• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

Penelitian pengembangan ini didasarkan dari hasil identifikasi masalah. Data yang diperoleh dari hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar anak-anak belum mengetahui tradisi ruwatan.

Dari hasil wawancara dan data yang diperoleh, peneliti membuat kuesioner untuk menganalisis kebutuhan anak. Kemudian peneliti membuat prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan. Prototipe tersebut divalidasi oleh dosen ahli bahasa dan

sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma dan mendapat hasil skor 29 dengan rata-rata 3,2 yang berarti baik sehingga layak untuk diujicobakan.

Uji coba produk dilakukan pada tanggal 04 Januari 2016 di SD N Jambon dengan siswa sebanyak 11 orang dan berusia 9-10 tahun. Berdasarkan hasil uji coba tersebut, peneliti mendapatkan data bahwa buku cerita anak mengenai tradisi ruwatandapat membantu anak dalam memahami arti tradisi ruwatanyang berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan. Selain itu juga dapat membantu anak dalam melestarikan tradisiruwatan.

Prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan mendapat skor 29 dan masuk dalam kategori baik dan dapat digunakan untuk membantu anak dalam memahami tradisi ruwatandan menanamkan nilai-nilai karakter yang ada karena:

a. Produk disusun dengan tujuan untuk membantu anak dalam memahami tradisi ruwatan.

Ruwatan merupakan suatu jalan dan usaha untuk membebaskan manusia dari aib dan dosa yang sekaligus menghindarkan diri dari malapetaka (Bratawidjaja, 1988: 38). Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional di Jawa yang dilakukan sebagai sarana untuk membebaskan manusia dari bahaya, dosa atau kesialan yang dapat menimpanya.

Peneliti terdorong untuk mengetahui pemahaman anak mengenai tradisi ruwatan, oleh karena itu peneliti melakukan pengumpulan data. Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa anak di daerah Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, anak-anak belum mengetahui mengenai tradisi ruwatan. Selain itu peneliti membagikan kuesioner kepada 18 anak usia 9-10

tahun di SD N Tegalrejo 2 Yogyakarta. Data tersebut digunakan untuk mengetahui apakah anak usia 9-10 tahun tersebut membutuhkan buku cerita tentang tradisi ruwatan. Peneliti terdorong untuk membuat buku cerita anak tentang tradisi ruwatandengan tujuan agar anak-anak memahami tradisi ruwatan dan menanamkan pendidikan karakter kepada anak-anak.

Peneliti menyusun prototipe buku cerita anak dengan judul “Mengenal Tradisi Ruwatan”. Prototipe tersebut terdiri dari cover, cerita mengenai tradisi ruwatanyang menonjolkan nilai-nilai yang berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan dengan sepuluh gambar dan daftar pustaka. Cerita tersebut dibuat dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak.

Selanjutnya, peneliti melakukan uji coba produk kepada anak usia 9-10 tahun di SD N Jambon Kulonprogo untuk mengetahui kualitas produk yang dikembangkan. Peneliti melihat adanya perbedaan pemahaman anak sebelum dan sesudah melakukan uji coba produk.

b. Produk disusun dengan menonjolkan nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan

Tradisi ruwatan mengandung nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan. Pendidikan karakter kebangsaan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan atau kelompok yang khas– baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 28).

Nilai-nilai karakter kebangsaan yang terkandung dalam tradisi ruwatan yaitu olah hati, olah pikir, olahraga/kinestetika, serta olah rasa dan karsa. Olah hati meliputi bertakwa kepada Tuhan yang ditunjukkan ketika seseorang yang akan diruwat meminta restu kepada kedua orang tua dengan cara bersujud dihadapannya dan ketika dalang membacakan doa untuk meminta kepada Tuhan agar acara dapat berjalan dengan lancar. Olah pikir meliputi rasa ingin tahu dan berpikir kritis yang ditunjukkan ketika seorang anak bertanya mengenai tradisi ruwatan dan hal-hal yang berhubungan dengan tradisi tersebut. Olah raga/kinestetika meliputi bersih dan sehat yang ditunjukkan ketika seseorang yang telah selesai diruwat maka orang tersebut sudah terbebas dari marabahaya, kesialan atau dosa. Olah rasa dan karsa meliputi gotong royong dan kebersamaan yang ditunjukkan ketika pelaksanaan ruwatan, orang-orang bergotong royong untuk menyiapkan acara yang akan diselenggarakan. Sedangkan nilai kebersamaan ditunjukkan ketika tirakatan, makan bersama, dan melihat pertunjukkan wayang.

Prototipe buku cerita anak tentang tradisi ruwatan dapat digunakan untuk memfasilitasi anak dalam memahami tradisi ruwatan dan menanamkan nila-nilai pendidikan karakter kebangsaan kepada anak.

c. Produk disusun dalam bentuk buku cerita bergambar

Tujuan buku cerita anak adalah (1) buku cerita dapat membuat anak menjadi terinspirasi, (2) membantu anak dalam perkembangan apresiasi kultural, (3) memperluas pengetahuan anak, (4) menimbulkan kesenangan tersendiri bagi anak, dan (5) mengembangkan imajinasi anak.

Dengan demikian prototipe ini dapat digunakan untuk membantu anak dalam memahami tradisi ruwatan. Selain itu, anak juga dapat mengambil nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam cerita tersebut. Pada umumnya anak usia sekolah dasar masih senang membaca buku cerita, apalagi buku cerita bergambar. Maka prototipe yang peneliti susun merupakan buku cerita bergambar. d. Produk disusun sebagai media atau sarana bagi anak dalam memahami

tradisi ruwatan

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Menurut Hamidjojo (dalam Latuheru 1988: 11), media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, sehingga ide yang disampaikan bisa sampai pada penerima.

Berdasarkan gagasan tersebut produk yang dibuat oleh peneliti dapat digunakan sebagai media untuk mempermudah dalam menyampaikan informasi mengenai tradisi ruwatankepada anak dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

e. Produk disusun sesuai dengan tahap perkembangan anak usia 9-10 tahun

Menurut Piaget (Ormroad, 2008: 43), dalam tahap ini penalaran anak yang menyerupai penalaran orang dewasa mulai muncul, namun terbatas pada penalaran mengenai realitas konkret dan mengklasifikasikan objek-objek ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Maka dari itu peneliti menyusun prototipe yang merupakan gambaran dari objek atau kegiatan yang ada di sekitar anak yang berkaitan dengan tradisi ruwatan.

Dokumen terkait