• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan menguji dan menganalisis kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru

1. Persepsi guru-guru terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan tingkat efikasi guru

Untuk menjawab rumusan pertanyaan nomor 1 dapat dilihat dari 5.4-5.11 dan untuk menjawab rumusan nomor dua dapat dilihat pada tabel 5.12.

Untuk menjawab rumusan yang pertama mengenai persepsi guru-guru terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah berdasarkan tabel 5.4- 5.11 menunjukkan bahwa kedelapan dimensi tersebut masuk dalam kategori transformatif.

a. Dimensi pertama (visi bersama) dengan jumlah 68,6%. Hal ini dapat diartikan bahwa menurut persepsi guru, kepala sekolah yang berupaya untuk mengembangkan dan menyalurkan visi kepada guru maupun karyawan serta mampu membuat mereka memahami dan terinspirasi untuk mewujudkan visi yang ingin dicapai bersama dengan sangat baik.

b. Dimensi kedua (membangun konsensus sekolah) dengan jumlah 58,1%. Hal ini dapat diartikan bahwa menurut persepsi guru, kepala sekolah sudah berupaya

mendorong supaya para guru dan staf dapat bersatu dan bekerja sama serta membantu mereka dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama.

c. Dimensi ketiga (ekspektasi kinerja tinggi) dengan jumlah 71,4%. Hal ini dapat diartikan bahwa menurut persepsi guru, kepala sekolah yang menunjukkan ekspektasi yang tinggi terhadap guru dan karyawan mampu membuat guru bekerja secara inovatif, pekerja keras serta profesional dan itu sangat baik bagi mereka supaya menjalankan pekerjaannya dengan maksimal.

d. Selanjutnya adalah dimensi keempat yaitu menjadi model sebesar 62,8%. Hal ini dapat diartikan bahwa menurut persepsi guru, kepala sekolah di mana perilaku dan tindakannya sudah bisa menjadi contoh yang baik bagi guru, karyawan dan siswa. Perilaku baik dari kepala sekolah mampu dicontoh oleh guru selanjutnya dan guru pun bisa memberi contoh yang baik bagi para siswanya.

e. Dimensi kelima (dukungan sosial) dengan jumlah 64,8%. Hal ini dapat diartikan bahwa menurut persepsi guru, perilaku kepala sekolah mau mendengarkan ide dari para guru, memahami betul kemampuan dan ketertarikan mereka serta mencari tahu pemahaman para guru terhadap suatu masalah serta memberikan pujian atas kerja keras yang baik merupakan suatu langkah yang sangat baik di mana kepala sekolah sangat menghargai dan memahami apa yang dibutuhkan oleh guru.

f. Dimensi keenam (membangun stimulasi intelektual) dengan jumlah 74,3%. Hal ini dapat diartikan bahwa menurut persepsi guru perilaku kepala sekolah mendorong staf dan guru untuk mencoba sesuatu yang baru serta mengajak guru

dan staf untuk memikirkan dan mempertimbangkan kembali asumsi-asumsi mengenai pekerjaan mereka dan apa yang dilakukan supaya asumsi itu bisa diwujudkan sangat baik untuk mereview pekerjaan para guru dan memperbaikinya.

g. Dimensi ketujuh (membangun kultur sekolah) dengan jumlah 84,8% menurut persepsi guru merupakan dimensi yang paling mendukung dalam kepemimpinan seorang kepala sekolah. Hal ini dapat dikatakan bahwa bagi para guru perilaku kepala sekolah untuk membangun nilai, keyakinan dan norma sekolah, serta menciptakan suasana saling percaya dan perhatian satu dengan yang lain sangat penting dalam membina kerja sama antara kepala sekolah dengan guru untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama.

h. Dimensi kedelapan (menciptakan struktur kolaboratif) dengan jumlah 80,9%. Hal ini dapat diartikan bahwa bagi guru perilaku kepala sekolah di mana dia memberikan kesempatan kepada para guru dan staf untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang terkait diri mereka mampu membuat guru merasa bahwa diri mereka sangat dibutuhkan dalam pengambilan sebuah keputusan untuk kepentingan bersama.

Hal ini bisa terjadi karena kepala sekolah mampu menerapkan jenis kepemimpinan yang mampu membuat para guru percaya, termotivasi dan mau mengikuti apa yang dikatakan oleh kepala sekolah. Menurut Leithwood, keberhasilan seorang kepala sekolah dalam menerapkan kepemimpinan transformasional adalah dengan menerapkan kedelapan dimensi di atas. Menurut hasil di atas di mana kedelapan dimensi bersifat transformatif, maka dapat

disimpulkan bahwa kepala sekolah telah berhasil dalam menerapkan kepemimpinan transformasional. Sedangkan dimensi di mana menurut persepsi guru paling berpengaruh adalah dimensi ketujuh yaitu membangun kultur sekolah dengan jumlah sebesar 84,8.

Untuk menjawab pertanyaan kedua dapat dilihat pada tabel 5.12. Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa tingkat efikasi kolektif masuk dalam kategori sangat tinggi sebesar 64,8%. Sedangkan tingkat efikasi guru tinggi sebesar 25,7% dan cukup tinggi sebesar 9,5%. Hal ini dapat terjadi karena tingkat efikasi atau kepercayaan guru terhadap sesama rekan kerja sangat bagus. Mereka saling percaya dan bergantung satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Dalam usaha yang melibatkan sistem saling ketergantungan, anggota atau para guru saling bekerja sama untuk meraih tujuan kelompok atau mendapatkan hasil. Dalam penelitian ini, efikasi kolektif guru pada tujuh SMA di Magelang sudah termasuk baik.

2. Seberapa besar Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Efikasi Kolektif Guru

Untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga maka dapat dilihat pada tabel 5.19

Tabel 5.18 Uji Hipotesis

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Cons tant) 60. 429 10.239 5.90 2 .000 Kt .10 5 .053 .192 1.98 7 .050

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Cons tant) 60. 429 10.239 5.90 2 .000 Kt .10 5 .053 .192 1.98 7 .050 a. Dependent Variable: ekg

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa besar kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru sebesar 0,192 dengan taraf signifikan 0,050. Melihat hasil uji F pada tabel 5.17, menunjukkan bahwa nilai signifikan 0.050 = α, dimana variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah tidak dapat menjadi prediktor variabel efikasi kolektif, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru. Hal ini bisa terjadi karena kepala sekolah kurang mampu menyalurkan visi kepada orang lain serta membuat mereka memahami dan terinspirasi untuk melakukan visi tersebut, kurang mendorong supaya para guru dan staf dapat bersatu dan bekerjasama serta membantu mereka dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan. Selain itu, masih banyak variabel yang mempengaruhi efikasi kolektif guru selain kepemimpinan transformasional yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Dokumen terkait