• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Propensity Income Smoothing

Profitabilitas merupakan faktor utama dan penting yang biasanya digunakan oleh para investor dalam mempertimbangkan investasi sebagai acuan dalam menilai kelayakan keuangan perusahaan. Kondisi profitabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang ada dalam suatu periode tertentu dapat mendorong manajemen untuk melakukan perataan laba. Motivasi dari tindakan ini dikarenakan oleh keinginan mempertahankan kinerja dari waktu ke waktu, dimana pihak manajemen

menghendaki munculnya kesan positif dari pihak eksternal terhadap perusahaan. Semakin meningkatnya profitabilitas maka kepercayaan pasarpun akan semakin meningkat, sehingga semakin cenderung perusahaan untuk menjaga konsistensi melalui tingkat laba yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil hipotesis penelitian diperoleh bahwa profitabilitas (X1) memiliki pengaruh signifikan terhadap propensity income smoothing (Y), dengan nilai koefisien sebesar -0.285, ini menunjukkan semakin rendah nilai profitabilitas perusahaan maka semakin besar kecendrungan perusahaan melakukan praktik perataan laba sebaliknya semakin besar nilai profitabilitas perusahaan maka semakin kecil kecendrungan perusahaan melakukan praktik perataan laba. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang diajukan, berdasarkan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kecendrungan perataan laba yang dilakukan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Berpengaruhnya profitabilitas secara signifikan terhadap kecendrungan praktik perataan laba yang dilakukan oleh manajemen pada perusahaan perbankan di Indonesia disebabkan pihak manajemen ingin mempertahankan reputasi perusahaan dan nilai perusahaan dimata publik sekaligus untuk menarik minat investor. Hal ini relevan dengan keadaan di pasar bursa Indonesia saat ini yang semakin menunjukkan pesatnya pertumbuhan investasi. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jatiningrum (2000), Priyo dan Gudono (2002), dan Juniarti dan Corolina (2005). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Michelson et al. (2000), dimana membukti bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kecendrungan perataan laba. Hasil penelitian yang sama juga diperoleh oleh penelitian terdahulu oleh Jin dan Machfoedz (1998).

Hasil penelitian Jin dan Machfoedz (1998) memberikan penjelasan bahwa tidak berpengaruhnya profitabilitas terhadap kecendrungan perataan laba ini mungkin disebabkan kemungkinan investor di Singapura sudah lebih maju dibandingkan

dengan investor di Indonesia dalam melakukan pengambilan keputusan investasinya dimana mereka telah menggunakan informasi yang ada dilaporan keuangan.

4.2.2. Pengaruh Financial Leverage terhadap Propensity Income Smoothing

Financial leverage menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola kewajibannya. Bagi investor biasanya selalu menghindari risiko kerugian sehingga rasio ini menjadi salah satu hal yang harus dipertimbangkan oleh investor. Semakin tinggi rasio leverage berarti semakin besar pula proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dari hutang, rasio ini sangat terkait dengan upaya manajemen dalam mengendalikan kewajiban-kewajiban kepada pihak lainnya (pikak ketiga).

Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

financial leverage secara parsial tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap indikasi kecendrungan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil hipotesis penelitian diperoleh bahwa financial leverage (X2) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap propensity income smoothing (Y), dengan nilai koefisien sebesar 0.002, ini dapat diartikan semakin besar nilai financial leverage maka semakin besar kecendrungan perusahaan melakukan praktik perataan laba. Hal ini menunjukkan tidak berpengaruhnya financial leverage terhadap indikasi kecendrungan perataan laba yang dilakukan oleh manajemen disebabkan proporsi tingkat hutang perusahaan masih pada batas yang wajar serta pengelolaan hutang oleh pihak manajemen telah berjalan dengan baik.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Silviana (2009) dan Dewi dan Carina (2008) namun bertentangan dengan hasil penelitian Jin dan Machfoedz (1998) dan Masodah (2007). Masodah menunjukkan financial leverage memiliki hubungan signifikan terhadap kecendrungan praktik perataan laba, dimana apabila nilai debt to equity perusahaan semakin tinggi maka

perusahaan tersebut tidak memiliki kecendrungan melakukan praktik perataan laba.

4.2.3. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Propensity Income

Smoothing

Pertumbuhan Perusahaan juga sering menjadi sorotan publik disamping profitabilitas dan ukuran perusahaan, hal ini disebabkan para investor sering memusatkan perhatiannya pada pertumbuhan pendapatan per lembar sahamnya dalam melakukan analisis. Peraturan pemerintah yang cukup mengikat yang semula diduga dapat dijadikan sarana melakukan praktik perataan laba, seperti adanya peraturan tentang kompensasi kerugian ternyata tidak terbukti menjadi salah satu motivasi suatu sektor industri tertentu berpengaruh terhadap tindakan perataan laba (UU PPh 17 tahun 2000 pasal 6 ayat 2 dalam Juniarti dan Corolina, 2005).

Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan secara parsial tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap indikasi kecendrungan praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil hipotesis penelitian diperoleh bahwa pertumbuhan perusahaan (X3) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap propensity income smoothing

(Y), dengan nilai koefisien sebesar 0.000. Ini dapat diartikan semakin besar nilai pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kecendrungan perusahaan melakukan praktik perataan laba. Kondisi ini menandakan bahwa investor dalam menginvestasikan dananya tidak didasari tinggi rendahnya variabel pertumbuhan

earning per share perusahaan.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kallapur dan Trombley (1999), dan Kustono (2009). Hasil penelitian Kustono (2009) mengindikasi bahwa pada pengelola perusahaan (manajemen) merasa perlu untuk melakukan paralelisasi antara pertumbuhan dengan

laba. Argumennya adalah bahwa perlakuan semacam itu akan menghindarkan manajemen dari tuntutan negatif pihak prinsipal.

Sedangkan Syukriy dan Abdul (2000) dalam penelitiannya menyatakan bahwa secara univariate faktor earning per share memiliki pengaruh terhadap kecendrungan perataan laba tetapi secara multivariate variable earning per share

tidak memiliki pengaruh terhadap kecendrungan perataan laba.

4.2.4. Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage dan Pertumbuhan

Perusahaan secara Bersama-sama terhadap Propensity Income

Smoothing.

Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa adanya kecendrungan manajemen untuk merekayasa laporan keuangan melalui praktik perataan laba tersebut melalui model logit atau regresi logistik yang dipakai untuk memprediksi apakah suatu perusahaan memiliki kecenderungan melakukan praktik perataan laba atau tidak, memberikan hasil pengaruh yang signifikan pada ketiga variabel yang digunakan yaitu profitabilitas, financial leverage dan pertumbuhan perusahaan. Dari keseluruhan jumlah sampel sebanyak 19 perusahaan perbankan di Indonesia ternyata terdapat 8 perusahaan dikategorikan memiliki kecenderungan melakukan praktik perataan laba.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan terhadap ketiga variabel penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kecendrungan praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan publik di Indonesia. Secara empiris membuktikan bahwa hanya sebagian kecil manajemen perusahaan yang memiliki kecendrungan melakukan praktik perataan laba karena tanggung jawab dan wewenang yang dimiliki sebagai pimpinan perusahaan. Disamping itu manajemen juga berusaha mempertahankan kinerja keuangannya dari tahun ke tahun agar terlihat stabil dan berusaha menarik sejumlah investor untuk memperluas usaha.

Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini konsisten dengan hasil yang diperoleh, yaitu terbukti ketiga variabel berpengaruh secara signifikan terhadap kecendrungan tindakan manajemen melakukan praktik perataan laba yang tergambar dalam informasi laporan keuangan khususnya laporan rugi laba perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Jatiningrum (2000), Priyo dan Gudono (2002) serta penelitian oleh Juniarti dan Corolina (2005).

Dokumen terkait