• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Dividend Payout Ratio terhadap Perilaku Perataan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indoesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Dividend Payout Ratio terhadap Perilaku Perataan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indoesia"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Agency Theory

Topik perataan laba (income smoothing) terkait erat dengan konsep manajemen

laba (earnings management). Seperti halnya manajemen laba penjelasan konsep

perataan laba juga menggunakan pendekatan teori keagenan (agency teory).

Jensen dan Meckling dalam Sari (2010) menyatakan bahwa hubungan keagenan

adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Teori

keagenan membahas hubungan antara manajemen dan pemegang saham, dimana

yang dimaksud dengan principal adalah pemegang saham dan agent adalah

manajemen (Belkaouli, 2006). Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan

agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan

principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).

Agency Theory juga menyatakan bahwa pemilik perusahaan diasumsikan

hanya tertarik pada hasil keuangan yang bertambah atas investasi mereka dalam

perusahaan, sedang para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa

kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut

(2)

Hertanti (2005) mengatakan bahwa inti dari hubungan keagenan adalah

terdapat pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Principal

akan menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan serta

mendelegasikan kebijakan pembuatan keputusan kepada agen. Principal

memiliki harapan bahwa agen akan menghasilkan return dari uang yang mereka

investasikan. Di lain pihak, agen memiliki kewajiban untuk mengelola perusahaan

sesuai dengan keinginan principal.

Karena perbedaan kepentingan inilah masing-masing pihak berusaha untuk

memperbesar keuntungan pribadi. Principal menginginkan return yang besar dan

cepat atas investasi mereka dan menilai prestasi manajer berdasarkan

kemampuannya untuk memperbesar laba yang akan dialokasikan pada pembagian

dividen. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk

mengoptimalkan keuntungan para principal dengan memperoleh kompensasi

sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda

di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau

mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.

Untuk memenuhi tuntutan prinsipal dan mendapat intensif yang tinggi,

manajer akan memainkan beberapa kondisi perusahaan sedemikian rupa agar

seolah-olah target tercapai bila tidak ada pengawasan yang memadai dalam

(3)

2.1.2. Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 1: “Laporan keuangan merupakan

bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap

biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan

(yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai arus kas, atau

laporan arus dana), catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang

merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”

Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan

oleh manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Perkembangan

perusahaan go public di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai

kebutuhan utama setiap perusahaan. Semakin berkembangnya pasar modal

menyebabkan semakin besarnya kebutuhan akan transparansi. Di dalam dunia

akuntansi, transparansi dapat dimaksudkan dengan seberapa jauh pembaca

laporan keuangan atau pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap

laporan keuangan suatu perusahaan dapat mengetahui dan menggali kandungan

informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.

Menurut Djarwanto (2004) laporan keuangan merupakan hasil refleksi dari

sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Kondisi dan hasil

operasi (kinerja) perusahaan tercermin pada laporan keuangan. Informasi tentang

kondisi keuangan dan hasil operasi yang tercermin dalam laporan keuangan

merupakan komunikasi antara laporan keuangan dengan berbagai pihak yang

(4)

2.1.3. Laba Akuntansi

Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang

memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Pengertian laba yang dianut

oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih

pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur

kenaikan aktiva sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan

biaya. Jadi dalam hal ini laba hanya merupakan angka artikulasi dan tidak

didefinisikan tersendiri secara ekonomik seperti halnya aktiva atau hutang.

Menurut PSAK 46 paragraf ketujuh laba akuntansi adalah laba atau rugi

bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. Laba akuntansi diukur

berdasarkan konsep laba akrual. Tujuan utama akuntansi akrual adalah

pengukuran laba. Dua proses utama dalam pengukuran laba adalah pengakuan

pendapatan dan pengaitan beban.

Menurut Belkaouli laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai

perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode

tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya.

Di sisi lain, akuntan mendefinisikan laba dari sudut pandang perusahaan

sebagai suatu kesatuan. Laba akuntansi (accounting income) secara operasional

didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasikan dari transaksi

yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan

(5)

Belkaouli menyebutkan bahwa laba akuntansi mempunyai lima karakteristik

sebagai berikut:

1. laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari

penjualan barang atau jasa,

2. laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada

kinerja perusahaan selama satu periode tertentu,

3. laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan

pemahaman khusus mengenai definisi, pengukuran dan pengakuan

pendapatan,

4. laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam

bentuk cost historis,

5. laba akuntansi menghendaki adanya perbandingan (matching) antara

pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan

tersebut.

2.1.4. Income Smoothing

Bieldman dalam Belkaouli (2000) menyatakan bahwa perataan laba didefinisikan

sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat

laba yang dianggap normal bagi perusahaan.

Perataan laba adalah proses manipulasi waktu terjadinya laba atau laporan

laba agar laba yang dilaporkan kelihatan stabil (Fudenberg dalam Syahriana,

2006:14). Perataan laba sebagai suatu alat yang digunakan manajemen untuk

(6)

diinginkan baik secara artifisial (melalui metode akuntansi) maupun secara riil

(melalui transaksi). Tindakan perataan laba telah dianggap sebagai tindakan yang

umum dilakukan (Koch dalam Syahriana, 2006:15).

Alasan perataan laba adalah bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan

kreditur, investor, dan karyawan serta meratakan siklus bisnis melalui proses

psikologis yaitu:

1. mengurangi total pajak yang dibayarkan oleh perusahaan,

2. meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan karena laba yang

stabil akan mendukung kebijakan pembayaran dividen yang stabil,

3. meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan

laba yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan

kenaikan gaji atau upah,

4. siklus peningkatan dan penurunan laba dapat ditandingkan dan gelombang

optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.

Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum terjadi sebagai

usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan.

Adapun keuntungan yang diperoleh manajemen dari tindakan perataan laba

ini (Parikesit, 2003) adalah :

1. Skema kompensasi dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang

disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena setiap fluktuasi

(7)

2. Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi

pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilan atau

penggantian manajemen secara langsung.

2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing 2.1.5.1. Profitabilitas

Menurut Brigham dan Houston (2006:107) profitabilitas adalah hasil bersih dari

serangkaian kebijakan dan keputusan. Sedangkan Horne dan Wachowicz

(2005:222) mengatakan rasio profitabilitas menghubungkan laba dengan

penjualan dan laba dengan investasi yang secara bersama-sama keduanya

menunjukkan efektivitas keseluruhan operasi perusahaan.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas

dalam arti kemampuan perusahaan menghasilkan profit yang diukur

menggunakan rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva umum digunakan

karena mampu menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dari

keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Peneliti memutuskan untuk

menggunakan Return on Asset (ROA) sebagai pengukuran profitabilitas.

Return on Asset (ROA) biasanya disebut sebagai hasil pengembalian atas

total aktiva. Rasio ini mencoba untuk mengukur efektivitas pemakaian total

(8)

ROA merupakan rasio yang digunakan dalam menganalisis laporan

keuangan atas kinerja keuangan perusahaan. Menurut Jumingan (2006) “Ratio

operating income dengan operating asset menunjukkan laba yang diperoleh dari

investasi modal dalam aktiva tanpa mengandalkan dari sumber mana modal

tersebut berasal (keseluruhan modal)”.

Return on Asset yaitu rasio antara laba setelah pajak (EAT) dengan total

asset. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan tingkat keuntungan dengan keseluruhan aktiva yang tersedia dalam

perusahaan (Albahi, dkk., 2009). ROA memberitahu besar pendapatan yang

dihasilkan dari besar modal yang ditanamkan. Aset perusahaan terdiri dari hutang

dan ekuitas. Angka ROA memberikan gambaran bagaimana efektivitas

perusahaan dalam mengkonversi uang untuk berinvestasi ke dalam laba bersih.

Semakin tinggi ROA semakin baik, karena perusahaan akan mendapatkan uang

lebih dari investasi yang ditanamkan.

ROA memiliki keunggulan sebagai berikut (Utomo dalam Djoesvita, 2011).

1. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya

mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.

2. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai

absolute.

3. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.

Menurut Djarwanto (2004) profitabilitas bertujuan mengukur efisiensi

(9)

Profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin

pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan.

Semakin tinggi rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan

perusahaan memperoleh laba. Perusahaan yang rasio profitabilitasnya besar

cenderung melakukan praktik perataan laba daripada perusahaan yang rasio

profitabilitasnya kecil.

2.1.5.2. Financial Leverage

Munawir (2004) mengatakan bahwa rasio leverage atau solvabilitas menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya, baik

kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin tinggi

rasio leverage berarti semakin besar proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai

dari hutang.

Rasio leverage digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur

modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak

tertagihnya suatu utang. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan

rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi,

karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal yang seperti itu lebih

tinggi. Menurut Schipper (1981) dalam Almilia (2007), tambahan informasi

diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap

dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan

(10)

kebutuhan informasi kreditur jangka panjang, sehingga perusahaan akan

menyediakan informasi secara lebih komprehensif.

Ada beberapa pengukuran dengan menggunakan rasio leverage yaitu: rasio

utang terhadap aktiva, rasio utang terhadap ekuitas, dan rasio kelipatan

pembayaran bunga. Peneliti menggunakan rasio utang terhadap ekuitas (Debt to

Equity Ratio) untuk mengukur leverage. Rasio ini (leverage) diukur dengan

rumus perbandingan antara utang dengan ekuitas. Dengan pengukuran DER dapat

dilihat bagaimana ekuitas perusahaan menjamin hutang perusahaan.

Rasio leverage yang besar mengakibatkan turunnya minat investor untuk

menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, sehingga dapat memicu adanya

tindakan perataan laba (Narsa, dkk., 2003). Semakin besar rasio financial

leverage semakin besar pula risiko yang ditanggung oleh pemilik modal yang

pada akhirnya mengakibatkan turunnya minat investor untuk menanamkan

modalnya pada perusahaan tersebut. Perusahaan dengan rasio financial leverage

yang besar cenderung melakukan praktik perataan laba daripada perusahaan

dengan rasio financial leverage yang kecil.

2.1.5.3. Dividend Payout Ratio

Dividen adalah pembagian berupa kas, aktiva lain, wesel, dan dividen saham dari

suatu perusahaan kepada para pemegang saham, secara proporsional sesuai

dengan banyaknya lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

(11)

1. dividen tunai (cash dividend) merupakan dividen yang diterima oleh

investor dalam bentuk kas. Bagi Perusahaan, dividen ini mengurangi akun

Laba Ditahan dan Kas, sedangkan bagi investor dividen tunai ini

menghasikan kas dan mencatatnya sebagai Pendapatan Dividen.

2. dividen properti (property dividends) merupakan distribusi kepada

pemegang saham yang terhutang dalam bentuk aktiva selain kas. Properti

yang biasa dijadikan sebagai dividen adalah efek dari perusahaan lain yang

dimiliki oleh perusahaan.

3. dividen saham (stock dividends) merupakan saham tambahan dari

perusahaan kepada pemegang saham sebagai pengembalian atas saham

yang mereka miliki dalam perusahaan tersebut.

4. dividen likuidasi (liquidating dividend) merupakan suatu pembagian

kepada pemegang saham atas sebagian dari modal disetor. Dividen

likuidasi dicatat oleh perusahaan dengan mengurangi Agio Saham.

Besar kecilnya dividen tergantung oleh besar kecilnya laba yang diperoleh

sehingga perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba (Sartono,

2001). Laba yang meningkat akan meningkatkan porsi (nominal) dividen yang

akan diterima oleh para pemegang saham. Semakin tinggi laba suatu perusahaan

maka akan semakin mendorong para pemegang saham untuk menuntut dividen

yang pantas atas setiap lembar saham yang mereka miliki. Jadi, semakin tinggi

porsi dividen atas semakin meningkatnya laba perusahaan, maka semakin

cenderung pula perusahaan untuk melakukan praktik perataan laba. Perusahaan

(12)

perataan laba dibanding dengan perusahaan yang memiliki dividend payout ratio

yang lebih rendah.

2.2. Penelitian Terdahulu

Pada tahun 2004 Muhammad Yusuf dan Soraya telah melakukan penelitian

berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada

Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia” dengan variabel independen:

ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi, dan status perusahaan, dan

mengambil variabel dependen perataan laba. Hasil penelitian ini adalah leverage

operasi berpengaruh signifikan terhadap perataan laba, sementara ukuran

perusahaan, profitabilitas, dan status perusahaan tidak berpengaruh terhadap

perataan laba.

Igan Budiasih, pada tahun 2006, mengangkat judul “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Praktik Perataan Laba” pada penelitian yang menjadikan ukuran

perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan dividen payout ratio sebagai

variabel independennya, dan perataan laba sebagai variabel dependennya.

Penelitian ini menghasilkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan dividen

payout ratio berpengaruh positif signifikan terhadap perataan laba, sedangkan

financial leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

Alwan Sri Kustono melakukan penelitian pada tahun 2007 dengan judul

“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dividend Payout Ratio, Risiko Spesifik, dan

Pertumbuhan Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan

(13)

ukuran perusahaan, dividend payout ratio, risiko spesifik, dan pertumbuhan

perusahaan sebagai variabel independen, dan perataan laba sebagai variabel

dependen. Hasil dari penelitian ini yaitu pertumbuhan perusahaan berpengaruh

terhadap perataan laba, sedangkan ukuran perusahaan, dividend payout ratio, dan

risiko spesifik tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

Pada tahun 2010 Gold Naru Sitinjak melakukan penelitian yang berjudul

“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian yang

menjadikan ukuran perusahaan, net profit margin, operating profit margin, dan

return on asset sebagai variabel independen, dan perataan laba sebagai variabel

dependennya ini menghasilkan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan, net profit

margin, operating profit margin, dan return on asset tidak berpengaruh pada

perataan laba.

Masih pada tahun 2010, Distiti Okkarisma Dewi juga telah melakukan

penelitian sejenis dengan judul “Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan, dan

Financial Leverage terhadap Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen penelitian ini yaitu jenis

usaha, ukuran perusahaan, dan financial leverage, sedangkan variabel

dependennya yakni perataan laba. Kesimpulan atas penelitian Dewi ini

menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh signifikan terhadap perataan

laba, sementara jenis usaha dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap

(14)

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti adalah dalam hal rentang waktu penelitian. Peneliti menjadikan tahun

2005-2010 sebagai tahun penelitiannya. Selain itu peneliti mengkhususkan

sampel penelitian hanya pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Tahun Penelitian

Peneliti Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

2004 Muhammad

(15)

2007 Alwan Sri risiko spesifik tidak berpengaruh

(16)

2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting (Sugiyono, 2005:47). Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, kerangka konseptual

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2010 Diastiti

Okkarisma dan financial leverage

(17)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

“Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan

teori dan penelitian terdahuu yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang

diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta

merumuskan hipotesis”(Jurusan Akuntansi, 2004:13).

Kerangka konseptual sebelumnya menggambarkan bahwa perataan laba

sebagai variabel terikat dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu : profitabilitas,

financial leverage, dan dividend payout ratio.

Profitabilitas diukur dengan Return On Asset (ROA merupakan

pengembalian atas total aktiva). Variabel financial leverage diukur dengan Debt

to Equity Ratio (dengan pengukuran DER dapat dilihat bagaimana ekuitas Profitabilitas

(X1)

H1

H2

Profitabilitas

(X1)

Financial Leverage

(X2)

Dividend Payout Ratio

(X3)

Income Smoothing

(Y)

H3

(18)

perusahaan menjamin hutang perusahaan). Dividend Payout Ratio merupakan

pengukurn bagi proporsi pembagian saham kepada para pemegang saham atas

jumlah lembar saham yang dimilikinya.

H1 menggambarkan bahwa variabel X1 (profitabilitas) mempengaruhi

variabel Y (income smoothing/perataan laba). H2 menggambarkan bahwa variabel

X2 (financial leverage) mempengaruhi variabel Y. H3 menggambarkan bahwa

variabel X3 (dividend payout ratio) mempengaruhi variabel Y, dan H4

menggambarkan variabel X1, X2, dan X3 secara bersama-sama mempengaruhi

variabel Y.

2.3.2. Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2007:49), “hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan

maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau

pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai

struktur atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena”.

Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau

keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

H1: Profitabilitas berpengaruh terhadap income smoothing/perataan laba.

H2: Financial Leverage berpengaruh terhadap perataan laba.

(19)

H4: Profitabilitas, Financial Leverage, dan Dividend Payout Ratio secara

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan pada Sekretariat DPRD Kota Bandar Lampung akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan Jasa Konstruksi

dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah, Pertama, peneliti menggunakan kelima rasio untuk mengukur kinerja keuangan dan nilai perusahaan yang diwakili.

sistem informasi manajemen aset yang dapat diakses oleh pegawai bagian rumah tangga dan perlengkapan serta dapat terhubung langsung dengan pihak gudang agar

7) Rangkuman Pendalaman Teks Kitab Suci : Pendamping memberikan tafsir dari Yoh 19: 16b-37, dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan

Menyatakan bersedia dan tidak keberatan menjadi naracoba dalam penelitian KTI dengan judul "Pengaruh Cokelat Terhadap Waktu Reaksi" yang dilakukan oleh Agnes Lukas Sutanto,

aparatur pelayanan publik di PT. SPBU Selayang Utama Medan. - Meningkatkan disiplin aparatur pelayanan kepada publik. Meningkatkan SDM aparatur pelayanan publik dengan sasaran:..

Prioritas pemanfaatan ruang pada ruang yang dorong perkembangannya menjadi diarahkan pada pengembangan jaringan jalan baru sebagai pembentuk struktur ruang utama

Pariwisata Kabupaten Banyumas merupakan salah satu potensi wisata di Indonesia yang perlu lebih diperkenalkan. Kabupaten Banyumas yang beriklim tropis basah memiliki