• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Tekanan Darah Sisi Tangan yang Lumpuh dengan Sisi Tangan yang Normal pada Pasien Stroke di RSUP Adam Malik Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Tekanan Darah Sisi Tangan yang Lumpuh dengan Sisi Tangan yang Normal pada Pasien Stroke di RSUP Adam Malik Medan."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SISI TANGAN YANG

NORMAL DENGAN SISI TANGAN YANG LUMPUH

PADA PASIEN STROKE DI RUANGAN RA4

RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM

MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Fadli Hardiansyah Hrp 091121039

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Tiada kata yang dapat diungkapkan penulis selain mengucapkan syukur

Alhamdulillah kepada Allah SWT Yang Maha Satu atas berkat dan rahmat-Nya,

serta shalawat beriring salam saya haturkan kepada nabiku Nabi Muhamad SAW

beserta keluarga dan para sahabat yang memberikan tauladan yang terindah

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Tekanan

Darah Sisi Tangan yang Lumpuh dengan Sisi Tangan yang Normal pada Pasien

Stroke di RSUP Adam Malik Medan”. Skripsi ini menjadi bukti betapa besar

semangat penulis untuk memperoleh percikan pengetahuan, dan sebagai salah satu

persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

Sehubungan dengan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak

mendapatkan bantuan, bimbingan, inspirasi, motivasi dan dukungan dari berbagai

pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata,M.Kes, sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara, atas ijin penelitian.

2. Ibu Erniyati SKp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

yang telah memberi ijin penelitian.

3. Ibu Rosina Tarigan, S.Kp,M.Kep,Sp.KMB,CWCC sebagai dosen

pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran yang telah

(4)

4. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS dan Ibu Jenny Marlindawani Purba,

S.Kp,MNS selaku dosen penguji dan pembimbing yang telah memberikan

masukan-masuka n bagi skripsi ini.

5. Ibu Rika Endah Nurhidayah, SKp, MPd sebagai Ketua Panitia Skripsi

Jalur B yang telah mengurus judul skripsi kami, dan menyetujui judul

penelitian penulis.

6. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

banyak memberikan nasehat dan motivasi selama masa perkuliahan di

Fakultas Keperawatan.

7. Kepala Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan

izin penelitian kepada penulis, beserta staf Litbang yang senantiasa

membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Kepala Instalasi RA , dan kepala ruangan RA 4 RSUP Adam Malik, yang

telah memberikan ijin penelitian.

9. Kepada keluargaku tersayang ayahanda dan ibunda, adikku Hedi

Hermawan yang telah memberikan dorongan semangat, kasih sayang,

nasehat dan doa yang tiada putus dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada teman-teman seperjuangan jalur B stambuk 2009 yang senantiasa

memberikan semangat dan memberikan bimbingan bagaimana mengolah

data yang baik kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Kepada responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan

(5)

12.Dan kepada semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat

seluruhnya disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu

saya baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan

perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Allah SWT selalu memberikan berkat dan kasih sayang

karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Akhirnya dengan

segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat

memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas dan pendidikan

keperawatan.

Medan, Januari 2011

(6)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Stroke... 6

2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah ... 17

3. Pengaruh Posisi terhadap Tekanan Darah ... 19

(7)

4.3 Aliran Darah Melalui Otot Sewaktu Kerja Fisik ... 25

4.4 Kecepatan Aliran Darah Melalui Otot ... 25

5. Hubungan Stroke terhadap Tekanan Darah ... 26

5. Pengukuran Tekanan Darah ... 28

BAB 3 KERANGKA KONSEP 1. Kerangka Konseptual ... 30

2. Defenisi Operasional ... 30

3. Hipotesis ... 31

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 32

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

2.1Populasi Penelitian ... 32

2.2Sampel Penelitian ... 32

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 34

5. Instrumen Penelitian ... 35

6. Alat dan Bahan ... 36

7. Pengumpulan Data ... 36

8. Analisa Data ... 36

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 38

2. Pembahasan ... 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 48

3. Instrumen Penelitian Lembar Observasi Pengukuran Tekanan Darah ... 55

4. Prosedur Mengukur Tekanan Darah ... 56

5. Izin penelitian ... 59

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik Demografi

responden ... 39 Tabel 2 Hasil pengukuran tekanan sistolik pada sisi tangan yang

normal dengan sisi tangan yang lumpuh ... 40 Tabel 3 Hasil pengukuran tekanan diastolik pada sisi tangan normal

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

Judul : Perbedaan Tekanan Darah Sisi Tangan yang Lumpuh dengan Sisi Tangan yang Normal pada Pasien Stroke di RSUP Adam Malik Medan

Nama : Fadli Hardiansyah Hrp NIM : 091121039

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

Abstrak

Penyakit stroke merupakan kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak. Adanya kerusakan pada pembuluh darah otak menurunkan kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan-pergerakan otot. Tekanan darah menggambarkan interaksi dari curah jantung, tekanan vaskular perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Pengukuran tekanan darah dalam penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yang dimulai tanggal 22 Juni sampai 22 Juli 2010. Berdasarkan teknik purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 19 responden. Responden penelitian ini semua jenis stroke dengan hemiplegia salah satu sisi. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada kedua sisi tangan responden. Data dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Berdasarkan hasil analisa data dengan uji independent t-test (Sistolik : F= 0.034, t= 1.112, p = 0.856) dan diastolik pada kedua sisi tangan (Diastolik : F= 0.071, t = 1.059, p = 0.791 ). Hasil uji statistik menunjukkan tekanan sistolik dengan nilai p = 0,8566 (> 0,05), dan tekanan diastolik p = 0.791(> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan hasil tidak ada perbedaan tekanan darah sisi tangan yang normal dengan sisi tangan yang lumpuh. Peneliti menyarankan penting melakukan pengukuran tekanan darah pada kedua sisi tangan, karena pada salah satu tangan saja bisa menyebabkan interpretasi hasil yang kurang tepat. Sebab kedua sisi tangan mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama untuk memberikan hasil yang lebih tinggi atau lebih rendah. Namun apabila terjadi perbedaan kedua sisi, disarankan yang digunakan pada sisi tangan yang normal.

(11)

Judul : Perbedaan Tekanan Darah Sisi Tangan yang Lumpuh dengan Sisi Tangan yang Normal pada Pasien Stroke di RSUP Adam Malik Medan

Nama : Fadli Hardiansyah Hrp NIM : 091121039

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

Abstrak

Penyakit stroke merupakan kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak. Adanya kerusakan pada pembuluh darah otak menurunkan kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan-pergerakan otot. Tekanan darah menggambarkan interaksi dari curah jantung, tekanan vaskular perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Pengukuran tekanan darah dalam penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yang dimulai tanggal 22 Juni sampai 22 Juli 2010. Berdasarkan teknik purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 19 responden. Responden penelitian ini semua jenis stroke dengan hemiplegia salah satu sisi. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada kedua sisi tangan responden. Data dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Berdasarkan hasil analisa data dengan uji independent t-test (Sistolik : F= 0.034, t= 1.112, p = 0.856) dan diastolik pada kedua sisi tangan (Diastolik : F= 0.071, t = 1.059, p = 0.791 ). Hasil uji statistik menunjukkan tekanan sistolik dengan nilai p = 0,8566 (> 0,05), dan tekanan diastolik p = 0.791(> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan hasil tidak ada perbedaan tekanan darah sisi tangan yang normal dengan sisi tangan yang lumpuh. Peneliti menyarankan penting melakukan pengukuran tekanan darah pada kedua sisi tangan, karena pada salah satu tangan saja bisa menyebabkan interpretasi hasil yang kurang tepat. Sebab kedua sisi tangan mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama untuk memberikan hasil yang lebih tinggi atau lebih rendah. Namun apabila terjadi perbedaan kedua sisi, disarankan yang digunakan pada sisi tangan yang normal.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke

meningkat secara dramatis seiring usia. Setiap penambahan usia 10 tahun sejak

usia 35 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat. Angka kejadian stroke di

Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan saat ini Indonesia merupakan negara

dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain

penyakit degeneratif, dan terbanyak karena stress (Yastroki,2009).

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat,

berupa defisit neurologis fokal dan global, yang berlangsung 24 jam atau lebih

atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh

gangguan peredaran darah otak non traumatik. Bila gangguan peredaran otak ini

berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20

menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak sepintas

(TIA = transient ischaemia attack) (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). WHO

mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf

yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain

dari itu (Eureka, 2009).

Setiap tahun, kurang lebih 15 juta orang di seluruh dunia terserang stroke. Di

Amerika Serikat sekitar 5 juta orang pernah mengalami stroke. Sedangkan di

(13)

lanjut dan 12,9 % pada usia yang lebih muda. Jumlah total penderita stroke di

Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau

250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Public

Health Corner Stroke, 2009). Menkes mengutip hasil Riset Kesehatan Dasar 2007

yang dipublikasikan pada Desember 2008. Prevalensi stroke di Indonesia 8,3 per

1.000 penduduk. Pada kelompok umur 45-54 tahun, stroke menjadi penyebab

kematian tertinggi di wilayah perkotaan (Kompas, 2009).

Penyakit stroke merupakan kelainan otak akibat proses patologi pada sistem

pembuluh darah otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh

darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah otak,

perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan viskositas

maupun kualitas darah sendiri (Rhezvolution Corner, 2009). Stroke juga

menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh

darah mana yang tersumabat), ukuran area perfusinya tidak adekuat, dan jumlah

aliran darah kolateral (sekunder atau sensori). Stroke biasanya diakibatkan dari

salah satu dari tempat kejadian yaitu trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh

darah otak atau leher), embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang

dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain), iskemia (penurunan aliran darah ke

area otak) dan hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan

peredaran ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak) (Brunner dan Suddarth,

2002). Aliran darah berhubungan erat dengan tekanan darah, karena aliran darah

juga disebut curah jantung yang merupakan jumlah darah yang dipompa oleh

(14)

menggambarkan interaksi dari curah jantung, tekanan vaskular perifer, volume

darah, viskositas darah dan elastisitas arteri. Tekanan darah adalah kekuatan yang

dihasilkan aliran darah terhadap setiap satuan luas dari dinding pembuluh darah.

Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan.

Stroke mungkin menampakkan gejala, mungkin juga tidak (stroke tanpa

gejala disebut silent stroke), tergantung pada tempat dan ukuran kerusakan. Gejala

stroke dapat bersifat fisik, psikologis, dan/atau perilaku. Gejala paling khas adalah

paralisis, kelemahan, hilangnya sensasi di wajah, lengan, atau tungkai di salah

satu sisi tubuh, kesulitan berbicara atau memahami(tanpa gangguan pendengaran),

kesulitan menelan, dan hilangnya sebagian di satu sisi. Hampir 80 % pasien

mengalami penurunan parsial dan kekuatan lengan atau tungkai di salah satu sisi

tubuh (kelumpuhan parsial dan paralisis). Kemudian disusul 30 % mengalami

cacat sendi dan kontraktur dalam tahun pertama setelah stroke (Valery Feigin,

2004).

Seorang pasien stroke mungkin mengalami kelumpuhan tangan, kaki, dan

muka, semuanya pada salah satu sisi. Kelumpuhan tangan maupun kaki pada

pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi otot. Berkurangnya kontraksi otot

disebabkan berkurangnya suplai darah ke otak belakang dan otak tengah, sehingga

dapat menghambat hantaran jaras-jaras utama antara otak dan medula spinalis,

dan secara total menyebabkan ketidakmampuan sensorik motorik yang abnormal

(Guyton & Hall, 1997). Berkurangnya suplai darah pada pasien stroke salah

(15)

tidak dapat meregang dengan baik. Dengan menurunnya elastisitas terdapat

tahanan yang lebih besar pada aliran darah (Potrer & Perry, 2005).

Dari hasil penelitian yang dilakukan Sunarno (2007), menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran pengukuran tekanan

darah antara lengan kanan dengan lengan kiri pada penderita hipertensi RSUD

DR. H. Abdul Moeloek Lampung. Kemudian dari hasil survey awal yang telah

dilakukan pada tanggal 23 Maret 2010, data yang diperoleh dari ruangan RA 4,

perawat tekadang melakukan pengukuran tekanan darah pada kedua sisi tangan

normal dengan sisi tangan lumpuh. Perawat di ruangan RA 4 mengatakan tekanan

darah kedua tangan berbeda, dan sebagian perawat mengatakan tidak ada

perbedaan. Dengan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui

informasi tekanan darah pada pasien stroke, guna mengetahui “ Perbedaan

tekanan Darah pada Sisi tangan yang lumpuh Dengan Sisi Tangan yang Normal

pada Pasien Stroke di RSUP Adam Malik Medan ”.

2. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada perbedaan tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi

tangan yang normal pada pasien stroke?

3. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah pada sisi tangan yang

(16)

4. Manfaat penelitian 4.1 Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada perawat sebagai data

dasar yang mendukung tindakan perawatan mobilitas fisik dengan melakukan

intervensi ROM (Range of Motion) pasif dan aktif pada pasien stroke.

4.3 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang perbedaan tekanan

darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada pasien stroke,

serta menjadi acuan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam memantau stabilitasi

tekanan darah pada pasien stroke yang hipertensi dan melakukan intervensi untuk

mengatasi mobilitas pada pasien stroke. Hasil penelitian juga dapat di integrasikan

dalam pembelajaran Keperawatan Medikal Bedah, dan Keperawatan Gawat

Darurat serta memberikan informasi bagi mahasiswa perawat dalam praktek

belajar di lapangan.

4.2 Bagi Pasien Stroke

Hasil penelitan dapat memberikan pengetahuan tentang perbedaan tekanan

darah pada sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada pasien

stroke maupun keluarganya, serta memberikan informasi tentang manfaat

perlunya melakukan ROM aktif atau ROM pasif untuk mengatasi masalah

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Stroke

1.1 Defenisi Stroke

Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak. Biasanya

karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak. Stroke atau cedera

serebravaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh

berhentinya suplai darah bagian otak (Brunner dan Suddarth, 2002). Stroke adalah

sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit

neurologis fokal, atau global ,yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung

menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran

darah otak non traumatik. Bila gangguan peredaran otak ini berlangsung

sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20 menit), tapi

kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak sepintas (TIA=

transient ischaemia attack) (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).

Menurut WHO stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi

serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat.

1.2 Penyebab Stroke

Stroke diakibatkan dari salah satu dari empat keja

1.2.1 Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh dari otak atau leher)

Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulsi serebral adalah

(18)

Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak

umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang,

dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi intra

serebral atau embolisme serebral. Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi

dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia

pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam

atau hari.

1.2.2 Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke

otak dari bagian tubuh yang lain)

Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokarditis infektif,

penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi pulmonal, adalah

tempat di asal emboli.Mungkin saja bahwa pemasangan katup jantung prostetik

dapat mencetuskan stroke, karena terdapat peningkatan insiden embolisme setelah

prosedur ini. Resiko stroke setelah pemasangan katup dapat dikurangi dengan

terapi anti koagulan pascaoperasif. Kegagalan pacu jantung, fibrilasi atrium dan

kardoversi untuk fibrilasi atrium adalah kemungkinan penyebab lain dari emboli

serebral dan stroke. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau

cabang-cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral dan stroke.

1.2.3 Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)

Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena

(19)

1.2.4 Hemoragi serebral

Hemoragi dapat terjadi di luar dura meter (hemoragi ektradural atau

epidural), di bawah dura meter (hemoragi subdural), di ruang subarakhonoid

(hemoragi subarakhonoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral).

Hemoragi serebral adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan

segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah

atau arteri meninges lainnya. Pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera

untuk mempertahankan hidup.

Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya

sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya

jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama

(interval jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada otak.

Hemoragi subarakhonid (hemoragi yang terjadi di ruang

subarakhonoid) dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi

penyebab paling sering adalah kebocorana aneurisme pada area siklus Willisi dan

malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat terjadi

tempat aneurisme.

1.3 Pembagian Stroke 1.3.1 Stroke Iskemik

Stroke yang terjadi sebagai akibat dari adanya sumbatan pada arteri

sehingga menyebabkan penurunan suplai oksigen pada jaringan otak (iskhemik)

hingga menimbulkan nekrosis, 87% kasus stroke disebabkan kerena adanya

(20)

gumpalan/sumbatan yang berasal dari pembuluh darah otak. Embolus adalah

gumpalan/sumbatan yang berasal dari tempat lain, misalnya jantung atau arteri

besar lainnya. Faktor lain yang berpengaruh adalah denyut jantung yang irreguler

(atrial fibrillation) yang merupakan tanda adanya sumbatan dijantung yang dapat

keluar menuju otak. Adanya penimbunan lemak pada pembuluh darah otak

(aterosklerosis) akan meningkatkan resiko terjadinya stroke iskemik.

1.3.2Stroke Hemoragik

Stroke yang terjadi sebagai akibat pecahnya pembuluh darah yang rapuh

di otak. Dua tipe pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan stroke hemoragi,

yaitu; aneurysms dan arteriovenous malformations (AVMs). Aneurysms adalah

pengembangan pembuluh darah otak yang semakin rapuh sehingga pecah.

Arteriovenous malformations adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk

abnormal, sehingga mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak (Perawat

Psikiatri, 2009).

1.4 Faktor Resiko

Yang tidak dapat diubah antara lain usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat

keluarga, riwayat TIA atau strok, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan

heterozigot atau homozigot untuk homosistinuria. Sementara faktor resiko dapat

diubah adalah hipertensi, diabetes melitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan

obat, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis,

(21)

1.5 Manifestasi klinis

Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lesi

(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area perfusi yang tidak adekuat

dan jumlah aliran darah koleteral (skunder atau aksesori).

Kehilangan motorik. Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan

mengakibatkan kehilangan kontrol volounter terhadap gerakan motorik.

Kehilangan komunikasi. Fungsi otak yang dipengaruhi oleh stroke adalah

bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia yang paling umum.

Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat di manifestasikan oleh hal berikut :

Disartia (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit

dimengerti yang disebabakan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk

menghasilkan bicara.

Difasia atau afasia (bicara detektif atau kehilangan bicara), yang terutama

ekspresif atau reseptif. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan

yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil dan

berusaha untuk menyisir rambutnya.

Gangguan persepsi. Persepsi adalah ketidakmampuan untuk

menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi

visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori.

Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik. Bila kerusakan telah terjadi

pada lobus frontal, mempelajari kapasitas setelah terjadi pada lobus frontal,

mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi

(22)

terbatas, kesulitan dalam pehaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan

pasien ini menghadapi frustasi dalam program rehabilitasi mereka.

Disfungsi kandung kemih. Setelah sroke pasien mungkin inkontinensia

urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampaun mengkomunikasikan

kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan karena

kerusakan kontrol motorik dan postural.

2. Tekanan darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan aliran darah terhadap

setiap satuan luas dari dinding pembuluh darah (Guyton, 1996). Tekanan darah

merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan

tekanan dari jantung. Tekanan sistemik (arteri darah), merupakan tekanan darah

dalam sistem arteri tubuh, adalah indikator yang baik tentang kesehatan

kardiovaskuler. Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan

tekanan. Darah mengalir dari daerah yang tekanannya tinggi ke daerah yang

tekanannya rendah. Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi

aorta. Puncak dari tekanan maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan sistolik.

Pada saat ventrikel relaks, darah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan

diastolik atau minimum. Tekanan diastolik adalah tekanan minimal yang

mendesak dinding arteri setiap waktu (Poter & Perry, 2005).

Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa (mm

Hg) karena manometer air raksa telah dipakai sebagai rujukan baku untuk

(23)

dinyatakan dalam sentimeter air (Guyton, 1997). Tetapi, unit standar untuk

pengukuran tekanan darah adalah millimeter air raksa (mm Hg). Pengukuran

menandakan sampai setinggi mana tekanan darah dapat mencapai kolom air raksa.

Tekanan darah dicatat dengan pembacaan sistolik sebelum diastolik (mis. 120/80

mmHg). Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan dalam suatu pembuluh darah

adalah 50 mm Hg, maka berarti bahwa kekuatan yang dikerahkan adalah cukup

untuk mendorong suatu kolom air raksa ke atas sampai setinggi 50 mm. Bila

tekanan adalah 100 mm Hg, maka kolom air raksa akan didorong setinggi 100

mm. (Guyton, 1997).

Perbedaan antara sistolik dengan diastolik adalah tekanan nadi. Untuk

tekanan darah 120/80 mmHg, tekanan nadi adalah 40 (Poter & Perry, 2005)

2.1 Fisiologi Tekanan Darah

Tekanan darah menggambarkan interaksi dari curah jantung, tekanan

vaskular perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri. Pengetahuan

perawat tentang variabel hemodinamik membantu dalam pengkajian perubahan

tekanan darah.

2.1.1 Curah Jantung

Curah jantung seseorang adalah volume darah yang dipompa jantung

(volume sekuncup) selama 1 menit (frekuensi jantung) :

Curah jantung = frekuensi jantung x volume sekuncup

Tekanan darah (TD) bergantung pada curah jantung dan tahanan vaskular perifer :

(24)

Bila volume darah meningkat dalam spasium tertutup, seperti pembuluh darah,

tekanan dalam spasium tersebut meningkat. Jadi, jika curah jantung meningkat,

darah yang dipompakan terhadap dinding arteri lebih banyak, menyebabkan

tekanan darah naik. Curah jantung dapat meningkat sebagai akibat dari

peningkatan frekuensi jantung, kontraktilitas yang lebih besar dari otot jantung,

atau peningkatan volume darah. Perubahan frekuensi jantung dapat terjadi lebih

cepat daripada perubahan kontraktilitas otot atau volume darah. Peningkatan

frekuensi jantung tanpa perubahan kontraktilitas atau volume darah,

mengakibatkan penurunan tekanan darah.

2.1.2 Tahanan Perifer

Sirkulasi darah melalui jalur arteri, arteriol, kapiler, venula dan vena.

Arteri dan arteriol dikelilingi oleh otot polos yang berkontraksi atau relaks untuk

mengubah ukuran lumen. Ukuran arteri dan arteriol berubah untuk mengatur

aliran darah bagi kebutuhan jaringan lokal. Misalnya, apabila lebih banyak darah

yang dibutuhkan oleh organ utama, arteri perifer berkontriksi, menurunkan suplai

darah. Darah menjadi lebih banyak tersedia bagi organ utama karena perubahan

tekanan di perifer. Normalnya, arteri dan arteriol tetap berkontriksi sebagian untuk

mempertahankan aliran darah yang konstan. Tahanan pembuluh darah perifer

adalah tahanan terhadap aliran darah yang ditentukan oleh tonus otot vaskular dan

diameter pembuluh darah. Semakin kecil lumen pembuluh, semakin besar tahanan

vaskular terhadap aliran darah. Dengan naiknya tahanan, tekanan arteri juga naik.

(25)

2.1.3 Volume Darah

Volume sirkulasi darah dalam sistem vaskular mempengaruhi

tekanan darah. Pada kebanyakan orang dewasa volume sirkulasi darahnya adalah

5000 ml. Normalnya darah tetap konstan. Bagaimana pun juga, jika volume darah

meningkat, tekanan terhadap dinding arteri menjadi lebih besar. Misalnya,

penginfusan yang cepat dan tidak terkontrol dari cairan intravena meningkatkan

tekanan darah. Bila darah sirkulasi menurun, seperti pada kasus hemoragi atau

dehidrasi, tekanan darah turun.

2.1.4 Viskositas

Kekentalan atau viskositas darah mempengaruhi kemudahan aliran

darah melewati pembuluh darah melewati pembuluh yang kecil. Hematokrit atau

persentase sel darah merah dalam darah, menentukan viskositas darah. Apabila

hemaktorit meningkat, dan aliran darah lambat, tekanan darah arteri naik. Jantung

harus berkontraksi lebih kuat lagi untuk mengalirkan darah yang kental melewati

sistem sirkulasi.

2.1.5 Elatisitas

Normalnya dinding darah arteri elastis dan mudah berdistensi. Jika

tekanan dalam arteri meningkat, diameter dinding pembuluh meningkat untuk

mengakomodasi perubahan tekanan. Kemampuan distensi arteri mencegah

pelebaran fluktasi tekanan darah. Bagaimana pun juga, pada penyakit tertentu,

seperti arteriosklerosis, dinding pembuluh kehilangan elastisitas dan digantikan

oleh jaringan fibrosa yang tidak dapat meregang dengan baik. Dengan

(26)

Akibatnya, bila ventrikel kiri mengejeksi volume sekuncupnya, pembuluh tidak

lagi memberi tekanan. Sedangkan, volume darah yang diberikan didorong

melewati dinding arteri yang kaku dan tekanan sistemik yang meningkat.

Kenaikan tekanan sitolik lebih signifikan daripada tekanan diastolik sebagai

akibat dari penurunan elastisitas arteri.

Setiap faktor hemodinamik secara signifikan mempengaruhi yang lainnya.

Misalnya, jika elastisitas arteri turun tahanan vaskular perifer meningkat.

Pengontrolan yang kompleks dari sistem kardiovaskular secara normal mencegah

salah satu faktor secara permanen mengubah tekanan darah (Potrer & Perry,

2005).

2.2 Tekanan darah arteri

Tekanan darah arteri adalah tekanan yang terjadi pada dinding arteri.

Tekanan darah arteri memfasilitasi aliran darah seluruh tubuh untuk memastikan

oksigenisasi yang adekuat pada jaringan dan organ vital. Tekanan ini tidak tetap,

meningkat selama kontraksi ventrikel (sistole) dan menurunkan pada saat

ventrikel rileks (diastole). Pada saat mengukur tekanan darah, mengkaji tingkat

tekanan darah tertinggi maupun terendah penting untuk dilakukan, karena hal ini

mencerminkan perbedaan respons fisiologi dari siklus jantung.

2.3 Tekanan arteri rata-rata

Tekanan arteri rata-rata merupakan tekanan yang mendorong darah yang

melewati sistem sirkulasi. Antara tekanan sistolik dan diastolik ada yang

dinamakan tekanan darah rata-rata, yang angkanya lebih mendekati tekanan

(27)

(Guyton & Hall, 1997).Tekanan darah arteri rata-rata ini dapat dihitung secara

matematis atau elektronis dengan menggunakan rumus :

Tekanan arteri rata-rata = 1/3 tekanan sistolik + 2/3 tekanan diastolik

2.4 Tekanan sistolik

Tekanan sistolik merupakan tekanan pada dinding pembuluh darah setelah

sistolik ventrikuler, ketika arteri mengandung banyak darah, maka sesaat itu

terjadi tekanan yang maksimal. Tekanan sistolik ditentukan oleh; jumlah darah

yang diejeksikan ke dalam arteri (isi sekuncup), kekuatan kontraksi, dan

distensibilitas dinding arteri. Peningkatan dua faktor pertama atau penurunan

faktor ketiga akan meningkatkan tekanan sistolik dan begitu pula sebaliknya.

2.5 Tekanan diastolik

Tekanan diastolik merupakan tekanan pada dinding pembuluh darah

selama diastole ventrikuler, ketika arteri hanya berisi sedikit darah, tekanan pada

dinding pembuluh darah juga berkurang. Tekanan diastolik dipengaruhi oleh

tingkat tahanan perifer, tekanan sistolik, dan curah jantung. Tekanan diastolik

menurun bila ketiga faktor tersebut menurun, terutama bila frekuensi jantung lebih

lambat sehingga sisa darah arteri lebih sedikit.

2.6 Tekanan nadi

Tekanan nadi merupakan perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan

diastolik. Untuk tekanan darah 120/80 mmHg, tekanan nadi adalah 40.

2.7 Tekanan darah vena

Tekanan ini merupakan tekanan pada dinding pembuluh darah vena, yang

(28)

bersirkulasi) dan fungsi jantung. Tekanan vena sentral mengukur tekanan di

dalam atrium dan ditentukan oleh volume darah yang termasuk ke atrium kanan

(aliran balik vena), tonus, fungsi ventrikel kanan, dan tekanan intratoraks.

Nilai tekanan darah arteri maternal normal adalah rentang normal untuk

orang dewasa sehat 100/60-140/90 mmHg tetapi bervariasi tergantung usia dan

variabel lainnya. WHO menetapkan hipertensi sebagai tekanan sistolik 160

mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 95 mmHg atau lebih (Johnson & Wendy

Taylor, 2005).

2.8 Faktor yang mempengaruhi tekanan darah

2.8.1 Volume darah. Bekurangnya volume darah yang bersirkularisasi,

misalnya akibat perdarahan atau syok, dapat menyebabkan

penurunan tekanan sistolik maupun diastolik.

2.8.2 Frekuensi jantung. Tekanan darah meningkat sejalan dengan

meningkatnya frekuensi jantung agar volume darah yang

bersirkulasi tidak berubah.

2.8.3 Usia. Tekanan darah menigkat sejalan dengan peningkatan usia

akibat penurunan elastisitas dinding arteri (Johnson & Wendy

Taylor, 2005). Pada tingkat tekanan darah anak-anak atau remaja

dikaji dengan memperhitungkan ukuran tubuh dan usia. Selama

remaja tekanan darah tetap bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh.

Namun, kisaran normal pada anak yang berusai 19 tahun, 90 persen

adalah 124-136/77-84 mmHg untuk anak laki-laki dan

(29)

cenderung meningkat seiring pertambahan usia. Pada lansia

cenderung meningkat. Tekanan darah lansia normalnya adalah

140/90 mmHg (Potrer dan Perry, 2005).

2.8.4 Variasi diurnal. Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang

hari. Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara

berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan

puncaknya pada senja hari atau malam hari. Tidak ada orang yang

pola dan derajat variasinya sama.

2.8.5 Berat badan. Orang dengan berat badan berlebihan cenderung

memiliki tekanan lebih yang tinggi.

2.8.6 Jenis kelamin. Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan

dari tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah

puberitas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih

tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan

darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut.

2.8.7 Alkohol. Asupan alkohol yang tinggi dan harus terus menerus

berkaitan dengan tekanan darah yang tinggi, meskipun alkohol juga

dapat menurunkan tekanan darah juga dapat menurunkan tekanan

darah dengan menghambat efek hormone antidiuretik, yang

menimbulkan vasodilatasi

2.8.8 Merokok. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, yang

(30)

2.8.9 Makan. Tekanan darah meningkat selama 30-60 menit setelah

ingesti makanan.

2.8.10 Stress, takut, nyeri, dan ansietas dapat mengakibatkan stimulasi

sistem saraf simpatis , yang meningkatkan frekuensi darah, curah

jantung dan tahanan vaskular perifer. Efek simpatik meningkatkan

tekanan darah (Potrer & Perry, 2005).

2.8.11 Latihan fisik. Latihan fisik meningkat tekanan, dengan pengaruh

selama 30-60 menit.

2.8.12 Kandung kemih yang distensi, dapat meningkatkan tekanan darah

yang berlangsung selama 30-60 menit.

2.8.13 Keturunan. Banyak orang yang mempunyai predisposisi keturunan

untuk tekanan darah tinggi. Stillwell (1992) mengemukakan bahwa

hal ini terdapat pada 50% orang yang bertekanan darah tinggi.

2.8.14 Penyakit. Proses penyakit apapun yang mempengaruhi isi sekuncup,

diameter pembuluh darah, tahanan perifer atau pernapasan akan

mempengaruhi tekanan darah.

2.8.15 Renin. Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan

peningkatan volume darah (akibat meningkatnya retensi garam dan

cairan pada ginjal), mengakibatkan tingginya kadar tekanan darah.

3. Pengaruh Posisi terhadap Tekanan Darah

Fungsi jantung dan pembuluh darah dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu

(31)

jantung serta pembuluh darah dan pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi

jantung, bertambah kuatnya konstriksi otot jantung, dan vasokonstriksi pembuluh

darah resisten. Saraf parasimpatis mempengaruhi fungsi jantung saja dan

pemacuannya mengakibatkan menurunnya frekuensi jantung. Jadi, naik turunnya

tekanan darah dipengaruhi oleh saraf otonom, pemacuan saraf simpatis menaikkan

tekanan darah arteri dan penghambatan saraf simpatis ditambah dengan pemacu

saraf parasimpatis yang mengakibatkan menurunnya tekanan darah. Naik

turunnya tekanan darah arteri terjadi secara reflektoris (Guyton dan Hall, 1997).

Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau

posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg.

3.1 Posisi Berdiri

Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml volume darah pada

pembuluh ”capacitance” vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup

mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu yang lama

dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan menyebabkan kenaikan

volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa

bergerak maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30

mmHg dan alir balik vena cukup. Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena

lebih banyak. Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang

ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung

sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan

(32)

Jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke

seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah sampai ke

kaki, dan untuk kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya.

Untuk itu perlu adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena

ke bawah dari kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke

jantung ada katup. Dengan adanya katup, maka darah dapat mengalir kembali ke

jantung. Jika pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat, maka darah

yang kembali ke jantung berkurang, memompanya berkurang, sehingga

pembagian darah ke sel tubuhpun ikut berkurang. Banyaknya darah yang di

keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya

menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke

bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang kembali ke jantung sedikit.

Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi

berkurang (Guyton dan Hall, 1997).

3.2 Pengaruh Gerak Tubuh

Selama gerak tubuh terjadi peningkatan tekanan arteri. Peningkatan ini

terjadi karena adanya pencetusan simpatis dan vasokonstriksi sebagian besar

pembuluh darah. Peningkatan ini berkisar 20 mmHg atau sampai sebesar 80

mmHg tergantung pada keadaan-keadaan saat gerak badan tersebut dilakukan.

Sebaliknya bila orang melakukan gerak badan seluruh tubuh seperti berlari atau

berenang kenaikan arteri biasanya hanya 20 mmHg- 40 mmHg. Kurang besarnya

kenaikan dalam tekanan arteri disebabkan adanya vasodilatasi yang terjadi di

(33)

Selama bergerak, otot-otot memerlukan peningkatan aliran darah yang

banyak. Sebagian dari peningkatan ini adalah akibat dari vasodilatasi lokal pada

vaskularisasi otot yang disebabkan oleh peningkatan metabolisme sel otot.

Peningkatan tekanan arteri selama bergerak terutama akibat area motorik sistem

saraf menjadi teraktivasi untuk bergerak, sistem pengaktivasi retikuler di batang

otak juga ikut teraktivasi, yang melibatkan peningkatan perangsangan yang sangat

besar pada area vasokonstriktor dan kardioakselerator pada pusat vasomotor.

Keadaan ini akan meningkatkan tekanan arteri dengan segera untuk menyetarakan

besarnya peningkatan aktivitas otot (Guyton & Hall, 1997).

3.3 Posisi Duduk

Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini

dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan

sinyalsinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke

otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan

meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan

abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke

jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa

menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen

(Guyton & Hall, 1997).

4. Kontraksi Otot

Kira-kira 40 persen dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka,dan 10

persen lainnya adalah otot polos dan otot jantung. Banyak prinsip yang sama

(34)

Kekuatan dari sebuah otot ditentukan terutama oleh ukurannya, dengan

suatu daya kontraktilitas maksimum antara 3 dan 4 kg/cm2

4.1 Fisiologi Otot Lumpuh

dari satu daerah

potongan melintang otot. Kekuatan yang mempertahankan otot kira-kira 40

persen lebih besar dari kekuatan kontaktilitas. Yaitu, bila satu otot sudah

berkontraksi dan kemudian dikeluarkan gaya untuk mencoba meregangkan otot

tersebut, seperti yang terjadi saat mendarat sesudah melakukan loncatan , keadaan

ini akan membutuhkan gaya kira-kira 40 persen lagi daripada yang dapat dicapai

oleh satu kontraksi pemendekan. Keadaan tersebut dapat mengarah pada robekan

bagian dalam dari otot itu sendiri. Peregangan dari satu otot yang sudah

berkontraksi maksimal derajat kesakitan otot yang paling tinggi. Daya kontraksi

otot berbeda dengan kekuatan otot karena daya merupakan suatu pengukuran dari

jumlah total kerja yang dilakukan oleh otot dalam satuan waktu.

Rangkaian sel saraf berjalan dari otak melalui batang otak keluar menuju

otot yang disebut motor pathway. Fungsi otot yang normal membutuhkan

hubungan yang lengkap disepanjang semua motor pathway. Adanya kerusakan

pada ujungnya menurunkan kemampuan otak untuk mengontrol

pergerakan-pergerakan otot. Hal ini menurunkan efesiensi disebabkan kelemahan, juga

disebut paresis. Kehilangan hubungan yang komplit menghalangi adanya

keinginan untuk bergerak lebih banyak. Ketiadaan kontrol ini disebut paralisis.

Batas antara kelemahan dan paralisis tidak absolut. Keadaan yang

menyebabkan kelemahan mungkin berkembang menjadi kelumpuhan. Pada

(35)

Regenerasi saraf untuk tumbuh kembali melalui satu jalan yang mana kekuatan

dapat kembali untuk otot yang lumpuh. Paralisis lebih banyak disebabkan

perubahan sifat otot. Lumpuh otot mungkin mebuat otot lemah, lembek dan tanpa

kesehatan yang cukup, atau mungkin kejang, mengetat, dan tanpa sifat yang

normal ketika otot digerakkan.

4.1.1 Tipe paralisis antara lain :

1. Monoplegia yaitu hanya mengenai satu anggota badan.

2. Diplegia yaitu mengenai bagian badan yang sama pada kedua sisi

badan. Contohnya kedua lengan atau kedua sisi wajah.

3. Hemiplegia yaitu mengenai satu sisi badan atau separuh badan.

4. Quadriplegia yaitu mengenai semua keempat anggota badan dan

batang tubuh.

5. Hemiparesis adalah paralisis salah satu sisi tubuh.

4.2 Penyebab kelumpuhan

Kerusakan saraf yang dapat menyebabkan paralisis mungkin di dalam otak

atau batang otak (pusat sistem saraf) atau mungkin di luar batang otak (sistem

saraf perifer). Lebih sering penyebab kerusakan pada otak adalah ; stroke, tumor,

truma (disebabkan jatuh atau pukulan), multiple sklerosis (penyakit yang merusak

bungkus pelindung yang menutupi sel saraf), serebral palsy (keadaan yang

disebabkan injuri pada otak yang terjadi sesaat setelah lahir), gangguan metabolik

(gangguan dalam penghambatan kemampuan tubuh untuk mempertahankannya).

Kerusakan pada batang otak lebih sering disebabkan trauma, seperti jatuh atau

(36)

4.3 Aliran Darah Melaui Otot Sewaktu Kerja Fisik

Kerja fisik yang sangat berat merupakan kondisi yang sangat menegangkan yang harus dihadapi oleh sistem sirkulasi normal. Hal ini memang

benar karena pada beberapa kondisi, aliran darah yang melalui otot dapat

meningkat lebih dari 20 kali lipat (kenaikan yang lebih besar daripada kenaikan

yang ada di setiap jaringan lain dalam tubuh) dan karena terdapat banyak sekali

massa otot lurik di dalam tubuh. Hasil dari kedua faktor ini begitu besarnya

sehingga jumlah seluruh aliran darah yang melalui otot pada seorang dewasa

muda sehat dapat meningkatkan selama melakukan kerja fisik yang berat yakni

dari nilai normal kurang dari 1 liter/menit sampai sebesar 20 liter/menit, jumlah

ini sudah cukup tinggi untuk meningkatkan curah jantung sampai lima kali normal

pada seseorang yang bukan atlit, dan pada seorang atlit yang terlatih baik naik

sampai enam hingga tujuh kali normal.

4.4 Kecepatan Aliran Darah yang Melalui Otot

Selama istirahat, rata-rata aliran darah yang melalui otot lurik besarnya

antara 3 sampai 4 ml/menit/100 gram otot. Selama kerja fisik yang hebat,

kecepatan ini dapat meningkat 15 sampai 25 kali lipat, mencapai 50 sampai 80

ml/100 gram otot.

Penyebab berkurangnya aliran darah selama fase kontraksi otot pada

waktu kerja fisik adalah akibat tertekannya pembuluh darah ke otot yang

berkontraksi. Selama kontraksi tetanik yang kuat, yang menyebabkan penekanan

(37)

Selama istirahat, beberapa kapiler otot mengandung sedikit atau tidak

sama sekali aliran darah. Namun selama kerja fisik yang berat, semua kapiler

terbuka. Terbukanya kapiler yang dormant ini juga mengurangi waktu yang

dibutuhkan oleh oksigen dan zat makanan lainnya untuk berdifusi dari kapiler ke

serat-serat otot dan menyebabkan perluasan daerah permukaan yang harus dilalui

oleh zat makanan dari darah sebesar dua sampai tiga kali lipat.

Kenaikan yang hebat pada aliran darah otot yang terjadi selama aktivitas

otot lurik terutama disebabkan oleh pengaruh lokal yang bekerja secara langsung

pada arteriol otot untuk menyebabkan vasodilatasi. Kenaikan otot pada aliran

darah ini selama kontraksi otot mungkin disebabkan oleh bemacam-macam faktor

yang semua bekerja pada saat bersamaan. Salah satu faktor yang paling penting

adalah berkurangnya oksigen dalam jaringan otot. Jadi selama akitivitas otot, otot

tersebut menggunakan oksigen dengan cepat, sehingga menurunkan konsentrasi

oksigen di cairan jaringan. Hal ini selanjutnya menyebabkan vasodilatasi baik

karena dinding pembuluh darah tidak dapat mempertahankan pada keadaan tidak

adanya oksigen maupun karena kurangnya oksigen yang menyebabkan

terlepasnya bahan vasodilator (Guyton & Hall, 1997).

5. Hubungan Stroke terhadap Tekanan Darah

Aliran darah normal yang melalui jaringan otak pada orang dewasa

rata-rata sekitar 50 sampai 65 milimeter per 100 gram otak per menit. Untuk seluruh

(38)

Aliran darah serebral sangat berkaitan dengan metabolisme jaringan

serebral. Sedikitnya terdapat tiga faktor metabolik yang memberi pengaruh kuat

terhadap pengaturan aliran darah serebral. Ketiga faktor tersebut adalah

konsentrasi karbon dioksida , konsentrasi ion hidrogen, dan konsentrasi oksigen.

Kebanyakan kasus stroke disebabkan oleh plak arteriosklerotis yang

terjadi pada suatu atau lebih arteri yang memberi makanan ke otak. Plak biasanya

mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, dan menghasilkan bekuan untuk

membentuk dan menghambat arteri, dengan demikian menyebabkan hilangnya

fungsi otak secara akut pada area yang terlokalisasi. Atau pada sekitar seperempat

penderita mengalami stroke, penyebabnya adalah tekanan darah tinggi yang

membuat salah satu pembuluh darah pecah, sehingga terjadi perdarahan, yang

mengkompersi jaringan otak setempat.

Efek neurologis dari otak stroke ditentukan area otak yang terpengaruh.

Salah satu tipe stroke yang paling umum adalah terjadinya penghambatan pada

salah satu arteri serebralis medialis yang menyuplai bagian tengah salah satu

hemisfer otak. Selain itu, hilangnya fungsi area pengatur saraf motorik lainnya

pada hemisfer kiri dapat menimbulkan paralisis spastik pada semua atau sebagian

besar otot-otot dari sisi tubuh yang berlawanan.

Dengan cara yang hampir sama, penghambatan arteri serebralis posterior

akan menyebabkan infark pada sudut oksipital hemisfer pada sisi yang sama dan

hilangnya penglihatan di kedua mata dan separuh retina dari sisi yang sama

dengan lesi stroke. Yang bersifat merusak, khususnya stroke yang melibatkan

(39)

hantaran jaras-jaras utama antara otak dan medula spinalis, dan secara total

menyebabkan ketidakmampuan sensorik motorik yang abnormal.

5. Pengukuran tekanan darah

Tekanan darah arteri dapat diukur secara baik secara langsung (secara

invasive) maupun tidak langsung. Sebelum mengkaji tekanan darah, perawat harus

nyaman dalam menggunakan sfigmomanometer dan stetoskop. Sfigmomanometer

terdiri dari manometer tekanan, manset oklusif yang menutupi kantung karet yang

dapat menggembung dan balon tekanan yang memiliki katup pelepas untuk

menggembungkan manset. Dua jenis sfigmomanometer adalah aneroid dan air

raksa. Manometer aneroid memiliki kaca yang dibungkus meteran sirkular yang

berisi jarum yang menunjukkan kalibrasi militer. Baja menunjukkan dalam

lingkup meteran dan kolaps dalam repons terhadap variasi tekanan pada manset

yang menggembung.

Manometer aneroid memiliki keuntungan ringan, portable dan rapi.

Karena bagian baja dalam model aneroid adalah subjek terhadap perluasan suhu

atau kontraksi, instrument aneroid kurang dapat diandalkan daripada jenis air

raksa. Sebelum menggunakan jenis aneroid, perawat harus memastikan bahwa

jarum penunjuk ada pada angka nol dan manometer dikalibrasi dengan benar.

Sfigmomanometer aneroid memerlukan kalibrasi biomedikal dalam interval rutin

untuk memverifikasi keakuratannya.

Manometer air raksa lebih akurat daripada manometer aneroid.

(40)

lurus mengandung air raksa. Tekanan yang dihasilkan oleh penggembungan

dengan mengompersi manset menggerakkan kolom air raksa ke atas melawan

gaya gravitasi. Untuk memastikan bacaan yang akurat, kolom air raksa harus jatuh

dengan bebas saat tekanan dilepaskan dan harus selalu pada angka nol bila manset

dikempiskan. Manometer air raksa wall mounted atau mudah dibawa. Keakuratan

pembacaan didapat dengan melihat pada meniskus air raksa sejajar mata. Hal ini

merupakan titik di mana lengkungan atas kolom air raksa lurus dengan skala

manometer. Melihat di atas di bawah air raksa menghasilkan bacaan yang

terdistorsi. Kerugian manometer air raksa merupakan potensial terhadap pecahnya

dan keluarnya air raksa. Air raksa merupakan ancaman kesehatan jika tidak

berada dalam wadah yang sesuai. Manset kompersi yang terbuat dari vinil sekali

pakai atau kain yang digunakan pada sfigmomanometer dalam berbagai ukuran.

Ukuran yang dipilih sesuai dengan lingkar tangan yang diperiksa. Idealnya , lebar

manset harus lebih besar 40 % dari lingkar tangan (atau 20 % lebih lebar daripada

diameter) yang digunakan. Pada anak-anak, tepi manset yang paling bawah harus

diatas fosa antekubial, memungkinkan ruangan untuk meletakkan bel atau

diafragma stetoskop. Meletakkan manset secara tidak tepat mengakibatkan

(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti

(Setiadi, 2007). Kerangka konsep penelitian ini berfokus untuk melihat perbedaan

tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada

pasien stroke, yang digambarkan sebagai berikut :

Skema 1. Kerangka konsep penelitian hubungan Tekanan Darah Sisi Tangan yang Lumpuh dengan Sisi Tangan yang Normal pada Pasien Stroke

2. Defenisi Operasional 2.1 Stroke

Stroke adalah suatu penyakit serebravaskular yang dialami oleh pasien

secara tiba-tiba dan cepat, berupa defisit neurologis fokal, yang disebabkan

berhentinya suplai darah ke otak. Salah satu gejala dan komplikasi stroke adalah

kehilangan motorik. Kehilangan motorik dapat berupa penurunan parsial atau total Pengukuran Tekanan

pada Sisi Tangan yang Lumpuh

Pengukuran Tekanan pada sisi tangan yang

(42)

gerakan dan kekuatan lengan dan tungkai di salah satu satu sisi tubuh atau

kelumpuhan parsial.

2.2 Tekanan Darah

Tekanan darah dalam penelitian ini didefenisikan sebagai tekanan yang

ditimbulkan pada dinding arteri brachialis yang terdiri dari tekanan sistolik dan

tekanan diastolik dalam satuan mmHg. Tekanan darah diukur dengan

spygmomanometer dan stetoskop pada sisi tangan yang normal dengan sisi tangan

yang lumpuh, kemudian hasil pengukuran tekanan darah disajikan dalam bentuk

lembar observasi tekanan darah.

3. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,

2002). Adapun hipotesis penelitian ini adalah adanya perbedaan tekanan darah

(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif, yang

bertujuan untuk mengetahui tekanan darah pada sisi tangan yang lumpuh dengan

sisi tangan normal .

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke yang telah

mengalami paralisis, hemiparesis, hemiplegia otot di Rumah Sakit Haji Adam

Malik Medan. Berdasarkan rekaman medik rumah sakit Adam Malik terdapat 20

pasien stroke yang dirawat bulan Februari sampai dengan Maret 2010.

2.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Purposive Sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih

sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/

masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik

populasi yang telah dikenal sebelumnya (Setiadi, 2007). Untuk menentukan

besarnya sampel dalam penelitian ini, peneliti mengambil jumlah populasi yang

(44)

Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dimasukkan atau layak

untuk diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah semua jenis stroke

dengan hemiplegia, pasien yang dirawat di R-A4, bersedia menjadi sampel.

Sedangkan, kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien tidak paralisis,

pasien yang dalam kondisi terminasi, dan pasien yang rawat jalan.

Adapun jumlah sampel yang akan diambil :

n = N

1+ N (d2

= 20 )

1+ 20 (0,052

= 19 orang )

Keterangan :

N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

d = Tingkat Kepercayaan (d= 0,05)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2010 di ruangan RA 4 Rumah

Sakit Adam Malik Medan. Lokasi penelitian tersebut dipilih karena di rumah sakit

ini terdapat angka insidensi tinggi penderita stroke. Rumah sakit ini juga

(45)

Sumatera Utara dan menjadi rumah sakit rujukan tertinggi diantara rumah sakit

umum yang ada di Sumatera Utara.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari

Fakultas Keperawatan. Kemudian, memberikan surat permohonan untuk

mendapatkan izin dari Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Setelah

mendapatkan persetujan, penelitian dapat melakukan intervensi mengukur tekanan

darah pada pasien stroke, baik stroke hemoragik maupun stroke iskemik.

Dalam pengumpulan data terdapat beberapa hal yang berkaitan denagn

permasalahan etik yaitu meberikan penjelasan kepada calon responden penelitian

tentang tujuan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia,

maka responden menandatangani Informed Consent (surat perjanjian). Tetapi,

apabila calon responden tidak bersedia, maka calon berhak mengundurkan diri

selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan

resiko bagi responden baik itu resiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan

mengenai data responden dijaga baik dengan tidak menuliskan nama responden

pada instrumen. Data-data yang diperoleh juga hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian. Penelitian ini, juga memperhatikan etik yaitu sebagai

berikut:

a. Informed Concent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang

(46)

subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak

subjek.

b. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, pada lembar pengumpulan data (kuesioner)

tetapi lembar tersebut diberikan kode tertentu.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

(pengamatan), dengan jenis pengamatan sitematis. Instrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data kuesioner yang terdiri dari data

demografi, lembar observasi dan pengukuran pasien secara langsung.

5.1 Data demografi

Mencakup nomor responden, jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat

pendidikan, dan suku. Data demografi ini bertujuan untuk membantu peneliti

mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap

penelitian ini. Data demografi ini dapat dilihat pada lampiran 2.

5.2 Lembar observasi Tekanan Darah

Hasil pengukuran tekanan darah pada kedua sisi tangan disajikan pada

(47)

dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah kedua sisi antara

tangan yang lumpuh dan tangan yang tidak lumpuh. Bentuk lembar observasi ini

dapat dilihat pada lampiran 3.

6. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengukur

tekanan darah (sphygmomanometer), stetoskop, dan lembar observasi pengukuran

tekanan darah.

7. Pengumpulan Data

Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan

penelitian melalui institusi pendididikan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara, selanjutnya mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian

pada Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan izin maka

dilakukan pengumpulan data. Kemudian, peneliti menetukan responden sesuai

denag kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dan menjelaskan tujuan dan

manfaat penelitian dan meminta kesediaan responden. Responden yang bersedia

diminta untuk menandatangani Informed Consent (surat perjanjian).

8. Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data

yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil

(48)

pengukuran tekanan darah antara sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang

normal. Selanjutnya dilakukan pengolahan data.

a. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi

penderita stroke, tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang

normal dalam bentuk tabel.

b. Statistik Inferensial

Statistik Inferensial digunakan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah

sisi tangan yang lumpuh dengan tangan yang normal .Uji yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji statistik T test Independent. Pengolahan data ini dilakukan

(49)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dari pembahasan

mengenai perbedaan tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan

yang normal pada pasien stroke di Ruangan RA 4 Rumah Sakit Haji Adam Malik

Medan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilaksanakan mulai dari tanggal 22 Juni sampai 22

Agustus 2009. Penelitian ini melibatkan 19 orang responden yang mengalami

stroke dengan lumpuh salah satu sisi tangan. Dari hasil penelitian diperoleh ini

memaparkan karakteristik demografi responden dan perbedaan tekanan darah

antara sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal.

1.1Karesteristik Demografi Responden

Data deskriptif karakteristik responden mencakup, jenis kelamin, usia,

pekerjaan,suku, dan pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa responden

yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 orang (63%) jika dibandingkan

berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (37%). Berdasarkan tingkat usia di

dapati45-59 tahun yaitu sebanyak 11 orang (57,8 %). Berdasarkan pekerjaan di

dapat bekerja sebagai pedagang sebanyak 8 orang (42,1 %). Karakteristik

responden berdasarkan suku, sebagian besar adalah suku Batak sebanyak 6 orang

(31,6 %), diikuti suku Jawa dan Mandailing masing-masing sebanyak 4 orang

(50)

pendidikan responden adalah SD sebanyak 8 orang (42,1 %), diikuti pendidikan

SMP sebanyak 6 orang (31,6 %), diikuti pendidikan SMA dan tidak tamat SD

yang masing-masing 2 orang (10,5 %), dan terakhir pendidikan sarjana sebanyak

1 orang (5,3 %).

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan Demografi Responden

(51)

1.2Hasil pengukuran tekanan darah sisi tangan lumpuh dengan sisi tangan

normal

Responden diukur tekanan darahnya pada sisi tangan yang lumpuh dengan

sisi tangan yang normal pada arteri brachialis dengan menggunakan alat

sphygmomanometer dan stetoskop. Pengukuran tekanan darah sisi tangan normal

dengan sisi tangan lumpuh ada yang meningkat, dan ada yang cenderung turun,

bahkan ada pula yang stabil. Hasil pengukuran tekanan darah dicatat dalam

lembar observasi.

Dari hasil pengukuran diatas maka dapat diketahui gambaran nilai rata-rata

tekanan darah pada responden sisi tangan normal dengan sisi tangan lumpuh.

Tabel 2. Hasil pengukuran tekanan sistolik pada sisi tangan yang normal dengan sisi tangan yang lumpuh

Lokasi

pengukuran Nilai Tertinggi Nilai Terendah Mean SD

Tangan Normal 220 120 151.58 28.918

Tangan Lumpuh 220 110 141.05 29.419

Tabel 2 memperlihatkan bahwa tekanan sistolik tertinggi pada sisi tangan

normal adalah 220 mmHg dan yang terendah adalah 120 mmHg, sehingga

didapatkan rata-rata sistolik kanan sebesar 151,58 mmHg dengan standar deviasi

sebesar 28,9618. Untuk tekanan sistolik sisi tangan lupuh, nilai tertingginya

adalah 220 mmHg dan nilai terendahnya adalah 110 mmHg, sehingga didapatkan

(52)

Dengan demikian selisih dari rata-rata tekanan sistolik pada kedua lengan kanan

dan kiri adalah sebesar 10,52632 mmHg.

Tabel 3. Hasil pengukuran tekanan diastolik pada sisi tangan normal dengan sisi tangan yang lumpuh

Lokasi

pengukuran Nilai Tertinggi Nilai Terendah Mean SD

Tangan Normal 150 80 97.3684 19.10268

Tangan Lumpuh 150 70 90.53 20.676

Tabel 3 menunjukkan bahwa tekanan diastolik tertinggi pada sisi tangan

normal adalah 150 mmHg dan yang terendah adalah 80 mmHg, sehingga

didapatkan rata-rata tekanan diastolik kanan sebesar 97,3684 mmHg dengan

standar deviasi 19,10268. Untuk tekanan diastolik pada sisi tangan lumpuh, nilai

tertingginya adalah 150 mmHg dan nilai terendahnya adalah 70 mmHg, sehingga

didapatkan rata-rata tekanan diastolik kiri sebesar 90,53 mmHg dengan standar

deviasi sebesar 20,676. Oleh karena itu selisih dari rata-rata tekanan diastolik pada

kedua lengan (kanan dan kiri) adalah sebesar 6,84211 mmHg.

1.3Perbedaan Tekanan darah sisi tangan lumpuh dengan sisi tangan normal

Sebelum dilakukan uji parametrik dengan independen T-test, maka

persyaratan yang harus dipenuhi pada uji parametrik yaitu sebaran data harus

berdistribusi normal. Uji kenormalan distribusi yang dipakai adalah Uji

Kolmogorov-Smirnov. Sebaran data berdistribusi normal dalam penelitian ini

(53)

Uji statistik independent T-test digunakan untuk mengetahui perbedaan

tekanan darah sisi tangan yang normal dengan sisi tangan yang lumpuh.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa tekanan darah berbeda antara sisi tangan

yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal (Sistolik : F= 0.034, t= 1.112, p =

0.856 mean difference = 10.52632 ). Sedangkan Diastolik pada kedua sisi tangan

(Diastolik : F= 0.001, t = 1.059, p= 0.791 mean difference = 6.84211).

Tabel 4. Perbedaan tekanan darah

No Lokasi

Pengukuran Tekanan Darah

Mean

Dari hasil penelitian, peneliti membahas masalah penelitian mengenai

bagaimana perbedaan tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan

yang normal pada pasien stroke.

2.1Karakteristik Demografi Responden

Berdasarkan hasil penelitian, responden yang banyak mengalami stroke

adalah laki-laki yaitu sebanyak 63,2% dibandingkan wanita. Hal ini sesuai dengan

pendapat dari Feigin (2007) mengatakan bahwa pria berusia kurang dari 65 tahun

memiliki resiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intraserebrum lebih tinggi

sekitar 20% dari pada wanita.

Berdasarkan usia bahwa responden yang berusia 45-59 tahun yaitu

(54)

terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setelah mencapai usia 50 tahun

meningkatkan resiko stroke sebesar 11-20%. Setelah mencapai usia 50 tahun

meningkatkan resiko stroke sebesar 11-20%.

2.2Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan aliran darah terhadap

setiap satuan luas dari dinding pembuluh darah. Tekanan darah hampir selalu

dinyatakan dalam millimeter air raksa (mm Hg) karena manometer air raksa telah

dipakai sebagai rujukan baku untuk pengukuran tekanan darah. Banyak hal yang

mempengaruhi tekanan darah. Salah satu yang mempengaruhi tekanan darah

adalah jenis kelamin. Menurut pendapat Johnson dan Wendy Taylor (2005)

setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi.

Dari hasil penelitian tekanan darah laki-laki lebih tinggi daripada tekanan darah

wanita. Dari hasil penelitian tekanan darah laki-laki pada pasien stroke dimulai

diatas 150/90 mmHg. Sedangkan tekanan darah Wanita dimulai diatas 140/80

mmHg.

Tekanan darah dipengaruhi oleh faktor usia. Tekanan darah meningkat

sejalan dengan peningkatan usia akibat penurunan elastisitas dinding arteri

(Johnson & Wendy Taylor, 2005). Dari hasil penelitian, faktor usia tidak selalu

dapat mempengaruhi tekanan darah, karena diakibatkan oleh faktor penyakit.

Proses penyakit apapun akan mempengaruhi isi sekuncup, diameter pembuluh

darah, tahanan perifer atau pernapasan akan mempengaruhi tekanan darah. Seperti

pendapat Ganong, hal ini dikarenakan bahwa semakin bertambahnya usia maka

Gambar

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan Demografi
Tabel 2 memperlihatkan bahwa tekanan sistolik tertinggi pada sisi tangan
Tabel 3 menunjukkan bahwa tekanan diastolik tertinggi pada sisi tangan
Tabel 4. Perbedaan tekanan darah

Referensi

Dokumen terkait

The research aimed to determine the diversity of endophytic fungi in soybean with different resistance to Sclerotium rolfsii and find out their potential antagonist

Kepemimpinan kepala sekolah dalam manajemen kinerja guru dan peningkatan mutu pembelajaran: Studi desktiptif pada Sekolah Menengah Kejuruan Swasta di Kota

The ability of the sperm cell to with stand the given electric shock is influenced by several fac- tors such as the type of fish, the quality of the sperm before

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI TUMBUHAN BIJI MELALUI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FENETIK DAN PRAKTIKUM BERBASIS VERIFIKASI.. Universitas Pendidikan Indonesia

Tab mailing merupakan fasilitas yang terdapat pada Microsoft word 2007, yang berfungsi untuk membuat sesuatu dokumen yang akan dicetak dalam jumlah banyak atau

Minat beli ulang pelanggan atas suatu produk merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan karena minat tersebut akan mengarah pada terjadinya pembelian yang

Selain itu, di dalam satu industri perusahaan akan cenderung untuk memperoleh efek dari suatu pengumuman yang terjadi pada perusahaan lain yang tidak mengumumkan yang

Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku petugas kesehatan di Puskesmas Mergangsan yogyakarta yang sudah menunjukkan hasil yang baik, ternyata tidak berpengaruh terhadap