• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif kemampuan TI, pengalaman diklat, dan frekuensi mengakses

internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dilakukan pembahasan sebagai berikut:

1. Pengaruh Kemampuan TI Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta.

Deskripsi kemampuan TI yang dimiliki oleh guru menujukkan bahwa dari 133 responden terdapat 39 responden atau 29,3% masuk dalam kategori sangat tinggi, 49 responden atau 36,8% masuk dalam kategori tinggi, 26 responden atau 19,5% masuk dalam kategori cukup, 16 responden atau 12% masuk dalam kategori rendah dan 3 responden atau 2,3% masuk dalam kategori sangat rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan TI yang dimiliki oleh guru-guru di SMA Negeri di Kota Yogyakarta cenderung tinggi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif kemampuan TI terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Hal ini didukung dengan nilai Chi-Square (x²) hitung sebesar 28,946 dengan (df) = 3 lebih besar dari tabel sebesar 7,815 dan nilai Asymp. Sig

Pengaruh positif kemampuan TI terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran tersebut memiliki derajat hubungan yang sedang. Derajat hubungan yang sedang tersebut terjadi diduga karena ada banyak faktor lain yang mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran. Menurut peneliti, faktor-faktor tersebut antara lain adalah tingkat pendidikan guru, pengalaman mengajar guru dan pangkat golongan guru. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kemampuan TI yang dimiliki oleh seorang guru maka semakin baik kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran.

Implikasi yang muncul dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran, perlu adanya peningkatan kemampuan TI, seperti peningkatan keterampilan dalam mengoperasikan komputer dan kecakapan dalam menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada di dalamnya. Untuk mencapai, hal tersebut, pihak sekolah sebaiknya lebih melengkapi fasilitas-fasilitas yang dapat meningkatkan kemampuan TI guru baik yang berupa hard drive maupun aplikasi-aplikasi yang terdapat dalam hard drive tersebut. Selain itu, pihak sekolah juga dapat mengadakan pelatihan-pelatihan yang bertujuan meningkatkan kemampuan TI guru sehingga

kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran menjadi maksimal atau semakin baik.

2. Pengaruh Pengalaman Diklat Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tentang Standar Proses Pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta.

Deskripsi pengalaman diklat yang dimiliki oleh guru menujukkan bahwa dari 133 guru terdapat 53 guru atau 39,8% memiliki pengalaman diklat tentang Kurikulum 2013 edisi revisi 9 hari (sering), dan 80 guru atau 60,2% memiliki pengalaman diklat tentang Kurikulum 2013 edisi revisi 9 hari (jarang). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru memiliki pengalaman diklat 9 hari atau jarang.

Hasil penelitian ini diketahui bahwa tidak ada pengaruh positif pengalaman diklat terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Hal ini didukung dengan nilai Chi-Square (x²) hitung sebesar 2,345 dengan (df) = 1 lebih kecil dari tabel sebesar 3,481 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,126 lebih besar dari α 0,05.

Menurut peneliti, ada faktor yang membuat tidak adanya pengaruh positif pengalaman diklat terhadap kemampuan

mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Faktor tersebut adalah waktu penyelenggaraan diklat yang terlalu “mepet” dengan tahun ajaran baru dimana kurikulum baru tersebut akan diimplementasikan. Hal tersebut membuat pelaksanaan diklat terkesan tergesa-gesa dan guru menjadi kurang persiapan.

Implikasi yang muncul dari penelitian ini adalah untuk dapat meningkatkan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran, perlu adanya penyelenggaraan diklat yang lebih sering, sehingga membuat pengalaman diklat dan pengetahuan guru menjadi bertambah luas. Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman diklat tidak ada pengaruh positif terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran, peneliti tetap meyakini bahwa semakin banyak pengalaman diklat yang dimiliki oleh seorang guru akan semakin banyak pula pengetahuan yang didapat oleh guru. Oleh karena itu, diklat masih sangat diperlukan namun dengan lebih baik lagi. Saran yang dapat diberikan oleh peneliti ditujukan untuk 2 pihak, yaitu untuk pihak pemerintah sebagai penyelenggara diklat dan kepada guru. Bagi pemerintah sebagai pihak yang menyelenggarakan diklat dapat lebih memperhatikan waktu antara perubahan peraturan dengan akan dilaksanakannya peraturan tersebut. Semakin dekat

waktu perubahan peraturan dengan pelaksanaan peraturan, maka waktu diklat yang tersedia juga hanya sedikit. Hal tersebut akan membuat diklat hanya dilakukan beberapa kali saja sebelum waktu pelaksanaan peraturan tiba. Sedangkan untuk guru, sebaiknya lebih melibatkan emosi dan budi ketika mengikuti diklat, misalnya dengan benar-benar ambil bagian dalam pembuatan RPP ketika RPP tersebut dibuat dalam kelompok.

3. Pengaruh Frekuensi Mengakses Internet Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tentang Standar Proses Pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta.

Deskripsi frekuensi mengakses internet yang dimiliki oleh guru menujukkan bahwa dari 133 guru terdapat 4 guru atau 3% tergolong sangat sering mengakses internet, 4 guru atau 3% tergolong sering mengakses internet, 6 guru atau 4,5% tergolong cukup mengakses internet, 11 guru atau 8,3% tergolong jarang mengakses internet dan 108 guru atau 81,2% tergolong sangat jarang mengakses internet. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru jarang mengakses internet.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh positif frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Hal ini

didukung dengan nilai Chi-Square (x²) hitung sebesar 0,590 dengan (df) = 1 lebih kecil dari (x²) tabel sebesar 3,481 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,443 lebih besar dari α 0,05.

Ada faktor yang diduga menyebabkan tidak adanya pengaruh positif frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Menurut peneliti, faktor tersebut adalah pengaksesan internet yang dilakukan oleh guru selama satu minggu digunakan untuk sekedar sarana komunikasi atau hiburan. Padahal, pengaksesan internet dapat digunakan untuk mencari berbagai informasi termasuk informasi yang dapat menambah pengetahuan serta menunjang guru dalam meningkatkan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran serta menunjang proses KBM di dalam kelas.

Implikasi yang muncul dari penelitian ini adalah untuk dapat meningkatkan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran, perlu adanya pengetahuan luas yang dimiliki oleh guru yang dapat diperoleh salah satunya dengan meningkatkan frekuensi mengakses internet. Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi mengakses internet tidak ada pengaruh positif terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang

standar proses pembelajaran, peneliti tetap meyakini bahwa semakin sering frekuensi mengakses internet seorang guru, terlebih apabila guru mengakses internet untuk menunjang pelaksanaan proses pembelajaran dan memperoleh informasi mengenai Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran, maka akan semakin luas pula pengetahuan guru tersebut, yang akan meningkatkan kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran.

Peneliti memberikan saran yang ditujukan untuk 2 pihak, yaitu pihak sekolah dan guru. Untuk pihak sekolah, sebaiknya melengkapi fasilitas-fasilitas yang menunjang guru untuk dapat memperoleh informasi melalui internet seperti pengadaan wi-fi serta menciptakan iklim untuk menggunakan internet dalam rangka mencari informasi yang bermutu. Untuk guru, sebaiknya menggunakan internet dengan maksimal, tidak hanya sebagai sarana komunikasi dan hiburan saja tetapi juga sebagai sumber pengetahuan dan sumber belajar, terlebih apabila guru merasa bahwa pengetahuan dan pemahamannya mengenai pengimplementasian Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 masih kurang.

126 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV mengenai pengaruh kemampuan TI, pengalaman diklat dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta, maka daat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari 133 responden yang diteliti, terdapat 49 guru (36,8%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 84 guru (63,2%) berjenis kelamin perempuan.

2. Pada variabel kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran terdapat 61 guru atau 45,9% masuk dalam kategori sangat baik, 65 guru atau 48,9% masuk dalam kategori baik, 7 guru atau 5,3% masuk dalam kategori cukup, serta tidak ada guru yang memiliki kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran dalam kategori tidak baik dan sangat tidak baik. Maka, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran yang dimiliki oleh guru-guru SMA Negeri se-Kota Yogyakarta cenderung baik.

3. Pada variabel kemampuan TI, terdapat 39 guru atau 29,3% masuk dalam kategori sangat tinggi, 49 guru atau 36,8% masuk dalam kategori tinggi, 26 guru atau 19,5% masuk dalam kategori cukup, 16 guru atau 12% masuk dalam kategori rendah dan 3 guru atau 2,3% masuk dalam kategori sangat rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan TI yang dimiliki oleh guru-guru di SMA Negeri di Kota Yogyakarta cenderung tinggi.

4. Pada variabel pengalaman diklat, terdapat 53 guru atau 39,8% memiliki pengalaman diklat tentang Kurikulum 2013 edisi revisi >9 hari (sering), dan 80 guru atau 60,2% memiliki pengalaman diklat tentang Kurikulum 2013 edisi revisi 9 hari (jarang). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru memiliki pengalaman diklat 9 hari atau jarang.

5. Pada variabel frekuensi mengakses internet, terdapat 4 guru atau 3% tergolong sangat sering mengakses internet, 4 guru atau 3% tergolong sering mengakses internet, 6 guru atau 4,5% tergolong cukup mengakses internet, 11 guru atau 8,3% tergolong jarang mengakses internet dan 108 guru atau 81,2% tergolong sangat jarang mengakses internet. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru sangat jarang mengakses internet.

6. Ada pengaruh positif kemampuan TI guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta,

namun dengan derajat asosiasi yang sedang. Pernyataan ini didukung dengan nilai Chi-Square (x²) hitung sebesar 28,946 dengan (df) = 3 lebih besar dari tabel sebesar 7,815 dan nilai Asymp. Sig sebesar

0,000 lebih kecil dari α 0,05. Nilai C sebesar 0,423 dan Cmax sebesar

0,707 maka hasil yang diperoleh sebesar 0,598 (0,423/0,707). Kriteria nilai rasio C/Cmax koefisien 0,598 berada ada rentang 0,40 - 0,599

yang berarti derajat asosiasinya sedang.

7. Tidak ada pengaruh positif pengalaman diklat guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Pernyataan ini didukung dengan nilai Chi-Square (x²) hitung sebesar 2,345 dengan (df) = 1 lebih kecil dari x² tabel sebesar 3,481 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,126 lebih besar dari α 0,05. 8. Tidak ada pengaruh positif frekuensi mengakses internet guru

terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Pernyataan ini didukung dengan nilai Chi-Square (x² hitung) sebesar 0,590 dengan (df) = 1 lebih kecil dari x² tabel 3,481 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,443 lebih besar dari α 0,05.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari dalam melaksanakan penelitian masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Keterbatasan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti tidak dapat mengendalikan apakah jawaban yang diberikan oleh responden dalam mengisi kuesioner sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya atau tidak.

2. Seluruh data dalam penelitian hanya didasarkan ada data yang diperoleh melalui kuesioner yang disebar tanpa adanya penggalian informasi lebih lanjut melalui wawancara ataupun observasi langsung sehingga penelitian ini belum menggambarkan keseluruhan tingkah laku responden.

3. Dalam pengambilan sampel menggunakan proportional sampling, terdapat beberapa sekolah yang jumlah sampelnya tidak proporsional atau kurang dari yang direncanakan yaitu 23,46%. Hal tersebut disebabkan oleh sulitnya memperoleh kembali kuesioner yang sudah diberikan kepada guru. Selain itu, terdapat kuesioner yang sudah kembali namun jawaban yang diberikan oleh guru sebagai responden masih kurang lengkap.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti mencoba mengajukan beberapa saran, yaitu:

1. Dari pengujian hipotesis yang pertama diketahui bahwa ada pengaruh yang positif kemampuan TI guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif kemampuan TI terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta, sehingga semakin tinggi kemampuan TI guru maka akan semakin baik pula kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta. Maka peneliti menyarankan agar pihak sekolah lebih melengkapi fasilitas-fasilitas yang dapat meningkatkan kemampuan TI guru baik yang berupa hard drive maupun aplikasi-aplikasi yang terdapat dalam hard drive tersebut. Selain itu, pihak sekolah juga dapat mengadakan pelatihan-pelatihan yang bertujuan meningkatkan kemampuan TI guru sehingga kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran menjadi maksimal atau semakin baik.

2. Dari hasil pengujian hipotesis yang kedua diketahui bahwa tidak ada pengaruh yang positif pengalaman diklat terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta,

sehingga semakin sering guru mengikuti diklat belum tentu kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta akan semakin baik. Maka peneliti memberikan saran kepada 2 pihak yaitu untuk pihak pemerintah sebagai penyelenggara diklat dan kepada guru. Bagi pemerintah sebagai pihak yang menyelenggarakan diklat dapat lebih memperhatikan waktu antara perubahan peraturan dengan akan dilaksanakannya peraturan tersebut. Semakin dekat waktu perubahan peraturan dengan pelaksanaan peraturan, maka waktu diklat yang tersedia juga hanya sedikit. Hal tersebut akan membuat diklat hanya dilakukan beberapa kali saja sebelum waktu pelaksanaan peraturan tiba. Sedangkan untuk guru sebaiknya meningkatkan keseriusannya ketika mengikuti diklat, misalnya dengan benar-benar ambil bagian dalam pembuatan RPP ketika RPP tersebut dibuat dalam kelompok.

3. Dari hasil pengujian hipotesis yang ketiga diketahui bahwa tidak ada pengaruh yang positif frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomoe 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta, sehingga semakin sering guru mengakses internet belum tentu kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran pada SMA Negeri se-Kota Yogyakarta akan semakin baik. Maka peneliti memberikan

saran untuk 2 pihak, yaitu pihak sekolah dan guru. Untuk pihak sekolah, sebaiknya melengkapi fasilitas-fasilitas yang menunjang guru untuk dapat memperoleh informasi melalui internet seperti pengadaan wi-fi serta menciptakan iklim untuk menggunakan internet dalam rangka mencari informasi yang bermutu. Untuk guru, sebaiknya menggunakan internet dengan maksimal, tidak hanya sebagai sarana komunikasi dan hiburan saja tetapi juga sebagai sumber pengetahuan dan sumber belajar, terlebih apabila guru merasa bahwa pengetahuan dan pemahamannya mengenai pengimplementasian Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 masih kurang.

133

DAFTAR PUSTAKA

Anbarini, R., et al. (2016). Jendela Pendidikan dan Kebudayaan Empat Perbaikan Kurikulum 2013. [OnLine]. Tersedia: http://bpmtv.kemdikbud.go.id/majalahs/UOBPcjV1vqZ65KUQl2wtQVDC MRqAkiVf6w5iQ0kl20161105143449.pdf

Arifin, Zainal. (2011). Konsep Dan Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Christianto, Sirilus. (2016). “Implementasi Penilaian dan Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 Ditinjau dari Status Kepegawaian dan Masa

Kerja”. Skripsi Mahasiswa. FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Dakir, H. (2004). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dikpora. (2016). http://www.pendidikandiy.go.id/dinas_v4/? view=baca_isi _lengkap&id _p=8 [9 September 2016].

Hardjana, Agus M. (2001). Training SDM yang efektif. Yogyakarta: Kanisius. Hidayat, Sholeh. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Idi, Abdullah. (2016). Pengembangan Kurikulum teori & Praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Koswara dkk. Dinamika Informasi dalam Era Global. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Margi, Belani. (2011). http:belanimargi.blogspot.co.id/2011/02/mengakses- internet-dalam-bahasa.html [9 Desember 2016]

Muhadi, FX. (2011). Modul Metode Penelitian. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Akuntansi FKIP Universitas Sanata Dharma.

Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muslich, Mansur. (2007). Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta: PT. Bumi Aksara (Masud, 1985)

Noor, Juliansyah. (2011). Metodologi Penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi, Dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pembelajaran. [On Line]. Tersedia: http://bsnp- indonesia.org/wp-

content/uploads/2009/06/Permendikbud_Tahun2016_Nomor022.pdf [9 September 2016].

Prastiwi, Brigitta Dina Dwi. (2015). “Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 Menurut Persepsi Guru”. Skripsi Mahasiswa. FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Sanjaya, Wina. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina dan Budimanjaya, Andi. (2017). Paradigma Baru Mengajar. Jakarta: Kencana.

Simarmata, Janner. (2006). Pengenalan Teknologi Komputer dan Informasi. Yogyakarta: C. V Andi Offset.

Siregar, Syofian. (2010). Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

---. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: PT Tarsito Bandung.

Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Supriyanto, Aji (2005). Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta : Penerbit Salemba Infotek.

Tretter, Marietta (1996). Bagaimana Menggunakan Internet. Jakarta: PT Elex Media Computindo.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. [On Line]. Tersedia:

http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/uuno20th2003ttgsisdiknas.pdf. [9 September 2016].

Yusuf, Muri (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.

136

LAMPIRAN 1

INSTRUMEN PENELITIAN

(Kuesioner dan Lembar Jawab)

Kode:

IMPLEMENTASI PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES DAN PERMENDIKBUD NOMOR 23

TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN PADA SMA DAN SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017

Disusun Dalam Rangka Penelitian Bersama Dosen & Mahasiswa Kelompok Penelitian:

Mahasiswa Semester VIII Tahun Akademik 2016/2017 Program Studi Pendidikan Akuntansi

Drs. F.X. Muhadi, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

Kepada Yth:

Bapak/Ibu Guru SMA/SMK Negeri Di Kota Yogyakarta

Dengan Hormat,

Dalam rangka penyusunan tugas akhir semester VIII kami mahasiswa di bawah bimbingan dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi menyelenggarakan

penelitian yang bertemakan “Implementasi Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Dan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pada SMA dan SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta Tahun 2017”.

Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon kesediaan Bapak/Ibu Guru untuk menjadi responden penelitian ini. Kami mohon Bapak/Ibu guru berkenan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ini sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Jawaban Bapak/Ibu Guru hanya akan dipakai untuk kepentingan penelitian dan akan dijamin kerahasiaannya.

Kami menyadari bahwa pengisisan kuesioner ini sedikit banyak menyita waktu Bapak/Ibu Guru. Oleh karena itu, kami mohon maaf sebelumnya. Demikian permohonan kami. Atas bantuan dan kerja sama yang Bapak/Ibu Guru berikan kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 10 Januari 2017 Hormat kami,

Tim Penelitian

I. IDENTITAS

Nama (Jika tidak keberatan) : ________________________________ NIP/NIK : ________________________________ Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan *)

Pendidikan Tertinggi : D3/ S1/ S2/ S3 *)

Bidang Keahlian : _________________________________ Unit Kerja : _________________________________ Masa Kerja :……… Tahun

Mata Pelajaran yang diampu: _________________________________ Usia : _________________________________ Jam Mengajar : Ekuivalen…….jam/minggu

Pengalaman Mengikuti Diklat :…….Hari

Rata-rata Mengakses Internet :…….Jam/minggu

Pangkat/Golongan : III/a / III/b / III/c / IV/a/ ... *) Keterangan

*Coret yang tidak perlu

II. IMPLEMENTASI PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES DAN PERMENDIKBUD NOMOR

23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN PADA SMA DAN SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017 Mohon untuk membantu mengisi pada lembar jawab yang telah disediakan dengan memberikan tanda (√) sesuai dengan pilihan jawaban Bapak/ Ibu. (Lembar jawab terpisah dengan kuesioner).

Keterangan:

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S TS STS

1. Membuat RPP merupakan suatu kewajiban bagi saya

2. Saya menyusun RPP berdasarkan silabus

3. Saya menyusun RPP hanya pokok- pokoknya saja

4. Saya menyusun RPP sesuai dengan subtema mata pelajaran yang bersangkutan.

5. Saya menyusun RPP sesuai dengan tujuan pembelajaran

6. Saya membuat media sesuai dengan materi pembelajaran

7. Saya membuat media agar tujuan pembelajaran tercapai

8. Saya merasa cukup menggunakan buku paket

9. Saya menyusun perangkat penilaian pembelajaran sebelum melaksanakan pembelajaran

No Pernyataan SS S TS STS

10. Saya yakin ketika pembelajaran akan dimulai peserta didik sudah siap atau selalu siap

11. Saya mengecek kehadiran siswa sebelum pembelajaran dimulai.

12. Saya memberikan motivasi kepada peserta didik sebelum pembelajaran dimulai

13. Saya melakukan apersepsi pada pertemuan pertama saja

14. Saya menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama saja

15. Saya menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sebelum memulai kegiatan pembelajaran

16. Saya mengamati tingkah laku peserta

Dokumen terkait