SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN
JASA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
OLEH
SYAIDATI IFDARI 090522137
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN
JASA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Bagi perusahaan yang ingin terus mengembangkan usahanya tentu harus dapat meningkatkan modal usahanya dengan cara melakukan penjualan saham di pasar modal. Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan dimata masyarakat, apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan dimata masyarakat juga baik dan begitu juga sebaliknya, oleh karena itu harga saham merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis apakah ROA (return on assets), ROE (return on equity), EPS (earning per share), Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Regresi Linear Berganda. Variabel penelitian adalah ROA (return on assets), ROE (return on equity), EPS (earning per share), EVA (economic value added) dan Harga Saham. Populasi penelitian adalah laporan keuangan Perusahaan jasa yang terdaftar dii Bursa Efek Indonesia tahun 2009 – 2011.
Berdasarkan hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa Return on Assets dan Earning Per Share tidak berpengaruh positif terhadap harga saham. Sedangkan Return on Equity dan Economic Value Added berpengaruh positif terhadap Harga Saham.
ABSTRACT
ANALYZE IMPACT OF RATIO PROFITABILITY AND ECONOMIC VALUE ADDED ON STOCK VALUE AT SERVICE COMPANIES LISTED ON THE
INDONESIA STOCK EXCHANGE
For the companies that want to continue to expand its business would have to increase its capital by way of sale of share in the capital market. The shares price of a company reflects the company’s value in the eyes of the public. If company’s share price is high, then value of the company is also good in the eyes of society and vice versa, therefore share price are important for the company. The purpose of this study to identify and analyze whether the ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), EPS (Earnings Per Share), EVA (Economic Value Added) influence the price of share in the services listed in the Indonesia stock exchanges.
The model used to analyze the data in this study is Multiple Linear Regression. The research variables are ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), EPS (Earnings Per Share), EVA (Economic Value Added) and Share Price. The population of study was the financial statements of service companies listed in the Indonesia Stock Exchange from 2009 to 2011.
Based on the test result it can be concluded that the Return on Asset (ROA) and Earning per Share (EPS) is not a positive effect on share price. Meanwhile, Return on Equity (ROE) and Economic Value Added (EVA) positive effect on share price.
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur kepada ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan Kasih Karunia-nya sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Shalawat serta
salam saya haturkan kepada junjungan kita rasulullah SAW, para sahabat dan
keluarganya.
Skripsi ini berjudul “Analisis pengaruh Economic Value Added dan rasio
profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan jasa yang terdaftar di BEI.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai
pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan fakultas Ekonomi
Sumatera Utara
2. Bapak Dr Syafruddin Ginting Sugihen MAFIS, Ak, selaku Ketua
Departemen dan Bapak Drs Hotmal Ja’far, MM selaku sekertaris departemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs Firman Syarif M.Si, Ak selaku ketua Program Studi Akuntansi
dan Ibu Dra Mutia Ismail M.M, Ak Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
4. Bapak Drs. M. Zainul B. Torong M.Si, Ak Selaku Dosen Pembimbing yang
5. Bapak Drs. Erwin Abu Bakar, MBA, Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang
telah memberikan bimbingan dan kritik dan saran Untuk perbaikan Skripsi
ini.
6. Kepada orang tua yang yang saya sayangi, terima kasih untuk kasih sayang
yang sangat berlebih buat saya, dan kepada semua pihak yang membantu
skripsi ini saya ucapkan banyak terima kasih.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan peneliti dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu
peneliti mengharapkan kririk & saran yang membangun. Akhir kata peneliti
berharap skripsi ini bermanfaat.
Medan, 10 September 2012
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1.3.1 Tujuan penelitian ... 8
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Economic Value Added ... 10
2.1.1 Pengertian Economic Value Added ... 10
2.1.2 Model Economic Value Added ... 14
2.1.3 Manfaat dan kelemahan EVA ... 20
2.2 Rasio Profitabilitas ... 22
2.2.1 Return On Asset ... 22
2.2.2 Return On Equity ... 23
2.2.3 Earnings Per Share ... 24
2.3 Harga Saham ... 25
2.3.1 Valuasi Harga Saham ... 26
2.3.2 Pendekatan Penilaian Saham ... 26
2.3.3 Indeks Harga Saham ... 29
2.4 Penelitian Terdahulu ... 29
2.5 Kerangka Konseptual ... 31
2.6 Hipotesis ... 32
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
3.3 Batasan Opersional ... 34
3.4 Defenisi Operasioanal dan Skala Pengukuran Variabel ... 34
3.5 Populasi dan Sampel ... 38
3.6 Jenis Data ... 40
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 42
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif ... 48
4.2 Uji Asumsi Klasik ... 50
4.2.1 Uji Normalitas ... 51
4.2.2 Uji Multikolinearitas... 52
4.2.3 Uji Autokorelasi ... 53
4.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 54
4.3 Pembuktian Hipotesis ... 55
4.3.1 Koefisien Determinasi ... 55
4.3.2 ANOVA (Uji F) ... 57
4.3.3 Uji T ... 58
4.4 Pembahasan ... 60
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 66
5.2 Keterbatasan ... 67
5.3 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
LAMPIRAN ... 71
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul
Halaman
2.4.1 Daftar peneliti terdahulu ... 29
3.1 Langkah perhitungan EVA ... 36
3.2 Skala pengukuran variabel ... 39
3.3 Jumlah criteria berdasarkan kriteria sampel ... 40
3.4 Daftar perusahaan sampel ... 41
4.1 Descriptive statistic ... 49
4.2 One-sampel kolmogrov-smirnov test ... 51
4.3 Uji multikolinearitas ... 52
4.4 Uji autokorelasi ... 53
4.5 Uji heteroskedastisitas ... 54
4.6 Variabel entered ... 55
4.7 Model summary ... 56
4.8 ANOVA (uji F) ... 57
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul
Halaman
DAFTAR SINGKATAN
EVA = Economic Value Added
ROA = Return On Asset
ROE = Return On Equity
EPS = Earnings Per Share
NITAMI = Nilai Tambah Ekonomis NOPAT = Net Operating After tax
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan OLS = Ordinary Least Square
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN
JASA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Bagi perusahaan yang ingin terus mengembangkan usahanya tentu harus dapat meningkatkan modal usahanya dengan cara melakukan penjualan saham di pasar modal. Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan dimata masyarakat, apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan dimata masyarakat juga baik dan begitu juga sebaliknya, oleh karena itu harga saham merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis apakah ROA (return on assets), ROE (return on equity), EPS (earning per share), Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah Regresi Linear Berganda. Variabel penelitian adalah ROA (return on assets), ROE (return on equity), EPS (earning per share), EVA (economic value added) dan Harga Saham. Populasi penelitian adalah laporan keuangan Perusahaan jasa yang terdaftar dii Bursa Efek Indonesia tahun 2009 – 2011.
Berdasarkan hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa Return on Assets dan Earning Per Share tidak berpengaruh positif terhadap harga saham. Sedangkan Return on Equity dan Economic Value Added berpengaruh positif terhadap Harga Saham.
ABSTRACT
ANALYZE IMPACT OF RATIO PROFITABILITY AND ECONOMIC VALUE ADDED ON STOCK VALUE AT SERVICE COMPANIES LISTED ON THE
INDONESIA STOCK EXCHANGE
For the companies that want to continue to expand its business would have to increase its capital by way of sale of share in the capital market. The shares price of a company reflects the company’s value in the eyes of the public. If company’s share price is high, then value of the company is also good in the eyes of society and vice versa, therefore share price are important for the company. The purpose of this study to identify and analyze whether the ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), EPS (Earnings Per Share), EVA (Economic Value Added) influence the price of share in the services listed in the Indonesia stock exchanges.
The model used to analyze the data in this study is Multiple Linear Regression. The research variables are ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), EPS (Earnings Per Share), EVA (Economic Value Added) and Share Price. The population of study was the financial statements of service companies listed in the Indonesia Stock Exchange from 2009 to 2011.
Based on the test result it can be concluded that the Return on Asset (ROA) and Earning per Share (EPS) is not a positive effect on share price. Meanwhile, Return on Equity (ROE) and Economic Value Added (EVA) positive effect on share price.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian di suatu negara sangat dipengaruhi
oleh pengusaha-pengusaha yang sukses dalam mengelola perusahaannya.
Dalam meningkatkan dan memperlancar bisnisnya berbagai perusahaan
berupaya untuk mengembangkan usahanya dan melakukan kegiatan dalam
rangka meraih dana untuk memperlancar bisnis perusahaan. Ternyata semakin
berkembangnya kegiatan pengembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia
tentunya membutuhkan penyediaan dana yang cukup besar. Untuk
mendapatkan modal ekstern yang besar dan terikat dalam jangka waktu panjang
maka para pemilik perusahaan diarahkan ke pasar modal. Pasar modal
merupakan sarana bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana untuk
melakukan investasi dalam jangka memengah dan jangka panjang.
Bagi perusahaan yang ingin terus mengembangkan usahanya tentu
harus dapat meningkatkan modal usahanya dengan cara melakukan
penjualan saham di pasar modal. Harga saham suatu perusahaan
mencerminkan nilai perusahaan dimata masyarakat, apabila harga suatu
perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan dimata masyarakat juga baik dan
begitu juga sebaliknya, oleh karena itu harga saham merupakan hal yang
penting bagi perusahaan.
Para investor pasar modal perlu memiliki sejumlah informasi yang
tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih guna
menginvestasikan kelebihan dananya. Para investor perlu informasi yang
relevan tentang kinerja keuangan perusahaan, manajemen perusahaan,
kondisi ekonomi moneter untuk menilai secara akurat.
Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian
suatu negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara.
Seperti halnya dengan pasar modal di Indonesia dimana telah menjadi
salah satu alternatif pembiayaan bagi perusahaan selain sektor perbankan.
Hal ini karena ada dua fungsi yang dijalankan, yaitu fungsi ekonomi
sangat penting dalam menjembatani hubungan antara penyedia, yang
disebut dengan investor dan pengguna dana yang disebut dengan emiten
atau perusahaan go public. Fungsi keuangan pasar modal ditunjukkan
dengan keberadaannya yang memungkinkan pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana dapat menanamkan modal dengan harapan memperoleh
hasil (return) dan perusahaan dapat memanfaatkan dana tersebut untuk
aktifitas perusahaan tanpa harus menunggu tersedianya dana dari
operasional perusahaan.
Instrumen yang diperdagangkan di pasar modal antara lain
instrumen ekuitas seperti saham dan instrumen hutang seperti obligasi. Hal
yang perlu diketahui adalah bahwa investasi pada saham merupakan
investasi yang berisiko. Harga saham dapat naik tetapi juga dapat turun.
Investasi dalam saham membutuhkan analisa yang cermat baik secara
mempengaruhi seperti kebijakan ekonomi dan politik pemerintah serta
psikologi.
Terdapat dua macam analisis untuk menentukan nilai saham
(baik fundamental maupun intrinsik), yaitu analisis sekuritas fundamental
(fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (company
analysis) dan analisis teknis (tehnical analysis) (Hartono, 1998:61).
Analisis fundamental menggunakan data keuangan perusahaan seperti:
laba, dividen yang dibayar, penjualan, dan lain-lain. Sedangkan analisis
teknis menggunakan data pasar saham yang meliputi harga dan volume
transaksi saham.
Penilaian investasi salah satunya adalah analisis secara
fundamental. Artinya seorang calon investor dapat meramal masa depan
fortofolio yang dipilihnya berdasarkan performa perusahaan yang
digambarkan dari data sekunder perusahaan, yaitu berupa data neraca, laba
rugi, perubahan modal, arus modal dan laporan pendukung lainnya.
Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor
dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan tersebut
mejadi optimal bagi investor apabila dapat menganalisis lebih lanjut
melalui analisis rasio keuangan.
Salah satu bidang usaha yang tampak mengalami pertumbuhan pesat
di Indonesia adalah sektor jasa di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari laju
pertumbuhan kumulatif PDB tahun 2010 pada sektor perusahaan jasa
banyaknya penduduk Indonesia yang bekerja di perusahaan jasa pada tahun
2009 sekitar 42.880.880 orang (Survei Angkatan Kerja Nasional
(SAKERNAS): 2009). Peningkatan sektor jasa disebabkan adanya
peningkatan kebutuhan masyarakat sehingga konsumsi akan barang-barang,
selain kebutuhan primer semakin beragam dan meningkat. Begitu juga
dengan kebutuhan untuk mengkonsumsi produk-produk jasa yang timbul
dari kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kenyamanan dan kepuasan.
Kondisi diatas berpengaruh pada meningkatnya minat investor yang
berinvestasi pada saham-saham di perusahaan jasa. Adanya metode baru
dan rasio-rasio berdasarkan laporan keuangan dapat dijadikan sebagai
penilaian perusahaan terhadap perkembangan pesat saham-saham yang
tergabung di BEI. Selain itu, untuk lebih menarik minat investor yang
berinvestasi pada saham-saham perusahaan, perusahaan juga harus
menunjukkan hasil kinerja perusahaan yang baik. Penilaian Kinerja
perusahaan dilakukan dengan menghitung rasio keuangan yang
berdasarkan laporan keuangan dan metode EVA. Rasio keuangan yang
sering digunakan dan lebih sesuai dalam penelitian ini adalah rasio
profitabillitas. Rasio profitabilitas perusahaan menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui penjualan dan
investasi. Rasio profitabilitas akan menunjukkan efektivitas operasional
keseluruhan perusahaan. Rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam
perubahan harga suatu saham adalah ROA (Return on Asset), ROE (Return
on Equity), dan EPS (Earning per Share).
Return on equity yang mengukur kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Dalam
perhitungannya, Return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari semua aktiva yang dipergunakan. ROA diperoleh
dari rasio antara Earning After Taxes dengan total aktiva. ROE merupakan
perbandingan antara pendapatan sebelum pajak dengan modal sendiri.
Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, jika
proporsi hutang semakin besar maka rasio ini juga akan makin tinggi, dan
sebaliknya. EPS (Earning per Share) merupakan ukuran kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik.
Nilai dari ketiga rasio keuangan diatas sudah tercantum dalam setiap
laporan keuangan perusahaan sehingga lebih mudah bagi investor dalam
mengalisisnya untuk kemudian dijadikan dasar menentukan kebijakan
portofolio.
Selain itu asumsi lain menurut Astuti (dalam Effendi, 2010)
semakin tinggi ROA semakin tinggi pula tingkat pengembalian Asset yang
digunakan maka kepercayaan investor terhadap perusahaan juga tinggi
sebagai permintaan atas saham perusahaan akan tinggi pula yang akhirnya
akan menaikkan harga saham dan begitu pula sebaliknya. Menurut
Syamsuddin (2007:64) ROE semakin tinggi penghasilan yang diperoleh
menaikkan harga saham dan begitu pula sebaliknya, menurut Ikhsan
(dalam Effendi, 2010) EPS sangat besar pengaruhnya terhadap harga
saham, meningkatkan laba per lembar saham cenderung meningkatkan
harga saham. Sedangkan Menurut Tandelilin (2002:195) EVA adalah
ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai
tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika
kinerja manajemen baik/ efektif, maka akan tercermin pada peningkatan
harga saham. Sebaliknya jika kinerja manajemen tidak efektif, maka akan
tercermin pada penurunan harga saham.
Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart & Stern
seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun
1993. Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai
Tambah Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan
untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan
bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu
memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Tunggal 2001). EVA
merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added
dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi
perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah
pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal
(Cost of Capital).
Pada penelitian ini peneliti telah banyak mengambil referensi dari
pendukung dan pedoman dalam penelitian ini. Penelitian sebelumnya
melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh antara EVA, MVA dan
rasio keuangan (ROA, ROE, DER dan EPS) terhadap harga saham dengan
berbeda perusahaan dan tahun periodenya. Hasil data analisis penelitian
tersebut semua variabel menunjukkan pengaruh yang positif. Variabel
independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham (Y)
dan EPS merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi harga
saham. Selain itu, peneliti sebelumnya menjelaskan EVA dan MVA lebih
baik dari pada rasio keuangan dalam menjelaskan perusahaan berkinerja
baik dan tidak baik. Pada penelitian ini peneliti lebih mengacu pada
penelitian yang diteliti oleh Lilik Sri Hariani (2010) dengan judul “Analisi
Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Keuangan pada perusahaan
terhadap Return Saham Syariah”. Pada peneliti lirik meneliti perusahaan
yang termasuk dalam Jakarta Islamic Indeks periode 2006 sampai 2008.
ROA(X1), ROE (X2), EPS (X4) dan EVA (X4) secara serentak memiliki
pengaruh signifikan terhadap return saham (Y).
Selain itu, pendukung lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam
penelitian ini adalah perkembangan kinerja saham-saham dalam BEI yang
cukup pesat yang diperlihatkan dengan pertumbuhan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) pada tahun 2010 yang mencatat tingkat pertumbuhan
sebesar 46%, yaitu dari 2.534 pada penutupan tahun 2009 menjadi 3.703
pada penutupan bursa 30 Desember 2010 yang akan memberikan harapan
investor yang berinvestasi pada saham-saham di BEI. Dalam penilaian
kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan dan perkembangan pesat
saham-saham yang tergabung dalam BEI serta peneliti-peneliti terdahulu
telah memberikan inspirasi bagi peniliti untuk melanjutkan penelitian yang
berkenaan dengan Analisis pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan Jasa di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 sampai 2011.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
• Apakah EVA (Economic Value Added) dan rasio profitabilitas yaitu
ROA, ROE, EPS secara serentak berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
• Apakah EVA (Economic Value Added) dan rasio profitablilitas yaitu
ROA, ROE, EPS secara individual berpengaruh terhadap harga saham
pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan tersebut diatas, maka tujuan yang ingin
• Untuk mengetahui dan menganalisis apakah EVA dan rasio
profitabilitas yang terdiri atas ROA,ROE, dan EPS secara serantak
berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan jasa yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
• Untuk mengetahui dan menganalisis apakah EVA dan Rasio
profitabilitas yang terdiri atas ROA, ROE, dan EPS secara
individual berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan jasa
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak
antara lain :
1. Bagi peneliti memperoleh wawasan dan pengalaman yang diperoleh
selama ini yang berhubungan dengan pasar modal, khususnya kinerja
keuangan baik yang berupa rasio maupun berbasis nilai dan harga
saham.
2. Bagi Emiten memberi informasi tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham sehingga perusahaan emitem dapat
menarik para investor untuk menanamkan modalnya.
3. Bagi Calon Investor merupakan informasi yang dapat dijadikan
untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
berinvestasi di pasar modal sehingga dapat meminimalisasi
dapat memperoleh imbalan hasil yang memuaskan sesuai dengan apa
yang diharapkan investor.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi,
bahan masukan serta perbandingan hasil peneliti dengan periode,
BAB 2
TINJAUAN PUSATAKA
2.1 Economic Value Added
2.1.1 Pengertian Economic Value Added
Salah satu metode baru dalam menilai kinerja perusahaan yang
mencerminkan nilai perusahaan adalah Economic Value Added (EVA), yang
di Indonesia dikenal dengan istilah Nilai Tambah Ekonomi (NITAMI). Nilai
tambah ekonomi atau EVA pertama kali diperkenalkan oleh Sterwart (dalam
A.Sakir, 2009:151) yang mendefenisikan EVA sebagai berikut: “EVA adalah
mengukur income residual dikurangi biaya modal dari hasil laba opersai
dalam bisnis”. EVA akan meningkat seandainya laba operasi dapat tumbuh
tanpa meningkatnya biaya modal. Jika laba baru diinvestasikan dalam proyek
yang ada atau semua proyek yang memperoleh laba lebih daripada biaya
modal keseluruhan, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa EVA merupakan
cara mengukur sisa laba yang dihasilkan perusahaan dengan mengurangi laba
opersai dengan biaya modal. Dalam hal ini, EVA akan meningkat jika
pertumbuhan atau peningkatan laba operasi tidak diikuti oleh adanya
peningkatan modal.
Menurut Tully (dalam Sakir, 2009) EVA adalah suatu cara untuk
mengukur laba riil yang merupakan juga kunci nyata dalam menciptakan
kemakmuran. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Ruki dan
konsep baru untuk menilai kinerja perusahaan independen dan sekaligus
dapat mengukur kemampulabaan dan pertumbuhan. Model ini dapat juga
digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan dari suatu kegiatan dari sisi
kepentingan dan harapan penyandang dana (pemegang saham dan kreditur)
yang selalu menuntut eksekutif perusahaan agar mampu menghasilkan nilai
tambah dari kegiatan perusahaan.
EVA merupakan keuntungan operasional setelah dikurangi pajak
dengan biaya modal atau dengan kata lain EVA adalah pengukuran
pendapatan sisa (residual income) yang mengurangkan biaya modal
terhadap laba operasi. Jadi, EVA ditentukan oleh dua hal itu yaitu
keuntungan bersih operasi setelah pajak dan tingkat biaya modal. Laba
operasi setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan value di perusahaan,
sedangkan biaya modal sendiri dapat diartikan sebagai pengorbanan yang
dikeluarkan dalam penciptaan value tersebut.
Hubungan antara EVA dan nilai perushaan dapat digunakan
sebagai alat untuk menilai perusahaan apabila perhitungan EVA tidak hanya
pada periode masa kini, tetapi juga mencakup periode yang akan datang.
Hal ini disebabkan karena EVA pada suatu tahun tertentu menunjukkan
besarnya penciptaan nilai sekarang dari total penciptaan nilai selama umur
perusahaan tersebut (Young, 2001: 32):
Nilai sekarang = Total modal yang diinvestasikan + EVA
Persamaan di atas jelas menunjukkan bahwa EVA yang semakin
akan tercemin pada harga saham yang lebih tinggi sebaliknya mungkin saja
nilai perusahaan lebih rendah dari total modal yang diinvestasikan apabila
total EVA yang dihasilkan perusahaan tersebut mempunyai nilai negatif.
EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan di mana
fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation).
Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan
perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan
EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya
pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat
pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai
perusahaan dapat dimaksimumkan.
EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek
yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya modalnya.
Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang
positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan
dan dengan demikian sebaiknya diambil. Sebaliknya, kegiatan atau proyek
tersebut tidak menguntungkan dan tidak perlu diambil. Penggunaan EVA
dalam mengevaluasi proyek akan mendorong para manajer untuk selalu
melakukan evaluasi atas tingkat resiko proyek yang bersangkutan. Dengan
EVA, para manajer harus selalu membandingkan tingkat pengembalian
proyek dengan tingkat biaya modal yang mencerminkan tingkat risiko
proyek tersebut.
Menurut Utama (1997) oleh penilaian EVA dapat dinyatakan
• Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah
terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
• Apabila EVA = 0 menunjukkan posisi impas atau Break Event Point.
• Apabila EVA < 0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak
terjadi proses nilai tambah.
Sehingga hal tersebut diatas akan lebih mudah diterjemahkan sebagai
berikut:
Nilai EVA Pengertian
Laba Perusahaan
EVA > 0 Ada nilai ekonomis lebih, setelah perusahaan membayarkan semua kewajiban pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya.
Positif
EVA = 0 Tidak ada nilai ekonomis lebih, tetapi perusahaan mampu membayarkan semua kewajibannya pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya.
Positif
EVA < 0 Perusahaan tidak mampu membayarkan kewajiban pada para penyandang dana atau kreditur sebagimana nilai yang diharapkan ekspektasi harga saham tidak dapat tercapai.
Dari uraian singkat diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada
dasarnya pendekatan EVA (Economic Value Added) berfungsi sebagai:
• Indikator tentang adanya penciptaan nilai dari sebuah investasi.
• Indikator kinerja sebuah perusahaan dalam setiap kegiatan
• Pendekatan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan
memperhatikan secara adil para penyandang dana atau pemegang
saham.
2.1.2 Model Economic Value Added
Menurut Stewart III, 1991:139 (dalam A.Sakir), perhitungan
Economic Value Added (EVA) dapat diformulasikan sebagai berikut:
EVA = NOPAT – (c* x capital)
Dimana: NOPAT = Net Operating Profit After Tax
Capital = Total modal yang diinvestasikan
c* = Tingkat biaya modal
Menurut Young (2001:32), EVA merupakan selisih antara Net
Operatng After Tax (NOPAT) dengan biaya modal, yaitu:
EVA = NOPAT – Biaya Modal
EVA = NOPAT – (WACC x capital)
Dimana:
NOPAT = Laba bersih setelah pajak
Capital = Modal yang diinvestasikan
WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Averege Cost of
Capital)
Dari rumusan tersebut diatas maka perhitungan EVA dpat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut;
Net operating Profit After Tax (NOPAT) adalah laba yang
didapatkan dari opersi-operasi perubahan setelah pajak tetapi sebelum
membiayai biaya-biaya dan noncash bookkeeping entries seperti biaya
penyusutan (Tunggal, 2001:5). Dengan demikian NOPAT dapat juga
dartikan sebagai jumlah laba yang tersedia untuk memberikan
pengembalian (return) tunai kepada semua penyedia dana untuk modal
perusahaan.
Menurut Young (2001:39), NOPAT merupakan laba yang
diperoleh dari hasil operasi perusahaan setelah dikurangi pajak.
NOPAT = EBITDA – Penyusutan dan Amortisasi – pajak
Dimana:
EBITDA = Earning Before Interest, Tax, Depreciation, and
Amortization
Perhitungan NOPAT tidak mengikutsertakan faktor
non-operasioanl dan laba/rugi lain-lain yang sama sekali tidak berhubugan
dengan kegiatan operasional rutin perusahan, dan tidak ada keterangan
yang jelas dalam catatan atas laporan keuangan, tidak diikutsertakan
dalam perhitungan NOPAT.
b. Modal yang Dinvestasikan
Menurut Young (2001:39), modal yang diinvestasikan adalah
jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka
pendek, passiva yang tidak mengandung bungan (non interest – bearing
dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes). Modal yang
diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh
utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga,
utang dan kewajiban jangka panjang lainnya.
Perhitungan capital menurut young (2001: 41) adalah Utang
jangka pendek + utang jangka panjang (termasuk obligasi) + utang
jangka panjang lainnya (pajak ditangguhkan dan provisi) + ekuitas
pemegang saham (termasuk Bunga Minoritas) = modal yang
diinvestasikan.
c. Biaya Modal Rata-rata Tertimbang
Young (2001:39) mendefinisikan bahwa biaya modal sama
dengan modal yang diinvestasikan perusahaan (juga disebut modal atau
modal yang dipakai) dikalikan rata-rata tertimbang (weighted average)
dari biaya modal (WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari
setiap komponen modal – utang jangka pendek, utang jangka panjang,
dan ekuitas pemegang saham ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya
dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar.
Perhitungan WACC menurut Young (2001:149) adalah :
WACC = utang (biaya utang)(1 –T)+ ekuitas (biaya ekuitas) pembiayaan total pembiayaan total
Dalam hal ini, Pembiayaan Total =Jumlah dari nilai pasar dari
utang dan pembiayaan ekuitas; T = Tingkat pajak perusahaan; Biaya
pemberi pinjaman; sedangkan Biaya Ekuitas = pengembalian yang
diminta investor untuk membuat investasi ekuitas dalam perusahaan.
Biaya ekuitas dapat dihitung dengan model penetapan harga
aktiva modal (Capital Asset Pricing Model/CAPM). CAPM
dirumuskan sebagai berikut :
E(R) = Rf + β [E(Rm) – Rf]
dimana :
E(R) = Harapan pengembalian dari aktiva berisiko manapun
Rf = Pengembalian atas suatu aktiva bebas resiko (seperti obligasi
pemerintah)
E(Rm) = Harapan pengembalian atas pasar saham
Selain itu terdapat langkah – langkah untuk menghitung EVA
(Tunggal : 2001) yang lebih sederhana :
1. Menghitung NOPAT ( Net Operating After Tax)
Rumus :
NOPAT = Laba (Rugi) Usaha – Pajak
Ket: Laba usaha adalah laba operasi perusahaan dari suatu current
operating yang merupakan laba sebelum bunga. Pajak yang
digunakan dalam perhitungan EVA adalah pengorbanan yang
dikeluarkan oleh perusahaan dalam penciptaan nilai tersebut.
2. Menghitung Invested Capital
Ket: Total hutang dan ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Pinjaman
jangka pandek tanpa bunga merupakan pinjaman yang digunakan
perusahaan yang pelunasan maupun pembayarannya akan
dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca)
dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, dan
atas pinjaman itu tidak dikenai bunga, seperti hutang usaha,
hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, dan lain-lain.
3. Menghitung WACC (Weighted Average Cost Of Capital)
Rumus :
WACC = {(D x rd) (1 – Tax) + (E x re)}
Dimana :
Total Hutang
Tingkat Modal (D) = —————————- x 100 % Total Hutang dan Ekuitas
Beban bunga
Cost of Debt (rd) = ———————– x 100 % Total Hutang
Total Ekuitas
Tingkat Modal dan Ekuitas (E) = ——————————- x 100 % Total Hutang dan Ekuitas
Laba bersih setelah pajak
Cost of Equity (re) = ———————————- x 100 % Total Ekuitas
Beban pajak
Tingkat Pajak (Tax) = ———————————– x 100 % Laba Bersih sebelum pajak
Rumus :
Capital Charges = WACC x Invested Capital
5. Menghitung Economic Value Added (EVA)
Rumus :
EVA = NOPAT – Capital charges
Atau
EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital)
2.1.3 Manfaat dan Kelemahan EVA
EVA tidak dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena EVA
bukanlah suatu sistem, melainkan hanya sebuah indikator. EVA hanya
menunjukkan sebuah nilai tambah murni dari sejumlah dana yang
ditanamkan dalam suatu perusahaan. Sebaliknya, kinerja ditentukan oleh
sistem dan praktik manajemen dalam perusahaan (Teuku Mirza, 1999:91).
Namun, EVA memang telah dibuktikan secara empiris dapat memberikan
manfaat (Tunggal, 2001) sebagai berikut:
1. EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan
memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi.
2. Perhitungan EVA relatif mudah dilakukan hanya yang menjadi
persoalan adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan data yang
lebih banyak dan analisa yang lebih mendalam.
3. EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data
konsep penilaian dengan menggunakan analisa ratio. Dalam prakteknya
data pembanding ini, seringkali tidak tersedia.
Meskipun EVA memiliki beberapa keunggulan, namun teknik ini
juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan EVA (Tunggal:2001)
antara lain:
1. Sulit menentukan biaya modal secara obyektif. Hal ini disebabkan
dana untuk investasi dapat berasal dari berbagai sumber dengan
tingkat biaya modal yang berbeda – beda dan bahkan biaya modal
mungkin merupakan biaya peluang.
2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu,
padahal faktor – faktor lain terkadang justru lebih dominan.
3. Konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam
perhitungan EVA secara akurat. Dalam kenyataannya seringkali
perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi
internalnya.
4. EVA jarang dipakai dalam praktik.
5. EVA hanya mengukur salah satu keberhasilan bisnis.
Semakin banyak perusahaan yang menggunakan EVA sebagai
suatu alat untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya untuk mengukur
penggunaan EVA akan membuat kepentingan manajer semakin sesuai
dengan kepentingan pemilik modal. EVA mengukur besarnya nilai yang
diciptakan oleh suatu perusahaan karena berbeda dengan pengukuran
akuntansi tradisional, EVA memperhitungkan biaya modal atas investasi
yang dilakukan.
Dengan diperhitungkannya biaya modal, EVA mengindikasikan
seberapa jauh perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik modal.
Namun demikian, dalam prakteknya EVA dapat menimbulkan masalah,
terutama karena diperlukannya estimasi atas tingkat biaya modal. Untuk
itu dalam menerapkan EVA, kita harus selalu memonitor dan
mengevaluasi atas kewajaran tingkat biaya modal yang digunakan.
2.2 Rasio Profitabilitas
Ratio profitabilitas (profitability ratio) terdiri dari dua jenis rasio
yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan
rasio yang menunjukan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi.
Bersama-sama, rasio ini akan menunjukkan efektivitas operasional
keseluruhan perusahaan. Dalam hal ini, rasio dalam penelitian ini adalah
rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi.
Rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi
menghubungkan laba dengan investasi. Rasio profitabilitas yang sering
ROA (Return on Asset), ROE (Return in Equity), dan EPS (Earnings Per
Share).
2.2.1 Return on Asset (ROA)
Untuk menilai kinerja perusahaan, biasanya investor akan melihat
dan menganalisa laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Alat
ukur financial yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat laba adalah
ROA. Perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi dianggap menghasilkan
kinerja yang baik.
ROA merupakan salah satu rasio yang menjadi ukuran profitabilitas
perusahaan, serta menunjukkan efisiensi manajemen dalam menggunakan
seluruh aset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.
Perhitungan ROA diformulasikan sebagai berikut:
Aktiva Total
pajak setelah bersih
Laba ROA=
Besarnya Return on Assets dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor (dalam
Miera,2007), yaitu :
1. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi.
2. Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan
dalam presentase penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat
keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan
2.2.2 Return on Equity (ROE)
Pengukuran ringkasan lainnya atas kinerja keseluruhan
perusahaan adalah pengembalian atas ekuitas. ROE membandingkan
laba bersih setelah pajak (dikurangi deviden saham biasa) dengan
ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan.
Perhitungan ROE dapat diformulasikan sebagai berikut:
ekuitas pemegang saham pajak setelah bersih
Laba ROE=
Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas
investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali
digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam
sebuah industri yang sama. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan
penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan
manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan tersebut
telah memilih untuk menerapkan tingkat utang yang tinggi berdasarkan
standar industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari
asumsi resiko yang berlebihan.
2.2.3 Earnings Per Share (EPS)
Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis
perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai Earning
per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan
pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa
diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun
beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan
bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu
perusahaan bisa kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan
laporan rugi laba perusahaan.
Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai
berikut (Tandelilin, 2001:241-242):
Besarnya hasil perhitungan laba per lembar saham/EPS
menunjukkan laba yang dapat dibukukan oleh perusahaan untuk setiap
unit saham biasa yang digunakannya.
2.3 Harga Saham
Persoalan mendasar bagi setiap investor di pasar modal
adalahbagaimana menentukan harga saham yang seharusnya serta
melakukan peramalan (forecasting) terhadap perubahan harga saham pada
masa yang akan datang sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan
investasi. Ada beberapa konsep dasar nilai atau harga saham yang akan
dibahas disini, yaitu nilai buku per lembar saham, harga pasar, harga
teoritis/intrinsic value, dan harga nominal. Nilai buku per lembar saham
adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham
aktiva dengan total kewajiban. Harga pasar adalah harga yang terbentuk di
pasar jual belisaham. Harga teoritis adalah harga saham yang seharusnya
terjadi, sedangkan harga nominal adalah harga yang tercantum pada saham
biasa.
2.3.1 Valuasi harga saham.
Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik(intrinsic
value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga
pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai intrinsik (NI)
menunjukan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut.
Pedoman yang digunakan untuk menentukan harga saham adalah sebagai
berikut.
a. Apabila NI lebih besar dari harga pasar saat ini maka sahamtersebut
dinilai harganya terlalu rendah (undervalued), sehingga saham
tersebut harus dibeli atau dipertahankan jika sudah dimiliki;
b. Apabila NI lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut
dinyatakan harganya terlalu mahal (overvalued). Saham yang dalam
kondisi seperti ini harus segera dijual;
c. Apabila NI sama dengan harga pasar saat ini maka saham tersebut
dinyatakan dalam kondisi keseimbangan. Dari asumsi investor
terhadap nilai saham yang overvalued atau undervalued inilah terjadi
proses jual beli saham yang akan berakibat pada perubahan harga
2.3.2 Pendekatan penilaian saham
Untuk menentukan harga saham diperlukan adanya suatu model
perhitungan yang bisa dipergunakan untuk memilih saham mana
seharusnya dimasukkan dalam portofolio. Model perhitungan merupakan
suatu mekanisme untuk mengubah serangkaian variable perusahaan
(misalnya penjualan, laba, dan deviden) yang diamati menjadi perkiraan
harga saham. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan harga saham
yaitu:
1. Analisis Fundamental
Dalam analisis ini dinyatakan bahwa, saham memiliki nilai
intrinsik tertentu. Analisis ini akan membandingkan nilai intrinsik suatu
saham dengan harga pasarnya yaitu dengan dua pendekatan:
a. Pendekatan Deviden
Deviden merupakan sebagian laba yang dibagikan kepada
pemegang saham. Pembayaran deviden yang tinggi mencerminkan
prospek tingkat keuntungan yang baik suatu perusahaan, sedangkan
penurunan tingkat pembayaran deviden dapat menjadi informasi
yang kurang menguntungkan bagi perusahaan sebab deviden
jugadianggap sebagai tanda tersedianya pendapatan yang tinggi
dalam perusahaan dan juga mengindikasikan tingkat pertumbuhan
pendapatan saat ini dan masa yang akan datang. Pada akhirnya harga
b. Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka
waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat
harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu.
Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor
membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba
perusahaan.
2. Analisis Teknikal
Analisis ini dimulai denga cara memperhatikan perubahan harga
suatu saham dari waktu ke waktu. Model analisis ini beranggapan
bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh supply dan demand
terhadap saham tersebut, sehingga asumsi yang berlaku dalam model
analisis ini adalah:
a. Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi supply dan demand;
b. Supply dan demand dipengaruhi banyak faktor baik yang rasional
maupun irasional;
c. Perubahan harga saham cenderung mengikuti tren tertentu;
d. Tren tersebut dapat berubah mengikuti pergeseran supply dan
demand;
e. Pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari
diagram perilaku pasar;
f. Pola–pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang
2.3.3 Indeks Harga Saham
Indeks Harga Saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh
simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh,
terutama tentang kejadian – kejadian ekonomi, bahkan kejadian non
ekonomi seperti misalnya sosial, politik, dan keamanan.Dengan demikian
IHS juga dapat dijadikan sebagai barometer kesehatan ekonomi suatu
negara.
2.4 Peneliti Terdahulu
Berikut ini beberapa peneliti terdahulu yang dijelaskan secara
singkat dan jelas ke dalam bentuk tabel:
Table 2.4.1 daftar peneliti terdahulu N kuat diantara variabel yang diregres. positif dengan stock return
3 Asmara dan antara EVA dan harga saham yang berarti setiap kenaikan EVA diikuti saham dan nilai EVA perusahaanberpengaruh signifikan. Selain itu diketahui bahwa harga saham dipengaruhi oleh nilai EVA perusahaan. 5 Lilik Sri
2. Hasil uji secara partial menunjukkan
ROE dan EPS signifikan positif sedangakn
ROE dan EVA berpengaruh sigifikan negatif.
3. EPS merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi return saham.
2.5 Kerangka Konseptual
Untuk memperjelas kerangka dari penelitian ini maka dibuatlah suatu
kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1 Keterangan
a. ROA adalah variabel pertama yang akan diteliti untuk mengetahui
apakah hasil dari nilai ROA pada perusahaan Jasa yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia berpengaruh terhadap harga saham di Bursa. Hasil
ROA akan diketahui dengan membandingkan hasilkan laba bersih
setelah pajak terhadap total aktiva yang dimiliki suatu perusahaan.
Kemudian hasil ROA perusahaan-prusahaan jasa berpengaruh terhadap
harga saham masing-masing perusahaan tersebut. Selain itu, tingkat
profitabilitas baik atau buruknya suatu perusahaan akan diketahui Return On Asset
(ROA)
Return On Equity (ROE)
Harga Saham
Earnings Per Share (EPS)
dengan hasil tinggi dan rendahnya hasil ROA perusahaan tersebut.
Semakin tinggi hasil ROA suatu perusahaan mencerminkan bahwa
rendahnya suatu perusahaan menggunakan aset untuk menghasilkan
nilai rupiah atau laba.
b. ROE adalah variabel kedua yang akan diteliti untuk mengetahui apakah
hasil dari nilai ROE berpengaruh terhadap harga saham perusahaan di
Bursa. Hasil ROE diketahui dengan membandingkan hasil laba bersih
setelah pajak dengan ekuitas pemegang saham. Rasio ini menunjukkan
daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para
pemegang saham. ROE yang tinggi sering kali mencerminkan
penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen
biaya yang efektif.
c. EPS adalah variabel ketiga yang akan diteliti untuk mengetahui apakah
hasil dari nilai EPS berpengaruh terhadap harga saham tiap perusahaan
jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Informasi EPS suatu
perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap
dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
d. EVA adalah variabel keempat yang akan diteliti untuk mengetahui
apakah hasil dari nilai EVA masing-masing perusahaan berpengaruh
terhadap harga saham di Bursa. EVA merupakan alat ukur untuk menilai
kinerja perusahaan yang mencerminkan nilai perusahaan. EVA
merupakan hasil keuntungan operasional setelah dikurangi pajak dengan
penciptaan value di perusahaan, sedangkan biaya modal sendiri dapat
diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan value
tersebut.
2.6 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara dari suatu penelitian yang harus
diuji kebenarannya. Dari landasan teori dan kerangka konsep serta perumusan
masalah dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berukut:
H1 : EVA, ROA, ROE, dan EPS secara serentak berpengaruh terhadap
perubahan harga saham pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
H2 : EVA, ROA, ROE, dan EPS secara individual berpengaruh terhadap
perubahan harga saham pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian penjelasan
(explanatory) yaitu penelitian yang melakukan uji hipotesis untuk melihat
hubungan antara variabel. Hal ini didukung pendapat Singarimbun dan
Effendi, 1989 (dalam L Rusmaryadi:2008): “Apabila penelitian menjelaskan
hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa, maka
penelitian tersebut tidak lagi dinamakan penelitian deskriptif melainkan
penelitian pengujian hipotesa atau penelitian penjelasan (Explanatory
Research)”. Sedangkan karakteristik penelitian ini bersifat replikasi,
sehingga hasil uji hipotesis harus didukung oleh penelitian-penelitian
sebelumnya, yang diulang dengan kondisi lain yang kurang lebih sama.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini beralokasi di PT. Bursa Efek Indonesia yang beralamat
di jalan jendral Sudirman Kav. 52-53 Jakarta, Indonesia. Akan tetapi,
peneliti dalan hal ini hanya melakukan perolehan data melalui website
internet
Waktu penelitian dilakukan mulai akhir bulan Mei sampai dengan
selesai. Penelitian ini dilakukan peneliti sebagai pelangkap studinya
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional adalah objek dan ruang lingkup yang akan
dianalisis atau diteliti dalam penelitian ini. Yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah Economic Value Added dan rasio profitabilitas yang
terdiri dari ROA, ROE, dan EPS serta harga saham perusahaan. Sedangkan
yang menjadi luang lingkup dalam objek penelitian adalah perusahaan yang
beroperasi dibidang jasa yang terdaftar dalam PT. Bursa Efek Indonesia
selama periode 3 tahun berturut-turut yaitu dimulai dari tahun 2009 sampai
2010.
3.4 Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel 3.4.1 Defenisi Operasional Variabel
Defenisi operasional variabel menjelaskan konsep masing-masing
variabel dalam penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Variabel dependen (Y)
Variabel dependen pada penelitian ini adalah harga saham.
Harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar yaitu permintaan dan
penawaran saham bersangkutan di bursa (Jogiyanto:1998). Analisis
terhadap harga saham pada umumnya bertujuan memperkirakan nilai
yang layak bagi saham tersebut. Tentunya jika nilai yang seharusnya
saham itu, maka harga saham dinilai undervalued (harga saham terlalu
rendah). Jika sebaliknya, maka harga saham dinilai overvalued (harga
saham terlalu mahal).
Menurut Darmadji dan Fachruddin, harga saham terdiri dari
beberapa bagian yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri yaitu:
1. previous price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.
2. Open atau opening price menunjukkan harga saham pertama kali
pada saat pembukaan sesi I perdagangan.
3. Low atau lowest price menunjukkan harga terendah atas suatu saham
yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
4. Last price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.
5. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga
yang terakhir terjadi.
6. Close atau closing price menunjukkan harga penutupan suatu saham.
b. Independen Variabel
1. Return on Total Assets (X1) adalah rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan
tingkat asset tertentu.
Aktiva Total
pajak setelah bersih
Laba ROA=
2. Return on Equity (X2) adalah rasio ini mengukur tingkat
pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa, secara
saham
3. Earning Per Share (X3) adalah untuk mengukur pedapatan
pemegang saham yang merupakan bagian laba yang menjadi hak
pemegang saham setelah pajak dan deviden bagi saham preferen.
EPS dapat dinyatakan sebagai berikut (Syamsudin, 1994:66):
beredar
4. Economic Value Added (X4) adalah sebuah alat ukur yang mencatat
dengan baik atau tepat seluruh kompleksitas perdagangan yang
terkait dengan penciptaan nilai perusahaan.
Tabel 3.1 Langkah Perhitungan EVA
Langkah Satuan Keterangan
1. Biaya Modal Hutang (kD)
a. Beban bunga Rp Laporan laba rugi
b. Jumlah hutang jangka panjang Rp Neraca
c. Suku bunga % (1.a)/(1.b)
d. Pajak perusahaan (t) % Laporan laba rugi dan
Penjelasannya
e. Faktor koreksi (1-t) % 1 1– (1.d)
f. Biaya modal hutang % (1.e) x (1.c)
2. Biaya Modal Saham (kE)
b. Modal saham Rp Neraca
c. Jumlah modal Rp (3a) / (3b)
d. Komposisi utang % (3a) / (3c)
e. Komposisi modal saham % (1-(3d))
4. Biaya Modal Rata-rata Tertimbang % {(3d) x (1f)} + {(3e) x (2d)}
5. EVA
a. Laba sebelum pajak Rp Laporan laba rugi
b. Beban bunga Rp Laporan laba rugi
c. Laba sebelum bunga dan pajak Rp (5a) + (5b)
d. Beban pajak Rp Laporan laba rugi
e. Biaya modal tertimbang Rp (4a) x (3c)
f. EVA Rp (5c) – (5d) – (5e)
3.4.2 Skala pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel adalah proses dari kegiatan
penelitian mengukur variabel untuk pengujian hipotesis serta
mendapatkan jawaban yang akurat terhadap permasalahan yang muncul
dalam penelitian. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah
variabel fisik seperti Economic Value Added (nilai tambah ekonomis) dan
rasio profitabilitas dari perusahaan jasa yang akan diteliti melalui data
laporan keuangan perusahaan perusahaan yang sudah diaudit yang
Tabel 3.2 Skala pengukuran variabel berdasarkan tingkat asset tertentu
ROE = ���������ℎ������ℎ����� �����������
Rasio
2 ROE: rasio untuk mengukur tingkat pengembalian atas
investasi bagi pemegang saham ROE
=
���������ℎ������ℎ����� �����������������ℎ��
Rasio
3 EPS: rasio untuk mengukur pendapatan pemegang saham setelah pajak dan deviden bagi saham preferen.
ROE
=
���������ℎ������ℎ����������ℎ��ℎ���������
Rasio
4 EVA: sebuah alat ukur dalam menilai kinerja perusahaan yang mencerminkan nilai perusahaan
EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital)
Rasio
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah jumlah seluruh obyek yang karakteristiknya
hendak diduga. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan jasa
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 31 desember 2009
sampai dengan 31 Desember 2011 yaitu 28 perusahaan . Data laporan
keuangan yang digunakan adalah laporan yangsudah diaudit per 31
Desember.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
purposive sampling yaitu dengan menetapkan beberapa criteria tertentu.
kriteria pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara terus
menerus sejak tahun 2009 sampai tahun 2011.
2. Perusahaan mengeluarkan laporan keuangan yang telah diaudit setiap
tahun pengamatan.
3. Perusahaan memiliki data harga saham (pada tanggal saat laporan
keuangan diserahkan ke BAPEPAM selama tahun 2009-2011.
4. Di dalam laporan keuangan tersebut tercantum biaya bunga (interest
expense) dan beban bunga.
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh sampel sebanyak 14
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Table 3.3
Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Sampel
No Kriteria Sampel Jumlah
1 Perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2011.
28
2 Perusahaan yang dikeluarkan karena data laporan keuangan tidak lengkap
14
Jumlah populasi yang masuk criteria 14
Data periode pengamatan yang dilakukan dari Tahun 2009-2011
diperoleh populasi 28 perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan memenuhi kriteria untuk menjadi sampel perusahaan adalah
sebanyak 14 perusahaan. Data perusahaan dari tahun 2009-2010 selama 3
tahun menghasilkan unit analisis dari 14 sampel adalah sebanyak 42 data
Table 3.4
Daftar Perusahaan Sampel
3.6 Jenis Data
Berdasarkan teknik data yang diperoleh melalui laporan keuangan
perusahaan yang akan diteliti, maka analisis data disebut time series techniques
No Nama perusahaan Sektor industry Kode
saham
1. Fast Food Indonesia Tbk Retoran FAST
2. Grahamas Citrawisata Tbk Pariwisata GMCW
3. Hotel Mandarine Regency Tbk Hotel HOME
4. Island Concept Indonesia Tbk Pariwisata ICON
5. Panorama Sentra wisata Tbk Pariwisata PANR
6. Destinasi Tirta Nusantara Tbk Travel PDES
7. Mahaka Media Tbk Advertising,
printing, & media
ABBA
8. Elang Mahkota Teknologi Tbk Advertising, printing, & media
EMTK
9. Fortune Indonesia Tbk Advertising,
printing, & media
FORU
10. Astra Graghia Tbk Komputer ASGR
11. Indosiar Karya Media Tbk Advertising,
printing, & media
IDKM
12. First Media Tbk Advertising,
printing, & media
KBLV
13. Media Nusantara Cintra Tbk Advertising, printing, & media
MNCN
14. Surya Citra Media Tbk Advertising,
printing, & media
dan cross section techniques. Times series techniques dalam penelitian ini
adalah data yang berurut selama 3 tahun yang dimulai tahun 2009 sampai 2011.
Sedangkan cross section techniques yaitu membandingkan analisa 14
keuangan perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain yang sejenis pada
saat bersamaan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka atau data yang dapat
dihitung serta dapat dianalisis secara sistematis. Data kuantitatif dalam
penelitian ini adalah data angka-angka yang terdapat dalam laporan neraca dan
laba rugi serta harga saham pada perusahaan jasa yang terdaftardi Bursa Efek
Indonesia periode 2009– 2011
Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari
perusahaan yang bersangkutan, melainkan data sudah tersedia oleh pihak lain.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui interne
berupa laporan tahunan perusahaan.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara pendekatan terhadap sumber
data sehingga data yang terkumpul benar-benar dapat menggambarkan atau
mewakili populasinya. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dengan cara mendownload data perusahaan melalui website Bursa Efek
Menurut jenis metode penarikan sampel dalam penelitian ini, maka
metode yang digunakan adalah metode non-probability sampling yaitu setiap
elemen populasi yang akan ditarik menjadi anggota sampel tidak berdasarkan
pada probabilitas yang melekat pada setiap elemen tetapi berdasarkan
karakteristik khusus masing-masing elemen. Model dari metode sampling
non-probality dalam penelitian ini adalah purposive sampling seperti yang sudah
dijelaskan pada bagian populasi dan sampel.
3.8 Teknik Analisis Data
Untuk menjelaskan pengaruh Rasio profitabilitas perusahaan dan
meode EVA terhadap harga saham, maka model analisis data yang
digunakan adalah regresi linear berganda yang diuji dengan dengan
persamaan kudrat terkecil biasa (Ordinary Least Square). Dalam penelitian
ini akan diuji: (1) pengaruh secara serentak dengan menggunakan uji F
(over all test) (2) pengaruh secara parsial dengan menggunakan uji t
(individual test). Kemudian untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi varibel dependen, peneliti menggunakan
koefisien determinasi (R2). Semua hasil perhitungan akan didasarkan pada
hasil perhitungan komputer dengan bantuan program SPSS. Adapun model
matematis dari penelitian ini adalah:
Y= βo+ β1X1 ++ β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Dimana:
Y = harga saham (variable terikat)
X1 = Return on Total Assets (ROA) sebagai variabel bebas
X2 = Return on Equity (ROE) sebagai variabel bebas
X3 = Earning Per Share (EPS) sebagai variabel bebas
X4 = Economic Value Added (EVA) sebagai variabel bebas
e = error ter
3.8.1 Uji Asumsi Klasik
Dalam mengestimasi menggunakan model regresi kuadran terkecil biasa
(Ordinary Least Square/OLS), agar memenuhi criteria BLUE (Best Linear
Unbiased Estimated), ada beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi
dalam penelitian ini, yaitu tidak adanya multikolinearitas, tidak adanya
autokorelasi, tidak adanya heterokedastisitas, kenormalan data.
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dengan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Dasar dalam
pengambilan keputusan ini adalah jika 2-tailed > 0,05, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya.
b. Uji multikolinearitas
Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Salah
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Apabila
nilai VIF kurang dari sepuluh dan nilai Tolerance (T) lebih dari 0,1 dan
kurang atau sama dengan 1, berarti tidak terjadi multikolinearitas.
Sebaliknya jika diketahui nilai VIF lebih dari sepuluh dan nilai
Tolerance (T) kurang dari 0,1 dan lebih dari 1, berarti terjadi
multikolinearitas.
c. Uji autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan terjadi problem Autokorelasi yang menyebabkan
model yang digunakan tidak layak dipakai. Untuk mendeteksi adanya
Autokorelasi digunakan nilai Durbin Watson, adapun kriteria
pengujiannya adalah (Setiaji,2004);
a. Jika nilai D-W dibawah 0 sampai 1,5 berarti ada Autokorelasi
positif;
b. Jika nilai D-W diantara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak ada
Autokorelasi;
c. Jika nilai D-W diatas 2,5 sampai 4 berarti ada Autokorelasi negatif.
d. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas merupakan pengujian apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas.
Kebalikannya jika residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Untuk menguji adanya
heterokedastisitas digunakan uji Glejser. Dasar pengambilan keputusan
dalam uji ini adalah jika variabel independen signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel independen, maka ada indikasi terjadi
heteroskedastisitas.
3.8.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan dengan cara uji
signifikansi ( pengaruh nyata ) variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat
(Y) baik secara bersama-sama (serentak) maupun secara parsial
(individual) akan dilakukan dengan uji statistik F (F-test) dan uji statistik t
(t-test).
a. Analisis Korelasi Ganda (R)
Analisis Koefisien Ganda digunakan untuk mengetahui seberapa
kuatkah pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap
variabel terikat. Adapun menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk
memberikan interpretasi Koefisien Korelasi Ganda sebagai berikut:
Interval Koefisien Tingkat Pengaruh 0,000 – 0,199 Sangat Lemah 0,200 – 0,399 Lemah
0,400 – 0,599 Sedang 0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat Kuat