• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.4. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian di atas akan dibahas sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan yakni sebagai berikut

4.4.1 Pengaruh Economic Value Added Terhadap Return Saham

Dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa Economic Value Added (X1) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Return

Saham (Y). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Higgins (1998) dalam Pradhono (2004) yang menyatakan bahwa keunggulan EVA sebagai pengukur kinerja terletak pada kemampuannya untuk menyatukan tiga fungsi penting manajemen, yaitu: capital budgeting, performance appraisal dan incentive

compensation. Tidak signfikannya pengaruh EVA terhadap return saham hal ini

dikernakan EVA memiliki beberapa kelemahan yakni konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan EVA secara akurat. Dalam kenyataannya

seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya selain itu EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan. Hal ini menunjukan bahwa pengukuran nilai tambah (value creation) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan kurang dapat mempengaruhi hasil atau tingkat pengembalian yang diperoleh dari investasi di pasar modal. Salah satu ukuran kinerja adalah EVA yang berhubungan langsung dengan kondisi intrinsik perusahaan. Konsep Economic Value Added (EVA) mengukur nilai tambah dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul akibat investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Economic Value Added (EVA) yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal Karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat modalnya

Economic Value Added (EVA) atau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi nilai tambah ekonomis (NITAMI) merupakan sebuah model yang relatif baru dalam penilaian kinerja perusahaan. EVA merupakan alat pengukuran kinerja perusahaan untuk menilai tingkat keberhasilan suatu kegiatan dari sisi kepentingan dan harapan penyandang dana (kreditur dan pemegang saham) (Arifin, 2007:101). Dengan demikian eksekutif dan manajer perusahaan dituntut untuk mampu menghasilkan keuntungan dari aktivitas perusahaan.

Penilaian kinerja perusahaan dengan model EVA dianggap mampu memudahkan tugas komisaris dalam melakukan bargaining dengan manajemen. Hal ini disebabkan perusahaan yang meraih laba secara akuntanasi belum tentu memberikan keuntungan bagi pemiliknya atau para pemegang saham. Di sisi lain pihak manajemen juga bisa memperoleh bargaining power untuk memperoleh kompensasi yang lebih baik dengan mengaitkan kinerja manajerialnya dengan apa yang ditujukan EVA tersebut. Apa yang ditunjukkan EVA juga dapat memudahkan bagi CEO membuat program kompensasi kepada para menajernya dengan mengaitkan EVA dan prestasi kerja masing-masing. EVA dihitung dengan formula berikut ini yang dinyatakn dalam satuan moneter, dalam kasus ini satuan mata uang Rupiah (Rp).

4.4.2 Pengaruh Operating Cash FlowTerhadap Return Saham

Dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa Operating Cash Flow (X2) berpengaruh positif signifikan terhadap Return Saham

(Y).Hasil ini sesuai dengan teori Damodaran (1999) dalam Pradhono (2004) yang menyatakan untuk mengukur return dari sebuah investasi dapat digunakan arus kas Hal ini menunjukan semakin meningkat aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan akan semakin meningkatkan hasil atau tingkat pengembalian yang diperoleh dari investasi di pasar modal.

Dalam manajemen keuangan terdapat banyak metode yang bisa digunakan untuk mengevaluasi dan menilai investasi. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas, informasi tersebut juga

meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akutansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama, Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar

Manajemen perusahaan maupun para investor menyadari bahwa arus kas operasi positif lebih menjamin kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya dimasa yang akan datang. Sehingga perusahaan yang mampu membayar deviden kepada pemegang saham adalah perusahaan yang memiliki earnings yang tinggi dan sekaligus dana tunai yang cukup (Pradhono dan Christiawan, 2004)

4.4.3 Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Return Saham

Dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa Investment Opportunity Set (X3) berpengaruh positif signifikan terhadap Return

Saham (Y). Hal ini sesuai dengan teori Dwi (2008) yang menyatakan bahwa Proksi

IOS digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kondisi perusahaan. Indikasi adanya perusahaan yang tumbuh merupakan informasi yang dapat digunakan investor untuk memperoleh return. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar

besar aset yang digunakan perusahaan dalam usahanya, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk bertumbuh, sehingga harga sahamnya akan meningkat, dan pada akhirnya return saham yang diperoleh pemegang saham akan semakin meningkat pula. Dalam hal permodalan yang dilakukan perusahaan, Investor dapat melihat kinerja perusahaan dalam memperoleh modal. Kemahiran perusahaan mengelola modalnya dapat dinilai investor menggunakan proksi ini. Semakin besar nilai rasio dari proksi ini maka akan mempengaruhi nilai dari harga saham

perusahaan. Rasio ini mempengaruhi nilai dari return saham secara positif (Setyarini dalam Dwi, 2008).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anthi Dwi. P. A (2008) yang mengatakan bahwa pengaruh Investment Opportunity Set dengan

Dokumen terkait