• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

Keluhan badan terasa panas yang menunjukkan perbedaan antara responden yang berberat badan normal atau kurang (IMT≤ 22,9 kg/m 2) dengan yang berberat badan lebih atau obesitas (IMT≥ 23 kg/m 2) dapat sesuai dengan

hipotesis yang menyatakan bahwa peningkatan adipositas berhubungan dengan penurunan gejala vasomotor (Curran, 2009). Hal ini dapat dilihat dari data hasil penelitian yang menunjukkan wanita berberat badan lebih-obesitas lebih banyak yang tidak mengalami gejala vasomotor ini. Ini tidak sesuai dengan model termoregulator yang menyatakan bahwa adipositas tinggi merupakan suatu insulator poten yang akan menghambat kehilangan panas dan meningkatkan gejala vasomotor (Thurston, 2007). Dalam hal ini faktor estrogen lebih berperan terhadap terjadinya gejala vasomotor ini, akan tetapi perlu dipertimbangkan suhu lingkungan yang mempengaruhi.

Keluhan rasa tidak nyaman pada jantung yang tidak menunjukkan perbedaan antara responden yang berberat badan normal atau kurang (IMT≤ 22,9 kg/m2) dengan yang berberat badan lebih atau obesitas (IMT≥ 23 kg/m2) tidak sesuai dengan teori kadar estrogen. Perasaan tidak nyaman pada jantung seperti jantung berdebar dapat disebabkan oleh peningkatan pengeluaran hormon adrenalin dan neurotensin akibat penurunan estrogen pada menopause (Baziad, 2003). Akan tetapi, data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita yang berberat badan normal-kurang maupun lebih-obesitas lebih banyak yang merasa tidak mengalami gejala tersebut. Keluhan ini dapat bersifat subjektif pada tiap individu.

Keluhan masalah tidur yang tidak menunjukkan perbedaan antara responden yang berberat badan normal atau kurang (IMT≤ 22,9 kg/m 2) dengan yang berberat badan lebih atau obesitas (IMT≥ 23 kg/m 2) tidak sesuai dengan teori kadar estrogen. Telah diketahui bahwa reseptor estrogen ditemukan di otak yang mengatur tidur sehingga estrogen memiliki efek terhadap kualitas tidur (Baziad, 2003). Akan tetapi, data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita yang berberat badan normal-kurang maupun lebih-obesitas lebih banyak yang merasa tidak mengalami masalah tidur. Menurut pendapat peneliti, hal ini juga bersifat subjektif pada tiap individu dan dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti yang dikeluhkan responden, yaitu kebiasaan tidur yang berbeda-beda, banyak masalah yang menyebabkan stres, atau tuntutan aktivitas.

Keluhan psikis (perasaan tertekan, mudah marah, dan rasa resah) yang tidak menunjukkan perbedaan antara responden yang berberat badan normal atau kurang (IMT≤ 22,9 kg/m2) dengan yang berberat badan lebih atau obesitas (IMT≥ 23 kg/m2) tidak sesuai dengan teori kadar estrogen. Kekurangan hormon estrogen pada wanita pascamenopause menimbulkan perubahan psikis yang berat seperti mudah tersinggung, cepat marah, dan berasa tertekan. Kekurangan estrogen menyebabkan peningkatan enzim monoamine oksidase (MAO) yang membuat serotonin dan noradrenalin menjadi tidak aktif sehingga diduga hal ini sebagai penyebab terjadinya depresi (Baziad, 2003). Akan tetapi, data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita yang berberat badan normal-kurang maupun lebih- obesitas lebih banyak yang merasa tidak mengalami perasaan tertekan ataupun rasa resah, sedangkan wanita berberat badan normal-kurang lebih banyak yang merasa memiliki gejala mudah marah yang ringan. Menurut asumsi peneliti, hal ini juga bersifat subjektif pada tiap individu dan dapat dipengaruhi oleh sifat bawaan responden itu sendiri.

Keluhan kelelahan fisik dan mental yang menunjukkan perbedaan antara responden yang berberat badan normal atau kurang (IMT≥≤ 22,9 kg/m2) dengan yang berberat badan lebih atau obesitas (IMT≥ 23 kg/m 2) dapat sesuai dengan teori kadar estrogen. Hal ini dapat dilihat dari data hasil penelitian yang menunjukkan wanita berberat badan normal-kurang lebih banyak yang mengalami gejala ini walaupun ringan. Wanita usia klimakterik sering dijumpai merasa cepat lelah dan terjadi penurunan fungsi kognitif. Kekurangan estrogen menurunkan aliran darah ke otak sehingga terjadi gangguan fungsi sel-sel saraf dan jangka lama dapat menyebabkan kerusakan otak yang dapat menimbulkan demensia atau penyakit Alzheimer (Baziad, 2003). Peranan faktor usia juga perlu dipertimbangkan sebab kinerja seseorang akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

Keluhan masalah seksual yang tidak menunjukkan perbedaan antara responden yang berberat badan normal atau kurang (IMT≤ 22,9 kg/m 2) dengan yang berberat badan lebih atau obesitas (IMT≥ 23 kg/m 2) tidak sesuai dengan teori kadar estrogen. Kekurangan hormon estrogen menyebabkan aliran darah ke

vagina berkurang, cairan vagina berkurang, dan sel-sel epitel vagina menjadi tipis dan mudah cedera sehingga umumnya wanita mengeluh sakit saat senggama sehingga tidak mau lagi melakukan hubungan seks. Nyeri senggama ini akan bertambah buruk lagi apabila hubungan seks makin jarang dilakukan sebab pada keadaan kadar estrogen sangat rendah pun, wanita tetap mendapatkan orgasmus. Yang terpenting adalah melakukan hubungan seks secara teratur agar elastisitas vagina tetap dapat dipertahankan (Baziad, 2003). Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita yang berberat badan normal-kurang maupun lebih- obesitas lebih banyak yang merasa tidak mengalami gejala tersebut. Oleh karena itu, hal ini juga dipengaruhi oleh keteraturan frekuensi melakukan hubungan seksual.

Keluhan urogenital (masalah pada kandung/ saluran kemih dan kekeringan pada vagina) yang tidak menunjukkan perbedaan antara responden yang berberat badan normal atau kurang (IMT≤ 22,9 kg/m 2) dengan yang berberat badan lebih atau obesitas (IMT≥ 23 kg/m 2) tidak sesuai dengan teori kadar estrogen. Ini sekaligus merupakan gejala yang paling sedikit dikeluhkan responden baik dari kelompok berat badan normal-kurang maupun kelompok berat badan lebih- obesitas. Kekurangan estrogen menyebabkan atrofi urogenital yang dapat menimbulkan gejala kekeringan vagina dan pruritus, disparenia, disuria, polakisuri, nokturi, rasa ingin berkemih hebat, atau urin yang tak tertahankan (Shifren, 2007). Menurut asumsi peneliti, ada faktor yang ikut berperan terhadap gejala ini berdasarkan pernyataan responden selain faktor estrogen, yaitu frekuensi dan intensitas minum yang banyak dapat menyebabkan banyak urin, selain itu kebiasaan menjaga higienis daerah genital dengan rebusan sirih dapat menjaga kestabilan vagina.

Keluhan rasa tidak nyaman pada persendian dan otot yang tidak menunjukkan perbedaan antara responden yang berberat badan normal atau kurang (IMT≤ 22,9 kg/m2) dengan yang berberat badan lebih atau obesitas (IMT≥ 23 kg/m2) tidak sesuai dengan teori kadar estrogen. Ini sekaligus merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan responden baik dari kelompok berat badan normal-kurang maupun kelompok berat badan lebih-obesitas. Kekurangan

estrogen menyebabkan pengeluaran β-endorfin berkurang, sehingga ambang sakit juga berkurang. Oleh karena itu, tidak heran kalau wanita peri/pascamenopause sering mengeluh sakit pinggang atau mengeluh nyeri di daerah kemaluan, tulang, dan otot (Baziad, 2003). Persepsi subjektif terhadap nyeri tiap individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti umur, pengalaman sebelumnya, kepribadian, ansietas, toleransi individu terhadap nyeri, suku, ras, warna kulit, atau motivasi (Mangku, 2010).

Jika ditinjau dari gabungan seluruh keluhan menopause, maka tidak terdapat perbedaan keluhan menopause pada responden yang memiliki berat badan normal atau kurang (IMT≤ 22,9 kg/m2) dengan yang memiliki berat badan lebih atau obesitas (IMT≥ 23 kg/m 2). Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang turut berperan dalam keluhan menopause, seperti:

- Lingkungan - Ras/ etnis

- Pendidikan; wanita yang telah memahami tentang gejala-gejala menopause akan lebih peduli terhadap keluhan tersebut.

- Kebiasaan merokok - Jumlah paritas

- Stadium menopause; status premenopause, perimenopause awal, perimenipause lanjut, atau pascamenopause dapat memiliki tingkat keluhan yang berbeda.

- Usia menarche; saat masuknya seseorang dalam fase menopause sangat berbeda-beda. Faktor genetik, usia pertama haid (menarche), dan jumlah paritas ternyata berperan terhadap usia menopause (Baziad, 2003).

- Ansietas

Dokumen terkait