• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Tabel 4

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1. Pengaruh Secara Simultan Atau Serempak (Uji F)

Dari hasil uji signifikansi simultan (Uji F) diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 26,588 > Ftabel 2,38 dengan nilai signifikansi 0,000. Berdasarkan hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio

karena nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan Fhitung > Ftabel (26,588 > 2,38). Hasil

penelitian ini berarti menerima hipotesis yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Beta Saham secara simultan berpengaruh terhadap Harga Saham tahun 2010-2013 pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4.3.2. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Harga Saham

Dari hasil pengujian secara parsial, diketahui bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham tahun 2010-2013 pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,694 > 0,05. Hal ini karena nilai

Capital Adequacy Ratio (CAR) perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 secara umum relatif tidak begitu tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 16%-17% pertahun. Proporsi pembentuk modal sendiri pada perusahaan perbankan banyak yang berasal dari modal pelengkap, yaitu dari modal pinjaman dan pinjaman sub-ordinasi. Hal ini berarti harus diimbangi pula dengan kemampuan bank untuk membayar hutang-hutangnya. Modal pinjaman yang besar berarti bahwa bank harus membayar biaya bunga yang lebih besar pula. Jika kondisi tersebut yang terjadi, meskipun sebuah bank memiliki rasio CAR diatas 8%, sewaktu-waktu dapat mengalami penurunan. Hal tersebut menyebabkan investor menjadi kurang memperhatikan CAR dalam berinvestasi, sehingga CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham.

Dengan demikian, CAR berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ratna (2010) dan Novita (2012) yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio

(CAR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham.

4.3.3. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap harga saham

Dari hasil pengujian secara parsial, diketahui bahwa variabel Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham tahun 2010-2013 pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan tingkat signifikansi 0,000, < 0,05). Non Performing Loan

(NPL) memiliki koefisien regresi bernilai negatif sebesar -0,678 memberikan pengertian bahwa peningkatan NPL sebesar 1 satuan akan menurunkan harga saham sebesar 0,678. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap harga saham, Hal ini karena Non Performing Loan (NPL) merupakan risiko yang timbul dari kredit bermasalah sehingga semakin tinggi risiko yang ditimbulkan maka harga saham akan semakin menurun demikian sebaliknya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Maya (2011) dan Novita (2012) yang menyatakan bahwa Non Performing Loan (NPL) berngaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham.

4.3.4. Pengaruh Net Interest Margin (NIM) Terhadap Harga Saham

Dari hasil pengujian secara parsial, diketahui bahwa variabel Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham

tahun 2010-2013 pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,085 > 0,05. Dengan demikian,

Net Interest Margin (NIM) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini karena rata-rata nilai Net Interest Margin (NIM) perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek pada periode 2010-2013 relatif rendah dengan nilai rata-rata sebesar 5,89% yang menyebabkan investor kurang berminat untuk berinvestasi sehingga tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Bagi pihak emiten (pihak manajemen bank), rasio Net Interest Margin (NIM) menun-jukkan seberapa besar bunga bersih yang diperoleh bank tersebut, dimana bunga merupakan hasil dari kegiatan utama bank yaitu sebagai pihak penyalur dana kepada pihak yang membutuhkan, karena kegiatan usaha pokoknya tersebut, maka rasio Net Interest Margin (NIM) merupakan faktor yang penting bagi kelangsungan hidup bank tersebut, sehingga sebaiknya pihak emiten (manajemen perusahaan) harus selalu menjaga agar rasio Net Interest Margin (NIM) berada pada posisi yang tinggi sehingga laba yang diperoleh juga akan tinggi. Tingginya laba yang diperoleh, maka kinerja keuangan bank tersebut juga akan meningkat. Bagi pihak investor, rasio Net Interest margin (NIM) dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk menentukan strategi investasi. Bertambah tingginya rasio

Net Interest Margin (NIM) maka semakin tinggi pula kemampuan bank tersebut memperoleh pendapatan bunga bersihnya, sehingga banyak investor yang tertarik berinvestasi ke bank tersebut. Hal ini akan meningkatkan return saham perusahaan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Risntistya (2012) dan Hasrul dan Fatimah (2013) yang menyatakan bahwa NIM berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham

4.3.5. Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap harga saham

Dari hasil pengujian secara parsial, diketahui bahwa variabel Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham tahun 2010-2013 pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,070 > 0,05 memberikan pengertian bahwa peningkatan BOPO akan menurunkan harga saham. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini karena nilai BOPO pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 secara umum relatif stabil dengan nilai rata-rata nilai rata-rata sebesar 82,71% berada dibawah 90% sehingga kondisi tersebut kurang mendapat perhatian dari investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi atau tidak. Namun demikian, BOPO merupakan aspek profitabilitas yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena investor lebih menyukai aspek profitabilitas perusahaan yang meningkat. Melalui profitabilitas yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan return saham perusahaan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Yuneita (2012) dan Seri (2012) yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham.

4.3.6. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap harga saham

Dari hasil pengujian secara parsial, diketahui bahwa variabel Loan to Deposit ratio (LDR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham tahun 2010-2013 pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,261 > 0,05. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa LDR (Loan to Deposit Ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Tidak berpengaruhnya Loan to Deposit Ratio (LDR) secara signifikan cendrung disebabkan karena Investor di Bursa Efek Indonesia lebih mengharapkan keuntungan yang cepat, khususnya untuk jangka pendek sehingga investasi yang dilakukan lebih bersifat spekulatif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Agustina (2014) yang menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham.

4.3.7.Pengaruh Beta Saham terhadap harga saham

Dari hasil pengujian secara parsial, diketahui bahwa variabel beta saham berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham tahun 201-2013 pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 memberikan pengertian bahwa peningkatan beta saham akan berpengaruh pada peningkatan harga saham. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Koefisien regresi risiko sistematis bertanda positif yang menunjukkan adanya hubungan positif dari beta saham terhadap

return saham. Hal ini karena beta saham berbanding lurus dengan return saham individu sehingga apabila beta saham yang merupakan alat ukur risiko sistematis

naik maka return saham juga akan naik. Karena beta saham merupakan ukuran resiko, maka tentunya investor akan memilih saham yang memiliki daya tahan yang cukup tinggi terhadap perubahan yang ada di dalam pasar. Hasil yang signifikan juga menyatakan bahwa indikator beta saham merupakan informasi yang sangat penting bagi investor bagi keputusannya dalam berinvestasi.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Dyatri, Made, dan Grahita (2012) dan Amanda dan Wahyu (2013) yang menyatakan bahwa beta saham berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

BAB V

Dokumen terkait