• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi merupakan pemahaman atau ide, konsep, pengetahuan, dan pengaruh spesifik dan lain-lain (Neufeld, 1996). Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Jalaluddin, 2000). Persepsi ibu yang baik terhadap metode kontrasepsi efektif terpilih sangat berpengaruh dalam kesejahteraan atau keharmonisan ibu dan keluarganya serta berpengaruh dalam pengaturan jarak kelahiran.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu atau akseptor KB mempunyai persepsi yang baik terhadap MKET (84,8%). Ibu akseptor KB MKET sebagai subjek penelitian dipilih berdasarkan pengaruh yang ditimbulkan oleh ibu akibat dari metode kontrasepsi tersebut, yaitu IUD, Implant dan Kontap, karena pada dasarnya sebagian besar alat-alat kontrasepsi adalah dipergunakan untuk kaum perempuan (Manuaba, 1999).

diperjelas lagi dari penelitian Rahma, 2004 di Klinik Bersalin Nursyawaliyah Asam Kumbang Medan, diantara 30 responden MKET yang paling banyak memakai alat kontrasepsi adalah jenis AKDR (IUD) (63,3%) karena lebih praktis, ekonomis tidak perlu harus setiap bulan datang ke petugas kesehatan, dengan efek samping yang kecil bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama 5–10 tahun tanpa harus diganti. Cuper T 380 A yang terkenal di Indonesia dan menjadi idola BKKBN dalam gerakan KB nasional (Hanafi, 1996).

Dari penelitian Yusniar, 2005 tentang gambaran pengetahuan akseptor MKET di Puskesmas Pangkalan Brandan, bahwa dari 77 responden MKET, 53 responden MKET (68,8%) berpengetahuan baik tentang alat kontrasepsi tersebut dengan rincian 24 orang akseptor IUD (45%), 11 orang untuk akseptor Implant (21%), dan 18 orang untuk akseptor MOW (34%).

Pada dasarnya bahwa metode KB terdapat berbagai macam, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan indikasi dari klien yang ingin memilihnya. Paritas seorang wanita dapat mempengaruhi cocok tidaknya suatu metode kontrasepsi secara medis. Dikatakan metode kontrasepsi efektif terpilih (IUD, Implant dan MOW) bahwa ketiga jenis metode ini merupakan yang paling memiliki efektifitas tinggi (95%) untuk mencegah kehamilan dengan efek samping dan komplikasi yang ringan, dan menurut penelitian bahwa jenis metode ini lebih banyak dipilih oleh ibu-ibu yang ingin menjadi akseptor KB dalam jangka panjang selain itu jenis metode ini juga tidak memerlukan kunjungan berulang walaupun pada dasarnya setiap alat kontrasepsi memiliki keuntungan dan kerugian (Wulansari, 2006).

Tujuan reproduksi dari suatu pasangan yaitu apakah mereka akan menjarangkan anak mereka atau membatasi jumlah keluarga, dan ini merupakan jelas memiliki pengaruh pada pemilihan metode. Pasangan yang tidak lagi menginginkan anak mungkin akan memilih metode yang sangat efektif, bekerja lebih lama, atau permanen Karen lebih cocok dengan kebutuhan mereka. Pasangan yang ingin agar jarak persalinan anak-anaknya singkat kemungkinan besar akan memilih metode yang kurang efektif seperti pil, kondom, suntik, ataupun metode yang lain.

Menurut penelitian bahwa metode keluarga berencana dengan hormonal jenis susuk (Implant) penemuannya didasari, bahwa ibu hamil tidak mengalami menstruasi karena terjadi perubahan hormonal, sampai akhirnya Pincus dan Garcia (Inggris) mencobanya untuk pertama kali pada wanita tahun 1960. Sejak itu metode hormonal jenis susuk menjadi sangat popular yang dapat dipergunakan dalam waktu relatif panjang tanpa mempunyai efek samping yang berarti (Manuaba, 1999).

Secara keseluruhan angka kehamilan pada pemakai Implant adalah 0,2 per 100 wanita dalam tahun pertama pemakaian, dengan angka kehamilan kumulatif 3,9 per 100 wanita pada tahun kelima. Sebagian wanita yang menggunakan Implant mengalami efek samping. Efek samping yang paling sering dilaporkan dalah perubahan pola perdarahan haid, termasuk perdarahan haid berkepanjangan selama beberapa bulan pertama pemakaian, adanya bercak-bercak perdarahan (spotting) diantara haid, dan amenorea. Efek samping ini biasanya menghilang seiring dengan waktu.

Efektifitas IUD dipengaruhi oleh karakteristik alat, keterampilan penyedia layanan (dalam memasang alat), dan karakteristik pemakai (misalnya usia dan paritas) Secara umum, AKDR tidak dianjurkan bagi wanita nulipara karena pemasangan yang lebih sulit, angka ekspulsi yang lebih tinggi dari pada wanita yang pernah melahirkan, dan kemungkinan pemakaian IUD dapat mengganggu kesuburan di masa depan.

Dalam pemasangan IUD tidak banyak menimbulkan rasa nyeri, kecuali pada perforasi dan dengan pemasangan yang baik tidak mungkin terjadi perforasi (alat keluar). Pelepasan ion tembaga mempunyai kemampuan melekat pada kepala spermatozoa sehingga geraknya menjadi lamban dan segera mati, dengan demikian menghindari dan mengurangi kemampuan melakukan konsepsi. Disimpulkan bahwa keuntungan memakai IUD lebih besar dari pada kerugiannya, sehingga dianjurkan untuk mencoba dan menjadi pilihan utama sebagai alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan dan meningkatkan kehidupan yang harmonis (Manuaba, 1999).

Metode keluarga berencana dengan menghentikan kehamilan dilakukan dengan metode operasi wanita (MOW) atau kontrasepsi mantap wanita makin diterima masyarakat. Seperti di RSUP Denpasar Bali menjadi salah satu perintisnya sejak tahun 1970 pelayanan kontap wanita menjadi pilihan utama di RSUP Denpasar dan seluruh rumah sakit di Bali. Perkembangan waktu dan makin tingginya pengertian masyarakat maka kontap menjadi salah satu pilihan masyarakat sebagai metode KB yang bersifat menetap, dan pelayanannyapun didasarkan atas permintaan setelah menerima konseling tentang kontap. Karena sifatnya yang permanen metode sterilisasi sangat rentan terhadap peraturan dan

harus memenuhi persyaratan tertentu, menandatangani surat persetujuan tindakan, dan di negara yang sedang berkembang sterilisasi memiliki syarat usia minimum untuk sterilisasi, yaitu 30 dan 35 tahun, sebagian negara juga mengharuskan klien yang akan menjalani sterilisasi sudah memiliki beberapa anak. Sterilisasi wanita merupakan metode yang sangat cocok bagi wanita perimenopause yang tidak lagi menginginkan anak.

Di negara maju, kontap (MOW dan MOP) sekitar 10% dari semua metode KB nasional, sedangkan di Indonesia baru mencapai sekitar 5,7%. Berkembangnya penerimaan kontap menggembirakan tetapi menuntut tanggung jawab, bagi mereka yang memakai metode kontap tidak boleh terjadi keluhan dan penyulit apapun setelah operasi tersebut yang dapat menggangu kehidupan harmonis keluarga (Wulansari, 2006).

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait