TERHADAP EFIKASI KOLEKTIF GURU SMP NEGERI KECAMATAN NEGARA BATIN
Maria Yunita Franayanti Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah;(2) mendeskripsikan tingkat efikasi kolektif guru; dan (3) menguji serta menganalisis seberapa besar kontribusi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru pada guru-guru di SMP Negeri Kecamatan Negara Batin.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksplanatori yang dilaksanakan di SMP Negeri Kecamatan Negara Batin pada bulan Oktober – November 2015. Populasi penelitian ini sebanyak 72 orang guru di SMP Negeri Kecamatan Negara Batin. Sampel diambil dengan teknik sampel jenuh. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah efikasi kolektif guru, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Analisis data menggunakan metode regresi linier sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kepemimpinan transformasional kepala sekolah bersifat transformatif dan dimensi membangun kultur sekolah dinilai paling mendukung dalam kepemimpinan transformasional kepala sekolah; (2) tingkat efikasi kolektif guru dinilai tinggi; dan (3) ada kontribusi positif kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru (r =0,253; sig = 0,032 < 0,050). Uji F menunjukkan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dapat menjadi prediktor efikasi kolektif guru (F = 4,8; sig = 0,032< 0,050) dan kemampuan kepemimpinan transformasional kepala sekolah menjadi prediktor efikasi kolektif guru = 6,4%.
OF HEADMASTER ON COLLECTIVE EFFICACY OF
JUNIOR HIGH SCHOOLS TEACHERS IN NEGARA BATIN SUBDISTRICT
Maria Yunita Franayanti Universitas Sanata Dharma
2016
This study aims to: (1) describe the principal transformational leadership style; (2) describe the level of the collective teacher efficacy; and (3) examine and analyze the contribution of the principal transformational leadership style to the collective teacher efficacy of the teachers in Junior High Schools in Negara Batin subdistrict.
This research is a descriptive explanatory research which was held in Junior High Schools in Negara Batin subdistrict from October to November 2015. The populations of this study were 72 teachers of Junior High Schools in Negara Batin subdistrict. The samples were taken by using saturation sampling. The data were collected by using questionnaires. The dependent variable of this study was the collective teacher efficacy, while the independent variable of this study was the principal transformational leadership. The data analysis of this study applied simple linear regression.
The results show that: (1) the principal transformational leadership is transformative and the dimension of school cultural building is considered as the most supporting dimension in the principal transformational leadership; (2) the level of the collective teacher efficacy is high; and (3) there is a positive contribution of the principal transformational leadership to the collective teacher efficacy (r = 0.253; sig = 0.032 < 0.050). The test F shows that the principal transformational leadership can be a predictor of the collective teacher efficacy (F = 4.8; sig = 0.032 < 0,050) and the ability of the principal transformational leadership becomes a predictor of the collective teacher efficacy = 6.4%.
i
KONTRIBUSI GAYA KEPEMIMPINAN
TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH
TERHADAP EFIKASI KOLEKTIF GURU
SMP NEGERI KECAMATAN NEGARA BATIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh :
Maria Yunita Franayanti NIM: 111324011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Persembahan Karya ini aku Berikan Kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Doa Bunda Maria yang Selalu Mengiringi Langkahku untuk Menyelesaikan Karyaku.
2. Orang tuaku Bapak Ignatius Pranomo dan Christina Suryanti (Alm) 3. Kakakku Budi Permana dan Adikku Bayu Setiawan
4. Alamamater Tercinta Universitas Sanata Dharma
5. Dosen-dosen Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi
6. Dosen Pembimbing ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti., M.Si.,M.Ed dan Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S
7. Temen-temen Pendidikan Ekonomi Angkatan 2011
8. Temen-temen asramaku khususnya Lisa, Uli, Indah, Ayu, Priska 9. Untuk Temen-temen Menwa Khususnya Yudha 35 : Bayu, Khodam,
Soge, Danar, Yola, Nadia, Vanny, Echa
10.Temen-temen humas angkatan 2014 dan 2015
11.Yang spesial untuk kakak Yoris yang selalu memberi semangat dan temen-temen seperjuangan Ripta, April, Ayu, Firma
12.Duri nya Ripta yang sudah banyak membantu dalam skripsiku 13.Spesial sahabat-sahabatku Melani, Dennis, Arum, Pandu, Billy, Adit,
v
MOTTO
“ Jangan Biarkan Orang Lain Mengatakan Kamu Tidak Bisa” “Ketika Kamu Merasa itu Berat Cobalah Untuk Menghadapi”
“Jangan Pernah Lupa Untuk Selalu Bersyukur”
viii
ABSTRAK
KONTRIBUSI GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP EFIKASI KOLEKTIF GURU SMP
NEGERI KECAMATAN NEGARA BATIN
Maria Yunita Franayanti Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah;(2) mendeskripsikan tingkat efikasi kolektif guru; dan (3) menguji serta menganalisis seberapa besar kontribusi gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru pada guru-guru di SMP Negeri Kecamatan Negara Batin.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksplanatori yang dilaksanakan di SMP Negeri Kecamatan Negara Batin pada bulan Oktober – November 2015. Populasi penelitian ini sebanyak 72 orang guru di SMP Negeri Kecamatan Negara Batin. Sampel diambil dengan teknik sampel jenuh. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah efikasi kolektif guru, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Analisis data menggunakan metode regresi linier sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kepemimpinan transformasional kepala sekolah bersifat transformatif dan dimensi membangun kultur sekolah dinilai paling mendukung dalam kepemimpinan transformasional kepala sekolah; (2) tingkat efikasi kolektif guru dinilai tinggi; dan (3) ada kontribusi positif kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru (r =0,253; sig = 0,032 < 0,050). Uji F menunjukkan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dapat menjadi prediktor efikasi kolektif guru (F = 4,8; sig = 0,032< 0,050) dan kemampuan kepemimpinan transformasional kepala sekolah menjadi prediktor efikasi kolektif guru = 6,4%.
ix
ABSTRACT
CONTRIBUTION OF TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP OF HEADMASTER ON COLLECTIVE EFFICACY OF JUNIOR HIGH SCHOOLS TEACHERS IN NEGARA BATIN
SUBDISTRICT
Maria Yunita Franayanti Universitas Sanata Dharma
2016
This study aims to: (1) describe the principal transformational leadership style; (2) describe the level of the collective teacher efficacy; and (3) examine and analyze the contribution of the principal transformational leadership style to the collective teacher efficacy of the teachers in Junior High Schools in Negara Batin subdistrict.
This research is a descriptive explanatory research which was held in Junior High Schools in Negara Batin subdistrict from October to November 2015. The populations of this study were 72 teachers of Junior High Schools in Negara Batin subdistrict. The samples were taken by using saturation sampling. The data were collected by using questionnaires. The dependent variable of this study was the collective teacher efficacy, while the independent variable of this study was the principal transformational leadership. The data analysis of this study applied simple linear regression.
The results show that: (1) the principal transformational leadership is transformative and the dimension of school cultural building is considered as the most supporting dimension in the principal transformational leadership; (2) the level of the collective teacher efficacy is high; and (3) there is a positive contribution of the principal transformational leadership to the collective teacher efficacy (r = 0.253; sig = 0.032 < 0.050). The test F shows that the principal transformational leadership can be a predictor of the collective teacher efficacy (F = 4.8; sig = 0.032 < 0,050) and the ability of the principal transformational leadership becomes a predictor of the collective teacher efficacy = 6.4%.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat penyertaan yang
diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judu “Kontribusi
Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Efikasi
Kolektif Guru SMP Negeri Kecamatan Negara Batin”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan akhir mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph. D sebgai Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta periode 2014-2018.
2. Bapak Rohandi, Ph. D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti M.Si., M.Ed selaku Kepala Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti M.Si., M.Ed selaku Dosen Pembimbing I yang telah sabar membimbing dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi.
5. Bapak C. Teguh Dalyono, M.S Selaku Dosen Pembimbing II yang telah sabar membimbing dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi.
6. Dosen Penguji Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR SKEMA ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB. I PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Rumusan Masalah ... 8
Tujuan Penelitian ... 8
Manfaat Penelitian ... 8
xiii
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
Pengertian Kepemimpinan ... 11
Kepemimpinan Transformasional ... 12
Efikasi Kolektif ... 19
Dampak Positif Kepemimpinan Transformasional ... 21
Dampak Positif Efikasi Kolektif ... 22
Hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Efikasi Kolektif Guru ... 23
Kerangka Berpikir dan Hipotesis ... 24
BAB.III METODE PENELITIAN ... 29
Jenis Penelitian ... 29
Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
Subjek dan Objek Penelitian ... 30
Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 30
Operasionalisasi Variabel... 31
Data yang diperlukan ... 34
Teknik Pengumpulan Data ... 35
Teknik Pengujian Instrumen ... 35
Teknik Analisis Data ... 42
BAB. IV GAMBARAN UMUM ... 52
SMP Negeri 1 Negara Batin ... 52
SMP Negeri 2 Negara Batin ... 55
SMP Negeri 3 Negara Batin ... 57
SMP Negeri 4 Negara Batin ... 62
BAB. V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 63
xiv
Demografi Responden ... 63
Analiisis Uji Prasyarat... 70
Pembahasan Hasil Penelitian ... 75
BAB. VI KESIMPULAN DAN SARAN... 81
Kesimpulan ... 81
Keterbatasan Penelitian ... 82
Saran ... 82
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Indikator Kepemimpinan Transformasional ... 17
3.1 Dimensi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 34
3.2 Efikasi Kolektif Guru ... 35
3.3 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi Visi Bersama ... 37
3.4 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi Membangun Konsensus Sekolah ... 37
3.5 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi Ekspektasi Kinerja Tinggi ... 37
3.6 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi Menjadi Model ... 38
3.7 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi Dukungan Individual ... 38
3.8 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Memberi Stimulasi Intelektual ... 39
3.9 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi Membangun Kultur Sekolah ... 39
3.10 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi Struktur Kolaboratif ... 39
3.11 Uji Validitas Efikasi Kolektif Guru ... 40
3.12 Hasil Uji Reabilitas ... 41
xvi
5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan... 64
5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 64
5.4 Dimensi Visi Bersama... 65
5.5 Dimensi Membangun Konsensus Sekolah ... 65
5.6 Dimensi Ekspektasi Kinerja yang Tinggi ... 66
5.7 Dimensi Menjadi Model ... 67
5.8 imensi Dukungan Individual ... 67
5.9 Dimensi Stimulasi Intelektual ... 68
5.10 Dimensi Membangun Kultur Sekolah ... 68
5.11 Dimensi Menciptakan Struktur Kolaboratif ... 69
5.12 Efikasi Kolektif Guru ... 70
5.13 Uji Normalitas ... 71
5.14 Uji Homogenitas Varians ... 71
5.15 Hasil Uji Linearitas ... 73
5.16 Hasil Uji Hipotesis ... 73
5.17 Koefisien Determinasi ... 74
5.18 Uji F ... 75
xvii
DAFTAR SKEMA
Skema Halaman
2.1 Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 Kisi-kisi Variabel Kepemimpinan Transformasional dan Efikasi
Kolektif Guru
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Lampiran 4 Data Hasil Kuesioner Lampiran 5 Normalitas
Lampiran 6 Validitas Kepemimpinan Transformasional Lampiran 7 Reliabilitas
Lampiran 8 Homogenitas Varians Lampiran 9 Linearitas
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini disajikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan definisi operasional.
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan semua orang berhak mendapatkan pendidikan agar dapat berkembang lebih
baik lagi. Banyak sekali masalah pendidikan yang terjadi di Indonesia yang kurang mendapat sorotan, salah satunya adalah masih banyak anggota masyarakat
di Indonesia yang buta huruf.
Laporan United Development Program (UNDP) dapat dijadikan acuan
untuk melihat mutu Indonesia dibandingkan negara-negara lain, yang terangkum dalam Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dari 177 negara, posisi Indonesia berada pada ranking 111. Menurut data
Depdiknas, sampai tahun 2005 APK pada jenjang pendidikan baru mencapai 16,0%. Oleh sebab itu, kualitas dan produktivitas tenaga kerja kita yang
merupakan cerminan dari mutu manusia Indonesia juga masih rendah menurut jurnal Roza (2007).
Fakta tentang rendahnya mutu manusia di atas juga didukung oleh suatu
survey yang menyatakan bahwa indeks membaca orang Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain. Visi pendidikan Indonesia adalah mewujudkan
berkualitas dan produktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah menurut jurnal yang ditulis oleh Roza, 2007.
Permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia tidak dapat diselesaikan oleh perorangan ataupun instansi-instansi tertentu, tetapi dibutuhkan sosok
pemimpin yang mampu mempengaruhi orang lain untuk bergerak bersama dalam mencapai suatu tujuan. Pemimpin yang dibutuhkan adalah pemimpin yang dapat memotivasi dan menggerakkan orang lain untuk bekerja secara bersama-sama
dalam pencapaian tujuan organisasi.
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan,
khususnya kecakapan/kelebihan di satu bidang, sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
pencapaian suatu tujuan (Rivai, 2012: 2). Pemimpin merupakan seseorang yang dianggap lebih baik dari pengikutnya dan dianggap mampu mempengaruhi para staff untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan pencapaian tujuan.
Banyak yang beranggapan bahwa pemimpin adalah orang yang dianggap lebih baik dari bawahan, namun pada kenyataannya tidak semua pemimpin itu lebih
baik dari pada bawahan.
Pemimpin dapat dikelompokkan menjadi pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal adalah seseorang yang menduduki jabatan formal
kepemimpinan dalam suatu organisasi yang didirikan berdasarkan undang-undang atau peraturan negara atau perusahaan dan pemimpin informal adalah seseorang
sekolah. Sama halnya dengan organisasi lain, sekolah juga membutuhkan seorang pemimpin yang mampu membawa oraganisasi pada sebuah kejayaan, yaitu kepala
sekolah.
Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik, selain sifatnya
yang kompleks dan unik tersebut, sekolah juga sebagai organisasi yang membutuhkan tingkat koordinasi yang tinggi. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah
yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peran kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi
tanggung jawab untuk memimpin organisasi sekolah (Wahjosumidjo, 1995: 81). Keberhasilan sekolah inilah yang harus dicapai oleh kepala sekolah dengan
dibantu oleh semua bawahannya. Peran pemimpin di sekolah juga sangat penting dalam membawa pengikut atau bawahannya dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh
orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan (Wahjosumidjo, 1995: 90).
Pada kenyataannya, saat ini masih ada kepala sekolah yang hanya mementingkan kepentingan sendiri dan kurang memahami apa yang menjadi kepentingan bawahan. Komunikasi dengan guru juga tidak begitu baik, sedangkan
komunikasi di dalam sebuah organisasi itu penting agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik. Terkadang ditemukan fenomena kepala sekolah yang tidak
Ada beberapa tipe kepemimpinan yang saat ini diterapkan di beberapa organisasi. Kepemimpinan yang sedang banyak dikembangkan salah satunya
adalah kepemimpinan transformasional.
Istilah kepemimpinan transformasional yang dikembangkan oleh Benard M.
Bass, 1985 lebih banyak digunakan dalam literatur dan praktik dari pada istilah kepemimpinan mentranformasi yang dikemukakan oleh James MacGregor Burns, 1979. Kedua istilah tersebut mempunyai perbedaan konseptual. Dalam istilah
kepemimpinan mentranformasi, yang ditransformasi adalah kepemimpinan dari pemimpin kepada para pengikutnya. Istilah transformasional menjelaskan
kepemimpinan yang artinya proses memengaruhi secara transformasional. Kepemimpinan transformasional menurut Bass merupakan proses satu arah dalam
mempengaruhi para bawahan (Wirawan, 2013: 140). Kepemimpinan transformasional itu merupakan proses dimana orang terlibat dengan orang lain, dan menciptakan hubungan yang meningkatkan motivasi dan moralitas dalam diri
pemimpin dan pengikut ( Northouse, 2013: 176).
Tujuan sekolah tidak hanya bergantung pada kepemimpinan yang baik
tetapi juga kinerja dan kualitas dari guru. Kepercayaan dari seorang guru juga sangat dibutuhkan dalam pencapaian tujuan karena berpengaruh terhadap kinerja kepemimpinan kepala sekolah. Dalam sebuah organisasi, dibutuhkan sosok
pemimpin yang mampu mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Tipe kepemimpinan dalam hal ini yang dibutuhkan adalah
dan pemikiran serta tingkah laku dari seorang guru dalam proses pencapaian tujuan.
Ada beberapa dimensi yang dijelaskan oleh para ahli mengenai kepemimpinan transformasional, Menurut Leithwood (1994; 507) ada delapan
dimensi yang digunakan untuk menentukan perilaku kepemimpinan transformasional meliputi: (1) mengembangkan visi bersama; (2) membangun konsensus tentang tujuan dan prioritas sekolah; (3) menciptakan ekspetasi kinerja
yang tinggi; (4) menjadi panutan ; (5) memberi dukungan atau support; (6) menyediakan stimulasi intelektual; (7) membangun kultur sekolah; dan (8)
membangun struktur kolaboratif. Beberapa dimensi yang digunakan untuk menentukan perilaku kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan sebuah organisasi termasuk sekolah.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurhadi (2011) dengan judul pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan moral kerja kepala
sekolah terhadap kinerja guru, ditemukan bahwa: (1) ada pengaruh positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru; (2)
ada pengaruh positif dan signifikan moral kerja terhadap kinerja guru; (3) ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan transformasional dan moral kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru. Selain itu, penelitian
lain yang dilakukan oleh Tondok dan Andarika (2004) yang menguji hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan
signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,835; p < 0,01. Menurut pendapat Keller (Tondok & Andarika, 2004) bahwa praktik gaya kepemimpinan
transformasional mampu meningkatkan kepuasan kerja bagi karyawan karena kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti kebutuhan harga diri dan aktualisasi
diri.
Selain itu, Nicholls dan Eastman (Tondok & Andarika, 2004) juga berpendapat bahwa praktek gaya kepemimpinan transformasional mampu
membawa perubahan-perubahan yang lebih mendasar seperti nilai-nilai, tujuan dan kebutuhan karyawan. Perubahan-perubahan tersebut berdampak pada
meningkatnya kepuasan kerja karyawan karena terpenuhinya kebutuhan yang lebih tinggi.
Menurut pendapat Bass, Leithwood & Jantzi, Griffith, dan Ross & Gray (Kanesan, tt) bahwa kepemimpinan transformasi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kejayaan sebuah sekolah di samping mampu meningkatkan kepercayaan
juga dapat meningkatkan keyakinan guru-guru. Mujis & Haris (Kanesan) juga berpendapat bahwa Kepercayaan atau keyakinan diri secara bersama dalam
kalangan ahli-ahli organisasi untuk melaksanakan sesuatu tugas dengan sukses dirujuk sebagai efikasi kolektif dan aspek ini senantiasa wujud dalam komunitas profesional sekolah.
Bandura, 2000 mendefinisikan efikasi kolektif sebagai “keyakinan yang dimiliki manusia mengenai kemampuan kelompok untuk mencapai hasil yang
2010: 219). Kepercayaan orang-orang itu yang akan membantu untuk pencapaian tujuan bersama karena tujuan akan mudah dicapai jika dikerjakan secara
bersama-sama dan mendapat dukungan serta motivasi yang kuat dari pemimpin.
Mengacu pada temuan sebelumnya tentang dampak positif kepemimpinan
transformasional pada guru, seperti: (1) ada pengaruh positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru; (2) ada pengaruh positif dan signifikan moral kerja terhadap kinerja guru; (3) ada pengaruh positif
dan signifikan gaya kepemimpinan transformasional dan moral kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru. Penelitian ini dimaksudkan untuk
menguji dampak kepemimpinan transformasional pada efikasi kolektif guru karena pada konteks Indonesia, penelitian sejenis masih sangat terbatas
jumlahnya.
Peneliti memilih sekolah di SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, SMP Negeri 3 dan SMP Negeri 4 Kecamatan Negara Batin pada bulan Oktober 2015. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah kepala sekolah yang ada di sekolah tersebut memiliki kontribusi gaya kepemimpinan transformasional terhadap
efikasi kolektif guru.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
menurut Persepsi Guru?
2. Bagaimanakah tingkat Efikasi Kolektif Guru di SMP Negeri 1, SMP Negeri
2, SMP Negeri 3 dan SMP Negeri 4 Kecamatan Negara Batin?
3. Seberapa besar, jika ada, Kontribusi Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Efikasi Kolektif Guru?
C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan Gaya Kepemimpinan Transformasional kepala Sekolah menurut persepsi guru.
2. Untuk mendeskripsikan tingkat Efikasi Kolektif guru di SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, SMP Negeri 3 dan SMP Negeri 4 Kecamatan Negara Batin.
3. Untuk menguji dan menganalisis Kontribusi Gaya Kepemimpinan
Transformasional terhadap Efikasi Kolektif Guru.
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan secara teoretis
Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai hubungan
kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan efikasi kolektif guru.
2. Kegunaan praktis
a. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan khususnya kepala sekolah
untuk mengevaluasi gaya kepemimpinan apakah dalam memimpin sudah sesuai dengan harapan sekolah serta mampu memotivasi para guru agar percaya dengan
b. Bagi universitas
Penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa lain dalam melakukan
penelitian lanjut khususnya dalam mengembangkan penelitian tentang kepemimpinan transformasional dan efikasi kolektif guru.
c. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat menjadi bahan kajian dan sumber referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya dalam mengembangkan penelitian tentang
kepemimpinan kepala sekolah dan efikasi kolektif. E. Definisi Operasional
Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas dan menghindari kesalahpahaman pembaca, peneliti menyebutkan definisi dari setiap variabel yang
digunakan dalam penelitian ini. hal ini diperlukan agar pembaca dapat memahami isi atau teori pada penelitian ini
1. Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional merupakan proses di mana orang terlibat dengan orang lain dan menciptakan hubungan yang meningkatkan motivasi dan
moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut (Northouse, 2013: 176). Indikatornya adalah
a) Mengembangkan visi bersama
b) Membangun konsensus tentang tujuan dan prioritas sekolah c) Menciptakan ekspektasi
f) Menyediakan stimulasi intelektual g) Membangun kultur sekolah
h) Membangun struktur kolaboratif 2. Efikasi Kolektif
Efikasi kolektif merupakan “keyakinan yang dimiliki manusia mengenai
kemampuan kelompok untuk mencapai hasil yang diinginkan” (Jess, 2010: 219).
Efikasi kolektif merupakan kepercayaan diri seseorang di mana kepercayaan itu
ditujukkan kepada kelompok, bahwa mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Indikatornya adalah:
a. Analisis tugas guru.
Dalam analisis terhadap tugasnya, guru menilai apa saja sarana prasarana
yang mereka gunakan untuk kesuksesan dalam mengajar serta mengetahui kendala yang dialami selama proses pembelajaran baik dalam mempersiapkan bahan ajar, menyampaikan isi materi maupun menilai hasil pembelajaran. Hal ini
diperlukan agar pencapaian tujuan dalam pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
b. Assesmen terhadap kompetensi.
Guru menilai bahwa rekan kerjanya memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi profesional. Hal ini dilakukan agar guru dapat memberikan pembelajaran yang baik sehingga tercipta proses pembelajaran yang bermakna
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini disajikan mengenai kerangka teoritik, dampak positif
kepemimpinan transformasional, dampak positif efikasi kolektif guru,
hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif guru serta kerangka berpikir
A. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2013: 5). Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu mempengaruhi para bawahan untuk
mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan memiliki arti yang sangat luas, namun dalam penelitian
ini kepemimpinan yang dimaksudkan adalah kemampuan memberi pengaruh baik kepada para bawahan untuk mencapai tujuan. Dalam kepemimpinan seorang pemimpin membutuhkan bawahan untuk membantu dalam proses
pencapaian tujuan, karena tujuan tidak akan dapat dicapai dengan baik tanpa ada kerjasama antara pemimpin dan bawahan. Seorang pemimpin juga harus
bisa memotivasi bawahan agar dapat mencapai tujuan bersama (Wirawan, 2013) memaparkan beberapa fungsi dari kepemimpinan, yaitu:
1. Menciptakan visi
2. Mengembangkan budaya organisasi
Untuk merealisasi visi, seorang pemimpin harus mampu
mengembangkan budaya organisasi karena itu berkaitan dengan norma, nilai dan filsafat dalam sebuah organisasi.
3. Menciptakan strategi
Seorang pemimpin harus mampu menciptakan strategi dalam mencapai tujuan, agar tujuan organisasi dapat tercapai.
4. Menciptakan perubahan
Pemimpin harus menjadi agen perubahan untuk organisasinya, agar
organisasinya dapat berkembang. 5. Memotivasi para pengikut
Pemimpin tidak hanya memberi perintah kepada bawahan saja tetapi juga harus mampu memotivasi agar para bawahan dapat menyelesaikan tugas-tugas organisasi dengan baik.
6. Memberdayakan pengikut
Memberdayakan para pengikut harus dilakukan oleh seorang pemimpin
agar para bawahan dapat berkembang dan mampu mengambil inisiatif dalam pengambilan keputusan.
2. Kepemimpinan Transformasional
a. Pengertian
Menurut Burns (Northouse, 2013) ada dua jenis kepemimpinan, yaitu
yang berfokus pada pertukaran yang terjadi antara pemimpin dan pengikutnya, sedangkan kepemimpinan transformasional merupakan proses
dimana orang terlibat dengan orang lain dan menciptakan hubungan yang meningkatkan motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut.
Kepemimpinan transformasional lebih pada peningkatan motivasi kepada para bawahan agar dapat mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Seorang pemimpin tidak hanya mampu memotivasi bawahan tetapi juga tegas
dalam pengambilan keputusan agar pencapaian tujuan tepat sasaran.
Menurut Bass (Northouse, 2013), kepemimpinan transformasional
merupakan proses memotivasi pengikut untuk melakukan lebih dari yang di harapkan, dengan (a) meningkatkan tingkat pemahaman pengikut akan
kegunaan dan nilai dari tujuan dari tujuan yang rinci dan ideal; (b) membuat pengikut mengalahkan kepentingan sendiri demi tim atau organisasi; dan (c) menggerakkan pengikut untuk memenuhi kebutuhan tingkatan yang lebih
tinggi.
Kepemimpinan yang efektif memerlukan kombinasi yang tepat antara
perilaku, hubungan dan tingkat kematangan para bawahan. Selain itu, seorang pemimpin juga mempertimbangkan keefektifan dalam memimpin agar tujuan dapat diselesaikan dengan baik.
b. Karakteristik Pemimpin Transformasional
Menurut Tichy dan Devanna (Wirawan, 2013), karakteristik pemimpin
1) Mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan. Pemimpin bertanggung jawab memimpin organisasi dan menjadi agen perubahan pada pada
organisasi.
2) Individu pemberani. Seorang pemimpin diharapkan menjadi individu yang
pemberani dalam segala hal. Salah satunya adalah individu yang berani mengambil resiko.
3) Mereka percaya pada orang. Pemimpin bukan diktator yang semua di
kerjakan sendiri dan tidak mau percaya pada orang lain, namun seorang pemimpin juga harus mempunyai kepercayaan terhadap orang lain atau
bawahan bahwa mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas organisasi. 4) Mereka adalah penarik nilai. Seorang pemimpin mampu menguraikan
nilai-nilai dan berperilaku sesuai dengan posisi atau jabatannya.
5) Mereka pembelajar sepanjang hayat. Pemimpin transformasional juga harus mampu berbicara mengenai kesalahan yang dilakukan. Namun,
kesalahan yang dilakukan tidak menjadi kegagalan saja melainkan pengalaman yang harus di perbaiki agar lebih baik lagi.
6) Mereka mempunyai kemampuan untuk berurusan dengan kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian. Seorang pemimpin harus mampu menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di organisasi.
c. Aksi Kepemimpinan Transformasional
Menurut Hersey, Blanchard dan Johnson (Wirawan, 2013), bahwa
tindakan pemimpin yang dapat di pergunakan oleh pemimpin untuk melakukan transformasi dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu:
1) Tindakan menstruktur yaitu tindakan di mana seorang pemimpin membangun kepercayaan baru, membentuk organisasi, menyiapkan sumberdaya manusia dan material.
2) Tindakan menginspirasi yaitu pemimpin mendorong para bawahan untuk mau dan mampu menyelesaikan tugas-tugas mengenai pencapaian tujuan
organisasi.
d. Kepemimpinan transformasional menurut para ahli
1) James Mc Gregor Burns
Burns memformulasikan kepemimpinan mentransformasi sebagai berikut:
a) Antara pemimpin dan pengikut mempunyai tujuan bersama yang melukiskan nilai-nilai, motivasi, keinginan, kebutuhan, aspirasi dan
harapan mereka. Walaupun pemimpin dan pengikut mempunyai tujuan bersama, akan tetapi tingkat level dan potensi mereka untuk mencapai tujuan tersebut berbeda, Burns menyatakan sebagai berikut:
Menurut Burns esensi dari hubungan pemimpin dan pengikut adalah interaksi orang dengan level motivasi dan potensi kekuasaan, termasuk
b) Kepemimpinan mentransformasi berusaha mengembangkan sistem yang sedang berlangsung dengan mengemukakan visi yang mendorong
berkembangnya masyarakat baru. Visi ini menghubungkan nilai-nilai pemimpin dan pengikut kemudian menyatukannya.
c) Kepemimpinan mentransformasi akhirnya mengajarkan para pengikut bagaimana menjadi pemimpin dengan melaksanakan peran aktif dalam perubahan. Ikut sertanya pengikut dalam perubahan secara aktif membuat
pengikut menjadi pemimpin.
d) Menurut Burns tingkat yang tertinggi dari kepemimpinan
mentransformasi adalah terciptanya nilai-nilai akhir yang meliputi keadilan, kebebasan, kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan dalam
masyarakat (Wirawan, 2013: 139). 2) Bernard M. Bass
Dalam istilah kepemimpinan mentransformasi, yang ditransformasi
adalah kepemimpinan dari pemimpin kepada para pengikutnya, sedangkan dalam istilah kepemimpinan transformasional istilah transformasional
menjelaskan kepemimpinan yang artinya proses mempengaruhi secara transformasional. Istilah mentransformasi dalam kepemimpinan menurut Burns merupakan proses dua arah. Pemimpin mentransformasi pengikut dan
Bernard M. Bass dan B.J Avolio (Wirawan, 2013) menjelaskan indikator kepemimpinan transformasional pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2.1
Indikator Kepemimpinan Transformasional
Pemimpin Pengikut
Mempunyai visi, tujuan, motivasi, keinginan, kebutuhan, aspirasi, harapan, hari depan menyatu dengan yang di impikan pengikut.
Visi, tujuan, nilai-nilai, motivasi, keinginan, kebutuhan, aspirasi, harapan, hari depan, menyatu dengan yang di impikan pemimpin.
Memotivasi, kekuasaan, keterampilan untuk merealisasi visi lebih tinggi daripada pengikut akan tetapi berusaha mengangkat motivasi pengikut agar sama tinggi.
Menggunakan pemimpin sebagai panutan sehingga berusaha mengidentifikasikan dirinya dengan pemimpin.
Menstimulasi dan menstransformasi para pengikut untuk setingkat dengan pemimpin.
Memotivasi pemimpin untuk mencapai tujuan bersama.
Menggunakan kekuasaan keahlian dan karisma
Sumber : Wirawan, 2013
e. Faktor-faktor Kepemimpinan Transformasional 1) Pengaruh ideal (Karisma)
Pengaruh ideal mendeskripsikan pemimpin yang bertindak sebagai
teladan yang kuat bagi pengikut. Faktor pengaruh ideal diukur pada dua komponen: komponen pengakuan yang merujuk pada pengakuan pengikut
kepada pemimpin yang didasarkan pada persepsi yang mereka miliki atas pemimpin mereka, dan komponen perilaku yang merujuk pada observasi pengikut akan perilaku pemimpin.
Faktor karismatik merupakan faktor dimana pemimpin mampu mempengaruhi para bawahan untuk mencapai visi yang telah disepakati
2) Motivasi yang menginspirasi (inspirasi)
Faktor ini menggambarkan pemimpin yang mengomunikasikan harapan
tinggi kepada pengikut, menginspirasi mereka lewat motivasi untuk menjadi setia, dan menjadi bagian visi bersama dalam organisasi. Motivasi yang
diberikan seorang pemimpin ini diharapkan mampu memberikan semangat yang lebih kepada bawahan agar mampu menyelesaikan tujuan bersama.
Menurut Yukl (Wagimo & Ancok), pemimpin transformasional dapat
memotivasi pengikutnya dengan tiga cara, yaitu: (1) membuat mereka lebih sadar mengenai pentingnya hasil-hasil suatu pekerjaan; (2) mendorong
mereka untuk lebih mementingkan organisasi atau tim daripada kepentingan diri sendiri; dan (3) mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan mereka pada yang
lebih tinggi.
3) Rangsangan Intelektual
Hal ini mencakup kepemimpinan yang merangsang pengikut untuk
bersikap kreatif dan inovatif serta merangsang keyakinan dan nilai mereka sendiri, seperti juga nilai dan keyakinan pemimpin serta organisasi.
Rangsangan-rangsangan yang di berikan pemimpin adalah rangsangan positif dimana para bawahan mampu menyelesaikan tujuan dengan cara mereka sendiri (Northouse, 2013: 179).
4) Pertimbangan yang di Adaptasi
Kepemimpinan transformasional disebut pertimbangan yang adaptasi.
pengikut. Pemimpin tidak hanya memberi perintah kepada para bawahan, namun juga mampu memenuhi kebutuhan para bawahan untuk mencapai
tujuan bersama (Northouse, 2013: 183).
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurhadi (2011) dengan
judul pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan moral kerja kepala sekolah terhadap kinerja guru, ditemukan bahwa: (1) ada pengaruh positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru;
(2) ada pengaruh positif dan signifikan moral kerja terhadap kinerja guru; (3) ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan transformasional dan
moral kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru. f. Efikasi Kolektif
1. Pengertian Efikasi Kolektif
Menurut Bandura (Feist J & Feist G, 2010) efikasi kolektif sebagai
keyakinan yang dimiliki manusia mengenai kemampuan kelompok untuk mencapai hasil yang di inginkan. Efikasi kolektif ini merupakan kepercayaan
diri seseorang di mana kepercayaan di tunjukkan kepada kelompok bahwa mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas yang berkenaan dengan tujuan
organisasi. Keyakinan dalam diri juga mampu meningkatkan kepercayaan kelompok dalam proses pencapaian tujuan.
Goddard (Joanes, C: 2014) mendefinisikan efikasi kolektif guru sebagai
konstruk yang mengukur kepercayaan dan kemampuan guru secara kolektif atau pun menyeluruh (melibatkan sekumpulan guru atau sebuah organisasi)
2. Bentuk efikasi kolektif
Efikasi kolektif terbentuk dari empat sumber utama, diantaranya ialah (1) pengalaman materi; (2) pengalaman peniruan; (3) bujukan sosial dan (4)
keadaan afektif. Pengalaman materi merujuk kepada pengalaman kejayaan atau kegagalan yang dialami oleh ahli kumpulan.
Selain itu, pengalaman peniruan bukan terbentuk melalui pengalaman pribadi seseorang bagi membina efikasi kolektif tetapi bergantung pada pengalaman yang disampaikan oleh rekan mereka. bujukan sosial pula
merujuk kepada kemahiran yang diperoleh oleh seseorang apabila menghadiri berbagai pelatihan di dalam dan diluar organisasi. Keadaan afektif organisasi
pula merujuk kepada cara-cara sebuah organisasi menginterpretasikan masalah-masalah yang dihadapi dan dapat mengatasi masalah yang dihadapi (Kanesan, tt).
Menurut Alderman (Joanes, 2014) menyatakan bahwa kepercayaan guru terhadap dirinya merupakan pengaruh terbesar terhadap pembelajaran
murid di sekolah. Kepercayaan dan keyakinan guru bahwa mereka mampu melakukan tugas dan membawa pengaruh yang positif terhadap aspek
perkembangan pendidikan murid-murid sering dikaitkan dengan efikasi guru. Menurut Dimopoulo (Joanes, C: 2014) efikasi guru menggambarkan sejauh mana mereka dapat menyelesaikan tugas pengajaran dengan berkesan
dan membawa perubahan yang positif supaya murid-murid memperoleh kemahiran yang di perlukan sepanjang proses pembelajaran. Dimopoulo juga
seterusnya membawa kepada kemrosotan yang berkepanjangan terhadap efikasi seorang guru.
g. Dampak Positif Kepemimpinan Transformasional
Menurut penelitian yang ditemukan oleh Ananto, 2013 bahwa: (1) ada
pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan pada Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah. Sehingga dapat di simpulkan bahwa semakin baik kepemimpinan
transformasional, maka kinerja karyawan akan semakin baik pula dan (2) ada pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja terhadap kinerja
karyawan pada Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Tengah. Sehingga dapat di simpulkan bahwa semakin baik
kepemimpinan transformasional dan semakin tingginya motivasi kerja yang ada di perusahaan maka kinerja karyawan juga semakin tinggi.
Menurut Davidhisar dan Sheare (Riyadiningsih, H), kepemimpinan
transformasional merupakan tipe kepemimpinan yang mampu memberikan inspirasi dan motivasi kepada bawahan untuk melakukan pekerjaan dengan
baik. Tracy dan Hinkin dalam Gill (Riyadiningsih, H) juga berpendapat kepemimpinan transformasional mampu mempengaruhi proses perubahan sikap dan asumsi anggota organisasi dan juga mampu membangun komitmen
anggota organisasi terhadap tujuan organisasi. Podsakoff, dkk (Riyadiningsih, H) juga berpendapat bahwa kepemimpinan transformasional mampu
melaksanakan pekerjaan melebihi tingkat minimal yang telah ditentukan organisasi.
h. Dampak Positif Efikasi Kolektif
Menurut Ismail, guru yang berefikasi tinggi mempunyai kemampuan untuk memberikan motivasi dan pembelajaran yang lebih baik kepada murid.
Yusoff dan Osman juga berpendapat bahwa pemimpin yang baik perlu memantau keperluan serta mampu memberi bimbingan dan sokongan kepada guru agar guru termotivasi untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Menurut Riyadiningsih efikasi dipengaruhi oleh pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki maka guru juga akan memiliki keperayaan
tinggi. Guru yang mempunyai efikasi diri yang tinggi akan mampu menyampaikan isi pelajaran dengan baik dan berkesan. Guru yang memiliki efikasi diri yang tinggi berarti juga dapat memiliki efikasi kolektif yang
tinggi untuk mampu mencapai tujuan suatu organisasi (Yusoff & Usman, 2010).
Menurut Bandura (Johari, 2010), efikasi guru mulai terbentuk sewaktu guru menjalani latihan mengajar. Pada peringkat ini, efikasi guru-guru
didapati mempunyai perkaitan dengan kepercayaan mereka terhadap kawalan murid. Guru-guru yang berkepercayaan tinggi terhadap keupayaan diri dalam melaksanakan pengajaran, beranggapan bahwa latihan mengajar sangat
i. Hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Efikasi Kolektif Guru.
Kepemimpinan transformasional merupakan proses di mana orang terlibat dengan orang lain dan menciptakan hubungan yang
meningkatkan motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut (Northouse, 2013: 176).
Pemimpin yang baik dibutuhkan di dalam institusi sekolah karena
pemimpin yang baik merupakan batu loncatan kepada kejayaan sebuah sekolah. Pemimpin perlu memantau keperluan guru serta memberi
bimbingan dan sokongan dalam usaha meningkatkan efikasi guru. Kepemimpinan ini membentuk kepercayaan baru para bawahan serta
mampu mendorong para bawahan untuk mencapai tujuan organisasi (Yusoff & Osman, 2010).
Tujuan organisasi tidak hanya di selesaikan oleh pemimpin saja namun
dibutuhkan dukungan dan bantuan dari para bawahan sehingga tujuan dapat di capai dengan baik. Maka dari itu, dibutuhkan adanya hubungan baik
antara pemimpin dan bawahan agar mudah dalam proses pencapaian tujuan. Menurut Reames dan Spencer (Fitzgerald, 2006), Wilson dan Tan ( Yusoff & Osman, 2010), pemimpin yang mempunyai hubungan yang baik dengan
Kepemimpinan transformasional tidak hanya mampu mencapai tujuan organisasi, namun juga mampu mendorong kepercayaan dalam diri
guru untuk mampu menyelesaikan tugas-tugas dalam pencapaian tujuan. Menurut Bass (Joanes, 2014) bahwa kepemimpinan transformasi
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kejayaan sekolah disamping mampu meningkatkan kepercayaan juga dapat meningkatkan keyakinan diri guru. Kepercayaan dari guru akan membantu kepala sekolah dalam
kepemimpinannya. Hal tersebut akan membantu dalam meningkatkan profesionalitas dan kualitas dari guru.
j. Kerangka Berpikir
Pemimpin adalah seseorang yang mampu mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Pencapaian tujuan dibutuhkan dukungan atau kepercayaan dari bawahan. Neihoff (Riyadiningsih, 2004) mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan kunci untuk meningkatkan produktivitas
dan inovasi organisasi.
Ketika situasi dan kondisi lingkungan selalu berubah maka dituntut
adanya pemimpin yang selalu fleksibel, yaitu adaptif dan proaktif. Jika dikaitkan dengan konsep kepemimpinan yang dikemukakan Bass maka lebih mengarah pada kepemimpinan transformasional.
Kepemimpinan transformasional melibatkan pengembangan pengaruh yang diberikan pemimpin kepada pengikut. Pemimpin membantu
kepemimpinan transformasional dituntut mampu mengembangkan kepercayaan diri, keefektifan diri, dan harga diri bawahan, sehingga dia
mempunyai pengaruh kuat terhadap identifikasi dan motivasi bawahan dalam mencapai tujuan. Kepercayaan dari bawahan ditumbuhkan melalui
pengaruh kepemimpinan kepala sekolah.
Menurut Leithwood (1994: 507) ada delapan dimensi yang digunakan untuk menentukan perilaku kepemimpinan transformasional, yaitu:
1) Mengembangkan visi bersama bagi sekolah: perilaku pemimpin yang dimaksudkan untuk mengembangkan, mengartikulasikan, dan
menyalurkan visi serta membuat mereka memahami dan melakukan visi tersebut.
2) Membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah: perilaku yang mampu mendorong terjadinya kerjasama diantara para staf dan bekerjasama untuk mencapai tujuan.
3) Menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi: perilaku yang menunjukkan ekspektasi yang tinggi terhadap para staf supaya mampu
bekerja secara inovatif serta profesional demi mendapatkan hasil yang maksimal.
4) Menjadi panutan atau model: kepala sekolah di mana perilaku dan
tindakannya bisa menjadi teladan atau contoh yang baik untuk para staf.
pemahaman para guru terhadap suatu masalah serta memberi penghargaan atas kerja keras mereka.
6) Menyediakan stimulasi intelektual: perilaku kepala sekolah mengajak para staf untuk mencoba sesuatu yang baru serta mengkaji kembali
asumsi-asumsi tentang pekerjaan mereka dan memikirkan kembali bagaimana mewujudkan asumsi tersebut.
7) Membangun kultur sekolah: perilaku kepemimpinan kepala sekolah
yang mampu membangun norma sekolah, nilai, keyakinan dan sikap yang mendorong terciptanya sikap saling percaya dan perhatian antara
para staf.
8) Membangun Struktur kolaboratif: perilaku kepemimpinan kepala
sekolah dengan memberi kesempatan kepada para guru dalam pengambilan keputusan terkait tugas-tugas guru dan memberitahukan permasalahan yang terdapat di sekolah tersebut.
Kepemimpinan transformasional tidak hanya mampu mempengaruhi bawahan tetapi juga mampu membangkitkan kepercayaan diri para bawahan
untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Kepemimpinan memiliki pengaruh yang cukup besar kepada bawahan dengan cara memotivasi bawahan. Apabila seorang pemimpin mampu memotivasi bawahan maka
hal ini akan membantu bawahan dalam membangkitkan kepercayaan bahwa mereka akan mampu mencapai tujuan organisasi bersama rekan kerja
berinteraksi dan saling membutuhkan. Interaksi yang baik akan membantu memudahkan dalam pencapaian tujuan.
Keyakinan atau kepercayaan seseorang bahwa orang-orang dalam organisasinya mampu mencapai tujuan bersama disebut sebagai efikasi
kolektif. Kesuksesan sebuah organisasi tidak hanya dicapai oleh pemimpin yang baik saja, namun dukungan dan kepercayaan dari bawahan menjadi sangat penting. Dukungan dan kepercayaan inilah yang akan mampu
mencapai tujuan sesuai apa yang diinginkan suatu organisasi.
Menurut Bandura ( Johari, 2009: 143) efikasi guru terbentuk
sewaktu menjalani latihan mengajar. Saat menjalani pelatihan, guru mulai menemukan kepercayaan yang tinggi dalam mengajar sehingga merasa
yakin bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas-tugas guru. Guru-guru yang berkepercayaan tinggi terhadap keupayaan diri dalam melaksanakan pengajaran beranggapan bahwa latihan mengajar sangat berkesan dengan
memperlihatkan kepuasan kerja yang yang tinggi dibanding guru-guru yang berefikasi rendah.
Menurut Alderman ( Joanes, 2014: 113) menyatakan bahwa kepercayaan guru terhadap dirinya merupakan pengaruh terbesar kepada kesan pembelajaran murid di sekolah. Kepercayaan guru bahwa mereka
mampu melakukan tugas mereka akan memberikan dampak positif kepada murid terhadap pembelajaran di sekolah. Menurut Dimopoulou (Joanes,
Berdasarkan teori diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
H1 : Ada Kontribusi Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Efikasi Kolektif Guru
H0 : Tidak Ada Kontribusi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
terhadap Efikasi Kolektif Guru
Berdasarkan uraian kerangka berpikir diatas, dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:
Skema 2.1
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Efikasi Kolektif Guru
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, populasi, sampel dan teknik penarikan sampel,
variabel dependen dan variabel independen, teknik pengujian instrumen, teknik analisis data, dan teknik pengujian hipotesis.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Eksplanatori yaitu menguji hipotesis atau teori yang menjelaskan mengapa suatu fenomena terjadi.
Penelitian ini juga merupakan penelitian deskriptif yaitu digunakan untuk mendeskripsikan kepemimpinan transformasional kepala sekolah,
efikasi kolektif guru dan juga digunakan untuk mendeskripsikan demografi responden. Penelitian ini menggunakan metode regresi linear sederhana yaitu digunakan untuk menganalisis besarnya pengaruh kepemimpinan
transformasional kepala sekolah terhadap efikasi kolektif guru. B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, SMP Negeri 3 dan SMP Negeri 4 Kecamatan Negara Batin pada bulan Oktober – November 2015. Sekolah ini dipilih untuk mengetahui apakah ada kontribusi
“Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dengan Efikasi Kolektif
C.Subjek dan Objek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah guru-guru di SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, SMP Negeri 3 dan SMP Negeri 4 Kecamatan Negara Batin
pada bulan Oktober 2015. 2. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah Kepemimpinan Transformasional
Kepala Sekolah terhadap Efikasi Kolektif Guru. D.Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitiah ini adalah guru-guru di SMP Negeri 1, SMP
Negeri 2, SMP Negeri 3 dan SMP Negeri 4 Kecamatan Negara Batin pada bulan Oktober – November 2015.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah 72 guru dari empat sekolah yang telah disebutkan di atas.
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampel jenuh yaitu seluruh anggota populasi dijadikan sampel. Hal itu dilakukan karena
jumlah populasinya kecil atau terjangkau keseluruhan oleh peneliti. Peneliti mengambil sampel pada empat sekolah dengan pertimbangan guru tersebut
E. Operasionalisasi Variabel
Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas dan menghindari
kesalahpahaman pembaca, peneliti menyebutkan definisi dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Variabel Independen
Variabel Independen (variabel bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini
adalah Kepemimpinan Transformasional.
Kepemimpinan transformasional merupakan proses dimana orang
terlibat dengan orang lain dan menciptakan hubungan yang meningkatkan motivasi dan moralitas yang tinggi serta mampu mentransformasi bawahan
(guru) dalam mencapai tujuan sekolah (visi dan misi). Menurut Leithwood (1994: 507) ada delapan dimensi yang digunakan untuk menentukan perilaku kepemimpinan transformasional, yaitu:
a. Mengembangkan visi bersama bagi sekolah: perilaku pemimpin yang dimaksudkan untuk mengembangkan, mengartikulasikan, dan
menyalurkan visi serta membuat mereka memahami dan melakukan visi tersebut.
b. Membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah: perilaku yang
c. Menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi: perilaku yang menunjukkan ekspektasi yang tinggi terhadap para staf supaya mampu bekerja secara
inovatif serta profesional demi mendapatkan hasil yang maksimal.
d. Menjadi panutan atau model: kepala sekolah di mana perilaku dan
tindakannya bisa menjadi teladan atau contoh yang baik kepada para staf. e. Memberi support atau dukungan: perilaku kepala sekolah dengan memahami kemampuan dan ketertarikan para staff serta mencari tahu
pemahaman para guru terhadap suatu masalah serta memberi penghargaan atas kerja keras mereka.
f. Menyediakan stimulasi intelektual: perilaku kepala sekolah mengajak para staf untuk mencoba sesuatu yang baru serta mengkaji kembali
asumsi-asumsi tentang pekerjaan mereka dan memikirkan kembali bagaimana mewujudkan asumsi tersebut.
g. Membangun kultur sekolah: perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang
mampu membangun norma sekolah, nilai, keyakinan dan sikap yang mendorong terciptanya sikap saling percaya dan perhatian antara para
staf.
h. Membangun kultur kolaboratif: perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan memberi kesempatan kepada para guru dalam pengambilan
2. Variabel Dependen
Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah Efikasi Kolektif.
Menurut Bandura (Feist J & Feist G, 2010) Efikasi kolektif merupakan
“keyakinan yang dimiliki manusia mengenai kemampuan kelompok untuk
hasil yang ingin dicapai”. Efikasi kolektif merupakan kepercayaan diri
seseorang di mana kepercayaan itu ditujukkan kepada kelompok, bahwa mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan tujuan
organisasi. Indikator untuk mengukur efikasi kolektif guru, yaitu: a. Analisis terhadap tugas guru
Dalam analisis tugasnya, guru menilai apa saja sarana prasarana yang mereka gunakan untuk kesuksesan dalam mengajar serta mengetahui kendala yang dialami selama proses pembelajaran baik dalam mempersiapkan bahan
ajar, menyampaikan isi materi maupun menilai hasil pembelajaran. Hal ini diperlukan agar pencapaian tujuan dalam pembelajaran dapat terlaksana
dengan baik.
b. Assesmen terhadap kompetensi guru
Guru menilai bahwa rekan kerjanya memiliki empat kompetensi yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Hal ini dilakukan agar guru dapat memberikan
F. Data yang diperlukan
Data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data primer, yakni
merupakan data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan kuesioner sebagai sumber informasi yang dibutuhkan. Data
primer ini meliputi:
1. Data Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah yang diukur menggunakan delapan dimensi yang dikembangkan Leithwood, 1994.
Tabel data kepemimpinan transformasional kepala sekolah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Dimensi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
Variabel Dimensi
Kepemimpinan Transformasional
1. Mengembangkan visi bersama
bagi sekolah
2. Membangun konsensus tentang
tujuan-tujuan dan prioritas sekolah
3. Menciptakan ekspektasi kinerja
yang tinggi
4. Menjadi model
5. Memberi dukungan (support)
6. Menyediakan stimulasi intelektual
7. Membangun kultur sekolah
8. Membangun struktur kolaboratif
2. Data Efikasi Kolektif Guru diukur dengan menggunakan dua dimensi
yang dikembangkan oleh Bandura (1997), seperti yang diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.2 Dimensi Efikasi Kolektif Guru
Variabel Dimensi
Efikasi Kolektif
1. Analisis tugas Guru
2. Assesmen terhadap
G.Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan datanya menggunakan kuesioner atau angket. Kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden. Kuesioner diberikan dengan tujuan untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok orang terpilih. Data yang akan diberikan berupa kisi-kisi tentang kepemimpinan
transformasional dan efikasi kolektif guru, selengkapnya peneliti sajikan dalam lampiran.
H.Teknik Pengujian Instrumen
Dalam penelitian ilmiah, untuk menjamin tingkat konsistensi penelitian agar mencapai kebenaran, penelitian itu harus valid dan reliabel.
1. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
uukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 1992)
Pengujian validitas menggunakan validitas isi (Content validity) dimana butir skala yang mencerminkan domain konsep yang sedang diteliti. Untuk mengetahui valid atau tidak masing-masing pertanyaan,
a. Jika rhitung > rtabel dan bernilai positif, maka variabel tersebut valid.
b. Jika rhitung < rtabel dan bernilai negatif, maka variabel tersebut tidak valid.
Rumus Validitas:
r
xy = N∑XY –(∑X) (∑Y)Keterangan:
r
xy : koefisien korelasi antar skor item dan skor totalX : skor masing-masing item tes
Y : skor total seluruh item tes n : jumlah item pertanyaan.
1) Hasil pengujian Validitas
Pengujian validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsi ukurnya. Berikut
ini akan dipaparkan hasil dari uji validitas variabel kepemimpinan transformasional dari masing-masing dimensi
Tabel 3.3 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dimensi Visi Bersama
No r tabel r hitung Keterangan
KT1 0,235 0, 537** Valid KT14 0,235 0, 585** Valid KT24 0,235 0, 608** Valid KT37 0,235 0, 610** Valid KT44 0,235 0, 633** Valid
Hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa pada dimensi membangun visi bersama terdapat 5 item pernyataan kuesioner valid.
Tabel 3.4 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dimensi Membangun Konsensus Sekolah
No r tabel r hitung Keterangan
KT11 0,235 0, 558** Valid KT33 0,235 0, 772** Valid KT49 0,235 0, 626** Valid
Hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa pada dimensi
membangun konsensus sekolah terdapat 3 item pernyataan kuesioner valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,235.
Tabel 3.5 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dimensi Ekspektasi Kinerja Tinggi
No r tabel r hitung Keterangan
KT9 0,235 0, 725** Valid KT26 0,235 0, 735** Valid KT30 0,235 0, 597** Valid KT47 0,235 0, 699** Valid
Hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa untuk dimensi ekspektasi
kinerja tinggi terdapat 4 item pernyataan kuesioner valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,235.
Tabel 3.6 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dimensi Menjadi Model
No r tabel r hitung Keterangan
Tabel 3.7 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi Dukungan Individual
No r tabel r hitung Keterangan
Hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa untuk dimensi dukungan
individual terdapat 7 item pernyataan kuesioner valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,235.
Tabel 3.8 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dimensi Memberi Stimulasi Intelektual
No r tabel r hitung Keterangan
Hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa untuk dimensi memberi
stimulasi intelektual terdapat 7 item pernyataan kuesioner valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung ≥ 0,235.
Tabel 3.9 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi Membangun Kultur Sekolah
Hasil uji validitas di atas menunjukkan bahwa dimensi membangun kultur sekolah terdapat 8 item pernyataan kuesioner valid. Dikatakan valid jika
nilai rhitung ≥ 0,235
Tabel 3.10 Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dimensi Menciptakan Struktur Kolaboratif
No r tabel r hitung Keterangan
menciptakan struktur kolaboratif terdapat 6 item pernyataan kuesioner valid dan 1 item pernyataan tidak valid. Dikatakan valid jika nilai rhitung ≥ 0,235.
Hasil uji validitas tersebut menunjukkan bahwa item-item pernyataan
yang mengukur variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah 49 item valid dan 1 item yang tidak valid. Berikut ini akan dipaparkan hasil uji
validitas variabel efikasi kolektif guru.
Tabel 3.11 Uji Validitas Efikasi Kolektif
EK14 0,235 0,566** Valid EK15 0,235 0,631** Valid EK16 0,235 0,343** Valid EK17 0,235 0,339** Valid EK18 0,235 0,301* Valid EK19 0,235 0,631** Valid EK20 0,235 0,343** Valid EK21 0,235 0,553** Valid Sumber: Data diolah, 2015
Hasil uji validitas terhadap item pertanyaan yang mengukur efikasi
kolektif menunjukkan bahwa 20 item pernyataan valid dan 1 item pernyataan yang tidak valid.
(1) Reliabilitas
Realibilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Reliabilitas berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu data dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Soal tes dikatakan reliabel jika memenuhi kriteria yaitu harga Alpha Cronbach > 0,60.
Rumus yang digunakan yaitu rumus alfa cronbach sebagai berikut:
rii=
Keterangan:
rii = reabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = jumlah varians butir
σ12
= varians total
Hasil uji reabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.12 Hasil Uji Reabilitas
Variabel Dimensi Nilai
AlphaCronbach
Membangun Konsensus Sekolah 0,748 Reliabel Ekspektasi Kinerja yang Tinggi 0,764 Reliabel
Menjadi Model 0,762 Reliabel
Dukungan Individual 0,742 Reliabel
Memberi Stimulasi Intelektual 0,743 Reliabel Membangun Kultur Sekolah 0,731 Reliabel Menciptakan Kultur Kolaboratif 0,751 Reliabel
Efikasi Kolektif 0,728 Reliabel
Sumber: Data Diolah, 2015
Hasil Alpha Conbrach pada variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan efikasi kolektif dikatakan reliabel karena karena Alpha Cronbach > 0,60.
I. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
a. Deskripsi responden menurut masa kerja, tingkat pendidikan dan status pekerjaan.
b. Deskripsi variabel
Untuk pengkategorian variabel pada penelitian ini menggunakan rumus:
Range =
Hasil penelitian kemudian dikategorikan ke dalam kelompok kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dinilai sangat transformatif, transformatif, cukup transformatif, tidak transformatif dan sangat tidak transformatif dan