• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan pada Televisi dengan Perilaku Agresif Siswa Kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran T1 132007002 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan pada Televisi dengan Perilaku Agresif Siswa Kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran T1 132007002 BAB IV"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Subyek Penelitian

SMP Mardi Rahayu Ungaran terletak di jalan Diponegoro No. 741,

Ungaran, Kabupaten Semarang. Subjek dalam penelitian ada 134 siswa kelas

VIII yang terdiri dari siswa kelas VIII A, VIII B, VIII C, dan VIII D di SMP

Mardi Rahayu Ungaran. Deskripsi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel

[image:1.612.104.521.192.675.2]

4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Sampel penelitian dilihat dari usia (N=134) Usia Frekuensi Prosentase (%)

13 tahun 21 15,67%

14 tahun 108 80,59%

15 tahun 5 3,73 %

Jumlah 134 100 %

Dari tabel 4.1 sebagian besar sampel penelitian berusia 14 tahun (80, 59 %)

Tabel 4.2

Sampel penelitian dilihat dari jenis kelamin (N=134) Jenis kelamin Frekuensi Prosentase (%)

Laki – laki 69 51,49 %

Perempuan 65 48,51 %

Jumlah 134 100 %

(2)
[image:2.612.102.528.167.634.2]

Tabel 4.3

Sampel penelitian dilihat dari urutan anak dalam keluarga (N= 134) Kategori urutan anak ke- Frekuensi Prosentase (%)

Anak ke-1 69 51,50 %

Anak ke-2 39 29,10 %

Anak ke-3 15 11,20 %

Anak ke-4 7 5,22 %

Anak ke-5 dan lebih 4 2,98 %

Jumlah 134 100 %

Dari tabel 4.3 sebagian besar urutan anak dari sampel penelitian adalah anak ke-1

(51,50%).

4.2 Pengumpulan Data

1. Persiapan Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian peneliti terlebih dahulu meminta

surat ijin dari Dekan FKIP UKSW (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana) untuk dibawa kepada kepala sekolah SMP

Mardi Rahayu Ungaran. Surat ijin diberikan kepada kepala sekolah SMP

Mardi Rahayu pada tanggal 20 April 2012. Peneliti mendapatkan ijin dari

kepala sekolah SMP Mardi Rahayu Ungaran secara lisan.

2. Perencanaan Penelitian

Sebelum dilakukan pengumpulan data peneliti merencanakan jadwal

penelitian dengan guru BK SMP Mardi Rahayu Ungaran. Jadwal penelitian

(3)
[image:3.612.102.536.149.679.2]

Tabel 4.4

Perencanaan Penelitian

No Tanggal Perencanaan Penelitian

1. 10 Mei 2012

Dijadwalkan oleh guru BK untuk melakukan pengumpulan data di kelas VIII A dan VIII B.

2. 11 Mei 2012

Dijadwalkan oleh guru BK untuk melakukan pengumpulan data di kelas VIII C dan VIII D .

3. 12 Mei 2012 Dijadwalkan oleh guru BK untuk melakukan pengumpulan data di kelas VIII E.

3. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan pengumpulan data dilaksanakan secara klasikal pada jam

pelajaran yang telah dijadwalkan oleh guru BK ( Bimbingan dan Konseling )

SMP Mardi Rahayu Ungaran. Proses pengumpulan data dimulai pada hari

Kamis tanggal 10 Mei 2012 dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner

intensitas menonton tayanag kekerasan pada televisi dan kuesioner perilaku

agresif kepada responden siswa kelas VIII A. Pertama peneliti memberikan

salam kepada seluruh siswa kelas VIII A (“selamat pagi adik-adik”).

Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan diri (“perkenalkan nama saya Tika

Dwi Andani, saya mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen

Satyawacana Salatiga semester akhir yang sedang melakukan penelitian

untuk menyusun tugas akhir berupa Skripsi, dan akan mangambil data

penelitian kepada siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran”) respons

(4)

kuesioner intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi kepada

masing-masing siswa. Peneliti meminta siswa untuk mengisi identitas nama,

kelas, gender, dan usia pada kolom yang telah disediakan dalam kuesioner.

Peneliti membacakan petunjuk pengisian dan memberikan contoh satu

pernyataan kuesioner intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi

agar siswa dapat memahami cara pengisian secara benar. Petunjuk pengisian

selesai dijelaskan siswa diminta mengisi sendiri kuesioner intensitas

menonton tayangan kekerasan pada televisi secara jujur dan peneliti

menunggui siswa mengisi dengan duduk di kursi guru kelas VIII A.

Selama pengisian kuesioner intensitas menonton tayangan kekerasan pada

televisi, siswa tidak ada yang bertanya dan siswa semua mengerjakan dengan

baik. Setelah selesai mengerjakan kuesioner intensitas menonton tayangan

kekerasan pada televisi, peneliti kemudian membagikan kuesioner perilaku

agresif. Selajutnya peneliti menjelaskan petunjuk pengisian kuesioner perilaku

agresif dan kemudian siswa diminta untuk mengisi sendiri kuesioner perilaku

agresif secara jujur. Sama seperti pengisian kuesioner intensitas menonton

tayangan kekerasan pada televisi, dalam pengisian kuesioner perilaku agresif

siswa kelas VIII A semuanya mengerjakan dengan baik. Waktu yang

diberikan hanya 40 menit cukup untuk pengisian kuesioner intensitas

(5)

Setelah selesai siswa menjawab semua kuesioner peneliti mengucapkan

terimakasih kepada siswa kelas VIII A yang telah bersedia mengisi kuesioner

intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi dan kuesioner perilaku

agresif dan tidak lupa peneliti mengecek lembar jawaban dan soal yang telah

diisi oleh siswa sebelum meninggalkan kelas. Setelah selesai di kelas VIII A,

sesuai jadwal yang ditetapkan peneliti melanjutkan pengambilan data di kelas

VIII B. Prosedur dan petunjuk pengambilan data penelitian sama seperti

keterangan di kelas VIII A diisi langsung oleh siswa dengan ditunggui oleh

peneliti. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya kesalahan dalam

pengisian kuesioner, kesalahan persepsi siswa terhadap item-item dan

kelengkapan kuesioner pada waktu dikembalikan.

Selanjutnya peneliti melakukan pengumpulan data di kelas VIII C, VIII D

dan kelas VIII E sesuai dengan jadwal yang direncanakan yaitu tanggal 11

Mei dan tanggal 12 Mei. Prosedur dan petunjuk pengambilan data penelitian

sama seperti keterangan di kelas VIII A. Proses pengambilan data berjalan

dengan lancar tanpa hambatan apapun karena antusiasme siswa dalam

pengisian kuesioner intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi dan

kuesioner perilaku agresifsangat tinggi.

4.3 Analisis Deskriptif

Kuesioner intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi dan

kuesioner perilaku agresif yang terkumpul masing-masing berjumlah 134

(6)

kuesioner perilaku agresif siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran

dikategorikan dalam 5 kategori, yakni Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah

dan Sangat Rendah. Jarak skor pada kuesioner intensitas menonton tayangan

kekerasan pada televisi diperoleh dari perhitungan skor maksimal dikurangi

skor minimal skala dibagi kategori atau (150-30) : 5 = 24. Begitu pula pada

kuesioner perilaku agresif yaitu (145-29) : 5 = 23,2 atau dibulatkan menjadi

23. Kategori intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi dan

perilaku agresif siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran seperti tabel

[image:6.612.99.523.111.564.2]

4.5 dan tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.5

Kategori Variabel Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan pada Televisi

Kategori Skor Frekuensi Prosentase

Sangat Tinggi 126 – 150 0 0 %

Tinggi 102 – 125 5 3,73 %

Sedang 78 – 101 92 68,66 %

Rendah 54 – 77 37 27,61 %

Sangat Rendah 30 – 53 0 0 %

TOTAL 134 100 %

Dari hasil tabel 4.5 rekapitulasi pengukuran kategori intensitas

menonton tayangan kekerasan pada televisi, berdasarkan kuesioner intensitas

menonton tayangan kekerasan pada televisi diperoleh hasil sebagian besar

siswa kelas VIII D SMP Mardi Rahayu Ungaran mempunyai intensitas

(7)
[image:7.612.103.532.101.635.2]

Tabel 4.6

Kategori Variabel Perilaku Agresif

Kategori Skor Frekuensi Prosentase

Sangat Tinggi 125 – 145 0 0 %

Tinggi 101 – 124 3 2,24 %

Sedang 77 – 100 60 44,78 %

Rendah 53 – 76 68 50,74 %

Sangat Rendah 29 – 52 3 2,24 %

TOTAL 134 100 %

Dari hasil tabel 4.6 rekapitulasi pengukuran kategori tingkat perilaku

agresif, berdasar kuesioner perilaku agresif oleh Buss dan Perry (1992)

diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa kelas VIII D Mardi Rahayu

Ungaran mempunyai perilaku agresif pada kategori : Rendah

( 50,74% ).

4.4 Analisis Korelasi

Analisis korelasi menggunakan teknik kendall’s tau_b karena skala datanya

adalah ordinal dan ordinal dari populasi yang bebas distribusi jadi tidak harus

normal (Sugiyono, 2010) dengan bantuan program SPSS for Windows 16.0

(8)
[image:8.612.102.532.112.621.2]

Tabel 4.7 Correlations

Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Pada Televisi dengan Kuesioner Perilaku Agresif

Intensitas Menonton Tayangan

Kekerasan Agresivitas

Kendall's tau_b Intensitas Menonton

Tayang an Kekeras an

Correlation Coefficient 1.000 .082

Sig. (2-tailed) . .170

N

134 134

Agresivitas Correlation Coefficient .082 1.000

Sig. (2-tailed) .170 .

N 134 134

Dari tabel 4.7 koefisien korelasi antara intensitas menonton

tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif siswa kelas VIII

SMP Mardi Rahayu Ungaran sebesar rxy = 0,082 dengan p = 0,170 > 0,05,

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku

agresif siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran Kabupaten

Semarang. Artinya intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi

tidak berkaitan dengan perilaku agresif siswa kelas VIII SMP Mardi

Rahayu Ungaran.

Karena tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas

menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif maka

(9)
[image:9.612.101.533.123.620.2]

Tabel 4.8

Analisis Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Pada Televisi Dengan Perilaku Agresif Berdasarkan Aspek Agresi Fisik

Correlations

Intensitas Menonton Tayangan

Kekerasan Agresi Fisik

Kendall's tau_b

Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan

Correlation Coefficient 1.000 .114

Sig. (2-tailed) . .059

N 134 134

Agresi Fisik Correlation Coefficient .114 1.000

Sig. (2-tailed) .059 .

N 134 134

Dari tabel 4.8 koefisien korelasi antara intensitas menonton tayangan

kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif dilihat dari aspek agresi fisik

siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran sebesar rxy = 0,114 dengan p =

0,059 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku

agresif dilihat dari aspek agresi fisik pada siswa kelas VIII SMP Mardi

(10)
[image:10.612.101.524.160.646.2]

Tabel 4.9

Analisis Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Pada Televisi Dengan Perilaku Agresif Berdasarkan

Aspek Agresi Verbal Correlations

Intensitas Menonton Tayangan

Kekerasan Agresi Verbal

Kendall's tau_b Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan

Correlation Coefficient 1.000 .104

Sig. (2-tailed) . .092

N 134 134

Agresi Verbal Correlation Coefficient .104 1.000

Sig. (2-tailed) .092 .

N 134 134

Dari tabel 4.9 koefisien korelasi antara intensitas menonton tayangan

kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif dilihat dari aspek agresi verbal

siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran sebesar rxy = 0,104 dengan p =

0,092 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku

agresif dilihat dari aspek agresi verbal pada siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu

(11)
[image:11.612.103.532.148.680.2]

Tabel 4.10

Analisis Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Pada Televisi Dengan Perilaku Agresif Berdasarkan

Aspek Kemarahan Correlations

Intensitas Menonton Tayangan

Kekerasan Kemarahan

Kendall's tau_b

Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan

Correlation Coefficient 1.000 -.070

Sig. (2-tailed) . .251

N 134 134

Kemarahan Correlation Coefficient -.070 1.000

Sig. (2-tailed) .251 .

N 134 134

Dari tabel 4.10 koefisien korelasi antara intensitas menonton tayangan

kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif dilihat dari aspek kemarahan

siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran sebesar rxy = -0,070 dengan p =

0,251 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku

agresif dilihat dari aspek kemarahan pada siswa kelas VIII SMP Mardi

(12)
[image:12.612.100.531.162.595.2]

Tabel 4.11

Analisis Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Pada Televisi Dengan Perilaku Agresif Berdasarkan

Aspek Permusuhan Correlations

Intensitas Menonton Tayangan

Kekerasan Permusuhan

Kendall's tau_b Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan

Correlation Coefficient 1.000 -.023

Sig. (2-tailed) . .711

N 134 134

Permusuhan Correlation Coefficient -.023 1.000

Sig. (2-tailed) .711 .

N 134 134

Dari tabel 4.11 koefisien korelasi antara intensitas menonton tayangan

kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif dilihat dari aspek permusuhan

siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran sebesar rxy = -0,023 dengan p =

0,711 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku

agresif dilihat dari aspek permusuhan pada siswa kelas VIII SMP Mardi

Rahayu Ungaran.

4.5 Uji Hipotesis

Hipotesis yang dikemukakan penulis pada bab 2 sebagai berikut:

Hipotesis : Ada hubungan yang signifikan antara intensitas menonton

tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif siswa kelas VIII

(13)

Hasil analisis : Tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas

menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif siswa

kelas VIII SMP Mardi Rahayu Ungaran Kabupaten Semarang, maka hipotesis

DITOLAK

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Temuan penelitian : Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara intensitas menonton tayangan kekerasan

pada televisi dengan perilaku agresif siswa kelas VIII SMP Mardi Rahayu

Ungaran Kabupaten Semarang. Analisis untuk sub konsep perilaku agresif

berdasarkan 4 aspek 1) Agresi Fisik, 2) Agresi Verbal, 3) Kemarahan, 4)

Permusuhan, hasil analisis 4 aspek juga ditemukan tidak ada hubungan yang

signifikan antara intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi

dengan perilaku agresif.

Memperkuat tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas

menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif dalam

pengambilan sampel dilihat pada tabel 4.5 sebagian besar intensitas

menonton tayangan kekerasan pada televisi berada pada kategori sedang

(68,66 %). Sedangkan pada tabel 4.6 menunjukan perilaku agresif berada

pada kategori rendah (50,74 %). Dan diskripsi subyek mengenai usia pada

tabel 4.1 menyatakan bahwa sebagian besar siswa pada kategori usia 14

[image:13.612.101.530.192.628.2]
(14)

menyatakan bahwa sebagian besar berjeniskelamin laki-laki (51,48 %).

Diskripsi subjek berdasarkan urutan kelahiran siswa sebagian besar pada

urutan kelahiran anak I (51,50 %). Artinya perilaku agresif yang rendah

tidak berhubungan oleh intensitas menonton tayangan kekerasan pada

televisi, usia, jenis kelamin dan urutan kelahiran anak.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Widiastuti (2002), menyatakan

bahwa intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap perilaku agresif yang berarti tidak

memiliki hubungan dengan perilaku agresif.

Tidak adanya hubungan yang signifikan antara intensitas menonton

tayangan kekerasan pada televisi dengan perilaku agresif disebabkan adanya

faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku agresif, yaitu faktor

personal dan factor situasional Buss & Perry (dalam Anderson & Bushman,

2002). Faktor personal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri yang

mempengaruhi perilaku seseorang. Faktor personal terdiri atas sifat, jenis

kelamin, keyakinan, sikap, dan nilai. Subyek menilai adegan kekerasan tidak

diperlukan untuk ditayangkan di televisi terutama pada film dan sinetron

maupun tayangan lainnya atau dapat dikatakan subyek mempunyai sikap

negatif terhadap kekerasan. Faktor situasional adalah faktor-faktor yang

berasal dari luar diri yang mempengaruhi perilaku seseorang. Subyek

(15)

pada masa ini siswa memiliki lingkungan yang luas untuk tumbuh kembang.

Ada faktor lain dari luar diri anak yang dapat lebih berpotensi untuk

berperilaku agresif. Misalnya, daerah tempat tinggal, lingkungan keluarga,

video game, pengaruh teman, dan masih banyak hal lain yang berhubungan

dengan munculnya perilaku agresif.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Apollo (2003) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara intensitas menonton

tayangan televisi berisi kekerasan dengan kecenderungan agresivitas remaja.

Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, Murray (2008) yang menyatakan

bahwa intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi terbukti

berhubungan positif dan signifikan terhadap perilaku agresif pada usia remaja.

Dimana pada usia remaja, waktu dihabiskan untuk menonton televisi dan

kebanyakan tayangan yang dipilih untuk ditonton adalah tayangan yang

mengandung adegan kekerasan. Penyebab lain, adalah karakteristik televisi

sebagai media yang sifatnya audio-visual dalam penerimaan kemampuan

tertentu seperti pesan-pesannya tidak menuntut pemirsanya memiliki

kemampuan tertentu seperti media cetak yang menuntut untuk membaca.

Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena perbedaan waktu

pengambilan data penelitian, dimana pada saat ini teknologi sudah semakin

canggih maka siswa menghabiskan waktunya tidak hanya pada menonton

(16)

video game online, facebook, dan yang lainnya. Perbedaan hasil penelitian ini

mungkin karena adanya perbedaan instrument yang dipakai oleh Apollo

(2003) dan Murray (2008) dengan penulis.

Hasil penelitian ini dapat memberi masukan tentang pamahaman mengenai

faktor yang mempengaruhi perilaku agresif. Ada fakta bahwa tidak ada

hubungan antara intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi dengan

perilaku agresif dari hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bahwa

intensitas menonton tayangan kekerasan pada televisi tidak memberikan

Gambar

Tabel 4.1 Sampel penelitian dilihat dari usia (N=134)
Tabel 4.3
Tabel 4.4 Perencanaan Penelitian
Tabel 4.5 Kategori Variabel Intensitas Menonton Tayangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Table 14: OECD Projections of Trade Balances: Cross-Section and Time Series Combined.

Proses penyaringan adalah proses pemisahan fraksi stearin yang telah mengkristal dan fraksi olein yang masih berwujud cair.tujuan proses ini adalah untuk

Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis yang telah memberikan ilmu dan masukan kepada penulis selama masa perkuliahan di Program Studi Ilmu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta dilanjutkan dengan menganalisis data yang diperoleh, maka hasilnya adalah terdapat pengaruh positif dan signifikan

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET PADA SISWA MELALUI PENDEKATAN TAKTIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Narasumber pelatihan Pusat Studi Kebijakan Pendidikan dan Pusat Penelitian Pendidikan Dasar dan Menengah Lemlit

[r]

Samsung pada mahasiswa di kota Semarang dan faktor apa saja yang paling. dominan dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian