• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak empat kali pertemuan. Pertemuan pertama dan keempat adalah pemberian soal pre-test dan post-test, sedangkan pertemuan kedua dan pertemuan ketiga adalah

pembelajaran biasa dengan latihan soal perkalian. Pemberian soal pre- test dan post-test bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Setelah dilaksanakan pre-test dan post-test, terlihat bahwa hasil yang diperoleh kedua siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini meningkat. Pada siswa 1, hasil belajar meningkat dari 40% dalam kriteria rendah pada pre-test menjadi 80% dalam kriteria tinggi pada post-test. Sedangkan pada siswa 2 peningkatan hasilnya belajarnya dari 30% dalam kriteria rendah pada pre-test menjadi 90% dalam kriteria yang sangat tinggi pada post-test. Dari hasil kedua siswa tersebut, secara keseluruhan, terjadi peningkatan rata-rata nilai pre-test dan post-test yaitu 35% dalam kriteria rendah pada pre-test menjadi 85% dalam kriteria yang sangat tinggi pada post-test.

Menurut Wasliman dalam Ahmad (2013:12), hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Salah satu faktor internal yang dimaksud adalah faktor kondisi fisik, seperti cacat jasmani yang dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.

Metode komunikasi yang digunakan anak tunanetra dalam menerima pelajaran ialah dengan metode mendengarkan dan memanfaatkan indera peraba sehingga dapat memahami apa yang

disampaikan kepada mereka. Pembelajaran yang menggunakan alat peraga akan sangat membantu siswa dalam menerima materi pelajaran, karena selain memancing siswa untuk menggunakan indera peraba, alat peraga juga membuat siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar dan membuat materi pelajaran menjadi lebih konkret sehingga mudah dipahami. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa yang cukup signifikan yaitu sebesar 50%, dimana setelah menggunakan alat peraga siswa lebih mengerti materi yang diajarkan dan lebih mudah dalam mengerjakan soal.

2. Pemahaman siswa tentang konsep perkalian

Dalam penelitian ini, peneliti mengetahui pemahaman siswa tentang konsep perkalian melalui wawancara yang dilakukan kepada dua orang siswa yang menjadi subjek penelitian dan akan disesuaikan dengan hasil belajar siswa. Peneliti selalu melakukan wawancara di akhir pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar peneliti mengetahui perkembangan pemahaman siswa tentang materi perkalian.

Pada pertemuan pertama, peneliti melakukan wawancara setelah siswa menyelesaikan soal pre-test. Peneliti mendapat hasil bahwa siswa masih bingung dan terlihat kesulitan dengan materi perkalian. Selain dari wawancara dengan siswa, hasil ini juga didukung dari hasil belajar siswa yang menunjukkan nilai yang rendah.

Pada pertemuan kedua dan ketiga, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan alat peraga yaitu bola. Siswa melakukan pembelajaran dengan berlatih soal yang sudah disiapkan peneliti. Setelah pembelajaran, siswa diwawancarai. Dari dua pertemuan ini, peneliti melihat bahwa pemahaman siswa tentang konsep perkalian sudah mulai baik. Dengan banyak latihan, pemahaman siswa menjadi meningkat. Hasil wawancara selama 2 pertemuan dengan siswa menunjukkan bahwa siswa mulai mengerti konsep perkalian dengan bantuan alat peraga. Ketika ditanya pertanyaan mengenai konsep perkalian siswa menjawab dengan benar, walaupun kadang-kadang terlihat ragu karena takut jawaban mereka salah.

Peneliti melakukan wawancara yang terakhir dengan siswa ketika siswa selesai mengerjakan soal post-test. Berdasarkan wawancara terakhir, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa sudah memahami dengan baik konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang. Jawaban yang diberikan siswa sangat baik, walaupun terkadang siswa kurang konsentrasi dalam menjawab sehingga jawaban siswa kadang keliru. Hal lain yang menyebabkan jawaban siswa keliru adalah akibat dari kondisi siswa yang sudah lelah belajar dan mengerjakan soal yang diberikan oleh peneliti.

Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa tentang konsep perkalian sangat baik. Salah satu faktor yang menyebabkan itu bisa terjadi adalah penggunaan alat

peraga yaitu bola. Bola dirasa bisa memberikan dampak positif yang membuat siswa dengan mudah memahami konsep perkalian.

Dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat, pemahaman siswa mengalami peningkatan yang terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan siswa. Di pertemuan awal, siswa masih belum memahami dengan baik konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang. Peneliti melakukan dua kali pertemuan sebagai latihan untuk siswa. Dalam dua pertemuan ini, siswa diajar dan diberikan pemahaman mengenai konsep perkalian. Dan pada pertemuan terakhir, siswa menunjukkan pemahaman yang sangat baik mengenai konsep perkalian.

E. Keterbatasan Penelitian

1. Pada saat akan menggunakan alat peraga dan akan mengajarkan kepada siswa, seharusnya mencari cara penggunaan yang lebih efektif. Peneliti seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dosen sehingga menemukan cara penggunaan yang efektif untuk siswa tunanetra, mengingat siswa tunanetra mempunyai kemampuan yang terbatas dalam penglihatan dan hanya mengandalkan kemampuan meraba dan mendengar.

2. Kemampuan dan pengalaman mengajar anak dengan kebutuhan khusus dalam hal ini adalah siswa tunanetra yang sangat minim membuat

peneliti sempat mengalami kesulitan diawal penelitian khususnya dalam penanganan kelas.

3. Jumlah pertemuan dalam penelitian ini tergolong sedikit sehingga peneliti harus mengatur pembelajaran menyesuaikan dengan materi yang harus disampaikan kepada siswa, agar dengan jumlah pertemuan yang sedikit tidak mengurangi pemahaman yang seharusnya didapat oleh siswa.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan, dapat ditarik kesimpulan, yaitu:

1. Hasil belajar siswa tunanetra kelas II di SLB A Yaketunis dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga berupa bola pada materi perkalian sangat baik. Terlihat dari hasil pre-test dan post test yang diperoleh siswa. Pada siswa 1 nilai pre-test adalah 4 dan nilai post-test adalah 8. Sedangkan pada siswa 2 nilai pre-test adalah 3 dan nilai post-test adalah 9. Hasil belajar yaitu pada post-test kedua siswa termasuk dalam kategori yang tinggi.

2. Pemahaman siswa tentang materi konsep perkalian sangat baik. Kedua siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini menjadi paham mengenai konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang dengan mengggunakan bola sebagai peraga dalam pembelajaran.

B. Saran

1. Bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian serupa, khususnya penelitian kepada anak tunanetra, disarankan untuk menentukan cara penggunaan alat peraga yang memudahkan anak berkebutuhan khusus, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Bagi pembaca yang ingin mengembangkan penelitian serupa, disarankan untuk mencari materi pembelajaran matematika yang lain dan mengunakan alat peraga yang sesuai dengan materi sehingga memudahkan siswa memahami materi.

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus Beni. 2009. “Efektivitas Metode Belajar Menggunakan Alat Peraga

Dalam Materi Pengenalan Bangun-Bangun Geometri Datar Pada Siswa SLB

A (Tunanetra)”. Skripsi. FKIP. Pendidikan Matematika. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta

Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Anastasia Widdjajantin dan Imanuel Hitipeuw. 1987. Ortopedagogik Tunanetra. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Ardhi Widjaya. 2013. Seluk-Beluk Tunanetra dan Strategi Pembelajarannya. Yogyakarta: Javalitera.

Asep Jihad dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Elis Ratnawulan dan Rusdiana. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia.

Esthy Wikasanti. 2014. Pengembangan Life Skill Untuk Anak berkubutuhan Khusus. Yogyakarta: Maxima.

http://m.liputan6.com/news/read/2109404/heboh-4x6-atau-6x4 (diakses pada bulan Mei 2016)

Lidya Cindi Septika. 2013. Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Penjumlahan Pecahan Anak Tunanetra. Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Pendidikan Khusus.

Mulyono Abdurrahman. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Ratna Wilis Damar. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Rostina Sundayana. 2015. Media dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta.

Runtukahu, T. 1999. Pengajaran Matematika Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Ruseffendi. 1990. Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini. Bandung: Tarsito.

Sari Rudiyati. 2003. Ortodidaktik Anak Tunanetra. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Siregar, E. dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Siti M. Amin dan Zaini M. Sani. 2007. Matematika SD di Sekitar Kita. Jakarta: Esis.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatid, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

LAMPIRAN A

LAMPIRAN A.1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian Dari Sekretariat JPMIPA LAMPIRAN A.2 : Surat Ijin Penelitian Dari Dinas Perizinan Kota Yogyakarta LAMPIRAN A.3 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

LAMPIRAN B

LAMPIRAN B.1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) LAMPIRAN B.2 : Validasi Instrumen Pre-Test Siswa

LAMPIRAN B.3 : Validasi Instrumen Post-Test Siswa LAMPIRAN B.4 : Soal Pre-Test

LAMPIRAN B.5 : Soal Post-Test

LAMPIRAN B.6 : Soal Pre-Test Dalam Huruf Braille LAMPIRAN B.7 : Soal Post-Test Dalam Huruf Braille

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SLB A Yaketunis Yogyakarta Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : II / Ganjil Pertemuan ke : 1 -4

Alokasi Waktu : 8 x 35 menit

A. Standar Kompetensi

3. Melakukan perkalian dan pembagian sampai dua angka

B. Kompetensi Dasar

3.1. Memahami konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang. 3.2. Melakukan perkalian yang hasilnya satu angka.

3.3. Melakukan perkalian yang hasilnya dua angka.

C. Indikator

3.1.1. Siswa mampu menjelaskan dengan menyebutkan konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang.

3.2.1. Siswa mampu melakukan perkalian yang hasilnya satu angka dengan menggunakan alat peraga.

3.3.1. Siswa mampu melakukan perkalian yang hasilnya dua angka dengan menggunakan alat peraga.

D. Tujuan Pembelajaran

3.1.1. Setelah melakukan pembelajaran, siswa mampu menjelaskan dengan menyebutkan konsep perkalian sebagai penjumhan.

3.2.1. Setelah melakukan pembelajaran, siswa mampu melakukan perkalian yang hasilnya satu angka dengan menggunakan alat peraga. 3.3.1. Setelah melakukan pembelajaran, siswa mampu melakukan perkalian yang hasilnya dua angka dengan menggunakan alat peraga.

E. Materi Ajar

 Perkalian sebagai penjumlahan berulang  Perkalian yang hasilnya satu angka  Perkalian yang hasilnya dua angka F. Metode Pembelajaran

 Tanya jawab  Ceramah

 Penggunaan alat peraga  Latihan soal.

G. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama

Kegiatan Awal

 Guru kelas mengawali dengan memberi salam kepada siswa, dan siswa menjawab salam dari guru. Kemudian guru kelas memperkenalkan peneliti ke subjek penelitian.

 Guru memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

 Peneliti meminta siswa memimpin doa untuk memulai pembelajaran

Kegiatan Inti

 Peneliti menyampaikan maksud penelitian kepada siswa.

 Peneliti menyampaikan kepada siswa kalau hari ini akan dilaksanakan pre-test untuk melihat kemampuan awal siswa.

 Siswa mengerjakan soal pre-test selama 50 menit  Peneliti mengumpulkan jawaban siswa.

Kegiatan Penutup

 Peneliti melakukan wawancara kepada siswa mengenai soal pre- test yang baru saja dikerjakan oleh siswa.

 Peneliti mengingatkan siswa untuk belajar mengenai perkalian dan memberitahu pada pertemuan selanjutnya akan belajar perkalian menggunakan alat peraga

 Siswa memimpin doa untuk mengakhiri pembelajaran. Pertemuan Kedua

Kegiatan Awal

 Peneliti memberi salam kepada siswa, dan siswa menjawab salam.  Siswa memimpin doa untuk memulai pembelajaran

 Peneliti mengingatkan siswa pembelajaran sebelumnya mengerjakan soal pre-test dan sedikit membahas kesulitan siswa selama mengerjakan soal.

 Peneliti dan siswa melakukan sharing kesulitan selama mengerjakan soal pre-test

Kegiatan Inti

 Peneliti membuka pembelajaran dengan mengenalkan alat peraga yang akan digunakan selama pembelajaran materi perkalian.

 Siswa dipersilahkan untuk meraba bola yang akan digunakan sebagai alat peraga.

 Peneliti mulai mengajar materi perkalian dan mengawalinya dengan materi penjumlahan bilangan yang sama.

 Siswa mulai melakukan penjumlahan bilangan yang sama dengan menggunakan alat peraga.

 Peneliti mengajarkan perkalian yang hasilnya satu angka dan dilanjutkan perkalian yang hasilnya dua angka dengan menggunakan alat peraga.

 Siswa menghitung perkalian yang hasilnya satu angka kemudian menghitung perkalian yang hasilnya dua angka dengan menggunakan alat peraga.

 Siswa mengerjakan soal latihan yang disiapkan oleh peneliti. Kegiatan Penutup

 Siswa diajak refleksi kelas dengan ditanya perasaannya belajar perkalian dengan menggunakan bola sebagai peraga.

 Siswa diwawancarai oleh peneliti mengenai pembelajaran hari ini untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa tentang materi perkalian yang hasilnya satu angka dengan dan dua angka.

 Peneliti mengingatkan siswa bahwa pertemuan selanjutnya masih akan belajar perkalian dengan menggunakan alat peraga.

 Siswa memimpin doa untuk mengakhiri pembelajaran. Pertemuan Ketiga

Kegiatan Awal

 Peneliti mengucapkan salam dan siswa menjawab salam.  Siswa memimpin doa untuk mengawali pembelajaran.

 Peneliti menanyakan kabar siswa dan mengingatkan materi pembelajaran sebelumnya.

Kegiatan Inti

 Siswa mengerjakan soal perkalian yang diberikan peneliti dengan menggunakan alat peraga.

Kegiatan Penutup

 Siswa diajak refleksi oleh peneliti dengan ditanya perasaannya belajar perkalian menggunakan alat peraga dan apa saja yang siswa pelajari.

 Siswa diwawancarai oleh peneliti mengenai pembelajaran hari ini untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa tentang materi perkalian yang hasilnya satu angka dengan dan dua angka.

 Siswa diingatkan bahwa pertemuan berikutnya akan dilaksanakan post-test untuk mengetahui.

 Siswa memimpin doa untuk mengakhiri pembelajaran. Pertemuan Keempat

Kegiatan Awal

 Siswa dan peneliti membuka pembelajaran dengan berdoa.

 Siswa menanyakan kabar dan mengecek kesiapan siswa untuk pertemuan terakhir.

 Siswa ditanya materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan Inti

 Siswa diajak untuk kembali mengingatkan materi perkalian yang sudah dipelajari sebelumnya.

 Siswa dan peneliti membahas bersama kesulitan siswa sebelum dilaksanakan post-test.

 Siswa mengerjakan soal post-test yang disediakan selama 50 menit.

Kegiatan Penutup

 Siswa ditanya mengenai soal post-test yang telah dikerjakan.  Siswa diwawancarai oleh peneliti mengenai post-test yang baru

saja dilaksanakan dan pembelajaran matematika materi perkalian secara keseluruhan untuk mengetahui pemahaman siswa selama penelitian berlangsung.

 Peneliti menutup pembelajaran dan penelitian yang sudah dilaksanakan dengan mengucapkan terima kasih kepada siswa.  Siswa memimpin doa untuk mengakhiri pembelajaran.

H. Alat/bahan dan Sumber Belajar 1. Kertas

2. Reglet

3. Alat peraga Bola

4. Buku pelajaran matematika kelas II

I. Penilaian

Pada penelitian ini, peneliti melakukan penilaian terhadap hasil pre-tes dan post-test siswa. Pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama, sedangkan post-test dilaksanakan pada pertemuan keempat.

Jumlah soal Pre-test dan post-test adalah masing-masig sebanyak 10 soal. Tiap soal yang dijawab benar akan diberi poin 1, dan soal yang dijawab salah atau tidak dijawab akan diberi poin 0. Poin minimal adalah 0 dan poin maksimal adalah 10.

Cara menentukan nilai pre-test dan post-test adalah sebagai berikut:

Soal Pre Test

Nama : ……….

Kerjakan soal-soal berikut dengan teliti dan jujur.

1. Pada hari Senin Andi member 4 buah bola. Dua hari kemudian Andi membeli 4 buah bola lagi. Berapa jumlah bola yang Andi miliki sekarang? 2. Hari ini Budi berulang tahun. Sebagai hadiah, Ayah memberikan 2

permen, Ibu memberikan 2 buah permen juga, dan Paman memberikan juga 2 buah permen. Berapa permen yang dimiliki Budi?

Tuliskan perkalian berikut dalam bentuk penjumlahan berulang, dan hitunglah hasilnya. 3. × = + = ⋯ 4. × = ⋯ + ⋯ + ⋯ + ⋯ = ⋯ 5. × = ⋯ 6. × = ⋯ 7. × = ⋯ 8. × = ⋯ 9. × = ⋯ 10. × = ⋯

Soal Post Test

Nama : ……….

Kerjakan soal-soal berikut dengan teliti dan jujur.

1. Setiap hari Ibu memerlukan 5 butir telur untuk membuat kue. Berapa butir telur yang diperlukan ibu jika membuat kue dalam seminggu? (Tuliskan bentuk penjumlahan dan hasilnya)

2. Dalam sebulan Dito memanen 10 buah semangka. Berapa jumlah semangka yang dipanen Dito jika memanen dalam waktu 7 bulan? (Tuliskan dalam bentuk penjumlahan dan hasilnya)

Tuliskan perkalian berikut dalam bentuk penjumlahan berulang, dan hitunglah hasilnya. 3. × = ⋯ 4. × = ⋯ 5. × = ⋯ 6. × = ⋯ 7. × = ⋯ 8. × = ⋯ 9. × = ⋯ 10. × = ⋯

LAMPIRAN C

LAMPIRAN C.1 : Kunci Jawaban Soal Pre-Test LAMPIRAN C.2 : Kunci Jawaban Soal Post-Test

LAMPIRAN C.3 : Lembar Jawab Hasil Pre-Test Siswa (Braille) LAMPIRAN C.4 : Lembar Jawab Hasil Post-Test Siswa (Braille) LAMPIRAN C.5 : Jawaban Pre-Test Siswa

Kunci Jawaban Soal Pre-Test 1. 4 + 4 = 8 2. 2 + 2 + 2 = 6 3. 3 + 3 = 6 4. 2 + 2 + 2 + 2 = 8 5. 4 + 4 = 8 6. 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5 7. 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 18 8. 5 + 5 + 5 + 5 = 20 9. 7 + 7 + 7 + 7 + 7 = 35 10. 8 + 8 + 8 = 24

Kunci Jawaban Soal Post-Test 1. 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = 35 2. 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 70 3. 3 + 3 + 3 + 3 = 12 4. 1 + 1 + 1 + 1 = 4 5. 4 + 4 = 8 6. 9 + 9 + 9 + 9 = 36 7. 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 32 8. 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 = 56 9. 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 60 10. 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 27

Jawaban Pre-Test Siswa 1 1. 4 + 4 = 8 2. 2 + 2 + 2 = 6 3. 3 + 3 = 6 4. 2 + 2 + 2 + 2 = 8 5. 2 + 2 + 2 + 2 = 8 6. 5 + 1 = 6 7. 6 + 3 = 9 8. 4 + 5 = 9 9. 5 + 7 = 12 10. 3 + 8 = 1

Jawaban Pre-Test Siswa 2 1. 4 + 4 = 8 2. 2 + 2 = 4 3. 3 + 3 = 6 4. 2 + 2 = 4 5. 4 + 4 = 8 6. 1 + 1 = 2 7. 3 + 3 = 6 8. 5 + 5 = 10 9. 7 + 7 = 14 10. 8 + 8 = 15

Jawaban Post-Test Siswa 1 1. 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = 35 2. 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 70 3. 3 + 3 + 3 + 3 = 12 4. 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5 5. 4 + 4 = 8 6. 9 + 9 + 9 + 9 + 9 = 45 7. 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 32 8. 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 = 57 9. 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 60 10. 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 24

Jawaban Post-Test Siswa 2 1. 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = 35 2. 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 70 3. 3 + 3 + 3 + 3 = 12 4. 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5 5. 4 + 4 = 8 6. 9 + 9 + 9 + 9 + 9 = 45 7. 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 32 8. 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 = 56 9. 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 60 10. 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 28

LAMPIRAN D

LAMPIRAN D.1 : Foto-Foto Hasil Penelitian.

LAMPIRAN D.2 : Transkripsi Percakapan Hasil Wawancara. LAMPIRAN D.3 : Berita Tentang Kasus Konsep Perkalian

Foto-Foto Hasil Penelitiian

Transkripsi percakapan ini yang merupakan hasil wawancara antara peneliti dan kedua subjek penelitian. Adapun keterangan transkripsi ini adalah sebagai berikut:

P = Peneliti

S1 = Siswa 1

S2 = Siswa 2

a. Hasil wawancara dengan Siswa 1

Rekaman 1

P : “Tadi S1 belajar apa? Tadi ngerjain soal apa?”

S1 : “Soal perkalian”

P : “Susah nggak soalnya?”

S1 : “Anu susah e soalnya”

P : “Kenapa soalnya susah? S1 konsentrasi gak tadi ngerjain

soalnya?”

S1 : “Nggak konsentrasi wong cuma ngomong”

P : “Lah kok ngomong terus?”

S1 : “Anu cuma, gak tau e”

P : “Ada yg susah gak soalnya?”

S1 : “Ada e. Ada, semuanya dua, lima, enam, tujuh eh satu,

dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan,

sepuluh.”

P : “Oh itu semuanya berarti?”

Rekaman 2

P : “S1tadi belajar apa? Tentang apa?”

S1 : “Tentang perkalian”

P : “Perkalian. Pake apa?”

S1 : “Bola.”

P : “Seneng gak?”

S1 : “Seneng.”

P : “Kenapa senengnya?”

S1 : “Senengnya iki mesti iseh ono seng lali.”

P : “Susah gak perkaliannya?”

S1 : “Ono seng susah onoseng nggak”

P : “Yang susah apa?”

S1 : “Enam.”

P : “Perkalian enam?”

S1 : “Hooh.”

P : “Terus yang mudah?”

S1 : “Delapan.”

P : “Lho kok malah lebih banyak?”

S1 : “Oh, siji loro telu papat limo enem pitu wolu songo

sepuluh.”

P : “Tapi S1 tadi ngerjainnya hampir semua benar tuh.

berarti gak ada yang susah?”

S1 : “Hooh oh iyo.”

P : “Tapi cuma lupa kadang-kadang. Berarti kalo S1 ditanya

tiga kali empat, berarti nanti S1 ambilnya sebanyak

berapa kali?”

P : “Tiga kali empat ambilnya sebanyak?”

S1 : “Tiga kali.”

P : ‘Terus sekali ngambil berapa bola?”

S1 : “Dua bola eh tiga bola eh empat bola”

P : “Terus kalo S1 ditanya lima kali delapan berarti S1

ngambil bolanya berapa kali?”

S1 : “Lima kali”

P : “Sebanyak berapa bola?”

S1 : “Delapan kali”

P : “Delapan bola”

S1 : “Oh iya delapan bola.”

P : “Besok belajar perkalian lagi ya pake bola”

Rekaman 3

P : “Kalo tujuh kali lima berarti S1 ngambilnya berapa

kali?”

S1 : “Tujuh kali”

P : “Sekali ngambil berapa bola?”

S1 : “Lima bola”

P : “Kalo dalam bentuk penjumlahan berarti lima ditambah?

Ayo gimana kalo dalam bentuk penjumlahan. Tujuh kali

lima itu gimana?”

S1 : “Tujuh kali lima”

P : “Nggak. Kan S1 ambil bolanya tujuh kali? Iya kan?

dengerin dulu sini, dengerin dulu. Kan S1 ngambil

bolanya tujuh kali sekali ngambil berapa bola?”

P : “Lima kali tujuh?”

S1 : “Ini tujuh”

P : “Kan S1 ngambil bolanya tujuh kali, sekali ngambil

berapa bola?

S1 : “Dua bola”

P : “Tujuh kali lima?”

S1 : “Tiga bola”

P : “Tujuh kali lima?”

S1 : “Empat bola lima bola enam bola”

P : “Ayo beneran jawabnya. Ayo diulang. Tujuh kali lima, S1

ngambilnya bolanya berapa kali?”

S1 : “Tujuh kali”

P : “Sekali ngambilnya berapa bola?”

S1 : “Dua bola”

P : “Tujuh kali berapa ayo?”

S1 : “Lima bola ding”

P : “Lima bola. Berarti nanti penjumlahannya lima

ditambah?”

S1 : “Tambah dua”

P : “Kok ditambah dua?”

S1 : “Tiga. Tujuh”

P : “Ditambah berapa? Kan limanya diulang tujuh kali. Lima

tambah?”

S1 : “Tujuh”

P : “Lima tambah tambah lima. Tangannya angka tujuh.

Tangannya angka tujuh dulu. Berarti kan S1 ambil bolanya tujuh kali sekali ngambil lima bola. Berarti lima

ditambah lima ditambah lima ditambah lima ditambah

lima ditambah lima ditambah lima. Iya kan?”

S1 : “Iya”

P : “Udah kan?”

S1 : “Iya”

P : “Yok sekarang dikerjain.”

Rekaman 4

P : “Sekarang tujuh dikali delapan, nanti S1 ngambil berapa

kali?”

S1 : “Tujuh kali”

P : “Sekali ngambil berapa bola?”

S1 : “Delapan bola?”

P : “Ayo angka tujuh dulu tangannya. Tujuh. Tujuh. Sekali

ngambil berapa bola?”

S1 : “Delapan bola”

P : “Berarti delapan ditambah…”

S1 : “Delapan delapan delapan delapan delapan delapan”

P : “Ditambahnya mana? Ayo ulang. Tujuh kali delapan

berarti?”

S1 : “Delapan ditambah delapan ditambah delapan ditambah

delapan ditambah delapan ditambah delapan ditambah

delapan”

Rekaman 5

P : “Kan tadi tujuh kali delapan hasilnya berapa?“

S1 : “Lima puluh enam”

P : “Ayo, sekarang kalo dibalik delapan kali tujuh, S1

ngambilnya berapa kali?”

S1 : “Tujuh kali”

P : “Delapan kali tujuh”.

S1 : “Oh delapan kali”

P : “Delapan kali. Ayo angka delapan nya mana? Sekali

ngambil berapa bola?”

S1 : “Tujuh bola”

P : “Berarti?”

S1 : “Tujuh ditambah tujuh ditambah eh delapan to?”

P : “Delapan kali. Sekali ngambil berapa bola?”

S1 : “Tujuh bola”

P : “Berarti?”

S1 : “Tujuh ditambah tujuh ditambah tujuh ditambah tujuh

ditambah tujuh ditambah tujuh ditambah tujuh ditambah tujuh”

P : “Oke sekarang dihitung”

Rekaman 6

P : “Delapan kali tujuh hasilnya?”

S1 : “Lima puluh enam”

P : “Tadi tujuh kali delapan hasilnya berapa? Lima puluh

enam juga kan?”

P : “Delapan kali tujuh hasilnya? Ini yang baru tadi”

S1 : “Lima puluh enam”.

P : “Berarti delapan kali tujuh sama tujuh kali delapan

hasilnya gimana?”

S1 : “Sama”

P : “Oke sama. Tapi bedanya kalo tujuh kali delapan berarti

S1 ngambil bolanya berapa kali?”

S1 : “Berapa ya?”

P : “Tujuh kali delapan berarti ngambil bolanya berapa

kali?”

S1 : “Tujuh kali”

P : “Tujuh kali. Tangannya tujuh. Sekali ngambil berapa

bola?

S1 : “Delapan… Dua bola”

P : “Tujuh kali delapan. Tadi udah bener nyebut.”

S1 : “Apa? Piro mau?”

P : “Tujuh kali delapan”

S1 : “Ohhh delapan bola”

P : “Berarti? Kalo bentuk penjumlahan gimana?”

S1 : “Tujuh kali”

P : “Iya. Tangannya tujuh dulu. Tujuh kali sekali ngambil

Dokumen terkait