• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.5. Pembahasan

Perencanaan APBD sebagai perwujudan dari keseluruhan aktivitas dan kegiatan pemerintahan menuntut adanya partisipasi aktif yang menampung berbagai aspirasi masyarakat sehingga akan mencerminkan kebutuhan riil masyarakat. Untuk dapat mengalokasikan anggaran yang mencerminkan kebutuhan riil masyarakat dan kemampuan keuangan daerah, maka pemerintah daerah dituntut untuk membuat suatu perencanaan pembangunan yang baik sehingga proyeksi yang dibuat oleh pemerintah daerah akan menggambarkan kemampuan dan kebutuhan daerah itu sendiri. Seperti yang telah diketahui bahwa dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencanan Pembangunan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 dan Surat Edaran Mendagri Nomor 050/2020/SJ tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah, untuk menyusun perencanaan pembangunan (seperti RPJPD, RPJMD dan RKPD), pemerintah daerah harus mempertimbangkan dan memperhitungkan beberapa faktor seperti Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Kependudukan dan Sumber Pendanaan (dengan melihat realisasi Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum pada periode sebelumnya), yang akan digunakan untuk pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah dengan mengalokasikan Belanja Daerah. Jika dalam melakukan penyusunan dokumen

(antara lain terhadap beberapa faktor yang telah diuraikan sebelumnya) maka proses penyusunan anggaran belanja daerah (APBD) akan lebih mudah dan akan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah, sehingga kecil kemungkinan terjadinya defisit anggaran.

Dari pengujian yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah di Sumatera Utara. Dengan begitu dapat diketahui bahwa dalam menentukan besaran anggaran belanja daerah, pemerintah daerah telah memperhitungkan dan mempertimbangkan faktor realisasi PAD, realisasi DAU, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi. Untuk itu diperlukan pembahasan lebih lanjut untuk mengetahui kontribusi PAD, DAU, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi dalam penyusunan Anggaran Belanja Daerah.

1. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran Belanja Daerah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prakosa (2004) yang menyatakan bahwa PAD berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah. Hal ini disebabkan PAD adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Semakin besar nilai PAD maka semakin besar pula stimulus untuk meningkatkan belanja daerah. Kemandirian dalam APBD sangat terkait dengan kemandirian pemerintah daerah dalam menggali

potensi PAD yang merupakan pendapatan yang berasal dari potensi daerah. Target PAD yang ditetapkan oleh pemerintah daerah didasarkan pada potensi daerah dan realisasi PAD pada tahun sebelumnya. Sehingga semakin besar realisasi pendapatan yang diperoleh dari PAD maka semakin besar pula dana yang harus disalurkan pemerintah daerah melalui pengalokasian anggaran belanja daerah untuk tahun selanjutnya. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Bawono (2008) yang menyatakan bahwa baik dengan atau tanpa lag, PAD mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah. Jika kita melihat Gambar 5.1 pada bagian sebelumnya maka dapat diketahui bahwa setiap tahunnya realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami peningkatan, yang berarti adanya usaha dari masing- masing Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melakukan penggalian potensi- potensi daerah dalam rangka usaha untuk peningkatan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang berarti pula adanya usaha daerah untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan daerah melalui peningkatan alokasi anggaran belanja daerah.

2. Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran Belanja Daerah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prakosa (2004) yang menyatakan bahwa DAU berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah. DAU yang dialokasikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah di Sumatera

pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi pada daerah. Dalam menjalankan tugasnya sebagai daerah otonom, Pemerintah Daerah sangat bergantung pada dana perimbangan dari Pemerintah Pusat yang salah satunya adalah Dana Alokasi Umum (DAU). Jika dilihat dari Gambar 5.2 maka dapat diketahui bahwa ada kecenderungan peningkatan realisasi DAU di Sumatera Utara, hal ini terjadi karena rendahnya porsi dan kemampuan PAD dalam menutupi anggaran Belanja Daerah. Walaupun setiap tahunnya PAD mengalami pertumbuhan namun hal itu masih belum bisa untuk menutupi kekurangan belanja daerah akibatnya sampai dengan saat ini Dana Alokasi Umum merupakan penyanggah utama pendanaan APBD.

3. Strategi pembangunan berkelanjutan bermaksud mengembangkan keselarasan

baik antara umat manusia dengan alam. Keselarasan tersebut tentunya tidak bersifat tetap, melainkan suatu proses yang dinamis. Oleh karena itulah dalam pembangunan berkelanjutan, proses pembangunan ekonomi harus disesuaikan dengan kondisi penduduk serta sumber daya alam dan lingkungan yang ada di suatu wilayah. Sehingga dalam melakukan proses perencanaan pembangunan yang dituangkan dalam APBD, pemerintah daerah harus mengetahui kondisi kependudukan di daerahnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran Belanja Daerah. Seperti yang telah di ungkapkan oleh Tjiptoherijanto (2002) beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa

kependudukan merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional antara lain adalah karena penduduk merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan, penduduk adalah objek pembangunan yang berarti pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kondisi penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dan merasakan dampak dari pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Sehingga keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi perencanaan pembangunan daerah, dalam hal ini pengalokasian belanja daerah.

4. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui Pertumbuhan Ekonomi tidak secara signifikan berpengaruh terhadap anggaran Belanja Daerah, hal tersebut dapat dijelaskan bahwa ketika pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan atau bahkan stagnan, maka sudah menjadi kewajiban pemerintah dalam memegang peranan penting untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerahnya. Dalam situasi seperti itu sektor pemerintah perlu dipacu dengan tujuan untuk merangsang agar produksi dunia usaha dapat bergerak lebih produktif. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pembelanjaan pemerintah (anggaran belanja daerah). Pada akhirnya, prioritas alokasi anggaran belanja yang diberikan dapat meningkatkan kegiatan ekonomi daerah yang berdaya guna bagi kesejahteraan rakyat .

Dokumen terkait