• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pemahaman Guru BK Tentang Layanan BK Format Klasikal

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pemahaman guru BK tentang layanan BK format klasikal maka disajikan hasil penelitian dari lapangan. Hasil penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Tingkat Pemahaman Layanan BK Format Klasikal pada Guru BK SMP Negeri Kota Semarang

Gambar 4.1

Grafik Tingkat Pemahaman Layanan BK Format Klasikal pada Guru BK SMP Negeri Kota Semarang.

Mengacu dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 menunjukan bahwa dari 40 responden 65% guru BK berada pada rentangan nilai 84 – 111. Berdasarkan data diatas, berikut ini akan disajikan analisis tiap layanan dalam BK format klasikal secara keseluruhan yaitu antara lain layanan orientasi, layanan informasi, layanan penguasaan konten, dan layanan penempatan dan penyaluran.

NILAI Guru BK % Kategori

112 – 139 0 0 Sangat tinggi 84 – 111 26 65 Tinggi 56 – 83 14 35 Sedang 28 – 55 0 0 Rendah 0 – 27 0 0 Sangat rendah TOTAL 40 100

Tabel 4.2

Analisis Tiap Layanan dalam BK Format Klasikal di SMP Negeri Kota Semarang.

No Subvariabel skor Persentase Kategori

1 Layanan orientasi 813 63,51 Rendah

2 Layanan informasi 773 62,33 Rendah

3 Layanan penguasaan konten 820 62,12 Rendah

4 Layanan penempatan dan penyaluran 1000 58,14 Rendah

Rata-rata 61,52 Rendah

Gambar 4.2

Grafik Analisis Tiap Layanan dalam BK format klasikal di SMP Negeri Kota Semarang.

Dari tabel 4.2 dan gambar 4.2 di atas menunjukan bahwa rata – rata tingkat pemahaman guru BK tentang layanan BK format klasikal berada pada kategori rendah yaitu dengan persentase 61,52 %. Sedangkan pemahaman guru BK yang tertinggi yaitu pada layanan orientasi dengan persentase sebesar 63,51 % dengan kategori rendah.

Selain analisis secara keseluruhan di atas, berikut ini akan disajikan analisis perindikator dari tiap layanan BK format klasikal :

4.1.1.1 Pemahaman Guru BK Tentang Layanan Orientasi

Berikut ini akan disajikan analisis tiap indikator pada layanan orientasi meliputi pengertian, tujuan, ruang lingkup, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari layanan orientasi.

Tabel 4.3

Analisis pemahaman guru BK Tentang layanan orientasi di SMP Negeri Se-kota Semarang

No Indikator skor Pesentase Kategori

1 Pengertian layanan orientasi 69 86,25 Sangat tinggi

2 Tujuan layanan orientasi 42 52,5 Rendah

3 Fungsi layanan orientasi 48 60 Rendah

4 Ruang lingkup layanan orientasi 48 60 Rendah

5 Perencanaan layanan orientasi 311 64,79 Rendah

6 Pelaksanaan layanan orientasi 182 65 Rendah

7 Evaluasi layanan orientasi 113 56,5 Rendah

Jumlah 813 63,51 Rendah

Gambar 4.3

Grafik Analisis Pemahaman Guru BK Tentang Layanan Orientasi di SMP Negeri Se-kota Semarang

Dari perhitungan tabel 4.3 dan gambar 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dari keseluruhan indikator pemahaman tentang layanan orientasi pada 40 guru BK

berada pada kategori rendah dengan persentase 63,51 %. Dengan persentase paling tinggi yaitu pada indikator pengertian layanan orientasi yaitu sebesar 86,25% dengan kategori sangat tinggi.

4.1.1.2 Pemahaman Guru BK Tentang Layanan Informasi

Analsisi pemahaman tentang layanan informasi yang akan disajikan meliputi pengertian, tujuan, fungsi, ruang lingkup, dan operasionalisasi layanan informasi. Hasil analisis akan disajikan dalam tablel dan gambar berikut ini :

Tabel 4.4

Analisis pemahaman guru BK tentang layanan informasi di SMP Negeri Se-Kota Semarang.

No Indikator skor Persentase Kategori

1 Pengertian layanan informasi 67 83,75 Tinggi

2 Tujuan layanan informasi 51 63,75 Rendah

3 Fungsi layanan informasi 50 62,5 Rendah

4 Ruang lingkup layanan orientasi 58 72,5 Sedang

5 Perencanaan layanan informasi 232 58 Rendah

6 Pelaksanaan layanan informasi 192 60 Rendah

7 Evaluasi layanan informasi 123 61,5 Rendah

Gambar 4.4

Grafik Analisis pemahaman guru BK tentang layanan informasi di SMP Negeri Se-Kota Semarang.

Dari tabel 4.4 dan gambar 4.4 menunjukan bahwa rata – rata pemahaman guru BK tentang layanan informasi di SMP Negeri se-Kota Semarang berada pada kategori rendah dengan persentase sebesar 62,33 %. Persentase tertinggi berada pada indikator pengertian layanan informasi dengan persentase 83,75 % guru BK yang menjawab benar.

4.1.1.3 Pemahaman Guru BK Tentang Layanan Penguasaan Konten

Analsisi pemahaman guru BK tentang layanan penguasaan konten meliputi pengertian, tujuan, ruang lingkup, dan operasionalisasi seperti yang tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 4.5

Analisis Pemahaman Guru BK Tentang Layanan Penguasaan Konten di SMP Negeri Se-Kota Semarang

No Indikator Skor Persentase Kategori

1 Pengertian layanan penguasaan

konten 74 61,6 Rendah

2 Tujuan layanan penguasaan konten 57 71,25 Sedang 3 Fungsi layanan penguasaan konten 61 76,25 Tinggi 4 Ruang lingkup layanan penguasaan

konten. 67 83,75 Tinggi

5 Perencanaan layanan penguasaan

konten 260 65 Rendah

6 Pelaksanaan layanan penguasaan

konten 189 59,06 Rendah

7 Evaluasi layanan penguasaan konten 112 46,66 Sangat rendah

Jumlah 820 62,12 Rendah

Gambar 4.5

Grafik Analisis Pemahaman Guru BK Tentang Layanan Penguasaan Konten di SMP Negeri Se-Kota Semarang

Dari tabel 4.5 dan gamabar 4.5 di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman guru BK tentang layanan penguasaan konten rata – rata berada pada

kategori rendah dengan persentase sebesar 62,12 %. Indikator yang mempunyai persentase paling tinggi yaitu pada pemahaman ruang lingkup layanan penguasaan konten dengan persentase sebesar 83,75 %. Sedangkan indikator yang paling rendah yaitu pada tahap evaluasi layanan penguasaan konten dengan persentase 46,66 %.

4.1.1.4 Pemahaman Guru BK Tentang Layanan Penempatan dan Penyaluran

Analisis pemahaman guru BK tentang layanan penempatan dan penyaluran meliputi konsep dasar, tujuan, fungsi, ruang lingkup, dan operasionalisasi layanan penempatan dan penyaluran.

Tabel 4.6

Analisis pemahaman Guru BK Tentang layanan penempatan dan penyaluran di SMP Negeri Se-Kota Semarang

No Indikator Skor Persentase Kategori

1 Pengertian layanan penempatan dan

penyaluran. 81 67,5 Sedang

2 Tujuan layanan peempatan dan

penyaluran. 45 56,25 Rendah

3 Fungsi layanan penempatan dan

penyaluran 52 65 Rendah

4 Ruang lingkup layanan penempatan dan

penyaluran. 44 55 Rendah

5

Perbedaan layanan penempatan dan

penyaluran dengan layanan format klasikal lain.

254 52,91 Rendah

6 Perencanaan layanan penempatan dan

penyaluran 231 57.75 Rendah

7 Pelaksanaan layanan penempatan dan

penyaluran 145 60,41 Rendah

8 Evaluasi layanan penempatan dan

penyaluran 148 61,66 Rendah

Gambar 4.6

Grafik Analisis pemahaman Guru BK Tentang layanan penempatan dan penyaluran di SMP Negeri Se-Kota Semarang

Dari tabel 4.6 dan gambar 4.6 diatas menunjukan bahwa pemahaman guru BK tentang layanan penempatan dan penyaluran rata – rata berada pada kategori rendah yaitu dengan persentase 58,14 %. Indikator yang berada pada kategori sedang yaitu pada pengertian layanan penempatan dan penyaluran dengan persentase 67,5%.

4.2 Pembahasan

Sebagai seorang guru BK tentu akan dituntut untuk melaksanakan layanan yang bertujuan agar siswa dapat berkembangan secara maksimal. Layanan format klasikal merupakan layanan yang dapat dilakukan secara klasikal terdapat beberapa siswa didalamnya. Layanan orientasi, informasi, penguasaan konten, dan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang bisa dilakukan dengan

format klasikal, setiap layanan mempunyai tujuan dan fungsi masing-masing yang tentu dalam pelaksanaan tidak bisa disamakan. Dalam penelitian ini digunakan instrumen tes untuk mengetahui pemahaman guru BK tentang layanan format klasikal

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, berikut ini akan peneliti sajikan pembahasan tentang pemahaman layanan BK format klasikal berdasarkan analisis hasil kuantitatif yang dijelaskan sebelumnya.

4.2.1 Pemahaman Guru BK Tentang Layanan BK Format Klasikal

Dari hasil yang sudah dijabarkan sebelumnya, terlihat bahwa pemahaman guru BK di SMP Negeri Kota Semarang berada pada kategori rendah dengan persentase sebesar 61,52 % dalam keseluruhan indikator layanan BK format klasikal. Hal ini menunjukan bahwa guru BK di SMP Negeri Kota Semarang mempunyai tingkat pemahaman layanan BK format klasikal yang rendah dan harus ditingkatkan yaitu pada layanan orientasi, layanan informasi, layanan penguasaan konten, dan layanan penempatan dan penyaluran. Berikut ini akan dibahas pemahaman guru BK pada setiap layanan:

4.2.1.1 Pemahaman Guru BK tentang Layanan Orientasi

Layanan orientasi meruapakan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling yang bertujuan membantu siswa agar dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru maupun sesuatu yang di anggap baru oleh individu. Pemberian layanan orientasi yang maksimal akan membantu siswa dalam

mengenal dan memahami lingkungan yang baru dimasukinya atau sesuatu yang baru dikenalnya, sehingga tidak mengganggu perkembangan siswa.

Dari hasil analsisi data di atas menunjukan bahwa pemahaman guru BK tentang layanan orientasi berada pada kategori rendah dari keseluruhan indikator yang mencangkup pengertian, fungsi, tujuan, ruang lingkup, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Dari beberapa indikator tersebut ada indikator yang berada pada kategori sangat tinggi yaitu pada pengertian layanan orientasi.

Hasil pemahaman guru BK yang termasuk dalam kategori rendah menunjukan bahwa guru BK harus meningkatkan pemahaman tentang layanan orientasi. Guru BK yang masih belum memahami layanan orientasi sebagai contoh guru BK beranggapan bahwa layanan orientasi hanya diberikan pada siswa baru atau pada semester baru saja. Sedang pada tahap evaluasi masih ada guru BK yang tidak membuat laporan program (laperprog) maupun tindak lanjut setelah melakukan layanan orientasi.

4.2.1.2 Pemahaman Guru BK Tentang Layanan Informasi

Layanan informasi merupakan layanan yang bertujuan untuk memberikan informasi yang berguna untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dialamainya sehingga dapat berkembang secara maksimal. Informasi yang diberikan menyangkut masalah pribadi, sosial, karir dan sosial. Dalam memberikan layanan informasi guru BK di tuntut untuk selalu up to date agar informasi yang diberikan tepat dan tidak ketinggalan jaman.

Dari hasil analsisi data diatas menunjukan bahwa pemahaman guru BK tentang layanan informasi berada pada kategori rendah yang meliputi beberapa indikator antara lain pengertian, tujuan, fungsi, ruanglinkup, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dari beberapa indikator diatas hanya pada indikator pengertian layanan informasi yang berada pada kategori tinggi. Sedangkan indikator seperti tujuan, fungsi, ruanglinkup, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi masih berada pada kategori rendah, sehingga perlu di tingkatkan lagi.

Masih kurang paham guru BK tetang tujuan, fungsi, ruang lingkup dan pelaksanaan akan berakibat kurang maksimalnya pelayanan kepada siswa. Misalnya pada tahap perencanaan guru BK akan dituntut untuk membuat rencana pemberian layanan bimbingan dan konseling (RPLBK). Dalam RPLBK terdapat berbagai hal yang dibutuhkan untuk memberikan layanan mulai dari tujuan, sasaran layanan, waktu dan tanggal pelaksanaan, alat dan bahan, materi, sampai pada tahap – tahap pelaksanaan layanan. Guru BK yang memahami pentingnya perencanaan sebelum memberikan layanan akan mampu meprediksi kemungkinan – kemungkinan yang akan terjadi ketika memberikan layanan. Masih adanya guru BK yang tidak membuat RPLBK ketika akan memberikan layanan menjadi penyebab kurang maksimalnya pemberian layanan kepada siswa. Sehingga guru BK diharapkan agar meningkatkan pemahaman tentang layanan informasi agar siswa mendapatkan layanan yang maksimal dan memperoleh hasil yang maksimal juga.

4.2.1.3 Pemahaman Guru BK tentang Layanan Penguasaan Konten

Dari hasil analsisi menunjukan bahwa pemahaman guru BK tentang layanan penguasaan konten di SMP Negeri Kota Semarang berada pada kategori rendah sehingga masih harus ditingkatkan. Indikator yang berada pada kategori tinggi yakni pada ruang liangkup layanan penguasaan konten, sedang untuk indikator tujuan dan fungsi layanan penguasaan konten berada pada kategori sedang. Indikator pengertian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi layanan penguasaan konten berada pada kategori rendah.

Layanan penguasaan konten bertujuan untuk melatih siswa dengan konten tertentu yang berguna untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa sehingga siswa akan mampu mandiri dalam menyelesaikan masalah. Dalam pelaksanaanya guru BK memberikan layanan penguasaan konten tanpa adanya pelatihan yang diberikan kepada siswa, sehingga akan lebih mirip dengan layanan informasi saja. Siswa mempraktikkan konten yang dipelajari sehingga dalam hal ini siswa akan lebih aktif. Pemahaman yang tinggi tentang layanan penguasaan konten akan mampu memberikan pelayanan yang maksimal juga bagi siswa. Akan terhindarnya kesalahpahaman guru BK dalam melaksanakan layanan penguasaan konten akan memberikan dampak yang positif bagi siswa dan hasil layanan.

4.2.1.4 Pemahaman Guru BK Tentang Layanan Penempatan dan Penyaluran

Pemahaman layanan penempatan dan penyaluran guru BK di SMP Negeri Kota Semarang juga berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman guru BK tentang layanan penempatan dan penyaluran masih kurang

baik dan harus ditingkatkan lagi. Hampir disemua indikator berada pada kategori rendah hanya pada indikator pengertian layanan penempatan dan penyaluran saja yang berada pada kategori sedang. Sehingga guru BK harus meningkatkan pemahaman tentang layanan penempatan dan penyaluran agar layanan yang diberikan lebih maksimal lagi.

Pemahaman yang baik akan membantu guru BK dalam menempatkan dan menyalurkan siswa sesuai dengan bakat serta minat yang dimiliki siswa. Bakat dan minat siswa yang tersalurkan dengan tepat tentu akan membantu siswa berkembang secara maksimal. Pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran membantu siswa dalam memilih sesuai dengan kemapuan, bakat serta minatnya. Kurang baiknya pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran berdampak pada terganggunya perkembangan siswa, sehingga akan timbul masalah – masalah yang akan dihadapi siswa.

Pemahaman guru BK pada tiap layanan bimbingan dan konseling format klasikal berada pada kategori rendah. Berdasarkan hasil di atas menunjukan bahwa pemahaman tentang layanan orientasi dan layanan informasi lebih tinggi dibanding dengan layanan penguasaan konten dan layanan penempatan dan penyaluran walaupun berada pada kategori rendah. Hal ini disebabkan karena dalam layanan orientasi dan layanan informasi guru BK memberikan pemahaman terhadap sesuatu hal, tetapi dalam layanan penguasaan konten guru BK harus mengubah perilaku siswa dan untuk layanan penempatan penyaluran guru BK harus menempatkan siswa sesuai dengan latar belakang yang siswa miliki.

Sebagai seorang guru BK tentu harus mempunyai pemahaman yang baik tentang layanan BK format klasikal, karena setiap layanan mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sehingga siswa dapat berkembang secara optimal.

Hasil pemahaman guru BK tentang layanan BK format klasikal di Kota Semarang masuk pada kategori rendah dan masih perlu peningkatan agar hasil yang dicapai bisa semaksimal mungkin. Pemahaman yang tinggi tentu akan berdampak pada pelayanan bimbingan dan konseling format klasikal kepada siswa di sekolah. Guru BK akan mampu menjelaskan dan menerapkan layanan BK sesuai dengan tujuan dan fungsi dari layanan tersebut. Sehingga akan terhindar dari kesalahpahaman terhadap layanan BK khususnya layanan format klasikal karena guru BK sudah memahami dengan baik layanan yang akan diberikan kepada siswa.

Pemahaman guru bimbingan dan konseling yang secara keseluruhan berada pada kategori rendah bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti latarbelakang pendidikan, pengalaman guru BK, keikut sertaan dalam MGBK, dan kesadaran guru BK akan pentingnya layanan bimbingan dan konseling. Pendidikan minimal yang diharuskan ditempuh untuk menjadi guru BK adalah S1 bimbingan dan konseling. Selama menempuh pendidikan S1, S2, S3 atau pendidikan profesi tentu guru BK akan dibekali oleh ilmu yang menyangkut dengan bimbingan dan konseling baik teori maupun praktik. Sehingga setelah lulus pendidikan bimbingan dan konseling guru BK sudah mempunyai bekal yang cukup untuk memberikan layanan kepada siswa di sekolah.

Selain latar belakang pendidikan pemahaman guru BK tentang layanan BK format klasikal dipengarui oleh pengalaman mengajar. Setelah seorang guru BK menempuh pendidikan bimbingan dan konseling, tentu akan dihadapkan kepada kesenjangan antara ilmu yang didapatkan dengan keadaan di lapangan yang berbeda. Pengalaman mengajar yang kurang tentu akan mempengaruhi kwalitas pemberian layanan kepada guru BK. Guru BK yang mempunyai pengalaman yang baik akan bisa menyesuaikan dengan lapangan tetapi tidak akan meninggalkan fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling.

Di setiap wilayah guru BK mempunyai wadah untuk meningkatkan ilmu dan pengetahuan tentang bimbingan agar selalu up to date yaitu Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK). Guru bimbingan dan konseling akan mendapatkan ilmu dan pengalaman ketika mengikuti kegiatan MGBK, karena di dalam MGBK guru BK akan mengikuti seminar dan mendapatkan pelatihan yang berkaitan dengan layanan BK. Sehingga pemahaman guru BK tentang layanan BK akan bertambah dan berkembang dengan baik.

Selain faktor – faktor di atas, kesadaran guru BK akan pentingnya layanan bimbingan dan konseling kepada siswa tidak kalah pentingnya. Dengan memahami pentingnya layanan bimbingan dan konseling bagi siswa, guru BK akan senantiasa mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamanya untuk memaksimalkan pelayanan bimbingan dan konseling. Sehingga apa yang dipelajari dan dilakukan selalu berkaitan dengan bimbingan dan konseling. Mengembangkan kemampuan dan kopetensi sebagai seorang guru BK agar memberikan dampak yang positif bagi pelayanan yang dierikan kepada siswa.

Apabila dalam pemahaman tentang layanan BK format klasikal ini para guru BK memiliki hasil yang rendah, diharapkan guru bimbingan dan konseling untuk meningkatkan pemahaman tentang layanan BK format klasikal, sehingga saat memberikan layanan bimbingan dan konseling format klasikal di sekolah hasilnya maksimal sesuai dengan pemahaman yang dimiliki. Pemahaman yang baik tentang layanan format klasikal akan membantu dalam proses pemberian layanan kepada siswa. Tujuan dan fungsi dari setiap layanan akan tercapai dan siswa akan mampu mengaktualisasikan dirinya dengan maksimal sesuai dengan kemampuan siswa.

Dokumen terkait