ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS PEKERJAAN, TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT
PENDAPATAN, DAN USIA
Studi Kasus : Masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Yogyakarta.
Herlina Widyaningrum Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan, (2) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan, (3) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendapatan, (4) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari usia.
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY yang berjumlah 132 orang. Penelitian dilakukan pada bulan November 2010. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan kuesioner. Untuk menjawab masalah pertama, kedua, dan keempat digunakan Anova, sedangkan untuk menjawab masalah ketiga digunakan Independent Sample T Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan (signifikansi 0,001
≤ 0,05), (2) ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan (signifikansi 0,000 ≤ 0,05), (3) tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendapatan (signifikansi, 0,077 ≥ 0,05), (4) ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari usia (signifikansi 0,040 ≤ 0,05).
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF SOCIETY TOWARD TEACHER’S PROFESSION PERCEIVED FROM KIND OF TASK, LEVEL OF EDUCATION, LEVEL
OF INCOME, AND AGE
A Case Study on the people of Sabrang Kidul Hamlet, Purwosari Village, Girimulyo District, Kulon Progo Regency, Yogyakarta Province.
Herlina Widyaningrum 061334020
Sanata Dharma University Yogyakarta
2011
The purpose of this study is to find out whether there are differences in people’s perception toward teacher’s profession perceived from: (1) kind of task; (2) level of education; (3) level of income; (4) and age.
The samples of this study were 132 people of Sabrang Kidul Hamlet, Purwosari Village, Girimulyo District, Kulon Progo Regency, Yogyakarta Province. The research was done in November 2010. The tecniques of data collection were interview and questionnare. To answer the problem of the first, second, and fourth case, Anova Tecnique was applied, and to answer the third case Independent Sampel T Test was used.
The result of this research shows that there is different people’s perception toward teacher’s profession perceived from: (1) kind of task (significance 0,001 ≤ 0,05); (2) level of education (significance 0,000 ≤ 0,05); (3) there is no different people’s perception toward teacher’s profession perceived from level of income (significance 0,077≥ 0,05); (4) and there is different people’s perception toward teacher’s profession perceived from age (significance 0,040 ≤ 0,05).
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU
DITINJAU DARI JENIS PEKERJAAN, TINGKAT
PENDIDIKAN, TINGKAT PENDAPATAN, DAN USIA
Studi Kasus: Masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi D.I.Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Herlina Widyaningrum 061334020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Hasil karya berupa skripsi ini kupersembahkan pada:
Tuhan Yesus Juru Selamatku
Bunda Maria yang selalu mendoakanku
Ayah Sarbagyo dan Bunda Widyastuti yang tercinta
Adikku Nita dan Sifra yang tercinta
Keluarga Besar Sastro Utomo dan Soeroto yang tercinta
My lovely seseorang yang kusayangi
Almamaterku
MOTTO
“Segala perkara dapat ku tanggung di dalam
DIA yang memberi kekuatan kepadaku”
(Filp 4 : 13)
Segala sesuatu menjadi indah pada waktunya
Do all the goods you can,
All the best you can,
In all times you can,
In all places you can,
For all the creatures you can.
ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS PEKERJAAN, TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT
PENDAPATAN, DAN USIA
Studi Kasus : Masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Yogyakarta.
Herlina Widyaningrum Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan, (2) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan, (3) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendapatan, (4) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari usia.
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY yang berjumlah 132 orang. Penelitian dilakukan pada bulan November 2010. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan kuesioner. Untuk menjawab masalah pertama, kedua, dan keempat digunakan Anova, sedangkan untuk menjawab masalah ketiga digunakan Independent Sample T Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan (signifikansi 0,001
≤ 0,05), (2) ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan (signifikansi 0,000 ≤ 0,05), (3) tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendapatan (signifikansi, 0,077 ≥ 0,05), (4) ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari usia (signifikansi 0,040 ≤ 0,05).
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF SOCIETY TOWARD TEACHER’S PROFESSION PERCEIVED FROM KIND OF TASK, LEVEL OF EDUCATION, LEVEL
OF INCOME, AND AGE
A Case Study on the people of Sabrang Kidul Hamlet, Purwosari Village, Girimulyo District, Kulon Progo Regency, Yogyakarta Province.
Herlina Widyaningrum 061334020
Sanata Dharma University Yogyakarta
2011
The purpose of this study is to find out whether there are differences in people’s perception toward teacher’s profession perceived from: (1) kind of task; (2) level of education; (3) level of income; (4) and age.
The samples of this study were 132 people of Sabrang Kidul Hamlet, Purwosari Village, Girimulyo District, Kulon Progo Regency, Yogyakarta Province. The research was done in November 2010. The tecniques of data collection were interview and questionnare. To answer the problem of the first, second, and fourth case, Anova Tecnique was applied, and to answer the third case Independent Sampel T Test was used.
The result of this research shows that there is different people’s perception toward teacher’s profession perceived from: (1) kind of task (significance 0,001 ≤ 0,05); (2) level of education (significance 0,000 ≤ 0,05); (3) there is no different people’s perception toward teacher’s profession perceived from level of income (significance 0,077≥ 0,05); (4) and there is different people’s perception toward teacher’s profession perceived from age (significance 0,040 ≤ 0,05).
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis
dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa
proses penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari dukungan dan
dorongan dari berbagai pihak, yang telah memberikan semangat, saran, kritik,
ide, dan penghiburan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikaan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.IP., M .Pd. selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, dan memberikan
5. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si dan Ibu Natalina Premastuti Brataningrum,
S.Pd., M.Pd selaku dosen penguji, yang telah memberikan banyak saran untuk
kesempurnaan skripsi.
6. Bapak Joko Wicoyo yang telah membantu dalam penyusunan abstract.
7. Mbak Aries dan Pak Wawiek yang membantu dalam urusan administrasi.
8. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan segala fasilitas, dorongan,
nasehat, dan do’a yang tiada hentinya untuk penulis.
9. Nita, Sifra, Gala, Obed, Heni, mas Waone, mas Sigit, mas Enggri, mas Widi,
mas Ari, Deni, mbak Wulan, mbak Nink, mbak Erna, mbak Hari, mbak
Endang, mbak Bekti, mbak Nggulik, om Kelik, tante Yuni, Pakde - bude
Wawan, simbah Kakung – Putri Soeroto, Alm. simbah Kakung – Putri Sastro
Utomo dan segenap keluarga besar yang selalu memberikan dukungan untuk
penulisan skripsi ini.
10. Arni, Asmi, Comer, dan Mel yang menjadi sahabat terbaik dan selalu ada
untuk penulis dalam keadaan suka dan duka.
11. Dhidin, Agnes PBI, Dewi, Dewi Arita yang selalu memberi dukungan dan
motivasi.
12. Novy, Sisca, Dwi, Retno, Putri, dan Galih teman-teman seperjuangan yang
senantiasa membantu mengerjakan skripsi.
13. Dian, Yuni, Agil, Deta, Rara, Ardhi, Johan, nDaru, Erlina, Eris, Arcil, Putu,
dan seluruh angkatan 2006, yang telah memberikan semangat pada waktu
ujian.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……….. ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik ... 10
1. Persepsi Masyarakat ... 10
2. Jenis Pekerjaan ... 24
3. Tingkat Pendidikan… ... 28
4. Tingkat Pendapatan ... 34
5. Usia ... 38
B. Kerangka Teoritik ... 39
C. Hipotesis Penelitian ... 44
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 45
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 48
F. Teknik Pengumpulan Data ... 51
G. Instrumen Penelitian ... 53
H. Pengujian Instrumen Penelitian ... 54
I. Teknik Analisis Data ... 59
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Letak Geografis ... 64
C. Kependudukan ... 66
D. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan ... 67
E. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 67
F. Keadaan Penduduk Menurut Usia ... 68
G. Keadaan Penduduk Menurut Keagamaan ... 69
H. Sarana, Prasarana, dan Pariwisata ... 69
BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 72
B. Analisis Data ... 83
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 105
B. Keterbatasan ... 106
C. Saran ... 106
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Jenis Pekerjaan Responden ... 134
Tabel 5.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 134
Tabel 5.3 Tingkat Pendapatan Responden ... 134
Tabel 5.4 Usia Responden ... 135
Tabel 5.5 Interpretasi Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru ... 135
Tabel 5.6 Interpretasi Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan ... 135
Tabel 5.7 Interpretasi Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 136
Tabel 5.8 Interpretasi Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendapatan ... 136
Tabel 5.9 Interpretasi Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Usia ... 137
Tabel 5.10Uji Normalitas Data Variabel Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Jenis Pekerjaan ... 138
Tabel 5.11Uji Normalitas Data Variabel Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan……... 138 Tabel 5.12Uji Normalitas Data Variabel Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendapatan ... 139
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 113
Lampiran 2 Data Uji Validitas ... 122
Lampiran 3 Data Mentah Penelitian ... 123
Lampiran 4 Data Responden ... 128
Lampiran 5 Pedoman Acuan Penilaian ... 132
Lampiran 6 Uji Homogenitas ... 140
Lampiran 7 Uji Hipotesis ... 141
Lampiran 8 Tabel r ... 145
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian ... 146
Lampiran 10 Daftar UMR ... 151
Lampiran 11 Peta ... 153
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, situasi dan
kondisi kehidupan manusia yang semakin kompleks, serta derasnya arus
informasi dan globalisasi merupakan tantangan pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya. Bangsa Indonesia yang sedang berkembang dan memacu
pembangunan disegala bidang, tidak dapat menghindar dari berbagai
tantangan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan manusia-manusia berkualitas
tinggi yakni manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti yang luhur, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, serta
sehat jasmani dan rohani.
Soedjadi (1994:1) mengemukakan bahwa untuk memiliki warga yang
berkualitas tinggi diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi,
mampu menguasai dan mengembangkan ilmu dan teknologi, dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan seluruh bangsa, serta dapat menangkal
pengaruh-pengaruh negatif. Selanjutnya Soedjadi mengemukakan bahwa
satu-satunya wadah yang berfungsi sebagai pengembangan sumber daya manusia
yang bermutu tinggi adalah pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun
luar sekolah. Sedangkan yang dikembangkan dalam proses pendidikan ini
adalah kemampuan untuk mengembangkan orang lain. Orang yang tepat dan
Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk
menyongsong pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Guru
dengan segala kemampuannya dan daya upayanya mempersiapkan
pembelajaran bagi peserta didiknya. Sehingga tidak salah jika kita
menempatkan guru sebagai salah satu kunci pembangunan bangsa menjadi
bangsa yang maju dimasa yang akan datang. Dapat dibayangkan jika guru
tidak menempatkan fungsi sebagaimana mestinya, bangsa dan negara ini akan
tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian waktu
tidak terbendung lagi perkembangannya.
Guru merasa bangga apabila murid-muridnya lulus dengan nilai yang
membanggakan. Sebaliknya guru merasa sedih apabila muridnya
mendapatkan nilai jelek. Bahkan guru dengan senang hati mengurusi masalah
muridnya walaupun di luar jam sekolah. Dalam keadaan istirahat di rumah
apabila ada murid yang bermasalah guru akan meluangkan waktunya
mengunjungi orang tua siswa untuk berdiskusi menyelesaikan masalah
anaknya. Pekerjaan guru bisa dikatakan hampir tidak mengenal waktu dan
tempat. Bukan hanya di sekolah tetapi di rumah pun masih menjadi guru.
Semua itu dilakukan karena tanggungjawab moral guru terhadap masyarakat
karena kalau ada kesalahan yang dilakukan muridnya, maka di masyarakat
guru yang akan kena getahnya.
Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, guru pernah mempunyai status
serba tahu. Guru merupakan profesi yang penuh sanjungan, yaitu sebagai
Pahlawan tanpa Tanda Jasa. Peranan guru tidak hanya mendidik anak di
depan kelas, tetapi juga mendidik masyarakat, tempat masyarakat untuk
bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial.
Dalam masyarakat dikenal pameo “guru harus (dapat) diguguh dan
ditiru” dan “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Pameo tersebut
menyiratkan pandangan serta harapan tertentu dari masyarakat terhadap guru.
Selain itu, pameo tersebut juga menunjukkan bahwa guru sampai saat ini
masih diakui keberadaannya, sebab sampai kapan pun posisi/peran guru tidak
akan bisa digantikan sekalipun dengan mesin canggih.
Kondisi masyarakat yang semakin maju, yang ditandai kadar
rasionalisasi dalam berkarya, yang mengutamakan efisiensi, yang menuntut
disiplin sosial yang tinggi terhadap warganya, yang berorientasi pada mutu
(baik dalam proses maupun hasil kerja), yang semakin menuntut kemampuan
bekerja sama atau berorganisasi di antara warganya, dan yang semakin
menuntut warganya untuk menguasai ilmu serta teknologi dalam segala
bidang kehidupannya, semakin jelas bahwa masyarakat modern tersebut
memerlukan jasa sekolah atau guru. Dengan kata lain, dalam kondisi
masyarakat modern tersebut jelaslah bahwa orang tua (sepandai apapun) tidak
mampu membimbing anak-anaknya dalam semua segi persiapan hidupnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi sosial sekolah atau guru dalam
Citra guru di masyarakat atau di negara kita berubah dari waktu ke
waktu. Perubahan citra guru tersebut dipengaruhi oleh perubahan aspirasi
(penilaian serta penghargaan) warga masyarakat terhadap jabatan guru, unjuk
kerja guru yang telah berkarya (performance), dan adanya perubahan
persyaratan jabatan guru sebagai dampak kemajuan ilmu serta teknologi (era
profesionalisasi dan spesialisasi). Seperti pada akhir-akhir ini profesi guru
banyak dipertanyakan orang, baik di kalangan pakar pendidikan maupun yang
lain. Guru dianggap tidak mampu dalam mengatasi masalah di bidang
pendidikan sebagai contohnya adalah kekerasan di sekolah baik dari pihak
guru maupun siswa, tawuran, narkoba dan lain-lain.
Merosotnya citra guru juga disebabkan karena adanya pandangan
masyarakat yang di satu sisi menghormati profesi guru, tetapi di sisi lain
merendahkan profesi tersebut, di samping dikarenakan organisasi profesi guru
lemah, sehingga tidak dapat menopang perbaikan profesi guru, baik dari segi
kualitas pengabdiannya, maupun dari kualitas penghargaan masyarakat dan
pemerintah terhadap profesi tersebut, meskipun diakui guru sebagai unsur
penting dalam pembangunan bangsa.
Di beberapa tempat masyarakat masih tetap cenderung mengakui
profesi dokter atau hakim lebih tinggi dibandingkan dengan profesi guru.
Seandainya yang dijadikan ukuran tinggi rendahnya pengakuan profesional
tersebut adalah keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya, gurupun
ada yang setingkat/sederajat dengan jenis profesi lain bahkan ada yang lebih.
mis-match atau guru-guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidangnya. Hal ini
terjadi karena masih adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa siapapun
dapat menjadi guru, asalkan ia berpengetahuan.
Menurut Sudjana (1989:11) rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1. Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapapun dapat menjadi
guru asalkan ia berpengetahuan.
2. Kekurangan guru di daerah terpencil memberikan peluang untuk
mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi
guru.
3. Banyak guru belum menghargai profesinya, apalagi berusaha
mengembangkan profesinya itu.
Meskipun demikian, tidak selamanya profesi guru memiliki nilai negatif di
masyarakat, guru memiliki nilai-nilai yang luhur yaitu pengabdian, kerja
keras, disiplin dan tanggung jawab yang besar terhadap anak didiknya. Selain
itu, pengabdian guru juga dapat dilihat dari pendidikan yang mempunyai
kualitas tinggi. Profesi guru merupakan profesi yang sangat mulia, baik dalam
pandangan masyarakat maupun dalam pandangan agama. Suatu profesi
muncul berawal dari adanya public trust (kepercayaan masyarakat).
Kepercayaan masyarakat yang menjadi penopang suatu profesi didasari oleh
1. Kepercayaan terjadi dengan adanya suatu persepsi tentang kompetensi.
2. Adanya persepsi masyarakat bahwa kelompok-kelompok profesional
mengatur dirinya dan lebih lanjut diatur oleh masyarakat berdasarkan
minat dan kepentingan masyarakat.
3. Persepsi yang melahirkan kepercayaan masyarakat itu ialah
anggota-anggota suatu profesi memiliki motivasi untuk memberikan layanan
kepada orang-orang dengan siapa mereka bekerja.
Faktor pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan usia merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam menanggapi hal
tersebut. Pekerjaan dan tingkat pendapatan masyarakat nampak pada tingkat
kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Sedangkan tingkat
pendidikan dan usia nampak pada kemampuan masyarakat dalam
memecahkan masalah-masalah yang timbul dan bagaimana masyarakat dapat
mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karena semakin
tua umur seseorang yang tidak diikuti dengan pengetahuan dan pengalaman,
maka pada diri seseorang akan berperilaku negatif, karena orang tersebut akan
melakukan berbagai hal untuk mencukupi kebutuhan hidupnya walaupun yang
dilakukannya akan merugikan orang lain. Sedangkan pendidikan merupakan
hal yang sangat fundamental dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia
dan menjamin perkembangan sosial maupun ekonomi.
Namun apakah persepsi setiap penduduk di suatu daerah itu sama? Dari
uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
Pekerjaan, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan, dan Usia”.
Penelitian ini menggunakan studi kasus kepada masyarakat di Padukuhan
Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon
Progo, Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan dapat terfokus,
maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada faktor yang mempengaruhi
persepsi masyarakat terhadap profesi guru yaitu jenis pekerjaan, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan dan usia.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau
dari jenis pekerjaan ?
2. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau
dari tingkat pendidikan ?
3. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau
dari tingkat pendapatan ?
4. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap
profesi guru yang ditinjau dari jenis pekerjaan.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap
profesi guru yang ditinjau dari tingkat pendidikan.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap
profesi guru yang ditinjau dari tingkat pendapatan.
4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap
profesi guru yang ditinjau dari usia.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Masyarakat
Untuk memberikan informasi tentang tugas, tanggung jawab, peranan dan
kompetensi guru kepada masyarakat sehingga diharapkan dapat
membentuk persepsi yang baik dari masyarakat mengenai profesi guru.
Selain itu, penelitian ini memberikan saran kepada masyarakat pada
umumnya yang akan memutuskan untuk menggeluti profesi sebagai
seorang guru bahwa profesi guru mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang tidak hanya mengajarkan materi yang menjadi keahliaannya akan
tetapi pembentukan kepribadian anak didik juga merupakan tugas dan
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan wawasan
yang luas, sehingga peneliti dapat lebih mengembangkan ilmu-ilmu yang
diperoleh hingga sekarang.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Dapat dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian
selanjutnya yang lebih mendalam.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan, dan menambah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Persepsi Masyarakat
a. Persepsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:675), persepsi
dapat diartikan sebagai 1) suatu tanggapan (penerimaan langsung dari
suatu serapan) dan 2) proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui panca inderanya. Persepsi pada dasarnya merupakan proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi
tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan dan penciuman (Miftah Thoha, 2005:141).
Kunci untuk persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi
itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi.
Menurut Winkel (1986:161) persepsi adalah pengamatan secara
global, kemampuan untuk membedakan antara objek yang satu dengan
objek yang lain berdasarkan ciri-ciri fisik objek-objek itu, misalnya
ukuran, warna, dan bentuk. Sugihartono (2007:8) mengemukakan
persepsi sebagai proses untuk menerjemahkan atau
menginterpretasikan stimulasi yang masuk dalam alat indera. Daviddof
menggabungkan kata-kata indra kita (penglihatan) untuk
mengembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari
sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. Sedangkan
menurut Wirawan (1992:47) persepsi merupakan proses penginderaan
manusia tentang obyek lingkungannya dimana ia memproses
penginderaan itu pada diri manusia yang bersangkutan.
David Krech (Miftah Thoha, 2005:142) menyimpulkan bahwa
persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks yang
menghasilkan suatu gambaran unik tentang pernyataan yang
barangkali sangat berbeda dengan kenyataanya. Dari
pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu
tanggapan langsung dari seseorang tentang suatu hal, untuk memilih,
mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan
eksternal.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi
seseorang, yaitu faktor dari lingkungan luar dan faktor dari lingkungan
dalam (Thoha, 1983:148):
1) Faktor dari lingkungan luar :
a) Intensitas, prinsip intensitas dari perhatian dapat dinyatakan
bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar, semakin
b) Ukuran, faktor ini menyatakan bahwa semakin besar untuk
obyek semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.
c) Pengulangan, dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus
dari luar yang diulang-ulang akan memberi perhatian yang
lebih besar dibanding dalam sekali lihat.
d) Gerakan, prinsip gerakan ini antara lain menyatakan bahwa
orang akan memberi perhatian terhadap obyek yang bergerak
dalam jangkauan pandangannya dibanding obyek yang diam.
e) Baru dan familar, prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi
eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat
dpergunakan sebagai penarik perhatian.
2) Faktor dari lingkungan dalam :
a) Proses belajar, semua faktor dari dalam yang membentuk
adanya perhatian kepada suatu obyek sehingga menimbulkan
adanya persepsi adalah didasarkan dari kekomplekan kejiwaan,
kekomplekan kejiwaan ini selaras dengan pemahaman/belajar
dan motivasi yang dipunyai masing-masing.
b) Motivasi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi dari
dalam yang lain juga menentukan terjadinya persepsi antara
lain motivasi dan kepribadian. Pada dasarnya tidak dapat
mempunyai dampak yang amat penting dalam proses pemilihan
persepsi.
c) Kepribadian, dalam membentuk persepsi unsur ini sangat erat
hubungannya dengan proses belajar dan motivasi mempunyai
akibat terhadap apa yang diperhatikan dalam menghadapi suatu
situasi.
Selain faktor – faktor tersebut, dalam edisi buku terbarunya Thoha
masih menambahkan faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi
antara lain sebagai berikut (2005:162-167):
1) Artibulasi
Artibulasi diartikan sebagai suatu proses bagaimana
seseorang mencari kejelasan sebab-sebab dari perilaku orang lain.
Seseorang tidak hanya tertarik mengamati perilaku dalam
organisasi saja, tetapi juga mencari jawaban penyebab dari perilaku
orang yang diamati.
2) Stereotype
Stereotype adalah suatu proses yang cenderung melihat orang
lain sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori. Jika seseorang
melakukan stereotype kepada orang lain, hal ini disebabkan karena
keterbatasan pengetahuan orang tersebut. Dia hanya mengetahui
hal-hal yang bersifat umum dari suatu kategori yang disifatkan
Proses stereotype ini amat besar peranannya di dalam
mempengaruhi persepsi sosial. Banyak kelompok-kelompok yang
pada umumnya telah diberikan stereotype masing-masing dalam
organisasi. Di dalam masyarakat terdapat pula kelompok-kelompok
stereotype, misalnya saja kelompok petani, kelompok wanita,
kelompok pedagang, kelompok mahasiswa, dan sebagainya.
3) Hallo Effect
Hallo effect digunakan untuk menilai seseorang berdasarkan
salah satu sifat yang diketahui oleh yang menilai. Misalnya
kerajinan, kecerdasan, penampilan, dan lain-lain. Satu sifat yang
kebetulan dilihat oleh penilai dan dapat menutupi sifat-sifat
lainnya.
Menurut Pareek dalam Desy Arisandy (1984:88), ada empat
faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi yaitu:
1. Perhatian
Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian.
Tidak semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap
semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu
atau dua objek yang menarik bagi kita.
2. Kebutuhan
Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu
3. Ketersediaan
Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul,
agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih
efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap
terlebih dulu.
4. Sistem Nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat
akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.
b. Masyarakat
J.P Gillin dan J.L Gillin dalam bukunya Cultural Sosiology
merumuskan masyarakat sebagai “..the largest grouping in which
common customs, traditions, attitudes and feeling of unity are
operative”. Suparto (Tim Sosiologi, 2004:18) menyatakan bahwa
masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah lama bertempat
tinggal disuatu daerah tertentu dan mempunyai aturan yang mengatur
tata hidup mereka menuju tujuan yang sama. Dari batasan tersebut
dapat di ambil kesimpulan bahwa unsur-unsur masyarakat adalah
sebagai berikut:
1. Terdapat kelompok/kesatuan atau kolektivitas manusia
3. Adanya aturan/tata tertib yang mengatur mereka untuk menuju suatu cita-cita yang sama
Koenjaraningrat menambahkan dua unsur lagi yaitu (Tim Sosiologi,
2004:18):
1. Ada ikatan adat istiadat yang khas
2. Adaya rasa identitas di antara para warganya
c. Profesi Guru
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi
biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi
dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Sehingga
seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional.
Sedangkan guru secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu guru yang juga berarti guru, tetapi artinya harafiahnya adalah
“berat” adalah seorang pengajar suatu ilmu. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia No.14 tahun 2005 tentang guru, guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Mengutip pendapat Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc
kemampuan dalam menata dan mengelola kelas. Masih dari sumber
yang sama, Jean D.Grambs dan C. Morris Mc Clare berpendapat
bahwa guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan
pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat
terjadi pendidikan.
Dalam arti umum guru adalah pendidik dan pengajar pada
pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dari pendapat-pendapat
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi guru adalah suatu
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap
suatu pengetahuan khusus yang dilakukan oleh seorang guru dalam
menjalankan tugasnya.
1) Kepribadian Guru
Kepribadian (Sutisna : 2008) adalah faktor yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai
pengembang sumber daya manusia. Karena di samping sebagai
pembimbing dan pembantu, guru juga berperan sebagai panutan.
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan
keberhasilan guru adalah (Sutisno : 2008): a) Fleksibilitas kognitif
(keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berpikir yang
diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi
terbuka secara psikologi akan di tandai dengan kesediaanya yang
relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan
faktor-faktor ekstern antar lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan
pendidikan tempatnya bekerja.
2) Hak dan Kewajiban Guru
Dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional guru
sebagai pendidik mempunyai hak untuk memperoleh:
(a) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.
(b) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
(c) Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas.
(d) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual.
(e) Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
3) Peranan Guru
Menurut Dimyati Mahmud (1986:25-30) peranan seorang
(a) Guru sebagai pembuat keputusan.
Guru sebagai pembuat keputusan harus selalu membuat
keputusan-keputusan mengenai bahan pelajaran dan metode
mengajar.
(b) Guru sebagai motivator.
Tidaklah dengan sendirinya murid-murid berhasil dalam
belajar. Sehubungan dengan hal inilah peranan guru sebagai
motivator sangatlah penting.
(c) Guru sebagai manajer.
Kegiatan yang dilakukan oleh guru sebagai seorang manajer
adalah mengelola kelas, yaitu kegiatan-kegiatan yang
bersangkutan dengan keputusan-keputusan dan
tindakan-tindakan yang diperlukan untuk membina ketertiban kelas.
(d) Guru sebagai pemimpin.
Guru yang efektif adalah pemimpin yang efektif, yaitu
memanfaatkan potensi kelompok untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan individual. Dalam
peranannya sebagai pemimpin kelompok demikian itu, guru
diharapkan menjadi wasit, pelerai kecemasan, detektif,
frustasi, teman dan orang kepercayaan, pengganti orang tua,
sumber kasih sayang, dan pemberi semangat.
(e) Guru sebagai konselor.
Sebagai konselor, guru harus menjadi pengamat yang peka
terhadap tingkah laku dan gerak-gerik murid - muridnya.
Guru harus berusaha memberikan tanggapan yang konstruktif
apabila murid mengalami kelesuan belajar.
(f) Guru sebagai insinyur atau perekayasaan lingkungan.
Dalam hal ini peran guru nampak pada penataan ruang kelas,
termasuk didalamnya mengatur posisi tempat duduk siswa.
(g) Guru sebagai model.
Guru juga berperan sebagai model atau contoh bagi
murid-muridnya. Gairah murid terhadap suatu mata pelajaran timbul
karena pelajaran itu diberikan oleh guru yang penuh gairah
dengan menggunakan metode demonstrasi.
4) Kompetensi Guru
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
melaksanakan profesi keguruannya. Kompetensi guru meliputi
empat kategoriantara lain:
(a) Kemampuan guru dalam merencanakan program belajar
mengajar.
(b) Kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran.
(c) Kemampuan guru dalam melaksanakan dan
memimpin/mengelola proses belajar mengajar.
(d) Kemampuan dalam menilai kemajuan proses belajar
mengajar
Dalam UU Nomor Nomor 74 tahun 2008 pasal 3, ada 4
kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yaitu:
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru
dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang
sekurang-kurangnya meliputi:
a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
b. pemahaman terhadap peserta didik
c. pengembangan kurikulum atau silabus
d. perancangan pembelajaran
e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
f. pemanfaatan teknologi pembelajaran
h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya
mencakup kepribadian yang:
a. beriman dan bertakwa
b. berakhlak mulia
c. arif dan bijaksana
d. demokratis
e. mantap
f. berwibawa
g. stabil
h. dewasa
i. jujur
j. sportif
k. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyaraka
l. secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri
m. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan
3. Kompetensi Sosial
Mengutip pendapat Piet Sahertian dan Ida Sahertian
(Kunandar, 2007:56) kompetensi sosial dapat disebut juga
kemampuan yang berhubungan dengan bentuk partisipasi
sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat tempat ia bekerja, baik formal maupun informal.
Guru sebagai bagian dari masyarakat yang
sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
a. berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun
b. menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
c. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik
d. bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku
e. menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan
atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya
meliputi penguasaan:
a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan
standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,
b. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni
yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren
dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
2. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan adalah segala usaha manusia, baik usaha jasmani maupun
rohani yang dicurahkan dalam proses peningkatan kegunaan ekonomi
(Gilarso, 1986:77). Menurut Dov Elizur (1991:5) pekerjaan didefinisikan
sebagai suatu kelompok jabatan yang identik dalam hal tugas-tugas utama.
Tugas yang dimaksudkan oleh Dov Elizur adalah segala usaha manusia
untuk suatu tujuan tertentu. Selain itu, Riwanto (1994:7) berpendapat
bahwa pekerjaan atau lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari
usaha/perusahaan/instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja.
Riwanto juga membagi jenis pekerjaan dapat dibagi ke dalam 8 golongan
yaitu sebagai berikut (1994:166-167):
a. Tenaga professional : teknisi dan sejenisnya
b. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan
c. Tenaga tata usaha dan tenaga sejenisnya
d. Tenaga usaha penjualan
e. Tenaga usaha jasa
f. Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan
h. Lainnya
J. Spillane (1982:14) juga mengelompokkan pekerjaan ke dalam 9
golongan antara lain:
a. Golongan A
1) Meninggal
2) Pensiun
3) Tidak mempunyai pekerjaan
b. Golongan B
1) Buruh nelayan
2) Buruh tani
3) Petani kecil
4) Penebang kayu
c. Golongan C
1) Petani menyewa
2) Buruh tidak tetap
3) Penarik becak
d. Golongan D
1) Pembantu
2) Penjual keliling
3) Tukang cuci
e. Golongan E
1) Seniman
3) Montir
4) Pandai besi
5) Penjahit
6) Sopir bus/colt
7) Tukang kayu
8) Tukang listrik
9) Tukang mesin
f. Golongan F
1) Pemilik bus/colt
2) Pengawas keamanan
3) Petani pemilik tanah
4) Pegawai sipil (ABRI)
5) Mandor
6) Pemilik perusahaan/toko/pabrik
7) Pedagang
8) Pegawai kantor
9) Peternak
10) Tuan tanah
g. Golongan G
1) ABRI
2) Pegawai Badan Hukum
3) Kepala Kantor Pos Cabang
5) Supervisor/pengawas
6) Pamong praja
7) Guru SD
8) Kepala bagian
9) PNS (Ia – Id)
h. Golongan H
1) Guru SLTP/A
2) Juru rawat
3) Pekerja sosial
4) Perwira ABRI
5) PNS (2a – 2d)
6) Kepala Sekola
7) Kontraktor
8) Wartawan
i. Golongan I
1) Ahli Hukum
2) Manager Perusahaan
3) Ahli Ilmu Tanah
4) Apoteker
5) Arsitek
6) Dosen/Guru Besar
7) Kepala Kantor
9) PNS > 3a
10) Pengarang
11) Peneliti
12) Penerbang
13) Walikota/Bupati
14) Kontraktor Besar
3. Tingkat Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Sudarminta (Driyakarya, 1980:87) mengemukakan bahwa
“pendidikan adalah suatu perbuatan fundamental dalam bentuk
komunikasi antar pribadi, dan dalam komunikasi tersebut terjadi
proses pemanusiaan manusia muda, dalam arti proses hominisasi dan
humanisasi.” Dalam GBHN ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan
kemampuan seseorang baik didalam maupun diluar sekolah dan
berlangsung seumur hidup (REPELITA II, 1974/75-1978/79:135).
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang. Selanjutnya, dalam UU No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan meliputi :
1) Taman Kanak-kanak
Kelas Usia
Kelompok bermain 4
Kelompok A 5
Kelompok B 6
2) Sekolah Dasar
Kelas Usia 1 7 2 8 3 9 4 10 5 11 6 12 3) Sekolah Menengah
Kelas Usia
7 13 8 14 9 15 4) Sekolah Menengah Atas
Kelas Usia
10 16 11 17 12 18 5) Akademi/Institut/Politeknik/Sekolah Tinggi/Universitas
2 tahun (Magister) Berbagai usia 1 tahun (Doktor) Berbagai usia
c. Jalur Pendidikan
Jalur Pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang
sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut Mulyanto (Vembriarto, St,
1975:35) jalur pendidikan meliputi:
1) Pendidikan Formal
Pendidikan Formal merupakan pendidikan yang
diselenggarakan di sekolah - sekolah pada umumnya. Jalur
pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai
dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan
tinggi.
2) Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non Formal meliputi pendidikan dasar, dan
pendidikan lanjutan. Pendidikan Non Formal mengenal pula Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai pangkalan program
yang dapat berada di dalam satu kawasan setingkat atau lebih kecil
dari kelurahan/desa. PKBM dalam istilah yang berlaku umum
merupakan padanan dari Community Learning Center (CLC) yang
3) Pendidikan Informal
Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan yang
diselenggarakan di luar sekolah oleh badan pemerintah ataupun
swasta secara teratur dalam waktu relatif singkat yang lebih
menekankan kepada kecakapan dan ketrampilan tertentu, tetapi
tidak mengikuti peraturan-peraturan yang ketat dan tetap seperti
pendidikan formal.
d. Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada
kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis
Pendidikan meliputi (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan):
1) Pendidikan Umum
Pendidikan Umum merupakan pendidikan dasar dan
menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang
diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
(SMA).
2) Pendidikan Kejuruan
Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK).
3) Pendidikan Akademik
Pendidikan Akademik merupakan pendidikan tinggi program
sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan terutama pada
penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
4) Pendidikan Profesi
Pendidikan Profesi merupakan pendidikan tinggi setelah
program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk
memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.
5) Pendidikan Vokasi
Pendidikan Vokasi merupakan pendidikan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara
dengan program sarjana (S1).
6) Pendidikan Keagamaan
Pendidikan Keagamaan merupakan pendidikan dasar,
menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan /atau
7) Pendidikan Khusus
Pendidikan Khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan
untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang
memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara
inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan
pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah
(dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).
e. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan
meliputi (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan):
1) Pendidikan Anak Usia Dini
Mengacu Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1
Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia
dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
2) Pendidikan Dasar
Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan awal
selama 3 (tiga) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang
melandasi jenjang pendidikan menengah.
3) Pendidikan Menengah
Pendidikan Menengah merupakan jenjang pendidikan
lanjutan pendidikan dasar.
4) Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
4. Tingkat Pendapatan
Pendapatan adalah segala bentuk balas jasa yang diperoleh seseorang
terhadap proses produksi. Setiap keluarga memperoleh pendapatan yang
berbeda-beda. Menurut Gilarso (2002:63), pada dasarnya sumber
pendapatan keluarga adalah:
a. Usaha Sendiri
Usaha sendiri adalah mereka yang melakukan kegiatan usaha
Contohnya: berdagang, bengkel motor, penjahit, dan mengelola
usaha sendiri
b. Bekerja dengan orang lain
Yaitu bekerja dengan instansi atau perusahaan orang lain dengan
imbalan gaji berupa barang dan uang. Misalnya karyawan atau
pegawai negeri sipil.
c. Hasil dari milik sendiri
Harta milik sendiri yang dapat menghasilkan barang dan jasa
sebagai penghasilan tambahan. Misalnya: mempunyai sawah yang
disewakan atau rumah yang disewakan.
Menurut Biro Pusat Statistik pendapatan dan penerimaan dibedakan
dalam (Mulyanto, 1982:92):
a. Pendapatan faktor yang didistribusikan, meliputi: (1) penghasilan
sebagai gaji dan upah, (2) penghasilan dari usaha sendiri, (3)
penghasilan dari pemilikan harta.
b. Transfer yang bersifat redistributif, terdiri atas transfer pendapatan
yang bersifat mengikat dan biasanya bukan merupakan imbalan atas
penyerahan barang atau jasa atau harta milik.
Sedangkan menurut Mulyanto sendiri (1982:92) pendapatan juga dapat
a. Pendapatan berupa uang
Pendapatan berupa uang yaitu pendapatan (1) dari gaji dan upah
yang diperoleh dari : (a) kerja pokok, (b) kerja sampingan, (c) kerja
lembur, dan (d) kerja kadang-kadang; (2) dari usaha sendiri, yang
meilputi (a) hasil bersih dari usaha sendiri, (b) komisi, (c) penjualan
dari kerajinan rumah; (3) dari hasil investasi, yakni pendapatan yang
diperoleh dari hak milik tanah dan (4) dari keuntungan sosial yakni
pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.
b. Pendapatan berupa barang-barang
Pendapatan berupa barang adalah pendapatan yang berupa, (1)
bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentukan kedalam (a)
beras, (b) pengobatan, (c) transportasi, (d) perumahan, (e) rekreasi;
(2) barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah antara lain (a)
pemakaian barang yang diproduksi di rumah, (b) sewa yang
seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.
c. Pendapatan yang bukan merupakan pendapatan, yaitu penerimaan
yang berupa (1) pengambilan tabungan, (2) penjualan barang-barang
yang dipakai, (3) penagihan piutang, (4) pinjaman uang, (5) kiriman
uang, (6) hadiah/pemberian, (7) warisan, (8) menang judi.
d. Pengeluaran makanan
f. Pengeluaran pakaian
g. Pengeluaran barang dan jasa
h. Pengeluaran non konsumsi, yang meliputi: (1) pengeluaran untuk usaha dan (2) pengeluaran non konsumsi dan lain-lain pembayaran (R.M. Sundrum, 1974:84).
Perincian pendapatan menurut Biro Pusat Statistik dikelompokkan
dalam pendapatan sektor formal, informal, subsisten, dan penerimaan yang
bukan merupakan pendapatan.
a. Pendapatan sektor formal, yakni penghasilan baik berupa uang atau
barang sifatnya regular dan yang diterima sebagai balas jasa atau
kontra prestasi dari sektor formal, misalnya; gaji dan upah, hasil
investasi, transportasi, dan rekreasi.
b. Pendapatan sektor informal, yakni segala penghasilan baik berupa
uang atau barang yang diterima sebagai balas jasa atau kontra prestasi
dari sektor informal, misalnya; komisi, pendapatan investasi, dan
pendapatan dari keuntungan sosial.
c. Pendapatan sektor subsisten, terjadi apabila produksi dengan konsumsi
terletak di satu tangan atau di satu masyarakat kecil.
Adapun standar UMR - UMP (Upah Minimum Regional - Propinsi)
tahun 2010 yang resmi dari Pemerintah Yogyakarta yakni sebesar Rp
5. Usia
a. Pengertian Usia
Usia (umur) adalah satuan waktu yang mengukur waktu
keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang
mati. Usia dapat digolongkan menjadi 9 yaitu : janin, bayi, balita,
anak-anak, remaja, akil alik, pemuda, dewasa, orang (tua). Santrok
(Daniel Levinson:1978, 1980) dalam The Season of Man’s Life
(Musim-Musim Kehidupan Manusia) menekankan bahwa tugas-tugas
perkembangan harus dikuasai pada masing-masing fase. Menurutnya,
usia 20-an sebagai novice phase (fase orang baru) dari perkembangan
orang dewasa. Novice phase adalah waktu untuk eksperimentasi yang
bebas dan waktu untuk menguji impian di dunia nyata. Kira-kira pada
usia 28 sampai 33 tahun, individu mengalami periode transisi dimana
ia harus menghadapi persoalan penentuan tujuan yang lebih serius.
Pada usia 30-an, individu biasanya berfokus pada keluarga dan
perkembangan karir. Pada tahu-tahun berikutnya pada periode ini,
individu memasuki fase Becaming One’s Own man (atau BOOM,
Menjadi diri Sendiri). Pada usia 40, individu telah mencapai tempat
yang stabil dalam karirnya dan sekarang harus melihat ke depan pada
jenis kehidupan yang akan dijalaninya sebagai orang dewasa usia
b. Jenis perhitungan usia
Terdapat jenis perhitungan usia adalah sebagai berikut
(www.wikipedia.com):
1. Usia Kronologis
Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat
kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia.
2. Usia mental
Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf
kemampuan mental seseorang.
3. Usia Biologis
Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan
biologis yang dimiliki oleh seseorang.
B. Kerangka Berpikir
1. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan
Profesi guru merupakan profesi yang memerlukan keahlian khusus,
tidak semua orang bisa menjadi guru. Pekerjaan adalah segala usaha
manusia, baik usaha jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam
proses peningkatan kegunaan ekonomi. Menurut pendapat Caudill dan
Weinstein (Haditono, 1982) dinyatakan bahwa pekerjaan yang dimiliki
oleh seorang ayah pada anak Jepang mempunyai pengaruh tertentu pada
Menurut Thoha, (2005:162-164) terdapat beberapa hal yang ikut
berperan dalam proses persepsi, antara lain: artibulasi, stereotype, dan
hallo effect. Stereotype adalah suatu proses yang cenderung melihat orang
lain sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori. Selain itu, terdapat pula
faktor – faktor dari dalam dan faktor dari luar yang dapat mempengaruhi
persepsi seseorang (Thoha, 1983:148). Dari pendapat tersebut peneliti
menduga bahwa pekerjaan yang ditekuni oleh seseorang, sedikit banyak
akan mempengaruhi individu dalam hal orientasi-orientasinya maupun
aspirasinya terhadap sesuatu, baik untuk saat ini ataupun pada masa yang
akan datang, termasuk didalamnya terdapat bagaimana persepsi seseorang
terhadap profesi guru, apabila orang tersebut cenderung melihat orang lain
sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori yang mungkin berbeda
dengan dirinya.
2. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat
pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan tingkatan pendidikan yang dicapai
oleh seseorang. Menurut Thoha, (2005:162-164) terdapat beberapa hal
yang ikut menentukan peranan dalam proses persepsi, antara lain:
artibulasi, stereotype, dan hallo effect. Stereotype adalah suatu proses yang
cenderung melihat orang lain sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori.
Selain itu, terdapat pula faktor – faktor dari dalam dan faktor dari luar
yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang (Thoha, 1983:148). Dari
mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, karena semakin
tinggi tingkat pendidikan yang dicapai seseorang, maka semakin luas
pengetahuan yang dimilikinya.
Menurut Samuel Soeitoe (1982:8), “Pada mulanya Pendidikan
dinyatakan sebagai suatu proses tunggal yang meliputi ‘latihan akal budi’,
‘pembentukan watak’, dan ‘penyerahan kebudayaan’. Pada tahap
berikutnya ‘akal budi’ dianalisa menjadi ‘kemampuan’ yang terpisah-pisah
dan efektivitas pendidikan dan pengajaran tergantung dari keadaan
kemampuan - kemampuan itu, seperti ingatan, naluri, imitasi, persepsi,
perhatian, dan kemauan mengalami penganalisaan tersebut”. Singkatnya,
pernyataan tersebut menyatakan bahwa dari pendidikan akan terbentuk
kemampuan. Menurut peneliti semakin tinggi tingkat pendidikan, maka
semakin tinggi kemampuan yang dimiliki. Dari kemampuan itulah
seseorang dapat menanggapi suatu objek tertentu, maka dari itu diduga
tingkat pendidikan mempunyai peran penting dalam menanggapi suatu
objek tersebut, dan objek yang dimaksud pada penelitian ini adalah
tanggapan masyarakat terhadap profesi guru jika ditinjau dari tingkat
pendidikan yang dicapai.
3. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat
pendapatan
Tingkat pendapatan merupakan besarnya penghasilan yang diperoleh
suatu keluarga bersumber dari pendapatan pokok, pekerjaan sampingan,
untuk memenuhi kebutuhan (Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers,
1982;112). Menurut Thoha, (2005:162-164) terdapat beberapa hal yang
ikut menentukan peranan dalam proses persepsi, antara lain: artibulasi,
stereotype, dan hallo effect. Stereotype adalah suatu proses yang
cenderung melihat orang lain sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori.
Selain itu, terdapat pula faktor – faktor dari dalam dan faktor dari luar
yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang (Thoha, 1983:148).
Dalam suatu kelompok masyarakat terdapat 4 kriteria yang dapat
digunakan untuk menggolongkan masyarakat yang satu dengan yang
lainnya, yaitu (Soekanto, 1982:234-235):
a. Ukuran kekayaan
b. Ukuran kekuasaan
c. Ukuran kehormatan
d. Ukuran ilmu pengetahuan
Tingkat pendapatan adalah jumlah penghasilan riil keluarga untuk
mencukupi kebutuhan dalam keluarga yang diduga berpengaruh pada
persepsi masyarakat terhadap profesi guru. Masyarakat dengan tingkat
pendapatan rendah diduga kuat akan memiliki persepsi positif terhadap
profesi guru dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai tingkat
pendapatan tinggi. Masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah akan
menganggap bahwa pendapatan (gaji) guru pasti berada diatas pendapatan
apa yang dimilkinya. Hal itu dikarenakan masyarakat yang memiliki
tingkat pendapatan dengan jumlah yang berbeda, tentu akan berbeda pula
dalam menanggapi sesuatu di lingkungan mereka, dalam hal ini adalah
bagaimana tanggapan masyarakat profesi guru berdasarkan tingkat
pendapatan yang mereka miliki.
4. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari usia
Usia merupakan satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati, namun
dalam penelitian ini usia yang dimaksud adalah usia manusia. Menurut
Thoha, (2005:162-164) terdapat beberapa hal yang ikut menentukan
peranan dalam proses persepsi, antara lain: artibulasi, stereotype, dan hallo
effect. Stereotype adalah suatu proses yang cenderung melihat orang lain
sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori. Selain itu, terdapat pula
faktor – faktor dari dalam dan faktor dari luar yang dapat mempengaruhi
persepsi seseorang (Thoha, 1983:148).
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Leavitt (Miftah
Thoha, 2005:156-157) dinyatakan bahwa senior eksekutif mempunyai
masalah yang besar di dalam menghadapi manajer-manajer muda yang
menurut persepsinya tidak mau mengindahkan hal-hal yang kecil, di
dalam membuat keputusan-keputusan yang tidak menyenangkan.
manajer muda seringkali tidak mau menaruh perhatian disiplin.
tersebut, persepsinya terhadap disiplin, pekerjaan-pekerjaan kecil, dan
hal-hal yang membosankan, akan berbeda pula.
Dari hasil penelitian tersebut, sudah barang tentu perbedaan di antara
orang-orang tersebut cenderung memperlakukan stereotype berdasarkan
usia. Secara langsung usia dapat memberikan dampak terhadap cara
seseorang melakukan persepsi pada lingkungan di sekitarnya. Maka dari
itu, peneliti menduga bahwa apabila umur (usia) seseorang bertambah,
tentu akan bertambah pula pengalaman maupun kebutuhan hidupnya.
Pengalaman tersebut diduga juga akan mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap profesi guru, karena seseorang yang sudah memasuki usia
dewasa cenderung akan lebih menghargai profesi guru dibandingkan usia
yang masih muda.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari
jenis pekerjaan
2. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari
tingkat pendidikan
3. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari
tingkat pendapatan
4. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi
kasus. Studi kasus yaitu penelitian yang mendalam tentang aspek lingkungan
sosial (Muhadi, 2009:7). Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam
mengenai unit sosial tertentu, yang menghasilkan gambaran yang berlaku
untuk jangka waktu tertentu karena pengumpulan data dan analisis data
dilakukan pada waktu tertentu. Penelitian ini mengambil objek tertentu
sehingga kesimpulan yang diambil berdasarkan penelitian tersebut hanya
berlaku bagi objek yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari,
Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2010.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah warga
Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo yang berprofesi/bekerja selain sebagai
guru dan yang berusia 17 – 60 tahun.
2. Objek Penelitian
Objek penelitiannya adalah persepsi masyarakat terhadap profesi guru,
jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan usia.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2003:55). Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan
Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, yang berjumlah 424 jiwa (107 KK)..
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dari semua
anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari
sifat-sifatnya (Sudjana,1990:4). Dari 13 dusun yang ada di desa Purwosari yang
dijadikan sampel penelitian ini adalah masyarakat Padukuhan Sabrang
Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo
Jumlah penduduk usia 17 – 60 tahun = 294 jiwa
Bekerja di luar daerah = 62 jiwa
Bekerja sebagai guru = 16 jiwa _
Jumlah responden = 196 jiwa
Dari jumlah populasi yang ada maka sampel penelitian dapat
dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2003:102)
sebagai berikut:
n = N
1+N2e
Keterangan :
n : ukuran sampel
N : ukuran populasi
e : kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
ditolerir.
Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/batas
kesalahan (e) 5% dari populasi (N) tersebut adalah:
n = 196
1 + 196 (0,05)
2
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah random sederhana
yang dilakukan dengan undian, yaitu mengundi nama-nama subjek dalam
populasi. Cara ini diawali dengan membuat daftar lengkap nama/nomor
subjek yang memenuhi karakteristik populasi. Nama atau nomor tersebut
kemudian diundi untuk mengambil sampel sebanyak yang diperlukan
(Azwar, 1998:81).
E. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas (Variabel Independen)
Variabel bebas adalah varibel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya varibel dependen/terikat (Sugiono,
2007:59).
Varibel bebas dalam penelitian ini adalah:
1) Jenis pekerjaan
2) Tingkat pendidikan
3) Tingkat pendapatan
4) Usia
b. Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
Variabel terikat dari penelitian ini adalah persepsi masyarakat terhadap
profesi guru.
2. Pengukuran Variabel Penelitian
a. Jenis Pekerjaa