• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS MANAJEMEN PELAKSANAAN PROGRAM SATUAN PELAJARAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR : Studi Deskriptif Kualitatif di SMUN 1Bangodua Kabupaten Indramayu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS MANAJEMEN PELAKSANAAN PROGRAM SATUAN PELAJARAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR : Studi Deskriptif Kualitatif di SMUN 1Bangodua Kabupaten Indramayu."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

2,;

7 W

EFEKTIFITAS MANAJEMEN PELAKSANAAN PROGRAM

SATUAN PELAJARAN DALAM MENINGKATKAN

KUALITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR

(Studi Deskriptif Kualitatif di SMUN 1Bangodua Kabupaten Indramayu)

TES1S

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Bidang Administrasi Pendidikan

**Zl?'+

Oleh :

H. Taindin, Drs.

N1M. 999489

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

200 1
(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Penbinbing I

Prof Dr. H. Moch. Idochi Anwar

NIP. 130 256 639

Penbimbing II

Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, M.A.

(3)

Bacaiah dengan noma Allahmuyang mendptakan,

Dia Utah mendptakan manusia dart segumpal darah,

Bacaiah, karma Allahmu yang Pcmurdh,

Yang mengq/ar dengan qatam. Dia M engajarkan

kepada manusia apayang tidak diketahuinya,

(Q.S. AJ'AJaq: 1-5)

*'?>

Untukyang tersayang:

Anakku YeniFebriani danIstrikuHj.MindRochmi,

yang selalu mendampingiku dalamsuka maupun duka

(4)

a b s t r a k :

Tajudin.

2001.

Efektifitas

Manajemen

Pelaksanaan

Program Satuan Pelajaran dalam Meningkatkan Kualitas

Proses

Belajar

Mengajar

(Studi Deskriptif Kualitatif

di

SMUN

I

Bangodua Kabupaten Indramayu)

Masalah

yang

menjadi

fokus

penelitian

ini

adalah

bagaimana

efektifitas

manajen pelaksanaan

program

satuan

pelajaran

dalam

meningkatkan

kualitas

proses

belajar

mengajar.

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mendapatkan

informasi,

menganalisis,

dan

mendeskripsikan

tentang

efektifitas

manajemen pelaksanaan program satuan

pelajaran

dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di

SMUN

I Bangodua Kabupaten Indramayu.

Teori-teori yang digunakan untuk mengkaji

permasalahan

dan

mencapai tujuan penelitian ini berkaitan dengan

konsep

administrasi

pendidikan,

kedudukan

manajemen

sistem

pembelajaran

dalam peningkatan kualitas PBM, PPSI,

kinerja

guru,

peran

kepemimpinan

kepala

sekolah

dan

mengukur

efektifitas

program

satuan

pelajaran,

serta

hasil-hasil

studi terdahulu. .

Penelitian

ini menggunakan metode

kualitatif,

dengan

subyek

kepala

sekolah, guru, dan para peserta

didik

yang

terlibat

secara

langsung

dalam

proses

belajar-mengajar.

Pengumpulan

data

dilakukan

melalui

teknik

observasi,

wawancara

dan

studi dokumentasi.

Analisis

data

dilakukan

selama

penelitian

berlangsung,

melalui

pencatatan,

penafsiran, kesimpulan dan verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan program

satpel di SMUN I Bangodua Kabupaten Indramayu belum berjalan

secara efektif dan belum mencapai hasil yang memuaskan.

Hal

ini antara lain dapat ditinjau

dari rendahnya kinerja guru,

belum

efektifnya implementasi dan evaluasi program

satpel,

masih

banyaknya

kendala

yang

dihadapi

guru,

serta

kepemimpinan kepala sekolah yang belum efektif dalam membina

dan mendorong para guru untuk menyusun program satpel.

Hasil

penelitian

tersebut

dapat

disimpulkan

bahwa

manajemen

pelaksanaan

program satuan pelajaran di

SMUN

I

Bangodua

Kabupaten Indramayu belum berjalan secara

efektif

dan

belum mencapai hasil yang memuaskan. Sehubungan

dengan

itu, disarankan kepada para kepala sekolah untuk

senantiasa

melakukan

pemantauan

terhadap kegiatan

pembelajaran

yang

dilakukan

oleh para guru; Lembaga penataran

dan

pelatihan

guru

disarankan

untuk melakukan penataran bagi

para

guru

mengenai

proses pembelajaran;

Depdiknas, disarankan

untuk

melakukan

pemantauan

pembelajaran

secara

langsung;

para

guru, disarankan untuk senantiasa meningkatkan

kemampuannya

sehubungan

dengan

tugas

pokoknya

(mengajar);

dan

para

peneliti

lain

disarankan

melakukan

penelitian

lanjutan

dengan pendekatan dan metode yang bervariasi agar

diperoleh

data yang lebih luas dan mendalam.

(5)

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

MOTTO iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI xi

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I. PENDAHULUAN

a.

A.

Latar Belakang Masalah

1

B. Fokus Penelitian 8

C. Masalah Penelitian 9

D. Definisi Operasional 11

E. Tujuan Penelitian 14

F. Manfaat Hasil Penelitian 15

G. Kerangka Pemikiran 18

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen/Administrasi Pendidikan 20

B. Kedudukan Manajemen Sistem Pembelajaran

dalam Peningkatan Kualitas PBM 33

C. Prosedur Pengembangan Sistem

Instruksional (PPSI) 42

D. Kinerja Guru dalam Mengembangkan

Program Satpel 46

E. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah 63

F. Mengukur Efektivitas Program

Satuan Pelajaran 83

G. Hasil Studi Terdahulu 90

(6)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 96

B. Penjajagan Lokasi Penelitian 99

C. Subjek Penelitian 100

D. Teknik Pengumpulan Data 102

E. Validitas Data 107

F. Proses Pengumpulan Data 110

G. Pengolahan dan Analisis Data Ill

H. Tahapan Penelitian 114

BAB IV. DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian 119

B. Pembahasan HasilPenelitian 147

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 167

B. Implikasi 169

C. Rekomendasi 171

DAFTAR PUSTAKA 174

LAMPIRAN 180

(7)

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 3.1 : Alur Kegiatan Penelitian 99

Gambar 4.1 : Proses Pengembangan PSP Linier 120

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Pedoman Penelitian 180

Lampiran 2. Surat Keputusan Pembimbing 184

Lampiran 3. Surat Keterangan 186

Lampiran 4. Riwayat Hidup 187

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Visi

reformasi pembangunan dalam rangka

penyelamatan

dan reformasi kehidupan nasional yang tertera dalam

garis-garis

besar

haluan

negara

(GBHN,

1999-2004)

adalah

terwujudnya

masyarakat Indonesia yang damai,

demokratis,

berkeadilan,

berdaya

saing,

maju

dan

sejahtera,

dalam

wadah

Negara

Kesatuan Republik Indonesia

yang

didukung

oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,

bertakwa,

berakhlak mulia,

cinta tanah air,

berkesadaran

hukum

dan

lingkungan,

menguasai

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi,

memiliki

etos

kerja

yang

tinggi

serta

berdisiplin.

Perwujudan

masyarakat berkualitas

tersebut

menjadi

tanggungjawab

pendidikan,

terutama

dalam

mempersiapkan

peserta

didik

menjadi

subjek

yang

makin

berperan

menampilkan

keunggulan

dirinya

yang

tangguh,

kreatif,

mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing.

Prioritas utama peningkatan mutu pendidikan adalah

peningkatan mutu pada semua jenis dan jenjang

pendidikan,

yang pada dasarnya dititikberatkan pada tiga faktor utama,

yaitu:

(10)

1. mutu dan jumlah sumber belajar mengajar;

2. mutu proses belajar-mengajar dalam konteks

pelaksanaan

kurikulum dan pembelajaran; dan

3. mutu keluaran pendidikan dalam arti pengetahuan

(knowledge),

sikap

(affective),

dan

ketrampilan'

(psychomotor).

Akhir-akhir ini mutu pendidikan makin sering

dipersoalkan. Banyak pendapat yang mengemukakan bahwa mutu

pendidikan kita dewasa ini menurun dan belum memenuhi

harapan,

sehingga

diperlukan

berbagai

upaya

untuk

meningkatkannya. Dalam GBHN dikemukakan bahwa masalah yang

dihadapi

dalam

bidang pendidikan

adalah

berlangsungnya

pendidikan yang kurang bermakna bagi pengembangan

pribadi

dan

watak

peserta

didik,

yang

berakibat

hilangnya

kepribadian dan kesadaran akan makna hakiki kehidupan.

Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan telah

dilakukan melalui berbagai cara,

antara lain

pengembangan

kurikulum sebagai keseluruhan program pengalaman

belajar,

pengadaan buku-buku pelajaran beserta buku pegangan

guru,

dan

pembinaan

perpustakaan

sekolah

sebagai

pusat

dan

sumber belajar. Namun apapun yang telah dilakukan untuk

meningkatkan mutu pendidikan belum menunjukkan hasil

yang

memuaskan

tanpa

dibarengi

dengan

peningkatan

terhadap

kualitas

guru.

Sebagaimana

diakui

oleh

para

ahli

(11)

ada tanpa peningkatan mutu guru.

Dalam seluruh sistem pendidikan,

terutama pada

jalur

sekolah,

guru

memegang

peranan

penting

dan

sangat

strategis

terutama

dalam upaya

membentuk

watak

bangsa

melalui

pengembangan

kepribadian

dan

nilai-nilai

yang

diinginkan.

Semiawan

dan

Soedijarto

(1991:119)

mengemukakan

bahwa:

"Secara makro tugas guru

berhubungan

dengan

pengembangan

sumber

daya

manusia

yang

pada

akhirnya

akan paling menentukan kelestarian dan

kejayaan

kehidupan bangsa".

Dalam

konteks

pembelajaran di kelas,

peranan

guru

sulit

digantikan oleh yang lain.

Di pandang dari

dimensi

pembelajaran peranan guru dalam masyarakat Indonesia

tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan

dalam proses pembelajaran berkembang dengan pesat. Hal ini

disebabkan

karena

pada

hakekatnya

proses

pembelajaran

bukan sekedar menyampaikan bahan, melainkan lebih dari

itu. Pembelajaran dipandang sebagai the interaction

between

the

learner and the external

condition

(Tyler,

1986:63).

Melalui

upaya

tersebut

diharapkan

terjadi

perubahan

perilaku

yang positif pada diri

para

peserta

didik.

Dalam

hal ini,

aspek

kepribadian

gurulah

yang

lebih diharapkan, yang akan mewarnai interaksi edukatif

antara peserta didik dengan guru dan lingkungannya.

Dalam

(12)

(Supriadi,1998).

Sejalan dengan itu,

Sukmadinata

(1997)

mengatakan

bahwa

keberadaan

guru

di

dalam

proses

pendidikan

dan

pengajaran

tetap

penting,

tidak

dapat

ditiadakan

atau

diganti dengan

yang

lainnya.

Apalagi

dalam

kaitannya

dengan

manajemen

pendidikan,

guru

merupakan

manajer

kelas dan manajer

pembelajaran,

yang

dituntut hadir di tengah-tengah peserta didik dalam rangka

pengejawantahan pengalaman belajar, yang meliputi aspek

pengetahuan,

ketrampilan,

nilai dan sikap.

Guru

merupakan

sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan

program

pendidikan.la

merupakan

unsur

manusiawi

yang

sangat dekat hubungannya dengan anak didik di sekolah

terutama

dalam

tatap

muka

yang

terjadi

pada

proses

belajar-mengajar.

Proses

pembelajaran

adalah

kegiatan

yang

diatur

sedemikian

rupa

menurut

langkah-langkah

tertentu

agar

pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan,

pengaturan

ini

dituangkan

dalam bentuk perencanaan

mengajar,

yang

memperkirakan

atau memproyeksikan mengenai apa yang

akan

dilakukan pada waktu melaksanakan pembelajaran.

Dalam pandangan tradisional, mengajar ini tidak lebih

dari

pada

sekedar

memasukan isi

atau

bahan

pelajaran

kepada murid

sedemikian rupa sehingga ia bisa mengeluarkan

kembali

segala isi dan bahan pelajaran yang

diterimanya.

(13)

guru, atau instruktur, murid dan buku pelajaran; tugas

guru hanya membaca isi buku pelajaran kemudian

menyampaikannya kepada murid sehingga pada akhir pelajaran

mereka bisa mengetahui segala isi buku pelajaran.

Pandangan baru tentang mengajar adalah bahwa

pengajaran itu merupakan suatu sistem (Dick and Carey,

1985), sistem merupakan seperangkat unsur yang tersusun

dalam suatu susunan teratur yang saling berhubungan dan

bergantung dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas menuju

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (How

and Miskel, 1987; Andrew & Moin, 1979).

Proses belajar-mengajar pada hakekatnya adalah

interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya,

sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih

baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang

mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari

dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang

dari lingkungan. Dalam proses belajar-mengajar, tugas guru

yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar

menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta

didik. Untuk kepentingan tersebut guru perlu memiliki

berbagai kemampuan, seperti membuat persiapan berupa

satuan pelajaran.

Menurut Dick and Carey (1985), senua komponen

(14)

berlebihan pada salah satu komponennya dalam menimbulkan

minat

belajar berupa perubahan perilaku

murid.

Walaupun

tidak

ada penekanan yang berlebihan terhadap

salah

satu

komponen

pengajaran

sebagaimana Die and

Carey,

penulis

menganggap bahwa sebenarnya guru merupakan satu komponen

pengajaran yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari

pada komponen lainnya, sebab guru merupakan sumber daya

manusia yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan.

Dalam presfektif baru tugas guru sangat kompleks,

dan

berhubungan

dengan sejumlah komponen

pengajaran

sebagai

suatu sistem. Pembinaan gurupun tidak hanya sekedar

meminta guru untuk membaca buku-buku pelajaran dan

menyampaikannya sebanyak-banyaknya kepada murid. Anderson

(1986)

mengembangkan sebuah model tugas

pengajaran

yang

interpendensi, dalam lima perangkat sebagai berikut:

1. menyeleksi kurikulum;

2. mendiagnosis kesiapan, gaya, dan minat murid;

3. merancang program;

4. merencanakan pengelolaan kelas; dan

5. melaksanakan pengajaran di kelas.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa tugas pertama sampai

keempat merupakan tugas guru dalam kaitannya dengan

perencanaan, sedangkan tugas kelima merupakan tugas

mengajar secara nyata di

kelas.

Oleh karena itu sebenarnya

(15)

ke dalam dua kelompok besar,

yaitu merencanakan pengajaran

dan mengajar di kelas.

Di

sisi

lain,

Gagne

dan

Berlinger

(1979)

mengemukakan empat fase pengajaran yang meliputi:

1. fase sebelum pengajaran;

2. fase sebelum dan sesaat pengajaran;

3. fase pengajaran; dan

4. fase sesudah pengajaran.

Dalam setiap pase terdapat kegiatan-kegiatan yang

menjadi tugas guru. Ini berarti ada tugas-tugas yang harus

dikerjakan

sebelum

pengajaran,

selama

pengajaran,

dan

sesudah pengajaran.

Tugas-tugas guru sebelum mengajar adalah bagaimana

merencanakan suatu sistem pengajaran yang baik. Tugas guru

selama mengajar adalah bagaimana menciptakan suatu sistem

pengajaran yang sesuai dengan yang telah direncanakan.

Sedangkan

tugas

guru setelah mengajar

adalah

bagaimana

menentukan keberhasilan pengajaran yang dilaksanakannya.

Ketiga

tugas tersebut saling berhubungan

dalam

mencapai

efektifitas dan efisiensi pengajaran.

Merencanakan pengajaran merupakan tugas pertama guru

sebagai pengajar. Merencanakan pengajaran berarti

merencanakan suatu sistem yang kompleks, dan bukanlah

tugas yang mudah bagi seorang guru, karena menuntut

(16)

masalah-masalah pengajaran. Dalam pada itu, dituntut kemampuan

yang tinggi untuk mengidentifikasi unsur-unsur pengajaran

dan menghubung-hubungkannya satu sama lain.

Berdasarkan uraian di atas dan memperhatikan bahwa

perencanaan pengajaran merupakan tugas penting bagi setiap

guru, peneliti terdorong untuk melakukan pengkajian secara

mendalam mengenai efektifitas manajemen pelaksanaan

program satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas

proses belajar-mengajar.

B. Fokus Penelitian

Karena penelitian ini menyangkut berbagai aspek yang

sangat erat kaitannya, maka untuk memperjelas masalah yang

akan dijadikan topik penelitian ini perlu ditetapkan fokus

penelitian secara tegas. Penelitian ini lebih

diorientasikan pada masalah perencanaan pengajaran yang berkaitan dengan efektifitas manajemen pelaksanaan program

satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas proses

belajar-mengajar. Adapun fokus penelitian ini menyangkut

kinerja guru dalam menyusun program satuan pelajaran, program satuan pelajaran sebagai pedoman untuk

meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar, evaluasi

yang dilakukan guru untuk mengetahui efektifitas program

satuan pelajaran, dan peran kepemimpinan kepala sekolah

dalam membina dan mendorong para guru untuk menyusun

(17)

program satuan pelajaran. Satuan pelajaran pada dasarnya

dikembangkan dari setiap pokok bahasan yang akan

disampaikan. Program satuan pelajaran disini lebih

difokuskan pada perumusan tujuan pembelajaran, penyusunan

kegiatan belajar-mengajar, perkiraan penjatahan waktu, dan

perencanaan evaluasi belajar-mengajar.

C. Masalah Penelitian

Penelitian ini berkisar tentang efektifitas manajemen

pelaksanaan program satuan pelajaran dalam meningkatkan

kualitas proses belajar-mengajar. Penelitian ini berupaya

mengungkapkan berbagai hal yang berkaitan dengan manajemen

persiapan mengajar, khususnya efektifitas manajemen

pelaksanaan program satpel dalam meningkatkan kualitas

proses belajar-mengajar. Penelitian ini akan mengungkapkan

pula hal-hal yang berkaitan dengan peranan kepala sekolah

dalam manajemen pelaksanaan program satuan pelajaran

sebagai salah satu manajemen kurikulum. Dengan demikian

penelitian ini tidak hanya akan mengungkap dan menjawab

pertanyaan tentang "bagaimanakah" efektifitas manajemen

pelaksanaan program satuan pelajaran, tetapi harus pula

dapat mengungkap dan menjawab pertanyaan "bagaimana" peran

kepala sekolah serta faktor-faktor lain dalam kaitannya

dengan efektivitas manajemen pelaksanaan program satuan

(18)

10

Sehubungan dengan itu, masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut: "Bagaimanakah efektivitas

manajemen pelaksanaan program satuan pelajaran dalam

meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar di SMU

Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu?".

Adapun konsep pokok yang menjadi bahan kajian

penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah kinerja guru sebagai perencana proses

belajar-mengajar dalam menyusun program satuan

pelajaran di SMU Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu?

2. Bagaimanakah implementasi program satuan pelajaran

dalam meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar di

SMU Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu?

3. Bagaimanakah evaluasi yang dilakukan guru untuk

mengetahui efektifitas manajemen pelaksanaan program

satuan pelajaran di SMU Negeri Bangodua Kabupaten

Indramayu?

4. Bagaimanakah kendala-kendala yang dihadapi guru dalam

mengembangkan program satuan pelajaran di SMU Negeri

Bangodua I Kabupaten Indramayu?

5. Bagaimanakah peran kepemimpinan kepala sekolah dalam

membina dan mendorong para guru untuk menyusun program

satuan pelajaran di SMU Negeri Bangodua I Kabupaten

(19)

11

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesimpuangsiuran dalam menafsirkan

istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini,

dikemukakan beberapa definisi operasional sebagai berikut.

1. Efektivitas. Pengertian tentang efektivitas sampai saat

ini belum ada rumusan yang jelas dan pasti. Hal

tersebut disebabkan karena setiap orang memberi arti

yang berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan

kepentingannya masing-masing. Diakui oleh Chung dan

Maginson (1981:506) bahwa: "Efektivenes means different

to different people. " Dalam kamus besar Bahasa

Indonesia (1990:219) dikemukakan bahwa efektif berarti

ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur

atau mujarab, dapat membawa hasil. Jadi efektivitas

adalah keefektifan, daya guna. Adanya kesesuaian antara

orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang

dituju. Dalam pada itu, Achmad Sanusi (1989:9)

mengemukakan:

Efektivitas adalah terlaksananya kegiatan dengan

baik, teratur, bersih dan rapi, sesuai dengan ketentuan yang berlaku; mengandung unsur kreatif

dan seni, serta benar-benar bermanfaat dan bermakna. Bermakna dalam arti sesuai dengan kebutuhan dan kaidah etis.

Sedangkan Steer (1985) mengungkapkan bahwa efektivitas

adalah sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh

(20)

12

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat

dikemukakan bahwa efektivitas berkaitan dengan

terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan,

tepat waktu,

dan adanya partisipasi aktif dari anggota.

Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah efektivitas program satuan pelajaran, yang

menyangkut motivasi guru, kegunaan, evaluasi, dan peran

kepemimpinan kepala sekolah, berdasarkan ketepatan

penyusunan, ketercapaian tujuan pembelajaran, ketepatan

waktu serta ketepatan pendayagunaan sarana, prasarana,

dan sumber belajar dalam meningkatkan kualitas proses

belaj ar-mengaj ar.

2.

Program.

Dalam

Ramus Besar

Bahasa

Indonesia

(1990)

dijelaskan bahwa program adalah rancangan mengenai

asas-asas serta dengan usaha dalam ketatanegaraan,

perekonomian dan sebagainya yang akan dijalankan.

Program itu

lebih berrsifat detail,

dalam arti

hal-hal

yang akan dilaksanakan atau dijalankan, tidak hanya

bentuk pekerjaan yang akan dilakukan semata melainkan

meliputi berbagai penunjang untuk terlaksananya rencana

dan tugas atau kewajiban yang harus

dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan program

dalam penelitian ini adalah rencana pengajaran yang

sudah masak atau matang yang sedang dan akan

(21)

13

interaksi belajar-mengajar.

3. Program satuan pelajaran. Program satuan pelajaran

merupakan salah satu bentuk program pengajaran yang

erat hubungannya dengan tujuan instruksional, proses

belajar-mengajar, waktu dan evaluasi. Program satuan

pelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

suatu rencana, rancangan atau kerangka pengajaran

jangka pendek yang sudah masak atau matang untuk

masing-masing pokok bahasan yang dibuat oleh guru,

yang sedang dan akan dilaksanakan dalam kegiatan

belajar-mengajar atau interaksi belajar-mengajar, untuk

memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.

4. Kualitas. Kualitas berasal dari bahasa Inggris

"Quality," yang berarti mutu dan sifat. Kualitas yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah mutu dan sifat

proses belajar-mengajar dilihat dari kemudahan guru

dalam melaksanakannya, keterlibatan peserta didik

dalam prosesnya, serta hasil atau pengaruh yang

diberikannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan

maupun sikap.

5. Proses belajar-mengajar. Tyler (1986) mengartikan

proses belajar-mengajar identik dengan proses

pembelajaran sebagai the interaction between the

learner and the external condition. Dalam hal ini

(22)

14

antara peserta didik dengan lingkungannya. Proses

belajar-mengajar menunjuk pada dua kegiatan, yakni

proses belajar yang dilakukan peserta didik dan proses

mengajar yang dilakukan oleh guru. Proses

belajar-mengajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

interaksi antara peserta didik dengan guru yang

direncanakan secara sistematis (dalam satuan pelajaran)

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis dan menemukan secara empiris tentang

efektifitas manajemen pelaksanaan program satuan pelajaran

dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di SMU

Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu, sebagai bahan

masukan untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan

relevansi pengelolaan pendidikan, dalam rangka memberikan

pengalaman yang lebih bermakna bagi peserta didik, baik

sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikannya pada jenjang

yang lebih tinggi maupun untuk mengembangkan diri di

masyarakat sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.

Secara khusus penelitian ini bertujuan mengetahui:

1. Kinerja guru sebagai perencana proses belajar-mengajar

dalam menyusun program satuan pelajaran di SMU Negeri

(23)

15

2. Implementasi program satuan pelajaran dalam

meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar di SMU

Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu.

3. Evaluasi yang dilakukan guru untuk mengetahui

efektifitas manajemen pelaksanaan program satuan

pelajaran di SMU Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu.

4. Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam mengembangkan

program satuan pelajaran di SMU Negeri Bangodua I

Kabupaten Indramayu.

5. Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam membina dan e

mendorong para guru untuk menyusun program satuan

pelajaran di SMU Negeri I Kabupaten Indramayu.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan

program satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas

proses belajar-mengajar, baik secara teoritis maupun

secara praktis.

1. Manfaat Teoritik

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh

masukan berupa sumbangan terhadap pengembangan teori yang

berkaitan dengan administrasi kurikulum, yakni upaya

(24)

16

satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas proses

belajar-mengajar

khususnya dan kualitas

pendidikan

pada

umumnya. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat

dijadikan

sebagai

salah satu bahan

kajian

dalam

upaya

mendalami teori administrasi sebagai suatu sistem,

khususnya

administrasi

kurikulum yang

merupakan

bagian

dari administrasi pendidikan. Lebih dari itu, penelitian

ini diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap upaya

memahami motivasi dan kinerja guru dalam mengembangkan

program satuan pelajaran serta memahami peran kepemimpinan

kepala sekolah dalam membina dan mendorong para guru untuk

menyusun

program

satuan

pelajaran

dalam

meningkatkan

kualitas proses belajar-mengajar khususnya dan kualitas

pendidikan pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat

dimanfaatkan oleh berbagai pihak dalam rangka meningkatkan

efektifitas pendidikan, khsusnya dalam masalah program

satuan pelajaran. Secara terinci, hasil penelitian

terutama bermanfaat:

a. Bagi Para guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan

landasan empirik untuk meningkatkan pengelolaan program

(25)

17

kurikulum

secara efisien dan

efektif.

Di samping

itu,

hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dalam usaha meningkatkan motivasi dalam

mengembangkan perencanaan belajar-mengajar melalui

program satuan pelajaran.

b.

Bagi Para kepala sekolah dan para pengelola pendidikan,

hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

supervisi proses belajar-mengajar, khususnya dalam

implementasi program satuan pelajaran.

Di samping

itu,

hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

masukan untuk lebih meningkatkan dan menggairahkan

semangat guru dalam melakukan perencanaan pengajaran

melalui program satuan pelajaran.

c. Bagi

Depdiknas,

hasil penelitian

ini

dapat

dijadikan

balikan

atas

implementasi

program

satuan

pelajaran

dalam

meningkatkan

kualitas

proses

belajar-mengajar

khususnya dan peningkatan kualitas pendidikan pada

umumnya. Di samping itu, hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mencari

alternatif-alternatif pemecahan masalah yang berkaitan

dengan peningkatan kualitas pendidikan, khususnya dalam

meningkatkan kualitas guru dalam mengembangkan

(26)

18

d. Bagi Program studi Administrasi Pendidikan, sebagai

masukan untuk membuka wawasan bagi

penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya dalam masalah

pengelolaan program satuan pelajaran.

Memahami berbagai manfaat sebagaimana diharapkan di

atas, maka penulis berpendapat bahwa penelitian ini

penting untuk dilakukan.

G. Kerangka Pemikiran

Peningkatan kualitas proses belajar-mengajar sangat

ditentukan oleh kemampuan guru dalam merencanakan,

melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar.

Sehubungan dengan itu, tema pokok studi ini berkaitan

dengan efektifitas manajemen pelaksanaan program satpel

dalam meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.

Program satuan pelajaran atau perencanaan

pembelajaran sedikitnya berkaitan dengan lima komponen

utama, yaitu tujuan, materi, metode, kegiatan

belajar-mengajar (KBM) dan evaluasi. Komponen-komponen tersebut

harus dikaji secara jelas dan mendalam untuk kemudian

dituangkan dalam satuan pelajaran (satpel). Dalam kerangka

inilah administrasi pendidikan memposisikan diri sebagai

suatu keseluruhan proses perencanaan terhadap berbagai

komponen pembelajaran, untuk mencapai tujuan secara

efektif dan efisien.

Pada dasarnya program satuan pelajaran atau rencana

pembelajaran merupakan hasil interpretasi guru terhadap

(27)

19

berbagai kondisi yang ada agar dapat menghasilkan

kegiatan pembelajaran yang memungkinkan proses belajar

siswa berlangsung optimal.

Ketika guru mengembangkan program satuan pelajaran di

dalam dirinya terjadi proses berpikir serta proses

pengambilan keputusan mengenai apa dan bagaimana proses

belajar-mengajar akan berlangsung. Isi keputusan disusun

dalam bentuk satuan pelajaran. Tepat tidaknya keputusan

yang diambil oleh guru sangat ditentukan oleh berbagai

faktor, antara lain berhubungan dengan kinerja guru,

kemampuan guru dalam mengimplementasikan program satuan

pelajaran, kemampuan guru dalam melakukan evaluasi

terhadap efektifitas program satuan pelajaran,

kendala-kendala yang dihadapi guru dalam mengembangkan program

satuan pelajaran, dan peran kepemimpinan kepala sekolah

dalam membina dan mendorong para guru untuk menyusun

program satuan pelajaran.

Kerangka pemikiran di atas, dapat dilukiskan sebagai

berikut. Perencanaan Tujuan Materi Metode KBM Evaluasi Pelaksanaan Interaksi antara peser

ta didik de

ngan kondisi

lingkungan

.1

Umpan balik

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian

ini

menggunakan

metode

penelitian

kualitatif yang ditujukan untuk mengkaji permasalahan

dan

memperoleh

makna

yang

lebih

mendalam

sesuai

kondisi

lingkungan.

"...

take their meaning as much

from

their

contex

as

they do from

themselves"

(Lincoln

and

Guba,

1985:189).

Penelitian ini ditujukan untuk mengungkap

permasalahan

efektifitas program satuan

pelajaran

dalam

meningkatkan

kualitas

proses

belajar-mengajar

di

SMU

Negeri

Bangodua

I Kabupaten

Indramayu.

Program

satuan

pelajaran

tersebut mencakup tujuan,

isi/materi,

metode,

proses pembelajaran, dan evaluasi.

Dalam pada itu diungkap

faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas program satuan

pelajaran,

yang

menyangkut peran kepala

sekolah,

serta

ketersediaan dan pendayagunaan sumber-sumber belajar.

Untuk kepentingan tersebut ditempuh langkah-langkah

sebagai berikut.

1. Memilih lokasi penelitian. Sesuai dengan masalah

penelitian

sebagaimana

dikemukakan di

atas,

sekolah

(29)

9 7

2. Untuk memperoleh makna yang lebih mendalam tentang

efektifitas manajemen pelaksanaan program satuan

pelajaran dalam meningkatkan kualitas proses

belajar-mengajar di SMU, penelitian hanya dilakukan di satu

sekolah, yaitu SMU Negeri Bangodua I Kabupaten

Indramayu.

3. Setelah menetapkan lokasi penelitian, peneliti berusaha

memasuki lapangan dengan mengadakan hubungan formal dan

informal sebelumnya.

4. Mengidentifikasi informan, yang terdiri atas: guru,

kepala sekolah, dan peserta didik.

5. Mencatat segala sesuatu yang terjadi di lokasi

penelitian berdasarkan dokumen, pengamatan dan

wawancara. Pencatatan dilakukan apa adanya dan segera

setelah suatu kegiatan berlangsung.

Prosedur penelitian ini akan menempuh tahapan-tahapan

baku penelitian kualitatif yaitu penggalian data, display

data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan yang

dilakukan secara berulang.

Sesuai dengan prinsip penelitian "Kualitatif

naturalistik", selama berada di lapangan peneliti berusaha

untuk tidak mengganggu suasana. Meskipun pada mulanya

kehadiran peneliti menjadi pusat perhatian, terutama

ketika mengadakan pengamatan di ruang-ruang kelas, tetapi

(30)

98

kelamaan

sudah

tidak dihiraukan

lagi.

Dengan

demikian,

peneliti dengan bebas dapat melakukan penelitian dalam

keadaan wajar sesuai tujuan yang telah dirumuskan.

Metode "deskriptif kualitatif" digunakan dalam

penelitian ini berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai

berikut. Pertama; peneliti bermaksud mengembangkan konsep

pemikiran, pemahaman dari pola yang terkandung di dalam

data, melihat secara keseluruhan suatu keadaan, proses,

individu

dan

kelompok tanpa mengurangi

variabel,

tetapi

variabel digambarkan secara keseluruhan, sensitif terhadap

orang yang diteliti dan mendeskripsikannya secara induktif

naturalistik. Kedua; peneliti bermaksud untuk menganalisis

dan menafsirkan suatu fakta, gejala, dan peristiwa yang

berkaitan

dengan

efektivitas

program

satuan

pelajaran

dalam meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar pada

SMU

Negeri

di Kabupaten

Indramayu

sebagaimana

adanya,

dalam

konteks ruang dan waktu serta situasi

yang

alami.

Ketiga;

bidang

kajian penelitian

ini

berkenaan

dengan

suatu proses dan kegiatan pembelajaran yang di dalamnya

terdapat interaksi antara guru dengan peserta didik,

antara peserta didik dengan peserta didik, dan antara

peserta didik dengan lingkungannya

Untuk lebih jelasnya berikut disajikan gambaran atas

(31)

r

STUDI PENDAHULUAN (PREMILLENIARY STUDY)

_

99

PENELITIAN LAPANGAN DENGAN PENDEKATAN NATURALISTIK

(Efektivitas Program Satuan Pelajaran dalam

Meningkatkan Kualitas Proses Belajar Mengajar)

FAKTUAL DAN NORMATIF

I

>

POLA-POLA EFEKTIFITAS PROGRAM SATPEL DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PROSES BELAJAR-MENGAJAR

KAJIAN

KONSEPTUAL ->

J

- Memperpanjang Keterlibatan - Pengamatan Secara Tekun

J

TRIANGULASI DAN MEMBERCHECK

I

TEMUAN FINAL

Gambar 3.1 : Alur Kegiatan Penelitian

B. Penjajagan Lokasi Penelitian

Untuk

memperoleh

gambaran

yang

jelas

tentang

permasalahan

yang

mungkin

dapat

diteliti,

sehubungan

dengan tema yang dipilih, peneliti lebih dahulu

mengadakan

penjajagan

ke lokasi

penelitian.

Penjajagan

lapangan

ini bertujuan,

antara lain: (1) untuk

mengenali

lokasi

di

mana penelitian akan dilaksanakan,

(2)

untuk

mengenali

konsep

dasar

masalah

yang

mungkin

dapat

(32)

iOO

tidaknya sumber data yang diperlukan dan dapat

dikembangkan dalam penelitian kemudian.

Penjajagan lokasi penelitian dilakukan terhadap dua

belas SMU Negeri yang berada di Kabupaten Indramayu.

Penjajagan dilakukan dengan mengadakan wawancara bebas

dengan para guru, dan para peserta didik, mengadakan wawancara bebas dengan kepala sekolah dan mengamati

seluruh kegiatan yang terjadi di sekolah.

C. Subjek Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

kata-kata dan tindakan (kepala sekolah, guru, dan peserta

didik), serta tulisan dan peristiwa-peristiwa yang

berkaitan dengan efektivitas manajemen pelaksanaan program

satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas proses

belajar-mengajar di SMU Negeri Bangodua I Kabupaten

Indramayu.

Sesuai dengan data yang akan dikumpulkan, sumber data

dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut.

1. Beberapa dokumen yang berkaitan dengan program satuan

pelajaran di SMU Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu,

yaitu kurikulum yang digunakan, dokumen pengelolaan dan

pengorganisasian pembelajaran. Dokumen-dokumen tersebut

dipinjam dari kepala sekolah, guru, dan peserta didik.

(33)

101

Bangodua I Kabupaten Indramayu. Apabila ada perbedaan

pendapat antara kepala sekolah dan guru, maka pendapat

kepala sekolahlah yang dijadikan data penelitian.

3. Para peserta didik yang terlibat secara langsung dalam

proses belajar-mengajar.

Berdasarkan uraian di atas selanjutnya ditetapkan SMU

Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu, dan hanya kelas II

yang dijadikan subjek penelitian, karena kelas satu baru

dalam tahap penyesuaian, sementara kelas III sedang

dipersiapkan untuk evaluasi akhir. Dengan demikian kelas

dua merupakan subjek yang paling tepat untuk diteliti.

Sedangkan banyaknya subjek penelitian ditetapkan sebagai

berikut.

1. 28 orang guru yang terlibat secara langsung dalam

kegiatan belajar-mengajar di SMU Negeri I Kabupaten

Indramayu.

2. Dari tiap-tiap kelas yang dijadikan subjek penelitian

di tetapkan masing-masing tiga orang peserta didik yang

mewakili kelompok kurang-sedang-pandai, sehingga jumlah

peserta didik yang menjadi responden 18 orang.

3. Satu orang kepala sekolah, yaitu kepala sekolah SMU

Negeri Bangodua I Kabupaten Indramayu.

Dengan demikian, jumlah seluruh subjek penelitian ini

(34)

102

Berbagai sumber data di atas, khususnya yang

berkaitan dengan subjek penelitian telah dipertimbangkan

kelayakannya sesuai kriteria yang dikemukakan Sanafiah

(1990: 57), bahwa: "Dalam menentukan subjek penelitian

perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (a) subjek

sudah cukup lama dan intensif menyatu dalam kegiatan atau

bidang yang menjadi kajian penelitian; (b) subjek masih

aktif atau terlibat penuh dengan kegiatan atau bidang

tersebut; dan (c) subjek memiliki waktu yang cukup untuk

dimintai informasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan langsung

oleh peneliti. Hal ini dilakukan sesuai dengan tuntutan

rancangan penelitian kualitatif, yang memberikan peran

yang sangat penting dan menyatu dengan kegiatan

penelitian. Peneliti sebagai instrumen utama penelitian

sangat menentukan kelancaran, keberhasilan, hambatan atau

kegagalan di dalam pengumpulan data yang diperlukan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah observasi, wawancara dan studi

dokumentasi. Ketiga teknik tersebut digunakan secara

berlapis dan berulang selama proses pengumpulan data di

lapangan dengan harapan agar informasi yang diperoleh

(35)

103

Untuk mengarahkan dan mendapatkan data-data yang

relevan dan valid maka sebelum dan selama pengumpulan data

dibuat rambu-rambu pertanyaan dan jenis data yang

dibutuhkan melalui pedoman penelitian yang berisi garis

besar pertanyaan dan obyek yang akan ditanyakan,

diobservasi dan dokumen yang akan distudi.

Dalam metode pengumpulan data pada penelitian

kualitatif dilakukan secara sirkuler atau cyclical

(Nasution, 1992). Sesuai dengan prosedur tersebut, maka

strategi pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

tiga pendekatan, yaitu (1) wawancara mendalam (indepth

interview), (2) pengamatan, baik yang bersifat

berperanserta maupun nonperanserta (participant and

nonparticipant observasion), dan (3) dokumentasi. Ketiga

teknik ini dilakukan secara berulang-ulang (Soegiyanto,

1989) sesuai dengan pertanyaan penelitian yang muncul pada

saat tertentu. Metode pengumpulan data tersebut

selanjutnya dikelompokkan dalam dua cara pokok yaitu

interaktif, meliputi wawancara dan observasi, dan

noninteraktif yaitu dokumentasi.

1. Observasi

Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk

mengumpulkan data tentang tindakan guru dalam menyusun

(36)

104

proses

belajar

mengajar,

kegiatan

peserta

didik

dalam

mengikuti

pembelajaran,

serta

tindakan

kepala

sekolah

dalam memantau dan memfasilitasi kegiatan belajar

peserta

didik.

Observasi

dilakukan dengan cara

mendatangi

tempat-tempat

berlangsungnya proses pembelajaran,

baik di

ruang

kelas

maupun di laboratorium (ruang

praktek).

Observasi

yang dilakukan adalah observasi nonpartisipatif,

sehingga

peneliti berada bersama para peserta didik selama kegiatan

berlangsung,

tanpa memanipulasi proses yang

berlangsung.

Selama

observasi,

peneliti

memperhatikan

apa-apa

yang

dilakukan

guru dan apa-apa yang dilakukan

peserta

didik

dari

awal

sampai

akhir kegiatan. Pada

saat

itu

pula,

peneliti

mencatat

hal-hal

yang

dianggap

penting

dan

berkaitan

langsung dengan masalah

penelitian.

Observasi

dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh data yang

cukup

untuk

menjawab

permasalahan penelitian.

Observasi

juga

dilakukan di luar kegiatan pembelajaran,

untuk

memperoleh

data

dalam

pergaulan dan pembicaraan

para

guru,

serta

komentar-komentar mereka berkaitan dengan proses

belajar-mengajar yang telah dilakukannya. Kondisi tersebut

biasanya berlangsung pada waktu istirahat. Oleh karena

itu,

peneliti berusaha untuk mendekati mereka tanpa mereka

mencurigai

bahwa

proses penelitian

sedang

berlangsung,

(37)

105

Dari kegiatan observasi tersebut diharapkan diperoleh

data penelitian secara lebih objektif dan dapat memetik

pentingnya observasi dalam penelitian kualitatif, seperti

yang dikemukakan Moleong (1993: 108), sebagai berikut:

a. mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,

perhatian dan kebiasaan;

b. memungkinkan peneliti melihat dunia sebagai yang

dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu,

menangkap arti fenomena berdasarkan pengertian subjek,

menangkap kehidupan budaya berdasarkan pandangan dan

anutan para subjek saat itu;

c. memungkinkan peneliti dapat merasakan apa yang

dirasakan serta dihayati subjek; dan

d. memungkinkan pembentukkan pengetahuan berdasarkan apa

yang diketahui peneliti dan subjek penelitian.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara digunakan untuk

mengumpulkan data tentang kata-kata atau ungkapan guru,

kepala sekolah dan peserta didik, berkaitan dengan program

satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas proses

belajar-mengajar pada SMU Negeri di kabupaten Indramayu.

Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tak

berstruktur. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh

(38)

106

guru,

dan peserta didik tentang efektivitas program satuan

pelajaran.

Wawancara

dengan

guru

dan

peserta

didik

dilakukan

sebelum

dan

sesudah

proses

belajar-mengajar

berlangsung,

sedangkan

wawancara dengan

kepala

sekolah

dilakukan

sesuai

kesepakatan

dan

keperluan

peneliti.

Wawancara

dilakukan

secara mendalam

dan

bebas,

tetapi

tetap diarahkan pada tujuan penelitian. Wawancara

dilakukan

untuk

melengkapi

data

yang

diperoleh

lewat

observasi

dan untuk mendapatkan data yang

tidak

mungkin

diperoleh dari kegiatan observasi dan studi dokumentasi.

Wawancara dimaksudkan untuk menemukan informasi

tentang

sesuatu

yang

diketahui

oleh

seseorang

atau

sekelompok orang yang menjadi sumber data dalam bentuk

lisan.

Dengan komunikasi dua arah,

penggunaan

wawancara

akan memudahkan para responden untuk memahami jawaban atau

informasi

yang

diinginkan

oleh

pewawancara

melalui

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Dalam penelitian ini, wawancara informal

lebih banyak

digunakan, wawancara berlangsung dalam situasi alamiah dan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada

spontanitas pewawancara. Hal ini dimaksudkan untuk

memperoleh data yang diperlukan tanpa mengganggu

perasaan

orang yang diwawancarai dan wawancara bisa dilakukan

(39)

107

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan

untuk menelusuri dan menemukan informasi tentang

efektivitas program satuan pelajaran dalam meningkatkan

kualitas proses belajar-mengajar di SMU Negeri Bangodua I

Kabupaten Indramayu, dari berbagai dokumen yang bersifat

permanen dan tercatat agar data yang diperoleh lebih

absah.

Seluruh data yang diperoleh melalui observasi,

wawancara dan studi dokumentasi dicatat dalam catatan

lapangan yang memuat deskripsi yang luas tentang

efektivitas program satuan pelajaran dalam meningkatkan

kualitas proses belajar-mengajar pada SMU Negeri Bangodua

I Kabupaten Indramayu. Pencatatan dilakukan secara

selektif sesuai tujuan penelitian. Peneliti memilih fakta

dan informasi mana yang harus diperhatikan dan mana yang

harus diabaikan. Fakta dan informasi yang dicatat itulah

yang dijadikan data. Pada umumnya pencatatan data

dilakukan di luar proses belajar-mengajar, sebelum atau

sesudah kegiatan berlangsung. Semua catatan lapangan

diperiksa kembali di rumah untuk melihat kelogisan dan

keterkaitannya dengan tujuan penelitian.

E. Validitas Data

(40)

108

yang

diperoleh lewat observasi dan

wawancara

diperlukan

suatu teknik pemeriksaan. Salah satu teknik yang digunakan

adalah memeriksa derajat kepercayaan atau kredibilitasnya.

Kredibilitas

data dapat diperiksa melalui berbagai

cara,

sedangkan cara yang digunakan dalam penelitian ini

adalah

memperpanjang

waktu keikutsertaan,

melakukan

pengamatan

secara

tekun,

triangulasi, mengupayakan

referensi

yang

cukup,

dan melakukan

memberchek,

1. Memperpanjang Waktu Keikutsertaan

Usaha

peneliti

dalam

memperpanjang

waktu

keikutsertaan

dengan

responden atau sumber

data

adalah

dengan

cara

meningkatkan

frekuensi

pertemuan

dan

menggunakan waktu seefisien mungkin.

Misalnya,

menghadiri

acara rapat, dan kegiatan lain yang menunjang.

2. Melakukan Pengamatan Secara Tekun

Pengamatan

secara

tekun dilakukan

untuk

menemukan

ciri-ciri

data yang sesuai dengan situasi

yang

diteliti

secara lebih mendalam. Hal tersebut berkaitan dengan

ciri-ciri

atau

unsur

data

yang

sesuai

dengan

efektivitas

program

satuan

pelajaran

dalam

meningkatkan

kualitas

proses

belajar-mengajar

pada

SMU

Negeri

di

Kabupaten

Indramayu. Melalui pengamatan secara tekun, peneliti dapat

embedakan hal-hal yang bermakna dan tak bermakna.

(41)

1 0 9

3. Triangulasi

Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan

keabsahan data dengan membandingkan data yang diperoleh

dari satu sumber dengan pendekatan yang berbeda, untuk

mengecek atau membandingkan data penelitian yang telah

dikumpulkan.

Hal

ini dilakukan

dengan

cara,

misalnya:

untuk mendapatkan data tentang kegiatan guru digunakan

wawancara dengan pola pertanyaan yang berbeda atau

diambil dari satu sumber yang berbeda seperti dari

dokumen, kepala sekolah, dan observasi. Apabila terdapat

perbedaan, maka pendapat kepala sekolah yang dijadikan

pedoman dan acuan.

4. Mengupayakan Referensi yang Cukup

Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keabsahan

informasi

yang

diperlukan

dengan

menggunakan

dukungan

bahan referensi secukupnya,

baik dari media cetak

maupun

media

elektronika.

Mengupayakan

referensi

yang

cukup

adalah menyediakan semaksimal mungkin sumber data dari

media

cetak (buku,

jurnal,

majalah,

koran,

dan

makalah),

serta realitas di lapangan seperti catatan observasi dan

foto dokumentasi.

5. Melakukan Membercheck

(42)

110

lain, membercheck juga dimaksudkan untuk memeriksa

keabsahan data. Membercheck dilakukan pada setiap akhir

kegiatan wawancara, baik dengan guru, peserta didik

maupun kepala sekolah. Dalam hal ini, peneliti berusaha

mengulangi kembali dalam garis besarnya, berdasarkan

catatan peneliti, apa yang telah dikatakan oleh responden

tentang efektivitas program satuan pelajaran dalam

meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar pada SMU

Negeri di Kabupaten Indramayu. Melalui membercheck mereka

bisa memperbaiki bila ada kekeliruan dan menambahkan apa

yang masih kurang. Dengan membercheck dimaksudkan agar

informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan

laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh responden.

F. Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan desain dalam bentuk funnel (cerobong) yang

dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982). Bentuk cerobong

seperti yang dikemukakan tersebut adalah melukiskan proses

penelitian yang berawal dari eksplorasi yang bersifat luas

dan dalam, kemudian berlanjut dengan aktifitas

mengumpulkan dan analisis data yang lebih menyempit dan

terarah pada suatu topik tertentu. Mula-mula penelitian

menjajaki tempat dan orang yang dapat dijadikan sumber

(43)

Ill

perlu

dan

dengan

maksud

pengkajian,

selanjutnya

mengembangkan jaringan yang lebih luas dan mendalam

untuk

menemukan

kemungkinan

sumber data lanjutan.

Apabila

di

lapangan

peneliti

mendapati

berbagai

kekurangan

pengetahuan

tentang

apa yang

diteliti,

maka

dilakukan

pengumpulan data

lanjutan sampai ditemukan keadaan dimana

data yang digali telah sesuai dengan tujuan penelitian.

Proses

pengumpulan

data dimulai

dengan

wawancara,

diikuti

dengan observasi, studi dokumentasi

dan

kembali

dengan

wawancara

mendalam.

Meskipun

demikian,

pada

beberapa kesempatan di lapangan, ketiga teknik pengumpulan

data tersebut digunakan secara simultan.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan

data

dilakukan dengan cara

memilah

dan

mengelompokkan

data berdasarkan klasifikasi

data

dengan

tahapan:

(1)

menelusuri data

guna

melihat

kemungkinan

keteraturan pola, tema atau topik yang mencakup data,

(2)

mencatat

kata-kata,

ungkapan-ungkapan,

dan

rangkaian

peristiwa

guna

menampilkan

pola,

tema

atau

topik

tersebut.

1. Pengolahan Data

Pengerjaan

data

dilakukan

bersamaan

dengan

dan

(44)

112

dengan cara memilah dan mengelompokkan data berdasarkan

klasifikasi

data. Mencatat

kata-kata,

ungkapan-ungkapan

dalam menelusuri data guna menampilkan pola, tema atau

topik

yang mencakup data inilah yang dimaksudkan

sebagai

kategori koding (Bogdan dan Biklen,

1982:156)

Kategori koding berguna untuk memilah-milahkan data

sehingga

semua bahan yang dihasilkan

berhubungan

dengan

topik secara fisik dipisahkan dari data yang lain dan

selanjutnya

disusun

dalam suatu kelompok

koding.

Suatu

unit bahan yang terkumpul dapat dikode lebih dari satu

kategori kode maupun kelompok kode.

Pengorganisasian dimulai dengan memeriksa semua

halaman bahan-bahan dan memberikan nomor urut serta

berkesinambungan berdasarkan kronologis penemuan.

Langkah

berikutnya adalah membaca catatan bahan-bahan sementara

pengembangan kategori koding pendahuluan dimulai.

Langkah

terakhir

kegiatan

ini adalah mencari dan

menemukan

pola

pemilahan

data

secara

fisik

sesuai

dengan

kemampuan

peneliti.

Metode pengorganisasian data yang dipilih adalah

sistem

pemberkasan ke dalam kartu dan

pendekatan

potong

simpan dalam map

(the cut up and put infolders

approach).

Map-map

ditandai

dengan

label

dan

warna-warna,

selain

untuk mempermudah pemilahan berkas-berkas juga mempermudah

(45)

113

2. Analisa Data

Teknik

analisis

data

yang

dipergunakan

dalam

penelitian

ini

adalah

melalui

pendekatan

kualitatif

deskriptif.

Analisis data ini dilakukan secara

berulang-ulang

(cyclical)

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

dirumuskan

dalam penelitian ini. Dengan demikian,

secara

teoritik analisis dan pengumpulan data dilaksanakan secara

berulang-ulang guna memecahkan masalah (Soegiyanto, 1989).

Data

kualitatif terdiri dari kata-kata bukan

angka,

yang

deskripsinya

memerlukan

interprestasi

sehingga

diketahui makna dari data (Nasution, 1992). Dalam hal

ini

peneliti memperhatikan anjuran

yang dikemukakan Miles dan

Huberman

(1984), bahwa ada tiga tahapan

yang

dikerjakan

dalam

analisis data, yaitu

data reduction, data

display,

and conclusion drawing/verification.

Langkah

mereduksi

data

diperlukan

untuk

membantu

peneliti dalam menulis semua hasil data lapangan sekaligus

merangkum,

memilih

dan

memilah

hal-hal

pokok

serta

menganalisanya. Hal ini dilakukan agar peneliti memperoleh

gambaran yang lebih tajam tentang hasil lapangan.

Langkah

display data dilakukan agar

peneliti

tetap

dapat menguasai data-data yang telah terhimpun dan

banyak

jumlahnya dengan memilah-milahnya secara fisik dan

dibuat

dalam bentuk kartu dan bagan.

(46)

114

dalam

rangka mencari makna dan

mencoba

menyimpulkannya.

Meskipun

kesimpulan ini pada awalnya masih sangat

kabur,

penuh keraguan, tetapi dengan bertambahnya data dan

kesimpulan

akhirnya

akan

ditemukan

emergent

menuju

keutuhan

dan

kepastian

data

dari

lapangan.

Seluruh

kegiatan analisis tersebut dilakukan secara terus-menerus

dan saling berhubungan dari awal sampai akhir penelitian.

H. Tahapan Penelitian

Proses pelaksanaan penelitian, mulai dari penelitian

pendahuluan

sampai

dengan

penulisan

konsep

(draft)

laporan, ditempuh dengan tahapan sebagai berikut.

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan meliputi tahap penelitian pendahuluan

dan

tahap

penyusunan

proposal.

Penelitian

pendahuluan

dilakukan untuk melihat permasalahan yang ada di

lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan studi

literatur,

peneliti

tertarik

dengan

permasalahan

yang

berkaitan dengan efektifitas manajemen pelaksanaan program

satpel dalam meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar

di

SMUN

I

Bangodua

kabupaten

Indramayu.

Selanjutnya

dikembangkan

proposal

penelitian

dan

mengumpulkan

referensi yang berkaitan dengan topik tersebut. Pada tahap

(47)

115

satu angkatan maupun dengan kakak angkatan untuk

memperoleh berbagai masukan dan memantapkan proposal.

Akhirnya, peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing

untuk mematangkan pemahaman dan memperoleh ijin

penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini peneliti langsung terjun

ke lapangan, untuk melakukan pengumpulan data yang

berhubungan dengan efektifitas program satuan pelajaran

dalam meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar di

kabupaten Indramayu. Tahap ini diawali dengan pengumpulan

informasi dari berbagai sumber di lokasi penelitian,

serta menganalisis dan memusatkan perhatian terhadap

hal-hal yang perlu diteliti secara lebih mendalam sesuai

dengan tujuan penelitian. Selanjutnya penelitian

dilanjutkan dengan lebih memfokuskan pada informasi dan

data yang berhubungan langsung dengan tujuan penelitian,

yaitu efektifitas program satuan pelajaran dalam

meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar, di

kabupaten Indramayu. Berdasarkan catatan penelitian,

dilakukan penafsiran dan ditarik beberapa kesimpulan

(48)

116

3. Tahap Penyelesaian

Tahap

penyelesaian

atau

tahap

penyusunan

konsep

(draft)

laporan,

adalah kegiatan menyusun kerangka laporan

hasil

penelitian

berdasarkan hasil

analisis

data

yang

telah

dibahas dan disimpulkan.

Pada tahap

ini,

peneliti

mengadakan penghalusan terhadap kesimpulan sementara

yang

telah

dilakukan.

Selanjutnya

menyusun

konsep

(draft)

laporan,

mendiskusikannya

dengan

para

responden

dan

setelah

diadakan

penyempurnaan

dikonsultasikan

dengan

dosen pembimbing untuk mendapatkan masukan saran

penyempurnaan.

Konsultasi dengan dosen pembimbing dilakukan secara

bertahap

dan

berkesinambungan,

sejak

awal

penulisan

proposal sampai disetujuinya laporan akhir penelitian

untuk mengikuti

laporan kemajuan,

ujian tahap I dan

ujian

(49)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab ini merupakan bab terakhir dari laporan

penelitian tentang efektifitas manajemen pelaksanaan

program satuan pelajaran dalam meningkatkan kualitas

proses belajar-mengajar di SMU Negeri I Bangodua Kabupaten

Indramayu. Dalam bab terakhir ini dikemukakan kesimpulan

hasil penelitian, dan beberapa rekomendasi yang dirumuskan

berdasarkan deskripsi hasil penelitian, pembahasan, dan

kesimpulan hasil penelitian, dengan tujuan untuk

meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut.

Pertama,, kinerja guru sebagai perencana proses

belajar-mengajar di SMU Negeri I Bangodua Kabupaten

Indramayu dalam mengembangkan dan melaksanakan program

satuan pelajaran untuk meningkatkan kualitas proses

belajar-mengajar masih rendah, baik yang berkaitan dengan

dorongan untuk bekerja, tanggungjawab dalam bekerja,

minat terhadap tugas, penghargaan atas jabatan guru,

maupun peluang mereka untuk berkembang.

(50)

169

pelaksanaan program satuan pelajaran, kurangnya pemahaman

guru tentang manajemen pelaksanaan program satuan

pelajaran, keterbatasan biaya dan fasilitas, keterbatasan

waktu guru, kurang koordinasi dan kerjasama di lapangan

serta rendahnya partisipasi masyarakat terhadap

pendidikan.

Kelima, peran kepemimpinan kepala sekolah dalam

membina dan mendorong para guru untuk menyusun program

satuan pelajaran di SMU Negeri I Bangodua Kabupaten

Indramayu belum efektif. Berbagai upaya yang dilakukan

kepala sekolah belum dapat membangkitkan semangat para

guru dalam mengembangkan program satuan pelajaran untuk

meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.

B. Imp1ikasi

Kesimpulan hasil studi sebagaimana dikemukakan di

atas mengandung beberapa implikasi bagi peningkatan

kualitas proses belajar-mengajar. Implikasi-implikasi

tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.

Pertama; siswa sebagai subjek pendidikan yang dibina

di sekolah bukanlah individu yang terlepas dari sistem

instruksional, melainkan bagian dari sistem instruksional,

oleh karena itu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian

program satuan pelajaran perlu mempertimbangkan berbagai

(51)

170

Kedua;

dalam

manajemen pelaksanaan

program

satuan

pelajaran,

guru

harus mampu

berfungsi sebagai fasilitator

yang

terlibat aktif memberikan kemudahan

belajar

kepada

para siswa dalam mewujudkan tujuan yang telah

ditetapkan.

Sementara kepala sekolah harus memerankan

kepemimpinannya

untuk

mengarahkan

dan

mengendalikan

seluruh

kegiatan

belajar-mengajar di sekolah di bawah kepemimpinannya.

Ketiga;

keterlibatan siswa dalam pelaksanaan

program

satuan pelajaran merupakan salah satu indikator kualitas

pembelajaran.

Dalam hal

ini,

kemampuan dan

kesiapan

siswa

untuk

melakukan penyesuaian,

pengaturan,

dan

pembaharuan

diri

merupakan

perilaku yang

harus

dikembangkan

untuk

menjaga keserasian siswa dengan

lingkungan belajar.

Keempat;

manajemen

program

satuan

pelajaran

yang

mengarah pada proses dialogis mengandung implikasi bahwa

hakekat

program satuan pelajaran bagi peningkatan

proses

belajar-mengajar

di sekolah menengah umum

terletak

pada

keterkaitan

antara

iklim

pembelajaran

dengan

perilaku

siswa.

Tugas guru adalah menciptakan

iklim

pembelajaran

yang kondusif, untuk memberi peluang dan memberikan

kesempatan kepada para siswa mengembangkan dirinya

secara

optimal.

Kelima;

manajemen

program

satuan

pelajaran

dalam

meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar memungkinkan

(52)

belajar-171

mengajar yang dilakukannya, mengidentifikasi siswa dengan

kebutuhan-kebutuhannya yang belum terpenuhi, dan memilih

teknik pembelajaran berdasarkan keberhasilan yang telah

dicapai.

Keenam; manajemen pelaksanaan program satuan

pelajaran dalam meningkatkan kualitas proses

belajar-mengajar di sekolah menuntut para

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kajian ini, arus di ionosfera Bumi iaitu arus EEJ , Sq dan arus keseluruhan dinilai daripada data komponen H yang diperoleh daripada lima stesen pemerhatian MAGDAS

Adanya perbedaan yang signifikan pada pola konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga kaya dan miskin di Kota Makassar menunjukan bahwa pengeluaran

Dalam Pelatihan Leadership and Management Skills for New Manager peserta akan mempelajari aspek-aspek kepemimpinan praktis untuk mereka terapkan di fungsi mereka yang baru

[r]

Berdasarkan dari hasil segmentasi yang diperoleh, maka jumlah data citra sediaan apus darah yang digunakan untuk proses klasifikasi adalah 214 citra yang terdiri dari 123 citra

Gambar 4.16 Tampilan Hasil Edges Detection Operator Prewit File Citra 2.jpg Pada Gambar 4.16 fox pada citra teks manuscript dapat dikurangi dengan hasil deteksi

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, diharapkan agar Saudara dapat hadir tepat waktu dengan membawa dokumen asli dan 1 (satu) rangkap fotocopy untuk setiap data yang telah

Pada kesempatan yang lain, Din Syamsudin, cendikiawan Muslim kontemporer Indonesia, pada acara Konferensi Tingkat Tinggi Muslim Dunia (2018) merumuskan bahwa Islam