• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian, peneliti membahas masalah penelitian mengenai bagaimana perbedaan tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada pasien stroke.

2.1Karakteristik Demografi Responden

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang banyak mengalami stroke adalah laki-laki yaitu sebanyak 63,2% dibandingkan wanita. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Feigin (2007) mengatakan bahwa pria berusia kurang dari 65 tahun memiliki resiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intraserebrum lebih tinggi sekitar 20% dari pada wanita.

Berdasarkan usia bahwa responden yang berusia 45-59 tahun yaitu sebanyak 11 orang (57,8 %). Hal ini juga diterangkan oleh dr Feigin bahwa resiko

terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setelah mencapai usia 50 tahun meningkatkan resiko stroke sebesar 11-20%. Setelah mencapai usia 50 tahun meningkatkan resiko stroke sebesar 11-20%.

2.2Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan aliran darah terhadap setiap satuan luas dari dinding pembuluh darah. Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa (mm Hg) karena manometer air raksa telah dipakai sebagai rujukan baku untuk pengukuran tekanan darah. Banyak hal yang mempengaruhi tekanan darah. Salah satu yang mempengaruhi tekanan darah adalah jenis kelamin. Menurut pendapat Johnson dan Wendy Taylor (2005) setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Dari hasil penelitian tekanan darah laki-laki lebih tinggi daripada tekanan darah wanita. Dari hasil penelitian tekanan darah laki-laki pada pasien stroke dimulai diatas 150/90 mmHg. Sedangkan tekanan darah Wanita dimulai diatas 140/80 mmHg.

Tekanan darah dipengaruhi oleh faktor usia. Tekanan darah meningkat sejalan dengan peningkatan usia akibat penurunan elastisitas dinding arteri (Johnson & Wendy Taylor, 2005). Dari hasil penelitian, faktor usia tidak selalu dapat mempengaruhi tekanan darah, karena diakibatkan oleh faktor penyakit. Proses penyakit apapun akan mempengaruhi isi sekuncup, diameter pembuluh darah, tahanan perifer atau pernapasan akan mempengaruhi tekanan darah. Seperti pendapat Ganong, hal ini dikarenakan bahwa semakin bertambahnya usia maka tekanan sistole semakin tinggi, sebagai akibat dari timbulnya arterosklerosi.

2.3Perbedaan Tekanan Darah

Dari data pengukuran observasi tekanan darah pada penelitian ini didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik pada sisi tangan normal 140 (SD : 28.918) dan sistolik tangan yang lumpuh 130 (SD : 29.419). Sedangkan diastolik pada sisi tangan normal 110 (SD : 19.73509) dan diastolik tangan yang lumpuh 70 (SD :19.149). Berdasarkan uji independent t-test (Sistolik : F= 0.034, t= 1.112, p = 0.856) dan diastolik pada kedua sisi tangan ( Diastolik : F= 0.001, t = 1.059, p= 0.791 ). Hasil uji statistik menunjukkan tekanan sistolik dengan nilai p = 0,8566 (> 0,05), dan tekanan diastolik p = 0.791(> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran pada tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal.

Pada penelitian ini, selain uji Independen T-test juga digunakan uji beda rata-rata. Akan tetapi hasil uji ini tidak dijadikan landasan untuk mengetahui adanya perbedaan tekanan darah pada masing-masing individu. Hal ini dikarenakan boleh jadi terdapat perbedaan atau selisih yang besar/signifikan antara tekanan darah pada tangan normal dengan tangan lmpuh pada masing-masing responden akan tetapi setelah diuji hasilnya dinyatakan tidak ada perbedaan apabila rata-rata tekanan darah pada sisi tangan normal dari seluruh responden dan rata-rata tekanan darah pada sisi tangan lumpuh dari seluruh responden menunjukkan hasil yang hampir sama.

Hasil penelitian ini pernah diungkapkan oleh Constan (1991) dalam Nursalam dan Siti Pariani (2001), bahwa perbedaan tekanan sistolik antara kedua tangan kanan dan kiri sebesar 10 mmHg atau lebih terjadi pada 25% penderita,

sedangkan pada tekanan diastolik terjadi pada 15% penderita. Hasil serupa didapatkan pada penelitian lain yang dilakukan pada penderita Stroke dengan Hemiparese, bahwa dari 33 responden yang diteliti, ada 10 orang (30,3%) memiliki perbedaan tekanan sistolik sebesar 10 mmHg atau lebih, sedangkan yang memiliki perbedaan tekanan diastolik sebesar 10 mmHg atau lebih sebanyak 7 orang (21,2%) (Nursalam & Siti Pariani, 2001). Ini berkaitan dengan pengaruh variasi tekanan darah. Variasi tekanan darah dapat ditemukan pada arteri yang berbeda. Variasi normal sering ditemukan pada kedua lengan, tetapi tidak boleh lebih dari 5-10 mmHg. Perbedaan yang lebih dari 10 mmHg merupakan indikasi terjadinya gangguan vaskuler, dan bila perbedaan lebih besar dari 20 – 30 mmHg pada kedua belah lengan menunjukkan suatu kecurigaan terhadap adanya gangguan organis aliran darah pada daerah yang tekanan darahnya rendah (Potter & Perry, 2001). Tetapi, tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam hari. Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.

Adapun mengenai otot lumpuh yang terjadi pada pasien stroke, terjadi akibat kerusakan saraf yang dapat menyebabkan paralisis mungkin di dalam otak atau batang otak (pusat sistem saraf) atau mungkin di luar batang otak (sistem saraf perifer). Kebanyakan kasus stroke disebabkan oleh plak arteriosklerotik yang terjadi pada suatu atau lebih arteri ke otak. Plak biasnya mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, dan menghambat bekuan untuk membentuk dan

menghambat arteri, dengan demikian menyebabkan hilangnya fungsi otak secara akut pada area yang terlokalisasi (Guyton & Hall, 1997).

Sedangkan adanya perbedaan tekanan darah yang sering terjadi disebabkan akibat pengaruh elastisitas pada pembuluh darah. Menurut Potter dan Perry (2001) normalnya dinding darah arteri elastis dan mudah berdistensi. Jika tekanan dalam arteri meningkat, diameter dinding pembuluh meningkat untuk mengakomodasi perubahan tekanan. Kemampuan distensi arteri mencegah pelebaran fluktasi tekanan darah. Bagaimana pun juga, pada penyakit tertentu, seperti arteriosklerosis, dinding pembuluh kehilangan elastisitas dan digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak dapat meregang dengan baik. Dengan menurunnya elastisitas terdapat tahanan yang lebih besar pada aliran darah. Sedangkan tahanan pada stroke dapat disebabkan oleh sumbatan setempat pada suatu pembuluh darah tertentu di otak, yang sebelumnya sudah mengalami proses aterosklerosis yang dipercepat oleh berbagai faktor risiko, sehingga terjadi penebalan kedalam lumen pembuluh tersebut yang akhirnya dapat menyumbat sebagian atau seluruh lumen (trombosis) (Yastroki, 2009). Peneliti berasumsi bahwa pada stroke, perubahan elastisitas pembuluh darah hanya terjadi di otak saja, bukan terjadi di seluruh tubuh ataupun pada otot. Menurut Potter dan Perry (2001) tekanan darah dapat berubah karena kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik (arteri darah), merupakan tekanan darah dalam sistem arteri tubuh, adalah indikator yang baik tentang kesehatan kardiovaskuler. Tekanan darah juga dapat berubah

disebabkan interaksi dari curah jantung, tekanan vaskular perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik tangan normal maupun tangan lumpuh mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama untuk memberikan hasil yang lebih tinggi atau lebih rendah. Hasil ini juga digunakan untuk membuktikan bahwa pengukuran tekanan darah pada salah satu tangan tidak bisa mewakili pengukuran pada kedua tangan karena kelainan pembuluh darah dapat terjadi dimana saja baik normal maupun lumpuh, sehingga pemeriksaan pada salah satu tangan saja bisa menyebabkan interpretasi hasil yang kurang tepat. Oleh karena itu, sangatlah beralasan untuk dilakukan pengukuran tekanan darah pada kedua tangan (sisi tangan normal dengan sisi tangan lumpuh) khususnya untuk kasus-kasus baru yang menderita stroke.

Dokumen terkait