2,;
7 W
EFEKTIFITAS MANAJEMEN PELAKSANAAN PROGRAM
SATUAN PELAJARAN DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR
(Studi Deskriptif Kualitatif di SMUN 1Bangodua Kabupaten Indramayu)
TES1S
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Administrasi Pendidikan
**Zl?'+
Oleh :
H. Taindin, Drs.
N1M. 999489
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
200 1DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Penbinbing I
Prof Dr. H. Moch. Idochi Anwar
NIP. 130 256 639
Penbimbing II
Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, M.A.
Bacaiah dengan noma Allahmuyang mendptakan,
Dia Utah mendptakan manusia dart segumpal darah,
Bacaiah, karma Allahmu yang Pcmurdh,
Yang mengq/ar dengan qatam. Dia M engajarkan
kepada manusia apayang tidak diketahuinya,
(Q.S. AJ'AJaq: 1-5)
*'?>
Untukyang tersayang:
Anakku YeniFebriani danIstrikuHj.MindRochmi,
yang selalu mendampingiku dalamsuka maupun duka
a b s t r a k :
Tajudin.
2001.
Efektifitas
Manajemen
Pelaksanaan
Program Satuan Pelajaran dalam Meningkatkan Kualitas
Proses
Belajar
Mengajar
(Studi Deskriptif Kualitatif
di
SMUN
I
Bangodua Kabupaten Indramayu)
Masalah
yang
menjadi
fokus
penelitian
ini
adalah
bagaimana
efektifitas
manajen pelaksanaan
program
satuan
pelajaran
dalam
meningkatkan
kualitas
proses
belajar
mengajar.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan
informasi,
menganalisis,
dan
mendeskripsikan
tentang
efektifitas
manajemen pelaksanaan program satuan
pelajaran
dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di
SMUN
I Bangodua Kabupaten Indramayu.
Teori-teori yang digunakan untuk mengkaji
permasalahan
dan
mencapai tujuan penelitian ini berkaitan dengan
konsep
administrasi
pendidikan,
kedudukan
manajemen
sistem
pembelajaran
dalam peningkatan kualitas PBM, PPSI,
kinerja
guru,
peran
kepemimpinan
kepala
sekolah
dan
mengukur
efektifitas
program
satuan
pelajaran,
serta
hasil-hasil
studi terdahulu. .Penelitian
ini menggunakan metode
kualitatif,
dengan
subyek
kepala
sekolah, guru, dan para peserta
didik
yang
terlibat
secara
langsung
dalam
proses
belajar-mengajar.
Pengumpulan
data
dilakukan
melalui
teknik
observasi,
wawancara
dan
studi dokumentasi.
Analisis
data
dilakukan
selama
penelitian
berlangsung,
melalui
pencatatan,
penafsiran, kesimpulan dan verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan program
satpel di SMUN I Bangodua Kabupaten Indramayu belum berjalan
secara efektif dan belum mencapai hasil yang memuaskan.
Hal
ini antara lain dapat ditinjau
dari rendahnya kinerja guru,
belum
efektifnya implementasi dan evaluasi program
satpel,
masih
banyaknya
kendala
yang
dihadapi
guru,
serta
kepemimpinan kepala sekolah yang belum efektif dalam membina
dan mendorong para guru untuk menyusun program satpel.
Hasil
penelitian
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
manajemen
pelaksanaan
program satuan pelajaran di
SMUN
I
Bangodua
Kabupaten Indramayu belum berjalan secara
efektif
dan
belum mencapai hasil yang memuaskan. Sehubungan
dengan
itu, disarankan kepada para kepala sekolah untuk
senantiasa
melakukan
pemantauan
terhadap kegiatan
pembelajaran
yang
dilakukan
oleh para guru; Lembaga penataran
dan
pelatihan
guru
disarankan
untuk melakukan penataran bagi
para
guru
mengenai
proses pembelajaran;
Depdiknas, disarankan
untuk
melakukan
pemantauan
pembelajaran
secara
langsung;
para
guru, disarankan untuk senantiasa meningkatkan
kemampuannya
sehubungan
dengan
tugas
pokoknya
(mengajar);
dan
para
peneliti
lain
disarankan
melakukan
penelitian
lanjutan
dengan pendekatan dan metode yang bervariasi agar
diperoleh
data yang lebih luas dan mendalam.
DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
MOTTO iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I. PENDAHULUAN
a.
A.
Latar Belakang Masalah
1
B. Fokus Penelitian 8
C. Masalah Penelitian 9
D. Definisi Operasional 11
E. Tujuan Penelitian 14
F. Manfaat Hasil Penelitian 15
G. Kerangka Pemikiran 18
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen/Administrasi Pendidikan 20
B. Kedudukan Manajemen Sistem Pembelajaran
dalam Peningkatan Kualitas PBM 33
C. Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI) 42
D. Kinerja Guru dalam Mengembangkan
Program Satpel 46
E. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah 63
F. Mengukur Efektivitas Program
Satuan Pelajaran 83
G. Hasil Studi Terdahulu 90
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 96
B. Penjajagan Lokasi Penelitian 99
C. Subjek Penelitian 100
D. Teknik Pengumpulan Data 102
E. Validitas Data 107
F. Proses Pengumpulan Data 110
G. Pengolahan dan Analisis Data Ill
H. Tahapan Penelitian 114
BAB IV. DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian 119
B. Pembahasan HasilPenelitian 147
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 167
B. Implikasi 169
C. Rekomendasi 171
DAFTAR PUSTAKA 174
LAMPIRAN 180
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 3.1 : Alur Kegiatan Penelitian 99
Gambar 4.1 : Proses Pengembangan PSP Linier 120
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Pedoman Penelitian 180
Lampiran 2. Surat Keputusan Pembimbing 184
Lampiran 3. Surat Keterangan 186
Lampiran 4. Riwayat Hidup 187
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Visi
reformasi pembangunan dalam rangka
penyelamatan
dan reformasi kehidupan nasional yang tertera dalam
garis-garis
besar
haluan
negara
(GBHN,
1999-2004)
adalah
terwujudnya
masyarakat Indonesia yang damai,
demokratis,
berkeadilan,
berdaya
saing,
maju
dan
sejahtera,
dalam
wadah
Negara
Kesatuan Republik Indonesia
yang
didukung
oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,
bertakwa,
berakhlak mulia,
cinta tanah air,
berkesadaran
hukum
dan
lingkungan,
menguasai
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
memiliki
etos
kerja
yang
tinggi
serta
berdisiplin.
Perwujudan
masyarakat berkualitas
tersebut
menjadi
tanggungjawab
pendidikan,
terutama
dalam
mempersiapkan
peserta
didik
menjadi
subjek
yang
makin
berperan
menampilkan
keunggulan
dirinya
yang
tangguh,
kreatif,
mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing.
Prioritas utama peningkatan mutu pendidikan adalah
peningkatan mutu pada semua jenis dan jenjang
pendidikan,
yang pada dasarnya dititikberatkan pada tiga faktor utama,
yaitu:
1. mutu dan jumlah sumber belajar mengajar;
2. mutu proses belajar-mengajar dalam konteks
pelaksanaan
kurikulum dan pembelajaran; dan
3. mutu keluaran pendidikan dalam arti pengetahuan
(knowledge),
sikap
(affective),
dan
ketrampilan'
(psychomotor).
Akhir-akhir ini mutu pendidikan makin sering
dipersoalkan. Banyak pendapat yang mengemukakan bahwa mutu
pendidikan kita dewasa ini menurun dan belum memenuhi
harapan,
sehingga
diperlukan
berbagai
upaya
untuk
meningkatkannya. Dalam GBHN dikemukakan bahwa masalah yang
dihadapi
dalam
bidang pendidikan
adalah
berlangsungnya
pendidikan yang kurang bermakna bagi pengembangan
pribadi
dan
watak
peserta
didik,
yang
berakibat
hilangnya
kepribadian dan kesadaran akan makna hakiki kehidupan.
Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan telah
dilakukan melalui berbagai cara,
antara lain
pengembangan
kurikulum sebagai keseluruhan program pengalaman
belajar,
pengadaan buku-buku pelajaran beserta buku pegangan
guru,
dan
pembinaan
perpustakaan
sekolah
sebagai
pusat
dan
sumber belajar. Namun apapun yang telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan belum menunjukkan hasil
yang
memuaskan
tanpa
dibarengi
dengan
peningkatan
terhadap
kualitas
guru.
Sebagaimana
diakui
oleh
para
ahli
ada tanpa peningkatan mutu guru.
Dalam seluruh sistem pendidikan,
terutama pada
jalur
sekolah,
guru
memegang
peranan
penting
dan
sangat
strategis
terutama
dalam upaya
membentuk
watak
bangsa
melalui
pengembangan
kepribadian
dan
nilai-nilai
yang
diinginkan.
Semiawan
dan
Soedijarto
(1991:119)
mengemukakan
bahwa:
"Secara makro tugas guru
berhubungan
dengan
pengembangan
sumber
daya
manusia
yang
pada
akhirnya
akan paling menentukan kelestarian dan
kejayaan
kehidupan bangsa".
Dalam
konteks
pembelajaran di kelas,
peranan
guru
sulit
digantikan oleh yang lain.
Di pandang dari
dimensi
pembelajaran peranan guru dalam masyarakat Indonesia
tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan
dalam proses pembelajaran berkembang dengan pesat. Hal ini
disebabkan
karena
pada
hakekatnya
proses
pembelajaran
bukan sekedar menyampaikan bahan, melainkan lebih dari
itu. Pembelajaran dipandang sebagai the interaction
between
the
learner and the external
condition
(Tyler,
1986:63).
Melalui
upaya
tersebut
diharapkan
terjadi
perubahan
perilaku
yang positif pada diri
para
peserta
didik.
Dalam
hal ini,
aspek
kepribadian
gurulah
yang
lebih diharapkan, yang akan mewarnai interaksi edukatif
antara peserta didik dengan guru dan lingkungannya.
Dalam
(Supriadi,1998).
Sejalan dengan itu,
Sukmadinata
(1997)
mengatakan
bahwa
keberadaan
guru
di
dalam
proses
pendidikan
dan
pengajaran
tetap
penting,
tidak
dapat
ditiadakan
atau
diganti dengan
yang
lainnya.
Apalagi
dalam
kaitannya
dengan
manajemen
pendidikan,
guru
merupakan
manajer
kelas dan manajer
pembelajaran,
yang
dituntut hadir di tengah-tengah peserta didik dalam rangka
pengejawantahan pengalaman belajar, yang meliputi aspek
pengetahuan,
ketrampilan,
nilai dan sikap.
Guru
merupakan
sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan
program
pendidikan.la
merupakan
unsur
manusiawi
yang
sangat dekat hubungannya dengan anak didik di sekolah
terutama
dalam
tatap
muka
yang
terjadi
pada
proses
belajar-mengajar.
Proses
pembelajaran
adalah
kegiatan
yang
diatur
sedemikian
rupa
menurut
langkah-langkah
tertentu
agar
pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan,
pengaturan
ini
dituangkan
dalam bentuk perencanaan
mengajar,
yang
memperkirakan
atau memproyeksikan mengenai apa yang
akan
dilakukan pada waktu melaksanakan pembelajaran.
Dalam pandangan tradisional, mengajar ini tidak lebih
dari
pada
sekedar
memasukan isi
atau
bahan
pelajaran
kepada murid
sedemikian rupa sehingga ia bisa mengeluarkan
kembali
segala isi dan bahan pelajaran yang
diterimanya.
guru, atau instruktur, murid dan buku pelajaran; tugas
guru hanya membaca isi buku pelajaran kemudian
menyampaikannya kepada murid sehingga pada akhir pelajaran
mereka bisa mengetahui segala isi buku pelajaran.
Pandangan baru tentang mengajar adalah bahwa
pengajaran itu merupakan suatu sistem (Dick and Carey,
1985), sistem merupakan seperangkat unsur yang tersusun
dalam suatu susunan teratur yang saling berhubungan dan
bergantung dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas menuju
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (How
and Miskel, 1987; Andrew & Moin, 1979).
Proses belajar-mengajar pada hakekatnya adalah
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya,
sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari
dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang
dari lingkungan. Dalam proses belajar-mengajar, tugas guru
yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta
didik. Untuk kepentingan tersebut guru perlu memiliki
berbagai kemampuan, seperti membuat persiapan berupa
satuan pelajaran.
Menurut Dick and Carey (1985), senua komponen
berlebihan pada salah satu komponennya dalam menimbulkan
minat
belajar berupa perubahan perilaku
murid.
Walaupun
tidak
ada penekanan yang berlebihan terhadap
salah
satu
komponen
pengajaran
sebagaimana Die and
Carey,
penulis
menganggap bahwa sebenarnya guru merupakan satu komponen
pengajaran yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari
pada komponen lainnya, sebab guru merupakan sumber daya
manusia yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan.
Dalam presfektif baru tugas guru sangat kompleks,
dan
berhubungan
dengan sejumlah komponen
pengajaran
sebagai
suatu sistem. Pembinaan gurupun tidak hanya sekedar
meminta guru untuk membaca buku-buku pelajaran dan
menyampaikannya sebanyak-banyaknya kepada murid. Anderson
(1986)
mengembangkan sebuah model tugas
pengajaran
yang
interpendensi, dalam lima perangkat sebagai berikut:
1. menyeleksi kurikulum;
2. mendiagnosis kesiapan, gaya, dan minat murid;
3. merancang program;
4. merencanakan pengelolaan kelas; dan
5. melaksanakan pengajaran di kelas.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa tugas pertama sampai
keempat merupakan tugas guru dalam kaitannya dengan
perencanaan, sedangkan tugas kelima merupakan tugas
mengajar secara nyata di
kelas.
Oleh karena itu sebenarnya
ke dalam dua kelompok besar,
yaitu merencanakan pengajaran
dan mengajar di kelas.
Di
sisi
lain,
Gagne
dan
Berlinger
(1979)
mengemukakan empat fase pengajaran yang meliputi:
1. fase sebelum pengajaran;
2. fase sebelum dan sesaat pengajaran;
3. fase pengajaran; dan
4. fase sesudah pengajaran.
Dalam setiap pase terdapat kegiatan-kegiatan yang
menjadi tugas guru. Ini berarti ada tugas-tugas yang harus
dikerjakan
sebelum
pengajaran,
selama
pengajaran,
dan
sesudah pengajaran.
Tugas-tugas guru sebelum mengajar adalah bagaimana
merencanakan suatu sistem pengajaran yang baik. Tugas guru
selama mengajar adalah bagaimana menciptakan suatu sistem
pengajaran yang sesuai dengan yang telah direncanakan.
Sedangkan
tugas
guru setelah mengajar
adalah
bagaimana
menentukan keberhasilan pengajaran yang dilaksanakannya.
Ketiga
tugas tersebut saling berhubungan
dalam
mencapai
efektifitas dan efisiensi pengajaran.
Merencanakan pengajaran merupakan tugas pertama guru
sebagai pengajar. Merencanakan pengajaran berarti
merencanakan suatu sistem yang kompleks, dan bukanlah
tugas yang mudah bagi seorang guru, karena menuntut
masalah-masalah pengajaran. Dalam pada itu, dituntut kemampuan
yang tinggi untuk mengidentifikasi unsur-unsur pengajaran
dan menghubung-hubungkannya satu sama lain.
Berdasarkan uraian di atas dan memperhatikan bahwa
perencanaan pengajaran merupakan tugas penting bagi setiap
guru, peneliti terdorong untuk melakukan pengkajian secara
mendalam mengenai efektifitas manajemen pelaksanaan
program satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas
proses belajar-mengajar.
B. Fokus Penelitian
Karena penelitian ini menyangkut berbagai aspek yang
sangat erat kaitannya, maka untuk memperjelas masalah yang
akan dijadikan topik penelitian ini perlu ditetapkan fokus
penelitian secara tegas. Penelitian ini lebih
diorientasikan pada masalah perencanaan pengajaran yang berkaitan dengan efektifitas manajemen pelaksanaan program
satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas proses
belajar-mengajar. Adapun fokus penelitian ini menyangkut
kinerja guru dalam menyusun program satuan pelajaran, program satuan pelajaran sebagai pedoman untuk
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar, evaluasi
yang dilakukan guru untuk mengetahui efektifitas program
satuan pelajaran, dan peran kepemimpinan kepala sekolah
dalam membina dan mendorong para guru untuk menyusun
program satuan pelajaran. Satuan pelajaran pada dasarnya
dikembangkan dari setiap pokok bahasan yang akan
disampaikan. Program satuan pelajaran disini lebih
difokuskan pada perumusan tujuan pembelajaran, penyusunan
kegiatan belajar-mengajar, perkiraan penjatahan waktu, dan
perencanaan evaluasi belajar-mengajar.
C. Masalah Penelitian
Penelitian ini berkisar tentang efektifitas manajemen
pelaksanaan program satuan pelajaran dalam meningkatkan
kualitas proses belajar-mengajar. Penelitian ini berupaya
mengungkapkan berbagai hal yang berkaitan dengan manajemen
persiapan mengajar, khususnya efektifitas manajemen
pelaksanaan program satpel dalam meningkatkan kualitas
proses belajar-mengajar. Penelitian ini akan mengungkapkan
pula hal-hal yang berkaitan dengan peranan kepala sekolah
dalam manajemen pelaksanaan program satuan pelajaran
sebagai salah satu manajemen kurikulum. Dengan demikian
penelitian ini tidak hanya akan mengungkap dan menjawab
pertanyaan tentang "bagaimanakah" efektifitas manajemen
pelaksanaan program satuan pelajaran, tetapi harus pula
dapat mengungkap dan menjawab pertanyaan "bagaimana" peran
kepala sekolah serta faktor-faktor lain dalam kaitannya
dengan efektivitas manajemen pelaksanaan program satuan
10
Sehubungan dengan itu, masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut: "Bagaimanakah efektivitas
manajemen pelaksanaan program satuan pelajaran dalam
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar di SMU
Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu?".
Adapun konsep pokok yang menjadi bahan kajian
penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kinerja guru sebagai perencana proses
belajar-mengajar dalam menyusun program satuan
pelajaran di SMU Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu?
2. Bagaimanakah implementasi program satuan pelajaran
dalam meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar di
SMU Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu?
3. Bagaimanakah evaluasi yang dilakukan guru untuk
mengetahui efektifitas manajemen pelaksanaan program
satuan pelajaran di SMU Negeri Bangodua Kabupaten
Indramayu?
4. Bagaimanakah kendala-kendala yang dihadapi guru dalam
mengembangkan program satuan pelajaran di SMU Negeri
Bangodua I Kabupaten Indramayu?
5. Bagaimanakah peran kepemimpinan kepala sekolah dalam
membina dan mendorong para guru untuk menyusun program
satuan pelajaran di SMU Negeri Bangodua I Kabupaten
11
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesimpuangsiuran dalam menafsirkan
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini,
dikemukakan beberapa definisi operasional sebagai berikut.
1. Efektivitas. Pengertian tentang efektivitas sampai saat
ini belum ada rumusan yang jelas dan pasti. Hal
tersebut disebabkan karena setiap orang memberi arti
yang berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan
kepentingannya masing-masing. Diakui oleh Chung dan
Maginson (1981:506) bahwa: "Efektivenes means different
to different people. " Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia (1990:219) dikemukakan bahwa efektif berarti
ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur
atau mujarab, dapat membawa hasil. Jadi efektivitas
adalah keefektifan, daya guna. Adanya kesesuaian antara
orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang
dituju. Dalam pada itu, Achmad Sanusi (1989:9)
mengemukakan:
Efektivitas adalah terlaksananya kegiatan dengan
baik, teratur, bersih dan rapi, sesuai dengan ketentuan yang berlaku; mengandung unsur kreatif
dan seni, serta benar-benar bermanfaat dan bermakna. Bermakna dalam arti sesuai dengan kebutuhan dan kaidah etis.
Sedangkan Steer (1985) mengungkapkan bahwa efektivitas
adalah sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh
12
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
dikemukakan bahwa efektivitas berkaitan dengan
terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan,
tepat waktu,
dan adanya partisipasi aktif dari anggota.
Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah efektivitas program satuan pelajaran, yang
menyangkut motivasi guru, kegunaan, evaluasi, dan peran
kepemimpinan kepala sekolah, berdasarkan ketepatan
penyusunan, ketercapaian tujuan pembelajaran, ketepatan
waktu serta ketepatan pendayagunaan sarana, prasarana,
dan sumber belajar dalam meningkatkan kualitas proses
belaj ar-mengaj ar.
2.
Program.
Dalam
Ramus Besar
Bahasa
Indonesia
(1990)
dijelaskan bahwa program adalah rancangan mengenai
asas-asas serta dengan usaha dalam ketatanegaraan,
perekonomian dan sebagainya yang akan dijalankan.
Program itu
lebih berrsifat detail,
dalam arti
hal-hal
yang akan dilaksanakan atau dijalankan, tidak hanya
bentuk pekerjaan yang akan dilakukan semata melainkan
meliputi berbagai penunjang untuk terlaksananya rencana
dan tugas atau kewajiban yang harus
dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan program
dalam penelitian ini adalah rencana pengajaran yang
sudah masak atau matang yang sedang dan akan
13
interaksi belajar-mengajar.
3. Program satuan pelajaran. Program satuan pelajaran
merupakan salah satu bentuk program pengajaran yang
erat hubungannya dengan tujuan instruksional, proses
belajar-mengajar, waktu dan evaluasi. Program satuan
pelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
suatu rencana, rancangan atau kerangka pengajaran
jangka pendek yang sudah masak atau matang untuk
masing-masing pokok bahasan yang dibuat oleh guru,
yang sedang dan akan dilaksanakan dalam kegiatan
belajar-mengajar atau interaksi belajar-mengajar, untuk
memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.
4. Kualitas. Kualitas berasal dari bahasa Inggris
"Quality," yang berarti mutu dan sifat. Kualitas yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah mutu dan sifat
proses belajar-mengajar dilihat dari kemudahan guru
dalam melaksanakannya, keterlibatan peserta didik
dalam prosesnya, serta hasil atau pengaruh yang
diberikannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan
maupun sikap.
5. Proses belajar-mengajar. Tyler (1986) mengartikan
proses belajar-mengajar identik dengan proses
pembelajaran sebagai the interaction between the
learner and the external condition. Dalam hal ini
14
antara peserta didik dengan lingkungannya. Proses
belajar-mengajar menunjuk pada dua kegiatan, yakni
proses belajar yang dilakukan peserta didik dan proses
mengajar yang dilakukan oleh guru. Proses
belajar-mengajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
interaksi antara peserta didik dengan guru yang
direncanakan secara sistematis (dalam satuan pelajaran)
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan menemukan secara empiris tentang
efektifitas manajemen pelaksanaan program satuan pelajaran
dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di SMU
Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu, sebagai bahan
masukan untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan
relevansi pengelolaan pendidikan, dalam rangka memberikan
pengalaman yang lebih bermakna bagi peserta didik, baik
sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikannya pada jenjang
yang lebih tinggi maupun untuk mengembangkan diri di
masyarakat sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.
Secara khusus penelitian ini bertujuan mengetahui:
1. Kinerja guru sebagai perencana proses belajar-mengajar
dalam menyusun program satuan pelajaran di SMU Negeri
15
2. Implementasi program satuan pelajaran dalam
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar di SMU
Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu.
3. Evaluasi yang dilakukan guru untuk mengetahui
efektifitas manajemen pelaksanaan program satuan
pelajaran di SMU Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu.
4. Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam mengembangkan
program satuan pelajaran di SMU Negeri Bangodua I
Kabupaten Indramayu.
5. Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam membina dan e
mendorong para guru untuk menyusun program satuan
pelajaran di SMU Negeri I Kabupaten Indramayu.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan
program satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas
proses belajar-mengajar, baik secara teoritis maupun
secara praktis.
1. Manfaat Teoritik
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh
masukan berupa sumbangan terhadap pengembangan teori yang
berkaitan dengan administrasi kurikulum, yakni upaya
16
satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas proses
belajar-mengajar
khususnya dan kualitas
pendidikan
pada
umumnya. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
dijadikan
sebagai
salah satu bahan
kajian
dalam
upaya
mendalami teori administrasi sebagai suatu sistem,
khususnya
administrasi
kurikulum yang
merupakan
bagian
dari administrasi pendidikan. Lebih dari itu, penelitian
ini diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap upaya
memahami motivasi dan kinerja guru dalam mengembangkan
program satuan pelajaran serta memahami peran kepemimpinan
kepala sekolah dalam membina dan mendorong para guru untuk
menyusun
program
satuan
pelajaran
dalam
meningkatkan
kualitas proses belajar-mengajar khususnya dan kualitas
pendidikan pada umumnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh berbagai pihak dalam rangka meningkatkan
efektifitas pendidikan, khsusnya dalam masalah program
satuan pelajaran. Secara terinci, hasil penelitian
terutama bermanfaat:
a. Bagi Para guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan
landasan empirik untuk meningkatkan pengelolaan program
17
kurikulum
secara efisien dan
efektif.
Di samping
itu,
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam usaha meningkatkan motivasi dalam
mengembangkan perencanaan belajar-mengajar melalui
program satuan pelajaran.
b.
Bagi Para kepala sekolah dan para pengelola pendidikan,
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
supervisi proses belajar-mengajar, khususnya dalam
implementasi program satuan pelajaran.
Di samping
itu,
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan untuk lebih meningkatkan dan menggairahkan
semangat guru dalam melakukan perencanaan pengajaran
melalui program satuan pelajaran.
c. Bagi
Depdiknas,
hasil penelitian
ini
dapat
dijadikan
balikan
atas
implementasi
program
satuan
pelajaran
dalam
meningkatkan
kualitas
proses
belajar-mengajar
khususnya dan peningkatan kualitas pendidikan pada
umumnya. Di samping itu, hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mencari
alternatif-alternatif pemecahan masalah yang berkaitan
dengan peningkatan kualitas pendidikan, khususnya dalam
meningkatkan kualitas guru dalam mengembangkan
18
d. Bagi Program studi Administrasi Pendidikan, sebagai
masukan untuk membuka wawasan bagi
penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya dalam masalah
pengelolaan program satuan pelajaran.
Memahami berbagai manfaat sebagaimana diharapkan di
atas, maka penulis berpendapat bahwa penelitian ini
penting untuk dilakukan.
G. Kerangka Pemikiran
Peningkatan kualitas proses belajar-mengajar sangat
ditentukan oleh kemampuan guru dalam merencanakan,
melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar.
Sehubungan dengan itu, tema pokok studi ini berkaitan
dengan efektifitas manajemen pelaksanaan program satpel
dalam meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.
Program satuan pelajaran atau perencanaan
pembelajaran sedikitnya berkaitan dengan lima komponen
utama, yaitu tujuan, materi, metode, kegiatan
belajar-mengajar (KBM) dan evaluasi. Komponen-komponen tersebut
harus dikaji secara jelas dan mendalam untuk kemudian
dituangkan dalam satuan pelajaran (satpel). Dalam kerangka
inilah administrasi pendidikan memposisikan diri sebagai
suatu keseluruhan proses perencanaan terhadap berbagai
komponen pembelajaran, untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.
Pada dasarnya program satuan pelajaran atau rencana
pembelajaran merupakan hasil interpretasi guru terhadap
19
berbagai kondisi yang ada agar dapat menghasilkan
kegiatan pembelajaran yang memungkinkan proses belajar
siswa berlangsung optimal.
Ketika guru mengembangkan program satuan pelajaran di
dalam dirinya terjadi proses berpikir serta proses
pengambilan keputusan mengenai apa dan bagaimana proses
belajar-mengajar akan berlangsung. Isi keputusan disusun
dalam bentuk satuan pelajaran. Tepat tidaknya keputusan
yang diambil oleh guru sangat ditentukan oleh berbagai
faktor, antara lain berhubungan dengan kinerja guru,
kemampuan guru dalam mengimplementasikan program satuan
pelajaran, kemampuan guru dalam melakukan evaluasi
terhadap efektifitas program satuan pelajaran,
kendala-kendala yang dihadapi guru dalam mengembangkan program
satuan pelajaran, dan peran kepemimpinan kepala sekolah
dalam membina dan mendorong para guru untuk menyusun
program satuan pelajaran.
Kerangka pemikiran di atas, dapat dilukiskan sebagai
berikut. Perencanaan Tujuan Materi Metode KBM Evaluasi Pelaksanaan Interaksi antara peser
ta didik de
ngan kondisi
lingkungan
.1
Umpan balikGambar 1.1 Kerangka Pemikiran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian
kualitatif yang ditujukan untuk mengkaji permasalahan
dan
memperoleh
makna
yang
lebih
mendalam
sesuai
kondisi
lingkungan.
"...
take their meaning as much
from
their
contex
as
they do from
themselves"
(Lincoln
and
Guba,
1985:189).
Penelitian ini ditujukan untuk mengungkap
permasalahan
efektifitas program satuan
pelajaran
dalam
meningkatkan
kualitas
proses
belajar-mengajar
di
SMU
Negeri
Bangodua
I Kabupaten
Indramayu.
Program
satuan
pelajaran
tersebut mencakup tujuan,
isi/materi,
metode,
proses pembelajaran, dan evaluasi.
Dalam pada itu diungkap
faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas program satuan
pelajaran,
yang
menyangkut peran kepala
sekolah,
serta
ketersediaan dan pendayagunaan sumber-sumber belajar.
Untuk kepentingan tersebut ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut.
1. Memilih lokasi penelitian. Sesuai dengan masalah
penelitian
sebagaimana
dikemukakan di
atas,
sekolah
9 7
2. Untuk memperoleh makna yang lebih mendalam tentang
efektifitas manajemen pelaksanaan program satuan
pelajaran dalam meningkatkan kualitas proses
belajar-mengajar di SMU, penelitian hanya dilakukan di satu
sekolah, yaitu SMU Negeri Bangodua I Kabupaten
Indramayu.
3. Setelah menetapkan lokasi penelitian, peneliti berusaha
memasuki lapangan dengan mengadakan hubungan formal dan
informal sebelumnya.
4. Mengidentifikasi informan, yang terdiri atas: guru,
kepala sekolah, dan peserta didik.
5. Mencatat segala sesuatu yang terjadi di lokasi
penelitian berdasarkan dokumen, pengamatan dan
wawancara. Pencatatan dilakukan apa adanya dan segera
setelah suatu kegiatan berlangsung.
Prosedur penelitian ini akan menempuh tahapan-tahapan
baku penelitian kualitatif yaitu penggalian data, display
data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan yang
dilakukan secara berulang.
Sesuai dengan prinsip penelitian "Kualitatif
naturalistik", selama berada di lapangan peneliti berusaha
untuk tidak mengganggu suasana. Meskipun pada mulanya
kehadiran peneliti menjadi pusat perhatian, terutama
ketika mengadakan pengamatan di ruang-ruang kelas, tetapi
98
kelamaan
sudah
tidak dihiraukan
lagi.
Dengan
demikian,
peneliti dengan bebas dapat melakukan penelitian dalam
keadaan wajar sesuai tujuan yang telah dirumuskan.
Metode "deskriptif kualitatif" digunakan dalam
penelitian ini berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai
berikut. Pertama; peneliti bermaksud mengembangkan konsep
pemikiran, pemahaman dari pola yang terkandung di dalam
data, melihat secara keseluruhan suatu keadaan, proses,
individu
dan
kelompok tanpa mengurangi
variabel,
tetapi
variabel digambarkan secara keseluruhan, sensitif terhadap
orang yang diteliti dan mendeskripsikannya secara induktif
naturalistik. Kedua; peneliti bermaksud untuk menganalisis
dan menafsirkan suatu fakta, gejala, dan peristiwa yang
berkaitan
dengan
efektivitas
program
satuan
pelajaran
dalam meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar pada
SMU
Negeri
di Kabupaten
Indramayu
sebagaimana
adanya,
dalam
konteks ruang dan waktu serta situasi
yang
alami.
Ketiga;
bidang
kajian penelitian
ini
berkenaan
dengan
suatu proses dan kegiatan pembelajaran yang di dalamnya
terdapat interaksi antara guru dengan peserta didik,
antara peserta didik dengan peserta didik, dan antara
peserta didik dengan lingkungannya
Untuk lebih jelasnya berikut disajikan gambaran atas
r
STUDI PENDAHULUAN (PREMILLENIARY STUDY)
_
99
PENELITIAN LAPANGAN DENGAN PENDEKATAN NATURALISTIK
(Efektivitas Program Satuan Pelajaran dalam
Meningkatkan Kualitas Proses Belajar Mengajar)
FAKTUAL DAN NORMATIF
I
>
POLA-POLA EFEKTIFITAS PROGRAM SATPEL DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROSES BELAJAR-MENGAJARKAJIAN
KONSEPTUAL ->
J
- Memperpanjang Keterlibatan - Pengamatan Secara Tekun
J
TRIANGULASI DAN MEMBERCHECK
I
TEMUAN FINAL
Gambar 3.1 : Alur Kegiatan Penelitian
B. Penjajagan Lokasi Penelitian
Untuk
memperoleh
gambaran
yang
jelas
tentang
permasalahan
yang
mungkin
dapat
diteliti,
sehubungan
dengan tema yang dipilih, peneliti lebih dahulu
mengadakan
penjajagan
ke lokasi
penelitian.
Penjajagan
lapangan
ini bertujuan,
antara lain: (1) untuk
mengenali
lokasi
di
mana penelitian akan dilaksanakan,
(2)
untuk
mengenali
konsep
dasar
masalah
yang
mungkin
dapat
iOO
tidaknya sumber data yang diperlukan dan dapat
dikembangkan dalam penelitian kemudian.
Penjajagan lokasi penelitian dilakukan terhadap dua
belas SMU Negeri yang berada di Kabupaten Indramayu.
Penjajagan dilakukan dengan mengadakan wawancara bebas
dengan para guru, dan para peserta didik, mengadakan wawancara bebas dengan kepala sekolah dan mengamati
seluruh kegiatan yang terjadi di sekolah.
C. Subjek Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
kata-kata dan tindakan (kepala sekolah, guru, dan peserta
didik), serta tulisan dan peristiwa-peristiwa yang
berkaitan dengan efektivitas manajemen pelaksanaan program
satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas proses
belajar-mengajar di SMU Negeri Bangodua I Kabupaten
Indramayu.
Sesuai dengan data yang akan dikumpulkan, sumber data
dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut.
1. Beberapa dokumen yang berkaitan dengan program satuan
pelajaran di SMU Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu,
yaitu kurikulum yang digunakan, dokumen pengelolaan dan
pengorganisasian pembelajaran. Dokumen-dokumen tersebut
dipinjam dari kepala sekolah, guru, dan peserta didik.
101
Bangodua I Kabupaten Indramayu. Apabila ada perbedaan
pendapat antara kepala sekolah dan guru, maka pendapat
kepala sekolahlah yang dijadikan data penelitian.
3. Para peserta didik yang terlibat secara langsung dalam
proses belajar-mengajar.
Berdasarkan uraian di atas selanjutnya ditetapkan SMU
Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu, dan hanya kelas II
yang dijadikan subjek penelitian, karena kelas satu baru
dalam tahap penyesuaian, sementara kelas III sedang
dipersiapkan untuk evaluasi akhir. Dengan demikian kelas
dua merupakan subjek yang paling tepat untuk diteliti.
Sedangkan banyaknya subjek penelitian ditetapkan sebagai
berikut.
1. 28 orang guru yang terlibat secara langsung dalam
kegiatan belajar-mengajar di SMU Negeri I Kabupaten
Indramayu.
2. Dari tiap-tiap kelas yang dijadikan subjek penelitian
di tetapkan masing-masing tiga orang peserta didik yang
mewakili kelompok kurang-sedang-pandai, sehingga jumlah
peserta didik yang menjadi responden 18 orang.
3. Satu orang kepala sekolah, yaitu kepala sekolah SMU
Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu.
Dengan demikian, jumlah seluruh subjek penelitian ini
102
Berbagai sumber data di atas, khususnya yang
berkaitan dengan subjek penelitian telah dipertimbangkan
kelayakannya sesuai kriteria yang dikemukakan Sanafiah
(1990: 57), bahwa: "Dalam menentukan subjek penelitian
perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (a) subjek
sudah cukup lama dan intensif menyatu dalam kegiatan atau
bidang yang menjadi kajian penelitian; (b) subjek masih
aktif atau terlibat penuh dengan kegiatan atau bidang
tersebut; dan (c) subjek memiliki waktu yang cukup untuk
dimintai informasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan langsung
oleh peneliti. Hal ini dilakukan sesuai dengan tuntutan
rancangan penelitian kualitatif, yang memberikan peran
yang sangat penting dan menyatu dengan kegiatan
penelitian. Peneliti sebagai instrumen utama penelitian
sangat menentukan kelancaran, keberhasilan, hambatan atau
kegagalan di dalam pengumpulan data yang diperlukan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara dan studi
dokumentasi. Ketiga teknik tersebut digunakan secara
berlapis dan berulang selama proses pengumpulan data di
lapangan dengan harapan agar informasi yang diperoleh
103
Untuk mengarahkan dan mendapatkan data-data yang
relevan dan valid maka sebelum dan selama pengumpulan data
dibuat rambu-rambu pertanyaan dan jenis data yang
dibutuhkan melalui pedoman penelitian yang berisi garis
besar pertanyaan dan obyek yang akan ditanyakan,
diobservasi dan dokumen yang akan distudi.
Dalam metode pengumpulan data pada penelitian
kualitatif dilakukan secara sirkuler atau cyclical
(Nasution, 1992). Sesuai dengan prosedur tersebut, maka
strategi pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
tiga pendekatan, yaitu (1) wawancara mendalam (indepth
interview), (2) pengamatan, baik yang bersifat
berperanserta maupun nonperanserta (participant and
nonparticipant observasion), dan (3) dokumentasi. Ketiga
teknik ini dilakukan secara berulang-ulang (Soegiyanto,
1989) sesuai dengan pertanyaan penelitian yang muncul pada
saat tertentu. Metode pengumpulan data tersebut
selanjutnya dikelompokkan dalam dua cara pokok yaitu
interaktif, meliputi wawancara dan observasi, dan
noninteraktif yaitu dokumentasi.
1. Observasi
Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk
mengumpulkan data tentang tindakan guru dalam menyusun
104
proses
belajar
mengajar,
kegiatan
peserta
didik
dalam
mengikuti
pembelajaran,
serta
tindakan
kepala
sekolah
dalam memantau dan memfasilitasi kegiatan belajar
peserta
didik.
Observasi
dilakukan dengan cara
mendatangi
tempat-tempat
berlangsungnya proses pembelajaran,
baik di
ruang
kelas
maupun di laboratorium (ruang
praktek).
Observasi
yang dilakukan adalah observasi nonpartisipatif,
sehingga
peneliti berada bersama para peserta didik selama kegiatan
berlangsung,
tanpa memanipulasi proses yang
berlangsung.
Selama
observasi,
peneliti
memperhatikan
apa-apa
yang
dilakukan
guru dan apa-apa yang dilakukan
peserta
didik
dari
awal
sampai
akhir kegiatan. Pada
saat
itu
pula,
peneliti
mencatat
hal-hal
yang
dianggap
penting
dan
berkaitan
langsung dengan masalah
penelitian.
Observasi
dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh data yang
cukup
untuk
menjawab
permasalahan penelitian.
Observasi
juga
dilakukan di luar kegiatan pembelajaran,
untuk
memperoleh
data
dalam
pergaulan dan pembicaraan
para
guru,
serta
komentar-komentar mereka berkaitan dengan proses
belajar-mengajar yang telah dilakukannya. Kondisi tersebut
biasanya berlangsung pada waktu istirahat. Oleh karena
itu,
peneliti berusaha untuk mendekati mereka tanpa mereka
mencurigai
bahwa
proses penelitian
sedang
berlangsung,
105
Dari kegiatan observasi tersebut diharapkan diperoleh
data penelitian secara lebih objektif dan dapat memetik
pentingnya observasi dalam penelitian kualitatif, seperti
yang dikemukakan Moleong (1993: 108), sebagai berikut:
a. mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,
perhatian dan kebiasaan;
b. memungkinkan peneliti melihat dunia sebagai yang
dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu,
menangkap arti fenomena berdasarkan pengertian subjek,
menangkap kehidupan budaya berdasarkan pandangan dan
anutan para subjek saat itu;
c. memungkinkan peneliti dapat merasakan apa yang
dirasakan serta dihayati subjek; dan
d. memungkinkan pembentukkan pengetahuan berdasarkan apa
yang diketahui peneliti dan subjek penelitian.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara digunakan untuk
mengumpulkan data tentang kata-kata atau ungkapan guru,
kepala sekolah dan peserta didik, berkaitan dengan program
satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas proses
belajar-mengajar pada SMU Negeri di kabupaten Indramayu.
Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tak
berstruktur. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh
106
guru,
dan peserta didik tentang efektivitas program satuan
pelajaran.
Wawancara
dengan
guru
dan
peserta
didik
dilakukan
sebelum
dan
sesudah
proses
belajar-mengajar
berlangsung,
sedangkan
wawancara dengan
kepala
sekolah
dilakukan
sesuai
kesepakatan
dan
keperluan
peneliti.
Wawancara
dilakukan
secara mendalam
dan
bebas,
tetapi
tetap diarahkan pada tujuan penelitian. Wawancara
dilakukan
untuk
melengkapi
data
yang
diperoleh
lewat
observasi
dan untuk mendapatkan data yang
tidak
mungkin
diperoleh dari kegiatan observasi dan studi dokumentasi.
Wawancara dimaksudkan untuk menemukan informasi
tentang
sesuatu
yang
diketahui
oleh
seseorang
atau
sekelompok orang yang menjadi sumber data dalam bentuk
lisan.
Dengan komunikasi dua arah,
penggunaan
wawancara
akan memudahkan para responden untuk memahami jawaban atau
informasi
yang
diinginkan
oleh
pewawancara
melalui
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Dalam penelitian ini, wawancara informal
lebih banyak
digunakan, wawancara berlangsung dalam situasi alamiah dan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada
spontanitas pewawancara. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh data yang diperlukan tanpa mengganggu
perasaan
orang yang diwawancarai dan wawancara bisa dilakukan
107
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan
untuk menelusuri dan menemukan informasi tentang
efektivitas program satuan pelajaran dalam meningkatkan
kualitas proses belajar-mengajar di SMU Negeri Bangodua I
Kabupaten Indramayu, dari berbagai dokumen yang bersifat
permanen dan tercatat agar data yang diperoleh lebih
absah.
Seluruh data yang diperoleh melalui observasi,
wawancara dan studi dokumentasi dicatat dalam catatan
lapangan yang memuat deskripsi yang luas tentang
efektivitas program satuan pelajaran dalam meningkatkan
kualitas proses belajar-mengajar pada SMU Negeri Bangodua
I Kabupaten Indramayu. Pencatatan dilakukan secara
selektif sesuai tujuan penelitian. Peneliti memilih fakta
dan informasi mana yang harus diperhatikan dan mana yang
harus diabaikan. Fakta dan informasi yang dicatat itulah
yang dijadikan data. Pada umumnya pencatatan data
dilakukan di luar proses belajar-mengajar, sebelum atau
sesudah kegiatan berlangsung. Semua catatan lapangan
diperiksa kembali di rumah untuk melihat kelogisan dan
keterkaitannya dengan tujuan penelitian.
E. Validitas Data
108
yang
diperoleh lewat observasi dan
wawancara
diperlukan
suatu teknik pemeriksaan. Salah satu teknik yang digunakan
adalah memeriksa derajat kepercayaan atau kredibilitasnya.
Kredibilitas
data dapat diperiksa melalui berbagai
cara,
sedangkan cara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
memperpanjang
waktu keikutsertaan,
melakukan
pengamatan
secara
tekun,
triangulasi, mengupayakan
referensi
yang
cukup,
dan melakukan
memberchek,
1. Memperpanjang Waktu Keikutsertaan
Usaha
peneliti
dalam
memperpanjang
waktu
keikutsertaan
dengan
responden atau sumber
data
adalah
dengan
cara
meningkatkan
frekuensi
pertemuan
dan
menggunakan waktu seefisien mungkin.
Misalnya,
menghadiri
acara rapat, dan kegiatan lain yang menunjang.
2. Melakukan Pengamatan Secara Tekun
Pengamatan
secara
tekun dilakukan
untuk
menemukan
ciri-ciri
data yang sesuai dengan situasi
yang
diteliti
secara lebih mendalam. Hal tersebut berkaitan dengan
ciri-ciri
atau
unsur
data
yang
sesuai
dengan
efektivitas
program
satuan
pelajaran
dalam
meningkatkan
kualitas
proses
belajar-mengajar
pada
SMU
Negeri
di
Kabupaten
Indramayu. Melalui pengamatan secara tekun, peneliti dapat
embedakan hal-hal yang bermakna dan tak bermakna.
1 0 9
3. Triangulasi
Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan membandingkan data yang diperoleh
dari satu sumber dengan pendekatan yang berbeda, untuk
mengecek atau membandingkan data penelitian yang telah
dikumpulkan.
Hal
ini dilakukan
dengan
cara,
misalnya:
untuk mendapatkan data tentang kegiatan guru digunakan
wawancara dengan pola pertanyaan yang berbeda atau
diambil dari satu sumber yang berbeda seperti dari
dokumen, kepala sekolah, dan observasi. Apabila terdapat
perbedaan, maka pendapat kepala sekolah yang dijadikan
pedoman dan acuan.
4. Mengupayakan Referensi yang Cukup
Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keabsahan
informasi
yang
diperlukan
dengan
menggunakan
dukungan
bahan referensi secukupnya,
baik dari media cetak
maupun
media
elektronika.
Mengupayakan
referensi
yang
cukup
adalah menyediakan semaksimal mungkin sumber data dari
media
cetak (buku,
jurnal,
majalah,
koran,
dan
makalah),
serta realitas di lapangan seperti catatan observasi dan
foto dokumentasi.
5. Melakukan Membercheck
110
lain, membercheck juga dimaksudkan untuk memeriksa
keabsahan data. Membercheck dilakukan pada setiap akhir
kegiatan wawancara, baik dengan guru, peserta didik
maupun kepala sekolah. Dalam hal ini, peneliti berusaha
mengulangi kembali dalam garis besarnya, berdasarkan
catatan peneliti, apa yang telah dikatakan oleh responden
tentang efektivitas program satuan pelajaran dalam
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar pada SMU
Negeri di Kabupaten Indramayu. Melalui membercheck mereka
bisa memperbaiki bila ada kekeliruan dan menambahkan apa
yang masih kurang. Dengan membercheck dimaksudkan agar
informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan
laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh responden.
F. Proses Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan desain dalam bentuk funnel (cerobong) yang
dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982). Bentuk cerobong
seperti yang dikemukakan tersebut adalah melukiskan proses
penelitian yang berawal dari eksplorasi yang bersifat luas
dan dalam, kemudian berlanjut dengan aktifitas
mengumpulkan dan analisis data yang lebih menyempit dan
terarah pada suatu topik tertentu. Mula-mula penelitian
menjajaki tempat dan orang yang dapat dijadikan sumber
Ill
perlu
dan
dengan
maksud
pengkajian,
selanjutnya
mengembangkan jaringan yang lebih luas dan mendalam
untuk
menemukan
kemungkinan
sumber data lanjutan.
Apabila
di
lapangan
peneliti
mendapati
berbagai
kekurangan
pengetahuan
tentang
apa yang
diteliti,
maka
dilakukan
pengumpulan data
lanjutan sampai ditemukan keadaan dimana
data yang digali telah sesuai dengan tujuan penelitian.
Proses
pengumpulan
data dimulai
dengan
wawancara,
diikuti
dengan observasi, studi dokumentasi
dan
kembali
dengan
wawancara
mendalam.
Meskipun
demikian,
pada
beberapa kesempatan di lapangan, ketiga teknik pengumpulan
data tersebut digunakan secara simultan.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan
data
dilakukan dengan cara
memilah
dan
mengelompokkan
data berdasarkan klasifikasi
data
dengan
tahapan:
(1)
menelusuri data
guna
melihat
kemungkinan
keteraturan pola, tema atau topik yang mencakup data,
(2)
mencatat
kata-kata,
ungkapan-ungkapan,
dan
rangkaian
peristiwa
guna
menampilkan
pola,
tema
atau
topik
tersebut.
1. Pengolahan Data
Pengerjaan
data
dilakukan
bersamaan
dengan
dan
112
dengan cara memilah dan mengelompokkan data berdasarkan
klasifikasi
data. Mencatat
kata-kata,
ungkapan-ungkapan
dalam menelusuri data guna menampilkan pola, tema atau
topik
yang mencakup data inilah yang dimaksudkan
sebagai
kategori koding (Bogdan dan Biklen,
1982:156)
Kategori koding berguna untuk memilah-milahkan data
sehingga
semua bahan yang dihasilkan
berhubungan
dengan
topik secara fisik dipisahkan dari data yang lain dan
selanjutnya
disusun
dalam suatu kelompok
koding.
Suatu
unit bahan yang terkumpul dapat dikode lebih dari satu
kategori kode maupun kelompok kode.
Pengorganisasian dimulai dengan memeriksa semua
halaman bahan-bahan dan memberikan nomor urut serta
berkesinambungan berdasarkan kronologis penemuan.
Langkah
berikutnya adalah membaca catatan bahan-bahan sementara
pengembangan kategori koding pendahuluan dimulai.
Langkah
terakhir
kegiatan
ini adalah mencari dan
menemukan
pola
pemilahan
data
secara
fisik
sesuai
dengan
kemampuan
peneliti.
Metode pengorganisasian data yang dipilih adalah
sistem
pemberkasan ke dalam kartu dan
pendekatan
potong
simpan dalam map
(the cut up and put infolders
approach).
Map-map
ditandai
dengan
label
dan
warna-warna,
selain
untuk mempermudah pemilahan berkas-berkas juga mempermudah
113
2. Analisa Data
Teknik
analisis
data
yang
dipergunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
melalui
pendekatan
kualitatif
deskriptif.
Analisis data ini dilakukan secara
berulang-ulang
(cyclical)
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
dirumuskan
dalam penelitian ini. Dengan demikian,
secara
teoritik analisis dan pengumpulan data dilaksanakan secara
berulang-ulang guna memecahkan masalah (Soegiyanto, 1989).
Data
kualitatif terdiri dari kata-kata bukan
angka,
yang
deskripsinya
memerlukan
interprestasi
sehingga
diketahui makna dari data (Nasution, 1992). Dalam hal
ini
peneliti memperhatikan anjuran
yang dikemukakan Miles dan
Huberman
(1984), bahwa ada tiga tahapan
yang
dikerjakan
dalam
analisis data, yaitu
data reduction, data
display,
and conclusion drawing/verification.
Langkah
mereduksi
data
diperlukan
untuk
membantu
peneliti dalam menulis semua hasil data lapangan sekaligus
merangkum,
memilih
dan
memilah
hal-hal
pokok
serta
menganalisanya. Hal ini dilakukan agar peneliti memperoleh
gambaran yang lebih tajam tentang hasil lapangan.
Langkah
display data dilakukan agar
peneliti
tetap
dapat menguasai data-data yang telah terhimpun dan
banyak
jumlahnya dengan memilah-milahnya secara fisik dan
dibuat
dalam bentuk kartu dan bagan.
114
dalam
rangka mencari makna dan
mencoba
menyimpulkannya.
Meskipun
kesimpulan ini pada awalnya masih sangat
kabur,
penuh keraguan, tetapi dengan bertambahnya data dan
kesimpulan
akhirnya
akan
ditemukan
emergent
menuju
keutuhan
dan
kepastian
data
dari
lapangan.
Seluruh
kegiatan analisis tersebut dilakukan secara terus-menerus
dan saling berhubungan dari awal sampai akhir penelitian.
H. Tahapan Penelitian
Proses pelaksanaan penelitian, mulai dari penelitian
pendahuluan
sampai
dengan
penulisan
konsep
(draft)
laporan, ditempuh dengan tahapan sebagai berikut.
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi tahap penelitian pendahuluan
dan
tahap
penyusunan
proposal.
Penelitian
pendahuluan
dilakukan untuk melihat permasalahan yang ada di
lapangan.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan studi
literatur,
peneliti
tertarik
dengan
permasalahan
yang
berkaitan dengan efektifitas manajemen pelaksanaan program
satpel dalam meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar
di
SMUN
I
Bangodua
kabupaten
Indramayu.
Selanjutnya
dikembangkan
proposal
penelitian
dan
mengumpulkan
referensi yang berkaitan dengan topik tersebut. Pada tahap
115
satu angkatan maupun dengan kakak angkatan untuk
memperoleh berbagai masukan dan memantapkan proposal.
Akhirnya, peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing
untuk mematangkan pemahaman dan memperoleh ijin
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini peneliti langsung terjun
ke lapangan, untuk melakukan pengumpulan data yang
berhubungan dengan efektifitas program satuan pelajaran
dalam meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar di
kabupaten Indramayu. Tahap ini diawali dengan pengumpulan
informasi dari berbagai sumber di lokasi penelitian,
serta menganalisis dan memusatkan perhatian terhadap
hal-hal yang perlu diteliti secara lebih mendalam sesuai
dengan tujuan penelitian. Selanjutnya penelitian
dilanjutkan dengan lebih memfokuskan pada informasi dan
data yang berhubungan langsung dengan tujuan penelitian,
yaitu efektifitas program satuan pelajaran dalam
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar, di
kabupaten Indramayu. Berdasarkan catatan penelitian,
dilakukan penafsiran dan ditarik beberapa kesimpulan
116
3. Tahap Penyelesaian
Tahap
penyelesaian
atau
tahap
penyusunan
konsep
(draft)
laporan,
adalah kegiatan menyusun kerangka laporan
hasil
penelitian
berdasarkan hasil
analisis
data
yang
telah
dibahas dan disimpulkan.
Pada tahap
ini,
peneliti
mengadakan penghalusan terhadap kesimpulan sementara
yang
telah
dilakukan.
Selanjutnya
menyusun
konsep
(draft)
laporan,
mendiskusikannya
dengan
para
responden
dan
setelah
diadakan
penyempurnaan
dikonsultasikan
dengan
dosen pembimbing untuk mendapatkan masukan saran
penyempurnaan.
Konsultasi dengan dosen pembimbing dilakukan secara
bertahap
dan
berkesinambungan,
sejak
awal
penulisan
proposal sampai disetujuinya laporan akhir penelitian
untuk mengikuti
laporan kemajuan,
ujian tahap I dan
ujian
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Bab ini merupakan bab terakhir dari laporan
penelitian tentang efektifitas manajemen pelaksanaan
program satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas
proses belajar-mengajar di SMU Negeri I Bangodua Kabupaten
Indramayu. Dalam bab terakhir ini dikemukakan kesimpulan
hasil penelitian, dan beberapa rekomendasi yang dirumuskan
berdasarkan deskripsi hasil penelitian, pembahasan, dan
kesimpulan hasil penelitian, dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
Pertama,, kinerja guru sebagai perencana proses
belajar-mengajar di SMU Negeri I Bangodua Kabupaten
Indramayu dalam mengembangkan dan melaksanakan program
satuan pelajaran untuk meningkatkan kualitas proses
belajar-mengajar masih rendah, baik yang berkaitan dengan
dorongan untuk bekerja, tanggungjawab dalam bekerja,
minat terhadap tugas, penghargaan atas jabatan guru,
maupun peluang mereka untuk berkembang.
169
pelaksanaan program satuan pelajaran, kurangnya pemahaman
guru tentang manajemen pelaksanaan program satuan
pelajaran, keterbatasan biaya dan fasilitas, keterbatasan
waktu guru, kurang koordinasi dan kerjasama di lapangan
serta rendahnya partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan.
Kelima, peran kepemimpinan kepala sekolah dalam
membina dan mendorong para guru untuk menyusun program
satuan pelajaran di SMU Negeri I Bangodua Kabupaten
Indramayu belum efektif. Berbagai upaya yang dilakukan
kepala sekolah belum dapat membangkitkan semangat para
guru dalam mengembangkan program satuan pelajaran untuk
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.
B. Imp1ikasi
Kesimpulan hasil studi sebagaimana dikemukakan di
atas mengandung beberapa implikasi bagi peningkatan
kualitas proses belajar-mengajar. Implikasi-implikasi
tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
Pertama; siswa sebagai subjek pendidikan yang dibina
di sekolah bukanlah individu yang terlepas dari sistem
instruksional, melainkan bagian dari sistem instruksional,
oleh karena itu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
program satuan pelajaran perlu mempertimbangkan berbagai
170
Kedua;
dalam
manajemen pelaksanaan
program
satuan
pelajaran,
guru
harus mampu
berfungsi sebagai fasilitator
yang
terlibat aktif memberikan kemudahan
belajar
kepada
para siswa dalam mewujudkan tujuan yang telah
ditetapkan.
Sementara kepala sekolah harus memerankan
kepemimpinannya
untuk
mengarahkan
dan
mengendalikan
seluruh
kegiatan
belajar-mengajar di sekolah di bawah kepemimpinannya.
Ketiga;
keterlibatan siswa dalam pelaksanaan
program
satuan pelajaran merupakan salah satu indikator kualitas
pembelajaran.
Dalam hal
ini,
kemampuan dan
kesiapan
siswa
untuk
melakukan penyesuaian,
pengaturan,
dan
pembaharuan
diri
merupakan
perilaku yang
harus
dikembangkan
untuk
menjaga keserasian siswa dengan
lingkungan belajar.
Keempat;
manajemen
program
satuan
pelajaran
yang
mengarah pada proses dialogis mengandung implikasi bahwa
hakekat
program satuan pelajaran bagi peningkatan
proses
belajar-mengajar
di sekolah menengah umum
terletak
pada
keterkaitan
antara
iklim
pembelajaran
dengan
perilaku
siswa.
Tugas guru adalah menciptakan
iklim
pembelajaran
yang kondusif, untuk memberi peluang dan memberikan
kesempatan kepada para siswa mengembangkan dirinya
secara
optimal.
Kelima;
manajemen
program
satuan
pelajaran
dalam
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar memungkinkan
belajar-171
mengajar yang dilakukannya, mengidentifikasi siswa dengan
kebutuhan-kebutuhannya yang belum terpenuhi, dan memilih
teknik pembelajaran berdasarkan keberhasilan yang telah
dicapai.
Keenam; manajemen pelaksanaan program satuan
pelajaran dalam meningkatkan kualitas proses
belajar-mengajar di sekolah menuntut para