BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Jenis
Pekerjaan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan
bahwa ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru
ditinjau dari jenis pekerjaan. Artinya bahwa masyarakat dengan jenis
pekerjaan yang berbeda memiliki persepsi yang tidak identik terhadap
profesi guru. Kesimpulan tersebut didasarkan atas perhitungan Anova
yang menunjukkan nilai probabilitas (signifikansi) 0,001 lebih kecil
dari α = 0,05 dan F hitung sebesar 5,863 lebih besar dari F tabel 2,675. Perhitungan mean menunjukkan bahwa mean dari data persepsi
masyarakat terhadap profesi guru yang bekerja sebagai petani atau
pekebun sebesar 188,65, masyarakat yang bekerja sebagai pedagang
sebesar 183,50, masyarakat yang bekerja sebagai karyawan swasta
sebesar 179,75, dan masyarakat yang bekerja sebagai wiraswasta
sebesar 188,20. Dari perhitungan mean tersebut dapat dinyatakan
bahwa masyarakat yang bekerja sebagai petani/pekebun akan lebih
menghargai guru dibandingkan dengan masyarakat yang bekerja selain
menjadi petani/pekebun. Hal itu disebabkan karena masyarakat yang
bekerja sebagai petani/pekebun menganggap bahwa bagi mereka guru
adalah sosok orang yang mempunyai wawasan yang luas, setiap hari
mempunyai latar pekerjaan lebih tinggi dari seorang guru akan
menggangap bahwa bekerja sebagai guru dapat dilakukan oleh siapa
saja asal mempunyai ilmu pengetahuan.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan persepsi
masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan.
Menurut Walgito (1994:53), “sekalipun stimulus yang diterima sama
tetapi karena kerangka acuan dan kemampuan berfikirnya tidak sama,
ada kemungkinan hasil persepsi antar individu satu dengan yang lain
tidak sama”. Menurut pendapat Caudill dan Weinstein (Haditono,
1982) dinyatakan bahwa “pekerjaan yang dimiliki oleh seorang ayah
pada anak Jepang mempunyai pengaruh tertentu pada sikap anaknya di
masa mendatang”. Menurut peneliti pernyataan Walgito tersebut
menunjukkan keterangan dari hasil penelitian, yaitu persepsi seseorang
dapat diinterpretasikan berdasarkan kerangka acuan dan kemampuan
berpikir orang tersebut. Jadi, pekerjaan yang ditekuni oleh seseorang,
sedikit banyak akan mempengaruhi individu dalam hal orientasi-
orientasinya maupun aspirasinya terhadap sesuatu, baik untuk saat ini
ataupun pada masa yang akan datang, termasuk di dalamnya terdapat
bagaimana persepsi seseorang terhadap profesi guru, apabila orang
tersebut cenderung melihat orang lain sebagai suatu bagian dari kelas
atau kategori yang mungkin berbeda dengan dirinya, berbeda yang
2. Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat
Pendidikan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan
bahwa ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru
ditinjau dari tingkat pendidikan. Artinya bahwa masyarakat dengan
tingkat pendidikan yang berbeda memiliki persepsi yang tidak identik
terhadap profesi guru. Kesimpulan tersebut didasarkan atas
perhitungan Anova yang menunjukkan nilai probabilitas (signifikansi)
0,000 lebih kecil dari 0,05 dan F hitung sebesar 6,564 lebih besar dari
F tabel 2,675.
Perhitungan mean menunjukkan bahwa masyarakat yang
memiliki tingkat pendidikan sampai jenjang SD/sederajat sebesar
184,25, masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan sampai jenjang
SLTP/sederajat sebesar 191,54, masyarakat yang memiliki tingkat
pendidikan sampai jenjang SLTA/sederajat sebesar 181,93, dan
masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan sampai jenjang
Diploma/S1 sebesar 189,20. Hal itu menunjukkan bahwa rata – rata
tertinggi dari skor persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau
dari tingkat pendidikan terdapat pada responden yang mempunyai
tingkat pendidikan hingga jenjang SLTP/sederajat.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan persepsi
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Menurut Samuel
Soeitoe (1982:8), “Pada mulanya pendidikan dinyatakan sebagai suatu
proses tunggal yang meliputi ‘latihan akal budi’, ‘pembentukan
watak’, dan ‘penyerahan kebudayaan’. Pada tahap berikutnya ‘akal
budi’ dianalisa menjadi ‘kemampuan’ yang terpisah-pisah, dan
efektivitas pendidikan dan pengajaran tergantung dari keadaan
kemampuan-kemampuan itu, seperti ingatan, naluri, imitasi, persepsi,
perhatian, dan kemauan mengalami penganalisaan tersebut”.
Pernyataan Samuel tersebut memang sesuai dengan hasil
penelitian, karena dari pendidikan akan terbentuk kemampuan, dan
kemampuan itulah yang kemudian digunakan oleh seseorang untuk
menanggapi suatu objek tertentu. Masyarakat yang mempunyai
tingkat pendidikan yang berbeda, mempunyai kemampuan yang
berbeda. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat perbedaan
persepsi terhadap profesi guru antara masyarakat dengan tingkat
pendidikan SD/sederajat, SLTP/sederajat, SLTA/sederajat, dan
SLTP/sederajat, memang mempunyai persepsi positif terhadap profesi
guru. Dikarenakan masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan
SLTP/sederajat (yang lebih rendah dari tingkat pendidikan guru),
menganggap bahwa hanya guru lah satu - satunya tempat untuk
memperoleh pendidikan. Maka dari itu mereka sangat menghargai
keberadaan guru.
Menurut peneliti tingkat pendidikan sangat memengaruhi
persepsi seseorang terhadap suatu hal, karena semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka semakin luas pengetahuan yang didapat.
Orang yang mempunyai pengetahuan luas, selalu menatap sesuatu
berdasarkan dengan pengetahuan yang ia peroleh, mereka juga akan
melihat sesuatu dari banyak hal, tanpa melihat siapa mereka dan apa
jasa-jasanya bagi kehidupan mereka.
3. Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat
Pendapatan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan
bahwa tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru
ditinjau dari tingkat pendapatan. Artinya bahwa masyarakat dengan
tingkat pendapatan yang berbeda memiliki persepsi yang identik
terhadap profesi guru. Kesimpulan tersebut didasarkan atas
perhitungan Anova yang menunjukkan nilai probabilitas (signifikansi)
sebesar 0,077 lebih besar dari 0,05 dan t hitung sebesar -1,783 lebih
Perhitungan mean menunjukkan bahwa masyarakat yang
memiliki tingkat pendapatan rendah sebesar 184,34 dan masyarakat
yang memiliki tingkat pendapatan tinggi sebesar 188,18. Hal itu
menunjukkan bahwa rata – rata tertinggi skor persepsi terhadap
profesi guru oleh masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi,
lebih tinggi dari pada rata – rata skor persepsi terhadap profesi guru
oleh masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan rendah.
Namun pada kenyataanya, hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada kesamaan persepsi masyarakat, yaitu persepsi positif terhadap
profesi guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anastasia Tantri
(2004:54) dan Tri Isbudiyono (2001:57) tentang persepsi masyarakat
terhadap profesi guru, menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
persepsi masyarakat terhadap profesi guru jika dilihat dari tingkat
penghasilan. Menurut peneliti, adanya kesamaan persepsi masyarakat
terhadap profesi guru tersebut dikarenakan masyarakat yang memiliki
pendapatan tinggi kini berada setara dengan guru. Selain itu bagi
mereka pendapatan bukanlah suatu ukuran untuk menilai orang lain.
Dalam suatu kelompok masyarakat terdapat 4 kriteria yang dapat
digunakan untuk menggolongkan masyarakat yang satu dengan yang
lainnya, yaitu (Soekanto, 1982:234-235):
a. Ukuran kekayaan
c. Ukuran kehormatan
d. Ukuran ilmu pengetahuan
Akan tetapi ukuran-ukuran tersebut tidak lagi diterapkan di
masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, mereka
sangat menyadari begitu besarnya peran guru dalam dunia pendidikan.
Menurut peneliti, faktor-faktor tersebut tidak mempunyai
pengaruh terhadap hasil penelitian ini. Masyarakat sadar, bahwa
mereka bisa membaca, menulis, bekerja, dan akhirnya mendapatkan
uang itu semua tidak lepas dari peran seorang guru. Bahkan tidak
sedikit pula banyak orang mengambil pilihan menjadi guru, karena
alasan faktor ekonomi pula, sebab saat ini pemerintah telah
memberikan tunjangan profesi bagi guru melalui program sertifikasi.
Adanya program sertifikasi diakui masyarakat akan lebih menjamin
kesejahteraan para guru.
4. Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Usia
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan
bahwa ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru
ditinjau dari usia. Artinya bahwa masyarakat dengan usia yang
berbeda memiliki persepsi yang identik terhadap profesi guru.
Kesimpulan tersebut didasarkan atas perhitungan Anova yang
menunjukkan nilai probabilitas (signifikansi) 0,040 lebih kecil dari α = 0,05 dan F hitung sebesar 2,416 lebih besar dari F tabel 2,286.
Perhitungan mean menunjukkan bahwa masyarakat yang bekerja
berusia antara 17 – 24 tahun sebesar 189,15, berusia antara 25 – 32
tahun sebesar 186,56, masyarakat yang berusia antara 33 – 40 tahun
sebesar 182,27, masyarakat yang berusia antara 41 – 48 tahun sebesar
180,43, masyarakat yang berusia antara 49 – 56 tahun sebesar 188,44,
dan masyarakat yang berusia antara 57 – 63 tahun sebesar 190,11. Hal
itu menunjukkan bahwa rata – rata tertinggi dari skor persepsi
masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari usia terdapat pada
responden yang berusia antara 57 – 63 tahun.
Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan persepsi
masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari usia. Secara langsung
usia dapat memberikan dampak terhadap cara seseorang melakukan
persepsi pada lingkungan di sekitarnya. Dalam penelitian ini
ditemukan bahwa rata – rata tertinggi dari skor persepsi masyarakat
terhadap profesi guru ditinjau dari usia terdapat pada responden yang
berusia antara 57 – 63 tahun. Artinya persepsi positif terbanyak
terdapat pada kelompok usia senja/lanjut. Menurut peneliti, terdapat
faktor yang menyebabkan perbedaan persepsi, yaitu pengalaman dan
kebutuhan hidup. Karena apabila usia seseorang bertambah, tentu
akan bertambah pula pengalaman maupun kebutuhan hidupnya.
Pengalaman dan kebutuhan hidup itulah yang kemudian membawa
seseorang untuk menilai sesuatu yang berada di sekitarnya.