam perhari. Seluruh subjek penelitian diminta untuk mengisi kuesioner untuk melihat lamanya paparan televisi dan kemudian mereka diwawancarai untuk mengisi kuesioner The Child Behavior Checklist (CBCL).
Hasil. Kami menemukan 118 remaja menonton televisi ≤ 2 jam perhari dan 130 remaja menonton televisi > 2 jam perhari. Studi menggunakan uji chi-square untuk menganalisa hubungan antara lama menonton televisi dengan perilaku agresif pada remaja. 16 dari 248 remaja yang diteliti dalam studi ini memiliki perilaku agresif. 15 dari mereka yang menonton televisi > 2 jam perhari, dan hubungan ini secara statistika bermakna (P= 0.0002). Jenis acara televisi yang paling banyak ditonton 16 remaja agresif adalah: kartun (19.2%)
Kesimpulan. Pada penelitian ini didapati bahwa menonton televisi > 2 jam perhari berhubungan secara bermakna dengan perilaku agresif remaja.
Abstract
Background. Television is one of the most favorite and powerful influence mass media for adolescent recently. Meanwhile, excessive television viewing had negative impacts such as aggressive behavior, substance use, obesity, sleep disorder, and poor school performance. Therefore, adopted from American Academy of Pediatrics, Indonesian Pediatric Society recommended limiting children’s screen time to no more than 2 hours per day.
Objective. To assess the association between time spent of watching television and aggressive behavior on adolescents.
Methods. A comparative analytic study of 248 adolescents was performed in Negeri 2 Lubuk Pakam senior high school, from December 2013 until March 2014 to assess the association between time spent of watching television and aggressive behavior on adolescents. Subject were divided into two groups based on spent time in watching television time per day. The first group watched television ≤ 2 hours and the other group watched television > 2 hours a day. All participant completed questionnaire about television exposure and then they were interviewed to fill The Child Behavior Checklist (CBCL) questionnaire.
Results. We found 118 adolescents who were watching television ≤ 2 hours a day and 130 adolescents watching television > 2 hours a day. The study used chi-square test to analyze association between spent time of watching television and aggressive behavior on adolescent. Sixteen of 248 adolescents that investigated in the study had aggressive behavior. Fifteen of them watched television > 2 hours a day, and this association was statistically significant (P= 0.0002). The most type of television programmes that had been watched by 16 aggressive adolescents was cartoon ( 19.2%).
Conclusion. We found that watching television > 2 hours per day was significantly associated with aggressive behavior on adolescents.
Abstrak
Latar Belakang. Televisi merupakan salah satu media massa paling digemari dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap remaja akhir-akhir ini. Namun menonton televisi yang berlebihan memiliki pengaruh yang negatif seperti: perilaku agresif, penggunaan obat-obatan, obesitas, gangguan tidur dan prestasi sekolah yang buruk. Oleh karena itu, berdasarkan The American Academy of Pediatrics (AAP), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pembatasan menonton televisi pada anak tidak lebih dari 2 jam perhari
Tujuan. Untuk menilai hubungan antara lama menonton televisi dengan perilaku agresif pada remaja.
Metode. Penelitian ini menggunakan studi analitik komparatif pada 248 remaja di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam. Penelitian ini dilakukan mulai desember 2013 sampai dengan Maret 2014 untuk menilai hubungan antara lama menonton televisi dengan perilaku agresif pada remaja. Subjek dibagi dua kelompok berdasarkan lama menonton televisi perhari. Kelompok pertama menonton televisi ≤ 2 jam perhari dan kelompok lain menonton televisi > 2 jam perhari. Seluruh subjek penelitian diminta untuk mengisi kuesioner untuk melihat lamanya paparan televisi dan kemudian mereka diwawancarai untuk mengisi kuesioner The Child Behavior Checklist (CBCL).
Hasil. Kami menemukan 118 remaja menonton televisi ≤ 2 jam perhari dan 130 remaja menonton televisi > 2 jam perhari. Studi menggunakan uji chi-square untuk menganalisa hubungan antara lama menonton televisi dengan perilaku agresif pada remaja. 16 dari 248 remaja yang diteliti dalam studi ini memiliki perilaku agresif. 15 dari mereka yang menonton televisi > 2 jam perhari, dan hubungan ini secara statistika bermakna (P= 0.0002). Jenis acara televisi yang paling banyak ditonton 16 remaja agresif adalah: kartun (19.2%)
Kesimpulan. Pada penelitian ini didapati bahwa menonton televisi > 2 jam perhari berhubungan secara bermakna dengan perilaku agresif remaja.
Abstract
Background. Television is one of the most favorite and powerful influence mass media for adolescent recently. Meanwhile, excessive television viewing had negative impacts such as aggressive behavior, substance use, obesity, sleep disorder, and poor school performance. Therefore, adopted from American Academy of Pediatrics, Indonesian Pediatric Society recommended limiting children’s screen time to no more than 2 hours per day.
Objective. To assess the association between time spent of watching television and aggressive behavior on adolescents.
Methods. A comparative analytic study of 248 adolescents was performed in Negeri 2 Lubuk Pakam senior high school, from December 2013 until March 2014 to assess the association between time spent of watching television and aggressive behavior on adolescents. Subject were divided into two groups based on spent time in watching television time per day. The first group watched television ≤ 2 hours and the other group watched television > 2 hours a day. All participant completed questionnaire about television exposure and then they were interviewed to fill The Child Behavior Checklist (CBCL) questionnaire.
Results. We found 118 adolescents who were watching television ≤ 2 hours a day and 130 adolescents watching television > 2 hours a day. The study used chi-square test to analyze association between spent time of watching television and aggressive behavior on adolescent. Sixteen of 248 adolescents that investigated in the study had aggressive behavior. Fifteen of them watched television > 2 hours a day, and this association was statistically significant (P= 0.0002). The most type of television programmes that had been watched by 16 aggressive adolescents was cartoon ( 19.2%).
Conclusion. We found that watching television > 2 hours per day was significantly associated with aggressive behavior on adolescents.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Media massa diwaktu ini, dengan dukungan berbagai peralatan yang semakin
canggih, berkembang dengan pesat untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia.
Selama ini media massa memegang peranan sebagai sumber informasi yang sangat
penting bagi masyarakat. Media massa sanggup menampilkan informasi, baik itu
tentang benda, tentang orang atau tempat yang belum tentu dapat dialami secara
langsung oleh penontonnya.
Televisi sebagai media massa memiliki karakterisitik tersendiri yang berbeda
dengan media lain dalam penyampaian pesannya. Salah satu kelebihan televisi yaitu
paling lengkap dalam hal menyajikan unsur-unsur pesan bagi pemirsa, oleh karena
dilengkapi gambar dan suara, terasa lebih hidup dan dapat menjangkau ruang lingkup
yang sangat luas.
1
Televisi merupakan media massa yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat, termasuk masyarakat Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari
karakteristiknya yang memberi banyak kemudahan bagi pemirsanya. 2
3
Dalam satu
dekade ini berbagai saluran televisi tumbuh menawarkan berbagai acara yang mampu
menghibur masyarakat walaupun tidak semua program yang ditawarkan bersifat
mendidik.4 American Academy of Pediatric (AAP) telah merekomendasikan agar
Secara umum dapat dikatakan bahwa ketergantungan anak pada tayangan
televisi sudah sangat tinggi dan mencapai titik yang mengkhawatirkan.6 Selain itu
menonton televisi juga perlu mendapat perhatian serius karena mempunyai pengaruh
negatif terhadap aktivitas fisik seperti perilaku merokok,7 perilaku agresif,8 tingkah
laku,9 pengguna alkohol dan obat terlarang, hubungan seksual bebas,7 pola makan
yang salah, obesitas,10 gangguan tidur, serta penurunan prestasi akademik, terutama
apabila ada televisi di kamar anak.
Pertanyaan sekitar dampak adegan kekerasan ditelevisi sudah ada sejak media
ini ada.
11
12
Meningkatnya proporsi adegan kekerasan dalam film-film televisi
melahirkan kecaman akan timbulnya pengaruh negatif bagi penonton. Kecemasan ini
didasarkan pada sifat penyiaran televisi kerumah-rumah yang begitu bebas dan tidak
terkendali, bahkan tidak dapat dikendalikan. Keprihatinan terhadap tayangan
kekerasan televisi berkaitan dengan pengaruh psikologis televisi pada khalayak.
Kekerasan merupakan salah satu yang sering ditayangkan di layar televisi.
Adegan kekerasan ini menyebar dalam berbagai jenis program acara. 13
14
Apakah
terpaan terhadap kekerasan di televisi menyebabkan perilaku agresif diantara para
penonton? Pertanyaan ini telah diperdebatkan secara meluas selama bertahun-tahun
dan menjadi subjek kontroversi diantara para ilmuwan.
Dengan uraian di atas maka peneliti ingin memperoleh informasi lebih jauh
remaja. Penelitian ini penting untuk diteliti karena saat ini semakin banyak tayangan
televisi yang mengandung unsur kekerasan bagi para penontonnya.14
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
masalah : apakah lama menonton televisi merupakan faktor risiko terhadap perilaku
agresif remaja?
1.3. Hipotesis
Lama menonton televisi merupakan faktor risiko perilaku agresif remaja
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lama menonton televisi sebagai
faktor risiko perilaku agresif remaja.
1.4.2 Tujuan khusus
Untuk mengetahui faktor-faktor risiko lain yang mempengaruhi perilaku agresif
1.5. Manfaat Penelitian
1. Di bidang pelayanan masyarakat: Menambah wawasan dan pengetahuan
masyarakat tentang lama menonton televisi sebagai faktor risiko perilaku agresif
remaja.
2. Di bidang akademik / ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang
pediatrik sosial dan tumbuh kembang tentang lama menonton televisi sebagai
faktor risiko perilaku agresif remaja.
3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan kontribusi ilmiah pada bidang
pediatrik sosial dan tumbuh kembang tentang lama menonton televisi sebagai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Televisi
2.1.1.Pengertian Televisi
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa
Yunani) yang berarti jauh, dan visi (bahasa Latin-videra) berarti penglihatan. Dengan
demikian televisi yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan “melihat
jauh”.Jadi, televisi adalah suatu alat komunikasi yang tampak atau dapat dilihat dari
jarak jauh.
Televisi merupakan media komunikasi yang disajikan dengan menggunakan
bentuk suara dan gambar. Sehingga media televisi adalah media komunikasi yang
dapat menyajikan informasi yang dapat ditangkap melalui dua indra yaitu penglihatan
dan pendengaran yang disajikan melalui tayangan – tayangan. 16
17
2.1.2. Sejarah televisi
Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi.
Bermula dari ditemukannya electrische telescop sebagai perwujudan gagasan seorang
mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim
gambar melalui udara dari satu tempat ketempat lain. Hal ini terjadi antara tahun
Televisi mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat pada tahun 1939,
yaitu ketika berlangsungnya “World’s Fair” di New York, namun sempat terhenti
ketika terjadi perang dunia II. Baru setelah tahun 1946, kegiatan dalam bidang
televisi tersebut tampak mulai lagi.17 Industri televisi nasional pertama kali ditandai
dengan mengudaranya Televisi Republik Indonesia (TVRI) pada tahun 1962.
Pada tahun 1989 dimulailah era pertumbuhan televisi swasta yang ditandai
oleh mengudaranya Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sebagai stasiun televisi
pertama yang kemudian diikuti dengan keluarnya izin penyiaran bagi Surya Citra
Televisi (SCTV) ditahun 1990.
19
18
Pada perkembangan berikut bermunculan berbagai
fenomena munculnya televisi swasta.
Berdasarkan data dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) saat ini di Indonesia
telah beroperasi 11 stasiun televisi nasional. Selain televisi nasional melalui
undang-undang No 32 tahun 2002 yang mengatur tentang penyiaran, pemerintah secara resmi
mengizinkan berdirinya stasiun lokal di Indonesia. Saat ini diperkirakan lebih dari
100 stasiun televisi lokal yang beroperasi di seluruh wilayah Nusantara. 20
19
2.1.3. Fungsi televisi
Televisi merupakan salah satu media yang paling efektif dalam
menyampaikan pesannya. Televisi adalah media elektronik sebagai sarana
komunikasi yang mampu menjangkau khalayak yang relatif besar.21 Saat ini televisi
berkembang.22 Televisi sebagai media komunikasi mempunyai tiga fungsi yaitu :
informasi, pendidikan dan hiburan.23
2.1.4. Waktu untuk menonton televisi
Meskipun Children’s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi
untuk anak 10,5 menit/jam dalam satu minggu dan 12 menit/jam pada akhir minggu,
namun banyak anak yang menonton televisi hampir 16 menit/jam. Setiap anak
menghabiskan total 6 jam sehari untuk menonton televisi, bermain video game,
mendengarkan musik atau membaca majalah, namun sebagian besar orang tua tidak
menanggapi hal ini dengan serius.24
Masih dijumpai pertambahan waktu untuk menonton televisi dari waktu yang
telah direkomendasikan oleh AAP dan masih dijumpai anak kurang dari 2 tahun yang
menonton televisi. Menonton televisi pada usia dini berhubungan dengan gangguan
memusatkan perhatian pada usia 7 tahun. Sehingga tidak dianjurkan menonton
televisi pada anak usia dini. Dalam hal ini diperlukan langkah preventif untuk
menghindari pengaruh negatif televisi terhadap anak.
25,26
2.1.5. Dampak siaran televisi
Di era reformasi saat ini, televisi telah menjadi bagian keluarga setiap rumah
tangga. Hampir tidak ada rumah tanggapun yang tidak memiliki televisi di rumahnya
yang paling banyak bercakap-cakap setiap harinya. Oleh karena itu, televisi telah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sang anak, remaja maupun orang
tua.
Televisi dengan kotak ajaibnya, dianggap oleh berbagai produsen produk
sebagai medium khas yang memiliki efek yang cukup kuat (powerfull effect) dalam
menggiring minat masyarakat. Kehadiran televisi di dunia telah membawa dampak
yang besar bagi kebudayaan umat manusia. 27
28
Dengan berbagai acara yang
ditayangkan mulai dari infotainment, entertainment, iklan, sampai pada
sinetron-sinetron dan film-film yang berbau kekerasan, televisi telah mampu membius para
pemirsanya untuk terus menyaksikan acara demi acara yang dikemas sedemikian
rupa, dan dibubuhi dengan aksesoris-aksesoris yang menarik, sehingga membuat
pemirsa terkagum-kagum dengan acara yang disajikan.29 Bagaikan guru, televisi juga
mampu membuat seseorang yang menonton acaranya mengubah sikap, baik dalam
arti positif maupun negatif.
Keperkasaan televisi ini benar-benar tanpa penghalang ketika berhadapan
dengan penonton anak-anak maupun remaja, dengan tingkat pemahaman yang masih
lemah dan emosi yang labil, visualisasi televisi secara langsung akan menerpa
anak-anak maupun
30
remaja, selanjutnya mengental menjadi endapan motivasional dan
emosional. Perilaku, gaya berpakaian, gaya berbicara, tutur kata, dan gaya hidup
anak-anak dan remaja berasal dari kosakata yang mereka dengar atau tonton di
2.2.Perilaku Agresif
2.2.1. Pengertian perilaku agresif
Perilaku agresif yang terjadi di kalangan masyarakat akhir-akhir ini
menunjukkan gejala yang memprihatinkan.32 Perilaku agresif adalah perasaan marah
atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai suatu
pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang atau benda yang biasa
dilakukan dengan menendang atau memukul, mengatai atau memaki orang dengan
kata-kata kasar, memfitnah, dan menggertak serta mengganggu orang lain.33
2.2.2. Jenis-jenis perilaku agresif
Perilaku agresif dibagi menjadi beberapa bentuk yaitu:
a. Agresif fisik, aktif, langsung, contohnya; menikam, memukul, atau
menembak orang lain.
34
b. Agresif fisik, aktif tidak langsung, contohnya; membuat perangkap untuk
orang lain, menyewa seorang pembunuh untuk membunuh.
c. Agresif fisik, pasif, langsung, contohnya; secara fisik mencegah orang lain
memperoleh tujuan yang diinginkan atau memunculkan tindakan yang
diinginkan (misal aksi duduk dalam demonstrasi).
d. Agresif fisik, pasif, tidak langsung, contohnya; menolak melakukan
tugas-tugas yang seharusnya ( misalnya menolak berpindah ketika melakukan aksi
e. Agresif verbal, aktif, langsung, contohnya; menghina orang lain.
f. Agresif verbal, aktif, tidak langsung, contohnya; menyebarkan gosip atau
rumor yang jahat terhadap orang lain.
g. Agresif verbal, pasif, langsung, contohnya; menolak berbicara ke orang lain,
menolak menjawab pertanyaan.
h. Agresif verbal, pasif, tidak langsung, contohnya; tidak mau membuat
komentar verbal misal menolak berbicara ke orang lain yang menyerang
dirinya bila ia dikritik secara tidak fair.
2.2.3. Faktor penyebab perilaku agresif
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif remaja
diklasifikasikan dalam dua kelompok utama, yaitu (a) faktor ekstrinsik atau
faktor-faktor yang bersumber dari luar diri siswa termasuk faktor-faktor demografis, seperti jenis
kelamin, pendidikan orang tua, usia, status sosial ekonomi orang tua, faktor sosial,
seperti pengalaman perilaku kekerasan, pengasuhan orang tua, interaksi guru-siswa,
dan pengaruh teman sebaya, (b) faktor intrinsik atau faktor-faktor yang bersumber
pada diri remaja termasuk sifat-sifat kepribadian, temperamen, konsep diri, kontrol
2.3. Remaja
2.3.1. Pengertian remaja
Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan
perkembangan mulai dari lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase
perkembangan manusia tersebut, salah satu yang paling penting dan paling menjadi
pusat perhatian adalah masa remaja.36 Masa remaja merupakan masa yang unik.37
Masa remaja atau adolescent adalah periode perkembangan selama dimana individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.38 Secara
psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia dimana anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua,
melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah
hak.
2.4. Tahapan remaja 39
Remaja merupakan salah satu masa dalam rentang perkembangan kehidupan
manusia.40 Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami
peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi,
tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah.41 Pada masa
remaja terjadi perkembangan yang dinamis dalam kehidupan individu yang ditandai
dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan sosial.42 Tumbuh kembangnya
menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan
1. Masa remaja awal/ dini (early adolescence): umur 11-13 tahun. Dengan ciri
khas: ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak,
dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
2. Masa remaja pertengahan (middle adolescence): umur 14-16 tahun. Dengan
ciri khas: mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan,
berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
3. Masa remaja lanjut (late adolescence): umur 17-20 tahun. Dengan ciri khas:
mampu berpikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,
mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta dan
pengungkapan kebebasan diri.
Pada remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi dan
mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Adapun tugas
perkembangan remaja itu adalah:
a. Mencapai peran sosial pria dan wanita. 44
b. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik
pria maupun wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dan orang dewasa
lainnya.
f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
g. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku dan mengembangkan ideologi.
2.5. Child Behavior Checklist
2.6. Kerangka Konseptual
[image:31.612.107.555.130.693.2]variabel yang diteliti
Gambar 2.1. Kerangka konseptual Perilaku Agresif Remaja
Faktor intrinsik : Kepribadian Temperamen Konsep diri Kontrol diri Asertivitas Harga diri
Faktor ekstrinsik : Menonton televisi Jenis kelamin Usia
Pendidikan orang tua
Status sosial ekonomi orang tua
Faktor sosial :
Pengalaman perilaku kekerasan Pengasuhan orang tua
BAB III
METODOLOGI 3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik komparatif untuk menilai hubungan
antara lama menonton televisi dengan perilaku agresif anak di SMA Negeri 2 Lubuk
Pakam.
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di sekolah SMA Negeri 2 di kota Lubuk Pakam
selama 4 bulan mulai Desember 2013 sampai Maret 2014.
3.3. Subyek penelitian
Populasi target adalah semua anak dengan usia 16 sampai 18 tahun. Populasi
terjangkau adalah populasi target siswa yang berusia 16 dan 18 tahun SMA Negeri 2
Lubuk Pakam. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi.
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung berdasarkan rumus sampel untuk uji hipotesis terhadap dua
proporsi.
n 47
1 = n2 = ( Zα √2PQ + Zß √P1Q1 + P2Q2) (P
2
n1
n
= besar sampel dengan lama menonton televisi ≤ 2 jam
2
α = kesalahan tipe I = 0,05 →Zα = 1,96
= besar sampel dengan lama menonton televisi > 2 jam
P1 = proporsi anak yang menonton televisi dan memiliki sifat agresif = 0,12
Q = 1 –P
1
P = proporsi = ½ (P1+P2
Dengan menggunakan rumus diatas didapati besar sampel minimal adalah sebanyak
102 remaja pada kelompok lama menonton televisi ≤ 2 jam dan 102 remaja pada kelompok lama menonton televisi > 2 jam.
)
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Anak sekolah usia sampai 16 - 18 tahun
2. Tidak mengalami pengobatan gangguan jiwa
3. Mempunyai kebiasaan menonton televisi
3.5.2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
3.6. Persetujuan / Informed Consent
Sampel penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan
penjelasan terlebih dahulu untuk mengisi kuesioner yang diberikan.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian dari Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 3.8.1. Cara Kerja
1. Setelah mendapat izin dari komite Etik Penelitian FK USU, dikumpulkan anak
usia 16 sampai 18 tahun untuk mengisi kuesioner setelah mendapat persetujuan
dari orang tua
2. Semua peserta dicatat identitasnya yaitu nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, dan nomor telepon yang dapat dihubungi, dan nama orangtua/wali.
3. Setelah kuesioner diisi, remaja yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
dimasukkan ke dalam sampel penelitian.
4. Setelah itu dilakukan penilaian terhadap perilaku agresif dengan Child Behaviour
3.8.2. Alur Penelitian
Gambar 3.1. Alur penelitian Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
Pengisian kuisioner
Menonton televisi ≤ 2 jam
Child Behaviour Checklist (CBCL)
Menonton televisi > 2 jam
3.9. Identifikasi Variabel
Variable bebas skala
Lama menonton televisi nominal
Variable tergantung skala
Perilaku agresif nominal
3.9.1. Definisi Operasional
1. Menonton televisi adalah melihat sistem penyiaran gambar yang disertai dengan
bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang
mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan
mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat didengar
2. Lamanya menonton televisi adalah waktu yang digunakan oleh anak untuk
menonton televisi secara kumulatif per hari.
3. Perilaku agresif adalah luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu
yang ditampakkan dalam bentuk pengrusakan terhadap orang atau benda dengan
unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku non
verbal yang dinilai melalui kriteria yang baku dengan menggunakan Child
Behavior Checklist (CBCL), dengan nilai cut off T > 70 sebagai perilaku agresif,
67 ≤ T ≤ 70 sebagai nilai borderline, dan nilai T < 67 sebagai perilaku yang tidak agresif.
3.9.2. Pengolahan Data dan Analisa Statistik
BAB 4. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada 248 remaja yang berusia 16-18 tahun di SMU Negeri 2
Lubuk Pakam dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu remaja yang menonton ≤ 2 jam dan remaja yang menonton > 2 jam.
Tabel 4. 1. Karakteristik responden penelitian
Karakteristik Jumlah %
Jenis kelamin
Laki laki 67 27
Perempuan 181 73
Usia
16 tahun 162 65.3
17 tahun 78 31.5
18 tahun 8 3.2
Lama Menonton Televisi
≤ 2 jam 118 47.6
> 2 jam 130 52.4
Jenis Tontonan
Kartun 164 66.1
Horor 87 35.1
Action 58 23.4
Sinetron 129 52
Kuis 54 21.8
Olahraga 57 23
Ceramah Agama 47 19
Media Edukasi 45 18.1
Berita 96 38.7
Infotainment 63 25.4
Tingkat Pendidikan Orangtua
SD 19 7.7
SMP 21 8.5
SMU 147 59.3
Sarjana 61 24.6
Pekerjaan Orangtua
PNS 58 23.4
Pegawai Swasta 29 11.7
TNI/POLRI 15 6
Wiraswasta 146 58.9
Pendapatan Orangtua
< Rp. 2 juta 17 6.9
Rp. 2 – 5 juta 198 79.8
[image:38.612.111.530.280.688.2]Dari karakteristik sampel didapati bahwa dari 248 responden penelitian
sebagian besar adalah perempuan yaitu 181 orang (73%). Usia terbanyak adalah
remaja usia 16 tahun yaitu 162 orang (65.3%). Sebanyak 118 orang (47.6%) remaja
menonton televisi kurang atau sama dengan 2 jam per hari dan 130 remaja (52.4%)
menonton televisi lebih dari 2 jam per hari. Jenis tontonan yang disukai responden
kebanyakan adalah film kartun yang ditonton oleh 164 orang (66.1%). Orang tua
responden terbanyak berpendidikan SMU sebanyak 147 orang (59.3%). Pekerjaan
orang tua terbanyak adalah wiraswasta yaitu sebanyak 146 orang (58.9%).
Penghasilan orang tua responden sebagian besar berada pada rentang Rp.2.000.000 –
5.000.000 yaitu sebanyak 198 orang (79.8%). Didapati 16 dari 248 remaja yang
diteliti dalam studi ini memiliki perilaku agresif. Sedangkan 15 dari mereka (93.8%)
yang menonton televisi > 2 jam perhari, dan hubungan ini secara statistika bermakna
(P= 0.0002). Ditemukan satu remaja agresif dari 118 remaja yang menonton televisi ≤ 2 jam perhari. Jenis acara televisi yang ditonton oleh satu remaja agresif yang
menonton televisi ≤ 2 jam perhari adalah film horor. Sementara itu 15 remaja agresif yang menonton > 2 jam perhari adalah: kartun (19.2%), olahraga (17.3%), sinetron
(15.5%), berita (13.6%), action (11.5%), horor (9.6%), ceramah agama (3.8%), media
edukasi (3.8%), infotainment (3.8%) dan kuis (1.9%). Sedangkan jenis tontonan pada
232 dari 248 remaja tidak agresif adalah: kartun (19.9%), sinetron (16.3%), berita
(11.9%), horor (11,1%), kuis (8.2%), infotainment (7.9%), action (6.7%), olahraga
Tabel 4. 2. Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi perilaku agresif pada anak
remaja dengan analisis bivariat
Faktor Risiko Agresif
n(%) = 16
Borderline n(%) = 18
Tidak Agresif n(%) = 214
P
Jenis kelamin
Laki laki 12 (75) 10 (55.6) 45 (21) 0,0001
Perempuan 4 (25) 8 (44.4) 169 (79)
Tingkat Pendidikan Orangtua
SD 1 (6.3) 0 18 (8.4) 0,647
SMP 0 1 (5.6) 20 (9.3)
SMU 11 (68.8) 13 (72.2) 123 (57.5)
Sarjana 4 (25) 4 (22.2) 53 (24.8)
Pendapatan Orangtua
< Rp. 2 juta 1 (6.3) 0 18 (7.5) 0,454
Rp. 2 – 5 juta 11 (68.8) 15 (83.3) 172(80.4)
> Rp. 5 juta 4 (25) 3 (16.7) 26 (12.1)
Lama Menonton Televisi
≤ 2 jam 1 (6.3) 7 (38.9) 110 (51.4) 0,0002
> 2 jam 15 (93.8) 11 (61.1) 104 (48.6)
Tabel 4.2 menjelaskan mengenai faktor-faktor risiko yang mempengaruhi perilaku
agresif pada remaja dengan analisis bivariat. Dari kebanyakan faktor risiko, terdapat
2 variabel bebas yang berhubungan signifikan dengan perilaku agresif remaja yaitu
jenis kelamin laki-laki (P = 0.0001) dan lama menonton televisi yang lebih dari 2
BAB 5. PEMBAHASAN
Media televisi sampai saat ini masih diasumsikan sebagai alat informasi yang ampuh
dalam mengubah sikap dan perilaku pemirsa karena efek suara dan bentuk
gambarnya secara nyata dapat disaksikan pemirsa di rumah. Tayangan televisi baik
film, drama, berita maupun iklan akan mempengaruhi kejiwaan pemirsa.18 Secara
umum dikatakan bahwa ketergantungan anak terhadap tayangan televisi sudah sangat
tinggi dan mencapai titik yang mengkhawatirkan.6 Untuk itu American Academy of
Pediatric (AAP) telah merekomendasikan agar anak tidak menonton televisi lebih
dari 2 jam sehari,5 namun kenyataannya hasil penelitian terhadap anak-anak di
Amerika Serikat, Inggris, dan Australia menemukan bahwa rata-rata anak menonton
televisi 20-25 jam per minggu, melebihi waktu yang direkomendasikan AAP.18
Pada penelitian ini dari 16 remaja yang berprilaku agresif didapati 12 orang
(75%) diantaranya adalah remaja laki-laki. Hal ini memiliki persamaan dengan
penelitian lain yang mendapati bahwa anak laki-laki lebih cenderung agresif
dibanding perempuan.
Hal
ini memiliki persamaan dengan hasil penelitian ini yaitu lebih dari separuh (52.4%)
remaja menonton televisi lebih dari 2 jam per hari.
Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia
(YKAI) dan Litbang Departemen Penerangan RI tahun 1993 tentang tayangan film
hanya 48% yang proporsional.18 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di
Jakarta yang mendapatkan bahwa tayangan kekerasan merupakan tayangan yang
paling sering di layar televisi dan adegan kekerasan ini menyebar di berbagai jenis
program acara.14 Delapan dari 10 program yang ditayangkan televisi berisi adegan
kekerasan dan dari delapan episode adegan kekerasan tersebut terjadi setiap jam.
Lebih jauh lagi, program program tersebut secara khusus ditujukan kepada anak,
seperti kartun.12
Pada studi ini pendapatan orang tua bukan merupakan faktor risiko terhadap
prilaku agresif remaja. Hal ini berbeda dengan studi lain yang menunjukkan bahwa
anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah lebih cenderung bertindak
agresif daripada anak dari keluarga berpenghasilan tinggi, tanpa memperhitungkan
tontonan televisi. Tetapi masih belum jelas apakah anak dari keluarga penghasilan
rendah lebih dipengaruhi tayangan kekerasan di televisi daripada anak dari keluarga
berpenghasilan tinggi, karena tidak ada bukti langsung terhadap masalah ini.
Pada studi ini, umumnya tayangan televisi yang paling digemari
remaja adalah kartun, namun secara khusus pada remaja yang agresif didapati jenis
tontonan favoritnya adalah bervariasi seperti kartun, olah raga, sinetron, berita,
action, horor, ceramah agama, media edukasi, infotainment, dan kuis. Namun
satu-satunya remaja agresif yang menonton televisi < 2 jam per hari dalam penelitian ini
menjadikan film horor sebagai tayangan favoritnya.
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa lama menonton televisi > 2 jam per hari
merupakan faktor risiko perilaku agresif pada remaja. Remaja laki-laki lebih
berpotensi untuk berprilaku agresif dibanding remaja perempuan.
6.2 Saran
- Orang tua menyediakan waktu untuk memantau kegiatan anak, memberi
batasan waktu dan mendampingi serta memberi penjelasan tentang tayangan
yang ditonton bersama.
- Perlu diberlakukan aturan jelas dan benar untuk para produser dan rumah
produksi agar film untuk anak yang dihasilkan adalah film film yang bersifat
mendidik dan bukan untuk komersil saja.
- Keterlibatan pemerintah dalam mengawasi perlu ditingkatkan.
- Perlu penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis tayangan televisi yang lebih
RINGKASAN
Televisi merupakan media massa yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat,
termasuk masyarakat Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari karakteristiknya yang
memberi banyak kemudahan bagi pemirsanya.
Menonton televisi juga perlu mendapat perhatian serius karena mempunyai
pengaruh negatif terhadap aktivitas fisik seperti perilaku merokok, perilaku agresif,
tingkah laku, pengguna alkohol dan obat terlarang, hubungan seksual bebas, pola
makan yang salah, obesitas, gangguan tidur, serta penurunan prestasi akademik,
terutama apabila ada televisi di kamar anak.
Secara umum dapat dikatakan bahwa
ketergantungan anak pada tayangan televisi sudah sangat tinggi dan mencapai titik
yang mengkhawatirkan. Oleh karena itu American Academy of Pediatric (AAP) telah
merekomendasikan agar anak tidak menonton televisi lebih dari 2 jam sehari.
Meskipun Children’s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi
untuk anak 10,5 menit/jam dalam satu minggu dan 12 menit/jam pada akhir minggu,
namun banyak anak yang menonton televisi hampir 16 menit/jam. Setiap anak
menghabiskan total 6 jam sehari untuk menonton televisi, bermain video game,
mendengarkan musik atau membaca majalah, namun sebagian besar orang tua tidak
menanggapi hal ini dengan serius dan masih dijumpai pertambahan waktu menonton
televisi dari waktu yang telah direkomendasikan oleh AAP dan masih dijumpai anak
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif remaja
diklasifikasikan dalam dua kelompok utama, yaitu (a) faktor ekstrinsik atau
faktor-faktor yang bersumber dari luar diri siswa termasuk faktor-faktor demografis, seperti jenis
kelamin, pendidikan orang tua, usia, status sosial ekonomi orang tua, faktor sosial,
seperti pengalaman perilaku kekerasan, pengasuhan orang tua, interaksi guru-siswa,
dan pengaruh teman sebaya, (b) faktor intrinsik atau faktor-faktor yang bersumber
pada diri remaja termasuk sifat-sifat kepribadian, temperamen, konsep diri, kontrol
diri, asertivitas dan harga diri.
Penelitian ini merupakan studi analitik komparatif untuk menilai hubungan
antara lama menonton televisi terhadap perilaku agresif remaja. Penelitian ini
dilakukan di sekolah SMA Negeri 2 di kota Lubuk Pakam selama 4 bulan mulai
Desember 2013 sampai Maret 2014. Dengan populasi target adalah semua anak
dengan usia 16 sampai 18 tahun. Populasi terjangkau adalah populasi target siswa
yang berusia 16 dan 18 tahun SMA Negeri 2 Lubuk Pakam. Sampel adalah populasi
terjangkau yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Dari penelitian ini didapati 16 dari 248 remaja yang diteliti dalam studi ini
memiliki perilaku agresif. Sedangkan 15 dari mereka (93.8%) yang menonton televisi
> 2 jam perhari, dan hubungan ini secara statistika bermakna (P= 0.0002). Jenis acara
televisi yang ditonton oleh 16 remaja agresif adalah: kartun (19.2%), olahraga
(17.5%), sinetron (15.5%), berita (13.6%), action (11.5%), horor (9.6%),
Dari kebanyakan faktor risiko, terdapat 2 variabel bebas yang berhubungan signifikan
dengan perilaku agresif remaja yaitu jenis kelamin laki-laki (P = 0.0001) dan lama
menonton televisi yang lebih dari 2 jam (P = 0.0002). Pada penelitian ini didapatkan
bahwa lama menonton televisi > 2 jam per hari merupakan faktor risiko perilaku
agresif pada remaja. Remaja laki-laki lebih berpotensi untuk berprilaku agresif
SUMMARY
Television is the most mass media consumed by many people, including the people of
Indonesia. It is was due to the characteristics that give a lot of convenience for
audience. Generally, it can be said that the dependence of children on television has
been very high and reached an alarming point. Therefore, the American Academy of
Pediatrics (AAP) has recommended that children do not watch television more than 2
hours a day.
Watching television also needs serious attention because it has a negative
effect on physical activity such as smoking behavior, aggressive behavior, behavior,
alcohol and drug users, free sexual intercourse, wrong diet, obesity, sleep disorders,
and poor school performance, especially if there was a television in a child's room.
Although the Children's Television Act of 1990 have limited the television
program for children 10.5 minutes / hours per week and 12 minutes / hour on
weekends, but many children are watching television almost 16 minutes / hour. Each
child spent a total of 6 hours a day for watching television, playing video games,
listening to music or reading a magazine, but most parents do not take this seriously
and still found time to watch television increment of time that has been recommended
by the AAP and still found the child less than 2 years watching television.
In general, the factors that affect aggressive behavior of adolescents classified into
two main groups, namely (a) the extrinsic factor or factors are sourced from outside
parents socioeconomic status, social factors, such as experience of violent behavior,
parenting, teacher-student interaction, and the influence of peers, (b) intrinsic factor
or factors that originates in adolescents including personality traits, temperament,
self-concept, self control, assertiveness and self-esteem.
This study was a comparative analytical study to assess the association
between spent time of watching television and aggressive behavior on adolescents.
This study was conducted in Negeri 2 Lubuk Pakam senior high school for 4 months
starting from December 2013 to March 2014. The target population is all children
aged 16 to 18 years. Accessible population is the population of the target students
aged between 16 and 18 years of Negeri 2 Lubuk Pakam senior high school. Samples
were accessible populations that have met the inclusion and exclusion criteria.
From this study found 16 of 248 adolescents examined in this study have
aggressive behavior. While 15 of them (93.8%) who watch television> 2 hours per
day, and this association is statistically significant (P = 0.0002). Type of television
programmes that had been watched by the 16 aggressive adolescents who watch
television were: cartoon (19.2%), sports (17.5%), soap opera (15.5%), news (13.6%),
action (11.5%), horror (9.6%), infotainment (3.8%), educational media (3.8%),
religious speech (3.8%) and a quiz (1.9%). From most risk factors, there are two
independent variables significantly associated with aggressive behavior on
adolescents which were male gender (P = 0.0001) and spent time of watching
of watching television > 2 hours per day is a risk factor for aggressive behavior on
DAFTAR PUSTAKA
1. Nando. Hubungan antara perilaku menonton film kekerasan dengan perilaku agresi remaja.(skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2011. h.1-78
2. Valentine HV. Efek berita kriminal terhadap perilaku khalayak remaja.(skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2009 . h.1-100
3. Yunida firsta. Analisis strategi promosi PT televisi transformasi Indonesia (Trans tv).(skripsi).Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2006. h.1-88
4. Tarigan T, Ervani N, Lubis S. Pola menonton televisi dan pengaruhnya terhadap anak. Sari pediatri. 2007; 9:44-47
5. Hogan M, Miriam B, Lillian B, Suzanne C, Alberto G, Francis P, et al. Media education. Pediatrics. 1999; 104:341-3
6. Walma Van der molen JH. Violence and suffering in television news: toward a broader conception of harmful television content for children. Pediatrics. 2004; 113:1771-5
7. McIlhaney JS. Problems and solutions associated with media consumption: the role of the practitioner. Pediatrics. 2005; 116:327-328
8. Durant RH, Champion H, Wolfson M. The relationship between watching professional wrestling on television and engaging in date fighting among high school student. Pediatrics. 2006; 118:265-72
9. Hamer M, Stamatakis E, Mishra G. Psychological distress, television viewing and physical activity in children aged 4 to 12 years. Pediatrics. 2009; 123:1263-8 10.Matheson DM, Killen JD, Wang Y, Varady A, Robinson TN. Children’s food
consumption during television viewing. Am J Clin Nutr. 2004; 79:1088-94 11.Dworak M, Schierl T, Bruns T, Strüder HK. Impact of singular excessive
computer game and television exposure on sleep patterns and memory performance of school-aged children. Pediatrics. 2007; 120:978-85
12.Murray PJ. Dampak tayangan adegan kekerasan di televisi. Jurnal pekommas. 2009; 12: 89-107
13.Widiastuti W. Dampak adegan kekerasan di televisi terhadap perilaku agresif remaja perkotaan. Jurnal penelitian UNIB. 2002; 8:140-143
14.Hapsary AF. Perilaku agresi pada anak yang gemar menonton tayangan kekerasan di televisi.(skripsi). Jakarta. Universitas Gunadarma. 2010. h.1-56 15.Winarso PH. Media massa sebagai agen sosialisasi. Dalam: Team prestasi.
Buku Sosiologi komunikasi massa. Jakarta: Prestasi pustaka Publisher, 2005. h.171-212
16.Jamilah Y. Televisi dan budaya popular.(skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara. 2011. h.1-56
18.Kuswandi W. Teknologi elektronik media televisi. Dalam: Kuswandi W. Buku komunikasi massa sebuah analisis media televisi. Jakarta: PT Rineka cipta, 1996. h.1-67
19.Ayuningtyas R, Alif MG. Strategi Metro tv: menghadapi persaingan di industri pertelevisian nasional. Journal of business strategy and execution. 2009:50-62
20.Budi S. Industri televisi swasta indonesia dalam perspektif ekonomi politik. Jurnal ilmu komunikasi. 2004; 1:1-8
21.Pitriawanti A. Pengaruh intensitas menonton televisi dan komunikasi orang tua-anak terhadap kedisiplinan dalam mentaati waktu belajar.(summary skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro. 2010:1-11
22.Imanto T. Antara televisi dan gaya hidup. Universitas Esa Unggul. 2012: 1-14 23.Nurmala. Pengaruh iklan televisi terhadap perilaku ibu rumah tangga dalam
penggunaan monosodium glutamate di Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan tahun 2002.(skripsi). Medan : Universitas Sumatera Utara. 2003. h.1-46
24.Shifrin DL, Ari B, Benard PD, Kenneth RG, Regina MM, Kathleen GN, et al. Children, adolescents and advertising. Pediatrics. 2006; 118:2563-9
25.Christakis DA, Zimmerman FJ, DiGiuseppe DL, McCarty CA. Early television exposure and subsequent attentional problems in children. Pediatrics. 2004; 113:708-13
26. Jordan AB, Hersey JC, McDivitt JA, Heitzler DC. Reducing children's television-viewing time: a qualitative study of parents and their children. Pediatrics. 2006; 118:1303-10
27.Sumarjo. Efek adegan kekerasan di televisi. Inovasi. 2011; 8:102-114
28.Ahmad A. Televisi dan reformasi informasi. Jurnal Stimuli Ilmu Komunikasi. 2012:21-28
29.Ningsih. Pengaruh televisi terhadap anak. Diunduh dari blog.tp.ac.id/wp.../download-artikel-televisi-ning.doc. Diakses April 2013 30.Milwati S, Widodo D, Prastiwi S. Hubungan tayangan televisi dengan sikap
anak dalam belajar di Sekolah Dasar Sriwedari Malang. Jurnal Kesehatan. 2008; 6:152-159
31.Nazaruddin M. Televisi dan pendidikan nasional. Harian Bernas Jogja. 2006:1-3
32.Mu’arifah A, Martaniah SM. Hubungan keteraturan menjalankan sholat dan puasa senin kamis dengan agresivitas. Indonesian Psychological Journal. 2004; 1:10-24
33.Herlinawati N. Perilaku agresif pada remaja putri yang mengalami abuse oleh ibu. Universitas gunadarma.1-18
35.Budi ASH. Perilaku agresif ditinjau dari persepsi pola asuh authoritarian, asertivitas dan tahap perkembangan remaja pada anak binaan Lembaga Pemasyarakatan anak Kutoarja Jawa Tengah. Humanitas. 2009; 6:42-55
36.Iskandarsyah A. Remaja dan permasalahannya. Universitas Padjajaran. 2006:1-12
37.Adnyawati IGA. Perkembangan remaja dan permasalahannya. Jurnal skala husada. 2009; 6: 37-42
38.Eyefni. Hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku agresif pada siswa kelas 2L2 dan kelas 2M3 di SMK N5 Padang tahun 2011. (tesis). Universitas Andalas. 2011:1-11
39.Nasution IK. Perilaku merokok pada remaja. (skripsi). USU. 2007:1-26
40.Dahesihsari R. Keluarga sebagai fondasi ketahanan remaja dalam menanggulangi masalah. (tesis). Universitas Katolik Atma Jaya. 1996:41-53 41.Widianti E. Remaja dan permasalahannya: bahaya merokok, penyimpangan
seks pada remaja, dan bahaya penyalahgunaan minuman keras/narkoba. Universitas Padjajaran. 2007:1-25
42.Putriani N. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Mojogedang. (tesis). Universitas Diponegoro. 2010:1-16
43.Aisyaroh N. Kesehatan reproduksi. diunduh dari
cyber.unissula.ac.id/journal/.../635Kespro_Remaja.pdf . Diakses April 2013 44.Manik CG. Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada
narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan klas IIA anak Tanjung Gusta Medan. (skripsi). Medan:Universitas Sumatera Utara.2007. h.1-48
45.Camh Knowledge Exchange. Child Behavior Checklist. Di unduh dari http: //knowledgex.camh.net/amhspecialists/Screening_Assessment/screening/scren _CD_youth/Pages/CBCL.aspx. Di akses April 2013
46.Project on Human development in Chicago Neighborhoods. Child Behavior
Checklist.Di unduh dari
LAMPIRAN
1. Personil Penelitian 1. Ketua Penelitian
Nama : dr. Yusri Azwardi
Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak
FK-USU/RSHAM 2. Anggota Penelitian
1. dr. Sri Sofyani, M Ked(Ped), SpA(K) 3. dr. Lily Irsa, SpA(K)
4. dr. Badai Buana Nasution M Ked(Ped), SpA 5. dr. Widyastuti M Ked(Ped), SpA
6. dr. Della Rosa Daulay 7 dr Ary Taufansyah
2. Biaya Penelitian
1. Penyediaan bahan / perlengkapan : Rp. 2.000.000 2. Transportasi / Akomodasi : Rp. 3.000.000 2. Penyusunan dan penggandaan hasil : Rp. 2.000.000
3. Seminar hasil penelitian
Jumlah : Rp. 7.500.000
Jadwal Penelitian
WAKTU KEGIATAN
DESEMBER 2013
JANUARI 2014
FEBRUARI 2014
MARET 2014
Persiapan
Pelaksanaan
Penyusunan laporan
4. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua
Yth. Bapak / Ibu ……….
Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri, Nama saya dokter Yusri Azwardi,
bertugas di divisi Pediatrik Sosial & Tumbuh Kembang Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan, bermaksud
mengadakan penelitian mengenai lama menonton televisi sebagai faktor risiko
perilaku agresif pada remaja. Oleh karena itu kami mohon partisipasi Bapak/Ibu
untuk mengisi kuesioner yang kami berikan
Jika Bapak/ibu bersedia maka kami mengharapkan bapak/ibu menandatangani
lembar persetujuan setelah penjelasan. Demikianlah kami sampaikan. Atas
perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih
Bapak/ibu dapat menghubungi peneliti setiap waktu bila ingin menanyakan
masalah kesehatan putra/putri bapak/ibu atau masalah lain seputar penelitian ini
yang belum bapak/ibu pahami melalui:
Dr.Yusri Azwardi
Divisi Pediatrik sosial & tumbuh kembang Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK
USU-RS H Adam Malik.
Jl.Bunga Lau No. 17 Medan. Telp.8365663
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur : .
Pekerjaan :
Alamat :
Orang tua/wali dari :
Setelah mempelajari dan telah menerima dan serta mengerti penjelasan dokter mengenai penelitian “ hubungan lama menonton televisi dengan perilaku agresif pada remaja”
Dengan kesadaran serta kerelaan sendiri saya sebagai orang tua menyatakan setuju dan bersedia bahwa anak saya menjadi peserta penelitian tersebut.
Demikian pernyataan ini di perbuat dengan sebenarnya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun juga
yang tujuan, sifat, dan risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.
Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan
dr. ... ...
Saksi-saksi : Tanda tangan
1. ... ...
Kuesioner :
No. urut : Pewancara :
Nama : ………
Jenis kelamin : LK / PR Tanggal lahir : ……….
Anak ke : ……dari…..bersaudara
Alamat lengkap : ………. Telp :……… Pekerjaan orang tua :……… Penghasilan orang tua : pilh salah satu
a. Rp 2.000.000 – 3.000.000/bulan b. Rp.3.000.000 – 4.000.000/bulan c. Rp.4.000.000 - 5.000.000/bulan d. Rp.5.000.000 – 6.000.000/bulan e. > Rp.6.000.000/bulan
Pendidikan orang tua : ……… Berat badan : …….kg Tinggi badan : …….cm
Pilihlah salah satu pernyataan dengan cara menyilang atau melingkari jawaban
1. Apakah anda mempunyai televisi di rumah ? a. Ya
b. Tidak
2. Berapa lama anak anda menghabiskan waktu menonton televisi dirumah? a. Tidak pernah menonton televisi
b. 1 jam perhari c. 2 jam perhari d. 3 jam perhari e. 4 jam perhari f. 5 jam perhari g. 6 jam perhari h. 7 jam perhari
i. Lebih dari 7 jam perhari
3. Jenis tontonan apa saja yang sering ditonton oleh anak anda? (boleh menjawab lebih dari satu
f. Olah raga (tinju, karate, sumo) g. Ceramah agama
h. Media edukasi (cerdas cermat, ensiklopedia, program bimbingan pelajaran sekolah)
i. Berita j. Infotainment
Jika ada yang lain tuliskan saja
……….. 4. Apakah tersedia televisi dikamar anak anda?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah anak anda sedang minum obat-obatan yang berkenaan dengan gangguan jiwa ?
a. Ya b. Tidak
6. Selain menonton televisi aktifitas apa saja yang dilakukan anak anda? (boleh lebih menjawab lebih dari satu)
a. Olah raga
b. Bermain dilapangan bersama teman lainnya c. Bermain game dikomputer
d. Bermain play station e. Les pelajaran sekolah
……… 7. Berapa lama anak anda menghabiskan waktu untuk bermain game di
Komputer?
a. Kurang dari 30 menit perhari b. 30 menit perhari
c. 1 jam perhari d. 2 jam perhari e. 3 jam perhari
8. Berapa jam anak anda menghabiskan waktu untuk bermain play station? a. Kurang dari 30 menit perhari
b. 30 menit - 1 jam perhari c. 1 – 2 jam perharii
d. 2 – 3 jam perhari
e. Lebih dari 3 jam perhari
9. Berapa banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti anak anda? a. Satu
b. Dua c. Tiga d. Empat