• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan Diskusi hasil

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menjawab pertanyaan mengenai perbedaan perubahan intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesarea antara yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi.

a. Tehnik Distraksi

Dari hasil uji t-dependent diperoleh hasil penelitian responden pada kelompok tehnik distraksi sebelum dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri 3,33 dengan standar deviasi 1,231, sedangkan setelah dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri 2,00 dengan standar deviasi 1,128, beda rata-rata nya yaitu 1,333 dan nilai t hitung pada masing- masing kelompok lebih besar dari t tabel (t=1,796) nilai probalitas p<0,05 yaitu 0,001.

Tamsuri (2007) mengatakan bahwa tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya inpuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh pasien).

Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan pertipasi aktif individu, banyak modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi otak akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri (Priharjo, 2003).

Di sebuah studi lainnya, Musik sebagai terapi telah dikenal sejak 550 tahun Masehi, dan ini dikembangkan oleh Pythagoras dari Yunani. Berdasarkan penelitian di State University of New York di Buffalo, sejak mereka menggunakan terapi musik

kebutuhan akan obat penenang pun turun dratis hingga 50%. Musik juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan nyeri sehingga musik dapat digunakan untuk mengalihkan rasa nyeri sehingga pasien merasa nyeri nya berkurang (Salampessy, 2004).

b. Tehnik Relaksasi

Dari hasil penelitian responden pada kelompok tehnik relaksasi sebelum dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri 2,75 dengan standar deviasi 0,754, sedangkan setelah dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri 1,58 dengan standar deviasi 0,669, beda rata-rata nya yaitu 1,167 dan nilai t hitung pada masing-masing kelompok lebih besar dari t tabel (t=1,796) nilai probalitas p<0,05 yaitu 0,001.

. Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan relaksasi pernafasan adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. Tehnik ini juga dapat menghilangkan nyeri post operasi, karena aktivitas-aktivitas di serat besar dirangsang oleh tindakan ini, sehingga gerbang untuk aktifitas serat berdiameter kecil (nyeri) tertutup.

Relaksasi merupakan tehnik relaksasi bernafas yakni tehnik pereda nyeri yang banyak memberikan masukan terbesar karena tehnik relaksasi adalah tehnik untuk mencapai kondisi rileks. Studi yang dilakukan oleh National Birthday Trust terhadap 1000 wanita menunjukkan bahwa 90% wanita merasakan mamfaat relaksasi untuk meredakan nyeri (Findley, 1999) .

c. Perbedaan Tehnik Distraksi dan Relaksasi dalam Perubahan Intensitas Nyeri Selama Perawatan Post Seksio Sesarea

Hasil uji independent t-test dengan membandingkan intensitas nyeri antara kelompok responden yang mendapatkan tehnik distraksi dengan yang mendapatkan tehnik relaksasi menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna/signifikan. Hal ini ditunjukan dengan nilai t hitung pada masing-masing kelompok lebih kecil dari t tabel (t=1,721) dan nilai p>0,05 yaitu 0,368.

Dari hasil ini dapat dibuat analisa bahwa tidak ada perbedaan antara tehnik distraksi dan relaksasi dalam perubahan intensitas nyeri dan kedua tehnik sama-sama efektif dalam menurunkan nyeri. Tehnik distraksi dan relaksasi adalah merupakan bagian dari metode nonfarmakologi hal ini dikarenakan kedua metode ini mengendalikan nyeri dengan melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan membuat pasien yang mengalami nyeri dapat mengendalikan rasa nyeri yang dialaminya (Stewart, 1996).

Dari uraian di atas maka hipotesa penelitian dapat di jawab bahwa hasil penelitian diperoleh nilai t hitung pada masing-masing kelompok lebih kecil dari t tabel (t=1,721) dan nilai probalitas p>0,05 yaitu 0,368, menunjukan tidak ada perbedaan perubahan intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesarea antara pasien yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi, dan ada perbedaan intensitas nyeri yang dirasakan responden sebelum dan setelah dilakukan intervensi pada masing-masing kelompok.

2. Keterbatasan penelitian a. Sampel

Pemilihan responden yakni pasien yang mempunyai keluhan nyeri selama perawatan post seksio sesarea, pasien 4 jam sampai 3 hari post seksio sesarea, pada saat

wawancara ibu tidak dalam kelelahan dan fisik serta fsikologi ibu sehat, dan bersedia menjadi responden tidak terpenuhi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Responden pada penelitian ini diperoleh 24 orang dan dianalisis dengan uji statistik t-dependent dan uji t-independent. Jumlah responden pada penelitian seharusnya 30 orang, namun responden yang ditemukan 24 orang, karena tidak memenuhi kriteria yaitu pada saat wawancara ibu dalam kelelahan fisik.

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal Februari-April 2011 sehingga waktu penelitian kurang lebih hanya 3 bulan. Responden yang seharusnya 30 orang tidak bisa tercukupi karena keterbatasan waktu. Yang memenuhi kriteria peneliti hanya 24 orang responden dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu teknik distraksi dan tehnik relaksasi yang masing-masing kelompok terdiri dari 12 orang ibu post seksio sesarea.

3. Implikasi untuk asuhan kebidanan/pendidikan kebidanan a. Pada pelayanan kebidanan

Dari hasil penelitian ini telah diketahui bahwa teknik distraksi dan relaksasi berpengaruh dalam mengurangi / perubahan intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesaria. Jadi, metode nonfarmakologi tehnik distraksi dan relaksasi dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan pada ibu post seksio sesarea dengan mengurangi intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesarea tanpa efek samping pada ibu.

Namun perlu diperhatikan kenyamanan ibu sewaktu dilakukan intervensi karena apabila ibu tidak nyaman ketika tehnik distraksi dan relaksasi, metode nonfarmakologi ini kurang berhasil dalam mengurangi intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesarea.

Dokumen terkait