• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Analisa Pola Asuh Anak Pada Keluarga Miskin Di Desa Goyudan Salah satu fungsi keluarga ialah fungsi sosialisasi atau pendidikan. Fungsi ini adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak, sehingga adanya hal tersebut terbentuklah kepribadian anak. Dalam suatu keluarga, anak-anak mendapatkan segi utama dari kepribadiannya, seperti tingkah laku, kemudian budi pekerti, sikap, dan reaksi emosional. Jadi dengan kata lain, anak-anak harus belajar norma-norma mengenai apa yang bersifat baik baginya dan norma-norma yang tidak layak di dalam masyarakat.

Seperti yang sudah di jelaskan pada bab sebelumnya mengenai pola asuh pada keluarga miskin di Desa Goyudan, maka pada bagian ini peneliti akan memaparkan pembahasan dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Elizabeth B. Hurlock yang membagi 3 polaasuh yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik anak- anaknya yaitu pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh demokratis. Dari beberapa macam pola asuh tersebut secara garis besar dapat dijelaskan bahwa perbedaan sikap dan nilai-nilai dalam pola

asuh dapat mempengaruhi cara mendidik anak. Pengaruh sikap dan nilai-nilai dapat dipengaruhi dari beberapa sebab yaitu lingkungan hidup, pekerjaan, situasi keluarga, dan norma-norma yang berlaku di lingkungannya. Dari beberapa hal yang dapat mempengaruhi orang tua dalam mendidik anak setiap orang tua berharap cara yang dilakukannya adalah yang terbaik buat anak.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh anak yang dominan digunakan oleh warga kurang mampu di desa Goyudan adalah pola asuh otoriter dan pola asuh permisif. Ada beberapa sebab yang mepengaruhinya, antara lain dikarenakan kemiskinan yang mereka alami, kemudian rata-rata pendidikan masyarakat di Desa Goyudan yang rendah sehingga membuat pola pikir orang tua tidak maju serta kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anak. Karena dengan memahami pendidikan maka akan berpengaruh terhadap pola piker serta kehidupan mereka.

Pola asuh permisif merupakan sebuah pola asuh yang cenderung member kebebasan kepada anak yang akhirnya akan memunculkan rasa manja pada diri anak. Kebebasan yang diberikan orang tua tidak diikuti dengan tindakan mengontrol atau menuntut anak untuk menampilkan perilaku tertentu. Kesibukan dan pendidikan yang kurang dari keluarga tersebut cenderung permisif dan selalu membiarkan segala tindakan yang dilakukan oleh ananknya dan

mengakibatkan perilaku menyimpang seperti pergaulan bebas atau hamil diluar nikah, mabuk-mabukan. Pada keluarga ini tidak terdapat hukuman, larangan, kebijakan, maupun kedisiplinan, sehingga anak akan sulit untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk begitupun dengan perilakunya. Anak akan berperilaku semaunya tanpa memikirkan adanya hukuman yang akan diberikan oleh orang tua. Penerapan pola asuh permisif pada keluarga miskin dilatar belakang oleh kondisi yang mendorong orang tua menerapkan pola asuh ini. Kondisi yang melatar belakangi hal tersebut dapat berasal dari diri orang tua sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Pola asuh ini memberikan kebebasan pada anak dalam membentuk karakter tanpa ikut campur tangan orang tua. Sikap orang tua pada pola asuh permisif membebaskan anaknya. Akibatnya anak tumbuh menjadi anak yang agresif dan antisosial. Anak akan membentuk karakter atau kepribadian sesuai dengan cara penerapan pola asuh yang diterapkan orang tua pada saat proses perkembangan anak. Anak harus diberikan perhatian dan kasih sayang.

Selain menggunakan pola asuh permisif, orang tua di Desa Goyudan juga menggunakan pola asuh otoriter. Pola asuh otoriter ditandai dengan hubungan orang tua dan anak tidak hangat, sering menggunakan kekerasan dalam mengasuh anaknya, misalnya dengan menggunakan hukuman seperti yang telah dilakukan oleh keluarga tersebut. Keluarga tersebut merupakan keluarga yang memiliki

pendidikan yang cukup, akan tetapi belum bisa mendidik anak dengan benar, belum mengerti keadaan dan kebutuhan anak. Orang tua lebih banyak memberikan hukuman dibandingkan dengan nasehat, orang tua juga tidak bijaksana dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya, mereka menyamaratakan usia anak, dan tidak musyawarah. Pada saat bersamaan, anak dipaksa untuk selalu patuh pada nilai-nilai orang tua, orang tua berusaha membentuk tingkah laku anak sesuai dengan tingkah laku mereka, anak dituntut mempunyai tanggung jawab seperti orang dewasa seperti orang dewasa sementara hak anak sangat dibatasi.

Pola asuh dengan orang tua yang memiliki aturan-aturan yang ketat, memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya sebagai orang tua, serta keterbatasan anak dalam bertindak yang biasanya menggunakan hukuman dan pengekangan, sehingga anak akan membuat perasaan anak menjadi terpukul serta persaan marah terhadap orang tua yang membuat kecewa. Dalam komunikasi terhadap anak pun menjadi kurang baik dengan anaknya sehingga, anak mudah stres dan mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar yang bebas.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penelitian terhadap warga miskin di desa Goyudan sebagian besar tidak ada yang menggunakan pola asuh demokrasi hanya beberapa keluarga yang orang tuanya miskin tapi mempunyai kemauan untuk menyekolahkan anaknya sampai kejenjang pendidikan yang anak inginkan. Sehingg

aanak menjadi lebih mempunyai sikap percaya diri dalam menenpuh masa pendidikannya. Anak juga memiliki rasa tanggung jawab yang besar saat bersekolah. Dalam Pola asuh demokrasi anak memiliki kesempatan luas untuk mendiskusikan segala permasalahan- permasalahannya dengan orang tua. Sedangkan orang tua bersedia untuk mendengarkan apa yang menjadi keluhan anak sekaligus memberikan pandangan atau pendapat anaknya. Sehingga pendapat dan keinginan anak dihargai oleh orang tua. Orang tua selalu memperhatikan bagaimana perkembangan anak-anaknya, kemudian saling terbuka dan mau mendengarkan saran serta kritik dari anak. Jadi secara sederhana orang tua mendukung sekaligus memberikan penjelasan atas perintah atau keputusan yang diberikanya. Orang tua mendorong anak untuk dapat mandiri berdiri sendiri semua keinginan dibuat berdasarkan persetujuan antara orang tua dengan anak. Keputusan yang di ambil adalah keputusan bersama, antara anak dan orang tua. Jadi, anak memiliki rasa percayadiri, memiliki orientasi pestasi dan mampu mengendalikan diri mereka masing-masing.

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa peranan keluarga miskin di Desa Goyudan sangat besar, hal tersebut terbukti dari sikap orang tua dalam mendidik anak-anaknya yang cukup keras, sehingga berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak. Sikap orang tua dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari sikap orang tua yang

menanamkan sikap keras terhadap anak seperti mengajarkan rasa hormat kepada orang yang lebih tua, arahan dan teguran kepada anaknya ketika anak melakukan kesalahan dan bahkan tidak segan- segan untuk memukul anaknya jika anak melakukan hal-hal yang dianggap salah atau anak melakukan hal-hal yang dianggap kurang sopan oleh orang tua.

Harapan kedepan dari masyarakat di Desa Goyudan adalah ingin memperbaiki kualitas hidup agar lebih baik dari sekarang. Jadi untuk dapat memperbaiki kualitas yang lebih baik maka pendidikan sejak dini harus diperbaiki terlebih dahulu yaitu dengan cara pola asuh yang tepat dan pemahaman tentang pentingnya pendidikan bagi generasi muda dimasa yang akan datang.

BAB V PENUTUP

Dokumen terkait