• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

1. Hasil Belajar Peserta didik ranah Kognitif

Hasil belajar ranah kognitif dilakukan dalam bentuk tes akhir yang diberikan kepada kelas sampel yang tujuannya untuk melihat kemampuan peserta didik dalam menjawab soal tes akhir. Tes akhir yang diikuti oleh peserta didik sebanyak 57 peserta didik, yang terdiri dari 30 orang kelas ekperimen dan 27 orang kelas kontrol karena peserta didik yang 3 orang lagi ikut PASKIPBRAKA dan dikarantina jadi tidak bisa mengikuti proses pembelajaran. Soal tes akhir berbentuk tes objektif yang terdiri 25

butir soal. peserta didik diberi waktu 60 menit untuk mengerjakan soal tersebut.

Untuk lebih jelasnya data ini juga untuk persentase ketuntasan peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat pada tabel 4.14 dan dinyatakan dalam bentuk gambar

Tabel 4.14. Persentase Ketuntasan Kelas Sampel

Kelas Tuntas Tidak

Tuntas

Eksperimen 57% 43%

Kontrol 37 % 63%

Gambar 4.1. Persentase Ketuntsan Hasil Belajar Peserta didik pada Ranah Kognitif (a) Kelas Eksperimen (b)Kelas Kontrol Berdasarkan data tes akhir pada bagian deskripsi data dan analisis data diatas terlihat bahwa hasil belajar fisika peserta didik kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan oleh nilai tertinggi 96, nilai terendah 36 dan rata-rata kelas eksperimen adalah 72,00. Sedangkan kelas kontrol nilai tertinggi adalah 92, nilai terendah 32 dan nilai rata-rata 62,22. Persentase ketuntasan hasil belajar yang diperoleh peserta didik pada kelas eksperimen 57 % dan kelas kontrol memperoleh ketuntasan sebesar 37%. Perbedaan hasil belajar kelas ekperimen dan kontrol cukup signifikan. Hal ini terlihat ketika proses pembelajaran pada kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran

57% 43%

kelas eksperimen

tuntas tidak tuntas

37% 63%

kelas kontrol

tuntas tidak tuntas

68

discovery learning berbantuan handout sedangkan pada kelas kontrol menerapkan model pembelajaran cooperative tipe jigsaw. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 4.2.

0 20 40 60 80 100 Nilai rata-rata tertinggi terendah 1 EKSPERIMEN 2 KONTROL

Gambar 4.2. Nilai Rata-rata, Nilai Tertinggi, dan Nilai Terendah Kelas Sampel dan Eksperimen

Hasil belajar merupakan proses pemberian nilai kepada peserta didik atau gambaran kemampuan peserta didik dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Sehingga, untuk mencapai hasil yang diharapkan, tentu sudah selayaknya guru untuk merancang skenario pembelajaran yang bervariasi, menarik dan bermakna. Berdasarkan Gambar 4.2 hasil penelitian dapat dilihat bahwa hasil belajar peserta didik menggunakan model pembelajaran discovery learning berbantuan handout lebih baik dari pada hasil belajar peserta didik menggunakan pembelajaran konvensional (Cooperative tipe jigsaw). Adapun faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar peserta didik kelas kontrol adalah seperti berikut ini:

Pertama, peserta didik lebih termotivasi dan rasa ingin tahu yang tinggi dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat terlihat ketika guru memberikan pernyataan kepada peserta didik tentang fenomena-fenomena tentang materi yang akan dipelajari dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang dapat meransang keingin tahuan peserta didik

untuk menyelidikinya. Oleh karena ini peserta didik akan termotivasi menemukan konsep sendiri. Contohnya model discovery learning mempunyai kelebihan dapat mengembangkan potensi intelektual peserta didik, meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik dan memotivasi peserta didik untuk terus berusaha menemukan sesuatu sampai ketemu, melatih keterampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih peserta didik untuk dapat mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data sendiri. Hal ini sesuai dengan teori dalam jurnal (Hadiono, 2016:3) Motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi merupakan faktor dari dalam diri peserta didik yang mempengaruhi keinginannya untuk melakukan proses pembelajaran. Motivasi sangat penting dalam proses pembelajaran, untuk mencapai suatu keberhasilan proses belajar peserta didik. Karena setiap peserta didik pasti memiliki kebutuhan dan keinginan untuk mencapai tujuan tersebut. Motivasi sebagai penggerak untuk mencapai tujuannya, sehingga apabila motivasi tersebut tidak ada secara tidak langsung proses pembelajaran tidak akan maksimal dan menjadi lemah.

Kedua, peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada saat guru telah membagikan bahan ajar berupa handout kepada tiap peserta didik. peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya tentang fenomena-fenomena yang terkait materi yang akan dipelajari. Kemudian guru membagi peserta didik ke dalam 5 kelompok untuk menemukan konsep sendiri dengan cara mengerjakan kegiatan peserta didik untuk menjawab pertnyaan-pertanyaan yang ada pada handout pertama, sedangkan pada handout kedua peserta didik mengumpulkan data dengan cara percobaan tentang alat ukur yang ada pada kegiatan peserta didik. Sedangkan pada handout ketiga peserta didik mengumpulkan data dengan mengerjakan kegian peserta didik dan melakukan percobaan pengukuran berulang menggunakan mikrometer sekrup. Sehingga setiap peserta didik menjadi lebih aktif dalam

70

pembelajaran agar bisa memiliki banyak pengetahuan dalam belajar dan peserta didik dapat menemukan konsep sendiri. Setelah selesai melakukan diskusi kelompok, peserta didik mengumpulkan hasil diskusi perkelompok lalu diacak, bagi peserta didik yang terpilih diminta untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompok. Kemudian bagi kelompok yang tidak terpilih memberikan tanggapan terhadap kelompok yang tampil dalam mempresentasikan hasil diskusi. Hal ini sesuai dengan teori (Widia, 2014:3) Pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran peserta didik aktif dalam menemukan konsep sendiri diantaranya adalah model discovery. Penerapan model discovery learning menuntut peserta didik lebih aktif untuk membaca, mencari informasi, serta pengetahuan untuk pemecahan masalah yang diberikan guru. Sehingga peserta didik mempunyai pengetahuan, ingatan dan pemahaman terhadap materi yang dipelajari jauh lebih lama dibandingkan dengan peserta didik memperoleh informasi hanya dari guru.

Ketiga, dengan penggunaan bahan ajar berupa handout peserta didik menjadi lebih mudah memahami materi yang dipelajari karena peserta didik sudah mempunyai buku pegangan sebagai acuan untuk kegiatan proses belajar mengajar. Peserta didik lebih mudah dalam pemahaman konsep tentang materi yang dipelajarinya. Handout merupakan bahan ajar sederhana yang mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. Dengan menggukan handout ini proses pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik dan dapat meningkatkan minat belajar peserta didik. Dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning berbantuan handout ini preses pembelajaran tidak terfokus kepada guru akan tetapi proses pembelajaran terfokus kepada peserta didik, pembelajaran tidak monoton lagi akan tetapi lebih bervariasi. Hal ini sesui dengan ungkapan Rahmayani (2013:2) tujuan dari membuat bahan ajar adalah menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni

bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan lingkungan sosial peserta didik, membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh dan memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Bahan ajar yang digunakan untuk melengkapi bahan ajar yang mempunyai kekurangan dalam proses mencapai tujuan dalam proses pembelajaran yang bisa disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, jenis materi pelajaran, kondisi lingkungan dan dapat memotivasi serta meningkatkan minat belajar peserta didik pada pelajaran fisika yaitu bahan ajar berupa handout. Hal ini sesui dengan teori tentang handout. Handout menurut jurnal (Sari, 2014:2) merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak yang dapat berisi pernyataan, uraian materi, contoh soal, kegiatan peserta didik, tugas, serta bahan referensi yang telah disiapkan oleh pendidik.

Keempat, dengan penerapan model pembelajaran discovery learning berbantuan handout guru menjadi lebih mudah mengetahui bagaimana pemahaman konsep peserta didik terhadap meteri yang telah disampaikan. Sehingga guru dapat mengetahui materi mana yang tergolong sulit untuk dipahami peserta didik dan harus diberikan penekanan saat menjelaskan atau review pada bagian penutup pembelajaran. Guru juga dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran dari preses pembelajaran berlangsung. Hal ini sesui dengan jurnal Kristin (2016:3) Hasil belajar merupakan puncak dari keberhasilan belajar peserta didik terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hasil belajar peserta didik dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku). Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahuinya; misal konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

72

Pada kelas kontrol juga menggunakan model pembelajaran cooperative tipe jigsaw. Dengan pengunaan model pembelajaran cooperative tipe jigsaw, pembelajaran pada kelas kontrol sudah menggunkan pendekatan saintifik akan tetapi bahan ajar untuk peserta didik kurang sehingga menimbulkan kurangnya minat dan ketertarikan dalam proses belajar mengajar. Diawal pembelajaran guru menjelaskan materi kepada peserta didik. Peserta didik hanya memperhatikan apa yang dijlelaskan oleh guru tanpa menjawab atau mengajukan pertanyaan. Sehingga selama proses pembelajaran peserta didik kurang kritis terhadap materi yang disampaikan, peserta didik lebih cenderung menerima saja apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini membuat kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Dapat dilihat ketika diberikan suatu soal atau tes sedikit sekali peserta didik yang dapat menjawab secara tepat dan benar.

Hasil belajar peserta didik meningkat juga disebabkan karena pembelajaran telah berubah dari paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru kepada pembelajaran yang menekankan pada aktifitas peserta didik untuk menemukan konsep sendiri dengan cara percobaan. Hal tersebut dapat jelaskan bahwa model pembelajaran discovery learning mengajarkan kepada peserta didik agar lebih aktif, lebih mandiri dan lebih paham untuk memecakan persoalan-persoalan dalam proses pembelajaran. Karena pendidik dalam kurikulum 2013 sebagai fasilitator. Model pembelajaran discovery learning dapat memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tangggung jawab individu. Secara umum peserta didik dengan penerapan model pembelajaran discovery learning menunjukkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang pembelajarannya menerapkan model pembelajaran cooperative tipe jigsaw. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran discovery learning berbantuan handout dapat memberikan hasil yang positif dalam peningkatan hasil

belajar fisika peserta didik pada ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor di kelas X MIPA SMAN 7 Sijunjung, hal ini diungkapkan oleh Wahyudi (2018:3) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar juga terlihat dari proses belajar mengajar yang menjadikan peserta didik adanya perubahan kemampuan berpikirnya, keterampilannya dan sikap atau perilaku dan ke arah positif yang relatif permanen pada peserta didik. 2. Hasil Belajar Peserta Didik Ranah Afektif

Berdasarkan analisis data hasil observasi ranah afektif pada kelas eksperimen dapat terlihat dengan penerapan model pembelajaran discovery learning berbantuan handout terbukti lebih baik dari pada penerapan model pembelajaran cooperative tipe jigsaw pada kelas kontrol. Untuk nilai rata-rata ranah afektif pada setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 4.3, terlihat nilai rata-rata setiap aspek pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Berikut ini adalah hasil belajar peserta didik pada ranah afektif:

Pertama jujur, pada aspek jujur dinilai bagaimana peserta didik mampu menerapkan sikap jujur dalam proses pembelajaran. Pada aspek ini, nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen adalah 76 sedangkan kelas kontrol adalah 69. Perbedaan nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol pada aspek ini disebabkan karena pada kelas eksperimen dengan adanya bahan ajar berupa handout peserta didik menjadi lebih jujur dalam pembelajaran. Peserta didik mengerjakan latihan yang ada pada handout untuk mengetahui sejauh mana pemahamannya terhadap meteri pelajaran tanpa mengandalkan orang lain. Saat bekerja dalam kelompok peserta didik mengerjakannya tidak dengan cara mencontek kepada teman, melainkan peserta didik berusaha mencari dan menemukan solusi dari kegiatan peserta didik yang ada dalam handout. Sedangkan pada kelas kontrol peserta didik saat mengerjakan tugas lebih banyak yang mencontek hasil kerja teman yang paham. Hal ini terbukti

74

saat dilakukan penilaian teerhadap tugasnya banyak ditemukan peserta didik yang asal tulis saja, ada yang menuliskan rumusnya salah, satuannya tidak jelas dan banyak yang tidak membuat satuannya, bahkan hasil perkaliannya pun masih salah, padahal perkaliannya masih tingkat puluhan.

Kedua Disiplin berhubungan dengan tindakan yang menunjukkan prilaku tata tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen pada aspek ini adalah 74 sedangkan kelas kontrol 66,63. Hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen peserta didik memiliki tugas masing-masing dalam kelompok diskusi sehingga mereka merasa disiplin dalam menyelesaikan tugas tersebut. Tidak hanya dalam mengerjakan tugas saja peserta didik disiplin akan tetapi ketika bel masuk berbunyi kelas eksperimen langsung berbaris didepan kelas dengan tertib dan rapi, jarang peserta didik yang terlambat. Sedangkan pada kelas kontrol peserta didik masih banyak yang mencontoh dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sedangkan kalau bel sudah berbunyi peserta didik masih banyak yang duduk di dalam kelas sebelum guru yang akan mengajar tiba di depan kelas. Sesuai dengan model pembelajaran discovery learning peserta didik memiliki disiplin yang sama dalam pembelajaran.

Adapun hal yang menyebabkan kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol ialah, pada kelas eksperimen peserta didik memang melakukan kegiatan disiplin dengan anggota kelompok dan itu terbukti pada saat mengerjakan kegiatan peserta didik dalam handout. Ada saat pengambilan data peserta didik berbagi tugas dalam kelompok masing-masing. Sedangkan pada kelas kontrol, itu kebanyakan dari mereka hanya beberapa orang saja yang bekerja dan yang lain cenderung bermain-main dan tidak serius mengikuti diskusi kelompok. Sehingga kerja sama dan disiplin peserta didik kurang antara kelompok pada kelas kontrol kurang terjalankan dengan baik.

Ketiga bertanggung jawab, berkaitan dengan pemberian nilai dimana peserta didik mampu menghargai suatu pendapat orang lain yang berkaitan dengan sikap peserta didik dalam memberikan jawaban dan penyelesaian tugas. Rata-rata yang diperoleh oleh kelas eksperimen 73,66, sedangkan pada kelas kontrol 67. Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Perbedaan nilai ini disebabkan oleh pada kelas eksperimen peserta didik harus mampu memberikan masukan atau sanggahan tentang apa yang dipresentasikan oleh kelompok yang tampil. Dan dalam kerja kelompok semua peserta didik harus bertanggung jawab dengan tugas kelompoknya, karena dalam presentasi peserta didik yang akan tampil ditentukan oleh guru, sehingga semuanya harus menguasai tugas tersebut. Dengan cara yang seperti ini peserta didik menjadi lebih bertanggung jawab terhadap kewajibannya, yaitu tugas individu dan tugas kelompok. Sedangkan pada kelas kontrol peserta didik lebih banyak melimpahkan tanggung jawab kepada teman yang dianggap lebih pintar untuk menyelesaikan, sehinggga semua penyelesaian tugas diserahkan kepadanya.

Pada umumnya rata-rata peserta didik sudah memiliki sikap yang baik terhadap guru maupun terhadap sesama peserta didik yang lain. Pada Tabel 4.3 terlihat perbedaan antara kelas eksperimen dan kontrol, hal ini mungkin dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan disebut dengan faktor luar yang mempengaruhi sikap peserta didik. Jadi hasil belajar peserta didik pada ranah afektif dengan penerapan model pembelajaran discovery learning berbantuan handout pada kelas eksperimen lebih baik dari pada penerapan pembelajaran konvensional (cooperative tipe jigsaw) pada kelas kontrol.

Keempat santun berhubungan sikap sopan santun peserta didik dalam berdiskusi baik dengan anggotanya maupun dengan kelompok lain, sopan santun terhadap guru, teman sejawat. Rata-rata nilai kelas ekperimen 74,33 rata-rata kelas kontrol adalah 66. Rata-rata kelas ekperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Perbedaan nilai ini

76

disebabkan pada kelas eksperimen peserta didik memiliki sopan santun berbicara saat berdiskusi, saat persentase, dan sopan kepada guru, teman. Sedangkan untuk kelas kontrol peserta didik juga sopan akan tetapi kurang menghargai kelompok lain saat berdiskusi, kelompok yang tidak tampil banyak yang berbicara dengan teman kelompoknya masing-masing.

Kelima Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai keberagaam latar belakang, pandangan dan keyakinan. Nilai rata-rata peserta didik pada kelas ekperimen 73, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol 65. Nilai rata-rata kelas ekperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hal ini karena kelas ekperimen menghargai sikap dan tindakan yang dimiliki oleh peserta didik yang lain, peserta didik juga tidak membeda-badakan latar belakang, suku, ras dan keyakinan. Pada kelas kontrol peserta didik juga tidak membeda-bedakan teman terkait latar belakang, suku, ras dan keyakinan. Akan tetapi sikap sesama peserta didik kurang menghargai terlihat ketika peserta didik yang lain sedang mempersentasikan hasil diskusi kelompok peserta didik yang lain banyak yang tidak mendengarkan apa yang dijelaskan teman yang sedang tampil di depan kelas.

Dokumen terkait