TARI RONGGENG UJUNGAN DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KECAMATAN CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhiSebagiandariSyaratMemperolehGelarSarjanaPendidikan DepartemenPendidikanSeniTari
oleh
RiniRamdhania
1102863
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN
2015
TARI RONGGENG UJUNGAN DI
SANGGAR SUNDA RANCAGE
KECAMATAN CIGASONG KABUPATEN
MAJALENGKA
Oleh RiniRamdhania
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan SeniTari
© RiniRamdhania2015
Universitas Pendidikan Indonesia Desember 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
TARI RONGGENG UJUNGAN DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KECAMATAN CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA
Oleh
RINI RAMDHANIA 1102863
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Prof. Dr. Hj. TatiNarawati, M. Hum NIP. 195212051986112001
Pembimbing II
Ace IwanSuryawan, S. Pd., M. Hum NIP. 197203042001121002
Mengetahui,
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Tari Ronggeng Ujungan di Sanggar Sunda Rancage Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka. Penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui bagaimana asal-usul tari Roggeng Ujungan serta bentuk gerak, tata rias dan tata busana yang ada pada tari Ronggeng Ujungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan ciri khas tertentu dalm objek penelitian. Tari Ronggeng Ujungan diciptakan pada tahun 2013 oleh Neneng Ayu Asmiati yang dibantu oleh Suaminya Aceng Hidayat. Neneng Ayu mempunyai sanggar yang telah berdiri sejak 2001 bernama Sanggar Sunda Rancage. Proses penciptaan tari Ronggeng Ujungan melalui empat tahap yaitu eksplorasi, improvisasi, evaluasi dan hasil. Ragam gerak tari Ronggeng Ujungan banyak terinspirasi dari gerak yang sudah ada pad Ujungan, Sampyong dan Ronggeng namun tentu saja dilakukan pengembangan untuk menghasilkan suatu hal yang baru. Ragam gerak yang ada terdiri dari dua ragam gerak maknawi atau gesture, dua ragam gerak locomotion dan tiga ragam gerak murni atau pure movement. Rias pada tari Ronggeng Ujungan ini menggunakan rias aksen atau rias corrective, sedangkan busana yang digunakan adalah kebaya, apok, celana, sinjang, bolero, coker dan teplok. Property yang digunakan adalah hoe atau rotan sebagai alat untuk memukul. Rias dan busana tari Ronggeng Ujungan didominasi warna hijau sebagai lambang kesegaran, kesejuka serta warna kuning keemasan sebagai lambang kegembiraan dan kemawahan. Artinya tari Ronggeng Ujungan membawa suatu hal yang baru dan segar sehingga menciptakan suasana yang gembira.
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. RumusanMasalah ... 5
C. TujuanPenelitian ... 5
D. ManfaatPenelitian ... 6
E. StrukturOrganisasiSkripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. PenelitianTerdahulu ... 12
B. Teori yang Digunakan ... 14
C. SeniPertunjukandalamMasyarakat ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. DesainPenelitian ... 26
B. LokasidanSubjekPenelitian ... 27
C. TeknikPengumpulan Data ... 28
D. InstrumenPenelitian... 33
E. ProsedurPenelitian... 35
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ………. 39
A. Pembahasan ………. 39
1. LokasidanProfilSanggarSundaRancage ………... 39
2. Proses PenciptaanTariRonggengUjungan ……….. 44
3. StrukturGerakTariRonggengUjungan ……… 46
4. Tata Riasdan Tata BusanaTariRonggengUjungan …………. 86
B. Analisis ………. 97
1. Analisis Proses PenciptaanTariRonggengUjungan …………. 97
2. AnalisisStrukturGerakTariRonggengUjungan ……….. 99
3. Analisis Tata RiasdanBusanaTariRonggengUjungan ……... 102
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………106
A. Kesimpulan ……… 106
B. Rekomendasi ………. 108
DAFTAR PUSTAKA ………. 110
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sebagai wilayah yang dilalui oleh dua kebudayaan besar yaitu Sunda
& Jawa, Kabupaten Majalengka memiliki keragaman seni budaya.Ada beberapa seni pertunjukan di Majalengka yang memiliki kesamaan dengan
daerah lain contohnya saja Sintren, Reog, Kuda Renggong, Sandiwara Sunda,
Wayang Golek, Degung, dan lain sebagainya. Majalengka juga memiliki tari
topeng sebagaimana yang ada di daerah Cirebon yang diberi nama Topeng
Beber dan berkembang di desa Randegan Kecamatan Jatitujuh. Induk Tari
Topeng Beber memang dari Tari Topeng Cirebon, hanya saja mengalami
sedikit perubahan dalam segi gerak dan busana agar memiliki ciri khas dan
berbeda dengan induknya.Maka dari sekian banyak seni pertunjukan yang ada,
Majalengka memiliki kesenian tari Ronggeng Ujungan sebagai salah satu
kekayaan seni tradisional yang hidup dan berkembang di daerah Majalengka
tersebut.
Tari Ronggeng Ujungan merupakan salah satu hasil kreasi dan inovasi
di sanggar Padepokan Seni Sunda Rancage atau Sanggar Sunda Rancage yang
mulai aktif sejak tahun 2001 dan dipimpin oleh Aceng Hidayat, S. Pd. Murid
yang belajar di sanggar ini mulai dari anak kecil hingga dewasa. Materi yang
diberikan di sanggar ini tidak hanya tari tapi juga musik, baik musik tradisi
maupun kolaborasi. Untuk materi tarinya pun sama, ada tari tradisi dan ada
pula tari kreasi. Beragam kegiatan telah diikuti oleh Sanggar Sunda Rancage,
di antaranya penyambutan tamu dinas maupun non dinas, mengisi acara yang
diselenggarakan oleh dinas maupun umum dan mengikuti perlombaan yang
telah banyak menghasilkan prestasi. Salah satu karya yang paling
membanggakan adalah Sanggar Sunda Rancage pada tanggal 7 Juni 2015
telah memecahkan rekor dunia dari Museum Rekor Indonesia sebagai penari
Tari Ronggeng Ujungan sangat erat kaitannya dengan seni pertunjukan Sampyong, yaitu seni pertunjukan yang merupakan sebuah „penyederhanaan‟ dari permainan Ujungan.Di mana permainan Ujungan sendiri adalah sebuah
permainan anak-anak gembala yang ada di Desa Cibodas, sebuah desa di
Majalengka bagian selatan.
Tari Ronggeng Ujungan diciptakan oleh Neneng Ayu Asmiati yang
merupakan istri dari Aceng Hidayat, S. Pd. Merujuk pada kata “ronggeng”,
maka tarian ini dibawakan oleh penari atau murid perempuan saja. Bentuk
tariannya menggabungkan antara gerak tari kreasi dan beberapa gerak yang
ada dalam Sampyong.Tari Ronggeng Ujungan ini merupakan salah satu
bentuk apresiasi terhadap kesenian Sampyong yang kini tidak hanya dilakukan
oleh laki-laki saja tapi juga dilakukan oleh perempuan.Koreografer ingin
mengangkat citra perempuan dalam kesenian Sampyong baik sebagai pemain
maupun sebagai penghibur.
Meskipun tercipta belum lama, karena tarian ini baru diciptakan sekitar
tahun 2013 namun sudah dipentaskan di beberapa event.Ini dikarenakan
Sanggar Sunda Rancage sering diutus oleh Dinas Pemuda dan Olahraga serta
Kebudayaan dan Pariwisata (DISPORABUDPAR) Kabupaten Majalengka
sebagai perwakilan di event baik yang berskala kecil maupun berskala
besar.Prestasi yang telah diciptakan melalui tari Ronggeng Ujungan ini salah
satunya sebagai juara 1 Pentas Seni Budaya Daerah dalam Rangka
Penyelenggaraan Kegiatan Komsos Kreatif di Korem 063/SGJ TA Cirebon, 4
Desember 2014.
Sebagai salah satu bentuk seni pertunjukan, sudah barang tentu
Ronggeng Ujungan diciptakan melalui proses yang dinamis dari penciptanya.
Proses itu sendiri bisa memakan waktu, ruang dan pemikiran yang didasari
dari mulai ide awal atau gagasan atau bisa juga disebut dengan konsep garap
sampai terwujudnya pertunjukan yang diharapkan oleh penciptanya tersebut.
Bagian proses inilah yang sangat penting dalam pembuatan sebuah karya seni
Berkaitan dengan suatu proses penciptaan karya seni, Sokrates, Plato,
Aristoteles berpendapat bahwa seni selalu berkaitan dengan keindahan.
Aristoteles dalam teori imitasinya mengatakan bahwa imitasi merupakan
sumber kenikmatan yang tiada habisnya, biarpun obyek seninya terlihat
sengsara namun kesengsaraan itu dapat dinikmati lewat perwujudan artistik
(Nugroho 1987, hlm. 209-210 dalam Bastomi 1990, hlm. 16).
Dalam seni tari prinsip imitasi dapat diterapkan melalui gerak-gerak
binatang, tingkah laku manusia yang dipresentasikan dalam bentuk
gerak.Spontanitas seniman dalam mempresentasikan benda-benda alam tidak
diwujudkan secara murni, melainkan diolah dan disempurnakan agar menjadi
lebih baik dari pada alamnya.
Namun teori imitasi ini ditolak oleh Roesseau.Baginya seni bukanlah
deskripsi atau reproduksi dunia empiris, melainkan luapan emosi perasaan.
Prinsip imitasi, prinsip memetis yang sudah berabad-abad umurnya itu tersisih
oleh konsepsi baru yaitu teori ekspresi dengan cita-cita seni kreatif atau seni
karakteristik (Bastomi 1990, hlm. 18)
Berdasarkan teori-teori seni yang sudah ada, dapat disimpulkan bahwa
sebuah karya seni tidak dapat terlepas dari proses penciptaannya dan
penciptanya itu sendiri.
Sama halnya dengan karya seni tari yang lain Ronggeng Ujungan juga
menyajikan bentuk karya yang merupakan perwujudan susunan dari berbagai
macam gerak. Gerak tari yang indah mebutuhkan proses pengolahan atau
penggarapan terlebih dahulu, pengolahan unsur keindahannya bersifat stilatif
yaitu gerak yang telah mengalami proses pengolahan (penghalusan) yang
mengarah pada bentuk-bentuk yang indah, dan distortif yaitu pengolahan
gerak melalui proses perombakan dari aslinya serta merupakan salah satu
proses stilasi.
Selain elemen gerak agar suatu pertunjukan tari lebih sempurna dalam
penyajiannya, tentu dibutuhkan elemen-elemen lain yang berfungsi sebagai
Bentuk penyajian tari adalah penyajian tari secara keseluruhan yang melibatkan elemen-elemen dalam komposisi tari. Adapun elemen-elemen tersebut terdiri dari: gerak tari, desain lantai, iringan musik, perlengkapan yang meliputi rias dan busana, tempat pertunjukan dan properti.
Tata rias dan tata busana merupakan satu kesatuan yang sulit bahkan
tidak dapat dipisahkan dari sutu garapan tari.Seorang penata tari harus berpikir
cermat tata rias dan tata busana yang tepat guna memperjelas dan sesuai
dengan tema sehingga penonton dapat menikmati karya tari yang
disajikan.Desain dan pemilihan warna perlu dipertimbangkan dengan matang
karena kostum dan rias sangat dibutuhkan untuk mempertegas peran yang
dibawakan.
Tata rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk mempercantik
diri khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri dalam pergaulan.
Tata rias pada seni pertunjukan diperlukan untuk menggambarkan/
menentukan watak di atas pentas. Tata rias adalah seni menggunakan
bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan dengan memberikan
dandanan atau perubahan pada pemain di atas panggung/ pentas dengan
suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan 1993, hlm. 134)
Tata busana tari atau kostum merupakan segala sandang dan
perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung mulai dari
ujung kepala hingga ujung kaki.
Sebagai suatu karya yang termasuk ke dalam tari kreasi tata rias dan
tata busana Ronggeng Ujungan memiliki beberapa kesamaan dengan tari yang
sudah ada sebelumnya, namun tentu saja tetap ada sesuatu yang menjadi ciri
khasnya, dan mengingat usia keberadaannya yang terhitung baru, oleh karena
itu dipandang perlu untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai asal-usul
dan koreografi, tata rias serta tata busana Ronggeng Ujungan di Sanggar
Sunda Rancage Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka.
Keberadaan tari Ronggeng Ujungan mendapat respon yang baik dari
ronggeng Ujungan.Padahal dalam tarian ini terdapat suatu kekayaan estetik
yang layak diteliti jika melihat struktur penyajian dan background.Terlebih
lagi tujuan koreografer yang ingin mengangkat citra perempuan dalam
kesenian Sampyong dan menginginkan agar kesenian Sampyong dan Ujungan
tetap hidup di masyarakat.Saying apabila tidak diangkat ke dalam suatu
deskripsi sebagai bahan apresiasi dan pembelajaran khususnya jurusan tari dan
seniman lainnya.
Maka berdasar kepada permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk
membahas penelitian skripsi dengan judul: TARI RONGGENG UJUNGAN
DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KECAMATAN CIGASONG
KABUPATEN MAJALENGKA.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana asal-usul Tari Ronggeng Ujungan di Sanggar Sunda
Rancage Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka?
2. Bagaimana koreografi, tata rias dan tata busana Tari Ronggeng
Ujungan di Sanggar Sunda Rancage Kecamatan Cigasong
Kabupaten Majalengka?
C. Tujuan Penelitian
Secara garis besar ada dua tujuan yang hendak dicapai melalui
penelitian Tari Ronggeng Ujungan di Sanggar Sunda Rancage ini, yaitu tujuan
umum dan khusus.
1. Tujuan Umum Penelitian
Secara umum tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk menggali informasi mengenai Tari Ronggeng Ujungan
sehingga bisa menambah pengetahuan bagi mahasiswa, pelaku seni
sebagai bahan apresiasi yang dapat menumbuhkan rasa bangga dan
kecintaan terhadap seni budaya daerah.
2. Tujuan Khusus Penelitian
Secara khusus tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan asal-usul Tari Ronggeng Ujungan di Sanggar
Sunda Rancage Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka.
b. Untuk mendeskripsikan koreografi, tata rias dan tata busana Tari
Ronggeng Ujungan di Sanggar Sunda Rancage Kecamatan Cigasong
Kabupaten Majalengka.
D. Manfaat Signifikansi Penelitian 1. Manfaat dari Segi Teori
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperluas
pengetahuan di bidang seni tari.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan peneliti-peneliti selanjutnya
yang mempunyai objek penelitian yang sama.
2. Manfaat dari Segi Kebijakan
a. Bagi Sanggar Sunda Rancage
Penelitian ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan bagi
anggota sanngar dan bisa menaikkan kualitas dari Sanggar Sunda
Rancage.
b. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
ilmu pengetahuan dan pendidikan.Dalam hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dan dapat menjadi
referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Manfaat dari Segi Praktik
Sebagai wahana untuk latihan dan studi banding antara teori
yang sudah didapat di bangku kuliah dengan praktek yang sebenarnya
diterapkan dalam dunia pendidikan, sehingga nantinya dapat dijadikan
bekal dalam memasuki dunia kerja.Selain itu dengan penelitian ini
peneliti dapat menambah pengetahuan.
b. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa
sebagai wahana penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
kuliah dan dapat memperbanyak ilmu pengetahuan yang didapat
sehingga dapat menjadi bekal di masa depan.
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah perbendaharaan
wawasan masyarakat terhadap kesenian yang ada di
Majalengka.Selanjutnya tentu saja peneliti berharap masyarakat bisa
bangga, mencintai, dan menjaga kesenian tradisional yang dimiliki
daerahnya.
E. Struktur Organisasi Skripsi
HALAMAN JUDUL
Judul di sini merupakan suatu topik yang digunakan penulis untuk
mengembangkan maslah-masalah yang akan dikupas oleh peneliti.
HALAMAN PENGESAHAN
Dalam halaman pengesahan ini berisikan tanda tangan dosen pembimbing I,
dosen pembimbing II dan ketua jurusan.Di mana hal ini sangat penting dalam
penulisan skripsi karena kelayakan sudah tidak diragukan lagi.
HALAMAN PERNYATAAN
Isi dalam lembar pernyataan ini yaitu menyatakan bahwa skripsi ini murni
hasil pemikiran penulis.
Dalam halaman ini berisikian ucapan terimakasih penulis kepada pihak-pihak
yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
skripsi.
ABSTRAK
Abstrak untuk skripsi ini diuraikan secara singkat dan lengkap memuat
beberapa hal mengenai judul, hekekat penelitian, metode teknik pengumpulan
data yang digunakan, hasil penelitiaan dan kesimpulan.
DAFTAR ISI
Dalam daftar isi menguraikan tentang isi yang ada di dalam skripsi yang
disusun oleh penulis.
DAFTAR TABEL
Isi dari daftar tabel merupakan berbagai analisis tentang maslah-masalah yang
ada dalam skripsi dan memudahkan pembaca untuk mendeskripsikannya.
DAFTAR GAMBAR
Merupakan daftar gambar-gambar yang menjadi dokumentasi ketika penulis
meneliti hasil penelitiannya.
DAFTAR LAMPIRAN
Merupakan daftar dokumen-dokumen lain yang belum disimpan di
pembahasan masalah.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini dijelaskan:
A. Latar Belakang Penelitian
B. Rumusan Masalah Penelitian
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian
2. Tujuan Khusus Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam kajian teori ini berisikan tentang teori-teori yang menjadi dasar
pemikiran pennulis dalam penyusunan skripsi.
A. Pada prinsipnya KAJIAN PUSTAKA berisikan hal-hal sebagai
berikut.
1. Konsep-konsep, teori-teori, dalil-dalil, hukum-hukum,
model-model dan rumus-rumus utama serta turunannya
dalam bidang yang dikaji.
2. Peneliti terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti,
termasuk prosedur subjek dan temuannya.
3. Posisi yang teoritis peneliti yang berkenaan dengan
masalah yang diteliti.
B. Pemaparan Kajian Pustaka dalam Skripsi lebih bersifat
deskriptif, berfokus pada topik dan lebih mengedepankan
sumber rujukan yang terkini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini mengungkapkan metode penelitian yang penulis gunakan ketika
penulis melaksanakan penelitian.
A. Desain Penelitian
(memuat metode dan pendekatan penelitian secara jelas)
B. Partisipan dan Tempat Penelitian
C. Pengumpulan Data Instrumen Penelitian
D. Prosedur Penelitian
Memaparkan:
1. Secara kronologis langkah-langkah penelitian
2. Desain penelitian dioperasionalkan secara nyata
3. Skema atau alur penelitian dan unsure-unsurnya
disampaikan secara rinci
E. Analisis Data
F. Isu Etik
Isi yang terdapat pada bab ini yaitu hasil penelitian yang kebenaran sudah
diketahui oleh peneliti yang dilakukan melalui teknik-teknik pengumpulan
data.
Alternatif 1
A. Temuan
1.
2.
3.
B. Pembahasan
1.
2.
3.
Alternatif
1. Temuan
Pembahasan
2. Temuan
Pembahasan
3. Temuan
Pembahasan
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Kalimat yang disampaikan diambil dari beberapa ide pemikiran yang ada di
dalam skripsi penulis.
A. Simpulan
B. Implikasi dan rekomendasi
1. Bagi para pembuat kebijakan
2. Bagi para pengguna hasil penelitian
3. Bagi peneliti berikutnya
4. Bagi pemecahan masalah di lapangan atau follow-up dari
DAFTAR PUSTAKA
Berisi berbagai macam sumber teori yang menunjang kebenaran tentang
masalah-masalah yang penulis angkat.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Berisi tentang dokumen tambahan yang ditambahkan ke dokumen utama..
RIWAYAT HIDUP PENELITI
Berisi tentang biodata penulis secara lengkap agar pembaca dapat mengetahui
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Di dalam melakukan sebuah penelitian, metode sangat diperlukan
untuk memperoleh data sesuai dengan permasalahan yang diteliti, dan tujuan
yang ingin dicapai. Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Metode penelitian yang
tepat sangat diperlukan dalam suatu penelitian.Ini berguna agar menghindari
kesalahan-kesalahan pada saat pengumpulan data dan agar dapat mendukung
validitas dari data yang dikumpulkan.Jenis penelitian ini sendiri adalah jenis
penelitian kualitatif. Menurut Sugiono (2009, hlm. 15) :
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah seba gai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan pada makna daripada generalisasi.”
Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, M.
Iqbal (2002, hlm. 22) menjelaskan bahwa:
Metode deskriptif analisis adalah cara yang digunakan untuk melukiskan secara sistematik fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, secara aktual dan cermat.
Secara lebih rinci, metode deskriptif analisis adalah metode kepenulisan
yang digunakan untuk membahas satu permasalahan dengan cara meneliti,
mengolah data, menganalisis, menginterpretasikan, hal yang ditulis dengan
pembahasan yang teratur dan sistematis, ditutup dengan kesimpulan dan
dekriptif analisis sangat tepat dipergunakan dalam penelitian ini, karena
metode ini dapat memberikan gambaran tentang objek yang diteliti sesuai
dengan fakta yang tampak sebagai mana adanya, yaitu dengan pengumpulan
data, selanjutnya menganalisis proses penciptaan tari Ronggeng Ujungan,
struktur gerak, tata rias dan tata busananya.
Penelitian ini juga menggunakan etnokoreologi sebagai pisau
bedahnya, yaitu disiplin pengkajian tari yang digunakan untuk meninjau
budaya melalui gerak tariannya, kemudian mengkaitkan gerak tari ini dengan
„gerak‟ masyarakatnya.Penelitian ini disebut juga penelitian multidisiplin,
dengan didukung oleh bermacam disiplin ilmu, di antaranya disiplin ilmu
antropologi dan menggunakan teori koreografi.Antropologi digunakan untuk
membahas masyarakat penyangga budaya, teori-teori koreografi untuk
pengetahuan penyusunan tari.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi dan subjek penelitian digunakan untuk memberi penjelasan di
mana penelitian dilaksanakan dan apa yang diteliti. Lokasi penelitian ini
dilakukan di kediaman sekaligus pengelola Padepokan Seni Sunda Rancage
terletak di RT 01 RW 02 Kelurahan Simpeureum, Kecamatan Cigasong,
Kabupaten Majalengka. Penelitian ini terfokus pada proses penciptaan dan
struktur penyajian tari Ronggeng Ujungan dari segi gerak, tata rias serta
busana di Sanggar Sunda Rancage Kecamatan Cigasong Kabupaten
Majalengka.
Peneliti memilih Sanggar Sunda Rancage untuk diteliti sebagai lokasi
sekaligus objek penelitian karena di sanggar inilah tari Ronggeng Ujungan
diciptakan oleh pengelola sekaligus koreografer yaitu Neneng Ayu Asmiati
dan Aceng Hidayat, S. Pd, sebagai penata musik. Selain itu proses penelitian
juga dibantu oleh Lani Apriani, slah satu penari Ronggeng Ujungan.
Mengarah pada fokus penelitian yang dilakukan peneliti untuk menganalisis
Sanggar Sunda Rancage sebagai lokasi yang cocok untuk melakukan
penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu teknik penelitian, teknik pengumpulan data merupakan
salah satu faktor penting guna tercapainya keberhasilan penelitian. Ini
berkaitan dengan bagaiman cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan
apa alat yang digunakan. Teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah
bentuk kegiatan meneliti kembali, catatan-catatan yang diperoleh peneliti
untuk mengetahui apakah data dan informasi itu sudah tepat untuk
menyimpulkan kebenaran yang dapat dipergunakan untuk menjawab
permasalahan yang diteliti.Maka dalam penelitian ini menggunakan beberapa
teknik penelitian, di antaranya:
a. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti terhadap
narasumber. Kartono Djambatan (dalam Mulyani 2007, hlm. 42)
mengungkapkan bahwa:
Interview atau wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Ini merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur.
1) Wawancara terstruktur artinya peneliti menggunakan pedoman
wawancara sebagai acuannya, jadi ia mencari informasi dari
2) Wawancara tidak terstruktur artinya peneliti bebas mengajukan
pertanyaan kepada narasumber. Ada kemungkinan peneliti hanya
bertanya mngenai pon-poin pentingnya saja dari apa yang diteliti.
Wawancara dilakukan guna memperoleh gambaran mengenai
pertunjukan tari Ronggeng Ujungan serta proses penciptaannya sebagai
bahan penelitian. Proses interaksi dan komunikasi antara pewawancara
dengan responden terjalin lewat proses timbal balik dengan adanya proses
tanya jawab. Wawancara tersebut ditujukan kepada responden utama yaitu
Ibu Neneng Ayu Asmiati dan Bapak Aceng Hidayat selaku pimpinan
Sanggar Sunda Rancage, penari Ronggeng Ujungan serta beberapa orang
yang dianggap penting untuk melengkapi data. Data yang diperoleh berupa
proses penciptaan, struktur gerak, bentuk tata rias dan tata busananya.
Pada saat melakukan wawancara, peneliti berpedoman pada
pedoman wawancara yang telah disiapkan agar lebih terfokus kepada
masalah yang sedang diteliti.Meskipun dalam pelaksanaannya pertanyaan
berkembang, tetapi tidak terlepas dari pedoman yang telah dibuat.
Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 21 Desember 2014
kepada Neneng Ayu Asmiati dan Aceng Hidayat sebagai pimpinan
Sanggar Sunda Rancage sekaligus pencipta tari Ronggeng Ujungan.
Wawancara pertama ini dilakukan di sanggar Sunda Rancage sekaligus
kediaman Neneng Ayu dan Aceng Hidayat untuk memperoleh informasi
mengenai profil Sanggar Sunda Rancage serta proses penciptaan tari
Ronggeng Ujungan. Sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih
dahulu membuat pedoman wawancara, kemudian menghubungi
narasumber melalui telepon agar memastikan narasuber sedang ada di
rumah atau tidak.
Wawancara ke dua dilakukan pada tanggal 25 Januari 2015 kepada
rias dan tata busana tari Ronggeng Ujungan. Wawancara ke dua ini juga
dilakukan di kediaman Neneng Ayu.
Wawancara ke tiga dilakukan di kediaman Neneng Ayu pada
tanggal 14 Februari 2015 kepada Neneng Ayu untuk mengetahui struktur
gerak tari Ronggeng Ujungan, karena khawatir ada gerak yang terlewat,
maka wawancara narasumber didampingi oleh Lani Apriani, salah satu
penari ronggeng Ujungan.
b. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan
sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial untuk kemudian dilakukan
pencatatan. Arikunto (1996: 223) mengungkapkan bahwa:
Observasi adalah semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitung, mengukur dan mencatat.
Observasi atau pengamatan dapat dilakukan secara langsung
ataupun tidak langsung.Pengamatan secara langsung dilakukan pada saat
penelitian berlangsung, sedangkan pengamatan secara tidak langsung
dapat dilakukan setelah penelitian berlangsung.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini penulis langsung terjun ke
lapangan menjadi partisipan (observer partisipatif) untuk menemukan dan
mendapatkan data yang berkaitan dengan fokus penelitian yaitu proses
penciptaan tari Ronggeng Ujungan, struktur gerak, tata rias dan
busananya.
Observasi pertama dilakukan pada tanggal 20 Desember 2014,
peneliti mendatangi Sanggar Sunda Rancage untuk melihat kondisi
sanggar sekaligus meminta ijin untuk melakukan wawancara pada esok
harinya.
Observasi selanjutnya dilakukan pada tanggal 9 Maret 2015,
Seni dan Budaya Kabupaten Majalengka, Harmoni Anak Negeri 2015”
yang dilaksanakan di alun-alun Kecamatan Leuwimunding.
Observasi terakhir dilakukan pada tanggal 19 September 2015,
peneliti menyaksikan dan mendokumentasikan tari Ronggeng Ujungan
dalam kegiatan “Pesta Rakyat Simpedes BRI Cabang Kabupaten
Kuningan” yang dilaksanakan di halaman Gedung Pandapa Kabupaten
Kuningan.
c. Studi Pustaka
Studi kepustakaan dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk
memperoleh informasi melalui teks-teks tertulis maupun soft-copy edition,
seperti buku, e-book, artikel, arsip, surat kabar, penelitian yang sudah ada
dan lain lain. Penggunaan sumber informasi tersebut dapat dijadikan
kerangka acuan atau landasan dalam merumuskan dan menganalisis data
penelitian serta sebagai bahan dalam pengelolaan data.
Menurut M. Nazir (1988 hlm. 111) dalam bukunya yang berjudul
Metode Penelitian mengemukakan bahwa:
Studi Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.
Crosscheck ulang sangat diperlukan guna mengetahui sejauh mana
kesahihan dari data yang dijadikan sumber. Jika data tersebut sudah
faktual, maka dapat membantu kita dalam penyampaian argumen.
Referensi yang dipergunakan sebagai sumber dan dirasakan sangat
mendukung penelitian ini di antaranya sebagai berikut:
1. “Seni Pertunjukan di Era Globalisasi” yang ditulis oleh R. M. Soedarsono terbitan tahun 1999. Buku ini menjelaskan mengenai
sejarah pekembangan seni pertunjukan Indonesia dan fungsi seni
menjelaskan fungsi seni pertunjukan yang diuraikan oleh beberapa
pakar seni pertunjukan di antaranya adalah R. M. Soedarsono.
Ronggeng Ujungan merupakan salah satu bentuk pengembangan dari
seni pertunjukan yang sudah ada sehingga peneliti mengambil buku ini
sebagai bahan kajian dan penunjang materi yang dapat membantu
menjawab semua permasalahan yang sedang diteliti.
2. “Keberadaan Seni Sampyong dalam Masyarakat Desa Cibodas
Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka” skripsi karya Iin
Rosidawati pada tahun 2000. Isi skripsi ini menjelaskan mengenai latar
belakang keberadaan Sampyong di Desa Cibodas. Dalam skripsi
tersebut juga menjelaskan mengenai sejarah terciptanya Sampyong
dengan permainan Ujungan sebagai dasar penciptaannya. Dengan
adanya kesamaan pembahasan mengenai Ujungan, maka peneliti
mengambil skripsi ini sebagai bahan acuan untuk memperoleh
informasi.
3. “Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa” yang ditulis oleh Tati Narawati terbitan tahun 2003. Dari buku ini diperoleh informasi
mengeani pendekatan etnokoreologi, yang memang belum lazim
digunakan oleh peneliti di Indonesia, di mana pendekatan ini awalnya
dikenalkan oleh Geruth P. Kurath dan Anya Petterson Royce. Penulis
buku ini merupakan orang pertama yang mencoba menerapkan
etnokoreologi sesuai dengan tulisan R. M. Soedarsono dalam
Metodologi Seni Pertunjukan dan Seni Rupa.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data kualitatif
yang berupa catatan atau rekaman dari apa yang diteliti atau narasumber.
Bentuknya sendiri bisa berupa foto atau video. Dalam penelitian ini sangat
data. Fokus studi dokumentasi dalam penelitian ini diarahkan pada bentuk
video seni pertunjukan Ronggeng Ujungan ketika pergelaran.
Pendokumentasian pertama dilakukan di Sanggar Sunda Rancage
pada tanggal 25 Januari 2015 untuk mendokumentasikan bentuk busana
tari Ronggeng Ujungan.
Pendokumentasian ke dua dilakukan pada tanggal 28 Maret 2015
yang dilakukan di Sanggar Sunda Rancage untuk mendokumentasikan
struktur gerak tari Ronggeng Ujungan melalui foto. Pendokumentasian ke
dua ini objeknya adalah Neneng Ayu Asmiati sebagai peraga gerak.
Pendokumentasian ke tiga dilakukan pada tanggal 19 September
2015 yang dilakukan di halaman Gedung Pandapa Kabupaten Kuningan.
Dokumentasi dibuat dengan cara merekam pertunjukkan tari Ronggeng
Ujungan di acara “Pesta Rakyat Simpedes” dan memotret rias serta busana
saat digunakan.
D. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian adalah alat yang digunakan untu mengumpulkan
data yang diperlukan sehubungan dengan apa yang dijadikan sebagai
permasalahan dalam penelitian. Melalui instrumen dapat diketahui data dan
jawaban yang dibutuhkan terhadap permasalahan penelitian, untuk
memperoleh data dalam penelitian digunakan instrumen penelitian sebagai
berikut:
1. Pedoman observasi
Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengamati
secara langsung yang berkaitan dengan proses penciptaan, susunan
koreografi, serta bentuk tata rias dan busana tari Ronggeng Ujungan di
Sanggar Sunda Rancage Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka.
Teknik observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang
disebutkan sebelumnya, sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam
penyusunan hasil laporan penelitian.
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan untuk mengajukan
sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan rumusan masalah
penelitian.Hasil pedoman wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan
data-data penelitian, yang selanjutnya dijadikan salah satu referensi untuk
membuat laporan hasil penelitian.
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara tidak
menyimpang dari tujuan penelitian.Di dalam penelitian ini, pedoman
wawancara disusun menjadi daftar pertanyaan yang terstruktur guna
memperoleh data di lapangan mengenai tari Ronggeng Ujungan di
Sanggar Sunda Rancage Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka.
a. Pedoman wawancara tanggal 21 Desember 2014
1) Data Responden
a) Nama lengkap :
b) Tempat, tanggal lahir :
c) Jabatan/ Pekerjaan :
d) Pendidikan Terakhir :
e) Prestasi :
2) Profil Sanggar Sunda Rancage
a) Kapan berdirinya Sanggar Sunda Rancage?
b) Siapa pendirinya?
c) Berapa orang anggota sanggar yang masih aktif?
d) Materi apa saja yang diberikan di Sanggar Sunda Rancage?
e) Prestasi apa saja yang pernah diraih?
3) Asal-usul terciptanya tari Ronggeng Ujungan
a) Bagaimana asal-usul terciptanya tari Ronggeng Ujungan?
c) Apa prestasi yang telah diraih oleh Tari Ronggeng Ujungan?
b. Pedoman wawancara tanggal 25 Januari 2015
1) Bagaimana bentuk tata rias dan tata busana Tari Ronggeng
Ujungan?
2) Apa yang membedakan tata rias dan tata busana tari Ronggeng
Ujungan dengan tari kreasi yang sudah ada?
3) Apa yang menjadi keunikan tata rias dan tata busana tari Ronggeng
Ujungan?
c. Pedoman Wawancara tanggal 14 Februari 2015
1) Bagaimana koreografi tari Ronggeng Ujungan?
2) Apakah dalam setiap gerakan mempunyai makna tertentu?
3) Apa yang menjadi gerak khas pada tari Ronggeng Ujungan?
3. Pedoman dokumentasi
Pedoman dokumentasi merupakan instrumen untuk teknik
menyelesaikan penelitian yaitu dengan cara mencari dokumen-dokumen
penting yang terkait dengan data penelitian yang ada. Pedoman
dokumentasi memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari
datanya.
Untuk melengkapi data-data, peneliti mencari dokumen-dokumen
penting terkait dengan penelitian mengenai tari Ronggeng Ujungan di
Sanggar Sunda Rancage Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka
dalam bentuk arsip gambar, foto, video dan data lain untuk dijadikan
sebagai dokumentasi, serta memperkuat hasil penelitian dengan harapan
dapat mengabadikan bahan yang dibutuhkan dalam penulisan.
E. Prosedur Penelitian
Dalam melakukan penelitian terdapat beberapa tahapan, yaitu:
1. Pra Penelitian
Pra penelitian merupakan tahap awal yang dilakukan dalam melakukan
sesuatu sebelum melakukan penelitian. Adapun tahapan-tahapannya
sebagai berikut:
1.1. Menentukan topik penelitian
Tahap awal dari penelitian yaitu menentukan topik tentang apa
yang akan diangkat dalam penelitian. Melihat dari fenomena yang
terjadi, peneliti akhirnya tertarik dengan tari Ronggeng Ujungan dan
kemudian dijadikan sebagai topik penelitian
1.2. Menentukan judul penelitian
Tahap ke dua yaitu, peneliti membuat rumusan masalah untuk
dikaji dalam penelitian.Setelah mendapatkan rumusan masalah,
peneliti mengajukan beberapa judul kepada dewan skripsi untuk
diseleksi agar mendapatkan judul yang terbaik. Pada akhirnya judul
yang terbaik adalah “Tari Ronggeng Ujungan di Sanggar Sunda Rancage Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka”
1.3. Pengajuan izin penelitian
Menyadari pentingnya untuk menyelesaikan perizinan untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan sehingga mengganggu
jalannya penelitian, peneliti memerlukan surat izin penelitian yang
dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD)
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan pengantar dari
Departemen Pendidikan Seni Tari.
1.4. Menyiapkan perlengkapan penelitian
Bersumber dari pertanyaan penelitian, dapat ditentukan jenis data
apa yang diperlukan. Berdasarkan jenis data tersebut dapat ditentukan
perlengkapan apa saja yang dibutuhkan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian.
2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan yang paling penting
2.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah topik dan judul penelitian
disetujui oleh pihak Departemen Pendidikan Seni Tari FPSD UPI
Bandung.waktu yang diperlukan dalam pengumpulan data ini sekitar
empat bulan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
mewawancarai narasumber, mengobservasi langsung objek penelitian,
mengumpulkan dokumentasi-dokumentasi dan literatur-literatur yang
bergubungan erat dengan objek penelitian.
2.2. Konsultasi dengan Pembimbing
Proses bimbingan dengan pembimbing I dan pembimbing II telah
dilakukan mulai dari pembuatan proposal hingga penyusunan skripsi
sampai menjelang ujian siding.
2.3. Pengolahan data
Untuk mengkaji beberapa informasi dilakukan pengolahan data
dengan cara melengkapi dan memperjelas data yang telah didapatkan.
Data yang telah didapat tersebut kemudian disusun menjadi sebuah
tulisan sehingga data tersebut mendekati kebenaran.
3. Penyusunan Laporan
Setelah semua data terkumpul dan diolah, langkah selanjutnya
adalah menyusun laporan penelitian. Penyusunan laporan dilengkapi
secara bertahap dengan melakukan proses bimbingan kepada pembimbing
I dan pembimbing II. Laporan disusun berdasarkan ketentuan yang telah
ada, yaitu dengan mengacu pada buku karya tulis ilmiah yang diterbitkan
oleh UPI.
F. Analisis data
Pendekatan ini menggunakan pendekatan analisis data yang dilakukan
bersamaan dengan pengumpulan data yang dihimpun sebanyak mungkin
penelitian.Sehingga mengerucut dan merujuk pada data-data yang dibutuhkan
untuk menjawab pertanyaan penelitian.Selain itu analisis data dapat digunakan
untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah.Jika ada, masalah tersebut harus
dirumuskan dengan jelas dan benar. Dalam teknik analisis data, peneliti
menggunakan teknik analisis data menurut Burhan Bungin (2010, hlm. 144)
yang dimaksud dengan teknik analisis data kualitatif adalah:
Strategi analisis data kualitatif, umumnya tidak digunakan sebagai alat mencari data dalam arti frekuensi akan tetapi digunakan untuk menganalisis proses sosial yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta yang tampak dipertemukan itu. Dengan demikian, maka analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan fakta tersebut.
Alasan menggunakan strategi analisis data kualitatif Burhan Bungin
karena data-data yang didapat di lapangan adalah fakta-fakta sehingga
mempermudah dalam menganalisis data. Seluruh data yang telah didapatkan
oleh peneliti selanjutnya akan diuraikan melalui penyususnan satuan,
kategorisasi data serta penafsiran
Menurut Moleong (2006, hlm. 252) menyatakan bahwa:
Penyusunan satuan adalah sepotong informasi terkecil yang mengandung makna yang bulat dan dapat berdiri sendiri terlepas dari bagian yang lain, artinya satuan ini harus ditafsirkan tanpa informasi tambahan selain pengertian umum dalam konteks latar penelitian.
Langkah awal dalam menganalisis data adalah melakukan
penyususnan satuan.Penyusunan satuan yanag dilakukan yaitu dengan
membaca dan mempelajari seluruh jenis data yang sudah terkumpul.Data yang
terkumpul, disusun dan diidentifikasi mana yang lebih penting.Namun pada
tahapan ini, peneliti tidak membuang data walaupun dianggap tidak relevan.
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti tentang tari Ronggeng Ujungan
di Sanggar Sunda Rancage Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka. Dari
bagian terkecil data yang ditemukana akan dikaitkan dengan permasalahan
Selanjutnya ada kategorisasi yang berarti penyusunan kategori.
Basrowi dan Suwandi (2008, hlm. 196) menjelaskan bahwa:
Kategorisasi itu sendiri berupa seperangkat tema yang disusun atas dasar pemikiran, intuisi, pendapat atau kriteria tertentu.
Pada tahapan ini, peneliti mengkategorisasikan data yang telah ada.
Kategorisasi ini dibuat berdasarkan pemikiran dan kriteria data sesuai dengan
permasalahan penelitian yaitu data-data tentang proses terciptanya tari
Ronggeng Ujungan, data-data tentang gerak, kostum dan tata rias tari
Ronggeng Ujungan.
Tahap yang ke tiga dalam analisis data adalah menafsirkan data yang
telah dikategorisasikan.Penafsiran ini harus dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal. Menurut Schaltzman dan Strauss yang dikutip
oleh Basrowi dan Suwandi (2008, hlm. 200), tujuan penafsiran data ialah:
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Dari hasilpengamatansaatobservasi yang didukungolehbukti-buktidan
data yang telahdiuraikanpadababsebelumnya,
penelitimenyimpulkantariRonggengUjunganmerupakantarikreasibarukarenam
erupakanbentukpengembangandarikesenian yang sudahada.
TariRonggengUjungandiciptakanolehNenengAyuAsmiatipadatahun 2013
diciptakanbersumberdarigerak yang sudahada.Tahapan yang
dilaluiNenengAyupadasaatmenciptakantarianinimenggunakanempattahapanya
itueksplorasi, improvisasi, evaluasidan proses hasilataukomposisitari.
DenganrangkaianragamgerakkeseluruhanpenyajiantariRonggengUjungandapat
dikatakanmemilikiwarna yang khas.
AdapunpenyajiantariRonggengUjungandilihatdarikoreografiyaituterins
pirasidariragamgeraktarian yang sudahadapadakesenianUjungan,
SampyongdanJaipongnamundimodifikasisehinggamenghasilkanragamgerakba
ru yang variatif,
sertamenampilkankesanlincahdangagahsebagaipenunjangcerita.
Koreografidikelompokanmenjaditiga, yaiturangkaiangerak yang
menggambarkanpermainanUjungan, rangkaiangerak yang
menggambarkankesenianSampyongrangkaiangerak yang
keseluruhankoreografitariRonggengUjunganterdiridari 31 ragamgerak.
Gerakpokoknyasendirihanyageraksembahan, ritual, silat, gibas, peralihan,
bukaan, gedigdanmincidnamunmemangbeberapagerakanada yang
diulangdandibedakanbentuknyabaikdaritanganmaupunposisi kaki.
Kategorigerakgestureataugerakmaknawiadatigayaitugeraksembahan,
ritualdangibas,
menggunakandesainsimetridanasimetri.Kategorigeraklocomotionataugerakber
pindahtempatdiawakiliolehgerakmincid1, 2, 3, 6,
gedig,danperalihan.Gerakpure movementataugerakmurni yang
tidakdimaksudkanuntukmenggambarkansesuatudiwakiliolehgerakbukaan,
mincid4, 5, dansilat.Desain yang digunakanadasimetridanasimetri
Rias yang
KostumtariRonggengUjunganinitidakterlalubanyak, hanyaapok yang
diberisedikitrenda, tilesebagaikebayanya, celana, sinjangataukain,
sabukkaindan
ian yang lain. Balakutakdibuatimitasikarenajikamenggunakan yang
aslidibutuhkan ritual khusus, jikatidakdikhawatirkanakanterjadihal-hal yang
DalamtariRonggengUjungan, warna yang
dominandipakaibaikdalamkostummaupunriasadalahwarnahijaudankuningkee
masan.Warnahijaudipilihkarenaberdasarkanfilosofiwarnahijaumemilikikesan
yang lembut, sejukdansegar.
SamahalnyadengankeberadaanperempuandalamUjunganmaupunSampyong
yang telahmembawasesuatuhal yang
baru.Warnakuningkeemasandipilihkarenawarnakuningmemilikiartikegembiraa
ndanemasmemilikiartikemakmuransertakemewahan.Kemewahandankegembir
aanbiasanyahadirpadasosokseorangperempuan,
makadariituwarnakuningkeemasandipilihsebagaiwarnakostumdanriastariRong
gengUjungan.
KeberadaanperempuandalamUjungandanSampyongbaiksebagaipemain
maupunsebagaipenghiburmembawapengaruhtersendiri.Di
manapermainanaduketangkasan yang
awalnyahanyadibawakanolehlaki-lakidanterkesanbuaskinimemilikikesanfeminim.RonggengdalamSampyongme
mangcukupberpengaruhterhadapjalannyapermainan, suasana yang
tegangbisasedikitmencairdenganadanyaronggengsebagaipenghibur.Terciptany
atariRonggengUjungansemakinmenguatkanpengaruhtersebut.Sekalipuntariani
nihanyamemilikifungsisebagaihiburan, namuntetapadapesan yang
dibawauntukmasyarakat.MelaluitariRonggengUjungankitabisamengenalUjung
andanSampyongdalambentuklainsehinggakitadapatmelihatsesuatu yang
barutanpameninggalkankesenian yang lama. Selainitu,
tariRonggengUjungandapatmenambahpengetahuankitabahwakiniUjungandan
Sampyongbukansekedarpermainaduketangkasanmiliklaki-laki,
namunperempuanjugamemilikikesempatanuntukmembuktikankekuatansekalig
usmelestarikanwarisanbudaya yang dimiliki.
B. REKOMENDASI
Berdasarkandengankesimpulan di atas,
1. PenelitiSelanjutnya
PenelitiantariRonggengUjunganinihanyadilakukanpadateksdankonteks
tariannyasaja.Tidakmenutupkemungkinanuntukdiadakankembalipenelitiansela
njutnyapadatariinimengenaibagian-bagian yang belumterungkap,
sehinggapenelitianinidapatlebihbermanfaatdanlebihlengkapyang
terungkapsetelahdilakukanbeberapa kali penelitiandenganaspekpeneliatn yang
lain.
2. PemerintahSetempatdanMayrakatSetempat
Pemerintahsetempatdiharapkanlebihseriuslagimemperhatikankeseniant
radisional di daerhanya.Selainituddibuthkan rasa
banggaterhadaptarikreasibarusehinggamampumengembangkanwawasandalam
segibudaya.
3. SanggarSundaRancage
SanggarSundaRancageharuslebihberusahamengenalkankarya-
karyanyakemasyarakatluassehinggatidakhanyadikenalolehkalangan-kalangantertentusaja.TariRonggengUjunganjugabisadimasukkankedalammater
i yang diajarkan di SanggarSundaRancage.
4. DepartemenPendidikanSenitari
Denganadanyalaporanpenelitianini,
DAFTAR PUSTAKA
Rosidawatai, Iin. (2000). Keberadaan Seni Sampyong dalam Masyarakat Desa
Cibodas Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka. (Skripsi).
Bandung: Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan
Indonesia
Ulya, Wilda. (2014). Kajian Etnokoreologi Tari Lage Pangalasan di Sanggar
Pamanah Rasa Pandeglang Banten. (Skrispi). Bandung: Fakultas
Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia
Sedyawati, dkk. (1986). Pengetahuan Elemen Tari dari Beberapa Masalah Tari.
Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta