• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Tinjauan Teoritik

1. Persepsi Masyarakat

a. Persepsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:675), persepsi

dapat diartikan sebagai 1) suatu tanggapan (penerimaan langsung dari

suatu serapan) dan 2) proses seseorang mengetahui beberapa hal

melalui panca inderanya. Persepsi pada dasarnya merupakan proses

kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi

tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran,

penghayatan, perasaan dan penciuman (Miftah Thoha, 2005:141).

Kunci untuk persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi

itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi.

Menurut Winkel (1986:161) persepsi adalah pengamatan secara

global, kemampuan untuk membedakan antara objek yang satu dengan

objek yang lain berdasarkan ciri-ciri fisik objek-objek itu, misalnya

ukuran, warna, dan bentuk. Sugihartono (2007:8) mengemukakan

persepsi sebagai proses untuk menerjemahkan atau

menginterpretasikan stimulasi yang masuk dalam alat indera. Daviddof

menggabungkan kata-kata indra kita (penglihatan) untuk

mengembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari

sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. Sedangkan

menurut Wirawan (1992:47) persepsi merupakan proses penginderaan

manusia tentang obyek lingkungannya dimana ia memproses

penginderaan itu pada diri manusia yang bersangkutan.

David Krech (Miftah Thoha, 2005:142) menyimpulkan bahwa

persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks yang

menghasilkan suatu gambaran unik tentang pernyataan yang

barangkali sangat berbeda dengan kenyataanya. Dari

pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu

tanggapan langsung dari seseorang tentang suatu hal, untuk memilih,

mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan

eksternal.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi

seseorang, yaitu faktor dari lingkungan luar dan faktor dari lingkungan

dalam (Thoha, 1983:148):

1) Faktor dari lingkungan luar :

a) Intensitas, prinsip intensitas dari perhatian dapat dinyatakan

bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar, semakin

b) Ukuran, faktor ini menyatakan bahwa semakin besar untuk

obyek semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.

c) Pengulangan, dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus

dari luar yang diulang-ulang akan memberi perhatian yang

lebih besar dibanding dalam sekali lihat.

d) Gerakan, prinsip gerakan ini antara lain menyatakan bahwa

orang akan memberi perhatian terhadap obyek yang bergerak

dalam jangkauan pandangannya dibanding obyek yang diam.

e) Baru dan familar, prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi

eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat

dpergunakan sebagai penarik perhatian.

2) Faktor dari lingkungan dalam :

a) Proses belajar, semua faktor dari dalam yang membentuk

adanya perhatian kepada suatu obyek sehingga menimbulkan

adanya persepsi adalah didasarkan dari kekomplekan kejiwaan,

kekomplekan kejiwaan ini selaras dengan pemahaman/belajar

dan motivasi yang dipunyai masing-masing.

b) Motivasi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi dari

dalam yang lain juga menentukan terjadinya persepsi antara

lain motivasi dan kepribadian. Pada dasarnya tidak dapat

mempunyai dampak yang amat penting dalam proses pemilihan

persepsi.

c) Kepribadian, dalam membentuk persepsi unsur ini sangat erat

hubungannya dengan proses belajar dan motivasi mempunyai

akibat terhadap apa yang diperhatikan dalam menghadapi suatu

situasi.

Selain faktor – faktor tersebut, dalam edisi buku terbarunya Thoha

masih menambahkan faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi

antara lain sebagai berikut (2005:162-167):

1) Artibulasi

Artibulasi diartikan sebagai suatu proses bagaimana

seseorang mencari kejelasan sebab-sebab dari perilaku orang lain.

Seseorang tidak hanya tertarik mengamati perilaku dalam

organisasi saja, tetapi juga mencari jawaban penyebab dari perilaku

orang yang diamati.

2) Stereotype

Stereotype adalah suatu proses yang cenderung melihat orang

lain sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori. Jika seseorang

melakukan stereotype kepada orang lain, hal ini disebabkan karena

keterbatasan pengetahuan orang tersebut. Dia hanya mengetahui

hal-hal yang bersifat umum dari suatu kategori yang disifatkan

Proses stereotype ini amat besar peranannya di dalam

mempengaruhi persepsi sosial. Banyak kelompok-kelompok yang

pada umumnya telah diberikan stereotype masing-masing dalam

organisasi. Di dalam masyarakat terdapat pula kelompok-kelompok

stereotype, misalnya saja kelompok petani, kelompok wanita,

kelompok pedagang, kelompok mahasiswa, dan sebagainya.

3) Hallo Effect

Hallo effect digunakan untuk menilai seseorang berdasarkan

salah satu sifat yang diketahui oleh yang menilai. Misalnya

kerajinan, kecerdasan, penampilan, dan lain-lain. Satu sifat yang

kebetulan dilihat oleh penilai dan dapat menutupi sifat-sifat

lainnya.

Menurut Pareek dalam Desy Arisandy (1984:88), ada empat

faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi yaitu:

1. Perhatian

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian.

Tidak semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap

semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu

atau dua objek yang menarik bagi kita.

2. Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu

3. Ketersediaan

Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul,

agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih

efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap

terlebih dulu.

4. Sistem Nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat

akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

b. Masyarakat

J.P Gillin dan J.L Gillin dalam bukunya Cultural Sosiology

merumuskan masyarakat sebagai “..the largest grouping in which

common customs, traditions, attitudes and feeling of unity are

operative”. Suparto (Tim Sosiologi, 2004:18) menyatakan bahwa

masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah lama bertempat

tinggal disuatu daerah tertentu dan mempunyai aturan yang mengatur

tata hidup mereka menuju tujuan yang sama. Dari batasan tersebut

dapat di ambil kesimpulan bahwa unsur-unsur masyarakat adalah

sebagai berikut:

1. Terdapat kelompok/kesatuan atau kolektivitas manusia

2. Telah berjalan dalam kurun waktu yang lama dan bertempat tinggal di daerah tertentu

3. Adanya aturan/tata tertib yang mengatur mereka untuk menuju suatu cita-cita yang sama

Koenjaraningrat menambahkan dua unsur lagi yaitu (Tim Sosiologi,

2004:18):

1. Ada ikatan adat istiadat yang khas

2. Adaya rasa identitas di antara para warganya

c. Profesi Guru

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan

penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi

biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi

dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Sehingga

seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional.

Sedangkan guru secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta

yaitu guru yang juga berarti guru, tetapi artinya harafiahnya adalah

“berat” adalah seorang pengajar suatu ilmu. Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia No.14 tahun 2005 tentang guru, guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Mengutip pendapat Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc

kemampuan dalam menata dan mengelola kelas. Masih dari sumber

yang sama, Jean D.Grambs dan C. Morris Mc Clare berpendapat

bahwa guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan

pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat

terjadi pendidikan.

Dalam arti umum guru adalah pendidik dan pengajar pada

pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dari pendapat-pendapat

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi guru adalah suatu

pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap

suatu pengetahuan khusus yang dilakukan oleh seorang guru dalam

menjalankan tugasnya.

1) Kepribadian Guru

Kepribadian (Sutisna : 2008) adalah faktor yang sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai

pengembang sumber daya manusia. Karena di samping sebagai

pembimbing dan pembantu, guru juga berperan sebagai panutan.

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan

keberhasilan guru adalah (Sutisno : 2008): a) Fleksibilitas kognitif

(keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berpikir yang

diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi

terbuka secara psikologi akan di tandai dengan kesediaanya yang

relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan

faktor-faktor ekstern antar lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan

pendidikan tempatnya bekerja.

2) Hak dan Kewajiban Guru

Dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional guru

sebagai pendidik mempunyai hak untuk memperoleh:

(a) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.

(b) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.

(c) Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas.

(d) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual.

(e) Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

3) Peranan Guru

Menurut Dimyati Mahmud (1986:25-30) peranan seorang

(a) Guru sebagai pembuat keputusan.

Guru sebagai pembuat keputusan harus selalu membuat

keputusan-keputusan mengenai bahan pelajaran dan metode

mengajar.

(b) Guru sebagai motivator.

Tidaklah dengan sendirinya murid-murid berhasil dalam

belajar. Sehubungan dengan hal inilah peranan guru sebagai

motivator sangatlah penting.

(c) Guru sebagai manajer.

Kegiatan yang dilakukan oleh guru sebagai seorang manajer

adalah mengelola kelas, yaitu kegiatan-kegiatan yang

bersangkutan dengan keputusan-keputusan dan

tindakan-tindakan yang diperlukan untuk membina ketertiban kelas.

(d) Guru sebagai pemimpin.

Guru yang efektif adalah pemimpin yang efektif, yaitu

memanfaatkan potensi kelompok untuk meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan individual. Dalam

peranannya sebagai pemimpin kelompok demikian itu, guru

diharapkan menjadi wasit, pelerai kecemasan, detektif,

frustasi, teman dan orang kepercayaan, pengganti orang tua,

sumber kasih sayang, dan pemberi semangat.

(e) Guru sebagai konselor.

Sebagai konselor, guru harus menjadi pengamat yang peka

terhadap tingkah laku dan gerak-gerik murid - muridnya.

Guru harus berusaha memberikan tanggapan yang konstruktif

apabila murid mengalami kelesuan belajar.

(f) Guru sebagai insinyur atau perekayasaan lingkungan.

Dalam hal ini peran guru nampak pada penataan ruang kelas,

termasuk didalamnya mengatur posisi tempat duduk siswa.

(g) Guru sebagai model.

Guru juga berperan sebagai model atau contoh bagi

murid-muridnya. Gairah murid terhadap suatu mata pelajaran timbul

karena pelajaran itu diberikan oleh guru yang penuh gairah

dengan menggunakan metode demonstrasi.

4) Kompetensi Guru

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,

dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru

atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

melaksanakan profesi keguruannya. Kompetensi guru meliputi

empat kategoriantara lain:

(a) Kemampuan guru dalam merencanakan program belajar

mengajar.

(b) Kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran.

(c) Kemampuan guru dalam melaksanakan dan

memimpin/mengelola proses belajar mengajar.

(d) Kemampuan dalam menilai kemajuan proses belajar

mengajar

Dalam UU Nomor Nomor 74 tahun 2008 pasal 3, ada 4

kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yaitu:

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru

dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang

sekurang-kurangnya meliputi:

a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

b. pemahaman terhadap peserta didik

c. pengembangan kurikulum atau silabus

d. perancangan pembelajaran

e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

f. pemanfaatan teknologi pembelajaran

h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya

mencakup kepribadian yang:

a. beriman dan bertakwa

b. berakhlak mulia

c. arif dan bijaksana

d. demokratis e. mantap f. berwibawa g. stabil h. dewasa i. jujur j. sportif

k. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyaraka

l. secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri

m. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan

3. Kompetensi Sosial

Mengutip pendapat Piet Sahertian dan Ida Sahertian

(Kunandar, 2007:56) kompetensi sosial dapat disebut juga

kemampuan yang berhubungan dengan bentuk partisipasi

sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari di

masyarakat tempat ia bekerja, baik formal maupun informal.

Guru sebagai bagian dari masyarakat yang

sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:

a. berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun

b. menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

c. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik

d. bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku

e. menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam

menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan

atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya

meliputi penguasaan:

a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan

standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,

b. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni

yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren

dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau

kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

Dokumen terkait