• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI : ANALISIS MAKNA GERAK, RIAS, DAN BUSANA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI : ANALISIS MAKNA GERAK, RIAS, DAN BUSANA."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI (ANALISIS MAKNA GERAK, RIAS, DAN BUSANA)

SKRIPSI

Di Ajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Seni Tari

Oleh:

Puspita Permata Sari 1102441

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

(2)

Tari Kreasi Dogdog Lojor di Sanggar Mutiara Pawestri

Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi

(Analisis Makna Gerak, Rias, dan Busana)

Oleh

Puspita Permata Sari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Fakultas Pendidikan Seni dan Desain

© Puspita Permata Sari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Tari Kreasi Dogdog Lojor di Sanggar Mutiara Pawestri Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi (Analisis Makna Gerak, Rias, dan Busana)”. Narasumber utama dalam penelitian ini yaitu Toto Sugiarto, S.Pd selaku koreografer tari Dogdog Lojor. Tari Dogdog Lojor ini termasuk dalam rumpun tari kreasi baru yang berlandaskan tari rakyat dengan etnis Sunda. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data makna gerak, rias, busana, kemudian mendeskripsikannya melalui kajian mendalam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang dikaji melalui pendekatan

hermeneutik yang ditunjang dengan teori makna, teori bentuk, dan beberapa teori pendukung lainnya. Analisis pada gerak menggunakan konsep etnokoreologi yang terbagi menjadi gesture, pure movement, dan locomotion, selain itu juga analisis menggunakan teknik triangulasi data dari hasil observasi, wawancara, dan studi pustaka. Adapun data dikumpulkan melalui data reduksi, data display, dan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tari Dogdog Lojor secara konteks menggambarkan kegiatan para pemuda yang sedang bergembira menyambut panen padi. Berdasarkan pendekatan hermeneutik dan beberapa teori pendukung lainnya, maka bisa disimpulkan bahwa tari Dogdog Lojor karya Toto Sugiarto merupakan bentuk aplikatif lain dari alat musik Dogdog Lojor, merupakan setumpuk teks yang dapat dibaca konteksnya sehingga dapat dipahami dan dapat peneliti multitafsir makna gerak, rias, dan busananya.

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seni pertunjukan merupakan ekspresi dan kreasi seniman serta masyarakat

pemiliknya yang senantiasa hidup dan berkembang seiring dinamika atau

perubahan zaman. Mengingat begitu banyaknya seni pertunjukan di Indonesia,

taripun memiliki tempat khusus dalam segala perkembangan seni pertunjukan.

Seni tari merupakan ekspresi gambaran dari jiwa seseorang yang dituangkan

melalui gerak-gerak yang indah, ritmis, selaras dengan irama musik pengiringnya.

Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat mengenai tari dari Soedarsono

(dalam Purwatiningsih, 2004, hlm. 24) bahwa: ‘Tari adalah eskpresi jiwa manusia

yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Untuk menghasilkan

gerak yang indah membutuhkan proses pengolahan atau penggarapan terlebih

dahulu, pengolahan bersifat stilatif dan distorsif’’. Gerak stilatif merupakan gerak

yang telah mengalami proses pengolahan dan mengarah pada bentuk-bentuk yang

indah, sedangkan gerak distorsif merupakan perombakan dari aslinya.

Sejak munculnya seni tari, selain sebagai ungkapan ekspresi jiwa seseorang,

dahulu seni tari digunakan sebagai media untuk menyampaikan suatu pesan

spiritual dari hamba kepada Tuhannya, pesan moral, pesan dalam politik, atau

bahkan sebagai bentuk penghormatan dari rakyat pada pemimpinnya. Seperti yang

dikemukakan oleh Parani (dalam Intan, 2013, hlm. 7) bahwa ada tiga arti

pentingnya seni tari dalam kehidupan manusia: ‘Tari sebagai fungsi spiritual, komunikasi, dan sosial’.

Dengan begitu sudah jelas bahwa seni tari dapat berperan untuk menunjukkan

eksistensi masyarakat pemiliknya, sebagai pewaris budaya tersebut. Kini

masyarakat yang hidup di era globalisasi akan dituntut untuk lebih dinamis dalam

memegang budayanya dalam arti sudah banyak perombakan budaya seperti

pergeseran fungsi yang sudah menjadi fenomena tidak asing lagi, pada akhirnya

(6)

2

Seni tari tidak semata-mata terbentuk begitu saja, namun dengan melewati

berbagai komponen pendukung tari yang terdiri atas beberapa unsur yakni ruang,

waktu, dan tenaga. Unsur ruang merupakan ruang pentas atau ruang tempat penari

melakukan gerak, ruang yang diciptakan penari adalah ruang yang dibatasi oleh

imajinasi penari yang dapat dijangkau oleh tangan dan kakinya dalam posisi tidak

pindah tempat, sedangkan ruang pentas yakni arena (panggung) yang digunakan

oleh penari. Unsur waktu memiliki dua faktor yang sangat penting yaitu ritme dan

tempo, dimana ritme dalam gerak tari menunjukkan ukuran waktu dari setiap

perubahan detail gerak, ritme lebih mengarah pada ukuran cepat atau lambat

setiap gerakan yang dapat dicapai. Unsur tenaga merupakan suatu usaha

memberikan untuk menentukan watak pada gerak, dalam hal ini terbagi atas

tenaga yang lemah, sedang, dan kuat.

Gerak tari saat ini telah berkembang semakin dinamis, terutama gerak tari

yang tidak berdasarkan pada pola baku (pakem). Hal ini menunjukkan, bahwa

perkembangan gerak amat dipengaruhi oleh kreasi dan inovasi sang kreator.

Dengan demikian, tari merupakan bentuk atau perwujudan ekspresi sang kreator

tari yang dipersepsikan dari berbagai motif dan makna gerak, sehingga seharusnya

dalam proses penciptaan sebuah karya tari akan lebih indah bila memiliki makna

dalam setiap rangkaian geraknya dan akan menunjukkan bahwa tarian tersebut

memiliki tujuan penciptaan.

Dengan makna yang beragam dalam penciptaan sebuah karya seni tari,

tentunya seni tari tidak hanya menjadi seni pertunjukan yang monoton.

Berdasarkan pola garapnya, seni tari terbagi menjadi dua jenis yakni seni tari

tradisi dan seni tari kreasi. Dalam seni tari tradisipun tidak hanya terpatok dengan

jenis yang itu-itu saja, tapi terbagi kembali menjadi tiga bagian di antaranya tari

klasik dan tari rakyat.

Merangkum dari apa yang dijelaskan oleh Purwatiningsih (2004, hlm. 46-47)

bahwa:

(7)

yang menjadi dasarnya, menjadi media yang membuka kebebasan untuk seniman tari saat ini di dalam mencari kemungkinan baru di bidang tari serta sifatnya terikat pada faktor yang sudah ada, dan sering juga dipakai sebagai eksperimen atau dapat pula disebut kontemporer.

Dari penjelasan di atas, peneliti dapat memahami bahwa tari kreasi lahir

berawal dari sebuah ide atau gagasan yang dapat bersifat bebas, melalui proses

pemikiran terbuka dalam mengolah suatu bahan atau materi menjadi suatu produk

yang beda dengan produk lainnya, produknya berupa garapan tari itu sendiri.

Tentunya penciptaan tari tidak akan lepas pada tari tradisi yang ada pada budaya

di sekitarnya, bahkan ada juga kreator tari yang mengambil inspirasi dari

daerah-daerah lain dan mencampurkan gerak tari yang lepas dari ikatan-ikatan tradisi.

Banyaknya tari kreasi baru pada saat ini, peneliti tertarik dengan salah satu

tari yang diciptakan oleh Toto Sugiarto, S.Pd. Karya tari ini merupakan tari yang

diajarkan di Sanggar Mutiara Pawestri dan Sanggar Anggitasari. Akan tetapi,

penelitian akan dilakukan di Sanggar Mutiara Pawestri karena satu dan lain hal.

Sanggar Mutiara merupakan sanggar seni di lingkungan Yayasan Mutiara serta

sebagai kegiatan ekstrakurikuler di bidang seni tari, musik, karawitan, dan teater.

Toto Sugiarto merupakan penggerak yang berperan penting di Sanggar

Mutiara Pawestri tersebut. Berdasarkan keterangan yang terdapat dalam laman

blog Sanggar Mutiara Pawestri, bahwa beliau telah menciptakan berbagai tarian di

antaranya, Tari Nyiru, Tari Rakean, Tari Pundak Arum, Tari Kreasi Dogdog

Lojor, Tari Budak Buruan, Tari Pakujajar, Tari Jaya Antenya, Tari Kadita, Tari

Mayangsagara, Tari Cepet, dan Tari Kumbang Bagus Setra.

Dengan tidak mengesampingkan tari karya Toto Sugiarto satu dengan yang

lainnya, peneliti memfokuskan pada salah satu tari saja yakni Tari Dogdog Lojor.

Peneliti mengutip salah satu pendapat yang dikemukakan oleh Murgiyanto (dalam

Intan, 2013, hlm. 5) bahwa: ‘Sebuah gaya tari tidaklah sama bentuknya setiap

zaman. Ia berubah ketika diajarkan oleh generasi tua ke generasi muda karena

bentuk tari yang diwariskan itu diinterpretasikan. Sebuah tradisi juga berubah

ketika berada didalam genggaman orang-orang yang menerimannya.’

Merujuk pada kutipan di atas, permasalahan yang dapat diangkat dalam tari

(8)

4

berada dalam genggaman orang-orang yang menerimanya, benar adanya bahwa

koreografer tari kreasi Dogdog Lojor merupakan pembuat karya tari yang kreatif

karena ide dan gagasan yang dipakai sangatlah menarik, walaupun Dogdog Lojor

kebanyakan umum hanya digunakan dalam rangkaian acara ritual, tetapi Toto

Sugiarto dengan apik serta kreatif dan inovatif dapat memberikan warna juga

kesan yang lebih dinamis.

Alasan peneliti memilih tari tersebut tidak hanya dilihat dari satu aspek saja,

akan tetapi dari berbagai sudut pandang yang meliputi penciptaan ide atau

gagasan tari Dogdog Lojor yang mengadaptasi gerak-gerak tari rakyat baik itu

yang berlatar etnis ke-Sundaan dan beberapa gerak berlatar etnis lain. Keunikan

lain terdapat pada properti tari yang digunakan, yakni Dogdog Lojor yang pada

umumnya digunakan sebagai salah satu alat musik pengiring untuk seni Dogdog

Lojor di Kasepuhan Banten Selatan. Geraknya lebih banyak menggunakan

gerakan menepuk Dogdog.

Karya tari Dogdog Lojor sebagai sebuah karya tari kreasi baru banyak

memunculkan berbagai motif gerak, baik gerak tersebut memiliki makna ataupun

tidak tentunya hanya koreografer yang mengetahuinya. Demikian pula, untuk

aspek rias dan busananya, hal tersebut memberikan ruang untuk dikaji lebih lanjut

ataupun diteliti lebih mendalam agar diketahui makna gerak, makna rias, dan

makna busana tari Dogdog Lojor tersebut. Adapun beberapa gerak khas yang unik

dalam tarian ini di antaranya ada Lulumpatan, Aclog-aclogan, Nakol dogdog,

Kekepohan, dan Kukudaan.

Rias dan busana dalam tari Dogdog Lojor sangat menarik pula untuk ditelaah

berkaitan dengan bentuk dan maknanya. Para penari di rias serta mengenakan

busana yang dibuat dan disesuaikan dengan mengikuti perkembangan zaman saat

ini, yang menuntut sebuah kemasan lebih berwarna. Rias yang dibuat seperti

badut memberikan kesan lucu dan unik sehingga dapat memanjakan mata

penontonnya, didukung dengan ekspresi-ekspresi lucu dan kocak yang dilakukan

oleh penarinya membuat suasana lebih ceria.

Busana yang dipilih berwarna hijau stabilo yang menimbulkan kesan lebih

(9)

memiliki antena berwarna merah yang akan bergerak ke atas dan ke bawah jika

penari sedang bergerak, sehingga menambah keistimewaan dari tari Dogdog

Lojor. Berdasarkan berbagai paparan tersebut di atas, peneliti berfikir bahwa

dilihat dari komponen gerak, rias, dan busana tari Dogdog Lojor memiliki makna

yang terkandung di dalamnya.

Peneliti mencoba mendeskripsikan makna ragam gerak serta mengkaji dan

memahami makna geraknya secara terperinci. Walaupun ada beberapa gerak yang

telah disebutkan, susunan gerak khasnya belum terlalu terperinci, inilah yang akan

peneliti jadikan inti dari penelitiannya. Dengan multidisiplin ilmu yang dapat

mendukung dalam proses kajian, peneliti berharap dapat mengkaji masalah makna

di dalam tarian tersebut secara terperinci dan jelas.

Rias dan busana yang belum diketahui maknanya oleh peneliti, juga menjadi

alasan penguat untuk meneliti tari kreasi Dogdog Lojor karya Toto Sugiarto, S.Pd

dengan didukung teori pendukung yang akan digunakan dalam mengkaji makna

rias busana dengan beberapa teori dari para ahli yang relevan dalam bidangnya.

Sudah menjadi hal yang lumrah bahwa makna tidak akan lepas dengan

simbol, karena bila ada simbol pasti memiliki makna. Peneliti menguatkan

pernyataan tersebut dengan sebuah kutipan dari Royce (dalam Widaryanto, 1986,

hlm. 171) bahwa:

Seluruh ciri-ciri kompleks yang dipakai orang untuk menandai identitas mereka terdiri dari sesuatu yang telah saya sebut sebagai gaya. Gaya, sebagaimana saya batasi, tersusun dari simbol, bentuk, dan orientasi nilai yang mendasarinya. Bentuk dan simbol terang-terangan memasukkan pakaian, bahasa, musik, tari, tipe rumah, dan agama.

Oleh karenanya, penting bagi peneliti untuk dapat peka dalam melihat

simbol-simbol yang terdapat dalam tari tersebut, karena hal tersebut adalah

rangkaian dalam sebuah proses pemaknaan sebuah karya tari. Jika tari sungguh

menyimpan makna, hal ini tidak berlaku sama sebagaimana bahasa semata,

ataupun makna di dalam tari dengan mudah dapat diterjemahkan ke dalam

kata-kata, melainkan tari sebagai penanda identitas pada masyarakat pemiliknya.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, peneliti merasa tertarik

(10)

6

Karya Toto Sugiarto. Oleh karena itu, peneliti merasa penting untuk

mendokumentasikan tari tersebut dan mengkajinya secara lebih mendalam ke

dalam bentuk skripsi sebagai informasi kepada masyarakat luas pada umumnya

dan masyarakat Sukabumi khususnya. Berangkat dari hal tersebut, maka peneliti

mengangkat sebuah penelitian dengan judul “Tari Kreasi Dogdog Lojor di Sanggar Mutiara Pawestri Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi (Analisis Makna Gerak, Rias, dan Busana)”.

B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas mengenai tari

Dogdog Lojor karya Toto Sugiarto, maka dalam hal ini peneliti mengambil

beberapa rumusan masalah yang dibuat dalam bentuk pertanyaan penelitian,

sebagai berikut:

1. Bagaimana Makna Gerak Tari Kreasi Dogdog Lojor di Sanggar Mutiara

Pawestri?

2. Bagaimana Makna Rias dan Busana Tari Kreasi Dogdog Lojor di Sanggar

Mutiara Pawestri?

C. TUJUAN PENELITIAN

Merujuk dari rumusan masalah di atas, peneliti berharap mampu untuk

menganalisis permasalahan yang telah disebutkan. Adapun beberapa tujuan

penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu:

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan berbagai fenomena dalam tari

Dogdog Lojor karya Toto Sugiarto, S.Pd. di Sanggar Mutiara Pawestri.

2. Tujuan Khusus

Untuk mendeskripsikan makna yang terkandung dalam gerak, rias, dan

(11)

D. MANFAAT PENELITIAN

Selain tujuan penelitian, penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang terkait, di antaranya:

1. Bagi Peneliti

a. Dapat menambah wawasan, pengalaman, dan kreativitas dalam hal

mengkaji sebuah masalah penelitian.

b. Dapat memperkaya pemahaman peneliti tentang seni tari yang ada di

daerah sendiri.

c. Dapat meningkatkan kualitas penelitian yang bersifat deskriptif.

d. Dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Tari Kreasi

Dogdog Lojor di Sanggar Mutiara Pawestri.

2. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni tari

Dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan pengetahuan baru serta

memberikan informasi pada mahasiswa tentang keberadaan Tari Kreasi

Dogdog Lojor di Sanggar Mutiara Pawestri.

3. Jurusan Pendidikan Seni Tari

Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai Tari

Kreasi Dogdog Lojor.

4. Bagi Penata Tari Kreasi Dogdog Lojor

Sebagai salah satu dokumen menyangkut karya tari kreasi baru yang di

ciptakannya dan juga menambah semangat baru untuk terus membuat karya

bermakna.

5. Bagi Sanggar Mutiara Pawestri

a. Dapat meningkatkan motivasi dalam berkarya lebih baik lagi.

b. Dapat meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran seni tari di Sanggar

Mutiara Pawestri.

c. Meningkatkan eksistensi Sanggar Mutiara Pawestri.

6. Bagi Siswa Sanggar Mutiara Pawestri

a. Dapat meningkatkan kreativitas anak, baik dalam praktek maupun dalam

(12)

8

b. Dapat meningkatkan kepribadian anak serta perkembangan karakter

anak.

7. Bagi Penikmat Seni

Sebagai wawasan baru dan semangat baru untuk eksis menggeluti seni

tradisional, dan berusaha melestarikan serta mempertahakan seni daerah

setempat.

8. Bagi Dinas Pendidikan dan Pariwisata

Dengan adanya penelitian ini, menambah pembendaharaan penelitian

mengenai tari yang ada di Kabupaten Sukabumi. Memperhatikan Tari Kreasi

Dogdog Lojor dan tarian lainnya, serta melestarikannya.

9. Bagi Pembaca

Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi para pembaca, mendapatkan

informasi yang menyeluruh tentang Tari Kreasi Dogdog Lojor di Sanggar

Mutiara Pawestri.

E. Stuktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan berperan sebagai petunjuk agar penulisan lebih terarah.

Oleh karena itu penulisan dibagi menjadi beberapa bagian, sebagai berikut:

1. Halaman Judul

2. Halaman Pengesahan

3. Halaman Pernyataan

4. Kata Pengantar

5. Abstrak

6. Daftar Isi

7. Daftar Tabel

8. Daftar Bagan

9. Daftar Gambar

10. BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah Penelitian

(13)

1. Tujuan Umum Penelitian

2. Tujuan Khusus Penelitian

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat dari Segi Teori (relevansi dengan pembahasan)

2. Manfaat dari Segi Kebijakan (instansi)

3. Manfaat dari Segi Praktik (peneliti)

4. Manfaat dari Segi Isu Serta Aksi Sosial (Dogdog Lojor)

E. Struktur Organisasi Skripsi

11. BAB II Kajian Pustaka

12. BAB III Metode Penelitian

A. Desain Penelitian

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

C. Pengumpulan Data Instrumen Penelitian

D. Prosedur Penelitian

E. Analisis Data

F. Isu Etik

13. BAB IV Temuan dan Pembahasan

A. Temuan

B. Pembahasan

14. BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi

A. Simpulan

B. Implikasi dan Rekomendasi

1. Bagi para Pembuat Kebijakan

2. Bagi para Pengguna Hasil Penelitian

3. Bagi para Peneliti Berikutnya

4. Bagi Pemecahan Masalah di Lapangan atau Follow-up dari Hasil

Penelitian

15. Glosarium

16. Daftar Pustaka

17. Lampiran-lampiran

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Keberhasilan suatu penelitian tidak terlepas dari metode yang digunakan.

Karena itu, perlu adanya ketelitian dalam memilih metode untuk hasil dan tujuan

penelitian. Seperti yang dikatakan oleh Surakhmad (dalam Abeldiba, 2014, hlm. 26) bahwa: “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan”. Dengan begitu, benar adanya bahwa maksud dari metode penelitian merupakan alat bantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian dengan cara yang

ilmiah.

Penggunaan metode harus dilihat dari sejauh mana efektivitas, efisien, dan

relevan. Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan metode

penelitian terlihat adanya perubahan positif menuju pada apa yang diharapkan.

Suatu metode dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya, dan

tenaga ditekan sehemat mungkin namun mencapai hasil yang maksimal. Relevan

tidaknya suatu metode dapat dilihat dari kegunaan atau manfaat metode tersebut.

Jika antara waktu pengolahan data, hasil pengolahan data dengan tujuan yang

hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan, maka metode tersebut dikatakan

relevan atau sesuai digunakan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini cara yang digunakan yakni melalui pendekatan kualitatif

dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Gay (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 9) yang menyatakan bahwa: „Penelitian murni atau dasar, bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat

praktis. Jadi, penelitian murni atau dasar berkenaan dengan penemuan dan

pengembangan ilmu‟.

Dapat diartikan, bahwa penelitian murni dapat memunculkan sebuah

pendapat baru yang dapat dijadikan sebagai teori baru nantinya. Selain itu,

penelitian murni digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data

yang mengandung makna. Makna yang merupakan data sebenarnya yang pasti

(15)

mengutip pengertian metode penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh

Sugiyono (2013, hlm. 15) bahwa:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi atau transferability.

Objek yang diteliti oleh peneliti berasal dari akar seni yang tumbuh di sekitar

lingkungan tempat peneliti tinggal. Objek yang diteliti merupakan cerminan

kreativitas seniman pembuatnya, adapun hubungan diantara peneliti dengan

koreogafer tari Dogdog Lojor tidak memiliki keterikatan sebelumnya. Dapat

dikatakan bahwa narasumber dan lingkungan penelitian merupakan sesuatu yang

asing bagi peneliti, sehingga peneliti harus mampu membangun keakraban dan

beradaptasi satu sama lain. Sudah sepatutnya dalam penelitian ini peneliti

memposisikan diri pada ketetapan analisis yang sesuai dengan target yang ingin

dicapai peneliti dalam upaya mengupas objek penelitian, menggunakan analisis

deskriptif. Sebagaimana yang dijelaskan pada pernyataan berikut. Seiddel (dalam

Moleong, 2014, hlm. 248) bahwa:

Analisis deskriptif merupakan kegiatan mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya. Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

Dengan begitu, kedudukan peneliti sebagai perencana, pelaksana

pengumpulan data, analisis, penafsiran data dan pada akhirnya peneliti menjadi

pelapor hasil penelitiannya. Selanjutnya peneliti mengkombinasi multidisiplin

ilmu lainnya, dengan harapan memunculkan yang dibutuhkan untuk penelitian,

sehingga teknik pengumpulan data akan dapat menghasilkan data yang bersifat

(16)

41

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

Sebelum peneliti membahas mengenai apa, siapa, dan bagaimana peneliti

akan menentukan data penelitian yang tepat dalam permasalahan ini. Alangkah

baiknya peneliti menjabarkan sekilas mengenai istilah sampel dan populasi di

dalam penelitian yang bersifat induktif atau kualitatif agar dapat dipahami

bersama-sama.

Dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif memang tidak menggunakan

istilah populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada

pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke

populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki

kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam

penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber atau

partisipan, informan, teman, dan guru dalam penelitian.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian kualitatif yang digunakan yaitu

teknik purposive sampling.

Purposive sampling adalah pemilihan sampel secara purposif atau teoritis, bukannya sampel acak atau refresentatif disebabkan peneliti ingin meningkatkan cakupan dan jarak data yang dicari demi membiaskan realitas yang berbagai-bagai, sehingga segala temuan akan terlandaskan secara lebih mantap karena prosesnya melibatkan kondisi dan nilai lokal yang semuanya saling mempengaruhi. (Guba dan Licoln, dalam Alwasilah, 2000, hlm. 60).

Dalam memilih narasumber sebagai sumber pendukung penelitian, sebaiknya

yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi

(pewarisan budaya), sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga

dihayati.

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada

kegiatan yang tengah diteliti.

3. Mereka yang mempunyai waktu memadai untuk dimintai informasi.

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”

(17)

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti.

Maksudnya agar peneliti lebih tertantang, sehingga mampu berinteraksi

dengan lancar.

Berdasarkan kelima kriteria tersebut di atas, Langkah awal yang harus

diambil adalah merumuskan masalah, menentukan jenis data yang akan

digunakan, mencari sumber data dan mengkritisi sumber data yang diperoleh.

Pengolahan data primer dan sekunder sebagai berikut:

1. Data primer adalah koreografer tari Dogdog Lojor untuk menjadi narasumber

peneliti. Saat di lapangan, peneliti akan mengumpulkan data-data dari Toto

Sugiarto, selain itu juga akan dikumpulkan data berupa informasi pengalaman

menari tari Dogdog Lojor dari murid di Sanggar Mutiara Pawestri, khususnya

yang sering ataupun pernah menarikan tari tersebut, dan dokumentasi

kegiatan penelitian (video tari, foto-foto) dan observasi. Peran peneliti di sini

sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data karena peneliti secara

langsung terjun ke lapangan sehingga dapat secara langsung melihat keadaan

di lapangan dan tentunya dapat menghasilkan data yang akurat. Alasan

dipilihnya sumber di atas karena pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui makna dari gerak, rias, dan busana yang terdapat pada tari

Dogdog Lojor.

2. Data sekunder diperoleh dari data studi kepustakaan dan studi dokumen.

Seperti buku-buku penunjang dalam proses analisis data, dokumen-dokumen

yang terkait dengan tari Dogdog Lojor, sehingga data-data sekunder tersebut

dapat melengkapi kekurangan pada data di tahap observasi.

Sehubungan dengan tari yang akan diteliti merupakan tari yang hidup di

dalam lingkup Sanggar Mutiara Pawestri, sudah barang tentu tempat penelitiannya

di Sanggar Mutiara Pawestri itu sendiri. Sanggar tersebut terletak di Komplek

Pendidikan Terpadu Mutiara, Jalan Bhayangkara Km.1 Kampung Kiara Lawang,

(18)

43

C. Pengumpulan Data Instrumen Penelitian 1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan segala peristiwa dan seluruh elemen

yang akan menunjang penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Moleong

(2014, hlm. 157) bahwa: “teknik pengumpulan data merupakan salah satu

bagian penelitian yang sangat penting, di dalamnya mencakup enam bagian

yaitu sumber dan jenis data, manusia sebagai instrumen, berperan serta,

pengamatan, wawancara, catatan lapangan, penggunaan dokumen dan cara lainnya”.

Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan empat cara

sebagai upaya memperoleh data yang akurat, yaitu:

a. Observasi

Observasi dapat dikatakan juga sebagai sebuah pengamatan yang

bertujuan untuk mengamati dan mendengar dalam rangka memahami,

mencari jawaban, dan mencari bukti terhadap fenomena sosial

(perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, dan sebagainya).

Penggunaan teknik ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa

terdapat sejumlah data yang hanya diangkat melalui pengamatan

langsung ke lokasi penelitian. Dengan menggunakan teknik ini, peneliti

berupaya menggali data yang berhubungan dengan makna yang

terkandung dalam tari Dogdog Lojor di Sanggar Mutiara Pawestri.

Observasi dilakukan sebagai cara peneliti agar dapat mengalami

dan mendokumentasikan pertunjukan tari Dogdog Lojor, sehingga

fakta-fakta yang dijumpai di lapangan dapat peneliti analisis. Selain itu,

dilakukan secara menyeluruh terhadap gerak, rias dan busana tari

Dogdog Lojor dengan cara mengunjungi lokasi penelitian yang

bersangkutan dengan maksud mendapatkan informasi mengenai

kedalaman makna yang terkandung di dalam tari Dogdog Lojor di

Sanggar Mutiara Pawestri Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi.

Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Hasandi (dalam Gayatri,

(19)

mencatat, merekam, dan memotret fenomena tersebut guna penemuan dan analisis‟.

Adapun pelaksanaan kegiatan observasi dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Jum‟at, 23 Januari 2015

Merupakan observasi pertama yang dilaksakanan oleh peneliti.

Dalam observasi ini peneliti melakukan tahapan pengenalan

lingkungan sanggar, kemudian mulai melihat kegiatan sanggar, dan

mengamati secara detail struktur sanggar dimulai dari pengajar

sanggar, pola ajar yang diterapkan, materi ajar dan juga masuk

pada inti observasi yaitu mengamati latihan tari Dogdog Lojor.

Penelitian ini berlangsung saat kegiatan sanggar dimulai pukul

14.00 dan diakhiri dengan pengambilan video tari Dogdog Lojor

dan foto setiap gerak tari untuk tahapan analisis pertama.

2. Sabtu, 24 Januari 2015

Observasi kedua di SMP Negeri 1 Parungkuda. Observasi kedua ini

hanya kepada Toto Sugiarto selaku penata tari Dogdog Lojor

dengan tujuan melihat cara beliau mengajar siswanya

3. Rabu, 29 April 2015

Peneliti melakukan Observasi kembali di Sanggar Mutiara. Pada

observasi kali ini, peneliti berhasil menemui pemilik sanggar yaitu

Hesti Raras Pawestri, M.Pd, kemudian kembali melakukan

pengamatan pada proses latihan di sanggar. Pengambilan video

keduapun dilakukan, tetapi kali ini penari mengenakan kostum dan

rias wajah lengkap.

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses pengumpulan data atau informasi

melalui tatap muka antara pihak peneliti dengan pihak narasumber yang

dianggap mampu memberikan data yang dibutuhkan. Wawancara

(20)

45

1. Toto Sugiarto, S.Pd.

Selaku pengajar dan penata tari Sanggar Mutiara Pawestri. Bapak

Toto dijadikan sebagai narasumber utama oleh peneliti.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beliau nantinya akan

diperoleh data mengenai makna gerak, rias, dan busana tari

Dogdog Lojor.

2. Pengurus sanggar

Sesi wawancara dengan pengurus Sanggar Mutiara Pawestri akan

menambah informasi bagi peneliti agar memudahkan dalam proses

pengolahan data, adapun yang akan ditanyakan peneliti meliputi

pengelolaan sanggar tersebut, lalu akan ditanyakan pula jadwal

latihan rutin sanggar, siapa saja pelatih sanggar, anggota sanggar,

dan eksistensi sanggar tersebut dalam keikut sertaan dalam lomba

ataupun sebagai pengisi acara.

3. Penari Dogdog Lojor

Sudah seharusnya pelaku (penari) tari Dogdog Lojor dijadikan

sebagai narasumber karena penari akan mendapat pengalaman

dalam menarikan tarian tersebut. Hal yang akan ditanyakan

tentunya bagaimana proses latihan untuk tari tersebut, kendala yang

dialami penari saat latihan dan menarikannya, sudah berapa lama

menjadi penari Dogdog Lojor, gerak yang cukup sulit, nama

gerak-geraknya, dan makna gerak dari kacamata penari.

Format wawancara dilakukan dengan wawancara terbuka.

Wawancara secara terbuka dilakukan secara langsung antara peneliti

dengan narasumber. Melalui bentuk wawancara terbuka menjadi dialog

terhadap materi pertanyaan. Pengumpulan data primer selain diperoleh

melalui wawancara juga didukung oleh data melalui pengamatan secara

(21)

Adapun proses pelaksanaan kegiatan wawancara dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Jum‟at, 17 Oktober 2014

Wawancara dengan Toto Sugiarto, S.Pd. Wawancara ini berbicara

seputar tari Dogdog Lojor karya beliau. Meliputi, konsep garap,

awal tercipta, tujuan penciptaan, ide, dan konsep pertunjukan.

Wawancara pertama ini bertujuan sebagai informasi awal bagi

peneliti dalam penyusunan proposal.

2. Jum‟at, 23 Januari 2015

Wawancara dengan Handika, selaku pengajar tari di sanggar

tersebut. Wawancara ini meliputi awal mula berdirinya sanggar,

selain itu, dilakukan wawancara dengan peserta sanggar spesialisasi

tari.

3. Sabtu, 24 Januari 2015

Wawancara dengan Toto Sugiarto, berbicara seputar nama gerak,

makna gerak, makna rias, dan makna busana yang terkandung di

dalam tarian tesebut.

4. Rabu, 29 April 2015

Wawancara bersama penari Dogdog Lojor, dengan tujuan

menginformasikan nama gerak yang telah dibuat peneliti sehingga

penari dapat memaknai tari Dogdog Lojor, peneliti ingin

mengetahui perbedaan ketika latihan biasa dengan menari

dilengkapi rias dan juga busananya.

5. Jum‟at, 8 Mei 2015

Wawancara bersama Toto Sugiarto, dengan tujuan diskusi untuk

membahas ulang nama gerak, makna gerak, makna rias, dan makna

busana yang telah dikaji peneliti.

6. Senin, 11 Mei 2015

Wawancara bersama Toto Sugiarto dengan tujuan diskusi untuk

membahas kembali hasil pembahasan sebelumnya yang sudah

(22)

47

7. Wawancara via telpon, karena jarak antara peneliti dengan

narasumber yang jauh.

c. Studi Dokumen

Merupakan pengumpulan data yang sangat membantu memberikan

data di dalam menganalisis, mencari data berupa benda tertulis, seperti

buku, majalah, peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.

Pedoman studi dokumentasi berupa pengambilan data sesuai

dengan identifikasi penelitian, data tersebut dapat berbentuk video,

foto-foto, buku, dan artikel. Adapun hasil yang telah didapat oleh

peneliti menemukan beberapa dokumentasi yang dapat mendukung dan

membantu dalam proses penulisan.

d. Studi Pustaka

Menurut Nyoman Kutha Ratna (dalam Gayatri, 2014, hlm. 27)

menyatakan bahwa sebagai berikut:

Studi pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang secara khusus berkaitan dengan objek penelitian yang sedang dikaji. Informasi bahan bacaan itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan-peraturan. Ketetapan-ketetapan, artikel, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain. Menyusun studi pustaka perlu usaha untuk mengumpulkan sumber sebanyak-banyaknya. Sumber tersebut harus relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian.

Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti

dapat ditemukan dengan melakukan studi pustaka. Selain itu peneliti

dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau

yang ada kaitannya dengan penelitian, dan penelitian-penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya.

Dengan melakukan studi pustaka, peneliti dapat memanfaatkan

semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan

penelitiannya. Setelah masalah penelitian ditemukan, peneliti

(23)

harus dilakukan oleh peneliti, baik sebelum maupun selama penelitian

berlangsung.

Studi pustaka yaitu tahap pencarian data dari sumber-sumber

tertulis berupa skripsi, buku-buku dan artikel yang berkaitan erat

dengan objek penelitian yang digunakan sebagai bahan data studi yang

melandasi penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mencari sumber

data tertulis dari skripsi-skripsi yang membahas mengenai makna dari

gerak, busana, dan rias sebuah tari. Dibeberapa perpustakaan seperti

perpustakaan kampus UPI, perpustakaan kampus UNPAD, dan

perpustakaan kampus ISBI Bandung peneliti mencari data dari berbagai

buku-buku atau artikel mengenai budaya daerah.

Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan beberapa sumber pustaka

penting dalam penelitian ini di antaranya sebagai berikut:

1. “Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D”

(2013) penulis Prof. Dr. Sugiyono. Buku ini menjelaskan tentang

metode yang dapat digunakan dalam penelitian baik itu bersifat

murni, terapan ataupun besifat penelitian dan pengembangan. Buku

ini sangat penting sebagai bahan rujukan dan penting sebagai

penjelasan mengenai metode dalam penelitian kualitatif, agar dapat

membantu peneliti dalam menganalisis data menjadi sebuah

informasi.

2. “Metodologi Penelitian Kualitatif”

(Cetakan 2014) penulis Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A. Buku ini

menjelaskan mengenai metodologi pada penelitian kualitatif,

sehingga buku ini membantu peneliti dalam menambah literatur

mengenai kualitatif dan lebih mengenal deskriptif analisis.

3. “Komposisi Tari Elemen-elemen Dasar”

(1975) penulis La Meri terjemahan Soedarsono. Buku ini

menjelaskan tentang elemen dasar tari, meliputi desain lantai,

(24)

49

proses, koreografi kelompok. Buku ini sangat penting sebagai

bahan rujukan dan penting sebagai penjelasan mengenai konsep

penciptaan tari melalui ide atau gagasan, sehingga didapatkan

sebuah pemahaman dasar bagi peneliti.

4. “The Power Of Simbols

(2002) penulis F. W. Dillistone. Buku ini menjelaskan tentang

simbol secara umum melalui pemahaman simbol di dalam

kehidupan manusia sehari-hari, sehingga sangat penting sebagai

bahan rujukan, karena buku ini akan menunjang penelitian dalam

memecahkan masalah makna di dalam tari tersebut.

5. “Simbolisme Dalam Budaya Jawa”

(2003) penulis Budiono Herusatoto. Buku ini berisikan tentang

kebudayaan dan simbolisme, riwayat, filosofi hidup orang jawa

serta makna dari tindakan-tindakan simbolis orang jawa. Buku ini

membantu peneliti dalam proses peningkatan pemahaman

memaknai suatu simbol yang tersirat dan tersurat.

6. “Seni Pertunjukan dan Seni Rupa”

(2008) penulis Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc. Buku ini

menjelaskan mengenai seni pertunjukan pada masa jawa kuno

dalam perspektif arkeologis, motif ragam hias batik dan makna

filosofinya, singa dalam kesenian hindu di jawa tengah, industri

seni di era global, instrumen gamelan jawa, dan emas dalam

kehidupan masyarakat jawa kuno dari segi kedudukan dan

fungsinya. Selain menambah referensi mengenai filosofi dari

sebuah simbol, juga menambah kajian simbol dari ragam hias.

7. “Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari”

(1986) diterbitkan oleh Direktorat Kesenian, Proyek

Pengembangan Kesenian Jakarta, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Buku ini menjelaskan tentang pengetahuan elementer

tari, komposisi tari, koreografi tari, dramatari, notasi laban tari, dan

(25)

membantu dalam pembahasan data penelitian sehingga ditemukan

jawaban dari permasalahan yang diteliti.

8. “Antropologi Tari”

(2007) penulis Anya Peterson Royce. Buku ini berisikan tentang

antropologi tari, problematika dan perspektif, dan ketetapan arah di

masa mendatang. Buku ini sangat penting karena akan memberi

pandangan baru mengenai seni dari sudut pandang sejarahnya,

selain itu di dalam buku ini juga memuat mengenai simbol dan

gaya.

9. “Desain dan Dunia Kesenirupaan Indonesia dalam Wacana

Transformasi Budaya”

(2001) penulis Agus Sachari dan Yan Yan Sunarya. Terdapat

penjelasan mengenai perkembangan desain modern di Indonesia,

transformasi budaya dan perubahan sistem nilai, faktor penyebab

perubahan sistem nilai di Indonesia, dan pengamatan analisis

pergeseran nilai estetik. Sama dengan beberapa judul buku yang

telah disebutkan sebelumnya, yang membahas mengenai

pemaknaan sebuah simbol maka peneliti membutuhkan buku ini

untuk mengetahui mengenai nilai kebudayaan khas Indonesia.

10. “Tinjauan SeniSebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni”

(1990) penulis Soedarsono Sp. Buku ini berisikan tentang

pengertian seni dan seni rupa, seni dalam berbagai istilah, seni dan

keindahan, seni dan ekspresi, seni dalam arsitektur, apresiasi seni,

gaya dan aliran seni, dan juga pendidikan seni. Buku ini menunjang

dalam menemukan titik terang nilai artistik kesenirupaan dalam

busana tari.

11. “Praktis Belajar Seni Tari”

Penulis Elly Laelasari. Buku ini berisi ilmu dasar komponen

pendukung seni tari, dan merupakan buku yang penting karena

sebagai penunjang tulisan peneliti mengenai analisis tari Dogdog

(26)

51

12. “Menggambar Busana”

(2011) penulis Dra. Uswatun Hasanah, M.Si., Dra. Melly

Prabawati, Muchamad Moerharyono, S.Pd. Buku ini berisi

dasar-dasar membuat pakaian dan juga terdapat penjelasan mengenai

komponen-komponen busana, sehingga buku ini penting karena

peneliti membahas mengenai makna busana.

13. “Pedoman Lengkap Menggambar Orang”

(1992) penulis H.K. Ishar. Buku ini berisi tentang garis, bentuk,

serta ekspresi air muka, sehingga buku ini membantu peneliti

ketika melakukan analisis terhadap bentuk dan juga ekspresi yang

menjadi khas di dalam tarian tersebut.

14. “Semiotika Visual dan Semantika Produk”

(2009) penulis Susann Vihma dan Seppo Vakeva. Buku ini

berisikan teori mengenai semiotika dan semantika, yaitu ilmu

mengenai bahasa karena peneliti akan membahas mengenai teori

hermeneutik atau ilmu penafsiran.

15. “Seni dan Pendidikan Seni”

(2012) penulis Juju Masunah, M.Hum., Ph.D. dan Prof. Dr. Tati

Narawati, M. Hum. Buku ini berisikan tentang seni pertunjukan

dari berbagai dimensi, tradisi yang selalu berubah, dan sistem

transmisi tradisional dan modern. Buku ini membantu peneliti

dalam mengkaji perubahan fungsi tari.

16. “Sunda Pola Rasionalitas Budaya”

(2015) penulis Jakob Sumardjo. Buku ini berisikan tentang falsafah

atau filosofi orang Sunda tentang ketentuan-ketentuan yang disebut

Tritangtu.

17. “Filsafat Seni”

(2000) penulis Jakob Sumardjo. Buku ini berisikan tentang

kedudukan seni sebagai ekspresi, seni sebagai benda, seni sebagai

nilai, seni sebagai pengalaman, publik seni, konteks seni, ringkasan

(27)

membantu peneliti untuk membuka pola pikir mengenai seni dilihat

dari beberapa aspek.

18. “Estetika Paradoks”

(2014) penulis Jakob Sumardjo. Buku ini berisi tentang filsafat

paradoks seni Indonesia, yang kaya dengan filosofi-filosofi yang

telah dijadikan pegangan pendahulunya, kemudian buku ini

mengungkapkan estetika pada pola dua, pola tiga, pola empat, dan

pola lima,sebagai identitas pada tradisi.

19. “Hermeneutika”

(1969) penulis Richard E. Palmer. Buku ini berisikan tentang teori

hermeneutik yang belum lama ini dikenal oleh peneliti. Pada buku

ini, peneliti menemukan pemahaman mengenai hermeneutik

sebagai ilmu tafsir yang telah lama diketahui keberadaannya oleh

para ahli, sehingga buku ini menguatkan peneliti untuk

menggunakan hermeneutik sebagai pisau bedah untuk memahami

objek penelitian.

20. “Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara”

(2010) penulis Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si. Buku ini

merupakan bukti tertulis mengenai penelitian murni pada seni

Dodod di desa Mekar Wangi, Pandeglang, Banten Selatan. Buku

ini menguak mengenai adanya transformasi agama pada seni

Dodod sebagai bentuk seni milik masyarakat pembentuknya.

21. “Metodologi Penelitian-Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya”

(2010) penulis Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, Su. Buku ini

berisikan tentang hakikat sebuah penelitian, berbagai sarana

pendukung analisis, kebudayaan dan kajian, metode penelitian,

kerangka penelitian.

22. “Teori Budaya”

(2012) penulis David Kaplan dan Robert A. Manners. Buku ini

(28)

53

menyusun teori, orientasi teori, teori budaya, analisis formal,

epilog: beberapa tema lama dan arah baru.

2. Instrumen Penelitian

Sudah barang tentu, dalam penelitian ini peneliti memerlukan instrumen

penelitian untuk mendukung dan memperkuat informasi penelitian dalam

bentuk pedoman observasi, pedoman wawancara, teknik dokumentasi, objek

utama (koreografer dan penari Dogdog Lojor), instansi (sanggar), sumber

pustaka yang berkaitan dengan isi penelitian sehingga mampu menunjang

dalam proses penelitian, dan metode. Menurut Arikunto (2006, hlm.149)

yang menyatakan bahwa: „Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu

yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan

data, agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya‟.

Dengan kata lain instrumen merupakan alat yang digunakan untuk

memecahkan permasalahan di dalam penelitian. Penelitian sendiri berisikan

inti yang meliputi pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan,

pengolahan, analisis, dan di akhiri penyajian data, maka dari itu instrumen di

dalam penelitian diartikan sebagai semua alat yang digunakan dalam

membantu untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan

data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan untuk memecahkan

masalah penelitian.

Pengaruh instrumen sangat penting di dalam kegiatan penelitian. Hal ini

karena perolehan suatu informasi dikatakan data relevan atau tidak,

tergantung pada alat ukur tersebut. Oleh sebab itu, instrumen sebagai alat

ukur penelitian harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai karena

dirancang untuk satu tujuan penelitian dan tidak akan dapat digunakan pada

penelitian lain. Pengertian validitas sendiri yaitu tidak ada perbedaan antara

data yang dilaporkan peneliti dengan data sesungguhnya pada objek,

sedangkan reliabilitas yaitu konsisten dan stabilnya data temuan.

Kekhasan setiap objek penelitian membuat seorang peneliti harus

(29)

untuk setiap penelitian tidak selalu sama dengan penelitian yang lain, karena

setiap penelitian mempunyai tujuan dan mekanisme kerja yang berbeda-beda.

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan sebuah

keharusan karena observasi maupun wawancara dilakukan secara langsung

oleh peneliti dan setelah data didapatkan maka peneliti juga harus

menggunakan studi pustaka sebagai data tertulis dan bahan pembanding,

sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen utama penelitian adalah peneliti

itu sendiri. Dikuatkan oleh pernyataan Nasution (dalam Sugiyono, 2013, hlm.

306) bahwa: „Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada

menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah

bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti‟.

Oleh sebab itu, kemampuan pengamatan peneliti untuk memahami fokus

penelitian secara mendalam sangat dibutuhkan agar data yang diperoleh

optimal dan kredibel. Adapun kehadiran peneliti di lokasi penelitian bertujuan

untuk meningkatkan intensitas peneliti dalam berinteraksi dengan sumber

data sebagai upaya mendapatkan informasi yang lebih valid dan absah terkait

dengan masalah penelitian yaitu makna gerak, rias, dan busana tari Dogdog

Lojor. Sehingga tumbuh kepercayaan bahwa hasil penelitian tidak akan

digunakan terhadap hal-hal yang menyimpang dan dapat merugikan

narasumber atau bahkan berimbas pada lembaga yang dipimpinnya.

No. Jenis Instrumen Sumber Data Data

(30)

55

Pawestri

- Humas Kampung Adat

Ciptagelar

tari

3. Pedoman Studi

Dokumentasi

- Dokumentasi gerak, rias, dan busana tari Dogdog Lojor

- Foto dan

video gerak, rias, dan busana tari Dogdog Lojor

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian

D. Analisis Data

Selain itu, penelitian ini menggunakan teknik penggabungan atau sering

disebut sebagai triangulasi. Teknik yang sistematik untuk dijadikan bahan laporan

dimana data yang diperoleh lebih konsisten, tuntas, dan pasti. Dalam

penelitiannya peneliti mengolah data yang berasal dari hasil wawancara,

observasi, dan studi pustaka atau dokumentasi untuk dijadikan data pasti yang

sudah menjadi bagian dalam penulisannya berbentuk skripsi. dari beberapa teknik

pengumpulan data. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Alwasilah (2000, hlm.

131) bahwa:

(31)

Bagan 3.1 Teknik Triangulasi

Agar memperkuat pemaparan tersebut di atas, peneliti mengutip sebuah

pendapat mengenai konsep triangulasi oleh Norman K. Denkin (dalam

http:atauatauphisiceducation09.blogspot.comatau2013atau03atautriangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html), sebagai pengecekan keabsahan data, bahwa: „Triangulasi di gunakan sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda‟.

Secara singkat dalam penggunaan teknik triangulasi, peneliti mengumpulkan

data hasil observasi ke tempat penelitian yaitu Sanggar Mutiara Pawestri sehingga

peneliti akan mendapatkan data-data penting seperti foto-foto, beberapa

penghargaan sanggar yang akan mampu membuktikan bahwa sanggar ini layak

diteliti. Dalam hal ini dilakukan pula wawancara kepada narasumber yang mampu

memberikan informasi berupa dialog, data-data seperti buku yang berhubungan

dengan topik penelitian yang diangkat, kemudian peneliti diberikan informasi

siapa saja yang tepat dijadikan narasumber berikutnya. Peneliti menggali

informasi untuk mendapatkan dokumen-dokumen yang mampu memperkuat suatu

penyusunan dimana dilakukannya teknik studi pustaka. Dapat diketahui dari

beberapa keterangan di atas teknik triangulasi atau penggabungan dari tiga teknik

pengumpulan data sehingga diharapkan mampu membantu penulisan dan

memberikan fokus dalam penyusunannya.

Wawancara Observasi

(32)

57

Hal ini dicapai dengan mengunakan jalan membandingkan data hasil

pengamatan kegiatan apresiasi dengan data hasil wawancara dan membandingkan

data hasil wawancara dengan dokumen terkait.

Pengolahan data yang telah ditemukan oleh peneliti, harus mengalami proses

analisis dan kajian yang mendalam sehingga temuan akhirnya diharapkan sesuai

dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini peneliti merancang sebuah bagan analisis

untuk kajian makna pada gerak, rias, dan busana tari Dogdog Lojor karya Toto

Sugiarto.

Bagan 3.2

Proses Penciptaan Karya Tari Toto Sugiarto

Bagan di atas, menerangkan hubungan aspek-aspek yang dapat menjadi

pengaruh penciptaan karya tari. Peneliti membuat bagan tersebut sebagai

kerangka analisis untuk memahami permasalahan yang sedang diteliti, sehingga

akan menemukan titik terang penafsiran makna tari. Telah dijelaskan pada BAB

II, mengenai nilai estetika seni yang bersifat abstrak dan harus dilihat melalui

wujudnya, oleh karenanya untuk menguak nilai dari objek seni tersebut peneliti

merangkai bagan sebagai sebuah kemungkinan-kemungkinan terciptanya tari

Dogdog Lojor karya Toto. Peneliti meyakini bahwa seorang penata tari tidak

semata-mata membuat karya tanpa adanya bekal di dalam dirinya, „bekal‟ tersebut Karya

Tari Pengalaman

Pribadi

Budaya Lokal

Pengetahuan Nilai-nilai

(33)

berbeda-beda dari setiap individunya sehingga ini menjadikannya menarik untuk

di teliti. Aspek-aspek pada bagan tersebut di atas yakni,

1. Pengalaman pribadi, merupakan aspek yang melekat pada diri

masing-masing individu. Tidak dapat dipisahkan, tidak dapat di samaratakan, dan

tidak dapat saling merasakan, namun pengalaman tersebut dapat

dibagikan. Pengalaman yang dialami dapat berupa kisah-kisah perjalanan

hidup yang hanya dialami sesekali saja. Misalnya, workshop tari, seminar

budaya, berkunjung ke luar pulau.

2. Pengetahuan, merupakan bagian pengalaman yang membentuk diri pribadi

penata tari khususnya, yang didapat melalui pendidikan formal. Toto

memiliki pendidikan formal yang cukup memadai untuk dirinya menjadi

seorang penata tari, karena lahir dari keluarga yang dekat dengan

lingkungan seni, pendidikan formal dengan penjurusan seni tari,

pengamalan ilmu menjadi pengajar seni sehingga dapat mengeksplorasi

diri.

3. Nilai-nilai, merupakan salah satu yang mempengaruhi gaya dari karya

seorang penata tari. Setelah melakukan observasi berulang-ulang, nilai

religius melekat pada tari Dogdog Lojor, tidak hanya pada busananya

tetapi pada komposisi tarinya.

4. Budaya lokal, merupakan dasar dari ciri khas karya seni yang dibuat. Tari

Dogdog Lojor, dapat dikatakan sebagai sebuah karya dengan pengaruh

budaya lokal dari Pelabuhan Ratu. Ciptagelar sebagai akar dari

terbentuknya Seni Dogdog Lojor, membuat seni tersebut menjadi cirikhas

Pelabuhan Ratu. Meskipun Toto bukan masyarakat asli Sukabumi tetapi

beliau telah 25 tahun menetap disana dan beliau sudah cukup dikenal di

Sukabumi, bukan waktu yang sebentar sehingga peneliti melihat adanya

interaksi sosial yang terbuka di dalam masyarakat Sukabumi, tidak

individual sehingga pada setiap karyanya wajar jika pengaruh budaya

lokal telah melekat.

5. Ekspresi, dikaitkan emosi atau keadaan penata tari pada „saat itu‟.

(34)

59

ceria dan ketika berada dalam sebuah situasi yang dihadapkan dalam

keadaan genting, maka karyanya cenderung serius.

Pengaruh-pengaruh yang telah disebutkan peneliti, tidak semata-mata deretan

asumsi peneliti yang dituangkan dalam tulisan ini tetapi merupakan jembatan

yang dibuat peneliti agar pemahaman peneliti sampai pada tujuan peneliti

memahami dan mendeskripsikannya, selain daripada itu peneliti juga membuat

bagan tersebut berdasarkan pada teori yang dinyatakan Vilgirn dalam BAB II.

Adanya Enkulturasi merupakan hal yang harus diperhatikan juga, karena Dogdog

Lojor selain sebagai karya tari dari Toto, juga merupakan kesenian khas dari

Ciptagelar sehingga peneliti melihat adanya upaya pewarisan dari Toto untuk

anak didiknya di instansi-instansi yang beliau ajar. Peneliti memandang bahwa

warisan budaya khas daerah Pelabuhan Ratu Dogdog Lojor ini, bukan terkait

dengan siapa Toto?, dari mana asalnya?, sedalam apa beliau mengenal Pelabuhan

Ratu?, akan tetapi terkait seberapa besar kepeduliannya dengan seni di tempatnya

berteduh dan kepekaan yang ada dalam diri penata tari, sehingga tarinya dapat

menjadi sebuah bentuk yang dapat diwariskan kembali dikemudian hari.

Bagan yang telah dibuat oleh peneliti bertujuan untuk memudahkan analisis

pada BAB IV di bagian pembahasan, karena melihat aspek-aspek tersebut akan

memudahkan peneliti untuk menafsirkan objek-objek pembawa makna. Setelah

data penelitian selesai dikumpulkan dengan lengkap dari berbagai sumber, tahap

selanjutnya yang dilakukan peneliti yaitu mengolah dan menganalisis data. Data

mentah yang telah terkumpul perlu dipecah-pecah dalam kelompok-kelompok,

diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi, serta di olah sedemikian rupa

sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan

bermanfaat untuk menguji pertanyaan penelitian. Mengadakan manipulasi

terhadap data mentah bukan berarti mengubah data mentah, tetapi bentuk awal

diolah menjadi bentuk yang dapat dengan mudah memperlihatkan

hubungan-hubungan antara fenomena. Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Adapun sebagai

(35)

1. Analisis Sebelum di Lapangan

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data

sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun

demikian fokus penelitian ini masih besifat sementara dan akan berkembang

setelah peneliti masuk dan berada di lapangan. Berdasarkan masalah yang

diambil oleh peneliti di dalam tari Dogdog Lojor dapat rumuskan bahwa

tarian tersebut memiliki makna mendalam dari gerak, rias, dan busananya,

oleh sebab itu fokus penelitian pada saat itu ingin mengetahui makna dari tari

tersebut. Akan tetapi, jika didalam penelitian ditemukan sebuah

temuan-temuan yang dirasa lebih memenuhi inti dari sebuah penelitian maka peneliti

tidak segan untuk merubah fokus penelitiannya.

2. Analisis Selama di Lapangan „Model Miles dan Huberman‟

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data (data reduction),

display data (data display), dan kesimpulan (conclusion rawing atau

verivication). (Sugiyono, 2013, hlm.337)

Bagan 3.3

Komponen dalam Analisis Data (Flow Model) Reduksi data

Display data

Kesimpulan Antisipasi

Selama Selama

Selama

Setelah

Setelah

Setelah

(36)

61

Bagan 3.4

Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)

a) Data Reduction (reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, sehingga segera dilakukan

analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.

Oleh karenanya, reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang

memerlukan kecerdasan, keluasan, dan kedalaman wawasan yang tinggi.

b) Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan

apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya, dalam melakukan display

data selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik,

network (jejaring kerja), dan chart.

Conclusions: drawing / verifying

Data collection

Data

reduction

Data

(37)

c) Conclusion Drawing atau verification (kesimpulan)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara dan akan berubah pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

E. Prosedur Penelitian

Untuk membantu mempermudah proses penelitian di lapangan, peneliti

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengajuan topik atau judul

Dalam tahap ini peneliti memilih topik atau judul yang akan dijadikan

bahan penelitian. Adapun topik atau judul yang diangkat adalah “Tari Kreasi

Dogdog Lojor di Sanggar Mutiara Pawestri Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi (Analisis Makna Gerak, Rias, dan Busana)”. Selanjutnya peneliti mencari beberapa sumber yang dijadikan acuan untuk memperkuat

judul sebelum ke lapangan, lalu judulpun di konsultasikan dengan dosen

pembimbing untuk membantu penulisan peneliti mencari data sementara dari

artikel, buku, maupun penelitian terdahulu sebelum terjun langsung.

2. Pengajuan proposal

Setelah judul disetujui, dilakukan penyusunan proposal untuk

mengetahui latar belakang dan rumusan masalah yang akan diteliti. Dengan

menyusun latar belakang, konteks dan fokus permasalahan, kerangka kajian

pustaka, deskripsi data penelitian, dan verifikasi atau kesimpulan dan

implikasinya yang akan menjadi bentuk skripsi.

3. Observasi

Observasi langsung ke lapangan dilakukan bertujuan mendapatkan

(38)

63

dapat membantu peneliti dalam proses penyusunan dan memberikan apresiasi

yang berguna bagi peneliti.

4. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari data yang diperoleh

melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan studi putaka baik itu

berasal dari buku, jurnal, skripsi, dan internet, yang selanjutnya melakukan

observasi dan wawancara terhadap narasumber yang mengetahui tari Dogdog

Lojor secara terperinci.

5. Penyusunan laporan

Penyusunan laporan berbentuk skripsi, yang merupakan hasil dari

keseluruhan penelitian yang selanjutnya dipertanggungjawabkan pada ujian

sidang skripsi.

F. Isu Etik

Penelitian tentang makna gerak, makna rias, dan makna busana pada tari

Dogdog Lojor di Sanggar Mutiara Pawestri ini telah memenuhi kaidah-kaidah

etika keilmuan dan prosedur penelitian yang telah ditetapkan khususnya oleh

Universitas Pendidikan Indonesia yang tercantum dalam buku pedoman penulisan

karya ilmiah.

Penelitian ini juga dapat dijamin orisinalitas hasilnya dan sangat menghindari

bentuk-bentuk plagiarisme karya ilmiah. Hal ini untuk menghindari dampak

negatif dari proses keilmuan yang sedang dipelajari dan dipahami sebagai bagian

dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Penelitian tentang Dogdog Lojor juga pernah dilakukan oleh saudara

Sunandar. Peneliti sedikitnya memahami indikator-indikator tindakan plagiarisme,

sehingga penelitian ini dijaga sedemikian rupa agar terhindar dari tindakan tidak

terpuji tersebut. Dapat diumpamakan jika Sunandar dari kepala gajah meneliti

belalai dan gadingnya, maka peneliti hanya fokus meneliti pada bagian telinga dan

(39)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Makna Tari

Kreasi Dogdog Lojor, peneliti meyakini bahwa tari Dogdog Lojor tidak dapat

bermakna bila dipisahkan dari masyarakat pendukungnya. Peneliti

menginterpretasikan bahwa tarian ini tergolong ke dalam tari kreasi baru yang

pada mulanya tidak memiliki makna, namun dimultitafsir oleh peneliti makna

gerak, makna rias, dan makna busananya, sehingga tarian tersebut dapat

dimaknai.

Dapat disimpulkan bahwa geraknya menggambarkan suasana suka-cita

panen padi. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME maka,

masyarakat melakukan serangkaian ritual untuk mengucapkan terimakasih

atas nikmat yang telah diberikan pada mereka. Tari Dogdog Lojor ini sebagai

visualisasi yang disajikan koreografer dalam bentuk gerak yang

menggambarkan proses menanam padi dan akhirnya dapat di panen. Adapun

gerak yang mewakili tari tersebut terdapat pada gerak riyeg, trisik ngerecek,

dan nakol dogdog. Pada gerak riyeg, secara bentuk gerak peneliti menafsirkan

bahwa gerak tersebut menggambarkan permohonan ijin pada bumi sebagai

tempat tinggal, tempat berpijak, dan tempat mencari nafkah, sehingga gerak

ini penting karena sebagai langkah awal ketika manusia akan melakukan

sesuatu, sejatinya segala sesuatu memiliki akhir yang sama ketika manusia

memulainya.

Peneliti melihat gerak ini dari desain lantai yang berbentuk angka 8, dapat

ditafsirkan bahwa angka 8 menggambarkan ucapan syukur pada Tuhan YME,

lika-liku yang pasti mengalami pasang-surut kehidupan, sehingga pada

hakikatnya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus mengembalikan

segala sesuatunya pada sang pencipta kehidupan. Gerak yang ketiga

(40)

152

sehingga pada gerak nakol dogdog u..a..ditafsirkan sebagai kebersamaan,

solidaritas, dan keceriaan masyarakat Sunda.

Pada rias dan busana tari Dogdog Lojor, terdapat nilai-nilai kehidupan

yang dapat dimaknai, terdapat filosofi masyarakat Sunda sebagai masyarakat

pembentuknya, dan terdapat gaya dari Toto Sugiarto selaku koreografer tari

Dogdog Lojor. Nilai religius yang terdapat dalam tarian ini mencerminkan

gaya dari kreator tari, sehingga terlihat pada busana tari tersebut ajaran untuk

menutup aurat, ajaran menghargai, dan ajaran untuk memaknai kehidupan

yang terikat dengan hakikat-hakikat penciptaan manusia.

Terdapat makna kesuburan dalam rias dan busana, yang dapat dimaknai

sebagai bentuk produktivitas atau keaktifan yang harus dimiliki

pemuda-pemudi bangsa. Harapan yang muncul agar penerus bangsa menjadi manusia

yang giat saat bekerja, memiliki pola pikir yang tidak primitif atau dapat

membatasi diri sehingga memilihi-memilah segala bentuk pengetahuan baru,

dan mampu berimajinasi dalam merefleksikan diri pada bentuk kreativitas.

Selain itu juga, rias dan busana tari secara keseluruhan ingin menggambarkan

kehidupan bernegara, beragama, dan bertetangga.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian ini

berimplikasi terhadap:

1. Koreogafer tari Dogdog Lojor, sebagai motivasi untuk beliau agar

terus berkaya dengan mencipta karya tari yang memiliki makna.

2. Para penari Dogdog Lojor, agar dapat memaknai setiap gerak yang

dilakukan sehingga gerak menjadi lebih berarti.

3. Penelitian ini sebagai rujukan bagi masyarakat pendukungnya agar

dapat mengapresiasi budaya lokal.

4. Berimplikasi bagi para pembaca ketika terjadi dorongan dalam dirinya

Gambar

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

metode penelitian pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme , digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme , digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, (sebagai

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,