• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.4. Pembahasan

) berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham (Y).

Berdasarkan hasil pengujian di atas maka uji kecocokan model yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini telah cocok digunakan dalam untuk menguji hipotesis yang diajukan.

4.4.1. Pengaruh Return On Assets Terhadap Harga Saham

Dari hasil uji signifikan (uji t) dapat diketahui bahwa secara parsial variabel Return On Assets (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

Harga Saham, dengan nilai thitung yang diperoleh adalah sebesar 1,097 dan

taraf signifikan sebesar 0,292, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Tidak berpengaruhnya return on assets terhadap harga saham disebabakan karena keuntungan investor dan waktu dari keuntungan tersebut tidak pasti,

investor mencoba mengkompensir ketidak pastian ini dengan mengharapkan keuntungan yang cukup tinggi dari investasi tersebut. Keuntungan investasi dalam saham akan terdiri dari deviden yang diterima ditambah (dikurangi) dengan “capital gains (loss)”, yaitu selisih antara harga saham pada saat ini dengan harga pada waktu pembelian. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sasongko dan Wulandari (2006) serta Haryanto dan Sugiarto (2003) yang menghasilkan bahwa return on asset tidak berpengaruh terhadap harga saham. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak didukung teori yang diungkapkan oleh Husnan (1992:59), yang menyatakan bahwa karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, seorang investor tidak akan mampu untuk merencanakan pola konsumsi selama hidupnya dengan pasti.

4.4.2. Pengaruh Return On EquityTerhadap Harga Saham

Variabel Return On Equity (X2) tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap Harga Saham, dengan nilai thitung yang diperoleh adalah 1,709 dan

taraf signifikan yang diperoleh sebesar 0,111, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor pada pada perusahaan otomotif yang digunakan dalam sampel penelitian ini kurang memperhatikan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk menghasilkan laba bersih. Tidak berpengaruhnya variabel return on equity terhadap harga saham tersebut menunjukkan bahwa perusahaan kurang dapat memanfaatkan modalnya sendiri dalam menghasilkan laba. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sasongko dan Wulandari (2006) yang menghasilkan bahwa

78

tetapi penilitian ini bertolak belakang dengan hasil yang dilakukan oleh

Haryanto dan Sugiharto (2003:151), yang menyimpulkan bahwa return on

equity yang digunakan dalam mengukur performa perusahaan ternyata yang mempunyai pengaruh yang signifikan dengan harga saham.

4.4.3. Pengaruh Earning Per ShareTerhadap Harga Saham

Variabel Earning Per Share (X3) berpengaruh secara signifikan

terhadap Harga Saham, dengan nilai thitung yang diperoleh adalah 4,454 dan

taraf signifikan sebesar 0,001, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05.

berpengarunya earning per share terhadap harga saham menunjukkan

bahwa perusahaan berhasil untuk meningkatkan laba bersih yang akan membuat para investor tertarik untuk berinvestasi dan berdampak pula pada peningkatan harga saham perusahaan. Karena investor menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi perusahaan guna mengambil keputusan investasi. EPS merupakan rasio yang sangat penting karena mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share dikemudian hari dan tingkat harga saham dikemudian hari. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sasongko dan Wulandari (2006:67), maka diambil kesimpulan bahwa earning per share berpengaruh terhadap harga saham, yang artinya earning per share dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. Salah satu sebab mengapa EPS sangat populer adalah karena adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang penting

untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share

dianggap relevant dalam menilai efektivitas manajemen dan kebijaksanaan pembagian deviden.

4.4.4. Pengaruh Basic Earning PowerTerhadap Harga Saham

Pada variabel Basic Earning Power (X4) tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap Harga Saham, dengan nilai thitung yang diperoleh adalah

1,006 dan taraf signifikan sebesar 0,333, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam tahun pengamatan tidak berhasil untuk meningkatkan laba per lembar saham perusahaan, hal ini membuat investor tidak tertarik untuk menginvestasikan dananya kepada perusahaan tersebut. Karena investor menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi perusahaan guna mengambil keputusan investasi (Skousen, 1995:184). Jika investor tidak tertarik untuk menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan maka tidak dapat meningkatkan nilai harga saham perusahaan tersebut. Hasil ini juga tidak didukung oleh teori yang diungkapkan oleh Brigham dan Gapenski (1994) yang menyatakan bahwa salah satu indikator profitabilitas adalah

Basic Earning Power (BEP) yang merupakan laba per lembar saham dari suatu perusahaan, menunjukkan seberapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. Akan tetapi hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sasongko dan Wulandari (2006) yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa rasio BEP tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan.

80

4.4.5. Pengaruh Economic Value AddedTerhadap Harga Saham

Sedangkan pada variabel Economic Value Added (X5) tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham, dengan nilai thitung

yang diperoleh adalah 1,942 dan taraf signifikan sebesar 0,074, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam tahun pengamatan tidak mampu menciptakan kekayaan perusahaannnya untuk menarik minat inevstor dalam menanamkan dananya pada perusahaan sehingga tidak dapat menaikkan harga saham perusahaan tersebut. Tidak berpengaruhnya EVA terhadap harga saham kemungkinan disebabkan karena titik berat EVA bertumpu pada penggunaan laba operasi setelah pajak dan biaya modal yang sesungguhnya. Dengan kekayaan atau modal perusahaan yang meningkat sangat bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation), membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal, dan dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sasongko dan Wulandari

(2006) yang dalam penelitiannya menghasilkan bahwa economic value

added tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan. Penelitian yang dilakukan Panggabean (2005:17), menemukan bahwa

Economic Value Added (EVA) perusahaan dalam LQ 45 mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga sahamnya, hasil penelitian Pangabean ini juga tidak menudkung hasil penelitian sekarang.

Dokumen terkait