• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alterasi Dan Mineralisasi Daerah Lebakpeundeuy Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Alterasi Dan Mineralisasi Daerah Lebakpeundeuy Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak Provinsi Banten."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH LEBAKPEUNDEUY KECAMATAN CIHARA, KABUPATEN LEBAK

PROVINSI BANTEN

Nadya Widiyanti1, Ildrem Syafri2, Aton Patonah2 1

Student at the Dept. Of Geological Engineering, Padjadjaran University, Jatinangor, Sumedang

2

Lecturer at the Dept. Of Geological Engineering, Padjadjaran University, Jatinangor, Sumedang

SARI

Daerah penelitian terletak di Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Secara geografi terletak pada koordinat 106° 07' 24.38" BT - 106° 09' 2.21" BT dan 06° 49' 35.66" LS - 06° 47' 57.92" LS. Penelitian dilakukan dengan melakukan pemetaan alterasi. Berdasarkan analisis Secara stratigrafi daerah penelitian terdiri atas batuan terobosan granodiorit. Berdasarkan asosiasi mineral ubahan daerah penelitian terbagi menjadi dua zona, yaitu: zona serisit – klorit dan zona klorit – epidot. Hasil pengamatan mineragrafi terdapat mineral bijih pirit dan kalkopirit secara menyebar (disseminated) dan penggantian (replacement). Daerah penelitian digolongkan dalam endapan sulfida tinggi.

Kata kunci : alterasi, mineralisasi, endapan sulfida tinggi, diseminasi, penggantian.

ABSTRACT

The research area is in Cihara, Lebak, Banten. Geographically, the research area is located at 106° 07' 24.38" - 106° 09' 2.21" E and 06° 49' 35.66" - 06° 47' 57.92" S. This research was done by the alteration mapping. Based on the analysis, a several samples are chosen for petrographic analysis, mineragraphy and PIMA. Based on regional stratigraphic, the research area consists of Granodiorite Intrution. Alteration mineral assemblage the alteration zone can be divided to two zones which are Serisit-Chlorite zone and Chlorite-Epidote zone. Based on mineragraphy observation, there are found ore minerals which are pyrite and chalcopyrite. These minerals formed as disseminated and replacement. The research area is classified to the high sulfidation deposit.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan sebuah

gugusan kepulauan yang secara geologi

terletak dekat dengan zona tumbukan

(subduction) di sebelah selatannya. Proses

tumbukan antara lempeng Australia dan

Eurasia mengakibatkan adanya

aktifitas-aktifitas vulkanisme dan magmatisme yang

terjadi pada sebagian besar daerahnya.

Aktifitas-aktifitas tersebut menjadi salah

satu sumber mineralisasi pada beberapa

daerah.

Untuk menentukan tipe endapan,

karakteristik, dan keterdapatan mineral bijih

maka dilakukan kegiatan pemetaab untuk

mengidentifikasi, menentukan lokasi,

ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas dan

kualitas suatu endapan bahan galian untuk

kemudian dapat dilakukan analisis atau

kajian kemungkinan dilakukannya

penambangan.

Zona Bayah merupakan salah satu

lokasi yang menarik untuk diteliti untuk

mengetahui karakteristik alterasi dan

mineralisasinya. Penelitian difokuskan di

daerah Lebakpeundeuy, Kecamatan Cihara,

Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Secara garis besar penelitian ini

dibatasi oleh beberapa aspek, diantaranya:

Bagaimana tatanan geologi lokal daerah

penelitian, bagaimana tipe dan penyebaran

alterasi pada daerah penelitian, serta

bagaimana endapan mineral pada daerah

penelitian.

Secara administratif, daerah penelitian

termasuk Desa Lebakpeundeuy, Kecamatan

Cihara, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Secara geografis daerah penelitian terletak

pada koordinat 106° 07' 24.38" BT sampai

106° 09' 2.21" BT dan 06° 49' 35.66" LS

sampai 06° 47' 57.92" LS (Gambar 1.1).

GEOLOGI REGIONAL

Menurut Van Bemmelen (1949)

daerah Jawa Barat terbagi menjadi beberapa

jalur utama yang berarah barat timur sesuai

dengan sumbu panjang Pulau Jawa, salah

satunya daerah penelitian termasuk Zona

Pegunungan Bayah.

Menurut Sujatmiko & S.Santosa

(1992) dalam Peta Geologi Lembar

Lewidamar, daerah penelitian termasuk

dalam Formasi Cimapag (Tmc), Granodiorit

(Tomg), Metamorf (Tomm), Formasi

Cikotok (Temv) dan Anggora Batulempung

Formasi Bayah (Tebm). (Gambar 1.2)

METODE PENELITIAN

Secara garis besar, tahap penelitian

dibagi menjadi beberapa tahapan,

diantaranya: tahap pengambilan sampel

(3)

petrografi untuk mendapatkan hasil mineral

ubahan, mineragrafi untuk analisis mineral

bijih dan PIMA untuk menentukan jenis

mineral lempung.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan aspek-aspek morfografi,

morfometri, morfogenetik dan material

penyusun yang terdapat pada daerah

penelitian serta didukung oleh analisi peta

topografi dan DEM, maka pembagian satuan

geomorfologi daerah penelitian terbagi

menjadi dua satuan yaitu satuan

geomorfolog perbukitan intrusi agak curam

dan satuan geomorfologi perbukitan intrusi

curam (Gambar 1.3).

Geologi Daerah Penelitian

1. Geomorfologi Daerah Penelitian A. Satuan Geomorfologi Perbukitan Intrusi

Agak Curam : Satuan geomorfologi ini

menempati sekitar 55% dari total luas

daerah penelitian. Karakteristik

morfografi pada satuan ini merupakan

bentuk lahan intrusi agak curam dengan

ketinggian 234 – 360 mdpl dan

sungai-sungai membentuk pola subdendritik dan

subparalel. Analisis morfometri pada

satuan ini menghasilkan kemiringan

lereng yang berkisar antara 13,2 - 20%

dengan kelas relief agak curam. Litologi

penyusun satuan ini adalah batuan

terobosan granodiorit. Genesa

pembentukan satuan ini dipengaruhi oleh

tektonik dan proses eksogen seperti

pelapukan dan erosi.

B. Satuan Geomorfologi Perbukitan Intrusi

Curam : Satuan geomorfologi ini

menempati sekitar 45% dari total luas

daerah penelitian. Karakteristik

morfografi pada satuan ini merupakan

bentuk lahan vulkanik curam dengan

ketinggian 94 – 380 mdpl dan

sungai-sungai membentuk pola subparalel.

Analisis morfometri pada satuan ini

menghasilkan kemiringan lereng yang

berkisar antara 20,4 – 54,7% dengan

kelas relief curam. Litologi penyusun

satuan ini adalah batuan terobosan

granodiorit.

2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Pembagian satuan batuan di daerah

penelitian didasarkan pada ciri litologi yang

didapat dari hasil pengamatan di lapangan

yang meliputi jenis batuan dan

karakteristiknya, keseragaman gejala

litologi, serta gejala lainnya yang berada

dalam tubuh batuan dengan prinsip

vulkanostratigrafi dan litostratigrafi

sehingga penamaan satuan batuan

(4)

resmi yang kemudian disebandingkan

dengan penamaan secara resmi hasil peneliti

terdahulu.

Satuan ini terdiri atas dominasi

granodiorit dan sebagian kecil tuf. Secara

megaskopis granodiorit memiliki warna

segar abu – abu tua, warna lapuk hitam

kecokelatan, sangat keras, leucocratic,

faneritik, subhedral, holokristalin,

inequigranular (Gambar 1.4). Mineral

primer yaitu kuarsa, plagioklas, biotit,

amfibol, piroksen. Mineral sekunder

diantaranya klorit, serisit, epidot, mineral

karbonat, kuarsa sekunder dan mineral

lempung, serta terdapat mineral opak. Tipe

alterasi propilitik dan filik. Dinamakan

Granodiorit Terubah (Streckeisen,1976).

Satuan Granodiorit dari rekonstruksi

penampang, menerobos Satuan tuf kristal,

sehingga umurnya lebih muda dari satuan

Satuan tuf kristal. Satuan batuan ini

disebandingkan dengan Granodiorit Cihara

berumur Oligosen Akhir (Sujatmiko &

S.Santosa, 1992), Lingkungan pengendapan

yaitu darat.

Berdasarkan pengamatan litologi di

lapangan, Satuan Granodiorit ini menerobos

Satuan tuf kristal dengan hubungan

ketidakselarasan nonconformity.

3. Struktur Geologi Daerah Penelitian Struktur geologi yang berkembang di

daerah penelitian terjadi pada kala Oligosen – Miosen, berupa lipatan dan sesar. Sesar mendatar dekstral di selatan daerah

penelitian diduga sebagai zona lemah yang

menyebabkan terjadinya intrusi granodiorit

pada daerah penelitian.

Alterasi Daerah Penelitian

Mineral ubahan (Gambar 1.5) pada

daerah penelitian dapat dilihat pada peta

kerangka alterasi (Gambar 1.6). Penyebaran

manisfestasi mineral ubahan berada pada

bagian baratlaut, timurlaut, selatan, dan

baratdaya daerah penelitian dalam hal ini

kehadiran mineral ubahan tersebut sebagian

besar berada pada batuan terobosan

granodiorit.

Intensitas alterasi di daerah

penelitian semakin kuat pada wilayah

selatan daerah penelitian, dapat dilihat

dengan kehadiran mineral bersuhu tinggi

seperti epidot, alunit. Semakin tinggi suhu

mineral ubahan artinya semakin dekat

dengan sumber.

Berdasarkan asosiasi mineral

ubahannya, daerah penelitian terbagi

(5)

A. Zona Klorit – Epidot

Secara megaskopis, zona alterasi ini

umumnya berwarna abu – abu kehitaman,

terdapat mineral pirit yang tersebar secara

disseminated, sangat keras, dengan

intensitas ubahan sedang. Proses ubahan

yang utama ditunjukan oleh kehadiran

mineral klorit berwarna hijau kekuningan,

relief tinggi, pleokroisme lemah,

subhedral-anhedral dan mineral epidot berwarna

kecoklatan, relief tinggi, ubahan dari

plagioklas.

Keterbentukan mineral klorit dan

epidot menunjukan bahwa zona ini termasuk

ke dalam kelompok mineral calc-silikat

yang terbentuk pada kondisi normal hingga

alkalin (Corbett and Leach, 1996).

B. Zona Klorit – Serisit

Zona ini hadir pada sampel batuan

granodiorit. Proses ubahan yang utama

ditunjukan oleh kehadiran mineral klorit

berwarna hijau kekuningan, relief tinggi,

pleokroisme lemah, subhedral-anhedral dan

mineral serisit berwarna kecoklatan, relief

sedang, anhedral, berserabut, merupakan

ubahan dari plagioklas. Mineral lain yang

hadir adalah mineral kuarsa sekunder tidak

berwarna, relief rendah pleokroisme tidak

ada, nmineral>nmedium, subhedral-anhedral, sudut pemadaman bergelombang

C. Zona Klorit – Serisit – Epidot dan

Mineral Karbonat

Zona ini hadir pada sampel batuan

granodiorit. Proses ubahan yang utama

ditunjukan oleh kehadiran mineral klorit

berwarna hijau kekuningan, relief tinggi,

pleokroisme lemah, subhedral-anhedral,

mineral serisit berwarna kecoklatan, relief

sedang, anhedral, berserabut, merupakan

ubahan dari plagioklas, mineral epidot

berwarna kecoklatan, relief tinggi, ubahan

dari plagioklas, mineral karbonat berwarna

cokelat, relief rendah, pleokroisme tidak

ada, nmineral<nmedium, subhedral – anhedral, hasil ubahan dari plagioklas. Mineral lain

yang hadir adalah mineral lempung dengan

jenis mineral lempung ilit dan halosit.

D. Zona Serisit – Klorit – Kuarsa

Zona ini hadir pada sampel batuan

granodiorit. Proses ubahan yang utama

ditunjukan oleh kehadiran mineral mineral

serisit berwarna kecoklatan, relief sedang,

anhedral, berserabut, merupakan ubahan dari

plagioklas, klorit berwarna hijau

kekuningan, relief tinggi, pleokroisme

lemah, subhedral-anhedral, mineral kuarsa

sekunder tidak berwarna, relief rendah

pleokroisme tidak ada, nmineral>nmedium, subhedral-anhedral, sudut pemadaman

(6)

Pada zona ubahan ini proses

hidrolisis mengambil peranan yang cukup

penting dalam pembentukan mineral serisit,

menurut klasifikasi Sales dan Meyer (1946),

unsur utama SiO2 secara signifikan mengalami pengkayaan SiO2, K2O dan total Fe sedangkan Na2O3, H2o dan CaO mengalami pengurangan unsur.

E. Zona Serisit, Klorit, Mineral Karbonat

Zona ini hadir pada sampel batuan

granodiorit. Proses ubahan yang utama

ditunjukan oleh kehadiran mineral mineral

serisit berwarna kecoklatan, relief sedang,

anhedral, berserabut, merupakan ubahan dari

plagioklas, klorit berwarna hijau

kekuningan, relief tinggi, pleokroisme

lemah, subhedral-anhedral, mineral karbonat

berwarna cokelat, relief rendah, pleokroisme

tidak ada, nmineral<nmedium, subhedral – anhedral, hasil ubahan dari plagioklas.

F. Zona Serisit – Kuarsa

Zona ini dicirikan oleh mineral

serisit berwarna kecoklatan, relief sedang,

anhedral, berserabut, merupakan ubahan dari

plagioklas, mineral kuarsa sekunder tidak

berwarna, relief rendah pleokroisme tidak

ada, nmineral>nmedium, subhedral-anhedral, sudut pemadaman bergelombang.

G. Zona Serisit – Kuarsa – Mineral

Karbonat

Zona ini hadir pada sampel batuan

granodiorit. Proses ubahan yang utama

ditunjukan oleh kehadiran mineral mineral

serisit berwarna kecoklatan, relief sedang,

anhedral, berserabut, merupakan ubahan dari

plagioklas, klorit berwarna hijau

kekuningan, relief tinggi, pleokroisme

lemah, subhedral-anhedral, mineral karbonat

berwarna cokelat, relief rendah, pleokroisme

tidak ada, nmineral<nmedium, subhedral – anhedral, hasil ubahan dari plagioklas.

Tipe Alterasi daerah penelitian

Mengacu pada Corbett and Leach,

1996, tipe alterasi di daerah penelitian

terbagi menjadi dua, yaitu (Gambar 1.7):

A. Tipe Alterasi Propilitik

Pembentukan tipe alterasi propilitik

merupakan tahap perpindahan panas

lanjutan pada kedalaman melting yang lebih

dangkal, terjadi transfer panas selama masa

pendinginan fluida terhadap batuan dinding

yang mengakibatkan terjadinya penurunan

temperatur pembentukan mineral pada

kondisi pH sedikit di bawah netral.

Pembentukan zona propilitik juga

disertai dengan pelepasan volatile magma

(7)

di daerah pembentukan zona propilitik

memiliki tingkat ubahan yang relatif lebih

tinggi. Zona ini ditandai dengan kemunculan

mineral klorit, epidot, serisit dan mineral

karbonat dan diperkirakan terbentuk pada

suhu 2500– 3000C.

B. Tipe Alterasi Filik

Zona ini merupakan kelanjutan dari

transfer panas selama peleburan yang terjadi

di dekat permukaan. Pada tahap ini terjadi

penurunan temperatur dan berkurangnya

derajat keasaman yang diperkirakan akibat

dari air meteoric. Zona alterasi filik ditandai

dengan kemunculan mineral serisit, klorit,

kuarsa dan mineral karbonat dan

diperkirakan terbentuk pada suhu 2000 – 3000C.

Mineralisasi Daerah Penelitian

Mineralisasi merupakan proses

pembentukan mineral atau pengisian batuan

mengandung endapan yang bersifat

ekonomis. Mineralisasi yang berkembang di

daerah penelitian dijumpai pada zona

propilitik. Hampir di setiap litologi batuan di

daerah penelitian terkandung mineral opak

berupa pirit. Di beberapa stasiun terdapat

mineral kalkopirit secara menyebar

(disseminated).

Empat sampel dari daerah penelitian

telah dikumpulkan untuk dilakukan analisis

minegrafi untuk mengetahui jenis mineral

bijih, asosiasi dan paragenesanya. Sampel

yang dikumpulkan berupa batuan yang

secara megaskopis terlihat mengandung

mineral bijih dengan kode sampel N8, N10,

N12 dan N14.

Berdasarkan hasil analisis minegrafi

pada empat sampel tersebut ditemukan

mineral bijih yaitu pirit dan kalkopirit.

Secara keseluruhan paragenesa mineral bijih

di daerah penelitian tumbuh pada dua stage

dimana terdapat penggantian mineral

(replacement) (Gambar 1.8) antara mineral

pirit (stage 1) digantikan dengan kalkopirit

(stage2) (Tabel 1.1).

Sistem Endapan Mineral

Mineral gangue dapat ditentukan

berdasarkan megaskopis maupun

mikroskopis. Mineral gangue yang

ditemukan diantaranya kuarsa, feldspar,

mineral lempung seperti alunit, ilit,

monmorilonit, halosit, karbonat. Hampir

disetiap litologi batuan di daerah penelitian

terkandung mineral opak berupa pirit dan

kalkopirit. Mineral – mineral tersebut

terbentuk secara menyebar (disseminated).

Terdapat penggantian mineral (replacement)

antara mineral pirit digantikan oleh

kalkopirit (Tabel 1.2).

Endapan sulfida tinggi daerah

(8)

batuan terobosan granodiorit; mineral pirit

dan kalkopirit; alterasi batuan yaitu filik dan

bagian luar berupa alterasi propilitik.

Dengan suhu 2000 – 300oC; sumber fluida dominan dari sisa air magmatik, sesuai

dengan ciri endapan epitermal sulfida tinggi

menurut Hedenquist (1992) (Gambar 1.9).

SIMPULAN

Litologi yang terdapat di daerah

penelitian adalah batuan terobosan

granodiorit. Diperkirakan berumur Oligosen.

Batuan granodiorit ini menerobos satuan tuf

yang berumur Eosen.

Berdasarkan asosiasi mineral

ubahannya daerah penelitian terbagi

kedalam tujuh zona, yaitu : zona klorit,

epidot, zona klorit, serisit, zona klorit,

serisit, epidot dan mineral karbonat, zona

serisit, klorit, kuarsa, zona serisit, klorit,

mineral karbonat, zona serisit, kuarsa, zona

serisit, kuarsa, mineral karbonat. Mengacu

pada klasifikasi Corbett and Leach, 1997

termasuk kedalam tipe alterasi propilitik

dengan dominasi mineral klorit dan epidot

serta tipe filik dengan dominasi mineral

serisit dan klorit.

Mineralisasi di daerah penelitian

didominasi oleh mineral pirit secara

disseminated dan sebagian digantikan oleh

kalkopirit. Berdasarkan karakteristik

tersebut termasuk dalam system endapan

epitermal silfida tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Arribas, A., 1995. Epithermal High Sulfidation. Mineralogical

Association of Canada Short Course Vol. 2.

Bateman, A.M., 1950. Economic Mineral Deposits, 2nd ed. Wiley, New York, 916 pp.

Bateman, A.M., 1981, Mineral Deposit 3rd edition, Jhon Wiley and Sons, New York.

Baumann. Paul, 1972, Summary od the stratigraphical result obtained duringthe SW

Java field campaign of Lemigas. Lembaga Minyak Bumidan Bagian Eksplorasi dan

Produksi, Jakarta.

Buchanan, L.J., 1981, Precious metal deposits associated with volcanic environments in the southwest, in

Dickson, W.R. and Payne, W.D., eds., Relationsof Tectonics to Ore Deposits in the Southern Cordillera: Arizona GeologicalSociety Digest, v. 14, p. 237-262.

Corbett, G.J & Leach, T.M., 1996,

(9)

Corbett, G.J., 1996. High Sulfidation Au-Cu-Ag. A workshop presented.

Corbett, G.J., and Leach, T.M., 1998, Southwest Pacific rim gold-copper systems: Structure, alteration and mineralisation: Economic Geology, Special Publication 6, 238 p., Society of Economic Geologists.

Hedenquist, J.W., and Reid, F., 1985, Epithermal gold: Sydney, Earth Resources Foundation, University of Sydney, p. 311.

Leach, T.M., and Muchemi, G.G., 1987, Geology and hydrothermal alteration of the north and west exploration wells in the Olkaria geothermal field, Kenya, in 9th New Zealand

geothermal workshop, 1987, Auckland, New Zealand,

proceedings: Auckland, University of Auckland Geothermal Institute, p. 187-192.

Lindgren, W., 1933, “Mineral Deposit”, McGraw-Hill Book Company, Inc, USA. Pannekoek, A.J., 1946,

Geomorphologische waarnemingen

op het Djampangplateau in West Java : Genootschap, Vol. LXIII, pt. 3, p. 340 - 367.

Pirajno, Franco. 1992. Hydrothermal Mineral Deposit. Jerman : Springer-Verlag.

Raymond, Loren A.. 2000. Petrology: The Study of Igneous Sedimentary and Metamorphic Rocks Second Edition. McGraw-Hill Higher Education: New York.

Schmid, R., 1981, Descriptive nomenclature and classification of pyroclastic deposits and fragments:

Recommendations of the IUGS Subcommission on thesystematics of igneous rocks. Geology, 9, 41−43.

Sujatmiko, Santoso, S.. 1992. PetaGeologi Lembar Leuwidamar, Jawa. Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi (P3G), Bandung.

(10)

Gambar 1.1 Lokasi daerah penelitian

Gambar 1.2 Peta geologi regional daerah penelitian bagian dari peta geologi regional Lewidamar menurut Sujatmiko & S.Santosa (1992)

Metamorf (Tomm)

Formasi Cikotok (Temv)

Anggota Batulempung Formasi Bayah (Tebm) Formasi Cimapag (Tmc)

(11)

Gambar 1.3 Peta Geomorfologi Daerah Penelitian

(12)

Gambar 1.6Peta Kerangka Alterasi Daerah Penelitian

Gambar 1.5 memperlihatkan kehadiran mineral klorit, serisit, epidot dan mineral karbonat

Klorit

Serisit

Epidot

(13)

Gambar 1.7 Peta Zonasi Alterasi Daerah Penelitian

Gambar 1.8 Sayatan poles sampel granodiorit N8

Pirit

(14)

Mineral Bijih (Ore) Stage I Stage II Pirit

Kalkopirit

Tabel 1.2 Karakteristik endapan epitermal sulfidasi tinggi daerah Lebakpeundeuy Host Rock Granodiorit

Bentuk

Endapan Diseminasi dan menggantian mineral bijih

Kontrol

struktur Struktur geologi dan porositas batuan Tipe Alterasi Propilitik dan Filik

Mineral Bijih Pirit dan kalkopirit

Mineral

gangue

Kuarsa, klorit, alunit, montmorilonit, ilit, serisit, halosit, epidot, mineral karbonat

Gambar 1.9 Perkiraan posisi endapan alterasi dan mineralisasi daerah penelitian, mengikuti model tipe endapan epitermal menurut Buchanan (1981)

Tabel 1.1 Stage pembentukan mineral bijih (ore)

Gambar

Gambar 1.1     Lokasi daerah penelitian
Gambar 1.3 Peta Geomorfologi Daerah Penelitian
Gambar 1.5 memperlihatkan kehadiran mineral klorit, serisit, epidot dan mineral karbonat
Gambar 1.8 Sayatan poles sampel granodiorit N8
+2

Referensi

Dokumen terkait

Endapan porfiri pada daerah penelitian yaitu berada pada batuan porfiri granodiorit, dengan mineral alterasi yang muncul adalah kuarsa, serisit, klorit, epidot,

Berdasarkan zona kumpulan mineral alterasi hidrotermal, mineral sulfida, analisis geokimia dan temperatur inklusi fluida, maka alterasi dan mineralisasi BWS-H01 diinterpretasi

Atas dasar analisis tersebut di atas maka penyusun berasumsi bahwa UUP masih belum bisa menjadi undang-undang yang represen- tatif, karena masih memiliki

Kegiatan inti, (1) siswa dibagikan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari seorang ketua, (2) guru menjelaskan pokok bahasan yang akan dipelajari; (3) guru

Syariah Kantor Cabang Banjarmasin.. Usaha produktif dan memerlukan modal yang dikelola para fakir dan/ atau miskin. Kelompok usaha yang dikelola bersama anggota

--- Bahwa disamping itu terdakwa telah pula melakukan perbuatan melawan hukum bersama dengan Nirwansyah, SP, MSi bekerja sama dengan memanipulasi data-data untuk

Hubungan antara berat jenis tanah, berat volume tanah dan porositas tanah dengan struktur tanah yaitu berat jenis tanah kita tahu bahwa semakin tinggi berat jenis tanah

Sebagai kementerian yang bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, Kemendikbud juga harus dapat menjadi pelopor dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan