• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam pembelajaran

Biologi pada materi Keanekaragaman Hayati dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe picture and picture, hasil belajar terbukti lebih baik

dibandingkan dengan sebelum diberikan model pembelajaran ini dan siswa

memiliki motivasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya.

1. Peningkatan Motivasi Belajar

Peningkatan motivasi belajar siswa pada penelitian ini didapat dari

hasil lembar kuisioner. Lembar kuisioner diisi oleh siswa kelas X PMIIA 2

yang peneliti berikan pada awal dan akhir penelitian. Hal tersebut digunakan

untuk mengetahui motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan

penelitian.

Berdasarkan hasil analisis pencapaian motivasi belajar awal siswa kelas

X PMIIA 2 menunjukkan bahwa sebanyak 86,47% siswa kelas X PMIIA 2

tergolong dalam kategori tinggi dan sangat tinggi. Sedangkan, 13,51% siswa

tergolong dalam kategori cukup. Setelah siswa mendapat pengalan belajar

picture, motivasi belajar siswa di kelas X PMIIA 2 meningkat menjadi 100% siswa tergolong dalam kategori tinggi dan sangat tinggi.

Dengan ini, dapat diperoleh kesimpulan bahwa, tingkat motivasi siswa

yang tinggi dipengaruhi oleh model pembelajaran yang menarik dan proses

pembelajaran yang menyenangkan. Dengan demikian siswa memiliki

keterlibatan yang nyata dalam aktifitas belajar. Siswa memiliki rasa ingin

tahu yang tinggi, mencari penyelesaian masalah atau menjawab soal dengan

berbagai cara, mencari referensi dari berbagai sumber yang berkaitan

dengan materi yang diajarkan untuk memahami materi tersebut dan

menyelesaikan tugas yang diberikan. Antusiasme tersebut menunjukkan

bahwa siswa tampak termotivasi untuk dapat belajar dengan baik. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Hamalik (2007).

Peningkatan hasil motivasi belajar ini dilihat dari lembar kuisioner

yang sudah diisi oleh siswa yang di dalamnya terkandung beberapa faktor

yang mempengaruhinya yaitu : Attention (perhatian) tentang perhatian dan

ketertarikan siswa saat mengikuti proses pembelajaran materi

Keanekaragaman Hayati, Relevance (relevansi) tentang kesadaran siswa

terhadap manfaat mempelajari materi Keanekaragaman Hayati dan

menghubungkan dengan keadaan nyata, Confidence (kepercayaan diri)

tentang kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan tidak

mencontek saat mengerjakan pre-test dan post-test dan Satisfaction

(kepuasan) tentang kepuasan peserta didik dalam memecahkan masalah dan

ini sudah sesuai dengan indikator yang diinginkan oleh peneliti. Sehingga

dalam pembelajaran materi Keanekaragaman Hayati dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture, siswa lebih

termotivasi untuk belajar.

Model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture merupakan

suatu cara yang dapat menarik perhatian siswa untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Biologi. Hal ini

dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture adalah

model pembelajaran yang menyenangkan. Dalam penerapannya metode ini

mampu membuat semua siswa menjadi aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran. Seluruh siswa dapat ikut serta berperan dalam menempelkan

gambar sesuai dengan urutan atau golongannya. Hal tersebut juga sesuai

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Trianto (2009), yang mengatakan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture memiliki ciri

aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan dengan mengandalkan gambar

sebagai media dalam proses pembelajaran.

Selain menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and

picture, peneliti juga memberikan bentuk motivasi intrinsik dan ekstrinsik kepada siswa. Motivasi intrinsik yang diberikan berupa pujian yang

diberikan kepada siswa. Pujian tersebut diberikan ketika siswa atau

kelompok diskusi yang mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

peneliti, mampu mengerjakan LKS tepat waktu dan mampu

penyampaian verbal seperti ungkapan “iya benar, tepuk tangan untuk (nama siswa)” dan non verbal seperti acungan ibu jari sebagai ungkapan hebat. Sedangkan untuk motivasi eksternal yang diberikan peneliti kepada siswa

berupa pemberian hadiah kepada siswa yang memiliki nilai post-test

tertinggi dan kepada kelompok terbaik berdasarkan hasil observasi ketika

pembelajaran berlangsung.

Motivasi-motivasi tersebut diberikan kepada siswa dengan tujuan agar

siswa menjadi lebih giat belajar dan merasa senang dengan proses

pembelajaran yang berlangsung. Hal di atas sejalan dengan pendapat

Sadirman (2000) yang berpendapat bahwa pemberian pujian dan hadiah

kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik merupakan

bentuk penguatan yang positif dan akan menjadikan para siswa giat belajar.

2. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar diambil dari hasil post-test siklus I dan siklus II yang

dikerjakan oleh siswa. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II

mengalami peningkatan dari data awal yang diperoleh oleh peneliti. Hasil

penelitian ini menunjukkan terjadinya perubahan pemahaman siswa

terhadap materi Keanekaragaman Hayati dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe picture and picture.

Dampak yang ditimbulkan dari model pembelajaran kooperatif tipe

Picture and picture terhadap pencapaian hasil belajar kognitif ditunjukkan

pada diagram batang seperti pada gambar 4.12 yang menggambarkan terjadi

menunjukkan 32,43% siswa telah mencapai KKM. Sedangkan jumlah siswa

yang mencapai KKM pada hasil belajar siklus II adalah 86,48 %.

Gambar 4.12. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siklus I dan Siklus II Diagram batang pada gambar 4.12 menunjukkan bahwa presentasi

jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus II lebih tinggi dibandingkan

pada siklus I. Hasil ini menunjukkan terjadinya peningkatan presentase

jumlah siswa yang mencapai KKM yaitu sebesar 54,05%. Pada siklus II

86,48% siswa tuntas KKM, sedangkan 32,43% siswa mencapai KKM pada

siklus I. Hasil dari siklus I belum mencapai target yang ditetapkan oleh

peneliti yaitu 70%.

Selain peningkatan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM, nilai

rata-rata kelas X PMIIA 2 juga mengalami peningkatan pada siklus I ke

32,43 86,48 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Siklus I Siklus II J um la h sis w a y a ng m enca pa i K K M ( da la m %) Siklus II Siklus I

siklus II yang disajikan pada diagram batang gambar 4.13. Berdasarkan hal

tersebut, nilai rata-rata kelas X PIMIIA 2 meningkat dari 62,21 di siklus I

dan 85,83 di siklus II.

Gambar 4.13. Peningkatan Nilai Rata-rata Kelas X PMIIA 2

Peningkatan hasil belajar aspek kognitif menunjukkan bahwa kegiatan

pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe picture and picture telah membantu siswa

kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu dalam memahami materi

tentang Keanekaragaman Hayati yang dipelajari. Terjadinya peningkatan

hasil belajar aspek kognitif siswa sesuai dengan pengertian dan tujuan

pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010) yaitu,

pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian

strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar

bekerja sama selama proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil

62,21 85,83 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Siklus I Siklus II Nilai r at a -r at a

belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong

dalam perilaku sosial.

Tipe picture and picture yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tipe picture and picture mengelompokkan gambar. Pengelompokkan

gambar berdasarkan pada klasifikasi dan ciri-ciri gambar. Penerapan picture

and picture tipe mengelompokkan gambar telah berhasil meningkatkan hasil belajar aspek kognitif siswa. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan karena

pada tipe mengelompokkan gambar menuntut siswa untuk berfikir logis

bersama kelompok diskusi. Siswa bersama kelompoknya harus bisa

menentukan nama ilmiah dari setiap gambar yang dibagikan, menentukan

ciri-ciri gambar dan klasifikasi pada setiap gambar. Sehingga dari tahapan

tersebut siswa mampu mengelompokkan gambar dengan benar.

Peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa dari siklus I ke siklus II

disebabkan juga oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah situasi

pembelajaran. Situasi pembelajaran ini berkaitan dengan penerapan model

kooperatif tipe picture and picture. Pada penerapannya, metode picture and

picture ini membuat kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan dan

melibatkan seluruh siswa dalam pelaksanaannya. Hal ini ditunjukkan oleh

respon siswa yang terlihat gembira dan bersemangat selama mengikuti

pembelajaran. Siswa merasa mendapatkan situasi pembelajaran baru melalui

model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture yang sebelumnya

belum pernah didapatkan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini membuat

memudahkan siswa memahami materi sehingga berdampak pada

peningkatan hasil belajar aspek kognitif.

Faktor ke dua adalah kerja sama dalam kelompok. Hal ini terlihat pada

hubungan dan kerjasama para siswa dalam diskusi kelompok. Pada saat

melakukan kegiatan diskusi, komunikasi antar siswa terjalin dengan baik.

Kekompakan dalam kelompok membantu siswa dalam memahami materi

dengan menjawab soal-soal yang ada pada Lembar Kerja Siswa.

Faktor ke tiga yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada aspek

kognitif terus meningkat adalah pemberian penghargaan berupa pujian dan

hadiah. Pemberian pujian dan hadiah kepada siswa dilaksanaan ketika siswa

atau kelompok diskusi mendapatkan nilai terbaik saat pelaksanaan post-test

dan saat pelaksanaan diskusi (kelompok terbaik). Hal ini menyebabkan

siswa berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai terbaik dengan

meningkatkan kemampuan belajar siswa seperti bertanya kepada peneliti,

membaca buku referensi, mencari informasi di internet dan berdiskusi

dengan teman agar memahami materi ajar. Menurut Saiful (2006), faktor

lain dalam hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah kemampuan

pemahaman siswa sendiri seperti ketelitian, dan kecermatan dalam

mengerjakan latihan, tugas, ulangan harian dan ulangan semester.

Proses belajar mengajar melibatkan interaksi antara siswa dengan guru

maupun siswa dengan siswa. Adanya interaksi ini menghasilkan hubungan

baik serta kedekatan guru dengan siswa sehingga dapat menciptakan

kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa yang bingung dan tidak mengerti

akan materi yang sedang dipelajari dapat langsung bertanya kepada peneliti

tanpa ada rasa canggung atau takut. Interaksi yang dibangun oleh peneliti

kepada siswa ini bertujuan agar siswa berhasil dalam belajar atau mencegah

terjadinya kegagalan belajar siswa. Sehingga, siswa mampu mencapai hasil

belajar sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Situmorang (2011), yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor yang berasal dari guru mata

pelajaran yang ditempuh. Keterampilan, kemampuan dan kemauan anak

dalam belajar tidak terlepas dari pengaruh atau campur tangan orang lain.

Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing siswa dalam belajar

agar tidak terjadi kegagalan siswa dalam belajar.

Secara garis besar penelitian ini dapat dikatakan sudah berhasil

meningkatkan nilai kognitif siswa. Hal ini terbukti dari hasil post-test siswa

yang telah meningkat pada siklus II, dapat dilihat dari rata-rata kelas dan

dari presentase siswa yang mencapai KKM. Hal tersebut sudah sesuai

dengan indikator yang ditetapkan oleh peneliti.

3. Hasil Belajar Aspek Afektif

Hasil belajar aspek afektif siswa kelas X PMIIA 2 pada penelitian ini

dilihat dari lembar observasi yang dilakukan oleh observer. Observasi dalam

penelitian ini dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa baik selama

proses penjelasan dari peneliti, diskusi dalam kelompok maupun saat

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada tabel 4.3

dan 4.6 dapat dilihat pada gambar 4.14.

Gambar 4.14. Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II kelas X PMIIA 2

Dari gambar di atas terlihat adanya peningkatan hasil belajar aspek

afektif siswa. Kategori tinggi lebih menonjol dibandingkan dengan kategori

sedang. Pada siklus I memiliki kategori tinggi 75,67% dan mengalami

kenaikan pada siklus II menjadi 100%. Berbeda dengan kategori sedang

yang mengalami penurunan dari 24,32% pada siklus I menjadi 0% pada

siklus II.

Pada siklus II hasil belajar aspek afektif siswa kelas X PMIIA 2

mengalami peningkatan artinya lebih baik dibandingkan siklus I. Hal ini

ditunjukkan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan siswa selama proses

pembelajaran. Kegiatan siswa dalam proses pembelajaran ini menunjukkan

bahwa siswa telah memiliki beberapa tingkatan kategori hasil belajar aspek

75,67 100 24,32 0 0 20 40 60 80 100 120 siklus I siklus II Ju m lah sis w a yan g m en cap ai k at egor i tingg i (% ) tinggi sedang

afektif seperti Receifing (penerimaan), Responding (jawaban), Valuing

(penilaian), Organization (pengorganisasian) dan Karakteristik nilai atau

internalisasi nilai.

Kategori Receifing (penerimaan) ditunjukkan dengan adanya perhatian

siswa dalam pembelajaran seperti memperhatikan penjelasan guru saat

mengajar, memperhatikan penjelasan teman saat presentasi, mencatatat

hal-hal penting dari penjelasan yang diberikan oleh guru dan membaca buku

paket yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Responding

(jawaban) ditunjukkan dengan keberanian siswa saat kegiatan belajar

mengajar seperti berani mengungkapkan pendapat dalam kelompok, berani

menanggapi jawaban teman saat presentasi, berani menjawab pertanyaan

dari guru atau teman dan berani maju ke depan saat mendapat perintah dari

guru.

Valuing (penilaian) ditunjukkan dengan menghargai atau menghormati

orang lain seperti tidak berkata kotor dan kasar kepada guru dan teman saat

melaksanakan kegiatan pembelajaran, tidak menyela pembicaraan,

mengucapkan terimakasih saat menerima bantuan dan berbicara sopan

kepada guru. Organization (pengorganisasian) ditunjukkan dengan adanya

partisipasi siswa dalam pembelajaran seperti mengerjakan tugas yang

diberikan, tertib mengikuti kegiatan pembelajaran, mengumpulkan tugas

tepat waktu dan bekerjasama dalam kelompok. Karakteristik nilai atau

membawa peralatan tulis sendiri, membawa buku paket dan mengerjakan

tugas individu secara mandiri.

Peningkatan hasil belajar aspek afektif dari siklus I ke siklus II

dikarenakan siswa telah mampu beradaptasi dengan anggota kelompok dan

sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Picture and picture. Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Picture and picture ini membantu siswa untuk

bekerjasama dalam kelompok, sehingga membangkitkan semangat siswa

dalam mengikuti pembelajaran dan dalam mengerjakan tugas yang

diberikan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and

picture juga menuntut siswa bergerak aktif menempelkan ganbar di papan

tulis, melaksanakan presentasi dan menjelaskan alasan penempelan gambar

di papan tulis sehingga siswa tidak bosan hanya duduk dan mendengarkan

penjelasan peneliti, melainkan dapat bergerak aktif secara bergantian untuk

menempelkan gambar pada papan tulis.

Pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, siswa terlihat

cukup antusias menikuti proses pembelajaran. Banyak siswa bertanya

tentang gambar yang diberikan dan mencari suber atau referensi untuk

mengelompokkan gambar dan mencari klasifikasinya.

Peningkatan motivasi dan hasil belajar yang dicapai siswa dari siklus I

ke siklus II telah menunjukkan pencapaian target yang telah ditentukan. Hal

tersebut menandakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

pada meningkatnya hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Picture and picture memberikan efek pada materi

Keanekaragaman Hayati. Hal ini tampak siswa lebih aktif dalam proses

pembelajaran.

Peningkatan hasil belajar aspek kognitif menunjukkan bahwa kegiatan

pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture telah

membantu siswa kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu dalam

memahami konsep tentang materi Keanekaragaman Hayati. Peningkatan

hasil belajar aspek kognitif siswa sesuai dengan tujuan pokok pembelajaran

kooperatif tipe picture and picture yang dikemukakan oleh Suprjiono (2009)

yaitu, dengan adanya penyusunan gambar guru dapat mengetahui

kemampuan siswa dalam memahami konsep materi dan melatih berpikir

logis dan sistematis, dapat melihat kemampuan siswa dalam menyusun

gambar secara berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan dan

menjelaskan gambar. Sehingga siswa dapat menemukan konsep materi

sendiri dengan membaca gambar. Adanya gambar-gambar yang berkaitan

dengan materi belajar siswa lebih aktif dan dapat tercapai tujuan akhir dari

proses pembelajaran yaitu hasil belajar akan meningkat.

Keberhasilan pembelajaran dalam penelitian ini didukung oleh

fektor-fektor penunjang pembelajaran yang berasal dari peneliti, siswa dan media

pembelajaran yang digunakan selama penelitian. Faktor-faktor keberhasilan

dalam melaksanakan dan mendampingi selama proses pembelajaran, media

pembelajaran yang peneliti gunakan selama proses pembelajaran seperti

gambar-gambar yang menarik dan berukuran besar untuk ditempelkan pada

papan tulis saat menerapkan metode picture and picture dan vidio

pembelajaran tentang Keanekaragaman Hayati Indonesia. Faktor lain yang

berasal dari siswa adalah kemampuan siswa dalam bekerjasama dengan

peneliti maupun dengan sesama siswa saat proses pembelajaran

berlangsung.

Dari keseluruhan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan di kelas X

PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu pada materi Keanekaragaman Hayati,

model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture membantu dalam

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang

diterapkan telam membetikan pengaruh positif terhadap peningkatan

motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan model pembelajaran

kooperatif tipe Picture and picture memiliki keunggulan-keunggulan dalam

proses pembelajarannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Istarani (2011),

mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Picture and picture yang

memiliki keunggulan di dalam proses pembelajarannya. Keunggulan

tersebut adalah :

1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara

2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.

3. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.

4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru

menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.

5. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.

C. Kendala dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Dokumen terkait