• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6. Uji Coba Lapangan Utama (Main Field Testing)

Tahap ini menguji produk modul pembelajaran yang telah direvisi. 7. Revisi Produk Operasional (Operational Product Revision)

Pada tahap ini diakukan uji kelayakan desain maupun produk, sehingga menghasilkan desain yang layak baik dari sisi substansi maupun metodologi. 8. Uji Coba Lapangan Operasional (Operational Field Testing)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan uji coba produk di lapangan dengan responden lebih banyak setelah dilakukan revisi.

9. Revisi Produk Akhir (Final Product Revision)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan penyempurnaan terhadap produk akhir setelah dilakukan revisi sebelumnya.

Prosedur penelitian dan pengembangan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.

Penelitian pendahuluan

dan pengumpulan data Perencanaan Pengembangan

produk awal

Uji coba awal

Uji coba lapangan operasional

Revisi hasil uji coba lapangan

utama

Uji coba lapangan utama

Revisi hasil uji coba awal

Uji coba lapangan operasional

47 C. Desain Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan sebagai dasar pengembangan produk yang dihasilkan. Data yang diperoleh dari uji coba digunakan untuk memperbaikki dan menyempurnakan modul pembelajaran yang merupakan produk penelitian ini. Adanya uji coba ini kualitas modul pembelajaran yang dikembangkan benar-benar telah teruji secara empiris. Berikut ini penjabaran mengenai desain uji coba, subjek coba, jenis data,instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

1. Desain Uji Coba a. Uji Coba Awal

Uji coba lapangan awal hanya mengambil beberapa siswa dari kelas V SD N Tukangan, yaitu sebanyak dua orang siswa. Pemilihan jumlah subjek ini berdasarkan model evaluasi pengembangan Dick and Carey (Walter Dick and Lou Carey, 1978: 159-160) bahwa uji coba awal dilakukan dengan uji coba one-to-one sebanyak 2-3 siswa. Karakteristik siswa yang dikenai uji coba awal salah satunya merupakan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata kelasnya, dan lainnya merupakan siswa yang merupakan siswa yang memiliki kemampuan belajar lebih lambat dari siswa di kelasnya. Dalam uji coba lapangan awal penelitian ini melibatkan 2 siswa dengan peringkat pertama dan terakhir dari 24 siswa kelas VA SD N Tukangan.

48 b. Uji Coba Lapangan Utama

Uji coba lapangan utama menurut Dick and Carey (Dick&Lou Carey, 1978: 159-160) merupakan uji coba dengan evaluasi small groups yang melibatkan 10-20 siswa dengan kemampuan yang beragam. Dalam uji coba ini peneliti mengambil 10 orang siswa dengan kemampuan belajar yang beragam. Pemilihan subjek coba dilakukan oleh wali kelas VA SD N Tukangan.

c. Uji Coba Lapangan Operasional

Uji coba lapangan operasional merupakan evaluasi dalam keadaan yang sebenarnya. Uji coba lapangan operasional ini dilakukan sesuai dengan saran Dick and Carey (Dick&Lou Carey, 1978: 159-160) sebanyak jumlah siswa yang ada pada lapangan sebenarnya, yaitu siswa satu kelas dari kelas VB SD N Tukangan yang sebenarnya berjumlah 23 siswa, namun dikarenakan sakit 1 orang siswa tidak dapat mengikuti uji coba. Oleh karena itu, peneliti melibatkan 22 orang siswa dengan kemampuan berbeda dalam uji coba lapangan operasional.

2. Setting dan Subjek Coba

Penelitian pengembangan produk modul pembelajaran bangun ruang dengan pendekatan Montessori untuk kelas V sekolah dasar ini dilakukan di SD Negeri Tukangan. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Tukangan yang berjumlah 34 siswa.

49 3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam media ini adalah: 1. Angket

Angket menurut Widoyoko (2015: 33-34) adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pernyataan atau pertanyaan secara tertulis kepada reponden yang berkepentingan. Dalam penelitian pengembangan angket ditujukan bagi ahli materi, ahli media, dan siswa untuk memperoleh tanggapan tentang produk modul pembelajaran yang dikembangkan.

Pembuatan angket dalam penelitian ini berdasarkan teori untuk mengkaji penyusunan modul dan karakteristik pendekatan Montessori. Angket ahli materi dibuat berdasarkan pengembangan Garis-garis Besar Isi Modul (GBIM) dalam Daryanto (2013: 9-37) mengenai karakteristik modul dan faktor yang melandasi GBIM. Sedangkan karakteristik Montessori dibuat berdasarkan teori pendekatan Montessori. Sebelum digunakan instrumen divalidasi oleh ahli materi yaitu Bapak Petrus Sardjiman, M.Pd dosen matematika jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY. Berikut kisi-kisi angket yang digunakan:

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi

No Aspek Kriteria No. Butir

1. Karakteristik siswa Kesesuaian dengan perkembangan siswa

3, 14 Kemenarikan bagi siswa 9

2. Tujuan Kesesuaian dengan SK, KD,

tujuan pembelajaran

1, 2

3. Penyusunan Materi Keruntutan materi 8, 10

50

Materi kontekstual 4

4. Alat

peraga/media/metode

Kesesuaian alat peraga 6 Kegiatan mandiri siswa 13 7. Prinsip Montessori Learning by Doing 11, 12

Kegiatan siswa terstruktur 16 3 tahap pembelajaran montessori 17

8. Karakteristik Modul Berdiri sendiri 18

Self-Contained 7

9. Daya tarik Tampilan halaman sampul 19,20, 21 Tampilan halaman isi 22, 23

Pemilihan huruf 24

Selanjutnya, angket ahli media dibuat berdasarkan teori Daryanto (2013: 9-15) mengenai karakteristik modul serta elemen mutu modul dan teori pendekatan Montessori. Instrumen sebelum digunakan divalidasi oleh Bapak Sungkono, M.Pd. dosen Teknologi Pendidikan FIP UNY. Adapun kisi-kisi angket yang dibuat adalah sebagai berikut.

Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Media

No Aspek Kriteria No. Butir

1. Format Penggunaan kolom 1

Penggunaan kertas 2,3,4 Penggunaan tanda (icon) 5

2. Organisasi Organisasi materi 6,7,8

Organisasi tampilan 9

3. Daya tarik Tampilan halaman sampul 10,11,12 Tampilan halaman isi 14

4. Huruf Pemilihan huruf 15

5. Ruang kosong Tata margin 16

Tata desain 13

6. Konsistensi Konsistensi penggunaan huruf 17 Konsistensi tata letak 18

7. Kerangka Keruntutan Kerangka 19

8. Prinsip Montessori Alat peraga 23

Learning by doing 27

Ketepatan alat peraga 20, 21, 22

9. Karakteristik Modul Adaptif 26

Akrab 25

51

Angket tanggapan siswa terhadap modul matematika bangun ruang dengan pendekatan Montessori oleh Bapak Sungkono, M.Pd. selaku dosen tekonologi pendidikan FIP UNY.

Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen Angket Respon Siswa

No Aspek Kriteria No. Butir

1. Modul Pemanfaatan modul 1, 4, 5, 7, 8, 9, 10

Berdiri sendiri 3, 6

Alat peraga 12, 13

3. Daya Tarik Kemenarikan bagi siswa 2, 11

Kisi-kisi instrumen untuk ahli materi, ahli media, dan angket respon siswa yang telah dipaparkan di atas merupakan kisi-kisi yang telah divalidasi oleh ahli yang memiliki kompetensi dibidang pengembangan instrumen. Sebuah instrumen disebut valid apabila instrumen tersebut benar-benar mengungkap aspek yang diselidiki secara tepat. Validator instrumen penelitian ahli materi adalah dosen Matematika Sekolah Dasar PGSD FIP UNY. Sedangkan validator instrument penelitian ahli media dan angket uji coba adalah dosen Tekonologi Pendidikan FIP UNY. Kisi-kisi yang telah dibuat kemudian didiskusikan kepada validator, lalu diperbaiki hingga layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.

Hasil validasi instrumen ahli materi, menghasilkan perbaikan aspek dan indikator. Jumlah aspek sebelumnya adalah 8 (kurikulum, perkembangan siswa, organisasi materi, alat peraga/media, kesesuaian metode, prinsip Montessori, karakteristik modul) menjadi 9 aspek, yaitu kurikulum, perkembangan siswa, organisasi materi, alat peraga/media, kesesuaian metode, prinsip Montessori,

52

karakteristik modul, dan daya tarik. Sedangkan jumlah indikator sebelumnya adalah 15, kemudian diperbaiki menjadi 24 indikator. Hasil validasi instrumen ahli materi terlampir. Hasil validasi instrumen ahli media, tidak ada yang diperbaiki, penggunaan aspek sudah sesuai. Pada validasi instrumen uji coba terdapat perbaikkan berupa perbaikkan penggunaan bahasa, perbaikkan skala skor dari 5 menjadi skor maksimal 3 dan penghapusan beberapa butir soal sehingga jumlah butir soal berubah. Jumlah butir soal sebelumnya adalah 15 butir, kemudian diperbaikki menjadi 13 butir. Hasil validasi instrumen uji coba terlampir.

2. Wawancara

Wawancara merupakan proses tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewawancara dengan responden (orang yang diwawancarai) (Widoyoko, 2015: 40). Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti menggunakan jenis wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur menurut Arikunto (2010: 199) adalah teknik wawancara dimana peneliti secara bebas, tanpa terikat oleh pertanyaan tertentu. Kelebihan metode ini adalah pihak yang diwawancarai merasa lebih santai, karena pewawancara tidak membawa pedoman formal. Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa. Wawancara dengan guru bertujuan untuk mendapatkan permasalahan yang ada di kelas sedangkan wawancara kepada siswa dilakukan pada saat uji coba media, tujuannya sebagai bahan masukan untuk memperbaiki media.

53

Pertanyaan yang diajukan kepada guru pada awal penelitian tertera dalam tabel berikut.

Tabel 5 Pertanyaan Wawancara dengan Guru Kelas Tahap Awal Penelitian

No Pertanyaan

1. Apa kesulitan yang paling banyak dialami oleh siswa? 2. Materi apa yang sulit bagi siswa dalam matematika?

3. Apa metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika?

4. Bagaimana pemanfaatan media pembelajaran dalam mata pelajaran matematika?

5. Bagaimana kualitas siswa yang diharapkan oleh guru setelah siswa melaksanakan pembelajaran?

6. Kegiatan belajar apa yang biasanya dilakukan siswa untuk mencapai kemampuan atau kompetensi yang diinginkan?

Sedangkan wawancara kepada siswa dilakukan ditengah uji coba, pertanyaan kepada siswa meliputi saran perbaikkan modul, kemenarikan modul, dan kemudahan penggunaan modul.

3. Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi tidak sistematis. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang dilakukan dengan

54

tanpa dipersiapkan apa yang akan diobservasi (Widoyoko, 2015: 49). Observasi tidak sistematis disebut juga observasi tidak terstruktur. Observasi dalam penelitian dan pengembangan ini dilakukan pada tahap studi pendahuluan dan uji coba. Observasi pada tahap studi pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan permasalahan yang ada di kelas sedangkan observasi pada saat uji coba media bertujuan sebagai bahan masukan untuk memperbaiki modul.

Komponen yang diobservasi pada awal penelitian adalah metode pembelajaran, sumber belajar, dan media pembelajaran matematika di kelas. Sedangkan observasi yang dilakukan pada proses uji coba adalah respon siswa terhadap modul yang dikembangkan.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis dalam penelitian pengembangan ini yaitu menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Data kualitatif berasal dari kegiatan studi pendahuluan melalui observasi dan wawancara dideskripsikan. Saran tertulis yang berasal dari kuesioner ahli materi, ahli media, dan respon siswa juga dideskripsikan.

Adapun data kuantitatif yang diperoleh melalui angket penilaian ahli materi dan ahli media dikonversikan ke data kualitatif. Pengkonversian data dalam penelitian ini menggunakan pengkonversian skala lima milik Widoyoko (2010: 235-238) sebagai berikut.

55

Tabel 6 Tabel konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Menurut Widoyoko (2010: 238)

Rentang Kriteria

X > Xi + 1,80 Sbi Sangat Baik

Xi + 0,60 Sbi< X ≤ Xi + 1,80Sbi Baik Xi –0,60Sbi < X ≤ Xi + 0,60Sbi Cukup Xi –1,80Sbi < X ≤ Xi – 0,60 Sbi Kurang

X ≤ Xi – 1,80Sbi Sangat Kurang

Keterangan:

Xi (Rerata Ideal) = ½ (skor mak ideal + skor min ideal) Sbi (Simpangan baku ideal) = 1/6 (skor mak ideal – skor min ideal)

X = Skor Empiris

Dengan demikian, berdasarkan rumus di atas maka penerapan pada penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.

Skor Maksimal = 5 Skor Minimal = 1 Xi = ½ (5 + 1) = 3 Sbi = 1/6 (5 – 1) = 0,6

56 Skala 5 (Sangat Baik) = X > Xi + 1,80 Sbi

= X > 3 + (1,80 x 0,6) = X > 3 + 1,08

= X > 4,08

Skala 4 (Baik) = Xi + 0,60 Sbi< X ≤ Xi + 1,80Sbi

= 3 + (0,60 x 0,6)< X ≤ 3 + (1,80 x 0,6) = 3 + 0,36 < X ≤ 3 + 1,08

= 3,36 < X ≤ 4,08

Skala 3 (Cukup) = Xi –0,60Sbi < X ≤ Xi + 0,60Sbi

= 3 –(0,60 x 0,6) < X ≤ 3 + (0,60 x 0,6)

= 3 –0,36 < X ≤ 3 + 0,36 = 2,64 < X ≤ 3,36

Skala 2 (Kurang) = Xi –1,80Sbi < X ≤ Xi – 0,60 Sbi = 3 –(1,80 x 0,6) < X ≤ 3 – (0,60 x 0,6) = 3 –1,08 < X ≤ 3 – 0,36

= 2,92 < X ≤ 2,64

Skala 1 (Sangat Kurang) = X ≤ Xi – 1,80Sbi

57

= X ≤ 3 – 1,08

= X ≤ 1,92

Adapun penerapan perhitungan rumus konversi di atas disederhanakan sebagai berikut.

Tabel 7 Tabel konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Penyesuaian Widoyoko

Rentang Kriteria X > 4,08 Sangat Baik 3,36 < X ≤ 4,08 Baik 2,64 < X ≤ 3,36 Cukup 1,92 < X ≤ 2,64 Kurang X ≤ 1,92 Sangat Kurang

Hasil dari pengolahan data dibandingkan dengan menggunakan rumus di atas. Kriteria validitas menunjukkan kesesuaian antara teori dengan buku modul yang disusun dalam ukuran baik. Apabila hasil dari validitas menunjukkan cukup baik atau kurang, atau sangat kurang maka modul harus diperbaiki berdasarkan masukkan dari ahli materi dan ahli media.

Sedangkan teknik analisis dalam penelitian pengembangan berupa angket siswa data kuantitatif dikonversikan ke data kualitatif dengan skor maksimal 3. Adanya penurunan skor maksimal pada angket siswa dilakukan untuk memudahkan siswa dalam memilih kesuaian pilihan dengan pendapat siswa berdasarkan saran dari validator instrumen respon siswa.

58

Dalam penelitian ini, produk yang dikembangkan dianggap layak digunakan sebagai media pembelajaran apabila hasil uji coba lapangan minimal termasuk dalam kriteria baik. Kriteria baik dalam hal ini mencapai skor ≥2,5.

59 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Studi Pendahuluan (Research and Information Collecting)

Kegiatan studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terdapat di lapangan dengan mengkaji, menyelidiki, dan mengumpulkan informasi yang digunakan untuk mengembangkan produk. Studi pendahuluan dilakukan di SD N Tukangan dengan cara wawancara dan observasi. Narasumber wawancara merupakan guru kelas V A dan V B SD N Tukangan. Proses ini dilakukan dua kali yaitu pada Hari Sabtu, 30 Juli 2016 dan 6 Agustus 2016. Berdasarkan hasil wawancara tersebut ditemukan bahwa mata pelajaran matematika terutama materi bangun ruang sulit dalam penyelesaian soal yang menggunakan rumus. Kesulitan yang dialami siswa adalah mengaplikasikan rumus dalam menyelesaikan soal. Hasil dari kegiatan studi pendahuluan adalah sebagai berikut.

a. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi mata pelajaran matematika. b. Materi yang sulit bagi siswa adalah materi pemahaman konsep dasar dan

pengaplikasian rumus yaitu bangun ruang.

c. Guru dan siswa merasa kekurangan waktu dalam pembelajaran matematika. d. Pembelajaran matematika dengan metode menghafal.

e. Keterbatasan penggunaan media berdasarkan ketersediaan media di sekolah. f. Adanya perbedaan kemampuan siswa dalam mempelajari materi matematika.

60

g. Sumber utama pembelajaran adalah buku BSE yang masih menyajikan materi secara abstrak, tanpa melibatkan kegiatan siswa secara aktif dan contoh/ilustrasi yang tidak konkret.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kemudian ditentukan solusi dari permasalahan yang ada dengan mengkaji literatur terkait permasalahan. Permasalahan yang dihadapi siswa selain merasa kesulitan dalam mempelajari materi dengan kemampuan yang berbeda pada setiap siswa, siswa dan guru juga merasa kekurangan waktu untuk menyelesaikan materi pelajaran matematika. Literatur yang dikaji untuk menentukan solusi dari permasalahan mengacu pada solusi dengan kriteria:

a. menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi,

b. menjangkau seluruh siswa dengan kemampuan yang berbeda, c. melatih siswa untuk tidak hanya menghafal,

d. dapat memberikan siswa pengalaman langsung dalam pembelajaran, dan e. dapat melatih siswa belajar secara mandiri.

Oleh karena itu, peneliti mengembangkan modul matematika dengan pendekatan Montessori tentang materi bangun ruang di kelas V Sekolah Dasar. Modul matematika dengan pendekatan Montessori materi bangun ruang untuk kelas V Sekolah Dasar yang dikembangkan juga didahului dengan studi literatur mengenai pembelajaran Matematika di SD, materi bangun ruang kelas V SD berdasarkan KTSP, karakteristik siswa kelas V, teori pendekatan Montessori, dan teori mengenai pembelajaran dengan modul dan penyusunannya sebagai landasan pengembangan produk penelitian ini. Pengembangan modul dengan pendekatan Montessori ini

61

dipilih karena memiliki kelebihan yaitu modul ini disusun urut dari materi yang mudah ke sulit, modul ini disertai alat peraga, modul ini dapat digunakan dalam belajar mandiri siswa, memberikan pengalaman langsung bagi siswa dan modul ini disertai wadah yang praktis.

2. Perencanaan (Planning)

Perencanaan pengembangan modul matematika dengan pendekatan Montessori materi bangun ruang kelas V SD disesuaikan dengan pendapat Daryanto (2013: 31-37) yaitu merumuskan tujuan penggunaan modul secara umum dan khusus, menentukan isi dan urutan materi pembelajaran, memilih dan menentukan media, dan menentukan strategi penilaian. Penjelasan masing-masing langkah adalah sebagai berikut.

a. Perumusan Tujuan

Berdasarkan pendekatan Montessori yang mengedepankan prinsip learning by doing maka setelah mempelajari modul matematika yang dikembangkan siswa diharapkan:

1) Setelah mempelajari materi volume bangun ruang pada modul dan menggunakan alat peraga, siswa dapat menghitung volume kubus dan balok

2) Setelah siswa menggunakan alat peraga volume pada modul, siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok pada soal latihan

3) Setelah mempelajari materi jenis bangun ruang pada modul dan menggunakan alat peraga, siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang sederhana

62

4) Setelah mempelajari materi jaring-jaring bangun ruang pada modul dan menggunakan alat peraga, siswa dapat menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

5) Setelah mempelajari materi pada modul dan menggunakan alat peraga, siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana

Sedangkan tujuan penggunaan modul matematika dengan pendekatan Montessori materi bangun ruang kelas V SD secara khusus dirumuskan berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam Lampiran 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2006. SD dan KD yang dimaksud yaitu:

Standar Kompetensi (SK)

4. Menghitung volume kubus dan balok dan menggunkannya dalam pemecahannya.

6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun Kompetensi Dasar (KD)

4.1Menghitung volume kubus dan balok

4.2Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok 6.2Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang

6.3Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

6.5Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana

Tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran menggunakan modul matematika yang dikembangkan ini disajikan dalam halaman pendahuluan modul sehingga siswa dan guru dapat memahami tujuan pembelajaran secara jelas, sebagai berikut.

Materi Pokok Tujuan Pembelajaran

4.1.1 Volume kubus 4.1.2 Volume balok

4.2.1 Penerapan volume kubus dalam kehidupan sehari-hari

4.2.2 Penerapan volume balok dalam kehidupan sehari-hari

1. Setelah siswa mempelajari materi volume dan menggunakan alat peraga pada modul, siswa dapat menghitung volume kubus dan balok

63 6.2.1 Mengenal Bangun ruang kubus dan

balok

6.2.2 Mengidentifikasi sifat bangun ruang kubus

6.2.3 Mengidentifikasi sifat bangun ruang balok

6.2.4 Mengidentifikasi sifat bangun ruang prisma segitiga

6.2.5 Mengidentifikasi sifat bangun ruang tabung

6.2.6 Mengidentifikasi sifat bangun ruang kerucut

6.2.7 Mengidentifikasi sifat bangun ruang limas segi empat

6.2.8 Mengidentifikasi sifat bangun ruang limas segi tiga

6.2.6 Menggambar bangun ruang dengan benar

6.3.1 Menentukan jaring-jaring kubus 6.3.2 Menentukan jaring-jaring balok 6.3.3 Menentukan jaring-jaring prisma

segitiga

6.3.4 Menentukan jaring-jaring tabung 6.3.5 Menentukan jaring-jaring limas segi

empat

6.3.6 Menentukan jaring-jaring limas segi tiga

6.5.1 Mengidentifikasi variasi jaring-jaring bangun ruang sederhana

2. Setelah siswa mempelajari materi mengenal bangun ruang, materi jenis bangun ruang dan menggunakan alat peraga pada modul, siswa dapat mengidentifikasi sifat bangun ruang kubus, balok, prisma segitiga, tabung, kerucut, limas segiempat, dan limas segitiga.

3. Setelah siswa mempelajari materi mengenal bangun ruang, materi jenis bangun ruang dan menggunakan alat peraga pada modul, siswa dapat menggambar bangun ruang dengan benar.

4. Setelah siswa mempelajari materi jaring-jaring bangun ruang dan menggunakan alat peraga pada modul, siswa dapat membedakan jaring-jaring bangun ruang dari jenis yang berbeda.

5. Setelah siswa mempelajari materi jaring-jaring bangun ruang dan menggunakan alat peraga pada modul, siswa dapat mengidentifikasi variasi bangun ruang sederhana.

b. Perencanaan Materi

Berdasarkan SK dan KD materi matematika bangun ruang kelas V SD kurikulum KTSP dapat dirumuskan materi pokok yang disajikan dalam modul matematika yang dikembangkan yaitu:

1) mengenal bangun ruang;

2) jenis-jenis bangun ruang, yang mencakup materi bangun ruang balok, kubus, tabung, kerucut, prisma segitiga, limas segi empat, dan limas segitiga;

3) sifat-sifat bangun ruang, yang mencakup materi sifat bangun ruang balok, kubus, tabung, kerucut, prisma segitiga, limas segi empat, dan limas segitiga;

64

4) jaring-jaring bangun ruang, yang mencakup materi jarring-jaring bangun ruang balok, kubus, tabung, kerucut, prisma segitiga, limas segi empat, dan limas segitiga; dan

5) volume bangun ruang, yang mencakup materi volume kubus dan volume balok. Penyajian materi dalam modul matematika yang disusun berdasarkan tiga tahap penting dalam pendekatan Montessori menurut Hainstock (1999: 9) yaitu: (a) pengenalan identitas (recognition of identify); (b) pengenalan sesuatu yang berbeda-beda (recognition of contrasts); dan (c) membedakan antara benda-benda yang serupa (discrimination between similar objects). Selain itu, menurut Prastowo (2015: 108-109) sebuah modul pembelajaran disusun dengan tujuan utama melatih siswa belajar mandiri, dan mengurangi peran guru untuk mengefektifkan waktu pembelajaran, maka dalam modul yang dikembangkan terdapat latihan siswa. Latihan siswa ini termasuk dalam bagian penyajian modul Asah Kemampuanmu. Latihan bagi siswa disajikan pada setiap akhir materi dan terdapat latihan akhir di akhir materi. Dalam rangka melatih kemampuan belajar mandiri siswa, modul ini disertai dengan halaman Kunci Jawaban di akhir modul. Kerangka modul yang dikembangkan adalah sebagai berikut.

Rancangan Kerangka Modul Halaman Sampul

Kata Pengantar Daftar Isi

Petunjuk Penggunaan Modul Peta Konsep Materi

65 Hasil Akhir Pembelajaran

Penyajian Modul

Pembelajaran 1 Mengenal Bangun Ruang

(berisi materi membedakan bangun datar dan bangun ruang, kegiatan siswa, alat peraga dan latihan akhir materi)

Pembelajaran 2 Jenis Bangun Ruang

(berisi materi tentang bangun ruang balok, kubus, tabung, kerucut, prisma segitiga, limas segiempat, limas segitiga, kegiatan siswa, alat peraga dan latihan akhir materi)

Pembelajaran 3 Sifat Bangun Ruang

(berisi materi tentang istilah umum yang digunakan dalam menentukan sifat-sifat bangun ruang, kegiatan siswa, materi jaring-jaring bangun ruang dan latihan akhir materi)

Pembelajaran 4 Volume Bangun Ruang

(berisi materi tentang satuan isi dalam bangun ruang, cara menemukan volume kubus dan volume balok, ulasan singkat tentang satuan umum yang digunakan dalam volume, paket alat peraga, kegiatan siswa, dan latihan akhir materi)

Tes Akhir (berisi kumpulan soal dari semua materi yang diajarkan mulai dari pembelajaran 1 sampai pembelajaran 5)

Kunci Jawaban (berisi kunci jawaban dari asah kemampuan pembeajaran 1 sampai pembelajaran 5 dan tes akhir)

66

Daftar Pustaka (berisi daftar referensi buku yang digunakan untuk menyusun modul)

c. Pemilihan Media

Media yang dipilih dalam pengembangan modul pembelajaran ini adalah alat peraga lipat yang terbuat dari kertas kaku berbahan kertas Ivory 260gram yang tergabung dalam satu paket modul, sehingga mudah digunakan bagi siswa secara individu. d. Strategi Penilaian

Strategi penilaian hasil belajar dari produk modul yang dikembangkan adalah

Dokumen terkait