VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM
PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG
GO PUBLIK DI BURSA EFEK
INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen
Oleh:
0512010329/FE/EM
FAIQ SHOFI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
USULAN PENELITIAN
PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN RASIO ROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF
YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang Diajukan
0512010329/FE/EM
FAIQ SHOFI
Telah disetujui untuk mengikuti seminar proposal oleh :
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Hj. Kustini, MM Tanggal : ………
Mengetahui
Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
PENGARUH RASIO ROFITABILITAS DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF
YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA Yang diajukan
0512010329/FE/EM
FAIQ SHOFI
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh:
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Hj. Kustini, MM Tanggal : ...
Mengetahui
Ketua Program Studi Manajemen
NIP. 030 191 295
SKRIPSI
PENGARUH RASIO ROFITABILITAS DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF
YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA Yang diajukan
0512010329/FE/EM
FAIQ SHOFI
Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi oleh:
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Hj. Kustini, MSi Tanggal : ...
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “UPN” Veteran Jawa Timur
PENGARUH RASIO ROFITABILITAS DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF
YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA Disusun Oleh :
0512010329/FE/EM FAIQ SHOFI
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 11 Juni 2010
Pembimbing Utama Tim Penguji:
Ketua
Dra. Ec. Hj. Kustini, MSi
Sekretaris
Dra. Ec. Lucky Susilowati, MP
Anggota
Drs. Ec. Supriyono, MM
Dra. Ec. Hj. Kustini, MSi
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
NIP. 030 202 389
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kenikmatan yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi. berkat rahmatnya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia”.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
4. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS., Ketua Progaram Studi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
5. Bapak Dra. Ec. Hj. Kustini, MM., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, pengarahan dan bimbingan guna penyusunan skripsi ini.
ii penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Mei 2010
iii Daftar Isi
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Daftar Tabel ... viii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Lampiran ... x
Abstraksi ... xi
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Kegunaan Penelitian ... 7
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Landasan Teori ... 12
2.2.1. Pasara Modal ... 12
2.2.1.1.Pengertian Pasar Modal ... 13
2.2.1.2.Peranan Pasar Modal ... 14
2.2.1.3.Pengertian Investasi ... 15
2.2.1.4.Bentuk-Bentuk Pasar Modal ... 16
2.2.2. Analisis Rasio ... 17
iv
Rasio Standar ... 17
2.2.2.3.Menentukan Rasio Standar ... 19
2.2.2.4.Keunggulan Rasio Keuangan ... 20
2.2.2.5.Keterbatasan Analisa Rasio ... 21
2.2.2.6.Jenis Rasio ... 22
2.2.3. Saham ... 24
2.2.3.1.Harga Saham ... 24
2.2.3.2.Penilaian Harga Saham ... 25
2.2.4. Rasio Profitabilitas ... 26
2.2.5. Economic Value Added (EVA) ... 27
2.2.6. Pengaruh Return on Assets Terhadap Harga Saham ... 29
2.2.7. Pengaruh Return on Equity Terhadap Harga Saham ... 30
2.2.8. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham 32
2.2.9. Pengaruh Basic Earning Power Terhadap Harga Saham ... 33
2.2.10.Pengaruh Economic Value Added Terhadap Harga Saham ... 35
2.3. Kerangka Pikir ... 36
2.4. Hipotesis ... 37
Bab III Metode Penelitian 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38
v
3.2.1. Populasi ... 41
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 41
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 42
3.3.1. Jenis Data ... 42
3.3.2. Sumber Data ... 43
3.4. Prosedur Pengumpulan Data ... 43
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 44
3.5.1. Uji Asumsi Klasik ... 44
3.5.2. Teknik Analisis ... 46
3.5.3. Uji Hipotesis ... 47
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 48
4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia ... 48
4.1.2. Gambaran Umum PT. Indo Kordsa Tbk ... 49
4.1.3. Gambaran Umum PT. Astra Internasional Tbk ... 50
4.1.4. Gambaran Umum PT. Astra Otoparts Tbk ... 51
4.1.5. Gambaran Umum PT. Gajah Tunggal Tbk ... 52
4.1.6. Gambaran Umum PT. Goodyear Indonesia Tbk ... 52
4.1.7. Gambaran Umum PT. Nipress Tbk ... 53
4.1.8. Gambaran Umum PT. Selamat Sempurna Tbk ... 54
vi
4.2.2. Variabel Return on Equity (X2 4.2.3. Variabel Earning Per Share (X
) ... 56
3 4.2.4. Variabel Basic Earning Power (X ) ... 58
4 4.2.5. Variabel Economic Value Added (X ) ... 60
5 4.2.6. Variabel Harga Saham (Y) ... 64
) ... 62
4.3. Analisis Data ... 66
4.3.1. Uji Normalitas ... 66
4.3.2. Uji Regresi Linier Berganda ... 67
4.3.3. Uji Asumsi Klasik ... 71
4.3.4. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis ... 73
4.4. Pembahasan ... 76
4.4.1. Pengaruh Return On Assets Terhadap Harga Saham .. 76
4.4.2. Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham .. 77
4.4.3. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham 78
4.4.4. Pengaruh Basic Earning Power Terhadap Harga Saham ... 79
4.4.5. Pengaruh Economic Value Added Terhadap Harga Saham ... 80
4.5. Implikasi Hasil Penelitian ... 81
vii Bab V Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan ... 83 5.2. Saran ... 84
viii
Tabel 1. Data Harga Saham Perusahaan Otomotif Tahun 2004-2008 ... 5
Tabel 3.1. Perusahaan Otomotif Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia .. 42
Tabel 4.1. Data Return on Assets Perusahaan Otomotif Tahun 2004-2008 . 55 Tabel 4.2. Data Return on Equity Perusahaan Otomotif Tahun 2004-2008 57
Tabel 4.3. Data Earning Per Share Perusahaan Otomotif Tahun 2004-2008 ... 59
Tabel 4.4. Data Basic Earning Power Perusahaan Otomotif Tahun 2004-2008 ... 61
Tabel 4.5. Data Economic Value Added Perusahaan Otomotif Tahun 2004-2008 ... 63
Tabel 4.6. Data Harga Saham Perusahaan Otomotif Tahun 2004-2008 ... 65
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas ... 67
Tabel 4.8. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 68
Tabel 4.9. Hasil Pengujian Multikolinier ... 71
Tabel 4.10. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 72
ix Daftar Gambar
x
Lampiran 1 Data Return On Assets Perusahaan OtomotifTahun 2004-2008 Lampiran 2 Data Return On Equity Perusahaan OtomotifTahun 2004-2008 Lampiran 3 Data Earning Per Share Perusahaan OtomotifTahun 2004-2008 Lampiran 4 Data Basic Earning Power Perusahaan OtomotifTahun 2004-2008 Lampiran 5 Data Economic Value Added Perusahaan OtomotifTahun 2004-2008 Lampiran 6 Data Harga Saham Perusahaan OtomotifTahun 2004-2008
Lampiran 7 Input Data
Lampiran 8 Hasil Uji Normalitas
xi
Pengaruh Rasio ProfitabilitasDan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif
Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia
Faiq Shofi
Abstrak
Bagi perusahaan yang ingin terus mengembangkan usahanya tentu harus dapat meningkatkan modal usahanya dengan cara melakukan penjualan saham di pasar modal. Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan dimata masyarakat, apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan dimata masyarakat juga baik dan begitu juga sebaliknya, oleh karena itu harga saham merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis apakah ROA (return on assets), ROE (return on equity), EPS (earning per share), Basic Earning Power (BEP),
Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan otomotifdi Bursa Efek Indonesia.
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Regresi Linear Berganda. Variabel penelitian adalah ROA (return on assets), ROE (return on equity), EPS (earning per share), BEP (basic earning power), EVA (economic value added) dan Harga Saham. Populasi penelitian adalah laporan keuangan Perusahaan Otomotif Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia tahun 2004 – 2008.
Berdasarkan hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa Return on Assets, Return on Equity, Basic Earning Power, Economic Value Added tidak berpengaruh positif terhadap Harga Saham. Sedangkan Earning Per Share
berpengaruh positif terhadap Harga Saham.
Keyword : ROA (return on assets), ROE (return on equity), EPS (earning per share), BEP (basic earning power), EVA (economic value added),
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seorang investor jika melakukan investasi saham ke sejumlah
portofolio saham, sebelumnya investor tersebut harus memastikan bahwa
investasi yang dilakukan adalah tepat. Artinya investor harus menilai dari
berbagai alternatif yang akan mendatangkan pengembalian positif di waktu
yang akan datang. Baik pada deviden yaitu pola investasi jangka panjang
maupun penerimaan perubahan harga saham itu sendiri atau yang sering
terjadi pada investasi jangka pendek.
Dari beberapa alternatif penilaian investasi salah satunya adalah
analisis secara fundamental. Artinya seorang calon investor dapat meramal
masa depan portofolio yang dipilihnya berdasarkan performa perusahaan
yang digambarkan dari data sekunder perusahaan, yaitu berupa data neraca,
laba rugi, perubahan modal, arus modal dan laporan pendukung lainnya.
Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor
dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan tersebut
menjadi optimal bagi investor apabila dapat menganalisis lebih lanjut melalui
analisis rasio keuangan. Menurut Ulupui (2006:2), menyatakan bahwa rasio
keuangan berguna memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil
mendatang, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja masa lalu
dan masa mendatang.
Bagi perusahaan yang ingin terus mengembangkan usahanya tentu
harus dapat meningkatkan modal usahanya dengan cara melakukan penjualan
saham di pasar modal. Semakin pesatnya perkembangan pasar modal di
Indonesia saat ini membutuhkan dukungan informasi yang cepat dan
berkesinambungan. Salah satunya adalah informasi kondisi keuangan. Untuk
itu laporan keuangan harus mampu menggambarkan posisi keuangan dan
hasil-hasil usaha perusahaan pada saat tertentu secara wajar.
Salah satu bidang usaha yang tampak mengalami hambatan pada
perkembangannya adalah perusahaan otomotif. Krisis global mulai
mempengaruhi industri otomotif di dalam negeri, Tercatat beberapa
perusahaan merubah target penjualan baik untuk tahun 2008 maupun tahun
2009. Kondisi ini akan memaksa konsumen untuk memilih produk lebih
rasional sehingga penurunan penjualan tak dapat dielakkan, angkanya
diyakini tidak akan terlalu besar. Meskipun mengalami penurunan penjualan
pasar otomotif Indonesia tahun 2008 sekitar 590 ribu unit. Karena krisis
keuangan global, komoditas turun, dan likuiditas bank turun, maka asumsi
pasar otomotif Indonesia turun 20-30 persen untuk tahun 2009 mendatang.
Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejateraan pemilik
pasar modal, demikin dijika dilihat berdasarkan sudut pandang menajemen
keuangan. Tujuan ini sering diterjemahkan sebagai suatu usaha untuk
memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam mencapai tujuan tersebut, banyak
shareholder yang menyerahkan pengelolahan perusahan kepada para
profesional yang bertanggungjawab mengelola perusahaan, yang disebut
manajer. Para manajer yang diangkat oleh shareholder diharapkan akan
bertindak atas nama shareholder tersebut, yakni memaksimumkan nilai
perusahaan sehingga kemakmuran shareholder akan dapat tercapai.
Menurut Bernstein (1983) dalam Harahap (2001:190), menyatakan
Analisa laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analitis
atas laporan keuangan untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran serta
hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan
keputusan.
Pada penelitian ini peneliti meneliti tentang Economic Value Added
(EVA) dan rasio profitabilitas, dimana rasio profitabilitas atau rasio
rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.
(Harahap, 2001:304). Sedangkan Economic Value Added (EVA) merupakan
laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal tahunan.
EVA yang menunjukkan nilai positif, artinya perusahaan tersebut
mampu menciptakan kekayaan (modal), hal sebaliknya bila menunjukkan
mampu membentuk kekayaan saja yang dapat bertahan. Titik berat EVA
bertumpu pada penggunaan laba operasi setelah pajak dan biaya modal yang
sesungguhnya. Penelitian yang dilakukan oleh Lehn dan Mahkija (1996),
menyimpulkan bahwa EVA mempunyai hubungan paling erat dengan tingkat
pengembalian saham.
Rasio profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai
secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari
aktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaan dikategorikan
menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka
banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham
tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih
tinggi. (Haryanto dan Sugiharto, 2003:142)
Lebih lanjut penelitian ini difokuskan pada perusahaan yang go publik
di Indonesia terutama yang tercatat pada PT. Bursa Efek Indonesia (BEI).
Untuk perusahaan otomotif di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan
menggunakan rasio: 1) Return On Assets (ROA), 2) Return on Equity
(ROE), 3)) Earning Per Share (EPS), 4) Basic Earning Power (BEP), dan 5)
Economic Value Added (EVA). Return On Assets (ROA) menggambarkan
perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini
semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan
meraih laba. Return on Equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan
berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Earning Per Share
adalah rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham
menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan
laba. (Harahap, 2001)
Berikut adalah data harga saham beberapa perusahaan otomotif yang
go publik dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia:
Tabel 1
Data Harga Saham Perusahaan Otomotif Tahun 2004 s/d 2008
No. Nama Perusahaan Tahun Harga Saham (Rp)
Dari data harga saham perusahaan otomotif dapat diketahui bahwa
peningkatan harga saham terbesar terjadi pada perusahaan otomotif tersebut
diatas mengalami penurunan dan peningkatan. Penurunan nilai harga saham
perusahaan menunjukkan bahwa nilai harga saham pada saat penutupan
setelah terjadi pengumuman laporan keuangan pada periode pengamatan
menurun.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis melakukan penelitian ini,
dengan Judul “Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Economic Value Added
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Go Publik di
Bursa Efek Indonesia.”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, yang telah diuraikan diatas, maka
perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan otomotifdi Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan otomotifdi Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan otomotifdi Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah Basic Earning Power (BEP) berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan otomotifdi Bursa Efek Indonesia?
5. Apakah Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap harga
Penelitian tentang perubahan laba pada perusahaan otomotif
bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah Return On Assets (ROA)
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa Efek
Indonesiap6-7
2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah Return on Equity (ROE)
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa Efek
Indonesia
3. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah Earning Per Share (EPS)
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa Efek
Indonesia
4. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah Basic Earning Power (BEP)
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa Efek
Indonesia
5. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah Economic Value Added
(EVA) berpengaruh terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa
Efek Indonesia
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak antara
1. Bagi pengembangan ilmu
a. Untuk meningkatkan kemampuan dalam memecahkan permasalahan
yang terjadi di perusahaan dengan menggunakan ilmu yang
diperoleh selama duduk di bangku kuliah.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut yang berhubungan
dengan masalah yang ada.
2. Bagi kepentingan terapan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada investor
maupun calon investor sehingga dapat digunakan sebagai bahan
9
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Noer Sasongko dan Nita Wulandari
(2006), yang berjudul Pengaruh EVA dan Rasio–Rasio Profitabilitas
Terhadap Harga Saham. Di dalam penelitian ini variabel yang digunakan
Return On Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Sales
(ROS), Earning Per Share (EPS), Basic Earning Power (BEP), dan
Economic Value Added (EVA) serta harga saham. Dengan menggunakan
teknik regresi berganda atau multiple regression untuk menguji pengaruh
ROA, ROE, ROS, EPS, BEP, dan EVA terhadap harga saham. Hasil
pengujian hipotesis yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :1) Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa earning per
share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji t yang diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05).
Artinya EPS dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. 2)
Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa return on asset, return on equity,
return on sale, basic earning power, dan economic value added tidak
berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t
yang ditolak pada taraf signifikansi 5% (p>0,05). Artinya ROA, ROE,
ROS, BEP, dan EVA tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai
perusahaan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dan Toto Sugiharto (2003),
10
Perusahaan Industri Minuman Di Bursa Efek Jakarta. Di dalam penelitian
ini variabel yang digunakan return on asset, return on equity, net profit
margin dan harga saham perusahaan industri minuman. Dengan
menggunakan teknik analisis adalah regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari beberapa rasio profitabilitas hanya
return on equity yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham sedangkan untuk return on asset dan net profit margin tidak
memiliki pengaruh yang signfikan terhadap harga saham. Sedangkan
secara bersama-sama dari ketiga variabel return on asset, return on
equity dan net profit margin tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani
(2003), yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga
Saham (Kasus Perusahaan Jasa Perhotelan yang Terdaftar di Pasar Modal
Indonesia). Di dalam penelitian ini variabel yang digunakan equity,
return on asset dan harga saham perusahaan Jasa Perhotelan. Dengan
menggunakan teknik analisis adalah regresi linier berganda. Berdasar
pendekatan constant growth of dividend discount model maka
faktor-faktor yang diduga mempengaruhi harga saham mencakup: return on
asset, return on equity, earning per share, book value equity per share,
debt to equity ratio, return saham, return bebas risiko, beta saham dan
return market. Setelah melalui kaidah-kaidah analisis regresi maka
faktor-faktor yang membentuk model penelitian adalah return on asset,
return onequity, book value equity per share, debt to equity ratio, return
saham, beta saham dan return market sebagai variabel bebas sedangkan
atau dengan kata lain memiliki nilai P<0,05, bisa dikatakan bahwa model
persamaan dalam penelitian itu cukup signifikan meskipun hubungan
yang terjadi antara harga saham dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya bersifat relatif lemah yang ditunjukkan oleh besarnya
koefisien determinasi R2 = 0,434. Hal ini menunjukkan bahwa secara
umum faktor-faktor di atas tidak dapat digunakan sepenuhnya untuk
mengekspektasi variasi harga saham, tentu masih banyak faktor-faktor
lain di luar pendekatan dividend ini yang masih bisa dieksplorasi lebih
lanjut pada penelitian-penelitian berikutnya. Selanjutnya jika dikaji
secara parsial yang berpengaruh signifikan terhadap variasi harga saham
adalah book value equity per share dan return onequity.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Raja Lambas J. Panggabean (2005), yang
berjudul Analisis Perbandingan Korelasi Eva Dan Roe Terhadap Harga
Saham Lq 45 Di Bursa Efek Jakarta. Di dalam penelitian ini variabel
yang digunakan Economic Value Added (EVA), Return On Equity (ROE),
stock price. Penelitian ini merupakan studi kasus tentang hubungan
antara Economic ValueAdded ( EVA ) dan Return on Equity ( ROE) dari
perusahaan – perusahaan LQ 45 dengan harga sahamnya. Penelitian ini
bersifat asosiatif yaitu melihat hubungan antara EVA dan ROE dengan
harga saham pada pasar periode 2001 sampai dengan periode 2003.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang analisis perbandingan
korelasi EVA dan ROE terhadap Harga Saham pada 20 perusahaan di
Bursa Efek Jakarta dapat disimpulkan beberapa hal pokok sebagai
berikut:
a. Beberapa perusahaan LQ 45 yang mempunyai rata – rata ROE cukup
12
ternyata perusahaan value destroyer karena mempunyai nilai EVA
yang negatif.
b. PT HM Sampoerna merupakan perusahaan yang mempunyai rata –
rata harga saham tertinggi dari seluruh rata-rata harga saham
perusahaan dalam LQ 45.
c. Economic Value Added (EVA) perusahaan dalam LQ 45 mempunyai
korelasi yang signifikan dengan harga sahamnya.
d. Return On Equity (ROE) perusahaan dalam LQ 45 tidak mempunyai
korelasi yang signifikan dengan harga saham.
Berdasarkan penjabaran mengenai penelitian terdahulu diatas maka
dapat dijelaskan mengenai perbedaan dan persamaan penelitian terdahulu
dengan penelitian yang dilakukan saat ini, selengkapnya sebagai berikut :
1.Persamaan
a. Sama-sama meneliti variabel EVA, Profitabilitas dan Harga Saham
b.Sama-sama menggunakan teknik Analisis Regresi Linier Berganda.
2.Perbedaan
a. Menggunakan tahun pengamatan yang berbeda.
b.Menggunakan Obyek Penelitian yang berbeda.
2.2.Landasan Teori
2.2.1. Pasar Modal
Jogiyanto (2003:15) menyatakan bahwa perusahaan yang
membutuhkan dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal. Surat
berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan dijual di pasar primer
(primary market). Tipe lain dari pasar modal adalah pasar kedua (second
Pasar kedua merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar
pertama tutup. Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan
pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup. Pasar keempat
merupakan pasar modal yang dilakukan diantara institusi berkapasitas
besar untuk menghindari komisi untuk broker. Pasar keempat umumnya
menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam
jumlah blok yang besar.
2.2.1.1.Pengertian Pasar Modal
Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif
untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan ke
sektor-sektor yang produktif. Dengan demikian pasar modal dapat menimbulkan
multiplier efek yang sangat luas terutama kepada lembaga-lembaga yang
terkait.
Menurut Gitosudarmo dan Bisri (2002:239) pasar modal juga dapat
dikatakan sebagai monopoli pemilikian perusahaan karena setelah
perusahaan tersebut go publik dan memanfaatkan pasar modal kemudian
pemegang surat berharga juga menjadi pemilik perusahaan sehingga
menjadi milik publik.
Pengertian pasar modal menurut Sunariyah (2003:4) secara umum
adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya
adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang
keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti
14
disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan
jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang
efek.
Pengertian lain dari pasar modal yang diungkapkan oleh Anoraga
(2000:5) dalam Sugiharto dan Haryanto (2003:142) adalah pelengkapan di
sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga
pembiayaan, dimana pasar modal memberikan jasanya sebagai jembatan
penghubung antara pemilik modal dengan peminjaman dana.
2.2.1.2.Peranan Pasar Modal
Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga
menceminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di
masa mendatang serta kualitas dari manajemennya. Jika calon investor
meragukan kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin di harga
surat berharga yang turun.
Menurut Jogiyanto (2003:12) pasar modal dapat digunakan sebagai
sarana tidak langsung pengukur kualitas manajemen. Juga pemegang
saham mempunyai hak mengawasi manajemen lewat hak veto di dalam
pertemuan dan pemilihan manajemen. Hak veto pemegang saham dapat
dilakukan langsung atau dapat dialihkan ke pihak kedua lewat suatu wakil
atau proksi. Jika pemegang saham tidak puas dengan manajemen, maka
dapat terjadi perang proksi untuk mengganti manajemen.
Pasar modal juga mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang
Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang mempunyai
kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain yang lebih
produktif yang membutuhkan dana. Sebagai akibatnya, peminjam dan
pemberi pinjaman akan lebih diuntungkan dibandingkan jika pasar modal
tidak ada.
Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal menurut
Jogiyanto (2003:11) merupakan tempat bertemu antara pembeli dan
penjual dengan resiko untung dan rugi. Kebutuhan dana jangka pendek
umumnya diperoleh di pasar uang. Pasar modal merupakan sarana
perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan
menjual saham untuk mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti
pemilikan sebagian dari perusahaan. Obligasi merupakan suatu kontrak
yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman
ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang sudah
disepakati.
Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar
modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid
jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat
berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari
surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat.
2.2.1.3.Pengertian Investasi
Investasi menurut Sunariyah (2003:4) adalah penanaman modal
16
lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan
datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh
individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi
dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: investasi dalam bentuk
aktiva real dan investasi dalam surat-surat berharga atau sekuritas.
Investasi menurut Jogiyanto (2003: 5) merupakan penundaan
konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama
periode waktu yang tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas
membutuhkan kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu
unit konsumsi mendatang.
2.2.1.4.Bentuk-Bentuk Pasar Modal
Pasar modal di Indonesia terdiri dari beberapa macam menurut
Gitosudarmo (2002:245) terdiri dari:
1. Pasar Perdana (Pasar Primer)
Pasar perdana penawaran efek dari emiten kepada para investor selama
masa tertentu sebelum efek tersebut di catatan Bursa. Harga efek tidak
dapat ditawar dan jumlah pembelian dibatasi sejumlah lot tertentu.
2. Bursa Efek (Pasar Sekunder)
Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek
pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara
3. Pasar Tertier
Pada bursa ini memperdagangkan efek untuk efek permasalahan
tertentu dan memperdagangkan efek yang diperjual belikan.
4. Pasar Kuarter
Pasar kuarter merupakan perdagangan efek diantara sesama
perdagangan efek dan pada umumnya dalam jumlah yang besar.
2.2.2. Analisis Rasio
2.2.2.1.Pengertian Rasio
Jumingan (2008:118) mendefinisikan rasio dalam analisis laporan
keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur
lainnya dalam laporan keuangan.
Selain itu menurut Harahap (2001:297) berpendapat rasio
keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu
pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan
yang relevan dan signifikan (berarti).
Arifin (2007:32) memberikan definisi Rasio keuangan merupakan
alat analisis yang dinyatakan dalam arti relative maupun absolute untuk
menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yag satu dengan elemen
yang lain dalam suatu laporan keuangan.
2.2.2.2.Masalah Yang Dihadapi Dalam Penentuan Rasio Standar
Menurut Jumingan (2008:19) Penentuan rasio standar sebagai
18
rasio standar untuk industri otomotif merupakan hasil rata-rata dari
beberapa perusahaan yang sejenis yang mempunyai kondisi keuangan dan
hasil usaha yang berbeda-beda.
Variasi kondisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan
dengan perusahaan lainnya mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
1) Perbedaaan letak geografis yang membawa perbedaaan dalam tingkat
harga dan biaya usaha.
2) Perbedaan dalam pemilikian aktiva tetap, ada yang memiliki sendiri
pada yang menyewa. Perbedaan dalam besar kecilnya investasi dalam
harta kekayaan yang tidak digunakan dalam hubungannya dengan
operasi regular.
3) Perbedaan dalam tingkat harga dicerminkan dalam pos-pos aktiva
tidak lancar.
4) Perbedaan dalam umur harta kekayaan yang dimiliki, ada yang baru
ada yang lama.
5) Perbedaan dalam banyaknya jenis barang yang diproduksi.
6) Perbedaan dalam tingkat kapasitas pabrik.
7) Perbedaan dalam penilaian persediaan.
8) Perbedaaan dalam kebijaksanaan pembelian bahan dasar.
9) Perbedaan dalam kebijaksanaan menentukan tingkat persediaan.
11) Perbedaan dalam kebijaksanaan saluran pemasaran. Menjual produk
kepada pembeli tunggal, kepada banyak pedagang besar, pedagang
kecil, atau langsung kepada konsumen.
12) Perbedaaan dalam banyak sedikitnya utang jangka panjang. Juga
dalam struktur permodalan, sumber dananya banyak berasal dari
pinjaman atau modal sendiri.
13) Kebijaksanaan dalam pembayaran deviden.
14) Perbedaan dalam sistem akuntansi dan prosedur akuntansi, termasuk
penggolongan pos-pos laporan keuangan, periode akuntansi, dan
metode penyusunan.
2.2.2.3.Menentukan Rasio Standar
Apabila rasio standar tidak tersedia dalam bentuk yang sudah
dipublikasikan, menganalisis dapat membuat standarnya sendiri.
Rasio standar dapat ditentukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Mengumpulkan data laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan
(dalam industri) yang dipertimbangkan. Perusahaan tersebut
hendaknya mempunyai keseragaman dalam sistem akuntansi dan
prosedur akuntansi termasuk keseragaman dalam penggolongan
rekening-rekening dan metode penyusutan, keseragaman periode
akuntansi, kesamaan dalam penilaian aktiva dan kebijaksanaan
amortisasi, dan keseragaman dalam kebijaksanaan manajemen.
b. Menghitung angka-angka rasio yang dipilih dari tiap-tiap perusahaan
20
c. Menyusun rasio-rasio tersebut dari yang tertinggi sampai yang
terendah.
d. Menghapus rasio yang ekstrem, yaitu rasio yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah.
e. Menghitung rata-rata atau menentukan mediannya (ini merupakan
rasio standar yang dicari).
2.2.2.4. Keunggulan Rasio Keuangan
Analisa rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisa
lainnya. Keunggulan tersebut menurut Harahap (2001:298) adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka atau iktisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi (Z score).
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time
series”.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di
2.2.2.5.Keterbatasan Analisa Rasio
Disamping keungulan yang dimiliki analisa rasio, teknik ini juga
memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu
pengunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaanya. (Harahap,
2001:298)
Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan
untuk kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga
menjadi keterbatasan teknik ini seperti :
a. Banyak perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak
mengandung taksiran dan jugment yang dapat dinilai bias atau
subyektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio
adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada
angka rasio.
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi
bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan
menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
22
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar
akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karena jika dilakukan
perbandingan bisa menimbulkan kesalahan
2.2.2.6.Jenis Rasio
Jenis–jenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis menurut
(Harahap,2001:301-311).
Adapun rasio keuangan yang sering digunakan adalah:
1. Rasio Likuiditas.
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung
melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva
lancar dan hutang lancar.
2. Rasio Solvabilitas.
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya
apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos
yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka
panjang.
3. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas.
Rasio rentabilitas atau juga disebut profitabilitas ini menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,
dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut
juga operating rasio.
4. Rasio Leverage.
Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan
terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan
perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang
baik mestinya memiliki komposisi modal lebih besar dari hutang.
Rasio ini bisa juga diangggap bagian dari rasio solvabilitas.
5. Rasio Aktivitas.
Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasi baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan
kegitan lainnya.
6. Rasio Pertumbuhan.
Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan proses perusahaan
dari tahun ke tahun.
7. Market BasedRatio (Penelitian Pasar).
Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan
dipasar modal yang menggambarkan situasi atau keadaan prestasi
24
8. Rasio Produktivitas.
Jika perusahaan ingin dinilai dari segi produktivitas unit-unitnya maka
bisa dihitung rasio produktivitas. Rasio ini menunjukkan tingkat
produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai
2.2.3. Saham
2.2.3.1.Harga Saham
Siamat (2001:225) dalam Sugiharto dan Haryanto (2003:142)
beranggapan bahwa harga saham merupakan refleksi dari nilai perusahaan
yang bersangkutan. Seringkali investor melakukan penilaian terhadap
saham perusahaan berdasarkan perolehan per lembar saham. (Weston,
1994:215)
Menurut Sunariyah (2000:154) harga saham dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yakni harga pasar, harga nominal dan harga perdana.
1. Harga pasar (market value) yaitu harga yang berlaku dalam pasar pada
saat itu.
2. Harga nominal saham adalah harga saham yang tercantum dalam
sertifikat saham, dimana yang telah ditetapkan oleh emiten serta
dengan mendapatkan persetujuan dari Bapepam (Badan Pemeriksa dan
Pengawas Pasar Modal).
3. Harga perdana adalah harga saham ketika saham tersebut dijual saat
pertama kali di pasar perdana, yang harganya ditentukan oleh penjamin
emisi dan emiten berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang
2.2.3.2.Penilaian Harga Saham
Menurut G. Foster (1986) dalam Gitosudarmo dan Basri
(2002:268), analisis terhadap saham melalui manajemen investasi aktif
dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan teknikal dan
pendekatan fundamental.
1. Pendekatan Teknikal
Pendekatan teknikal merupakan suatu teknik analisis yang
menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk
berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu
atau pasar secara keseluruhan.
Pendekatan ini menggunakan data yang sudah dipublikasikan serta
faktor-faktor lain yang sasarannya adalah ketepatan waktu dalam
memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham maupun
indikator pasar. Penekanan analis adalah pada perubahan harga
daripada tingkat harga untuk meramalkan perubahan harga tersebut.
2. Pendekatan Fundamental
Analisis fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa
setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik merupakan nilai
nyata suatu saham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental
perusahaan penerbit saham. Menurut Braham et al. (1986), nilai
intrinsik adalah nilai yang tercermin pada faktor seperti pendapatan
26
2.2.4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas yang dipergunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. ROA (Return On Assets)
Rasio Return On Assets menggambarkan perputaran aktiva diukur dari
volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti
bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
Untuk menghitung Return on assets menurut Harahap (2001:305) dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
Return On Assets =
Return on assets mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua
investor.
b. ROE (Return On Equity)
Rasio ini juga menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila
dukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.
Return on Equity =
Rasio ini dipergunakan untuk mengetahui kemampuan, perusahaan
c. EPS
Earning Per Share adalah laba per lembar saham dari suatu perusahaan
dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harahap, 2001:305):
EPS =
Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham
menghasilkan laba.
d. Basic Earning Power
Basic Earning Power merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi
bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio
ini semakin baik. Yang dihitung dengan menggunakan rumus (Harahap,
2001:305):
Basic Earning Power =
aktiva
2.2.5. Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) atau NITAMI (Nilai Tambah
Ekonomis) adalah laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya
modal tahunan. EVA yang menunjukkan nilai positif, artinya perusahaan
tersebut menciptakan kekayaan (modal), hal sebaliknya bila menunjukkan
nilai negatif. Dalam jangka panjang hanya perusahaan-perusahaan yang
mampu membentuk kekayaan saja yang dapat bertahan. Titiki berat EVA
28
yang sesungguhnya. Menurut Rousan (1997) dalam Isnani dan Iswati
(2001:202) formula EVA adalah:
EVA = Net operating after tax – Cost of capital
Net operating after tax merupakan laba bersih setelah pajak, atau
earning after tax (EAT). EAT atau laba bersih merupakan penyesuaian
dari laba setelah pajak, di mana laba operasi dihitung sebelum dikurangkan
dengan pengeluaran (financing cost) dan bukan masukan pembukuan tunai
(non cash bookkeeping entries). Besarnya nilai EAT tidak memberikan
dampak pada profitabilitas ataupun resiko dari bisnis yang sekarang, jadi
baik perusahaan tersebut dibiayai dengan hutang maupun dengan modal
sendiri, nilai EAT-nya akan identik. (Isnani dan Iswati, 2001:202)
Cost of capital merupakan tingkat pengembalian investasi
minimum untuk mendapatkan required rate of return (tingkat
pengembalian yang diharapkan oleh investor kreditur dan pemegang
saham). (Isnani dan Iswati, 2001:202)
Menurut Utama (1997) dalam Isnani dan Iswati (2001:205) analisis
EVA juga memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu:
1. Kelebihan
a. Sangat bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada
penciptaan nilai (value creation)
b. Membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal
c. Dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek
2. Kekurangan
a. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun
tertentu
b. Proses perhitungannya memerlukan estimasi atas biaya modal.
Estimasi tersebut cukup sulit dilakukan dengan tepat, terutama
pada perusahaan yang belum go publik.
Disamping itu Rousana (1997) mengidentifikasi kelemahan EVA
sebagai berikut:
a. EVA terlalu menekankan pada kayakinan bahwa investor sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu,
padahal faktor-faktor lain terkadang justru dominan.
b. Konsep ini sangat tergantung pada transparasi internal untuk
menghasilkan perhitungan yang akurat, dalam kenyataannya
perusahaan jarang mengemukakan kondisi internalnya.
2.2.6. Pengaruh Return On Assets Terhadap Harga Saham
Menurut Harahap (2001:305), Rasio Return On Assets
menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin
besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat
berputar dan meraih laba.
Karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang, seorang investor tidak akan mampu untuk merencanakan pola
30
waktu dari keuntungan tersebut tidak pasti, investor mencoba
mengkompensir ketidak pastian ini dengan mengharapkan keuntungan
yang cukup tinggi dari investasi tersebut. Keuntungan investasi dalam
saham akan terdiri dari deviden yang diterima ditambah (dikurangi)
dengan “capital gains (loss)”, yaitu selisih antara harga saham pada saat
ini dengan harga pada waktu pembelian. (Suad Husnan, 1992:59)
Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau
menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang
akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi.
(Haryanto dan Sugiharto, 2003:142)
Berdasarkan definisi dari beberapa sumber diatas maka disimpulan
bahwa ROA memiliki pengaruh yang positif terhadap Harga sama karena
apabila sebuah perusahaan memiliki keuntungan yang besar maka akan
banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham
perusahaan tersebut dan harga saham tersebut akan mengikuti untuk
bergerak naik.
2.2.7. Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham
Menurut Mamduh Hanafi (2003:85), “Return on Equity adalah
salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio
Dengan demikian investor ini lebih memperhatikan seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk
menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal
sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih dapat memanfaatkan
modalnya sendiri dibandingkan perusahaan lain. Dengan demikian hal ini
akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan saham yang pada
akhirnya dapat menaikkan harga saham.
Demikian pula sebaliknya apabila ROE rendah berarti perusahaan
tidak menggunakan equitynya dengan efisien dan efektif sehingga hal ini
dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap nilai perusahaan dan
kemudian berdampak pada turunnya harga saham. Jadi ROE ini dijadikan
sebagai indikator atas kinerja suatu perusahaan mengingat para investor
lebih cenderung memperhatikan kemampuan perusahaan dalam mengelola
modalnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryanto dan
Sugiharto (2003:151), setelah menguji data dari laporan keuangan serta
harga saham perusahaan minuman di Bursa Efek Jakarta dan menganalisa
hasil perhitungan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
return on equity yang digunakan dalam mengukur performa perusahaan
32
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Subiyantoro dan Andreani (2003:179), menemukan bahwa return on
equity berpengaruh terhadap harga saham perusahaan jasa perhotelan di
Pasal Modal Indonesia.
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa ROE memiliki pengaruh positif terhadap Harga saham,
hal tersebut dikarenakan apabila perusahaan mampu menggunakan
modalnya dengan efisien dan efektif maka akan semakin meningkatkan
kepercayaan investor terhadap nilai perusahaan dan kemudian berdampak
pada meningkatnya harga saham.
2.2.8. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham
Earning Per Share adalah rasio ini menunjukkan berapa besar
kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. Menurut Skousen
(1995:184) Earning Per Share merupakan alat ukur yang berguna untuk
membandingkan laba dari berbagai satuan usaha yang berbeda dan untuk
membandingkan laba satu-satuan dari waktu ke waktu manakala terjadi
perubahan dalam struktur modal. Dengan berhasilnya perusahaan, laba
bersih jelas akan meningkat. Tetapi investor berkepentingan untuk
mengetahui apakah laba bersih bertumbuh sepadan dengan ukuran struktur
modal perusahaan. Investor menggunakan angka laba per saham untuk
mengevaluasi hasil operasi perusahaan guna mengambil keputusan
Menurut Tuanakotta (1985:213) Earning Per Share adalah angka
yang paling sering dipergunakan dalam publikasi mengenai performance
perusahaan yang menjual sahamnya kepada umum. EPS sering
dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data
akuntasi. Salah satu sebab mengapa EPS sangat populer adalah karena
adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk
melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share dikemudian
hari dan tingkat harga saham dikemudian hari. EPS juga dianggap
relevant dalam menilai efektivitas manajemen dan kebijaksanaan
pembagian deviden.
Berdasarakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sasongko dan
Wulandari (2006:67), maka diambil kesimpulan bahwa earning per
share berpengaruh terhadap harga saham, yang artinya earning per
share dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan.
2.2.9. Pengaruh Basic Earning Power Terhadap Harga Saham
Untuk melakukan analisis profitabilitas yang merupakan hasil
akhir dari berbagai keputusan dan kebijakan yang dijalankan perusahaan,
diperlukan angka-angka indikator. Analisis profitabilitas ini memberikan
jawaban akhir tentang efektif tidaknya suatu perusahaan. Profitabilitas
34
deviden yang stabil sementara pada saat yang sama dapat mempertahankan
kenaikan kekayaan pemegang saham dalam perusahaan.
Menurut Brigham dan Gapenski (1994) salah satu indikator
profitabilitas adalah Basic Earning Power (BEP) yang merupakan laba per
lembar saham dari suatu perusahaan, rasio ini menunjukkan berapa besar
kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. (Harahap, 2001:305)
Dengan berhasilnya perusahaan untuk meningkatkan laba per
lembar saham perusahaan, maka investor yang tertarik untuk
menginvestasikan dananya kepada perusahaan tersebut. Karena investor
menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi
perusahaan guna mengambil keputusan investasi. (Skousen, 1995:184).
Dengan tertariknya investor untuk menginvestasikan dananya pada suatu
perusahaan akan dapat meningkatkan nilai harga saham perusahaan
tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa BEP memiliki pengaruh positif terhadap Harga saham,
hal tersebut disebabkan karena BEP dapat menunjukkan berapa besar
kemampuan per lembar saham menghasilkan laba, sehingga semakin baik
keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba yang ditunjukkan oleh
rasio BEP akan dapat akan dapat meningkatkan nilai harga saham
2.2.10.Pengaruh Economic Value AddedTerhadap Harga Saham
Economic Value Added (EVA) merupakan laba operasi setelah
pajak dikurangi dengan total biaya modal tahunan. EVA yang
menunjukkan nilai positif, artinya perusahaan tersebut mampu
menciptakan kekayaan (modal), hal sebaliknya bila menunjukkan nilai
negatif. Dalam jangka panjang hanya perusahaan-perusahaan yang mampu
membentuk kekayaan saja yang dapat bertahan. Titik berat EVA bertumpu
pada penggunaan laba operasi setelah pajak dan biaya modal yang
sesungguhnya. Penelitian yang dilakukan oleh Lehn dan Mahkija (1996),
menyimpulkan bahwa EVA mempunyai hubungan paling erat dengan
tingkat pengembalian saham.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Panggabean
(2005:17), menemukan bahwa Economic Value Added (EVA) perusahaan
dalam LQ 45 mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga
sahamnya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa EVA memiliki pengaruh positif terhadap Harga saham,
hal tersebut disebabkan karena EVA dapat menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menciptakan kekayaan (modal). Semakin besar
kekayaan (modal) yang dihasilkan oleh perusahaan maka perusahaan
36
2.3.Kerangka Pikir
Kecenderungan penurunan/fluktuatif terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia
Return On Assets. Semakin besar ROA menunjukkan bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. (Haryanto dan Sugiharto, 2003:142)
Return On Equity. Semakin besar ROE maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan. Dengan demikian hal ini akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan saham yang pada akhirnya dapat menaikkan harga saham. (Haryanto dan Sugiharto, 2003:151)
Earning Pers Share. Investor menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi perusahaan guna mengambil keputusan investasi, karena EPS mengandung
informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share
dikemudian hari dan tingkat harga saham dikemudian hari. (Tuanakotta, 1985:213)
Basic Earning Power. Perusahaan yang berhasil meningkatkan laba per lembar saham perusahaan, akan menarik investor untuk menginvestasikan dananya kepada perusahaan tersebut. Dengan tertariknya investor untuk menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan akan dapat meningkatkan nilai harga saham perusahaan tersebut. (Skousen, 1995:184)
Economic Value Added. Nilai EVA perusahaan yang menunjukkan nilai positif, berarti bahwa perusahaan tersebut mampu menciptakan kekayaan (modal), sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya yang akan dapat meningkatkan nilai harga saham
perusahaan tersebut. (Lehn dan Mahkija, 1996)
2.4.Hipotesis
1. Diduga Return On Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap harga
saham perusahaan otomotifdi Bursa Efek Indonesia.
2. Diduga Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap harga
saham perusahaan otomotifdi Bursa Efek Indonesia.
3. Diduga Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap harga
saham perusahaan otomotifdi Bursa Efek Indonesia.
4. Diduga Basic Earning Power (BEP) berpengaruh positif terhadap harga
saham perusahaan otomotifdi Bursa Efek Indonesia.
5. Diduga Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk memperjelas arti variabel faktor–faktor rasio profitabilitas
yang berpengaruh terhadap harga saham, maka definisi operasional dan
pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Harga Saham
Adalah merupakan harga per lembar saham dari perusahaan berdasarkan
harga saham penutupan per tahun yang dinyatakan dalam bentuk rupiah
(Rp) dan skala yang digunakan adalah skala rasio.
2. Rasio Profitabilitas
adalah suatu rasio atau perhitungan yang digunakan untuk mengukur atau
memperhitungan keuntungan atau laba dari suatu perusahaan.
Variabel yang digunakan terdiri dari :
a. Variabel Return On Assets
Return On Assets mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor. Rasio ini menggambarkan
perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio
ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat
Return On Assets =
b. Variabel Return On Equity
Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia
bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh
besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar
maka rasio ini juga akan makin besar.
Return on Equity =
c. Variabel Earning Per Share
Earning Per Share adalah laba per lembar saham dari suatu
perusahaan. Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per
lembar saham menghasilkan laba.
EPS =
d. Variabel Basic Earning Power
Basic Earning Power merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan memperoleh laba.
BEP =
e. Variabel Economic Value Added
Economic Value Added (EVA) atau NITAMI (Nilai Tambah
Ekonomis) adalah laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total
Atau
EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis (value creation) yang
diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strategi manajemen
selama periode tertentu.
NOPAT (Net Operating After Tax) adalah laba operasi perusahaan
setelah di kurangi pajak penghasilan, tetapi sebelum di kurangi biaya
keuangan (financila cost) dan non cash bookkeeping entries seperti
biaya penyusutan dan amortisasi.
Total hutang dan ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Pinjaman jangka
pendek tanpa bunga merupakan pinjaman yang digunakan
perusahaan yang pelunasan maupun pembayarannya akan dilakukan
dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan
menggunkan aktivitas lancar yang dimiliki perusahaan, dan atas
pinjaman itu tidak dikenai bunga, seperti hutang usaha, hutang pajak,
biaya yang masih harus dibayar, dan lain-lain
WACC = [(D x rd ) (1 - Tax) + (E x re)]
EVA= − WACC x INVESTEDCAPITAL
Pajak Usaha
Rugi Laba
100
3.2. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek /
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2003:55). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan
sebagai obyek penelitian adalah laporan keuangan perusahaan Otomotif
yang go publik dan terdaftar di BEI yang berjumlah 19 perusahaan.
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek /
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya
adalah purposive sampling yaitu berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu. Kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti adalah :
1. Data laporan keuangan perusahaan tersedia berturut-turut untuk tahun
pelaporan dari 2004 – 2008.
2. Perusahaan mempublikasi laporan keuangan auditan dengan
menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember
3. Perusahaan tercatat mempunyai data harga saham (pada tanggal saat
laporan keuangan diserahkan ke BAPEPAM selama tahun 2004
sampai dengan tahun 2008)
4. Perusahaan yang memperoleh laba
Berdasarkan kriteria diatas maka perusahaan otomotif yang terpilih
sebagai sampel penelitian adalah sebanyak 7 perusahaan diantaranya
adalah:
Tabel 3.1.
Perusahaan Otomotif Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia
No Nama Perusahaan
1 PT. Indo Kordsa Tbk. 2 PT. Astra Internasional Tbk. 3 PT. Astra Otoparts Tbk. 4 PT. Gajah Tunggal Tbk. 5 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 6 PT. Nipress Tbk.
7 PT. Selamat Sempurna Tbk.
Sumber: Bursa Efek Indonesia
3.3. Jenis dan Sumber Data
3.4.1. Jenis Data
1. Data kualitatif yaitu data yang diambil untuk memperoleh bahan atau
keterangan data dengan cara mempelajari serta mencatat dari data
dokumen dan laporan keuangan dari masing–masing perusahaan.
2. Data kuantitatif yaitu data yang berupa laporan keuangan perusahaan
otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008.
3.4.2. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber datanya adalah data sekunder adalah
berupa laporan keuangan perusahaan otomotif tahun 2004-2008 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.4. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan selama penelitian ini
sebagai berikut :
1. Studi Pustaka.
Yaitu penelitian yang mempelajari literatur dan artikel tentang kinerja
perusahaan yang go publik guna mendapatkan dasar tertulis yang akan
digunakan dalam melakukan pembahasan.
2. Studi Lapangan.
Survei dilakukan di Bursa Efek Indonesia, serta dengan pengambilan
data yang diperoleh melalui dokumen–dokumen dengan cara mencari
dan mengumpulkan data dengan mengambil data–data yang sudah
dipublikasikan oleh pemerintah, industri atau sumber–sumber
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.5.1. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan uji F tidak boleh bias.
Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi tiga
asumsi dasar yang tidak boleh di langgar oleh regresi linier, yaitu :
1. Tidak boleh ada autokorelasi
2. Tidak boleh ada multikolinearitas
3. Tidak boleh ada heteroskedastisitas
Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut di langgar maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga
pengambilan keputusan melalui uji t menjadi bias. (Gujarati,1999 : 153 ).
1. Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi (hubungan) yang terjadi antara
anggota–anggota dari serangkaian pengamatan (observasi) yang tersusun
dalam rangkaian waktu atau rangkaian ruang. Adanya gejala autokorelasi
menggambarkan varians populasinya dan hasil regresi tidak dapat
digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel
independen tertentu.
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui ada