• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Sebelum Sesudah

Gambar 56 Revisi Akhir Kemasan Kotak dan Alat Peraga

B. Pembahasan

Penelitian dan pengembangan didefinisikan sebagai suatu metode untuk mengembangkan suatu produk, baik itu yang belum ada ataupun yang telah ada yang dikembangkan melalui suatu proses yang sistematis. Proses dalam penelitian pengembangan meliputi mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi isi dan strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien. Adapun penelitian pengembangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk berupa modul matematika bangun ruang dengan pendekatan Montessori untuk kelas V SD.

Penyusunan modul yang dikembangkan ini didasari oleh permasalahan yang ditemukan peneliti dalam pembelajaran Matematika di kelas V SD N Tukangan Yogyakarta. Salah satu permasalahan yaitu adanya keterbatasan waktu dan tenaga guru dalam memaksimalkan pembelajaran dengan kemampuan belajar siswa yang berbeda. Oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas pembelajaran yang dapat membantu siswa melaksanakan pembelajaran mandiri sesuai kemampuan masing-masing. Modul matematika pendekatan Montessori bangun ruang untuk kelas V SD

135

merupakan modul materi bangun ruang yang disertai alat peraga praktis, sehingga dapat berfungsi sebagai bahan ajar mandiri bagi siswa.

Langkah-langkah pengembangan modul pembelajaran ini mengacu pada prosedur pengembangan Borg dan Gall (1983: 775) yang terdiri atas sepuluh langkah pengembangan, yaitu: Research and Information Collecting, Planning, Develop Preminary Form of Product, Preliminary Field Testing, Main Product Revision, Main Field Testing, Operational Product Revision, Operational Field Testing, Final Product Revision dan Dissemination and Implementation. Namun, pada penelitian ini tahapan yang dilakukan hanya sembilan tahap yaitu Research and Information Collecting, Planning, Develop Preminary Form of Product, Preliminary Field Testing, Main Product Revision, Main Field Testing, Operational Product Revision, Operational Field Testing, dan Final Product Revision. Tahapan kesepuluh tidak dilaksanakan karena adanya keterbatasan waktu dan biaya dari peneliti untuk menjalankan tahap tersebut.

Modul matematika ini menekankan pembelajaran mandiri dan learning by doing disusun berdasarkan pendekatan Montessori. Pembelajaran mandiri disertai kegiatan aktif dan alat peraga sesuai dengan perkembangan siswa kelas V sekolah yang pembelajarannya lebih bermakna menggunakan benda-benda konkret. Pembelajaran seperti menggunakan alat peraga sesuai dengan pendapat Marsh bahwa selayaknya pembelajaran siswa yang berada pada usia kanak-kanak akhir harus menggunakan barang-barang yang konkret agar sesuai dengan perkembangannya (Izzaty, 2013: 116). Pada tahap uji coba siswa melakukan pembelajaran mandiri sesuai instruksi modul, menggunakan alat peraga,

136

mengerjakan soal, maupun mengoreksi pekerjaannya secara mandiri. Sedangkan guru bertindak sebagai pendamping siswa dan fasilitator. Pembelajaran mandiri menurut Daryanto merupakan salah satu fungsi modul yaitu menyediakan sumber belajar mandiri bagi siswa (Daryanto, 2013: 9). Pembelajaran mandiri juga merupakan ciri khas pendekatan Montessori (Magini, 2013: 54).

Pada proses uji coba baik uji coba awal, uji coba lapangan utama, maupun uji coba apangan operasional siswa sangat antusias dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini sesuai pemaparan Izzaty (2013: 115) bahwa siswa pada usia masa kanak-kanak akhir memiliki sifat ingin tahu. Pembelajaran mandiri menjadikan siswa sibuk melaksanakan pembelajaran menggunakan modul dengan kecepatan belajarnya. Pada proses uji coba pertama yang melibatkan dua orang siswa, sangat terlihat terdapat kecepatan belajar yang sangat jauh berbeda, dan cara belajar yang berbeda. Salah satu perbedaan yang nampak dari pembelajaran yang dilakukan oleh siswa tersebut adalah siswa yang memiliki kemampuan belajar lebih lambat membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan soal dibandingkan siswa yang memilliki kemampuan belajar lebih cepat. Hasil tersebut menunjukkan keunggulan pembelajaran menggunakan pendekatan Montessori (Montessori, 2013: 25-55) bahwa semua siswa memiliki pengalaman secara langsung, dan semua kegiatan anak bertujuan untuk mencapai tujuan pengajaran yang sedang dilakukan dalam kemampuan siswa masing-masing.

Perbedaan selanjutnya adalah siswa yang memiliki kemampuan belajar lebih lambat menggunakan alat peraga lebih banyak untuk menyelesaikan suatu soal dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan belajar lebih cepat. Hasil ini

137

menunjukkan bahwa dengan adanya modul tersebut siswa didorong untuk melakukan tugas-tugas pembelajaran secara langsung dengan menggunakan bahan-bahan yang disediakan atau bahan-bahan-bahan-bahan di lingkungan sekitar (Montessori, 2013: 55) dan mendukung pendapat Maghini (2013: 52) bahwa manusia itu berhasil bukan karena sudah diajarkan oleh gurunya, tetapi karena mereka mengalami dan melakukannya sendiri. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi menggunakan alat peraga terbatas untuk mengoreksi kembali pekerjaan yang salah. Berdasarkan hasil tersebut, maka hasil pengamatan peneliti mendukung pendapat dari Maghini (2013: 54-55) bahwa alat peraga atau bahan yang telah didesain mampu menjawab kesalahan anak tanpa penjelasan guru, sehingga anak melaksanakan pembelajaran dan kegiatannya sendiri dan dalam pendekatan Montessori tidak ada hukuman, karena tujuan pendidikan dalam Montessori adalah untuk kemadirian anak.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap siswa pada proses uji coba lapangan utama dan operasional terlihat siswa sangat antusias melakukan pembelajaran, karena pembelajaran yang tidak biasa. Siswa senang melakukan pembelajaran yang mengharuskan mereka melakukan suatu kegiatan secara langsung. Namun, berdasarkan respon siswa terlihat bahwa siswa tidak terbiasa dengan pembelajaran yang mengharuskan siswa menemukan konsep, mereka lebih terbiasa dengan pemberian materi, sehingga dalam mengerjakan soal mereka hanya bertugas untuk menyajikan materi yang diterima kembali. Oleh karena itu, dalam proses uji coba produk modul pendekatan Montessori yang mengedepankan learning

138

by doing mereka membutuhkan waktu lebih lama, karena diharuskan menemukan konsep bukan menyajikan kembali konsep yang telah diajarkan.

Berdasarkan deskripsi validitas produk yang telah disajikan, maka produk modul yang dikembangkan telah memenuhi kriteria dan pedoman penyusunan modul dan berdasarkan pendekatan belajar Maria Montessori. Hal ini didukung dengan hasil validasi dari ahli materi dan ahli media yang menyatakan bahwa modul matematika yang dikembangkan sudah sesuai dengan kriteria kelayakan (validitas) dari Daryanto (2013: 9-15). Hasil validasi ahli materi untuk modul matematika yang dikembangkan adalah 3,958 dalam kategori baik. Sedangkan hasil validasi ahli media untuk modul matematika ini adalah 4,667 dalam kategori sangat baik. Dalam semua tahap uji coba mendapatkan kategori baik dari respon siswa. Uji coba lapangan awal menunjukkan respon siswa sebesar 2,73 termasuk dalam kategori baik. Uji coba lapangan utama menunjukkan respon siswa sebesar 2,93 termasuk dalam kategori baik. Uji coba lapangan operasional menunjukkan respon siswa sebesar 2,97 termasuk dalam kategori baik. Modul ini dapat dijadikan sebagai alternatif sumber belajar mandiri untuk pembelajaran matematika bangun ruang kelas V SD.

Dokumen terkait