• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Perubahan Intensitas Nyeri Selama Perawatan Post Seksio Sesarea Antara Pasien Yang Menggunakan Tehnik Distraksi Dan Relaksasi Di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Perubahan Intensitas Nyeri Selama Perawatan Post Seksio Sesarea Antara Pasien Yang Menggunakan Tehnik Distraksi Dan Relaksasi Di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PERUBAHAN INTENSITAS NYERI SELAMA PERAWATAN POST SEKSIO SESAREA ANTARA PASIEN YANG MENGGUNAKAN

TEHNIK DISTRAKSI DAN RELAKSASI DI RSU. Dr. PIRNGADI MEDAN

SEPRI ELVIANUR NIM : 105102032

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Perbedaan Perubahan Intensitas Nyeri Selama Perawatan Post Seksio Sesarea Antara Pasien yang Melakukan Tehnik Distraksi dan Relaksasi” tepat pada waktunya.

Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

3. Dina Indarsita, M.kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh staf dosen D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staf TU D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperwatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ayahanda Ramli dan Ibunda Nurhayati tercinta, yang telah memberikan cinta kasih, dorongan dan do’a kepada penulis.

(4)

8. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menunjang kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 14-Juni-2011

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR SKEMA ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 5

D. Manfaat ... 5

BAB II Tinjauan pustaka A. Konsep Nyeri ... 7

B. Seksio Sesarea ... 13

C. Pengukuran Intensitas Nyeri ... 16

D. Penatalaksanaan Nyeri... 17

E. Penatalaksanaan Nyeri NonFarmakologi ... 19

F. Tehnik Distraksi ... 20

(6)

H. Tehnik Relaksasi ... 27

I. Tehnik Relaksasi Pernafasan ... 28

BAB III Kerangka Konsep Penelitian A. Kerangka Konsep ... 32

B. Definisi operasional ... 33

C. Hipotesis ... 34

BAB IV Metodologi Penelitian A. Desain Penelitian ... 35

B. Populasi dan Sampel ... 36

C. Tempat Penelitian ... 37

D. Waktu Penelitian ... 37

E. Etika Penelitian ... 37

F. Alat Pengumpulan Data ... 38

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 39

H. Rencana Analisis Data ... 40

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 47

BAB VI Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR SKEMA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. : Distribusi responden pada kedua kelompok intervensi berdasarkan karakteristik demografi di RSU. Dr. Pirngadi Medan Februari-April tahun 2011 ………... 43 Tabel 5.2. : Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan tehnik distraksi di RSU. Dr. Pirngadi Medan Februari-April tahun 2011………...44 Tabel 5.3. : Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri sebelum dan

sesudah dilakukan tehnik relaksasi di RSU. Dr. Pirngadi Medan Februari-April tahun 2011………... 45 Tabel 5.4. : Perbedaan pengurangan intensitas nyeri sebelum dan sesudah

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Informed Concent

Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Prosedur Pelaksanaan Teknik Distraksi dan Relaksasi

Lampiran 4 : Protap Pelaksanaan Teknik Distraksi dan Relaksasi

Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 6 : Surat Pernyataan Editor Bahasa Indonesia

Lampiran 7 : Master Data Penelitian

Lampiran 8 : Hasil Out Put Data Penelitian

Lampiran 9 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

(10)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011

Sepri Elvianur

Perbedaan Perubahan Intensitas Nyeri Selama Perawatan Post Seksio Sesarea Antara Pasien Yang Menggunakan Tehnik Distraksi Dan Relaksasi Di RSUD. Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2011

vii + 52 hal + 4 tabel + 1 skema + 10 lampiran

Abstrak

Seksio sesarea adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau seksio sesarea adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam mulut rahim dan dilakukan ketika proses persalinan normal melalui jalan lahir tidak memungkinkan dikarenakan komplikasi medis (Depkes RI, 2007). Nyeri yang dirasakan pasca seksio sesarea berasal dari luka yang terdapat dari perut (Kasdu, 2003). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Tingkat dan keparahan nyeri pasca operasi terganggu pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan nyeri (Brunner & Suddart, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi adanya perbedaan perubahan intensitas nyeri antara pasien yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi selama perawatan post seksio sesarea. Tehnik distraksi dilakukan dengan pangalihan dengar yaitu dengan mendengarkan musik yang berirama klasik, sedangkan tehnik relaksasi dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam. Penelitian ini menggunakan Quasi experiment, dengan rancangan pre-test and post-test graup design. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 24 orang dan dibagi menjadi dua kelompok intervensi yaitu tehnik distraksi 12 orang, tehnik relaksasi 12 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Analisa data yang digunakan adalah uji paired t-test dan independen t-test. Hasil uji independen t-test pada penelitian ini dengan membandingkan intensitas nyeri antara kelompok responden yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna/signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p>0,05 yaitu 0,368. Dari hasil ini dapat dibuat analisa bahwa tidak ada perbedaan perubahan intensitas nyeri antara pasien yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi selama perawatan post seksio sesarea dan kedua tehnik sama-sama efektif dalam menurunkan intensitas nyeri. Dari hasil penelitian ini dinyatakan bahwa tehnik distraksi dan relaksasi dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan pada ibu post seksio sesarea.

Kata Kunci : Tehnik Distraksi Dan Relaksasi, Intensitas Nyeri

(11)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011

Sepri Elvianur

Perbedaan Perubahan Intensitas Nyeri Selama Perawatan Post Seksio Sesarea Antara Pasien Yang Menggunakan Tehnik Distraksi Dan Relaksasi Di RSUD. Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2011

vii + 52 hal + 4 tabel + 1 skema + 10 lampiran

Abstrak

Seksio sesarea adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau seksio sesarea adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam mulut rahim dan dilakukan ketika proses persalinan normal melalui jalan lahir tidak memungkinkan dikarenakan komplikasi medis (Depkes RI, 2007). Nyeri yang dirasakan pasca seksio sesarea berasal dari luka yang terdapat dari perut (Kasdu, 2003). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Tingkat dan keparahan nyeri pasca operasi terganggu pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan nyeri (Brunner & Suddart, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi adanya perbedaan perubahan intensitas nyeri antara pasien yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi selama perawatan post seksio sesarea. Tehnik distraksi dilakukan dengan pangalihan dengar yaitu dengan mendengarkan musik yang berirama klasik, sedangkan tehnik relaksasi dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam. Penelitian ini menggunakan Quasi experiment, dengan rancangan pre-test and post-test graup design. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 24 orang dan dibagi menjadi dua kelompok intervensi yaitu tehnik distraksi 12 orang, tehnik relaksasi 12 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Analisa data yang digunakan adalah uji paired t-test dan independen t-test. Hasil uji independen t-test pada penelitian ini dengan membandingkan intensitas nyeri antara kelompok responden yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna/signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p>0,05 yaitu 0,368. Dari hasil ini dapat dibuat analisa bahwa tidak ada perbedaan perubahan intensitas nyeri antara pasien yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi selama perawatan post seksio sesarea dan kedua tehnik sama-sama efektif dalam menurunkan intensitas nyeri. Dari hasil penelitian ini dinyatakan bahwa tehnik distraksi dan relaksasi dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan pada ibu post seksio sesarea.

Kata Kunci : Tehnik Distraksi Dan Relaksasi, Intensitas Nyeri

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Proses persalinan adalah proses fisiologis dari uterus untuk mengeluarkan hasil konsepsi melalui vagina. Dalam proses persalinan terkadang janin tidak bisa lahir secara spontan dikarenakan oleh faktor, misalnya adanya disproporsi sefalo-pelvik, partus lama, ruptur uteri mengancam dan lain-lain. Dalam keadaan demikian tindakan medis berupa seksio sesaria merupakan indikasi dari permasalahan tersebut diatas. Dewasa ini, cara seksio sesaria jauh lebih aman dari pada dahulu, berhubungan dengan adanya transfusi darah, antibiotika, teknik operasi yang lebih sempurna dan teknik anestesi yang lebih baik (Prawiroharjo, 2002).

(13)

Di indonesia terjadi peningkatan seksio sesaria, dimana tahun 2000 sebesar 47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19%, tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,22%, tahun 2005 sebesar 51,59%, tahun 2006 sebesar 53,68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan (Carpernito, 2009).

Dari survey awal di RSU. Dr. Pirngadi Medan terdapat angka persalinan dengan seksio sesarea dari bulan Januari-Desember tahun 2009 sebesar 105 orang sedangkan tahun 2010 dimana pada bulan Januari-Oktober sebesar 225 orang.

Tindakan operasi menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan tubuh (Wall & Jones, 1991). Untuk menjaga homeostatis, tubuh melakukan mekanisme untuk segera melakukan pemulihan pada jaringan tubuh yang mengalami perlukaan. Pada proses pemulihan inilah terjadi reaksi kimia dalam tubuh sehingga nyeri dirasakan pasien (Fields, 1987). Pada proses operasi digunakan anastesi agar pasien tidak merasakan nyeri pada saat dibedah. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar, ia akan merasakan nyeri pada bagian tubuh yang mengalami pembedahan. Nyeri yang dirasakan ibu pasca seksio sesarea berasal dari luka yang terdapat dari perut (Sjamsuhidajat, 2005).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Tingkat dan keparahan nyeri pasca operatif terganggu pada fisiologis psikolgis individu dan toleransi yang ditimbulkan nyeri (Hidayat, 2008).

(14)

murah, simple, efektif dan tanpa efek yang merugikan (Burns & Blamey, 1994; Cook & Wilcox, 1997). Relaksasi, tehnik distraksi, massage, hidroterapi, terapi panas/dingin, quided imagery, akupresur, aromaterapi merupakan beberapa tehnik nonfarmakologi yang dapat menurunkan intensitas nyeri (Arifin, 2008).

Saat ini banyak dilakukan tehnik untuk menanggulangi nyeri pada post seksio sesarea. Salah satu tehnik tersebut adalah manajemen nyeri dengan cara nonfarmakologi yang dapat dilakukan dengan tehnik distraksi dan relaksasi. Tehnik distraksi dan relaksasi adalah merupakan bagian dari metode nonfarmakologi hal ini dikarenakan kedua metode ini mengendalikan nyeri dengan melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan membuat pasien yang mengalami nyeri dapat mengendalikan rasa nyeri yang dialaminya. Hal ini tentu sangat berguna dalam proses penyembuhan dan perhilangan terhadap rasa nyeri, cemas dan perilaku menyimpang yang dapat merugikan pasien itu sendiri (Stewart, 1996).

Tehnik distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami. Dasar teori distraksi adalah teori gate control (Cummings 1981: 62). Teori ini menjelaskan bahwa pada spina cord, sel-sel reseptor yang menerima stimulasi nyeri periferal dihambat oleh stimulasi dari serabut-serabut saraf yang lain. Jika seseorang

menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau dirakan oleh klien). Stimulasi yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulasi nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang (Priharjo, 2003).

(15)

Musik sebagai terapi telah dikenal sejak 550 tahun Masehi, dan ini dikembangkan oleh Pythagoras dari Yunani. Berdasarkan penelitian di State University of New York di Buffalo, sejak mereka menggunakan terapi musik kebutuhan akan obat

penenang pun turun dratis hingga 50%. Musik juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan nyeri sehingga musik dapat digunakan untuk mengalihkan rasa nyeri sehingga pasien merasa nyeri nya berkurang (Salampessy, 2004).

Relaksasi merupakan tehnik relaksasi bernafas yakni tehnik pereda nyeri yang banyak memberikan masukan terbesar karena tehnik relaksasi adalah tehnik untuk mencapai kondisi rileks. Studi yang dilakukan oleh National Birthday Trust terhadap 1000 wanita menunjukkan bahwa 90% wanita merasakan mamfaat relaksasi untuk meredakan nyeri (Findley, 1999) .Salah satu tehnik relaksasi yaitu relaksasi pernafasan (Schott dan Priest, 2002).

Tehnik relaksasi pernafasan dapat menghilangkan nyeri post operasi, karena aktivitas-aktivitas di serat besar dirangsang oleh tindakan ini, sehingga gerbang untuk aktifitas serat berdiameter kecil (nyeri) tertutup (Smeltzer & Bare, 2002).

(16)

B.Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, apakah ada perbedaan perubahan intensitas nyeri selama perawatan post Seksio Sesarea antara pasien yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi?

C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengindentifikasi Perbedaan Perubahan Intensitas Nyeri Selama Perawatan Post Seksio Sesarea antara Pasien yang menggunakan Tehnik Distraksi dan Relaksasi di RSU. Dr. Pringadi Medan

2. Tujuan Khusus

a. Mengindentifikasi karakteristik ibu post Seksio Sesarea di RSU. Dr. Pringadi Medan

b. Mengindentifikasi Perbedaan Intensitas Nyeri Selama Perawatan Post Seksio Sesarea dengan menggunakan Tehnik Distraksi di RSU. Dr. Pringadi Medan

c. Mengindentifikasi Perbedaan Intensitas Nyeri Selama Perawatan Post Seksio Sesarea dengan menggunakan Tehnik Relaksasi di RSU. Dr. Pringadi Medan

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Praktek Kebidanan

(17)

dalam memberikan intervensi pada ibu selama perawatan post Seksio Sesarea

2. Bagi Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai perbedaan perubahan intensitas nyeri selama perawatan post Seksio Sesarea antara pasien yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi.

3. Masyarakat

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP NYERI 1. Pengertian

Nyeri menurut kebanyakan ahli, sebagai suatu fenomena misterius yang tidak dapat didefinisikan secara khusus. Menurut Brunner dan Suddart pengertian nyeri dalam kebidanan adalah sesuatu yang dikatakan oleh pasien, kapan saja adanya nyeri tersebut. Sedangkan Wolf Firest (dalam Depkes RI, 1997) mendefinisikan nyeri sebagai suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang dapat menimbulkan ketegangan. Menurut Arthur Custon (Depkes RI, 1997), nyeri adalah suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul bilamana jaringan sedang dirusakkan dan menyebab individu bereaksi untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri.

Nyeri merupakan kondisi berupa kondisi perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri:

(19)

b. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.

c. Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.

d. Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional (Hidayat, 2008, hlm. 126).

2. Teori Nyeri Dan Proses Terjadi nyeri

Ada empat macam teori nyeri yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Teori pemisahan (specificity theory). Menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke medula spinalis (spina cord) melalui karnu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior. Kemudian naik ken tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

b. Teori pola (Pattern Theory) adalah rangsangan nyeri masuk melalui akar gangliondorsal medulla spinalis dan rangsangan aktifitas sel T. Hal ini

(20)

kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala), persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan, lalu

otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.

c. Teori pengendalian gerbang (gate control theory) yang dikemukakan oleh Melzak dan Wall. Teori ini lebih komprehensip dalam menjelaskan tranmisi dan persepsi nyeri. Rangsangan atau impuls nyeri yang disampaikan oleh syaraf perifer aferen ke korda spinalis dapat dimodifikasi sebelum tramisi ke otak. Sinaps dalam dorsal medulla spinalis beraktifitas seperti pintu untuk mengijinkan impuls masuk ke otak. Kerja kontrol gerbang ini menguntungkan dari kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam rangsangan akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat akan meningkatkan aktifitas subtansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu sehingga katifitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rasa nyeri terhambat juga. Rangsangan serat besar ini dapat langsung merangsang ke korteks serebri dan hasil persepsinya akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinya mempengaruhi aktifitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktifitas substansi gelatinosa dan membuka pintu mekanisme sehingga aktifitas sel T meningkat yang akan menghantarkan ke otak.

(21)

3. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah :

a. Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

b. Jenis Kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya.

c. Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri (misal, suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri).

d. Makna Nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman/persepsi seseorang terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya.

e. Perhatian

(22)

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Teknik relaksasi, guided imagery merupakan teknik untuk mengatasi nyeri.

f. Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.

g. Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri.

h. Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

i. Support keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan (Potter dan Perry, 2006, hlm. 1511-1515).

4. Klasifikasi Nyeri

a. Klasifikasi nyeri secara umum terdiri dari : 1) Nyeri akut

(23)

peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah.

2) Nyeri kronik

Nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti dengan berbagai macam gangguan. Terjadi lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya, dimulai setelah detik pertama dan meningkat perlahan sampai beberapa detik atau menit. Nyeri ini biasanya berhungan dengan kerusakan jaringan. Nyeri ini bersifat terus-menerus atau intermitten.

b. Klasifikasi nyeri secara spesifik terdiri dari : 1) Nyeri somatik dan Nyeri viseral

Bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superfisial), yaitu pada otot dan tulang.

2) Nyeri menjalar

Nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral.

3) Nyeri psikogenik

Nyeri yang tidak diketahui secara fisik, biasanya timbul akibat psikososial. 4) Nyeri phantom

Nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstermitas diamputasi. 5) Nyeri neorologis

(24)

B. SEKSIO SESAREA 1. Pengertian

Seksio sesarea adalah Suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Sarwono, 2002,).

Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Prawirohardjo, 2005).

Seksio sesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi media, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran umum (Dewi, 2007)

2. Indikasi

Indikasi seksio sesarea antara lain : disproporsi janin-panggul, gawat janin, plasenta previa, pernah seksio sesarea, kelainan letak, partus tak maju, kehamilan dengan resiko tinggi, pre-eklampsia dan hipertensi (Prawirohardjo, 2005).

3. Klasifikasi

Dikenal beberapa jenis seksio sesarea antara lain :

a. SC klasik atau corporal : insisi memanjang pada segmen atas uterus.

b. SC transperitonealis profunda : insisi pada segmen bawah rahim, paling sering dilakukan, adapun kerugiannya adalah terdapat kesulitan dalam mengeluarkan janin sehingga memungkinkan terjadi nya perluasan luka insisi dan dapat menimbulkan pendarahan.

(25)

d. Memanjang (secara kroniq)

e. SC ekstra peritonealis : seksio yang dilakukan tanpa insisi peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum keatas dan kandung kemih ke bawah atau ke garis tengah, kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen bawah.

f. SC Hysterectomi : dengan indikasi atonia uteri, plasenta accrete, myoma uteri, infeksi intra uterin berat (Prawirohardjo, 2005).

4. Masalah keperawatan Pasca Operasi

a. Nyeri (Akut), berhubungan dengan trauma mekanik pasca operasi SC

b. Mekanis pada kulit/jaringan dan kerusakan Integritas Kulit/Jaringan, berhubungan dengan interupsi

c. Reziko tinggi perubahan perfusi jaringan, berhubungan dengan gangguan aliran vena, arteri.

d. Kurang pengetahuan, berhubungan dengan keterbatasan kognitif (Carpenito, 2009).

5. Nyeri Post Seksio Sesarea

(26)

Toxonomi Comitte of The International Assocation mendefinisikan nyeri

post operasi sebagai sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosi yang berhubungan dengan kerusakan jaringan potensial nyata atau menggambarkan terminologi suatu kerusakan. Nyeri post operasi akan meningkatkan stres post operasi dan memiliki pengaruh negatif pada penyembuhan nyeri. Kontrol nyeri sangat penting sesudah pembedahan, nyeri yang dibebaskan dapat mengurangi kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam, dapat mentoleransi mobilisasi yang cepat. Pengkajian nyeri dan kesesuaian analgesik harus digunakan untuk memastikan bahwa nyeri pasien post operasi dapat dibebaskan (Potter dan Perry, 2006).

Secara umum respon pasien terhadap nyeri terbagi atas: (1) respon perilaku, dan (2) respon yang dimanifestasikan oleh otot dan kelenjer otonom.

(27)

C. PENGUKURAN INTENSITAS NYERI

Menurut Perry dan Potter (2006), nyeri tidak dapat diukur secara objektif misalnya dengan X-Ray atau tes darah. Namun tipe nyeri yang muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda dan gejalanya. Kadang-kadang bidan hanya bisa mengkaji nyeri dengan berpatokan pada ucapan dan prilaku klien. Klien kadang-kadang diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya tersebut sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat. Bagaimanapun makna dari istilah tersebut berbeda antara klien dan bidan. Tipe nyeri tersebut berbeda pada setiap waktu. Gambaran skala nyeri merupakan makna yang lebih objektif yang dapat diukur. Gambaran skala nyeri tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dapat mengevaluasi perubahan kondisi klien. Ada tiga cara mengkaji intensitas nyeri yang biasa digunakan antara lain :

1. Gambaran sederhana skala intensitas nyeri

2. 0 – 10 angka skala intensitas nyeri

(28)

3. Skala Analog Visual (VAS)

Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri. Untuk menentukan derajat nyeri, bidan dapat menanyakan klien tentang nyeri yang dirasakan dengan menggunakan skala numerik 0-10 atau skala yang serupa lainnya yang membantu menerangkan bagaimana intensitas nyerinya (Reeder dan Mark 1995). Nyeri yang ditanyakan pada skala tersebut adalah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi nyeri untuk mengevaluasi keefektifannya. Cara mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka skala intensitas nyeri, yaitu : 0 tidak nyeri.

Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala numerik yaitu:

1. 0 : Tidak nyeri 2. 1 – 2 : Nyeri ringan 3. 3 – 5 : Moderat/ sedang 4. 6 – 7 : Severe/ berat

5. 8 – 10: Sangat berat (Kinney, 2002).

D. PENATALAKSANAAN NYERI

Penatalaksanaan nyeri berarti menentukan jenis nyeri yang dialami, kemudian menentukan jenis pengobatan yang cocok. Ini proses yang seharusnya melibatkan pasien

No Pain as it Possible

(29)

yang menderita nyeri beserta tenaga medis. Jangan merasa malu atau kurang ’jantan” karena mengeluhkan nyeri. Nyeri adalah tanda bahwa ada masalah dengan tubuh kita. Tujuan penatalaksanaan rasa nyeri adalah agar memberdayakan orang untuk menangani nyerinya sendiri. Jika kita dirawat dirumah, ini berarti kita harus dibimbing untuk menyesuaikan obat yang dipakai atau bagaimana memakai obat dengan terpi tradisional. Jika kita dirumah sakit, kita harus mampu memberitahukan perawat mengenai jenis rasa nyeri yang dialami dan tingkat keberhasilan pengobatan agar dapat disesuaikan (Priharjo, 2003)

Metode penatalaksanaan nyeri mencakup pendekatan farmakologi dan non-farmakologi. Pendekatan farmakologi lebih mahal, dan berpotensi mempunyai efek yang kurang baik. Sedangkan metode nonfarmakologi lebih murah, simple, efektif dan tanpa efek yang merugikan (Burns & Blamey, 1994; Cook & Wilcox, 1997). Relaksasi, pergerakan dan perubahan posisi, massage, hidroterapi, terapi panas/dingin, musik akupresur, aromaterapi merupakan beberapa teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri (Arifin, 2008).

(30)

E. PENATALAKSANAAN NYERI NONFARMAKOLOGI

Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang obat sebagai salah satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun begitu banyak aktifitas keperawatan nonfarmakologi yang membantu dalam menghilangkan nyeri. Bentuk-bentuk penatalaksanaan nonfarmakologi menurut Smeltzer & Bare (2002) :

1. Stimulasi dan Massage

Massage adalah stimulasi tubuh secara umum, sering dipusatkan pada pinggang dan bahu, massage menstimulasi reseptor tidak nyeri, massage juga membantu pasien lebih nyaman karena membuat relaksasi otot.

2. Terapi Es dan Panas

Terapi Es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri. Agar efektif es harus diletakkan di area sekitar pembedahan. Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah yang dapat mempercepat penyembuhan dan penurunan nyeri.

3. Stimulasi Syaraf Elektris Transkutan ( TENS)

TENS merupakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektrode yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan atau menggetar pada area nyeri. Mekanisme ini sesuai dengan teori gate kontrol dimana mekanisme ini akan menutup transmisi sinyal nyeri ke otak pada jaras asenden sistem syaraf pusat untuk menurunkan intensitas nyeri.

4. Tehnik Distraksi

(31)

yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan trasmisi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri.

5. Tehnik Relaksasi

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress yang mampu memberikan individu kontrol ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri fisik dan emosi pada nyeri.

6. Hipnosis

Efektif menurunkan nyeri akut dan kronis. Teknik ini mungkin membantu pereda nyeri terutama dalam periode sulit.

Berdasarkan uraian dari teori diatas ada 6 jenis metode nonfarmakologi yang digunakan untuk mengurangi nyeri. Karena sesuai dengan judul, peneliti mengambil 2 dari 6 jenis tersebut yaitu Tehnik Distraksi dan Tehnik Relaksasi.

F. TEHNIK DISTRAKSI 1. Pengertian

Distraksi adalah tehnik pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulasi yang lain. Distraksi diduga dapat menurunkan nyeri, menurunkan persepsi nyeri dengan stimulasi sistem kontrol desendens, yang mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri (Smeltzer & Bare, 2002, hlm. 233).

(32)

teman-teman sangat efektif dalam meredakan nyeri. Orang lain mungkin akan mendapatkan peredaan nyeri melalui permainan dan aktifitas yang membutuhkan konsentrasi. Tidak semua pasien mencapai peredaan nyeri melalui distraksi, terutama mereka yang mengalami nyeri hebat. Dengan nyeri hebat klien mungkin tidak dapat berkonsentraksi cukup baik untuk ikut serta dalam aktivitas mental atau fisik yang kompleks (Young & Koopsen, 2007).

2. Jenis Tehnik Distraksi a. Distraksi visual

Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.

b. Distraksi pendengaran

Diantaranya mendengarkan musik yang disukai, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.

c. Distraksi bernafas ritmik

(33)

melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase pada bagian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri.

d. Distraksi intelektual

Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran (ditempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita. e. Distraksi imajinasi terbimbing

Adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur membebaskan diri dari perhatian terhadap nyeri (Young & Koopsen, 2007). Berdasarkan uraian dari teori ada 5 jenis teknik Distraksi yang digunakan untuk mengurangi nyeri, karna keterbatasan waktu, peneliti hanya mengambil 1 dari 5 jenis teknik tersebut. Salah satu teknik distraksi adalah terapi mendengarkan musik bertujuan untuk menurunkan nyeri pada post operasi.

G. TEKNIK DISTRAKSI PENDENGARAN 1. Pengertian Terapi Musik

(34)

Di sebuah studi lainnya, Ralph Spintge, M.D., direktur pelaksana dari Internasional Sosial for Musik in Medicine yang berdomilisi di jerman,

mengadakan efek musik pada kurang lebih 97.000 orang pasien sebelum, selama dan sesudah operasi. Ia menemukan bahwa 97 persen pasien mengatakan bahwa musik membantu mereka rileks. Musik yang seluruhnya lembut terutama membantu sekali (Salampessy, 2004).

Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik (Potter, 2005), seseorang terapis untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spritual. Dalam kedokteran, terapi musik disebut sebagai terapi pelengkap (Complementary Medicine), potter juga mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang

digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik, instrumentalia, dan slow musik (Young dan Koopsen, 2007).

(35)

2. Mamfaat Terapi Musik

Terapi musik dapat digunakan diberbagai jenis perawatan kesehatan, mulai dari kelahiran hingga sekarat maut. Musik digunakan untuk beberapa alasan antara lain:

a. Untuk meredakan rasa sakit yang berkaitan dengan anasthesia atau pengurangan sakit

b. Untuk menenangkan pasien

c. Untuk mengurangi kegelisahan selama melahirkan

d. Efek mozart, adalah salah satu istilah untuk efek yang bisa dihasilkan sebuah musik yang dapat meningkatkan intelegensia seseorang

e. Refresing, pada saat pikiran seseorang lagi kacau atau jenuh, dengan mendengarkan musik walaupun sejenak, terbukti dapat menenangkan dan menyegarkan pikiran kembali

f. Motivasi, hal yang hanya bisa dilahirkan dengan “feeling” tertentu. Apabila ada motivasi, semangatpun akan muncul

g. Berbagai penelitian dan literatur menerangkan tentang mamfaat musik untuk kesehatan, baik untuk kesehatan fisik maupun mental, beberapa penyakit yang dapat ditangani dengan musik antara lain: kanker, stroke, dimensi, nyeri, gangguan kemampuan belajar, dan bayi prematur (Young dan Koopsen, 2007).

3. Karakteristik Terapi Musik

(36)

menyebabkan pernafasan menjadi lebih rileks dan menurunkan denyut jantung, karena orang yang mengalami nyeri denyut jantung meningkat, (c) menciptakan rasa nyaman, pasien yang berada pada ruang perawatan dapat merasa cemas dengan lingkungan yang asing baginya dan akan merasa lebih nyaman jika mereka mendengarkan musik yang mempunyai arti bagi mereka.

Terapi musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi, mempercepat penyembuhan, meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Musik dapat mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut jantung dan tekanan darah. Musik juga dapat menurunkan kadar hormon kortisol yang meningkat pada saat stres. Musik juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan nyeri (Young dan Koopsen, 2007).

Keunggulan terapi musik yaitu: (a) lebih murah dari pada analgesia, (b) prosedur non-invasif, tidak melukai pasien, (c) tidak ada efek samping, (d) penerapannya luas, bisa diterapkan pada pasien yang tidak bisa diterapkan terapi secara fisik untuk menurunkan nyeri (Young dan Koopsen, 2007).

Menurut Potter (2005), musik dapat digunakan untuk penyembuhan, musik yang dipilih pada umumnya musik lembut dan teratur seperti instrumentalia/ musik klasik mozart.

4. Terapi Musik Klasik Mozart

(37)

bahwa musik klasik mozart bisa mengurangi nyeri pasien. Dibandingkan musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada musik klasik mozart mamapu merangsang dan memberdayakan kreatifitas dan motivatif diotak. Namun, tidak berarti karya komposer klasik lainnya tida dapat digunakan (Andreana, 2006).

5. Proses Penurunan Nyeri Dengan Terapi Musik Klasik Mozart

Terapi musik klasik mozart dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori Gate Control, bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme

pertahanan disepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahawa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Salah satu cara menutup mekanisme pertahanan ini adalah dengan merangsang sekresi endorfin yang akan menghambat pelepasan substansi P. Musik klasik mozart sendiri juga dapat merangsang peningkatan hormon endorfin yang merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh. Sehingga pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya substansi p akan menghasilkan impuls. Pada saat tersebut, endorfin akan memblokir lepasnya substansi P dari neuron sensorik, sehingga sensasi nyeri menjadi berkurang (Andreana, 2006).

6. Menggunakan Musik Klasik Untuk Mengontrol Nyeri

(38)

a. Pilih musik klasik yang sesuai dengan selera klien. Pertimbangkan usia dan latar belakang

b. Gunakan earphone supaya tidak menganggu klien atau staf yang lain dan membantu klien berkonsentrasi pada musik.

c. Pastikan tombol-tombol kontrol di radio atau pesawat tape mudah ditekan. Dimanipulasi dan dibedakan

d. Apabila nyeri klien rasakan akut, kuatkan volume musik. Apabila nyeri berkurang, kurangi volume

e. Minta klien berkonsentrasi pada musik dan mengikuti irama dengan mengetuk-ngetukkan jari atau menepuk-nepuk paha

f. Instruksikan klien untuk tidak menganalisa musik:”Nikmati musik kemana pun musik membawa anda”.

g. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat memberikan efek terapeutik

H. TEHNIK RELAKSASI 1. Pengertian Relaksasi

(39)

Relaksasi merupakan membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan yang dengan sengaja diupayakan dan dipraktekkan. Kemampuan untuk relaksasi secara disengaja dan sadar dapat dimamfaatkan sebagai pedoman mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri. Relaksasi pernafasan biasanya dilakukan selama 15- 20 menit (Indriarti, 2009).

2. Jenis-jenis Relaksasi

Jenis-jenis relaksasi antara lain:

a. Relaksasi pernafasan

b. Gambaran dalam fikiran (Imagery) c. Regangan

d. Senaman

e. Progressive muscular relaxation f. Bertafakur

g. Yoga

I. RELAKSASI PERNAFASAN

1. Pengertian

(40)

intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).

Teknik relaksasi pernafasan dapat menghilangkan nyeri post operasi, karena aktivitas-aktivitas di serat besar dirangsang oleh tindakan ini, sehingga gerbang untuk aktifitas serat berdiameter kecil (nyeri) tertutup (Smeltzer & Bare, 2002).

2. Tujuan Tehnik Relaksasi Pernafasan

Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan relaksasi pernafasan adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.

3. Penatalaksanaan Tehnik Relaksasi Pernafasan

Ada banyak cara untuk mengatasi rasa nyeri dan stres. Keterampilan mengatasi nyeri dan langkah-langkah kenyamanan ini dapat ibu gunakan selama perawatan luka post sectio caesaria, sehingga ibu mampu rileks dan menangani rasa nyeri (Whalley, Simkin, Keppleer, 2008, hlm. 157)

Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan antara lain:

(41)

Berbaring telentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit, kedua tangan rileks di samping dibawah lutut dan kepala diberi bantal

b. Posisi relaksasi dengan berbaring miring

Berbaring miring, kedua lutut ditekuk, dibawah kepala diberi bantal dan dibawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut tidak menggantung

c. Posisi relaksasi dalam keadaan berbaring terlentang

Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan disamping telinga

d. Posisi relaksasi dengan duduk

Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau diatas tempat tidur, kedua kaki tidak boleh mengantung (Smeltzer & Bare, 2002).

4. Prosedur Tehnik Relaksasi Pernafasan

(42)

berlatih relaksasi, cobalah berbaring menyamping dengan tumpukan bantal, atau duduk membuat ibu merasa nyaman. Setelah belajar rileks dalam posisi ini, praktikkan relaksasi nafas dalam (Priharjo, 2003).

Adapun langkah-langkah teknik relaksasi pernafasan adalah sebagai berikut :

a. Ciptakan lingkungan yang tenang b. Usahakan tetap rileks dan tenang

c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3,4

d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks

e. Ketika menghembuskan nafas, hitung sampai tiga atau empat lagi, usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil dipejam

f. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri

g. Cobalah bernafas melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut, embuskan nafas dari mulut dengan lembut. Banyak ibu merasa lebih enak mengeluarkan suara saat menghembuskan nafas, misalnya “fuuuuuuuuh”

(43)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan uraian dari teoritis kepustakaan, peneliti hanya mengambil 2 jenis dari salah satu penatalaksanaan nonfarmakologi yaitu tehnik distraksi dan relaksasi yang digunakan untuk mengetahui intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesarea.

Adapun variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Kerangka konsep ini dilihat untuk melihat adanya perbedaan perubahan intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesarea antara pasien yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011.

Tehnik Distraksi

Tehnik Relaksasi

Nyeri Selama Perawatan Post Seksio

Pre Test

(44)

B. Defenisi Operasional

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep diatas maka defenisi operasional dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Variabel

Penelitian Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur

Skala

Tingkat atau kekuatan sensasi

ketidaknyamanan yang dirasakan ibu selama perawatan post seksio sesaria, pasien 4 jam sampai 3 hari post seksio sesarea yang diukur dengan skala nyeri numerical rating skala (0-10) dengan cara pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah intervensi.

Kuesionar Wawancara Observasi

Tehnik pengalihan fokus perhatian terhadap nyeri yang menggunakan musik dengan cara mendengarkan selama 15 menit dengan menggunakan musik klasik Mozart yang diberikan kepada pasien yang mengalami nyeri selama perawatan post seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan.

Walkman beserta handsfree nya.

(45)

Tehnik Relaksasi

Tehnik pengalihan fokus perhatian terhadap nyeri dengan cara menarik nafas dalam sampai 15 kali yang diberikan kepada pasien yang

mengalami nyeri selama perawatan post seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan.

- - - -

C. Hipotesis

(46)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi eksperimen, pre-test and post-test desain yang terdiri dari 2 kelompok dan masing-masing kelompok

diberikan intervensi yang berbeda. Dengan cara pengukuran sebelum dan sesudah intervensi. Pada rancangan ini tidak ada kelompok perbandingan (kontrol), tetapi dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti untuk menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (postest).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah ibu post seksio sesarea di RSU. Dr Pirngadi Medan. Yang dalam survey awal terdapat jumlah ibu post seksio sesarea dalam bulan Oktober tahun 2010 di RSU. Dr Pirngadi tersebut kira-kira lebih kurang sebanyak 32 Orang.

2. Sampel

(47)

Adapun kriteria sampel penelitian ini adalah pasien yang mempunyai keluhan nyeri selama perawatan post seksio sesarea, pasien 4 jam sampai 3 hari post seksio sesaria, pada saat wawancara ibu tidak dalam kelelahan dan fisik serta fsikologi ibu sehat, dan bersedia menjadi responden. Menentukan sampel dengan menggunakan ketetapan absolute dan menggunakan rumus :

n =

Keterangan : n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

d = Ketetapan relatif yang telah ditetapkan oleh peneliti (0,05)

(Nursalam, 2008)

Diketahui : N = 32

n =

n =

n =

30

(48)

Setelah dilaksanakan penelitian dari bulan Februari-April 2011, sampel yang sesuai dengan kriteria peneliti hanya mencapai 24 orang ibu post seksio sesarea dan dibagi menjadi dua kelompok intervensi yaitu tehnik distraksi dan tehnik relaksasi. Masing-masing kelompok terdiri dari 12 orang ibu post seksio sesarea.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU. Dr. Pirngadi Medan tepatnya di ruang Rawat Inap Tanjung II/ Ruang V. Alasan peneliti memilih rumah sakit ini karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan dan diperkirakan jumlah populasi yang cukup banyak sehingga memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2010 - April 2011 di RSU. Dr. Pirngadi Medan.

E. Etika Penelitian

(49)

dan proses penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan setelah pengumpulan data.

Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent) tersebut. Jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya tanpa ada tekanan fisik ataupun psikologis.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama lengkap tetapi hanya mencantumkan inisial nama responden atau memberi kode pada masing-masing lembar kuesioner. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan sebagai hasil peneliti.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner. Bagian pertama berisi tentang pengkajian data demografi ibu bersalin yang meliputi : nama ibu (inisial), usia, status pekerjaan, pendidikan, diisi oleh peneliti. Bagian kedua berisi tentang pertanyaan yang menggambarkan intensitas nyeri ibu post seksio sesarea berdasarkan skala intensitas nyeri (0-10), dengan menanyakan kepada ibu tentang besar kekuatan nyeri yang dirasakannya, sebelum dan setelah intervensi dilakukan diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan skala nyeri yang ibu rasakan.

(50)

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data sebagai berikut :

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan dari institusi pendidikan yaitu Program DIV Bidan Pendidik, Fakultas Keperawatan Sumatera Utara dan izin dari RSU. Dr Pirngadi Medan.

Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan tentang manfaat penelitian, prosedur penelitian dan cara pengisian kuesioner kepada calon responden. Selanjutnya peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

Responden yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi kriteria dikelompokkan menjadi dua kelompok sesuai dengan intervensi teknik yang diujicobakan. Peneliti mengkaji derajat nyeri yang dialami responden pada kedua kelompok sebelum dilakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri dengan menanyakan kepada responden besar kekuatan nyeri yang dialaminya, menggunakan skala intensitas nyeri (0-10). Kemudian peneliti melaksanakan intervensi yang dilakukan oleh ibu selama perawatan post seksio sesarea atas bimbingan peneliti dan sambil memperhatikan keadaan pasien. Setelah intervensi dilakukan peneliti mengkaji kembali derajat nyeri pada responden sesuai dengan kuisioner yang telah disiapkan. Data yang telah diperoleh akan dikumpulkan untuk dianalisa.

(51)

pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah nyeri, biarkan selama 15 menit agar individu berkonsentrasi pada musik.

Pada kelompok kedua, ibu mendapatkan perlakuan berupa relaksasi pernafasan yaitu dengan cara pasien dalam posisi terlentang dengan posisi setengah duduk, usahakan tetap rilek dan tenang, menarik nafas dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3,4, perlahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rilek, ketika menghembus nafas hitung sampai empat lagi, usahakan agar tetap konsentrasi/mata sambil terpejam, pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah nyeri, ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

H. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data dengan memeriksa kembali semua kuesioner satu persatu yakni nama dan identitas serta data responden dan memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk. Kemudian memberi kode terhadap semua pertanyaan yang telah diajukan guna mempermudah peneliti ketika untuk mengadakan tabulasi dan analisa data dengan bantuan komputerisasi.

Stastistik deskriptif digunakan untuk mengetahui frekuensi sebaran karakteristik demografi ibu post seksio sesarea.

Statistik inferensial digunakan untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah tehnik intervensi yaitu dengan uji statistik Paired sample t-test.

(52)
(53)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang perbedaan perubahan intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesarea antara yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi. Penelitian ini dilaksanakan di RSU. Dr. Pirngadi Medan tepatnya di ruang Rawat Inap Tanjung II/ Ruang V pada bulan Februari – April tahun 2011. Jumlah responden adalah 30 orang. Namun, ada keterbatasan sampel karena pada saat dilakukan penelitian kebanyakan responden tidak termasuk kriteria peneliti. Yang memenuhi kriteria 24 orang ibu post seksio sesarea yang menjadi subjek penelitian dan dibagi menjadi 2 kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberikan tehnik distraksi dan kelompok yang diberikan tehnik relaksasi. Masing-masing kelompok terdiri dari 12 orang ibu seksio sesarea.

(54)

1. Karakteristik Demografi Responden

Berikut ini data hasil penelitian tentang karakteristik ibu post seksio sesarea pada semua kelompok intervensi.

Tabel 5.1

Distribusi responden pada kedua kelompok intenvensi berdasarkan kerakteristik demografi di RSU. Dr. Pirngadi Medan

Februari-April tahun 2011 ( N 24)

Karakteristik demografi responden

Tehnik Distraksi Tehnik Relaksasi Frekuensi Persentase

(55)

Berdasarkan tabel 5.1. dapat digambarkan bahwa sebagian besar responden pada tehnik distraksi berada pada usia 20-35 tahun sebanyak 6 orang (50%), status pekerjaan sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 7 orang (58,3%), paritas sebagian besar responden berada pada paritas 1 sebanyak 6 orang (50%), dan pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 8 orang (66,7%). Sedangkan pada tehnik relaksasi sebagian besar responden berada pada usia 20-35 tahun sebanyak 7 orang (58,3%), status pekerjaan sebagian besar responden bekerja sebanyak 7 orang (58,3%), paritas sebagian besar responden berada pada paritas 1 sebanyak 6 orang (50%), dan pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 6 orang (50%).

2. Intensitas Nyeri Responden Sebelum dan Sesudah Intervensi

Intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi pada masing-masing kelompok digunakan uji statistik Paired Sampel T-Test

a. Tehnik Distraksi

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah dilakukan Tehnik Distraksi di RSU. Dr. Pirngadi Medan Februari-April 2011

(56)

Berdasarkan tabel di atas responden pada kelompok tehnik distraksi sebelum dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri 3,33 dengan standar deviasi 1,231, sedangkan setelah dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri 2,00 dengan standar deviasi 1,128, beda rata-rata nya yaitu 1,333 dan nilai t hitung pada masing-masing kelompok lebih besar dari t tabel (t=1,796) nilai probalitas p<0,05 (0,001), sehingga dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan tehnik distraksi yang diteliti terdapat perbedaan yang bermakna/signifikan, berdasarkan intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi selama perawatan post seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan 2011.

b. Tehnik Relaksasi

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah dilakukan Tehnik Relaksasi di RSU. Dr. Pirngadi Medan Februari-April 2011

Intensitas

(57)

berdasarkan intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi selama perawatan post seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan 2011.

3. Perbedaaan Perubahan Intensitas Nyeri Selama Perawatan Post Seksio Sesarea pada kedua Kelompok Intervensi

Untuk mengetahui perbedaan perubahan intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesarea pada kedua kelompok dilakukan dengan menggunakan uji statistik t-Independent.

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah dilakukan Tehnik Distraksi dan Relaksasi di RSU. Dr. Pirngadi Medan

Februari-April 2011

Kelompok Intervensi Mean SD Sig (p) t

Tehnik Distraksi 1,333 0,492

0,368 0,920 Tehnik Relaksasi 1,167 0,389

(58)

B. PEMBAHASAN

1. Interpretasi dan Diskusi hasil

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menjawab pertanyaan mengenai perbedaan perubahan intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesarea antara yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi.

a. Tehnik Distraksi

Dari hasil uji t-dependent diperoleh hasil penelitian responden pada kelompok tehnik distraksi sebelum dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri 3,33 dengan standar deviasi 1,231, sedangkan setelah dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri 2,00 dengan standar deviasi 1,128, beda rata-rata nya yaitu 1,333 dan nilai t hitung pada masing-masing kelompok lebih besar dari t tabel (t=1,796) nilai probalitas p<0,05 yaitu 0,001.

Tamsuri (2007) mengatakan bahwa tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya inpuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh pasien).

Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan pertipasi aktif individu, banyak modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi otak akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri (Priharjo, 2003).

(59)

kebutuhan akan obat penenang pun turun dratis hingga 50%. Musik juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan nyeri sehingga musik dapat digunakan untuk mengalihkan rasa nyeri sehingga pasien merasa nyeri nya berkurang (Salampessy, 2004).

b. Tehnik Relaksasi

Dari hasil penelitian responden pada kelompok tehnik relaksasi sebelum dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri 2,75 dengan standar deviasi 0,754, sedangkan setelah dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri 1,58 dengan standar deviasi 0,669, beda rata-rata nya yaitu 1,167 dan nilai t hitung pada masing-masing kelompok lebih besar dari t tabel (t=1,796) nilai probalitas p<0,05 yaitu 0,001.

. Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan relaksasi pernafasan adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun

emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. Tehnik ini juga dapat menghilangkan nyeri post operasi, karena aktivitas-aktivitas di serat besar dirangsang oleh tindakan ini, sehingga gerbang untuk aktifitas serat berdiameter kecil (nyeri) tertutup.

(60)

c. Perbedaan Tehnik Distraksi dan Relaksasi dalam Perubahan Intensitas Nyeri Selama Perawatan Post Seksio Sesarea

Hasil uji independent t-test dengan membandingkan intensitas nyeri antara kelompok responden yang mendapatkan tehnik distraksi dengan yang mendapatkan tehnik relaksasi menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna/signifikan. Hal ini ditunjukan dengan nilai t hitung pada masing-masing kelompok lebih kecil dari t tabel (t=1,721) dan nilai p>0,05 yaitu 0,368.

Dari hasil ini dapat dibuat analisa bahwa tidak ada perbedaan antara tehnik distraksi dan relaksasi dalam perubahan intensitas nyeri dan kedua tehnik sama-sama efektif dalam menurunkan nyeri. Tehnik distraksi dan relaksasi adalah merupakan bagian dari metode nonfarmakologi hal ini dikarenakan kedua metode ini mengendalikan nyeri dengan melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan membuat pasien yang mengalami nyeri dapat mengendalikan rasa nyeri yang dialaminya (Stewart, 1996).

Dari uraian di atas maka hipotesa penelitian dapat di jawab bahwa hasil penelitian diperoleh nilai t hitung pada masing-masing kelompok lebih kecil dari t tabel (t=1,721) dan nilai probalitas p>0,05 yaitu 0,368, menunjukan tidak ada perbedaan perubahan intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesarea antara pasien yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi, dan ada perbedaan intensitas nyeri yang dirasakan responden sebelum dan setelah dilakukan intervensi pada masing-masing kelompok.

2. Keterbatasan penelitian a. Sampel

(61)

wawancara ibu tidak dalam kelelahan dan fisik serta fsikologi ibu sehat, dan bersedia menjadi responden tidak terpenuhi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Responden pada penelitian ini diperoleh 24 orang dan dianalisis dengan uji statistik t-dependent dan uji t-independent. Jumlah responden pada penelitian seharusnya 30 orang, namun responden yang ditemukan 24 orang, karena tidak memenuhi kriteria yaitu pada saat wawancara ibu dalam kelelahan fisik.

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal Februari-April 2011 sehingga waktu penelitian kurang lebih hanya 3 bulan. Responden yang seharusnya 30 orang tidak bisa tercukupi karena keterbatasan waktu. Yang memenuhi kriteria peneliti hanya 24 orang responden dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu teknik distraksi dan tehnik relaksasi yang masing-masing kelompok terdiri dari 12 orang ibu post seksio sesarea.

3. Implikasi untuk asuhan kebidanan/pendidikan kebidanan a. Pada pelayanan kebidanan

Dari hasil penelitian ini telah diketahui bahwa teknik distraksi dan relaksasi berpengaruh dalam mengurangi / perubahan intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesaria. Jadi, metode nonfarmakologi tehnik distraksi dan relaksasi dapat digunakan sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan pada ibu post seksio sesarea dengan mengurangi intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesarea tanpa efek samping pada ibu.

(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai perbedaan perubahan intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesarea antara pasien yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi di RSU. Dr. Pirngadi Medan 2011.

A. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil uji paired t-test terdapat perubahan yang bermakna pada kelompok responden sebelum dan sesudah yang mendapatkan tehnik distraksi dengan nilai t hitung pada masing-masing kelompok lebih besar dari t tabel (t=1,796) nilai p<0,05 yaitu 0,001. Sedangkan pada kelompok responden yang mendapatkan tehnik relaksasi diperoleh nilai t hitung pada masing-masing kelompok lebih besar dari t tabel (t=1,796) nilai p<0,005 yaitu 0,001, yang artinya ada terdapat perubahan yang bermakna antara sebelum dan sesudah intervensi.

2. Hasil uji statistik independent t-test diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan perubahan intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesaria antara pasien yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi berdasarkan intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai t hitung pada masing-masing kelompok lebih kecil dari t tabel (t=1,721) dan taraf signifikan p>0,05 yaitu 0,368.

(63)

B. Saran

1. Bagi Praktik Kebidanan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bahwa tehnik distraksi dan relaksasi adalah salah satu intervensi non-farmakologik untuk mengurangi intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesaria di berbagai tatanan pelayanan kesehatan baik di Rumah Sakit, Klinik bersalin, Puskesmas maupun di masyarakat.

2. Bagi Pendidikan DIV Kebidanan

Hasil penelitian ini menunjukkan tehnik distraksi dan relaksasi efektif dalam pengurangan intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesaria, maka penting mengintegrasikan materi ini dalam pendidikan DIV kebidanan terutama dalam materi pembelajaran asuhan kebidanan mengenai konsep dan cara pengurangan intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesarea dengan menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi.

3. Bagi Penelitian Kebidanan

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, L. (2008). Teknik Akupresur pada persalinan http : // Keperawatan Maternitas.blogspot.com/2008/04/Teknik-akupresur-pada nyeri persalinan htm diperoleh tanggal 22 September 2010

Carpernito. (2009). Perawatan Pasca Seksio Caesaria dibuka pada situs tanggal 18 Oktober 2010

Dewi, Yusmiati. (2007). Operasi Caesar Pengantar dari A sampai Z. Jakarta : Edsa Mahkota

Gadysa, G. (2009). Persepsi Ibu Tentang metode message diperoleh tanggal 22 September 2010

Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, A., dan Hidayat, M. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Indiarti, E. (2009). Panduan Lengkap Kehamilan Persalinan Dan Perawatan Bayi. Jakarta : Biabios

Manik, M., Asnah, N., Asiah, N. (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan

MC. Kinney, et al. (2002). Maternal child nursing. Philadelphia : WB. Saunders Co

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Prawirohardjo, S. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

(65)

Priharjo, R. (2003). Perawatan Nyeri. Jakarta . EGC

Potter, Perry, (2006). Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC

Salampessy, W. ( 2004). Terapi Dengan Musik. Batam : Interaksa

Schott, J., dan Priest, J. (2002). Kelas Antenatal Edisi 2. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat, R. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC

Smeltzer dan Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa : Agung waluyo. Jakarta : EGC

Simkin, P., Walley, J., dan Keppler, A. (2008). Panduan Praktis Bagi Calon Ibu : Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer

Stewart, D.M. (1996). Seri Pedoman Manajemen; Keterampilan Manajemen. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

(66)

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Judul : Perbedaan Perubahan Intensitas Nyeri Selama Perawatan Post Seksio Sesarea antara Pasien yang menggunakan Tehnik Distraksi Dan Relaksasi.

Nama peneliti : SEPRI ELVIANUR Nim : 105102032

Saya adalah mahasiswa program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perbedaan perubahan intensitas nyeri selama perawatan post seksio sesarea antara pasien yang menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan partisipasi ibu dalam memberikan jawaban atas wawancara sesuai dengan pendapat ibu tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban ibu, informasi yang ibu berikan hanya akan digunakan untuk proses penelitian.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, ibu bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika ibu bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti ibu bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Terimakasih atas perhatian ibu untuk penelitian ini.

(67)

KOESIONER PENELITIAN

PERBEDAAN PERUBAHAN INTENSITAS NYERI SELAMA PERAWATAN POST SEKSIO SESARIA ANTARA PASIEN YANG MENGGUNAKAN TEHNIK

DISTRAKSI DAN RELAKSASI A. DATA DEMOGRAFI

Petunjuk : Jawaban akan diisi oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara dengan ibu dan dituliskan pada tempat yang disediakan.

1. Tanggal/waktu penelitian : 2. Nama ibu (inisial) :

3. Usia :

( ) < 20 Tahun ( ) 20-35 Tahun ( ) > 35 Tahun

4. Status pekerjaan : ( ) Bekerja

( ) Tidak bekerja

5. Paritas :

( ) 1 ( ) 2 ( ) > 3

6. Pendidikan :

(68)

B. INTENSITAS NYERI SEBELUM INTERVENSI DILAKUKAN Petunjuk :

1. Diisi oleh peneliti

Berikan tanda (√) pada tanda kurung yang sesuai tindakan yang dilakukan ( ) Distraksi Pendengaran

( ) Relaksasi Pernafasan

2. Pada skala ini diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan angka berapa nyeri yang ibu rasakan dengan menggunakan skala nyeri numerik (0-10), yaitu 1. 0 : Tidak nyeri

2. 1 – 2 : Nyeri ringan 3. 3 – 5 : Moderat/ sedang 4. 6 – 7 : Severe/ berat 5. 8 – 10 : Sangat berat.

Tanyakan kepada ibu pada angka berapa nyeri yang dirasakannya dengan menunjukkan posisi garis yang sesuai menurut ibu untuk menggambarkan nyeri yang ibu rasakan sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda silang (X) pada skala yang telah disediakan

Sebelum dilakukan tindakan (Intervensi)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4

Referensi

Dokumen terkait

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Semakin banyak aplikasi ketenagakerjaan yang muncul pada platform Android. Sebagai

Pada hasil survey yang sudah dilakukan banyak Rumah sakit yang memberikan Roti tawar (sari roti) sebanyak 2 lembar dengan berat 52 gr, kalori 170 dengan

Hal tersebut mengalami fluktuasi setiap tahunnya jadi dapat dikatakan bahwa inflasi kota Makassar tidak searah dengan konsumsi masyarakat sama halnya dengan

Berdasarkan kajian ini dapat disimpulkan, bahwa terdapat peningkatan tingkat Serum Amiloid A di pasien stenosis koroner dibandingkan dengan yang bukan stenosis.. Kata kunci :

Z adalah adanya ungkapan klien mengatakan bahwa ia kurang nafsu makan, Kadang mual, dan muntah ,dan klien hanya mampu menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan

Formula 9 dapat dipergunakan untuk menentukan jumlah gap acceptance yang diharapkan terjadi pada lokasi konflik antara penyeberang jalan pada jalan mayor selama periode T, jika

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, konsepsi dan karakteristik Kajian Budaya atau Cultural Studies apabila dikaitkan dengan filsafat ilmu akan tampak sangat

Acuan yang digunakan adalah indikator-indikator kesalahan peserta didik yang digunakan dalam penelitian yaitu (1) membaca: tidak dapat mengartikan atau memahami