• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru SMA di Magelang tahun 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru SMA di Magelang tahun 2015."

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFIKASI KOLEKTIF GURU

Studi kasus: Guru-guru SMA di Magelang

Ripta Agata Natalia Universitas Sanata Dharma

111324004

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimanakah persepsi guru-guru terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah; (2) bagaimanakah tingkat efikasi guru-guru di SMA Taruna Nusantara, SMA Van Lith, Seminari Mertoyudan, SMA Negeri 2, SMA Tarakanita, dan SMA Negeri 1 Magelang; dan (3) seberapa besar kontribusi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskripsi eksplanatori yang dilaksanakan di tujuh sekolah di Magelang pada bulan Oktober-November 2015 dan teknik analisis data menggunakan regresi linear sederhana. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di tujuh sekolah di Magelang. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dan sampel yang diambil berjumlah 105 guru. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah efikasi kolektif guru dan variabel independen adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Metode penelitian ini menggunakan regresi linear sederhana. Uji instrumen berupa uji validitas dan reliabilitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) menurut persepsi guru, kepemimpin kepala sekolah masuk dalam kategori transformatif dan dimensi yang paling mendukung kepemimpinan kepala sekolah adalah dimensi membangun kultur sekolah, (2) tingkat efikasi kolektif masuk kategori tinggi (masuk dalam interval 67-83 dengan jumlah 64,8%), (3) terdapat kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru sebesar 0,192 yang dilihat dari standardized koefisien dengan signifikansi 0,050.

(2)

ix ABSTRACT

CONTRIBUTION OF TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP OF HEADMASTERS ON COLLECTIVE EFFICACY OF TEACHERS IN

SENIOR HIGH SCHOOLS OF MAGELANG REGENCY IN 2015

Ripta Agata Natalia Sanata Dharma University

2016

This study aims to determine: (1) how well the teachers’ perception towards the principal transformational leadership; (2) how the level of the teacher efficacy in Taruna Nusantara Senior High School,Van Lith Senior High School, Mertoyudan Seminary Senior High School, Senior High School2, Tarakanita Senior High School, and one state Magelang Senior High School; and (3) the contribution of the principal transformational leadership style to the collective teacher efficacy.

This research is a descriptive explanatory research which was conducted at seven senior high schools in Magelang from October to November 2015. The populationsof the study were the teachers at seven senior high schools in Magelang. The sampling technique was simple random sampling collected from 105 teachers. The data were also collected by using questionnaires. The dependent variable of this study was the collective teacher efficacy and the independent variablewas the principal transformational leadership. The test instruments were validity and reliability.The data were analyzed by using simple linear regression.

The results show that: (1) based on the teachers’ perception, the principal leadershipis in the transformative category and the most supporting dimension of the principal leadership is the dimension of school cultural building; (2) the level of the collective efficacy was high (67-83 out of 64.8%); and (3) Three isn’tanycontributionof transformational leadership against the collective efficacy (r = 0.192; sig = 0.05 )

(3)

i

KONTRIBUSI GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFIKASI KOLEKTIF GURU SMA DI MAGELANG

TAHUN 2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Ripta Agata Natalia NIM: 111324004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Engkau, TUHAN, janganlah menahan rahmat-Mu dari padaku, kasihMu,

dan kebenaranMu kiranya menjaga aku selalu…”

(Mazmur 40:12)

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selama ini tidak pernah meninggalkan

saya dalam susah maupun senang.

2. Bapak Dr. Ir. Hadi Haryanto, MP dan Ibu Puji Astuti, SE selaku

orang tua saya, terima kasih atas doa, penguatan hati dan kasih

sayang yang tidak terhingga dan selalu memberikan yang terbaik

bagi saya.

3. Reza Yosafat Christiawan, SE selaku kakak saya, terima kasih atas

doa dan bantuan kakak selama ini. Hanya karya kecil ini yang bisa

aku persembahkan

4. Kepada April, Nita, Firma, Deta, Yuli, Reres, Deni, mbak Anin,

Ranti, Ita, dan Ayu selaku sahabat-sahabat saya yang sangat saya

sayangi. Terima kasih atas bantuan doa, semangat, nasihat,

hiburan, traktiran dan semangat yang kamu berikan selama ini.

5. Teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2011 terima kasih

atas bantuan, semangat, dan kerja samanya selama ini. Terima

kasih atas gelak tawa dan solidaritas yang luar biasa sehingga

(7)

v

6. Ibu Dra. C. Wigati RetnoAstuti., M. Si., M. Ed dan Bapak C. Teguh

Dalyono, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing saya. Terima kasih

selama ini telah membantu saya, sudah dinasehati dan sudah

mengajari saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas akhir saya.

Saya tidak akan lupa atas bantuan dan kesabaran dari bapak ibu.

Seluruh dosen Pendidikan Ekonomi terima kasih banyak untuk

semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang

telah anda semua berikan kepada saya.

Terima kasih atas semangat, bantuan, perhatian, dan kasih sayang kalian

(8)

vi

MOTTO

Ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan

yang kita inginkan,

Hadapilah kenyataan itu meskipun berat

terus melangkah tanpa rasa takut

(9)
(10)
(11)

ix

ABSTRAK

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFIKASI KOLEKTIF GURU SMA DI

MAGELANG TAHUN 2015

Ripta Agata Natalia Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimanakah persepsi guru-guru terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah; (2) bagaimanakah tingkat efikasi guru-guru di SMA Taruna Nusantara, SMA Van Lith, Seminari Mertoyudan, SMA Negeri 2, SMA Tarakanita, dan SMA Negeri 1 Magelang; dan (3) seberapa besar kontribusi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksplanatori yang dilaksanakan di tujuh sekolah di Magelang pada bulan Oktober-November 2015. Populasi penelitian ini adalah guru-guru di tujuh sekolah di Magelang. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling berjumlah 105 guru. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah efikasi kolektif guru dan variabel independen adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Uji instrumen berupa uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data menggunakan regresi linear sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) menurut persepsi guru, kepemimpinan kepala sekolah termasuk dalam kategori transformatif dan dimensi yang paling mendukung kepemimpinan kepala sekolah adalah dimensi membangun kultur sekolah; (2) tingkat efikasi kolektif termasuk dalam kategori tinggi (67-83 dengan jumlah 64,8%); dan (3) tidak ada kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif (r = 0.192; sig = 0.05).

(12)

x ABSTRACT

CONTRIBUTION OF TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP OF HEADMASTERS ON COLLECTIVE EFFICACY OF TEACHERS IN

SENIOR HIGH SCHOOLS OF MAGELANG REGENCY IN 2015

Ripta Agata Natalia Sanata Dharma University

2016

This study aims to determine: (1) how well the teachers‟ perception towards the principal transformational leadership; (2) how the level of the teacher efficacy in Taruna Nusantara Senior High School,Van Lith Senior High School, Mertoyudan Seminary Senior High School, Two State Senior High School, Tarakanita Senior High School, and One State Magelang Senior High School; and (3) the contribution of the principal transformational leadership style to the collective teacher efficacy.

This research is a descriptive explanatory research which was conducted at Seven Senior high schools in Magelang from October to November 2015. The populations of the study were the teachers at Seven Senior High Schools in Magelang. The sampling technique was simple random sampling collected from 105 teachers. The data were also collected by using questionnaires. The dependent variable of this study was the collective teacher efficacy and the independent variable was the principal transformational leadership. The test instruments were validity and reliability.The data were analyzed by using simple linear regression.

The results show that: (1) based on the teachers‟ perception, the principal leadership is in the transformative category and the most supporting dimension of the principal leadership is the dimension of school cultural building; (2) the level of the collective efficacy was high (67-83 out of 64.8%); and (3) Three isn‟t any contribution of transformational leadership against the collective efficacy

(r = 0.192; sig = 0.05).

(13)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Efikasi

Kolektif Guru” dengan baik dan lancar.

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan progam studi S1 Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma..

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatama, M.Sc., Ph.D. sebagai Rektor Universitas Sanata Dharma periode 2014-2018

2. Dra. C. Wigati Retno Astuti M.Si., M.Ed selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Dra. C. Wigati Retno Astuti M.Si., M.selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan dukungan, semangat, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Bapak C. Teguh Dalyono, M.S selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar dan tulus telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu selaku dosen penguji III

6. Segenap dosen-dosen Prodi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik serta membagi ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

7. Tujuh SMA di Magelang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan memberikan banyak bantuan bagi penulis.

8. Guru-guru SMA di tujuh sekolah di Magelang

(14)
(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Definisi Operasional dan Indikator ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Kepemimpinan ... 11

1. Pengertian Kepemimpinan ... 11

B. Model-model Kepemimpinan ... 12

C. Kepemimpinan Transformasional ... 14

1. Teori Kepemimpinan Transformasional ... 15

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Transformasional ... 20

E. Dampak Positif Kepemimpinan Transformasional ... 21

(16)

xiv

G. Efikasi Kolektif ... 22

H. Dampak positif Efikasi Kolektif ... 25

I. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Kolektif ... 26

J. Penelitian Terdahulu Mengenai Efikasi Kolektif ... 27

K. Penelitian Terdahulu Pengaruh Kepemimpinan Transformasioanl Terhadap Efikasi Kolektif ... 27

L. Kerangka Berpikir Teoritis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 32

D. Populasi Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 33

E. Operasionalisasi Variabel ... 33

1. Variabel Dependen ... 33

2. Variabel Independen ... 34

F. Data yang Diperlukan ... 36

1. Data Primer ... 36

G. Teknik Pengumpulan Data ... 37

H. Pengujian Instrumen Penelitian ... 38

1. Validitas ... 38

2. Reliabilitas ... 43

I. Teknik Analisis Data ... 45

1. Analisis Deskriptif ... 45

2. Teknik Pengujian Hipotesis ... 53

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 56

A. Sma Negeri 1 Magelang ... 56

B. Sma Negeri 2 Magelang ... 58

C. Sma Negeri 3 Magelang ... 61

D. Sma Seminari Mertoyudan ... 65

E. Sma Tarakanita Magelang ... 69

(17)

xv

G. Sma Van Lith ... 75

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 80

1. Demografi Responden ... 80

2. Deskripsi Variabel ... 82

3. Analisis Uji Prasyarat ... 88

4. Uji Hipotesis ... 90

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 93

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 99

B. Keterbatasan Penelitian ... 100

C. Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

2.1 Indikator Kepemimpinan Transformasional ... 16

3.1 Data Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 37

3.2 Data Efikasi Kolektif Guru ... 37

3.3 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Visi Bersama ... 39

3.4 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Membangun Konsensus Sekolah ... 39

3.5 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Ekspektasi Kinerja yang Tinggi ... 40

3.6 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Menjadi Model ... 40

3.7 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Dukungan Sosial ... 40

3.8 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional DimensiMemberi Stimulasi Intelektual ... 41

3.9 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Membangun Kultur Sekolah ... 41

3.10 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Menciptakan Kultur Kolaboratif ... 41

3.11 Uji Validitas Efikasi Kolektif Guru ... 42

3.12 Uji Reliabilitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 44

3.13 Hasil Uji Reliabilitas Efikasi Kolektif Guru ... 44

5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 81

5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan... 81

5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 82

5.4 Kategori Dimensi Visi Bersama ... 82

5.5 Kategori Dimensi Membangun Konsensus Sekolah ... 82

5.6 Kategori Dimensi Ekspektasi Konerja yang Tinggi ... 84

5.7 Kategori Dimensi Menjadi Model ... 84

5.8 Kategori Dimensi Dukungan Sosial ... 85

5.9 Kategori Dimensi Memberi Stimulasi Intelektual ... 86

(19)

xvii

5.11 Kategori Dimensi Struktur Kolaboratif ... 87

5.12 Kategori Efikasi Kolektif Guru ... 88

5.13 Hasil Uji Normalitas ... 89

5.14 Uji Homogenitas Varians ... 89

5.15 Hasil Uji Linearitas ... 90

5.16 Hasil Uji Hipotesis ... 91

5.17 Uji F ... 96

(20)

xviii

DAFTAR SKEMA

2.2 Kepemimpinan Transformasional ... 21 2.3 Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Efikasi

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 Kisi-kisi Kepemimpinan Transformasional dan Efikasi Kolektif Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Hasil Data Kuesioner Lampiran 5 Uji Normalitas

Lampiran 6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 7 Uji Homogenitas Varians dan Uji Linearitas Lampiran 8 Uji Regresi Linear Sederhana

(22)

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu komponen kemajuan suatu bangsa. Dalam hal mutu pendidikan, Indonesia masih sangat tertinggal. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia menghambat munculnya orang-orang yang berkualitas karena dengan pendidikan akan mampu menghasilkan orang-orang yang berkualitas untuk membawa negara Indonesia menuju negara yang lebih maju.

Beberapa permasalahan pendidikan di Indonesia yang masih belum bisa diselesaikan, antara lain biaya sekolah yang mahal, fasilitas yang kurang memadai, kurangnya pemerataan pendidikan, permasalahan kurikulum 2013, masih banyaknya masyarakat yang buta huruf, serta mutu guru yang rendah. Selain permasalahan di atas, menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan seperti dimuat dalam website Antara News.com, menunjukkan bahwa hasil survey PISA (Progamme For International Study Assessment), menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia memperoleh rangking 64 dari 65 negara. Kenyataan ini sangat memprihatinkan karena pendidikan di Indonesia bisa dikatakan masih tertinggal dari negara lain. Rangking yang rendah tersebut dipengaruhi oleh berbagai permasalahan seperti yang telah disebutkan di atas. Salah satu yang berperan sangat penting dalam menyelesaikan permasalahan di atas adalah kepala sekolah.

(23)

Hal ini dapat dibuktikan dengan temuan dari beberapa peneliti yang melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa terdapat dampak positif kepemimpinan kepala sekolah, di antaranya: (1) pesan kepala sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah oleh (Paskalis, Sindju & Thamrin), (2) meningkatkan kinerja akademik guru oleh (Adir, Aunurrahman & Thamrin), (3) kepemimpinan sekolah dan budaya sekolah terhadap profesi serta implikasinya terhadap kinerja guru oleh (Suhartini), (4) kepemimpinan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia guru oleh (Rohmi, Minarsih & Warso), dan lain sebagainya. Untuk mencapai suatu tujuan organisasi, kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dan berperan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dikatakan sangat penting dan berperan karena kepemimpinan seorang pemimpin memiliki kendali untuk memutuskan suatu visi dan misi, mempengaruhi, mengajak, mengumpulkan dan menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan bersama.

(24)

mengkoordinasikan dan memotivasi orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Dengan kata lain, kepemimpinan seorang pemimpin sangat dibutuhkan supaya mampu memotivasi dan membawa bawahannya untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh seorang pemimpin agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Organisasi yang ada di sekolah tidak luput dari kepemimpinan. Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Karena sifatnya yang kompleks dan unik, sekolah sebagai organisasi yang memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah (Wahjosumidjo, 2007: 81). Kepala sekolah masa kini seharusnya mampu menjadi teladan, panutan dan mampu memotivasi baik guru ataupun staf untuk mampu berprestasi dan mencapai apa yang menjadi tujuan sekolah. Namun masih banyak kepala sekolah yang kurang memperhatikan bawahannya. Kepala sekolah begitu diktator sedangkan guru dan siswanya begitu tidak nyaman dengan kepemimpinan kepala sekolah. Hal ini mengesankan bahwa kepala sekolah tidak memiliki hubungan yang baik dengan guru, staf dan siswa. Hubungan yang demikian tidak saling menguntungkan karena guru, staf dan siswa melakukan apa yang diinginkan atau ditugaskan oleh kepala sekolah dengan terpaksa.

Dalam kepemimpinan, telah dikembangkan salah satu pendekatan terbaru dan paling populer, yaitu kepemimpinan transformasional. Menurut Burn,”…kepemimpinan transformasional itu merupakan proses di mana orang

(25)

176)”. Tipe pemimpin ini sangat peduli terhadap kebutuhan, kemampuan dan

motivasi serta mau membantu pengikutnya untuk mencapai kemampuan terbaik. Jenis kepemimpinan ini tidak mementingkan salah satu pihak saja, baik kepala sekolah, guru, atau staf.

Dalam kepemimpinan transformasional seorang pemimpin benar-benar sangat memperhatikan kinerja bawahannya (guru dan staf) untuk mencapai kemampuan terbaik dan mencapai hasil yang lebih dari yang diharapkan. Selain itu, jenis kepemimpinan ini mendukung pengikut ketika mencoba pendekatan baru dan mengembangkan cara inovatif untuk menghadapi masalah organisasi. Hal itu mendorong karyawan untuk memikirkan hal-hal secara mandiri dan terlibat dalam pengambilan keputusan yang hati-hati (Northhouse, 2013: 182). Menurut pandangan Leithwood (2010: 507) dimensi yang digunakan untuk menentukan perilaku kepemimpinan transformasional meliputi: (1) mengembangkan visi bersama bagi sekolah; (2) membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah, (3) menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi; (4) menjadi panutan atau model; (5) memberi support atau dukungan; (6) menyediakan stimulasi intelektual; (7) membangun kultur sekolah dan (8) membangun kultur kolaboratif.

(26)

Kepercayaan atau keyakinan diri secara bersama dalam melaksanakan suatu tugas dengan berhasil dirujuk sebagai efikasi kolektif dan aspek ini senantiasa terwujud dalam komunitas profesional sekolah (Muijs & Harris, 2006). Menurut

Bandura (Jess, 2010: 219), efikasi kolektif adalah “keyakinan yang dimiliki

manusia untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Efikasi kolektif dalam suatu

kelompok (guru) juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan serta keyakinan bahwa mereka mampu bekerja sama dengan baik dalam kelompok tersebut. Efikasi kolektif sendiri sangat penting untuk diterapkan tidak hanya di bidang pendidikan namun juga dalam organisasi lainnya. Dikatakan penting dikarenakan efikasi kolektif sangat mendukung dalam keberhasilan suatu sekolah. Efikasi kolektif sendiri tidak memandang berapa jumlah orang dalam satu kelompok, yang terpenting adalah kepercayaan satu sama lain dalam melaksanakan tugas dalam kelompok tersebut secara keseluruhan, baik tugas dalam mendidik murid-murid maupun tugas administrasi dan lain-lain. Selain itu, efikasi kolektif seharusnya ada dalam diri masing-masing guru supaya dalam bekerja sama dengan guru yang lain dan kepala sekolah mampu melihat kemampuan komunitas dalam kelompok supaya dapat menyelesaikan tugasnya sebagai guru dengan baik.

(27)

kepemimpinan transformasi dan efikasi kolektif guru terhadap pembelajaran pelajar. Selain itu, kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan pengajaran memberikan kesan positif terhadap efikasi kolektif guru.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ratna & Lantip (tt) yang menguji pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi kerja guru dan budaya sekolah terhadap kedisiplinan siswa di Kabupaten Bantul merumuskan bahwa: kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kedisiplinan siswa. Hal ini dibuktikan dengan angka signifikansi kurang

dari 0,05, dan koefisien regresi (β)= 0,631 dan koefisien determinasi (R2)= 0,398.

Artinya bahwa 39,8% kedisiplinan siswa di Kabupaten Bantul dipengaruhi oleh kepemimpinan transformasional kepala sekolah.

(28)

Terdapat delapan dimensi kepemimpinan transformasional menurut Leithwood yang bisa menjadi pegangan seorang kepala sekolah dalam menerapkan gaya kepemimpinan transformasional yang diharapkan mampu mengembangkan efikasi kolektif guru. Melihat begitu pentingnya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam menumbuhkan dan mengembangkan efikasi guru, maka peneliti ingin mengetahui apakah terdapat kontribusi antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan efikasi kolektif guru pada tujuh sekolah di Magelang, antara lain: SMA Taruna Nusantara, SMA Van Lith, Seminari Mertoyudan, SMA Negeri 2, SMA Tarakanita, dan SMA Negeri 1 Magelang. Peneliti memilih tujuh sekolah tersebut karena sekolah tersebut merupakan sekolah favorit di kota Magelang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah persepsi guru-guru terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah?

2. Bagaimanakah tingkat efikasi guru pada SMA Taruna Nusantara, SMA Van Lith, Seminari Mertoyudan, SMA Negeri 2, SMA Tarakanita, dan SMA Negeri 1 Magelang?

3. Seberapa besar, jika ada, kontribusi antara gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan efikasi kolektif guru?

C.Tujuan Penelitian

(29)

2. Untuk mendeskripsikan tingkat efikasi guru-guru di SMA Taruna Nusantara, SMA Van Lith, Seminari Mertoyudan, SMA Negeri 2, SMA Tarakanita, dan SMA Negeri 1 Magelang.

3. Untuk menguji dan menganalisis seberapa besar kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada kepala sekolah untuk mengevaluasi gaya kepemimpinan apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan guru dalam memimpin suatu lembaga sekolah serta mampu membuat para guru percaya akan kemampuan mereka dan termotivasi untuk melakukan tugas-tugasnya dalam kelompok (efikasi kolektif).

2. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan bagi mahasiswa atau pihak lain yang membutuhkan untuk memberi gambaran mengenai hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan efikasi kolektif guru. 3. Bagi penulis

(30)

4. Bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian, sumber referensi, pengetahuan dan evaluasi dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif guru.

E. Definisi Operasional dan Indikator

1. Kepemimpinan transformasional

Kepemimpinan transformasional merupakan hubungan pemimpin dan bawahan yang mampu menumbuhkan motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin itu sendiri dan bawahannya.

Indikator untuk menentukan perilaku kepemimpinan kepala sekolah menurut Leithwood sebagai berikut:

1) Mengembangkan visi bersama bagi sekolah

2) Membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah 3) Menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi

4) Menjadi panutan atau model 5) Memberi support atau dukungan 6) Menyediakan stimulasi intelektual 7) Membangun kultur sekolah 8) Membangun kultur kolaboratif 2. Efikasi kolektif

(31)
(32)

11

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dicari oleh banyak organisasi dan bernilai tinggi. Banyak orang berpikir, kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk meningkatkan kehidupan pribadi, sosial dan profesional seorang pemimpin. Dalam masyarakat modern dan negara yang semakin maju, setiap organisasi dituntut untuk memiliki seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh suatu organisasi tersebut. Oleh karena pengertian dan pemahaman tentang kepemimpinan sangat beragam, banyak peneliti yang tertarik untuk meneliti tentang kepemimpinan itu sendiri.

Beberapa definisi dari para ahli, antara lain:

a) Definisi menurut Yulk (2005: 5), bahwa kepemimpinan merupakan proses seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya yang terjadi secara alami dalam sistem sosial dan banyak disebarkan kepada para anggotanya.

b) Sedangkan Rivai, Bachtiar dan Amar (2013: 3) mengatakan bahwa “kepemimpinan adalah suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk memengaruhi

(33)

Dari definisi yang telah diungkapkan oleh kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan sangat penting dalam sebuah organisasi. Peran pemimpin sangat penting dalam memengaruhi para anggotanya untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

B. Model- model Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan suatu gambaran kemampuan seorang pemimpin dalam memimpin bawahannya berdasarkan kemampuan atau keahlian yang dimilikinya. Rivai (2013: 13) mengemukakan terdapat empat model kepemimpinan, yaitu:

a. Model yang pertama adalah kepemimpinan partisipatif dan pendelegasian. Menurut Rivai, kepemimpinan partisipatif merupakan sekumpulan aturan dengan tujuan untuk menentukan ragam dan banyaknya pengambilan keputusan partisipatif dalam situasi yang berbeda. Dalam model yang pertama ini, pemimpin meminta saran dan masukan dari para anggota sebagai masukan dan pertimbangan dalam membuat keputusan.

b. Model yang kedua adalah kepemimpinan karismatik. Menurut Rivai, terdapat tujuh (7) karakteristik utama dalam kepemimpinan karismatik, yaitu:

1) Percaya diri: seorang pemimpin yang benar-benar percaya akan kemampuan dirinya sendiri.

(34)

4) Keyakinan kuat akan visi itu. Seorang pemimpin karismatik bergabung dalam pencapaian visi tersebut, mau mengambil resiko yang tinggi dan mau mengeluarkan biaya walaupun biaya itu sangat tinggi.

5) Perilaku yang di luar aturan. Pemimpin dengan karisma, melakukan sesuatu dengan perilaku yang dipahami sebagai baru, dan berlawanan dengan norma. Hal ini bila berhasil akan menimbulkan kekaguman tersendiri bagi para anggotanya. 6) Agen perubahan. Hal ini pemimpin yang karismatik dipahami sebagai agen perubahan yang radikal. Maksudnya adalah seorang pemimpin menuntut dengan keras untuk mencapai perubahan.

7) Kepekaan lingkungan. Pemimpin mampu membuat penilaian akan kendala yang ada di lingkungan dan sumber daya yang diperlukan untuk membuat perubahan.

c. Model yang ketiga adalah kepemimpinan transformasional. Menurut Rivai, model yang ketiga ini merupakan pemimpin yang memotivasi anggotanya ke arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas tugas dengan peran masing-masing anggota.

Saat ini, dari ketiga model di atas yang sedang banyak diteliti oleh para peneliti adalah model yang ketiga, yaitu kepemimpinan transformasional yang saat ini belum banyak dilakukan di Indonesia.

(35)

hubungan antara pemimpin dan pengikut merupakan kontrak transaksi, Wirawan (2013: 134). Artinya, apa yang dibutuhkan oleh pemimpin ditukarkan dengan apa yang dibutuhkan oleh pengikut. Hal ini biasanya dilakukan melalui proses tawar menawar. Jadi inti dari kepemimpinan transaksional adalah jika pemimpin mampu memberikan apa yang dibutuhkan oleh pengikut maka pengikut akan memberikan apa yang dibutuhkan oleh pemimpin. Jika pemimpin tidak mampu memberikan apa yang diinginkan oleh pengikut, maka pengikut bisa saja tidak merespon apa yang diinginkan oleh pemimpin, mogok kerja dan lain sebagainya.

C. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin memotivasi anggotanya ke arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas tugas dengan peran masing-masing anggota. Seorang pemimpin mau mencurahkan perhatiannya kepada apa yang dibutuhkan oleh anggotanya, mengubah kesadaran para anggota akan persoalan-persoalan yang ada dengan memandang suatu persoalan dengan cara baru, mampu meningkatkan gairah, kepercayaan, dan mengilhami para anggota untuk mengeluarkan upaya ekstra mereka untuk mencapai tujuan kelompok.

(36)

yang menggunakan istilah Transformational Leadership (kepemimpinan transformasional).

1. Teori Kepemimpinan Transformasional a. James McGregor Burns

Burn (Wirawan, 2013) memformulasikan kepemimpinan menstransformasi sebagai berikut:

1) Baik pemimpin maupun pengikut sama-sama memiliki tujuan bersama yang mencerminkan nilai-nilai, motivasi, kebutuhan, keinginan, aspirasi serta harapan mereka. Seorang pemimpin lalu melihat tujuan tersebut kemudian bertindak tidak hanya atas namanya sendiri namun juga atas nama para pengikutnya.

2) Walaupun memiliki tujuan bersama (antara pemimpin dan pengikut), namun dalam mencapai tujuan tersebut memiliki tingkat dan potensi yang berbeda. Esensi dari hubungan pemimpin dan pengikut adalah interaksi pemimpin dan pengikut dengan level motivasi dan kekuasaan, termasuk di dalamnya ada keterampilan untuk mencapai tujuan bersama.

(37)

4) Pada akhirnya, kepemimpinan menstransformasi mengajarkan para pengikut bagaimana menjadi seorang pemimpin dengan melakukan peran aktif dalam perubahan.

5) Tingkat tertinggi dalam kepemimpinan menstransformasi adalah terciptanya nilai-nilai akhir yang meliputi keadilan, kebebasan, kemerdekaan, persamaan, menstransformasi, dan persaudaraan dalam masyarakat.

b. Benard M. Bass

Dalam kepemimpinan transformasional, kepemimpinan merupakan proses satu arah, yaitu pemimpin menstransformasi pengikut, Bass (Wirawan, 2013).

Bass bersama dengan Avolio (1990) mendefinisikan kepemimpinan transformasional dengan istilah 4.I, yaitu:

1) Individual consideration (perhatian individu). Jika ingin mengembangkan pengikutnya, seorang pemimpin harus menciptakan lingkungan atau iklim kerja atau organisasi yang mendukung. Perhatian individual di mana seorang pemimpin mampu mengurusi setiap kebutuhan mereka, di mana seorang pemimpin menjadi mentor yang baik bagi para pengikut dan membuka komunikasi terbuka antara pemimpin dan pengikut. Indikator kepemimpinan transformasional dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Indikator Kepemimpinan Transformasional

Pemimpin Pengikut

 Mempunyai visi, tujuan, motivasi, keinginan, kebutuhan, aspirasi, harapan, hari depan menyatu dengan yang diimpikan pengikut

 Visi, tujuan, nilai-nilai, motivasi, keinginan,

(38)

 Motivasi, kekuasaan,

2) Intellectual stimulation (stimulasi intelektual). Jika yang pertama seorang pemimpin harus menciptakan lingkungan kerja yang mendukung, maka untuk yang kedua, seorang pemimpin menstimulasi pengikut supaya mereka menggunakan imajinasinya untuk melakukan sesuatu yang dapat diterima oleh sistem sosial.

3) Inspirational motivation (motivasi inspirasional). Untuk bagian yang ketiga ini, seorang pemimpin harus menciptakan gambaran yang jelas mengenai visi yang secara optimis mampu dicapai dan pemimpin sendiri harus mampu membuat para pengikut untuk mengikatkan diri pada visi tersebut.

(39)

c. Kenneth Leithwood

Leithwood merupakan salah satu tokoh mengenai kepemimpinan transformasional. Leithwood memiliki semua alat ukur yang digunakan untuk mengukur apakah kepala sekolah sudah menerapkan kepemimpinan transformasional dengan delapan dimensi, yaitu: (1) mengembangkan visi bersama bagi sekolah; (2) membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah, (3) menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi; (4) menjadi panutan atau model; (5) memberi support atau dukungan; (6) menyediakan stimulasi intelektual; (7) membangun kultur sekolah dan (8) membangun kultur kolaboratif.

d. Dimensi Kepemimpinan Transformasional

Terkait dengan indikator perilaku kepemimpinan transformasional, beberapa ahli mendeskripsikan secara berbeda. Salah satunya adalah Leithwood. Dimensi yang digunakan Leithwood (1994) untuk menentukan perilaku kepemimpinan transformasional sebagai berikut:

a) Mengembangkan visi bersama bagi sekolah

Kepala sekolah yang berupaya untuk mengembangkan dan menyalurkan visi kepada orang lain serta membuat mereka memahami dan terinspirasi untuk melakukan visi tersebut.

b) Membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah

(40)

c) Menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi

Kepala sekolah yang menunjukkan ekspektasi yang tinggi terhadap guru dan karyawan supaya mampu bekerja secara inovatif, pekerja keras serta profesional. d) Menjadi panutan atau model

Kepala sekolah di mana perilaku dan tindakannya bisa menjadi contoh bagi orang lain.

e) Memberi support atau dukungan

Perilaku kepala sekolah yang mau mendengarkan ide dari para guru, memahami betul kemampuan dan ketertarikan mereka serta mencari tahu pemahaman para guru terhadap suatu masalah serta memberikan pujian atas kerja keras yang baik.

f) Menyediakan stimulasi intelektual

Perilaku kepala sekolah mendorong staf dan guru untuk mencoba sesuatu yang baru serta mengajak guru dan staf untuk memikirkan dan mempertimbangkan kembali asumsi-asumsi mengenai pekerjaan mereka dan apa yang dilakukan supaya asumsi itu bisa diwujudkan.

g) Membangun kultur sekolah

(41)

h) Membangun kultur kolaboratif

Perilaku kepala sekolah di mana dia memberikan kesempatan kepada para guru dan staf untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan tugas-tugas guru serta memberikan permasalahan yang terdapat di sekolah tersebut.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Transformasional

Menurut Northouse (2013:181) terdapat empat faktor yang mempengaruhi kepemimpinan transformasional, yaitu:

1) Karisma atau pengaruh ideal. Pemimpin yang bertindak sebagai seorang teladan yang kuat bagi para pengikutnya. Inti dari karisma atau pengaruh ideal adalah seorang pemimpin yang memiliki moral dan standar yang tinggi yang ingin membuat orang lain mengikuti visi yang telah mereka sampaikan.

2) Motivasi yang menginspirasi. Seorang pemimpin yang mengkomunikasikan atau menyampaikan harapan yang tinggi kepada para pengikut, lalu menginspirasi mereka melalui motivasi agar para pengikut menjadi setia kepadanya.

3) Rangsangan intelektual. Pemimpinan yang merangsang para pengikut supaya bersikap inovatif dan kreatif, serta merangsang keyakinan dan nilai mereka sendiri.

(42)

Dari uraian di atas, akan diperjelas melalui tabel 2.2 Kepemimpinan Transformasional sebagai berikut.

Tabel 2.2 Kepemimpinan Transformasional

Sumber: Northouse, 2013: 183

E. Dampak Positif Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional memiliki dampak positif terhadap beberapa hal yang dapat dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranyan yang pertama menurut Werang (2014) yang menyimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan terhadap moral kerja dan kinerja guru. Kedua menurut Wuradji (2014) menyimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap pengembangan karir guru sekolah dasar sekecamatan Godean. Ketiga menurut Susanti (2013) menyimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja pendidik dan tenaga pendidik.

Pengaruh ideal

+

Motivasi yang menginspirasi

+

Rangsangan intelektual

+

Pertimbangan yang diadaptasi

(43)

F. Penelitian Terdahulu Kepemimpinan Transformasional

Berdasarkan penelitian Werang (2014) yang melakukan penelitian pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah, moral kerja guru, dan kepuasan kerja terhadap kinerja guru SDN di Merauke, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap moral kerja guru SD Negeri di Kota Merauke.

2. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru SD Negeri di Kota Merauke.

Jadi, dengan kata lain bahwa kepemimpinan transformasional jika diterapkan dengan sungguh-sungguh akan mampu mempengaruhi aspek-aspek yang lain. Seperti contoh penelitian di atas didapatkan hasil bahwa kepemimpinan transformasional mempengaruhi aspek lain, yaitu moral kerja guru dan kinerja guru.

G. Efikasi Kolektif

Kepercayaan atau keyakinan diri secara bersama dalam melaksanakan suatu tugas dengan berhasil dirujuk sebagai efikasi kolektif dan aspek ini senantiasa terwujud dalam komunitas profesional sekolah (Muijs & Harris, 2006). Efikasi kolektif dalam suatu kelompok (guru) juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan serta keyakinan bahwa mereka mampu bekerja sama dengan baik dalam kelompok tersebut.

(44)

interaksi dalam kelompok yang mempengaruhi kemampuan operatif anggota kelompok.

Menurut Bandura (1997: 478) kepercayaan dari efikasi personal atau individu dideteksi tidak melalui sistem sosial pada fungsi anggota namun lebih mempertimbangkan sifat kuat individu dalam proses kelompok di mana kelompok tersebut mampu meningkatkan atau yang mengganggu usaha tersebut. Namun sebaliknya, dalam efikasi kelompok menilai secara keseluruhan anggota dalam mempertimbangkan sebaik apa kerja teman dalam kelompoknya dalam melaksanakan peranannya masing-masing. Mereka berfokus pada individu dalam proses operasi dalam kelompok bukan berfokus pada kelompok yang menghilangkan semua pemikiran tentang individu yang berkontribusi untuk usaha bersama.

Menurut Bandura (1997: 480) “sebagian besar tingkat usaha saling

(45)

Menurut Bandura (1997: 477) “efikasi kolektif bukan merupakan monolisiti

(kesatuan organisasi yang membentuk kekuatan tunggal) atribut kelompok”. Di

dalam sistem sekolah, guru pada level yang berbeda menghadapi tantangan yang berbeda dalam memberi persetujuan pada control personal. Masalah akademik siswa tidak dapat diatasi dengan mudah pada level awal yang lebih tinggi, di mana banyak kekurangan akademik yang mencolok dan rasa kesia-siaan., sikap antagonis pada kegiatan akademis. Penempatan posisi setiap individu yang berbeda atau memberikan fungsi berbeda dalam sistem sosial yang sama dapat menimbulkan perbedaan bagaimana mereka memandang efikasi kolektif kelompok. Lebih lengkapnya, level kolektif efikasi pada setiap kelompok memiliki aktifitas yang berbeda. Perbedaan dalam keyakinan efikasi kelompok lebih baik dari variasi dalam kelompok., walaupun kebulatan tekad pada keyakinan efikasi dalam kelompok masih sangat jarang. Perbedaan efikasi kelompok ini, dapat dilihat dari perbedaan atribut efikasi kelompok secara keseluruhan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kriteria dari keyakinan adalah suatu persetujuan dari suatu kelompok bukan dari perbedaan dalam kelompok.

(46)

1. Analisis terhadap tugas guru

Para guru percaya bahwa mereka mampu memotivasi para siswa, menyiapkan apa yang diperlukan siswa, memiliki kemampuan untuk mengatasi siswa yang bermasalah serta memiliki sikap tidak pantang menyerah ketika siswa tidak mau belajar.

2. Assesmen terhadap kompetensi guru

Guru mempunyai keyakinan bahwa dirinya mampu membuat siswanya belajar, memiliki kemampuan dalam menciptakan proses belajar mengajar yang bermakna bagi siswa, menyiapkan bahan dan perlengkapan untuk kegiatan belajar mengajar serta menyiapkan metode mengajar yang mampu menjangkau semua siswa secara rata

H. Dampak Positif Efikasi Kolektif

Efikasi kolektif memiliki dampak positif dan dapat dibuktikan melalui yang pertama menurut (Yusof & Osman, 2014) menyatakan bahwa semakin tinggi efikasi diri maka guru akan semakin mampu menyampaikan isi pelajaran dengan baik. Guru yang memiliki tahap efikasi diri yang tinggi juga dapat memiliki efikasi kolektif yang tinggi karena efikasi kolektif terbentuk dari efikasi diri. Kedua menurut Riyadiningsih (Smylie, 1990 dalam Ebmeirr, 2003) menyatakan bahwa efikasi guru sangat berdampak terhadap tingkah laku guru, pembelajaran murid dan perubahan guru melalui perkembangan staf.

I. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efikasi Kolektif

(47)

keperluan serta mampu memberi bimbingan dan sokongan kepada guru. Kedua menurut Riyadiningsih (2014) menyatakan bahwa pengetahuan mempengaruhi efikasi guru, melibatkan guru dalam membuat keputusan. Ketiga menurut Goddart,et.all (skaalvik & Skaalvik, 2014), menyatakan bahwa harapan yang tinggi membuat tekanan normatif yang mendorong guru untuk melakukan apa yang diperlukan untuk unggul dan menghambat mereka untuk menyerah ketika menghadapi situasi sulit. Konteks budaya seperti mempromosikan prestasi siswa dapat meningkatkan efikasi diri. Keempat menurut (Goddard & Goddard, 2001), menyatakan bahwa keyakinan kolektif sebuah kelompok dipengaruhi oleh kesuksesan masa lalu, pengamatan keberhasilan kelompok lain. Ketika guru mengalami tantangan dan kegagalan yang dapat menurunkan motivasi masing-masing, kemunduran ini mungkin terbantu dengan keyakinan dalam kapasitas kolektif sekolah untuk perubahan. Kelima menurut Ismail (2015) guru yang berefikasi tinggi memiliki kemampuan untuk memberikan motivasi dan pembelajaran yang lebih baik terhadap murid.

J. Penelitian terdahulu Mengenai Efikasi Kolektif

(48)

pelajar. Selain itu, kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan pengajaran memberikan kesan positif terhadap efikasi kolektif guru. Penelitian yang dilakukan oleh Kanesan (tt) telah menunjukkan bahwa efikasi kolektif berpengaruh secara signifikan terhadap pembelajaran pelajar.

K. Penelitian terdahulu Pengaruh Kepemimpinan Transformasional

terhadap Efikasi Kolektif

Kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh terhadap efikasi kolektif guru. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kanesan (tt) yang meneliti mengenai pengaruh mediasi efikasi kolektif guru terhadap pengaruh kepemimpinan Pentadbir sekolah terhadap pembelajaran pelajar. Penelitian ini menemukan bahwa:

1. Kepemimpinan pengajaran memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap pembelajaran pelajar dibandingkan dengan kepemimpinan transformasi.

2. Lalu selanjutnya didapatkan juga hasil bahwa “kepemimpinan transformasi

juga didapati mempunyai pengaruh yang lebih tinggi terhadap efikasi kolektif guru berbanding kepemimpinan pengajar, dan

3. Efikasi kolektif guru bertindak sebagai mediator terhadap hubungan antara kepemimpinan transformasi dengan pembelajaran pelajar dan mediator penuh terhadap hubungan antara kepemimpinan pengajaran dengan pembelajaran pelajar.

(49)

menyatakan bahwa kepemimpinan dapat meningkatkan efikasi kolektif guru untuk mampu menguasai keterampilan dan pengalaman kerja orang lain. Selain itu, kepemimpinan transformasi dan kepemimpinan pengajaran memberikan kesan positif terhadap efikasi kolektif guru.

L. Kerangka Berpikir Teoretis

(50)

kepercayaan atau keyakinan diri secara bersama dalam melaksanakan suatu tugas dengan berhasil disebut dengan efikasi kolektif (Muijis & Harris, 2006). Dari uraian di atas, akan diperjelas melalui tabel 2.3 variabel kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan efikasi kolektif guru.

Tabel 2.3 Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Efikasi Kolektif Guru

Data: Diolah 2015

Dari uraian di atas, terdapat kontribusi kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan efikasi kolektif guru karena ketika seorang kepala sekolah mampu menerapkan kedelapan dimensi menurut Leithwood akan mampu merangsang atau menumbuhkan efikasi kolektif guru dalam mencapai tujuan bersama. Lebih jelasnya, keberhasilan sekolah sangat tergantung pada kontribusi seorang pemimpin dan memberikan kesan yang baik dalam memimpin. Seorang kepala sekolah harus mampu menumbuhkan kesan yang baik kepada guru dan siswa lalu memberikan kontribusi dengan cara memotivasi mereka untuk bekerja lebih baik dari yang diinginkan kepala sekolah. Selain itu, keberhasilan sekolah juga diukur dari keberhasilan akademik pelajar dimana hal ini sangat bergantung

Gaya Kepemimpinan

(51)

dari kepercayaan guru baik secara individu maupun kelompok untuk mampu meningkatkan akademik pelajar. Dalam hal ini, guru sangat berperan penting untuk mendidik siswa-siswi supaya mereka memiiki motivasi belajar yang tinggi. Dalam memotivasi supaya siswa mau belajar, guru juga harus memilliki keyakinan diri bahwa guru mampu menyediakan apa yang diperlukan siswa, mampu menyiapkan metode mengajar yang bisa mencakup semua anak didik serta memiliki pengelolaan kelas yang baik. Keyakinan diri, percaya diri, memperhatikan apa yang dibutuhkan siswa,semua ini dapat tumbuh didalam diri guru dari bagaimana kepala sekolah memotivasi mereka, dan memberikan contoh yang baik mereka.

Melihat penjelasan di atas, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dibutuhkan kerja sama antara kepala sekolah dengan guru, serta kesadaran guru dalam bekerja sama dengan anggotanya. Dengan demikian, kepala sekolah dalam memimpin anggotanya dengan menggunakan delapan dimensi Leithwood mampu menumbuhkan kesadaran dalam diri masing-masing anggotanya untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan guru dengan kemampuannya mampu melakukan tugas-tugasnya dengan baik.

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ada kontribusi positif antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru.

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan tujuan untuk menguji hipotesis atau teori yang menjelaskan mengapa suatu fenomena terjadi. Fenomena dalam penelitian ini adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan efikasi kolektif guru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana. Deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif guru. Dalam metode deskriptif data dihimpun dan disusun secara sistematis namun tidak menjelaskan hubungan antar variabel serta tidak melakukan uji hipotesis. Penelitian regresi linear sederhana digunakan untuk menguji dan menganalisis ada tidaknya kontribusi antara kepemimpinan transformasional terhadap efikasi kolektif guru.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di tujuh sekolah yang berada di Magelang, yaitu SMA Taruna Nusantara, SMA Van Lith, Seminari Mertoyudan, SMA Negeri 3, SMA Negeri 2, SMA Tarakanita, dan SMA Negeri 1 Magelang pada bulan Agustus 2015.

C. Subjek dan Objek Penelitian

(53)

Seminari Mertoyudan, SMA Negeri 3, SMA Negeri 2, SMA Tarakanita, dan SMA Negeri 1 Magelang.

Objek dalam penelitian ini adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif guru.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

a) Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru yang berada di tujuh sekolah yang ada di Magelang, meliputi SMA Taruna Nusantara, SMA Van Lith, Seminari Mertoyudan, SMA Negeri 3, SMA Negeri 2, SMA Tarakanita dan SMA Negeri 1 Magelang.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah 105 guru dari tujuh sekolah yang telah disebutkan di atas. Masing-masing sekolah diambil sampel secara acak sebanyak 15 guru. Respon rate pengembalian kuesioner dalam penelitian ini adalah 100%.

b) Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dengan cara undian.

E. Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel, yaitu satu variabel dependen (efikasi kolektif guru) dan satu variabel independen (kepemimpinan transformasional kepala sekolah).

(54)

2. Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi dependen. Dalam hal ini, variabel independen adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah.

Definisi operasional dan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang mampu menumbuhkan motivasi dan moralitas tinggi dalam diri bawahan.

Indikator variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah mencakup delapan dimensi berikut (Leithwood, 1994):

1) Mengembangkan visi bersama bagi sekolah

Kepala sekolah yang berupaya untuk mengembangkan dan menyalurkan visi kepada orang lain serta membuat mereka memahami dan terinspirasi untuk melakukan visi tersebut .

2) Membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah

Kepala sekolah yang berupaya mendorong supaya para guru dan staf dapat bersatu dan bekerja sama serta membantu mereka dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan.

3) Menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi

Kepala sekolah yang menunjukkan ekspektasi yang tinggi terhadap guru dan karyawan supaya mampu bekerja secara inovatif, pekerja keras serta profesional. 4) Menjadi panutan atau model

(55)

5) Memberi support atau dukungan

Perilaku kepala sekolah yang mau mendengarkan ide dari para guru, memahami betul kemampuan dan ketertarikan mereka serta mencari tahu pemahaman para guru terhadap suatu masalah serta memberikan pujian atas kerja keras yang baik.

6) Menyediakan stimulasi intelektual

Perilaku kepala sekolah mendorong staf dan guru untuk mencoba sesuatu yang baru serta mengajak guru dan staf untuk memikirkan dan mempertimbangkan kembali asumsi-asumsi mengenai pekerjaan mereka dan apa yang akan dilakukan supaya asumsi itu bisa diwujudkan.

7) Membangun kultur sekolah

Perilaku kepala sekolah yang berusaha untuk membangun nilai, keyakinan dan norma sekolah, serta menciptakan suasana saling percaya dan perhatian satu dengan yang lain.

8) Membangun kultur kolaboratif

Perilaku kepala sekolah dimana dia memberikan kesempatan kepada para guru dan staf untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan isu-isu mengenai diri mereka.

a) Efikasi Kolektif

(56)

(1) Analisis terhadap tugas guru

Para guru percaya bahwa mereka mampu memotivasi para siswa, menyiapkan apa yang diperlukan siswa, memiliki kemampuan untuk mengatasi siswa yang bermasalah serta memiliki sikap tidak pantang menyerah ketika siswa tidak mau belajar.

(2) Assesmen terhadap kompetensi guru

Guru mempunyai keyakinan bahwa dirinya mampu membuat siswanya belajar, memiliki kemampuan dalam menciptakan proses belajar mengajar yang bermakna bagi siswa, menyiapkan bahan dan perlengkapan untuk kegiatan belajar mengajar serta menyiapkan metode mengajar yang mampu menjangkau semua siswa secara rata

F. Data yang di perlukan

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan angket terhadap subjek penelitian. Data yang dikumpulkan meliputi kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif guru.

(57)

Tabel 3.1 Data Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Variabel Dimensi

Kepemimpinan Transformasional

1. Visi bersama

2. Membangun konsensus sekolah

3. Ekspektasi kinerja yang tinggi 4. Menjadi model

5. Dukungan individual

6. Memberi stimulasi intelektual 7. Membangun kultur sekolah 8. Menciptakan struktur

kolaboratif

b. Data efikasi kolektif dikumpulkan menggunakan dua indikator yang dikembangkan oleh Bandura (1997). Dua indikator menurut Bandura (1997) dapat dilihat dalam tabel 3.2 data efikasi kolektif guru.

Tabel 3.2 Data Efikasi Kolektif Guru

Variabel Dimensi

Efikasi Kolektif Analisis terhadap tugas guru

Assesmen terhadap kompetensi guru

G. Teknik Pengumpulan Data

(58)

H. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Validitas

Validitas berkaitan erat antara kesesuaian konsep dengan indikator yang digunakan untuk mengukur suatu variabel penelitian.

Pengujian terhadap validitas menggunakan validitas isi untuk menentukan sejauh mana isi alat pengukur mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep.

Untuk mengukur validitas isi menggunakan SPSS versi 17 atau bisa menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunta, 1997: 146):

rxy = N∑XY –(∑X) (∑Y)

–(∑ )〉

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antar skor item dan skor total X = skor masing-masing item tes

Y = skor total seluruh item tes N = jumlah item pertanyaan

Untuk mengetahui valid atau tidak masing-masing item pertanyaan, maka kriteria statistik sebagai berikut:

(59)

a) Hasil Pengujian Validitas

Variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah diolah secara terpisah-pisah menurut dimensinya. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.3 validitas kepemimpinan transformasional kepala sekolah per dimensi

sejauh mana ketepatan atau kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya terhadap variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif guru Azwar (2011, 5). kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif guru. Di bawah ini merupakan uji validitas untuk kepemimpinan transformasional kepala sekolah yang diuji per dimensi dan efikasi kolektif guru yang terdiri dari dua dimensi sebagai berikut.

Tabel 3.3 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Visi Bersama

Hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa terdapat 5 pernyataan kuesioner valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,195.

Tabel 3.4 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Membangun Konsensus Sekolah

No r hitung r tabel Keterangan

11 .682** 0,195 Valid 33 .725** 0,195 Valid 49 .577** 0,195 Valid

Hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 pernyataan kuesioner valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,195.

No r hitung r tabel Keterangan

(60)

Tabel 3.5 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi kuesioner valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,195.

Tabel 3.6 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Menjadi Model kuesioner valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,195.

(61)

Tabel 3.8 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Memberi Stimulasi Intelektual

No r hitung r table Keterangan

2 .492** 0,195 Valid

6 .517** 0,195 Valid

17 .610** 0,195 Valid 25 .562** 0,195 Valid 29 .629** 0,195 Valid 31 .426** 0,195 Valid 34 .459** 0,195 Valid

Hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa terdapat 7 pernyataan kuesioner valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,195.

Tabel 3.9 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Membangun Kultur Sekolah

No r hitung r table Keterangan

7 .426** 0,195 Valid 19 .291** 0,195 Valid 35 .498** 0,195 Valid 38 .581** 0,195 Valid 39 .544** 0,195 Valid 40 .404** 0,195 Valid 46 .439** 0,195 Valid 48 .181 0,195 Tidak Valid

Hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa terdapat 8 pernyataan kuesioner, 7 pernyataan valid dan 1 pernyataan tidak valid pada pernyataan kuesioner nomor 48. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,195.

Tabel 3.10 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Dimensi Menciptakan Kultur Kolaboratif

No r hitung r tabel Keterangan

(62)

15 .626** 0,195 Valid 18 .657** 0,195 Valid 23 .610** 0,195 Valid 36 .354** 0,195 Valid 41 .537** 0,195 Valid

Hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa terdapat 8 pernyataan kuesioner valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,195

Dari kedelapan dimensi di atas, dapat disimpulkan bahwa dari 50 pernyataan kuesioner, terdapat 1 pernyataan kuesioner yang tidak valid pada item nomor 48 yakni pada dimensi membangun kultur sekolah. Hal ini bisa disebabkan guru kurang memahami item pertanyaan pada nomor 48.

Selanjutnya adalah uji validitas efikasi kolektif guru dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut ini.

Tabel 3.11 Uji Validitas Efikasi Kolektif Guru

(63)

17 .236* 0,195 Valid kuesioner, 20 pernyataan kuesioner valid dan 1 pernyataan kuesioner tidak valid pada item nomor 6. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,195.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada variabel efikasi kolektif guru terdapat satu item pertanyaan yang tidak valid pada item pertanyaan nomor 6. Hal ini bisa disebabkan karena dari pihak guru kurang memahami item pertanyaan tersebut. 2. Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada hasil pengukuran yang selalu sama atau konsisten. Untuk mengukur reliabilitas menggunakan rumus alpha cronbach. Soal tes dikatakan reliabel jika memenuhi kriteria yaitu harga Alpha Cronbach > 0.60. Untuk memudahkan perhitungan dalam mencari reliabilitas instrumen penelitian, maka peneliti menggunakan program SPSS 17. Rumus yang digunakan untuk alfa cronbach sebagai berikut:

rii = Reliabilitas instrumen

(64)

σt2 = Varians total

Uji reliabilitas dilakukan pada 105 responden dengan taraf signifikan 5%. Untuk lebih jelasnya, hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini.

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil suat pengukuran dapat dipercaya Azwar (2011, 1). Di bawah ini merupakan uji reliabiltas untuk kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif guru.

Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas Kepemimpinan Transformasional Kepala

Dimensi Nilai Alpha Cronbach Keterangan

Visi bersama 0,728 Reliabel

Membangun konsensus sekolah 0,747 Reliabel

Ekspektasi kinerja yang tinggi 0,727 Reliabel

Menjadi model 0,717 Reliabel

Dukungan individual 0,725 Reliabel

Memberi stimulasi intelektual 0,699 Reliabel

Membangun kultur sekolah 0,670 Reliabel

Menciptakan kultur kolaboratif 0,695 Reliabel

Sumber: Data primer, diolah 2015

Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Efikasi Kolektif Guru

Variabel Nilai Alpha Cronbach Keterangan

Efikasi kolektif guru

0,736 Reliabel

Sumber: Data primer, diolah 2015

(65)

kepala sekolah dan efikasi kolektif guru lebih besar dari 0,6. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen penelitian dinyatakan reliabel.

I. Teknik Analisis Data

1. Analisis deskriptif

a. Analisis data deskriptif dalam penelitian ini meliputi masa kerja, tingkat pendidikan serta status pekerjaan.

b. Deskripsi variabel penelitian

a) Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Dalam mengkategorikan kepemimpinan transformasional kepala sekolah per dimensinya dapat dijelaskan sebagai berikut.

(1) Dimensi Visi Bersama

Hasil analisis deskriptif dimensi yang pertama, yaitu visi bersama diperoleh dengan cara:

a. Mencari nilai tertinggi dan terendah

Karena terdapat lima item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut.

(66)

= 4

Jadi diperoleh nilai interval kelas dimensi visi bersama adalah 4. (2) Dimensi Membangun Konsensus Sekolah

Hasil analisis deskriptif dimensi yang kedua, yaitu membangun konsensus sekolah diperoleh dengan cara:

a. Mencari nilai tertinggi dan terendah

Karena terdapat tiga item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut.

Nilai tertinggi = 3 item x 5 = 15 Nilai terendah = 3 x 1 = 3 b. Mencari nilai interval kelas

= 2

Jadi diperoleh nilai interval kelas dimensi membangun konsensus sekolah adalah 2.

(3) Dimensi Ekspektasi Kinerja yang Tinggi

Hasil analisis deskriptif dimensi yang ketiga, yaitu ekspektasi kinerja yang tinggi diperoleh dengan cara:

a. Mencari nilai tertinggi dan terendah

(67)

Nilai tertinggi = 4 item x 5 = 20 Nilai terendah = 4 x 1 = 4 b. Mencari nilai interval kelas

= 3

Jadi diperoleh nilai interval kelas dimensi ekspektasi kinerja yang tinggi adalah 3. (4) Dimensi Menjadi Model

Hasil analisis deskriptif dimensi yang keempat, yaitu menjadi model diperoleh dengan cara:

a. Mencari nilai tertinggi dan terendah

Karena terdapat 9 item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut:

Nilai tertinggi = 9 item x 5 = 45 Nilai terendah = 9 x 1 = 9 b. Mencari nilai interval kelas

(68)

Jadi diperoleh nilai interval kelas dimensi menjadi model adalah 7. (5) Dimensi Dukungan Sosial

Hasil analisis deskriptif dimensi yang kelima, yaitu dukungan sosial diperoleh dengan cara:

a. Mencari nilai tertinggi dan terendah

Karena terdapat tujuh item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut.

Nilai tertinggi = 7 item x 5 = 35 Nilai terendah = 7 x 1 = 7 b. Mencari nilai interval kelas

= 6

Jadi diperoleh nilai interval kelas dimensi dukungan sosial adalah 6. (6) Dimensi Memberi Stimulasi Intelektual

Hasil analisis deskriptif dimensi yang keenam, yaitu memberi stimulasi intelektual diperoleh dengan cara:

a. Mencari nilai tertinggi dan terendah

Karena terdapat tujuh item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut.

(69)

Nilai terendah = 7 x 1 = 7 b. Mencari nilai interval kelas

= 6

Jadi diperoleh nilai interval kelas dimensi stimulasi intelektual adalah 6. (7) Dimensi Membangun Kultur Sekolah

Hasil analisis deskriptif dimensi yang ketujuh, yaitu membangun kultur sekolah diperoleh dengan cara:

a. Mencari nilai tertinggi dan terendah

Karena terdapat tujuh item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut.

Nilai tertinggi = 7 item x 5 = 35 Nilai terendah = 7 x 1 = 7 b. Mencari nilai interval kelas

= 6

(70)

(8) Dimensi Menciptakan Struktur Kolaboratif

Hasil analisis deskriptif dimensi yang kedelapan, yaitu memberi menciptakan struktur kolaboratif diperoleh dengan cara:

a. Mencari nilai tertinggi dan terendah

Karena terdapat tujuh item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut.

Nilai tertinggi = 7 item x 5 = 35 Nilai terendah = 7 x 1 = 7 b. Mencari nilai interval kelas

= 6

Jadi diperoleh nilai interval kelas dimensi menciptakan struktur kolaboratif adalah 6.

b) Efikasi Kolektif Guru

Hasil analisis deskriptif pada variabel efikasi kolektif guru diperoleh dengan cara.

1) Mencari nilai tertinggi dan terendah

Terdapat dua puluh item pertanyaan dengan Skala Likert 5 pilihan maka diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut:

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Kepemimpinan Transformasional Pemimpin Pengikut
Tabel 2.2 Kepemimpinan Transformasional
Tabel 2.3 Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Efikasi Kolektif Guru
Tabel 3.1 Data Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Variabel Dimensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Profesionalitas dan kualitas kerja para guru merupakan indikasi dari adanya komitmen guru terhadap sekolah sebagai suatu organisasi tempatnya mengajar, sehingga dapat

4.3.4 Hubungan Secara Bersama-sama antara Kecerdasan Spiritual, Motivasi Kerja Guru, dan Harapan Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru .....

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Motivasi Kerja Guru (2) Pengaruh Tingkat Gaji Guru terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kontribusi positif dan signifikan kemampuan manajerial kepala sekolah, motivasi guru, dan lingkungan kerja secara bersama-sama

kontribusi kepemimpinan kepala sekolah, Profesionalisasi guru dan Iklim sekolah secara bersama-sama terhadap motivasi kerja guru 24,8%, dengan kontaminasi bersa 1% dianggap kecil

dengan kontribusi sebesar 38,2%, koefisien determinasi sebesar 0,382 dan sumbangan efektif (SE) sebesar 10,29%.. koefisien determinasi sebesar 0,623. Berdasarkan hasil penelitian

dengan kontribusi sebesar 38,2%, koefisien determinasi sebesar 0,382 dan sumbangan efektif (SE) sebesar 10,29%.. koefisien determinasi sebesar 0,623. Berdasarkan hasil penelitian

Sedangkan faktor eksternal kinerja guru yaitu faktor dari luar guru yang mempengaruhi kinerjanya antara lain gaji, untuk mengoptimalkan kinerja guru yang diperlukan yaitu memberikan