• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE DAN

PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PROPENSITY

INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

OLEH : ISMED WIJAYA NIM.097019034 / IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PROPENSITY INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH : ISMED WIJAYA NIM.097019034 / IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PROPENSITY INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Ismed Wijaya

Nomor Pokok : 097019034

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisis Pembimbing:

Dr. Muslich Lufti, MBA Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Paham Ginting,M.Si Prof. Dr. Ir.A. Rahim Matondang,MSIE

(4)

Tanggal lulus : 2011 Telah diuji pada : 2011

Tanggal :

______________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Muslich Lufti, MBA

Anggota : 1. Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak

2. Dra. Nisrul Irawati, MBA

3. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA

(5)

PERNYATAAN

Saya dengan ini menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul :

”Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan

terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga pada waktu sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, Agustus 2011

Yang membuat pernyataan,

(6)

ABSTRAK

Ismed Wijaya, 2011, Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dibawah bimbingan Dr. Muslich Lufti, MBA (Ketua) Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak (Anggota)

Income statement perusahaan merupakan komponen penting yang seringkali dijadikan alat untuk menginformasikan kinerja perusahaan khususnya laba. Informasi laba ini sering menjadi target rekayasa tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya, tetapi dapat merugikan pemegang saham atau investor. Salah satu tindakan rekayasa adalah income smoothing yaitu tindakan yang dilakukan manajemen untuk meningkatkan

market returns.

Penelitian ini memberikan gambaran tentang perusahaan-perusahaan perbankan yang cenderung melakukan perataan laba. Adapun variabel - variabel yang diteliti adalah profitabilitas, financial leverage, pertumbuhan perusahaan dan pengaruhnya terhadap Propensity Income Smoothing. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas, financial leverage dan pertumbuhan perusahaan terhadap propensity income smoothing. Teori yang dipakai pada penelitian ini adalah teori laporan keuangan, teori keagenan (agency theory), teori asimetri informasi (information asymetri),

signaling theory, manajemen laba (earning management) dan teori perataan laba (income smoothing).

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan data sekunder. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan 25 perusahaan perbankan yang menjadi populasi selanjutnya ditentukan target populasi berdasarkan kriteria yang ada terseleksi sebanyak 19 perusahaan untuk dijadikan sampel jenuh. Adapun sifat dari penelitian adalah deskriptif explanatory. Pengujian hipotesis dengan menggunakan metode analisis regresi logistik dengan menggunakan taraf kepercayaan sebesar 95 persen.

Hasil yang diperoleh adalah bahwa secara parsial, financial leverage dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

propensity income smoothing, sedangkan profitabilitas berpengaruh terhadap

propensity income smoothing. Pengujian yang dilakukan secara serempak menunjukkan hasil bahwa profitabilitas, financial leverage dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap propensity income smoothing yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci : Propensity income smoothing, profitabilitas, financial leverage

(7)

ABSTRACT

Ismed Wijaya, 2011, The Influence of Profitability, Financial Leverage, and Company’s Development on Propensity Income Smoothing in Banking Corporations Which are Registered in The Indonesian Stock Exchange, Under the Guidance of Dr. Muslich Lufti, MBA (Chairman), Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak (Members)

A company’s income statement constitutes an important component which is usually used as a means to inform the company’s performance, especially the profit. The information of profit is usually used as the manipulating target managerial opportunists’ actions to maximize their satisfaction although their actions are not detrimental to the shareholders or investors. One of the manipulating actions is income smoothing; that is, an action which is done by management in order to increase market returns.

This research gave a description about banking corporations which tend to obtain profit as high as possible. The variables which were studied were profitability, financial leverage, company’s development and their influences on Propensity Income Smoothing. The aim of the research was to know and analyze the influence of profitability, financial leverage, and company’s development on the propensity income smoothing. The theory used in this research was financial report theory, agency theory, information asymmetry theory, signaling theory, earning management theory, and income smoothing theory.

The research was conducted in the Indonesian Stock Exchange by using secondary data. The type of the research was descriptive quantitative. The population was 25 banking corporations; 19 of them were used as the saturated samples based on the population target with the selected criteria. The nature of the research was descriptive explanatory. Hypothesis was tested by using logistic regression analytic method with the reliability level of 95 percent.

The results of the research showed that partially financial leverage and company’s development did not have any significant influence on the propensity income smoothing, whereas profitability influenced the propensity income smoothing. The test conducted simultaneously showed that profitability, financial leverage, and company’s development influenced the propensity income smoothing which was done by companies registered in the Indonesian Stock Exchange.

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadiarat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberi berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Pada penulisan tesis ini, penulis memilih judul: Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Propensity Income

Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia

Penulis menyadari bahwa selama melakukan penelitian serta penulisan tesis ini penulis banyak memperoleh bimbingan, petunjuk serta dukungan baik secara moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A.Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, M.Si, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

(9)

5. Ibu Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini.

6. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, Ibu Dr. Arlina Nurbaity, MBA dan Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Komisi Pembanding yang banyak memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan untuk penulis selama menempuh pendidikan. 8. Seluruh Pegawai Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana

USU

9. Bapak Ir. Ridwan, M.Ti. dan Bapak Ir. Nahar, M.Ti. serta Bapak Edi Abrar, SE, M.Si, selaku Direktur, Mantan Direktur dan Ketua Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara.

10. Khususnya dan teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta Alm. Ramli Abdullah dan Almh. Nurhayati serta Saudara/i ku, atas dukungan dan do’anya untuk keberhasilan dan kesuksesan penulis.

11. Kedua Mertuaku Sulaiman Hs dan Ernawaty Faiza dan Saudara/i ku, terima kasih atas dukungan dan do’anya kepada penulis.

12. Isteriku dan Puteraku tercinta Debrina, ST dan Muhammad Dhaffa Ghifari, yang selalu setia mendampingi, mendo’akan dan memberikan mendukung dengan penuh kasih sayang hingga selesainya tesis ini.

(10)

Penulis menyadari tesis ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna tapi penulis yakin tesis ini dapat memberi manfaat kepada seluruh pembaca pada umumnya dan kepada penulis pada khususnya.Semoga Allah SWT memberi keberkahan dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan, Agustus 2011 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Ismed Wijaya, lahir di Banda Aceh pada tanggal 29 Agustus 1975, anak ketiga dari lima bersaudara, dari Ayahanda Alm. Ramli Abdullah dan Ibunda Almh. Nurhayati. Menikah dengan Debrina, ST pada tanggal 04 Desember 2003 dan dikaruniai 1 (satu) orang anak yang bernama: Muhammad Dhaffa Ghifari.

Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 3 Banda Aceh, tamat dan lulus tahun 1986. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 3 Banda Aceh, tamat dan lulus tahun 1989. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2 Banda Aceh tamat dan lulus tahun 1992. Pada Tahun 1993 melanjutkan ke jenjang pendidikan Diploma III (DIII) pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh sampai dengan tahun 2005, dan pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan Strata 1 (S1) tamat dan lulus tahun 2003. Kemudian pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan strata 2 (S2) pada Program Studi Ilmu Manajemen di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada tahun 1995 hingga tahun 2006 bekerja pada PT. Pelni Banda Aceh sebagai tenaga honourer, pada tahun 1998 hingga 2004 bekerja pada Swamitra USP-Bank Bukopin Banda Aceh bekerja sebagai pegawai bagian Credit Support dan pada tahun 2005 hingga sekarang bekerja sebagai staf pengajar pada Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Medan, Agustus 2011

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI ………... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ……….……… 1

1.2 Perumusan Masalah ………..………. 10

1.3 Tujuan Penelitian ……….….…... 11

1.4 Manfaat Penelitian ……….……... 11

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ……… 13

2.1. Penelitian Terdahulu …..….………... 13

2.2. Landasan Teori ... 15

2.2.1. Laporan Keuangan ……..………... 15

2.2.2. Teori Keagenan (Agency Theory) ………..………….…….. 17

2.2.3. Teori Asimetri Informasi (Information Asymetri)... 18

2.2.4. Signaling Theory ………...……. 20

2.2.5. Manajemen Laba (Earnings Management) ………..…….… 21

2.2.6. Perataan Laba (Income Smoothing) ………..………. 25

2.2.6.1. Pengertian Perataan Laba (Income Smoothing) ... 26

2.2.6.2. Variabel-variabel Perataan Laba ... 28

2.2.6.3. Motivasi-motivasi Perataan Laba ... 29

2.2.6.4. Dimensi Perataan Laba ... 31

2.2.6.5. Tipe-tipe Perataan Laba ... 32

2.2.7. Alasan Dilakukannya Praktik Perataan Laba ……… 33

2.2.8. Keuntungan Adanya Perataan Laba ………. 35

2.2.9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba ... 35

2.2.9.1. Profitabilitas (Profitability) ………. 36

2.2.9.2. Financial Leverage ……….. 39

(13)

2.3. Kerangka Konseptual ...………...….…... 43

2.4. Hipotesis Penelitian ………..………... 46

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 47

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian ………. 47

3.2. Lokasi dan Waktu Peneltian ...………... 48

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ..……….………… 48

3.4. Teknik Pengumpulan Data …....……….…... 51

3.5. Jenis dan Sumber Data …...……….... 51

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 52

3.7. Metode Analisis Data ... 55

3.8. Pengujian Hipotesis ... 56

3.8.1. Uji Kecocokan Model (Uji Secara Keseluruhan/ Serempak) ... 56

3.8.2. Uji Parsial (Uji Signifikansi Masing-masing Koefisien Regresi Variabel Bebas/Prediktor) ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1. Hasil Penelitian ... 60

4.1.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 60

4.1.2. Analisis Statistik Deskriptif ..………...…... 68

4.1.3. Analisis Statistik Inferensial ... 71

4.1.3.1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 71

4.1.3.2. Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness ot Fit Test) ………. 74

4.1.4. Pengujian Hipotesis ... 75

4.2. Pembahasan ... 81

4.2.1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Propensity Income Smooting ... 81

4.2.2. Pengaruh Financial Leverage terhadap Propensity Income Smooting ... 83

4.2.3. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Propensity Income Smooting ... 84

4.2.4. Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan Secara Bersama-sama terhadap Propensity IncomeSmooting ... 86

(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1. Kesimpulan ... 89

5.2. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ……….……….………… 13

2.2. Persamaan dan Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu ... 14

3.1. Jumlah Populasi Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sampai Periode 2005 - 2009 ... 49

3.2. Daftar Perusahaan yang Menjadi Target Populasi ... 50

3.3. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 54

4.1. Statistik Deskriptif ... 69

4.2. Beginning Block ... 72

4.3. Iteration History ... 73

4.4. Hosmer And Lemeshow Test ... 74

4.5. Ikhtisar Pengolahan Data ... 75

4.6. Cox & Snell R Square Dan Nagelkerke R Square ... 76

(16)

DAFTAR GAMBAR

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Lampiran Hasil Tabulasi Indeks Eckel ………...…… 97

2. Profitabilitas Perusahaan (ROA Periode 2004-2009) ... 101

3. Financial Lavarage Perusahaan (DER Periode 2004-2009) ... 102

4. Pertumbuhan Perusahaan (EPS Periode 2004-2009) ... 103

5. Daftar Input Logistik Perataan Laba dan Nilai ROA, DER dan EPS Periode 2005-2009 ... 104

6. Tabel Ketetapan Hasil Prediksi ... 106

(18)

ABSTRAK

Ismed Wijaya, 2011, Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dibawah bimbingan Dr. Muslich Lufti, MBA (Ketua) Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak (Anggota)

Income statement perusahaan merupakan komponen penting yang seringkali dijadikan alat untuk menginformasikan kinerja perusahaan khususnya laba. Informasi laba ini sering menjadi target rekayasa tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya, tetapi dapat merugikan pemegang saham atau investor. Salah satu tindakan rekayasa adalah income smoothing yaitu tindakan yang dilakukan manajemen untuk meningkatkan

market returns.

Penelitian ini memberikan gambaran tentang perusahaan-perusahaan perbankan yang cenderung melakukan perataan laba. Adapun variabel - variabel yang diteliti adalah profitabilitas, financial leverage, pertumbuhan perusahaan dan pengaruhnya terhadap Propensity Income Smoothing. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas, financial leverage dan pertumbuhan perusahaan terhadap propensity income smoothing. Teori yang dipakai pada penelitian ini adalah teori laporan keuangan, teori keagenan (agency theory), teori asimetri informasi (information asymetri),

signaling theory, manajemen laba (earning management) dan teori perataan laba (income smoothing).

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan data sekunder. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan 25 perusahaan perbankan yang menjadi populasi selanjutnya ditentukan target populasi berdasarkan kriteria yang ada terseleksi sebanyak 19 perusahaan untuk dijadikan sampel jenuh. Adapun sifat dari penelitian adalah deskriptif explanatory. Pengujian hipotesis dengan menggunakan metode analisis regresi logistik dengan menggunakan taraf kepercayaan sebesar 95 persen.

Hasil yang diperoleh adalah bahwa secara parsial, financial leverage dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

propensity income smoothing, sedangkan profitabilitas berpengaruh terhadap

propensity income smoothing. Pengujian yang dilakukan secara serempak menunjukkan hasil bahwa profitabilitas, financial leverage dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap propensity income smoothing yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci : Propensity income smoothing, profitabilitas, financial leverage

(19)

ABSTRACT

Ismed Wijaya, 2011, The Influence of Profitability, Financial Leverage, and Company’s Development on Propensity Income Smoothing in Banking Corporations Which are Registered in The Indonesian Stock Exchange, Under the Guidance of Dr. Muslich Lufti, MBA (Chairman), Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak (Members)

A company’s income statement constitutes an important component which is usually used as a means to inform the company’s performance, especially the profit. The information of profit is usually used as the manipulating target managerial opportunists’ actions to maximize their satisfaction although their actions are not detrimental to the shareholders or investors. One of the manipulating actions is income smoothing; that is, an action which is done by management in order to increase market returns.

This research gave a description about banking corporations which tend to obtain profit as high as possible. The variables which were studied were profitability, financial leverage, company’s development and their influences on Propensity Income Smoothing. The aim of the research was to know and analyze the influence of profitability, financial leverage, and company’s development on the propensity income smoothing. The theory used in this research was financial report theory, agency theory, information asymmetry theory, signaling theory, earning management theory, and income smoothing theory.

The research was conducted in the Indonesian Stock Exchange by using secondary data. The type of the research was descriptive quantitative. The population was 25 banking corporations; 19 of them were used as the saturated samples based on the population target with the selected criteria. The nature of the research was descriptive explanatory. Hypothesis was tested by using logistic regression analytic method with the reliability level of 95 percent.

The results of the research showed that partially financial leverage and company’s development did not have any significant influence on the propensity income smoothing, whereas profitability influenced the propensity income smoothing. The test conducted simultaneously showed that profitability, financial leverage, and company’s development influenced the propensity income smoothing which was done by companies registered in the Indonesian Stock Exchange.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian

Sejak krisis ekonomi 1998 telah banyak terjadi skandal keuangan diperusahaan publik dengan melibatkan persoalan laporan keuangan yang pernah diterbitkanya, diantaranya yang ada di indonesia adalah seperti insider trading pada saham PT Bank Central Asia tahun 2001 maupun kasus laporan keuangan ganda PT Bank Lippo pada tahun 2002 yang diterbitkan oleh pihak manajemen perusahaan yang melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi, Boediono (2005). Penyalahgunaan informasi keuangan ini banyak merugikan pihak-pihak yang berkepentingan terutama para investor yang akan menanamkan modalnya.

Selanjutnya kejadian krisis global yang terjadi pada tahun 2008 tepatnya awal bulan oktober yang melanda hampir seluruh dunia, termasuk di Indonesia khususnya pada sektor perbankan, harga saham perbankan mengalami penurunan/anjlok pada perdagangan di lantai bursa efek Indonesia. Akibatnya berdampak likuiditas perbankan yang semakin sulit. Lantai Bursa Efek Indonesia yang sempat suspensi (penghentian sementara perdagangan saham) selama 3 hari (tanggal 8, 9 dan 10 Oktober 2008) yang menyebabkan banyak insvestor – investor asing yang meninggalkan lantai bursa efek Indonesia. Hal ini berakibat pada harga saham perbankan di Indonesia makin merosot tajam dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing yang makin terpuruk pada saat itu, sehingga Bank Indonesia (BI) mengambil tindakan dengan meningkatkan suku bunga Bank Indonesia sebesar 25 basis poin menjadi 9,50% dan meningkatkan batas jaminan deposito dari Rp. 100 juta menjadi Rp. 2 milyar untuk menenangkan issue negative yang membuat semakin terpuruknya perekonomian Indonesia.

(21)

mengalami kekalahan kliring akibat adanya penarikan dana besar yang dilakukan nasabah potensial. Kalah kliring yang menimbulkan antrian panjang nasabah yang kesulitan mencairkan uangnya ini juga tersiar ke publik hingga menimbulkan

negative signalment.

Indikasi ketidaksehatan Bank Century dimulai sejak tahun 2003, krisis tahun 2008 memicu Capital Adequacy Ratio (CAR) bank tersebut menjadi negatif 3.53%. Hal ini dapat kita lihat pada sejarah laporan keuangan bank tersebut. Pada tahun 2003 dan 2004, bank century menduduki posisi Non

Performing Loan (NPL) terburuk yaitu 19,77% (2003) dan 13,37% (2004)

,meskipun pada tahun-tahun berikutnya NPL Bank Century membaik. Pada tahun 2004, Bank Century membukukan tingkat CAR terendah diantara bank-bank lain yaitu 9,44. Pada tahun 2005, CAR Bank Century justru menurun hingga 8,08%, pada tahun 2006 mengalami peningkatan hingga 11,38% namun tetap merupakan CAR terendah diantara bank-bank lain. Pada tahun 2005, 2006 dan 2007, Bank Century juga membukukan tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) terendah yaitu masing-masing hanya 23,84%, 21,35%, dan 36,39% (

Pada 2007, portofolio efek Bank Century melebihi penyaluran kredit dengan rasio antara keduanya sekitar 140% (Rp. 4,4 triliun berbanding dengan Rp. 3,1 triliun, per September 2007). Kondisi ini terjadi akibat tiadanya penerapan

good corporate governance dan adanya praktik moral hazard. Pada September 2008, lebih dari 90% dari total efek yang dikelola jatuh tempo, sehingga sangat rentan mendatangkan risiko likuiditas bagi bank. Belakangan diketahui, banyak di antaranya tidak terbayar (default) pada saat jatuh tempo, sehingga menimbulkan kerugian besar. Dampak dari kondisi diatas adalah hilangnya kepercayaan, kerugian yang dialami nasabah dan banyak dari nasabah merasa tertipu oleh manajemen bank terebut. Hal ini juga berdampak pada information asymmetry

(22)

Fenomena yang terjadi di atas mengundang terjadinya propensity income smoothing yang dibanyak negara di dunia khususnya di Indonesia telah menjadi hal yang umum dilakukan, khususnya pada industri yang lebih beresiko (Sholihin dan Na’im, 2004). Ashari et. al, (1994), tindakan perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah, dan perusahaan dalam industri yang lebih beresiko. Masalah tersebut dapat mengganggu keakuratan informasi laporan keuangan yang disajikan.

Menurut Statement of Financial Concepts (SFAC) No.1, informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Laporan keuangan (Income statement) perusahaan merupakan komponen penting yang seringkali dijadikan alat untuk menginformasikan kinerja perusahaan khususnya laba. Laba sebagai salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Informasi laba ini sering menjadi target rekayasa tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasaannya, tetapi hal ini dapat merugikan pemegang saham atau investor.

Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, dan menaksir risiko investasi. Disamping itu informasi laba juga dapat digunakan oleh pemilik maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam membantu memprediksi

earning power perusahaan di masa yang akan datang.

(23)

Alasan selanjutnya diungkapkan oleh Bleidernan bahwasanya prilaku perataan laba merupakan indikasi atas kemampuan perusahaan dalam mengatasi siklus secara alami dalam mengendalikan laba yang dilaporkan dan kemungkinan dapat mengurangi korelasi antara expected return perusahaan dengan return portofolio pasar. Alasan kedua ini lebih menginginkan akan adanya pengakuan oleh investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam menormalkan laba serta mengurangi kovarian return pasar, sehingga keuntungan bagi perusahaan adalah meningkatnya nilai saham yang diperdagangkan.

Beberapa studi yang telah dilakukan menunjukkan adanya tindakan perataan laba yang dilakukan oleh manajer untuk menghindari peningkatan kerugian atau penurunan laba. Perataan laba menjadi penting karena laba dan arus kas merupakan prediktor yang baik untuk arus kas di masa depan (Supriyadi, 1998 dalam Kustono, 2009). Tindakan manajemen perusahaan untuk melakukan perataan laba umumnya didasarkan atas berbagai alasan. Diantaranya untuk memuaskan kepentingan pemilik perusahaan, seperti menaikkan nilai perusahaan, sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki risiko yang rendah, menaikkan harga saham perusahaan, maupun untuk memuaskan kepentingannya pribadi (oportunistik), seperti mempertahankan posisi jabatannya dan mendapatkan kompensasi.

Tehnik perataan laba adalah perilaku meratakan laba dari waktu ke waktu sehingga pelaporan nilainya tidak berfluktuasi.Kepercayaan investor akan semakin tumbuh sehingga pihak manajemen memiliki peluang untuk mengendalikan perusahaan sebaik-baiknya dalam rangka menarik minat investor baik asing maupun lokal.

(24)

butir F.1.f menyebutkan bahwa perusahaan tercatat dilarang untuk melakukan tindakan rekayasa keterbukaan informasi.

Propensity income smoothing adalah kecendrungan manajemen dalam melakukan perataan laba untuk meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen mungkin melakukan perilaku slack organisasional, perilaku slack peranggaran atau perilaku menghindar resiko, masing-masing perilaku mengharuskan keputusan yang mempengaruhi penyerapan dan/atau alokasi biaya (cost) diskresioner (Masodah, 2007). Menurut Jin dan Machfoedz (1998), perataan laba dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan oleh pihak manajemen untuk mengurangi fluktuasi laporan pendapatan agar dapat mencapai target secara artifisial (melalui metode akuntansi) atau secara ekonomis (melalui transaksi).

Dalam agency theory praktik perataan laba merupakan salah satu bentuk masalah agency antara pemilik yang pada prinsipnya menginginkan informasi yang dilaporkan adalah akurat dan benar, sedangkan manajer di lain pihak memiliki peluang untuk memanipulasi laporan keuangan dalam rangka mencapai kemakmurannya (Meilani & Baridwan, 2000). Disamping hal tersebut juga adanya information asymmetry antara manajer dengan pemegang saham, dimana dalam keadaan seperti ini manajer merupakan pihak yang memiliki informasi lebih banyak secara keseluruhan dibandingkan pemilik.

Teori keagenan (Agency theory) menyatakan, manajemen memiliki informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan dibandingkan pemilik perusahaan yang sering terdorong untuk melakukan tindakan yang dapat memaksimalkan keuntungan dirinya sendiri (dysfunctional behaviour) dan atau perusahaannya. Adanya kecenderungan untuk lebih memperhatikan kondisi laba perusahaan ini, telah disadari oleh pihak manajemen, khususnya yang menyangkut kinerjanya yang diukur atas dasar informasi tersebut, telah mendorong terjadinya berbagai penyimpangan prilaku (dysfunctional behavior).

(25)

cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna informasi yang bersangkutan (Juniarti dan Corolina, 2005).

Penilaian atas status suatu bank (apakah bank tersebut merupakan bank yang sehat atau tidak) oleh Bank Indonesia (BI) menggunakan laporan keuangan sebagai dasar dalam menentukannya. Oleh karena itu, manajer memiliki inisiatif untuk melakukan manajemen laba supaya perusahaan mereka dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh BI (Setiawati dan Na,im, 2001, dan Rahmawati dan Baridwan, 2006) dalam Nasution dan Setiawan (2007).

Hasil penelitian Jatiningrum (2000) yang menguji pengaruh faktor-faktor ukuran perusahaan, profitabilitas dan sektor industri terhadap praktik perataan laba, menunjukkan bahwa hanya faktor profitabilitas yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba, dan hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Ashari et. al, (1994) namun bertentangan dengan hasil penelitian Zuhroh (1996). Selanjutnya hasil penelitian Juniarti dan Corolina (2005) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan atas ukuran perusahaan dan sektor industri antara perusahaan yang tergolong dalam smoothing dan non-smoothing, sedangkan untuk profitabilitas terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua klasifikasi perusahaan.

Ditinjau dari financial leverage, berdasarkan debt covenant hypothesis dalam teori akuntansi dikemukakan bahwa perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi cenderung untuk melakukan pengelolaan atas laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang (Arik dan Wirawan, 2009). Gaver dan Keneth (1993) menemukan bukti bahwa perusahaan yang pertumbuhannya tinggi cenderung mempunyai nilai financial leverage yang rendah.

(26)

menanggung biaya politis yang besar pula, sehingga perlu untuk menurunkan laba pada saat publikasi laporan keuangan. Penelitian Kustono (2007) dan Key (1997), menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan mempengaruhi praktik perataan laba. Hasil ini mengindikasi bahwa pada pengelola perusahaan, manajemen merasa perlu untuk melakukan paralelisasi antara pertumbuhan dengan laba.

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecendrungan praktik perataan laba pada perusahaan publik yang listing pada Bursa Efek Indonesia juga telah banyak dilakukan. Namun hasil penelitian tersebut masih ditemukan perbedaan hasil meski dilakukan pada objek yang sama. Oleh karena itu, penelitian ini menguji kembali pengaruh variabel profitabilitas, financial leverage dan pertumbuhan perusahaan terhadap propensity income smoothing

pada perusahaan perbankan. Industri perbankan merupakan industri “kepercayaan”, jika investor berkurang kepercayaannya karena laporan keuangan yang bias karena tindakan manajemen laba atau propensity income smoothing, maka investor akan melakukan penarikan dana secara bersama-sama yang dapat mengakibatkan rush.

Rasionalitas yang mendasari penelitian studi ini adalah adanya hubungan antara laba dengan profitabilitas, financial leverage dan pertumbuhan perusahaan. Bila laba dimanipulasi maka rasio keuangan dalam laporan keuangan juga akan dimanipulasi. Hal ini berdampak pada pengguna laporan keuangan, dimana pihak pengguna menggunakan informasi yang telah dimanipulasi untuk tujuan pengambilan keputusannya, sehingga keputusan yang diambil tidak sepenuhnya sesuai yang diharapkan.

(27)

bukan perata dibandingkan jangka waktu 2 sampai 4 tahun (Copeland dalam Suwito dan Herawaty, 2005). Dengan demikian variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas, financial leverage dan pertumbuhan perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan judul ”Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Propensity Income

Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek

Indonesia.”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

Untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage

dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

(28)

terhadap Propensity Income Smoothing pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sebagai bahan kajian ilmu dan menambah referensi yang berhubungan dengan manajemen keuangan dalam melakukan penelitian selanjutnya berkenaan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

Propensity Income Smoothing pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Bagi investor, sebagai dasar pertimbangan dan masukan yang memberikan tambahan informasi dalam pengambilan keputusan dan analisis investasi. Disamping itu juga diharapkan agar dapat menambah wawasan investor dalam mewaspadai kemungkinan adanya Propensity Income Smoothing yang dilakukan oleh perusahaan.

(29)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penelitian Terdahulu

Topik penelitian mengenai perataan laba telah banyak dilakukan namun hasil yang diperoleh belum menunjukkan tingkat konsistensi antara penelitian satu dengan yang lainnya, baik berbeda lokasi maupun periode waktu. Dalam penelitian ini, pemilihan periode waktu yang berbeda diharapkan akan memberikan hasil temuan yang baru sesuai kondisi saat ini yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berikut ini adalah hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti baik di Indonesia maupun negara lain seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No Penulis dan

Tahun Judul Penelitian

Analisis

Penelitian Hasil Penelitian

1. Jin Liauw

Ukuran perusahaan, profitabilitas dan sektor industri tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba, Hanya leverage operasi yang berpengaruh. 2. Michelson, the Smoothing of Reported Income and Risk Adjusted Returns

Perusahaan perata laba memiliki cumulative return lebih tinggi dari yang bukan perata. Perusahaan yang berukuran kecil memiliki market return yang lebih tinggi. Sektor industri mempunyai hubungan yang signifikan terhadap perataan laba.

Perusahaan yang Tedaftar di Bursa Efek Jakarta

- Sampel 75 (BEJ) - Tahun

1994-1998)

- Analisis Logistik

Hanya profitabilitas yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba sedangkan ukuran perusahaan dan sektor industri tidak berpengaruh.

4. Priyo dan di Pasar Modal Utama Asean laba sedangkan dividend payout ratio, profitabilitas dan rasio hutang tidak berpengaruh. Perataan Laba (Income Smoothing) pada

Tidak ada perbedaan yang signifikan atas ukuran perusahaan dan sektor industri antara perusahaan yang tergolong dalam smoothing dan non-smoothing, sedangkan untuk profitabilitas, terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua klasifikasi perusahaan. Lainnya dan Faktor yang Mempengaruhinya

- Sampel 27 (BEI) - Tahun

1992-2004

- Analisis Logistik

(30)

No Penulis dan

Tahun Judul Penelitian

Analisis

Penelitian Hasil Penelitian

Perusahaan Manufactur dan Lembaga Keuangan Lainnya yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

- Analisis Logistik Sektor Industri dan Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap Praktik Perataan Laba In Manufacturing Sector and Manufacture of Basic Chemicals Listed in Stock Exchange Indonesia (2005-multivariate secara serentak dan terpisah diperoleh hasil bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Tabel 2.2

Perbedaan dan Persamaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti dan

Tahun Perbedaan Persamaan

1. Jin Liauw S dan Machfoedz

(1998)

1. Variabel independen:

Ukuran Perusahaan, Sektor Industri 2. Tahun pengamatan:

Penelitian ini: 2004-2009

Penelitian Jin Liauw S & Machfoedz: 1991-1995

1. Variabel dependen: Praktik Perataan Laba

2. Variabel independen: Profitabilitas, DER 3. Model analisis: Logistic

Regression 2. Michelson,

Wagner and Wootton (2000)

1. Variabel independen:

Ukuran Perusahaan, Sektor Industri, Dividen Penelitian Michelson, et al: Risk adjusted return 2. Tahun pengamatan:

Penelitian ini: 2004-2009; Penelitian Michelson: 1982-1991

1. Variabel dependen: Praktik Perataan Laba

2. Variabel independen: Profitabilitas 3. Model analisis:

Logistic Regretion 3. Jatiningrum

(2000)

1. Variabel independen: Ukuran Perusahaan, Dividen dan Sektor Industri

2. Tahun pengamatan: Penelitian ini: 2004-2009; Penelitian Jatiningrum: 1994-1998

1. Variabel dependen: Praktik Perataan Laba

2. Variabel independen: Profitabilitas

3. Model analisis: Logistic Regretion

4. Priyo dan Gudono (2002)

1. Variabel independen:

Dividen diukur dari stabilitas atau konsistensi pembayarannya, Sektor Industri, Dividend Payout Ratio, Rasio hutang terhadap modal dan nasionalitas perusahaan

2. Tahun pengamatan: Penelitian ini: 2004-2009;

Penelitian Yurianto & Gudono: 1986-1995

1. Variabel dependen: Praktik Perataan Laba

2. Variabel independen: Profitabilitas

3. Model analisis: Logistic Regretion

5. Juniarti dan Corolina (2005)

1. Variabel independen: Ukuran Perusahaan, Dividen dan Sektor Industri

2. Tahun pengamatan: Penelitian ini: 2004-2009;

Penelitian Juniarti & Corolina: 1994-2001

1. Variabel dependen: Praktik Perataan Laba

2. Variabel independen Profitabilitas

3. Model analisis: Logistic Regretion

6. Masodah (2007)

1. Variabel independen: Total Aktiva, Bonus Plane (Laba) dan Net Profit Margin.

2. Tahun pengamatan: Penelitian ini: 2004-2009;

Penelitian Masodah: 1992-2004

1. Variabel dependen: Praktik Perataan Laba

2. Variabel independen Profitabilitas, Debt to Equity Ratio

3. Model analisis: Logistic Regretion

7. Dewi dan Carina (2008)

1. Variabel independen: Ukuran Perusahaan, NPM, dan Sektor Industri.

2. Tahun pengamatan: Penelitian ini: 2004-2009; Penelitian Silviana: 2002-2006

1. Variabel dependen: Praktik Perataan Laba

2. Variabel independen Profitabilitas, Financial Laverage

3. Model analisis: Logistic Regretion

8. Silviana (2009)

1. Variabel independen: Ukuran Perusahaan dan Net Profit Margin.

2. Tahun pengamatan: Penelitian ini: 2004-2009; Penelitian Silviana: 2005-2009

1. Variabel dependen: Praktik Perataan Laba

2. Variabel independen Profitabilitas, Financial Laverage

(31)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan perusahaan dihasilkan sebagai informasi yang lengkap, dapat dipahami dan dipercaya oleh masyarakat. Laporan keuangan meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat berupa laporan arus kas, atau laporan arus dana) serta catatan-catatan maupun laporan lain atau informasi tambahan lain tentang perusahaan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia: 2004).

Stice et. al, (2004) memberikan pengertian yang tidak jauh berbeda mengenai laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan untuk tujuan umum dan ditekankan kepada pelaporan eksternal perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba, dan laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan. Demikian pula Weygandt et. al, (2004) menekankan bahwa laporan keuangan lebih merupakan sebuah informasi yang bersifat prinsip untuk dikomunikasikan kepada pihak-pihak diluar perusahaan yang menyediakan informasi tentang sejarah perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk uang. Laporan keuangan ini pada umumnya terdiri dari neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas serta laporan kepemilikan (equity).

(32)

masing-masing. Oleh karena itu laporan keuangan perusahaan harus dapat dijadikan sebagai sumber utama informasi keuangan untuk tujuan yang berbeda-beda bagi setiap pemakai.

2.2.2. Teori Keagenan (Agency Theory)

Perusahaan merupakan pusat perjanjian kontrak antara berbagai pihak yang masing-masing memiliki kepentingan berbeda, yaitu pemegang saham, manajemen yang diwakili oleh manajer, supplier dan pihak-pihak lainnya termasuk calon investor dan karyawan. Teori yang menjelaskan hubungan antara pihak-pihak tersebut (pihak principal dan agent) disebut teori keagenan (agency theory). Masalah yang mendasari dari teori keagenan adalah konflik kepentingan antara pemilik dan manajer dalam perusahaan tersebut. Manajer yang disebut agen dan pemilik yang disebut principal merupakan dua pihak yang masing-masing memiliki tujuan berbeda dalam mengendalikan perusahaan terutama menyangkut bagaimana memaksimumkan kepuasan dan kepentingan dari hasil yang dicapai melalui aktivitas usaha.

Wolk et. al, (2004) menyebutkan bahwa perbedaan kepentingan yang terdapat dalam perusahaan antar pemilik dan manajer merupakan dua kepentingan yang saling berbeda. Pemilik perusahaan lebih tertarik untuk memaksimalkan return on investment (ROI) dan menginginkan security prices

(kestabilan harga), sementara manajer cenderung memiliki motivasi yang lebih luas baik dari sisi ekonomi maupun psikologi untuk memaksimumkan total kepuasannya.

(33)

biaya keagenan (agency cost), dimana biaya ini merupakan penurunan kesejahteraan yang dialami oleh prinsipal dan kepentingan agen.

Akibat dari konflik kepentingan yang pada dasarnya masih terus terjadi antara prinsipal dan agen, maka dalam hal ini manajer berusaha untuk melakukan upaya-upaya tertentu dalam menjaga keseimbangan kondisi yang diharapkan. Upaya yang umum dilakukan manajer adalah melalui earnings management (manajemen laba) yang salah satunya adalah income smoothing

(perataan laba). Tindakan ini ditempuh melalui pemilihan prosedur akuntansi yang dinilai dapat membantu manajer dalam pengambilan keputusan menyangkut tujuan yang hendak dicapai, misalnya mempermudah perusahaan dalam memperoleh pinjaman dengan persyaratan yang menguntungkan serta menarik minat investor (Stice et. al, 2004).

2.2.3. Teori Asimetri Informasi (Information Asymmetry Theory)

Salah satu kondisi yang menyebabkan perbedaan antara agen dan pemilik, disamping masalah keagenan adalah ketidakmerataan informasi (information asymmetry) yang berakibat pada besarnya peluang manajer untuk melakukan hal yang menguntungkan bagi kepentingannya. Disamping itu kondisi perusahaan yang dapat dilihat perkembangannya dapat pula mempengaruhi terjadinya ketidakmerataan informasi ini. Shields dan Young (1993) dalam Fitri (2004) juga mengemukakan bahwa terdapat beberapa kondisi perusahaan yang dapat menimbulkan kondisi information asymmetry yaitu perusahaan yang sangat besar, memiliki penyebaran secara geografis, memiliki produk yang beragam serta membutuhkan teknologi. Hal ini jelas akan memberikan pengaruh kepada investor dimana akan sulit secara objektif dalam membedakan antara perusahaan yang berkualitas tinggi dengan perusahaan yang berkualitas rendah.

(34)

information asymmetry yang mengakibatkan keuntungan tersebut yaitu adverse selection dan moral hazard.

Adverse selection merupakan jenis information asymmetry yang menimbulkan permasalahan dimana penyampaian informasi dari perusahaan kepada investor luar yang kurang relevan, disebabkan manajer lebih mengetahui kondisi perusahaan saat sekarang dan prospeknya dimasa mendatang dibandingkan pihak investor. Sedangkan dalam moral harzard, permasalahan yang timbul karena lemahnya pengawasan terhadap aktivitas manajer dalam menjalankan perusahaan sehingga mendorong para manajer tersebut untuk memberikan informasi yang bias dan tidak relevan. Akibatnya akan sulit sekali bagi pemegang saham dan kreditur untuk mengamati secara langsung tingkat keseriusan manajer untuk melakukan suatu tindakan bagi kepentingannya.

2.2.4. Signaling Theory

(35)

Penyampaian laba yang diperoleh perusahaan merupakan salah satu contoh sinyal yang menunjukkan apakah manajer atau agen telah melakukan kewajibannya sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dengan pemilik perusahaan. Laba yang dilaporkan oleh agen akan berdampak pada dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Dengan kata lain dividen juga merupakan suatu sinyal (Scott, 2006) yang akan mempengaruhi keputusan investor terhadap beberapa besar jumlah dviden yang mampu dibayarkan oleh perusahaan.

2.2.5. Manajemen Laba (Earnings Management)

(36)

Tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer saat ini, menurut Scott (2006) meliputi 4 (empat) hal yaitu:

1. Taking a bath

Pola ini biasanya terjadi pada waktu terjadinya pengangkatan CEO yang baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah yang besar. Tindakan manajemen ini diharapkan dapat meningkatkan laba pada masa datang.

2. Income minimization

Hal ini dilakukan pada saat perusahaan mengalami profitabilitas yang cukup tinggi. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi apabila laba pada tahun yang akan datang menurun secara drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

3. Income maximization

Hal ini dilakukan pada saat laba menurun. Income maximization bertujuan untuk melaporkan nett income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian utang.

4. Income smoothing

Hal ini dilakukan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

(37)

Timbulnya manajemen laba dipengaruhi oleh beberapa faktor, Watt dan Zimmerman (1986) membagi faktor tersebut ke dalam tiga hal yang dapat dikaitkan dengan prilaku manajer dalam pengaturan tingkat keuntungan, atau yang dikenal dengan tiga hipotesis yaitu hipotesis model bonus (bonus scheme hypothesis), hipotesis biaya politis (political cost hypothesis) dan hipotesis rasio hutang terhadap aktiva (debt to equity hypothesis atau leverage hypothesis). Hipotesis model bonus menjelaskan bahwa manajer pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini. Untuk hipotesis biaya politis yang lebih cenderung menyoroti perusahaan dengan skala yang lebih besar cenderung akan mengurangi laba yang dilaporkan dari hasil operasionalnya yang sebagian besar berhubungan dengan masyarakat. Sedangkan hipotesis rasio debt to equity besar maka manajer cenderung untuk memilih metode akuntansi guna meningkatkan pendapatan maupun laba perusahaan.

Earnings management adalah tindakan manajemen untuk mempengaruhi

income yang dilaporkan dan laporan tersebut akan memberikan informasi keuntungan ekonomis yang tidak benar karena alasan telah melaporkan earnings pada tngkat yang diinginkan manajer. Namun tindakan yang dillakukan tersebut masih dalam batas-batas prinsip akuntansi yang berlaku umum (Beattie et. al,

1994).

Selain beberapa hal yang telah dijelasakan di atas, apabila dikaitkan dengan keberadaan perusahaan di bursa saham, maka motivasi utama manajemen melakukan manajemen laba ini yaitu selain untuk mendorong investor membeli saham perusahaan juga untuk meningkatkan nilai pasar saham (Bhat:1996 dalam Stolowy dan Breton, 2000). Dengan demikian jelas terlihat bahwa tindakan tersebut sangat dibutuhkan oleh manajemen dalam rangka menambah firm value

(38)

Jika dihubungkan dengan praktik perataan laba (income smoothing), maka perataan laba merupakan salah satu pola tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan, sebagaiman yang dikemukakan oleh Beattie et. al, (1994) bahwa perataan laba merupakan salah satu jenis manajemen laba. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perataan laba adalah salah satu tindakan manajemen laba yang sengaja dilakukan oleh pihak manajemen untuk tujuan tertentu.

2.2.6. Perataan Laba (Income Smoothing)

Laporan keuangan perusahaan memiliki pengaruh yang cukup penting bagi pemakai, yang bertujuan untuk melakukan investasi melalui saham-saham yang diperdagangkan. Apabila dikaitkan dengan teori Efficiency Market Hypothesis (EMH), maka hal tersebut jelas akan berdampak pada pasar saham.

Prinsip akuntansi yang diterima umum memberikan kebebasan kepada manajemen untuk memilih metode maupun kebijakan akuntansi yang dianggap paling sesuai digunakan dalam rangka menyiapkan laporan keuangan. Namun fleksibilitas ini justru dimanfaatkan oleh manajemen untuk melakukan tindakan perataan laba karena sangat berhubungan dengan kinerja yang diraih, baik saat ini (current performance) maupun di masa yang akan datang (future performance). Manajer selalu berusaha mempertahankan bahkan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya melalui perataan laba agar terhindar dari diskualifikasi kerja yang berakibat buruk bagi kelangsungan karir mereka (Fudenberg & Tirole, 1995 dalam Ahmed et. al, 2002).

2.2.6.1. Pengertian Perataan Laba (Income Smoothing)

(39)

dalam laporan rugi laba perusahaan guna menarik minat pasar dalam berinvestasi, karena perhatian investor seringkali hanya terpusat pada prosedur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan informasi laba tersebut (Beattie

et. al, 1994). Disamping itu laba yang dilaporkan dalam posisi yang stabil akan memberikan rasa lebih percaya diri bagi pemilik perusahaan (Hepworth, 1953 dalam Michelson, 2000) yang disertai dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan pemegang saham melalui tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba yang dilaporkan, namun masih dalam batas aturan akuntansi yang berlaku (Ronen dan Sadan, 1981 dalam Stolowy & Breton, 2000).

Beidleman (1973) dalam Belkaoui (2000) mendefinisikan income smoothing adalah sebagai suatu upaya yang sengaja dilakukan manajemen untuk mencoba mengurangi variasi abnormal dalam laba perusahaan dengan tujuan untuk mencapai suatu tingkat yang normal bagi perusahaan, sedangkan Koch (1981) yang dikutip oleh Kamaruddin et. al, (2003) menyatakan bahwa income smoothing merupakan suatu alat yang digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas yang menyolok dari laba yang dilaporkan dalam batas target yang diharapkan dengan memanipulasi variabel akuntansi atau transaksi yang terjadi dalam perusahaan. Fudenberg & Tirole (1995) yang dikutip oleh Stolowy & Breton mengemukakan bahwa income smoothing (perataan laba) adalah suatu proses manipulasi laba yang sengaja diatur pada waktu terjadinya atau usaha yang sengaja dirancang berkaitan dengan pengurangan arus laba yang dilaporkan, bukan pada saat menambah jumlah laba yang dilaporkan dalam jangka panjang.

(40)

berkepentingan terhadap perusahaan baik investor, kreditor, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak lainnya.

Menurut Eckel (1981) dalam Stolowy & Breton (2000) terdapat tiga hal penting yang berhubungan dengan prilaku perataan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Keputusan manajer yang dipengaruhi oleh lingkungan perusahaan dan cara kerja merupakan prilaku yang berkaitan dengan natural smoothing. Selanjutnya tindakan yang secara tidak langsung termasuk praktik operasional tertentu berkaitan dengan real smoothing, sedangkan pilihan akuntansi yang digunakan adalah hal yang berhubungan dengan artificial smoothing.

Lebih jauh Koch (1981) masih dalam Stolowy & Breton juga menjelaskan bahwa perataan laba merupakan hal yang lebih besar dengan penggunaan akuntansi variabel artificial daripada dengan variabel ril (transactional). Namun sejauh ini dalam praktiknya tiga macam smoothing yang telah dijelaskan tersebut seringkali hampir tidak dapat dibedakan karena ketiganya dapat dipertimbangkan sebagai hal-hal yang saling berkaitan, sehingga dapat dikatakan bahwa praktik perataan (smoothing) dapat didasarkan pada banyak variabel.

2.2.6.2. Variabel-variabel Perataan Laba

Moses (1987) mengemukakan bahwa variabel-variabel yang digunakan oleh manajer dalam usaha meratakan angka-angka akuntansi yang sebenarnya merupakan bentuk dari instrumen perataan atau biasa dikenal dengan istilah "smoothing devices". Karakteristik dari smoothing device sebagai berikut:

(41)

2. Penggunaannya hanya sekali dan tidak seharusnya memasukkan atau melibatkan perusahaan pada tindakan yang lebih khusus di masa yang akan datang.

2.2.6.3. Motivasi-motivasi Perataan Laba

Perataan laba yang dilakukan oleh pihak manajemen tidak hanya sekedar untuk mempertahankan kinerja atau untuk meningkatkan kemakmuran pribadi, namun lebih jauh lagi manajemen menginginkan adanya keseimbangan yang dapat memberikan keuntungan, baik dari sisi ekonomis maupun psikologis. Hepworth (1953) dalam Belkaoui (2000) mengklaim bahwa terdapat motivasi yang dilakukan oleh manajer berhubungan dengan perataan laba yaitu keinginan untuk mengembangkan hubungan dengan kreditor, investor dan pekerja serta memperkecil siklus bisnis melalui proses psikologis.

Ada berbagai macam motivasi yang ingin dicapai oleh pihak manajemen dalam perataan laba sebagaimana telah dirangkum oleh Juniarti & Corolina (2005), yaitu (1) mencapai keuntungan pajak, (2) untuk memberikan kesan baik dari pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen, (3) mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi risiko, sehingga harga sekuritas yang tinggi menarik perhatian pasar, (4) untuk menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil, dan (5) untuk menjaga posisi/kedudukan mereka dalam perusahaan.

Menurut Foster (1986) dalam Dwiatmini dan Nurcholis (2001) bahwa perataan laba juga dilakukan oleh manajer untuk beberapa hal berikut:

1. Memperbaiki citra perusahaan dengan memperlihatkan bahwa perusahaan memiliki tingkat resiko yang rendah.

2. Memberikan informasi yang relevan dalam rangka melakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang.

3. Berusaha meningkatkan kepuasan bagi relasi bisnis perusahaan.

(42)

5. Adanya motivasi untuk meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen. Bhat (1996) dalam Dwiatmini dan Nurcholis (2001) juga ikut memberikan adanya motivasi terhadap perataan laba oleh manajemen yang terdiri dari empat faktor yaitu (1) karena adanya keinginan manajemen dalam memperbaiki persepsi investor terhadap resiko perusahaan yang akan berdampak pada naiknya firm value, (2) menjaga skema kompensasi yang tetap dari waktu ke waktu bagi manajer guna menunjang prestasi yang dicerminkan melalui kinerja, (3) income smoothing mampu memberikan ukuran yang paling baik bagi kualitas manajemen sehingga dapat memberikan kesan baik bagi investor, (4) meningkatkan stabilitas harga saham melalui pengurangan dalam fluktuasi laba.

Motivasi lain yang juga dikemukakan oleh Bleidernan dalam Belkaoui (2000) bahwa ada dua alasan yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam melakukan perataan laba yang dilaporkan. Alasan pertama Beidelman mengemukakan asumsi bahwa suatu arus laba yang stabil akan mampu mendukung tingkat dividen yang lebih tinggi daripada suatu arus laba yang lebih variatif. Hal ini akan memberikan efek menguntungkan terhadap nilai perusahaan serta mengurangi resiko yang ada.

Alasan selanjutnya diungkapkan oleh Bleidernan bahwasanya prilaku perataan laba merupakan indikasi atas kemampuan perusahaan dalam mengatasi siklus secara alami dalam mengendalikan laba yang dilaporkan dan kemungkinan dapat mengurangi korelasi antara expected return perusahaan dengan return portofolio pasar. Alasan kedua ini lebih menginginkan akan adanya pengakuan oleh investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam menormalkan laba serta mengurangi kovarian return pasar, sehingga keuntungan bagi perusahaan adalah meningkatnya nilai saham yang diperdagangkan.

(43)

Dimensi perataan laba berhubungan dengan alat yang digunakan untuk melakukan perataan angka laba (income). Barnea et. al, dalam Belkaoui (2000) membedakan 3 (tiga) dimensi perataan, sebagai berikut:

1. Perataan melalui terjadinya peristiwa dan/atau pengakuan; dalam hal ini manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi serta pengaruhnya terhadap laba yang dilaporakan dan lebih cenderung mengurangi variasinya dari waktu ke waktu.

2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu; artinya dimensi ini berkaitan dengan fakta bahwa suatu peristiwa telah terjadi dan memerlukan pengakuan yang tepat, sehingga manajemen memiliki kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi peristiwa tersebut. Misalnya melalui penentuan metode depresiasi atau amortisasi.

3. Perataan melalui klasifikasi (atau disebut perataan klasifikatori); dimensi ini tergantung dari klasifikasi item-item rugi laba yang dirancang oleh perusahaan untuk mengurangi perbedaan jumlah laba selain daripada laba bersih yang dilaporkan. Sebagai contoh yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah melalui klasifikasi elemen pendapatan atau biaya dalam mencari pemisahan antara ordinary dan extraordinary item.

(44)

2.2.6.5. Tipe-tipe Perataan Laba

Dascher dan Malcolm dalam Belkaoui (2000) membedakan perataan laba ke dalam 2 (dua) jenis:

1. Perataan ril (real smoothing)

Perataan laba yang dilakukan melalui suatu transaksi yang aktual atau tidak dilakukan atas dasar efek perataannya terhadap income, sehingga perataan jenis ini berkaitan dengan perataan melalui terjadinya peristiwa atau pengakuan. Misalnya perusahaan mengeluarkan sejumlah dana bagi kepentingan riset dan pengembangan dalam suatu tahun tertentu. Beberapa perusahaan terbukti melakukan perataan laba dengan menggunakan cara ini. 2. Perataan artifisial (artificial smoothing)

Perataan ini juga sering disebut dengan perataan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan untuk memindahkan biaya atau pendapatan dari satu periode ke periode lainnya. Sehingga perataan ini berkaitan dengan perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu. Disamping itu Copeland dalam Zulkarnaini (2007), juga berpendapat bahwa perataan artifisial merupakan perataan income yang melibatkan pemilihan repetitif pengukuran akuntansi atau aturan pelaporan dalam pola tertentu, dimana pengaruhnya adalah arus

income yang dilaporkan menjadi variasi yang lebih kecil dari kecenderungan yang akan muncul jika tidak dilakukan perataan.

Namun dalam praktik, kedua jenis perataan yang telah disebutkan di atas seringkali tidak dapat dibedakan. Suatu perusahaan secara bersamaan memutuskan besarnya transaksi (perataan ril) dan sekaligus bagaimana cara melaporkannya (perataan artifisial).

2.2.7. Alasan Dilakukannya Perataan Laba

(45)

dengan alasan memperkecil tuntutan pemilik perusahaan. Menurut Dye (1998) dalam Salno et. al, (2000) pemilik mendukung perataan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal.

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan menjelaskan alasan-alasan yang mendorong manajer untuk melakukan tindakan perataan laba. Menurut Ashari et. al, (1994), bahwa tindakan perataan laba merupakan tindakan yang logis dan rasional bagi manajer untuk meratakan laba dengan menggunakan cara atau metode akuntansi tertentu. Beberapa alasan seorang manajer melakukan praktik perataan laba sebagai berikut:

1. Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan para investor karena laba yang stabil akan mendukung kebijaksanaan dividen yang stabil pula sebagaimana yang diinginkan para investor.

2. Penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana yang melalui periode beberapa metode tertentu, manajemen dapat mengurangi kewajiban perusahaan secara keseluruhan.

3. Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer dan pekerja karena kenaikan yang tajam dalam laba yang dilaporkan dapat menimbulkan permintaan upah yang lebih tinggi bagi para karyawan.

4. Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada ekonomi dalam hal kenaikan atau penurunan dapat dihindarkan serta rasa pesimis dan optimis dapat dikurangi.

(46)

2.2.8. Keuntungan Adanya Perataan Laba

Bartov (Parikesit, 2003) mengungkapkan alasan manajemen diuntungkan dengan adanya praktik perataan laba, yaitu:

1. Skema kompensasi manajemen dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena itu setiap fluktuasi dalam laba akan berpengaruh langsung terhadap kompensasinya. 2. Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat berakibat intervensi pemilik

untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilalihan atau penggantian manajemen secara langsung. Ancaman ini mendorong manajemen untuk membuat laporan kinerja yang sesuai dengan keinginan pemilik.

2.2.9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba

Berkembangnya penelitian tentang perataan laba telah menciptakan

image bahwa prilaku perataan laba (income smoothing behaviour) didorong oleh berbagai faktor. Faktor-faktor pendorong perataan tersebut pada umumnya dapat dibedakan atas faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi dan faktor-faktor laba (Kelly, 1983 dan Holthausen & Leftwich, 1983 dalam Moses, 1987).

(47)

semakin besar motivasi manajer untuk meratakan laba sesuai dengan yang diharapkan. Dalam penelitian ini variabel independen yang penulis gunakan yaitu, profitabilitas, financial leverage dan earning per share.

2.2.9.1. Profitabilitas (Profitability)

Profitabilitas merupakan salah satu ukuran yang sering digunakan dalam menilai kelayakan keuangan perusahaan. Anthony dan Govindarajan (2004) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis ukuran menyangkut profitabilitas perusahaan yaitu ukuran yang ditujukan kepada management performance

(kinerja manajemen) dan ukuran menyangkut dengan economic performance

(kinerja ekonomi). Kinerja manajemen lebih difokuskan pada bagaimana manajer menjalankan fungsinya dalam perencanaan, koordinasi dan pengendalian perusahaan, sedangkan kinerja ekonomi dititikberatkan pada bagaimana perusahan sebagai entitas ekonomi dalam meraih laba perusahaan.

Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebagai kelebihan pendapatan daripada biaya (Foster, 1986), sehingga sangat bermanfaat bagi investor dalam membandingkan antar perusahaan untuk melihat perbedaan sumber daya yang dimiliki, sedangkan bagi kreditor profitabilitas digunakan untuk memutuskan apakah memberikan pinjaman atau tidak. Menurut Sartono (2001) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

(48)

sebagai ukuran efisiensi pada periode tertentu. Profit margin dengan rasio yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sebaliknya apabila rasio yang diperoleh makin rendah, maka hal ini merupakan interpretasi tidak efisiennya manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan.

Rasio profitabilitas yang kedua adalah return on assets (ROA) atau yang sering disebut return on investment (ROI) dapat dijadikan sebagai ukuran dari tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh asset organisasi (Atkinson et. al,

2004) atau bagaimana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu. Semakin tinggi rasio yang diperoleh maka semakin efisien manajemen asset perusahaan. Dengan demikian ROA dipakai untuk melihat berapa besar kombinasi pengaruh antara margin dan tingkat perputaran asset (Higgins, 2004).

Rasio profitabilitas yang terakhir adalah return on equity (ROE) yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi hutang makin besar maka rasio ini juga akan semakin besar (Sartono, 2001).

(49)

2.2.9.2. Financial Leverage

Menurut Sartono (2001) financial leverage menunjukkan proporsi

penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan

maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan

meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut

perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba.

Financial leverage merupakan hal penting dalam penentuan struktur modal perusahaan. Oleh Riyanto (1999) dinyatakan bahwa financial leverage merupakan

penggunaan dana yang disertai biaya tetap. Sedangkan menurut Weston dan

Copeland (1996) menyebutkan financial leverage atau disebut juga leverage factor

adalah rasio nilai buku seluruh hutang terhadap total aktiva.

Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan

menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau

efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih

besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Financial leverage merugikan

(unfavorable leverage) jika perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar (Riyanto,

1999).

Weston dan Copeland (1996), mengemukakan bahwa penggunaan hutang

akan menentukan tingkat financial leverage perusahaan. Karena dengan

menggunakan lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri maka beban tetap

yang ditanggung perusahaan tinggi yang pada akhirnya akan menyebabkan

penurunan pendapatan perusahaan. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai

perusahaan, tetapi pada suatu titik tertentu yaitu pada struktur modal optimal, nilai

perusahaan akan semakin menurun dengan semakin besarnya proporsi hutang dalam

struktur modalnya. Hal ini disebabkan karena manfaat yang diperoleh pada

penggunaan hutang menjadi lebih kecil dibandingkan biaya yang timbul atas

penggunaan hutang tersebut.

Rasio-rasio leverage menunjukkan besarnya modal yang berasal dari

pinjaman (modal asing) yang dipergunakan untuk membiayai investasi dan

Gambar

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Perbedaan dan Persamaan Penelitian ini dengan
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian: Definisi, Indikator dan Skala Ukur
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERUSAHAAN, FINANCIAL LEVERAGE , KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN JENIS INDUSTRI TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

Perilaku yang ditunjukan oleh manajer dalam melakukan manajemen atas laba dengan metode perataan laba perusahaan (income smoothing) menyebabkan. disfunctional behavior (perilaku

Penelitianinibertujuanuntukmengetahui tentang pengaruh kondisi ukuran perusahaan, profitabilitas dan financial leverage terhadap tindakan perataan laba.Variabel-variabel

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan bukti empiris mengenai adanya praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Bagi Program Studi Ilmu Akuntansi Universitas Sumatera Utara sebagai bahan kajian ilmu dan menambah referensi yang berhubungan dengan manajemen keuangan dalam melakukan

terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di. BEI

Budiasih Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Variabel independen: ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan dividen payout ratio

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage , nilai saham dan kepemilikan institusional terhadap perataan