• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan usia : studi kasus masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi D.I. Yogyakart

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan usia : studi kasus masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi D.I. Yogyakart"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS PEKERJAAN, TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT

PENDAPATAN, DAN USIA

Studi Kasus : Masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Yogyakarta.

Herlina Widyaningrum  Universitas Sanata Dharma 

Yogyakarta  2011 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan, (2) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan, (3) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendapatan, (4) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari usia.

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY yang berjumlah 132 orang. Penelitian dilakukan pada bulan November 2010. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan kuesioner. Untuk menjawab masalah pertama, kedua, dan keempat digunakan Anova, sedangkan untuk menjawab masalah ketiga digunakan Independent Sample T Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan (signifikansi 0,001

≤ 0,05), (2) ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan (signifikansi 0,000 ≤ 0,05), (3) tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendapatan (signifikansi, 0,077 ≥ 0,05), (4) ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari usia (signifikansi 0,040 ≤ 0,05).

(2)

ABSTRACT

THE PERCEPTION OF SOCIETY TOWARD TEACHER’S PROFESSION PERCEIVED FROM KIND OF TASK, LEVEL OF EDUCATION, LEVEL

OF INCOME, AND AGE

A Case Study on the people of Sabrang Kidul Hamlet, Purwosari Village, Girimulyo District, Kulon Progo Regency, Yogyakarta Province.

Herlina Widyaningrum 061334020

Sanata Dharma University Yogyakarta

2011

The purpose of this study is to find out whether there are differences in people’s perception toward teacher’s profession perceived from: (1) kind of task; (2) level of education; (3) level of income; (4) and age.

The samples of this study were 132 people of Sabrang Kidul Hamlet, Purwosari Village, Girimulyo District, Kulon Progo Regency, Yogyakarta Province. The research was done in November 2010. The tecniques of data collection were interview and questionnare. To answer the problem of the first, second, and fourth case, Anova Tecnique was applied, and to answer the third case Independent Sampel T Test was used.

The result of this research shows that there is different people’s perception toward teacher’s profession perceived from: (1) kind of task (significance 0,001 ≤ 0,05); (2) level of education (significance 0,000 ≤ 0,05); (3) there is no different people’s perception toward teacher’s profession perceived from level of income (significance 0,077≥ 0,05); (4) and there is different people’s perception toward teacher’s profession perceived from age (significance 0,040 ≤ 0,05).

(3)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU

DITINJAU DARI JENIS PEKERJAAN, TINGKAT

PENDIDIKAN, TINGKAT PENDAPATAN, DAN USIA

Studi Kasus: Masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi D.I.Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Herlina Widyaningrum 061334020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)

   

(6)

PERSEMBAHAN

 

Hasil karya berupa skripsi ini kupersembahkan pada:

Tuhan Yesus Juru Selamatku

Bunda Maria yang selalu mendoakanku

Ayah Sarbagyo dan Bunda Widyastuti yang tercinta

Adikku Nita dan Sifra yang tercinta

Keluarga Besar Sastro Utomo dan Soeroto yang tercinta

My lovely seseorang yang kusayangi

Almamaterku

(7)

MOTTO

“Segala perkara dapat ku tanggung di dalam

DIA yang memberi kekuatan kepadaku”

(Filp 4 : 13)

Segala sesuatu menjadi indah pada waktunya

Do all the goods you can,

All the best you can,

In all times you can,

In all places you can,

For all the creatures you can.

(8)
(9)
(10)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS PEKERJAAN, TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT

PENDAPATAN, DAN USIA

Studi Kasus : Masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Yogyakarta.

Herlina Widyaningrum  Universitas Sanata Dharma 

Yogyakarta  2011 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan, (2) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan, (3) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendapatan, (4) apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari usia.

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY yang berjumlah 132 orang. Penelitian dilakukan pada bulan November 2010. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan kuesioner. Untuk menjawab masalah pertama, kedua, dan keempat digunakan Anova, sedangkan untuk menjawab masalah ketiga digunakan Independent Sample T Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan (signifikansi 0,001

≤ 0,05), (2) ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan (signifikansi 0,000 ≤ 0,05), (3) tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendapatan (signifikansi, 0,077 ≥ 0,05), (4) ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari usia (signifikansi 0,040 ≤ 0,05).

(11)

ABSTRACT

THE PERCEPTION OF SOCIETY TOWARD TEACHER’S PROFESSION PERCEIVED FROM KIND OF TASK, LEVEL OF EDUCATION, LEVEL

OF INCOME, AND AGE

A Case Study on the people of Sabrang Kidul Hamlet, Purwosari Village, Girimulyo District, Kulon Progo Regency, Yogyakarta Province.

Herlina Widyaningrum 061334020

Sanata Dharma University Yogyakarta

2011

The purpose of this study is to find out whether there are differences in people’s perception toward teacher’s profession perceived from: (1) kind of task; (2) level of education; (3) level of income; (4) and age.

The samples of this study were 132 people of Sabrang Kidul Hamlet, Purwosari Village, Girimulyo District, Kulon Progo Regency, Yogyakarta Province. The research was done in November 2010. The tecniques of data collection were interview and questionnare. To answer the problem of the first, second, and fourth case, Anova Tecnique was applied, and to answer the third case Independent Sampel T Test was used.

The result of this research shows that there is different people’s perception toward teacher’s profession perceived from: (1) kind of task (significance 0,001 ≤ 0,05); (2) level of education (significance 0,000 ≤ 0,05); (3) there is no different people’s perception toward teacher’s profession perceived from level of income (significance 0,077≥ 0,05); (4) and there is different people’s perception toward teacher’s profession perceived from age (significance 0,040 ≤ 0,05).

(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis

dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa

proses penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari dukungan dan

dorongan dari berbagai pihak, yang telah memberikan semangat, saran, kritik,

ide, dan penghiburan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama

kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikaan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.IP., M .Pd. selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, dan memberikan

(13)

5. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si dan Ibu Natalina Premastuti Brataningrum,

S.Pd., M.Pd selaku dosen penguji, yang telah memberikan banyak saran untuk

kesempurnaan skripsi.

6. Bapak Joko Wicoyo yang telah membantu dalam penyusunan abstract.

7. Mbak Aries dan Pak Wawiek yang membantu dalam urusan administrasi.

8. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan segala fasilitas, dorongan,

nasehat, dan do’a yang tiada hentinya untuk penulis.

9. Nita, Sifra, Gala, Obed, Heni, mas Waone, mas Sigit, mas Enggri, mas Widi,

mas Ari, Deni, mbak Wulan, mbak Nink, mbak Erna, mbak Hari, mbak

Endang, mbak Bekti, mbak Nggulik, om Kelik, tante Yuni, Pakde - bude

Wawan, simbah Kakung – Putri Soeroto, Alm. simbah Kakung – Putri Sastro

Utomo dan segenap keluarga besar yang selalu memberikan dukungan untuk

penulisan skripsi ini.

10. Arni, Asmi, Comer, dan Mel yang menjadi sahabat terbaik dan selalu ada

untuk penulis dalam keadaan suka dan duka.

11. Dhidin, Agnes PBI, Dewi, Dewi Arita yang selalu memberi dukungan dan

motivasi.

12. Novy, Sisca, Dwi, Retno, Putri, dan Galih teman-teman seperjuangan yang

senantiasa membantu mengerjakan skripsi.

13. Dian, Yuni, Agil, Deta, Rara, Ardhi, Johan, nDaru, Erlina, Eris, Arcil, Putu,

dan seluruh angkatan 2006, yang telah memberikan semangat pada waktu

ujian.

(14)

   

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……….. ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

(16)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik ... 10

1. Persepsi Masyarakat ... 10

2. Jenis Pekerjaan ... 24

3. Tingkat Pendidikan… ... 28

4. Tingkat Pendapatan ... 34

5. Usia ... 38

B. Kerangka Teoritik ... 39

C. Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 45

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 51

G. Instrumen Penelitian ... 53

H. Pengujian Instrumen Penelitian ... 54

I. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Letak Geografis ... 64

(17)

C. Kependudukan ... 66

D. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan ... 67

E. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 67

F. Keadaan Penduduk Menurut Usia ... 68

G. Keadaan Penduduk Menurut Keagamaan ... 69

H. Sarana, Prasarana, dan Pariwisata ... 69

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 72

B. Analisis Data ... 83

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 105

B. Keterbatasan ... 106

C. Saran ... 106

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Jenis Pekerjaan Responden ... 134

Tabel 5.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 134

Tabel 5.3 Tingkat Pendapatan Responden ... 134

Tabel 5.4 Usia Responden ... 135

Tabel 5.5 Interpretasi Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru ... 135

Tabel 5.6 Interpretasi Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan ... 135

Tabel 5.7 Interpretasi Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 136

Tabel 5.8 Interpretasi Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendapatan ... 136

Tabel 5.9 Interpretasi Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Usia ... 137

Tabel 5.10Uji Normalitas Data Variabel Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Jenis Pekerjaan ... 138

Tabel 5.11Uji Normalitas Data Variabel Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan……... 138 Tabel 5.12Uji Normalitas Data Variabel Persepsi Masyarakat Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendapatan ... 139

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 113

Lampiran 2 Data Uji Validitas ... 122

Lampiran 3 Data Mentah Penelitian ... 123

Lampiran 4 Data Responden ... 128

Lampiran 5 Pedoman Acuan Penilaian ... 132

Lampiran 6 Uji Homogenitas ... 140

Lampiran 7 Uji Hipotesis ... 141

Lampiran 8 Tabel r ... 145

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian ... 146

Lampiran 10 Daftar UMR ... 151

Lampiran 11 Peta ... 153

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, situasi dan

kondisi kehidupan manusia yang semakin kompleks, serta derasnya arus

informasi dan globalisasi merupakan tantangan pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya. Bangsa Indonesia yang sedang berkembang dan memacu

pembangunan disegala bidang, tidak dapat menghindar dari berbagai

tantangan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan manusia-manusia berkualitas

tinggi yakni manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berbudi pekerti yang luhur, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, serta

sehat jasmani dan rohani.

Soedjadi (1994:1) mengemukakan bahwa untuk memiliki warga yang

berkualitas tinggi diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi,

mampu menguasai dan mengembangkan ilmu dan teknologi, dapat

dimanfaatkan untuk kesejahteraan seluruh bangsa, serta dapat menangkal

pengaruh-pengaruh negatif. Selanjutnya Soedjadi mengemukakan bahwa

satu-satunya wadah yang berfungsi sebagai pengembangan sumber daya manusia

yang bermutu tinggi adalah pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun

luar sekolah. Sedangkan yang dikembangkan dalam proses pendidikan ini

adalah kemampuan untuk mengembangkan orang lain. Orang yang tepat dan

(21)

Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk

menyongsong pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Guru

dengan segala kemampuannya dan daya upayanya mempersiapkan

pembelajaran bagi peserta didiknya. Sehingga tidak salah jika kita

menempatkan guru sebagai salah satu kunci pembangunan bangsa menjadi

bangsa yang maju dimasa yang akan datang. Dapat dibayangkan jika guru

tidak menempatkan fungsi sebagaimana mestinya, bangsa dan negara ini akan

tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian waktu

tidak terbendung lagi perkembangannya.

Guru merasa bangga apabila murid-muridnya lulus dengan nilai yang

membanggakan. Sebaliknya guru merasa sedih apabila muridnya

mendapatkan nilai jelek. Bahkan guru dengan senang hati mengurusi masalah

muridnya walaupun di luar jam sekolah. Dalam keadaan istirahat di rumah

apabila ada murid yang bermasalah guru akan meluangkan waktunya

mengunjungi orang tua siswa untuk berdiskusi menyelesaikan masalah

anaknya. Pekerjaan guru bisa dikatakan hampir tidak mengenal waktu dan

tempat. Bukan hanya di sekolah tetapi di rumah pun masih menjadi guru.

Semua itu dilakukan karena tanggungjawab moral guru terhadap masyarakat

karena kalau ada kesalahan yang dilakukan muridnya, maka di masyarakat

guru yang akan kena getahnya.

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, guru pernah mempunyai status

(22)

serba tahu. Guru merupakan profesi yang penuh sanjungan, yaitu sebagai

Pahlawan tanpa Tanda Jasa. Peranan guru tidak hanya mendidik anak di

depan kelas, tetapi juga mendidik masyarakat, tempat masyarakat untuk

bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial.

Dalam masyarakat dikenal pameo “guru harus (dapat) diguguh dan

ditiru” dan “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Pameo tersebut

menyiratkan pandangan serta harapan tertentu dari masyarakat terhadap guru.

Selain itu, pameo tersebut juga menunjukkan bahwa guru sampai saat ini

masih diakui keberadaannya, sebab sampai kapan pun posisi/peran guru tidak

akan bisa digantikan sekalipun dengan mesin canggih.

Kondisi masyarakat yang semakin maju, yang ditandai kadar

rasionalisasi dalam berkarya, yang mengutamakan efisiensi, yang menuntut

disiplin sosial yang tinggi terhadap warganya, yang berorientasi pada mutu

(baik dalam proses maupun hasil kerja), yang semakin menuntut kemampuan

bekerja sama atau berorganisasi di antara warganya, dan yang semakin

menuntut warganya untuk menguasai ilmu serta teknologi dalam segala

bidang kehidupannya, semakin jelas bahwa masyarakat modern tersebut

memerlukan jasa sekolah atau guru. Dengan kata lain, dalam kondisi

masyarakat modern tersebut jelaslah bahwa orang tua (sepandai apapun) tidak

mampu membimbing anak-anaknya dalam semua segi persiapan hidupnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi sosial sekolah atau guru dalam

(23)

Citra guru di masyarakat atau di negara kita berubah dari waktu ke

waktu. Perubahan citra guru tersebut dipengaruhi oleh perubahan aspirasi

(penilaian serta penghargaan) warga masyarakat terhadap jabatan guru, unjuk

kerja guru yang telah berkarya (performance), dan adanya perubahan

persyaratan jabatan guru sebagai dampak kemajuan ilmu serta teknologi (era

profesionalisasi dan spesialisasi). Seperti pada akhir-akhir ini profesi guru

banyak dipertanyakan orang, baik di kalangan pakar pendidikan maupun yang

lain. Guru dianggap tidak mampu dalam mengatasi masalah di bidang

pendidikan sebagai contohnya adalah kekerasan di sekolah baik dari pihak

guru maupun siswa, tawuran, narkoba dan lain-lain.

Merosotnya citra guru juga disebabkan karena adanya pandangan

masyarakat yang di satu sisi menghormati profesi guru, tetapi di sisi lain

merendahkan profesi tersebut, di samping dikarenakan organisasi profesi guru

lemah, sehingga tidak dapat menopang perbaikan profesi guru, baik dari segi

kualitas pengabdiannya, maupun dari kualitas penghargaan masyarakat dan

pemerintah terhadap profesi tersebut, meskipun diakui guru sebagai unsur

penting dalam pembangunan bangsa.

Di beberapa tempat masyarakat masih tetap cenderung mengakui

profesi dokter atau hakim lebih tinggi dibandingkan dengan profesi guru.

Seandainya yang dijadikan ukuran tinggi rendahnya pengakuan profesional

tersebut adalah keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya, gurupun

ada yang setingkat/sederajat dengan jenis profesi lain bahkan ada yang lebih.

(24)

mis-match atau guru-guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidangnya. Hal ini

terjadi karena masih adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa siapapun

dapat menjadi guru, asalkan ia berpengetahuan.

Menurut Sudjana (1989:11) rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1. Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapapun dapat menjadi

guru asalkan ia berpengetahuan.

2. Kekurangan guru di daerah terpencil memberikan peluang untuk

mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi

guru.

3. Banyak guru belum menghargai profesinya, apalagi berusaha

mengembangkan profesinya itu.

Meskipun demikian, tidak selamanya profesi guru memiliki nilai negatif di

masyarakat, guru memiliki nilai-nilai yang luhur yaitu pengabdian, kerja

keras, disiplin dan tanggung jawab yang besar terhadap anak didiknya. Selain

itu, pengabdian guru juga dapat dilihat dari pendidikan yang mempunyai

kualitas tinggi. Profesi guru merupakan profesi yang sangat mulia, baik dalam

pandangan masyarakat maupun dalam pandangan agama. Suatu profesi

muncul berawal dari adanya public trust (kepercayaan masyarakat).

Kepercayaan masyarakat yang menjadi penopang suatu profesi didasari oleh

(25)

1. Kepercayaan terjadi dengan adanya suatu persepsi tentang kompetensi.

2. Adanya persepsi masyarakat bahwa kelompok-kelompok profesional

mengatur dirinya dan lebih lanjut diatur oleh masyarakat berdasarkan

minat dan kepentingan masyarakat.

3. Persepsi yang melahirkan kepercayaan masyarakat itu ialah

anggota-anggota suatu profesi memiliki motivasi untuk memberikan layanan

kepada orang-orang dengan siapa mereka bekerja.

Faktor pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan usia merupakan faktor

yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam menanggapi hal

tersebut. Pekerjaan dan tingkat pendapatan masyarakat nampak pada tingkat

kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Sedangkan tingkat

pendidikan dan usia nampak pada kemampuan masyarakat dalam

memecahkan masalah-masalah yang timbul dan bagaimana masyarakat dapat

mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karena semakin

tua umur seseorang yang tidak diikuti dengan pengetahuan dan pengalaman,

maka pada diri seseorang akan berperilaku negatif, karena orang tersebut akan

melakukan berbagai hal untuk mencukupi kebutuhan hidupnya walaupun yang

dilakukannya akan merugikan orang lain. Sedangkan pendidikan merupakan

hal yang sangat fundamental dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia

dan menjamin perkembangan sosial maupun ekonomi.

Namun apakah persepsi setiap penduduk di suatu daerah itu sama? Dari

uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan

(26)

Pekerjaan, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan, dan Usia”.

Penelitian ini menggunakan studi kasus kepada masyarakat di Padukuhan

Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon

Progo, Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan dapat terfokus,

maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada faktor yang mempengaruhi

persepsi masyarakat terhadap profesi guru yaitu jenis pekerjaan, tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan dan usia.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau

dari jenis pekerjaan ?

2. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau

dari tingkat pendidikan ?

3. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau

dari tingkat pendapatan ?

4. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau

(27)

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap

profesi guru yang ditinjau dari jenis pekerjaan.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap

profesi guru yang ditinjau dari tingkat pendidikan.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap

profesi guru yang ditinjau dari tingkat pendapatan.

4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap

profesi guru yang ditinjau dari usia.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan informasi tentang tugas, tanggung jawab, peranan dan

kompetensi guru kepada masyarakat sehingga diharapkan dapat

membentuk persepsi yang baik dari masyarakat mengenai profesi guru.

Selain itu, penelitian ini memberikan saran kepada masyarakat pada

umumnya yang akan memutuskan untuk menggeluti profesi sebagai

seorang guru bahwa profesi guru mempunyai tugas dan tanggung jawab

yang tidak hanya mengajarkan materi yang menjadi keahliaannya akan

tetapi pembentukan kepribadian anak didik juga merupakan tugas dan

(28)

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan wawasan

yang luas, sehingga peneliti dapat lebih mengembangkan ilmu-ilmu yang

diperoleh hingga sekarang.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Dapat dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian

selanjutnya yang lebih mendalam.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan, dan menambah

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Persepsi Masyarakat

a. Persepsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:675), persepsi

dapat diartikan sebagai 1) suatu tanggapan (penerimaan langsung dari

suatu serapan) dan 2) proses seseorang mengetahui beberapa hal

melalui panca inderanya. Persepsi pada dasarnya merupakan proses

kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi

tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran,

penghayatan, perasaan dan penciuman (Miftah Thoha, 2005:141).

Kunci untuk persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi

itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi.

Menurut Winkel (1986:161) persepsi adalah pengamatan secara

global, kemampuan untuk membedakan antara objek yang satu dengan

objek yang lain berdasarkan ciri-ciri fisik objek-objek itu, misalnya

ukuran, warna, dan bentuk. Sugihartono (2007:8) mengemukakan

persepsi sebagai proses untuk menerjemahkan atau

menginterpretasikan stimulasi yang masuk dalam alat indera. Daviddof

(30)

menggabungkan kata-kata indra kita (penglihatan) untuk

mengembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari

sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. Sedangkan

menurut Wirawan (1992:47) persepsi merupakan proses penginderaan

manusia tentang obyek lingkungannya dimana ia memproses

penginderaan itu pada diri manusia yang bersangkutan.

David Krech (Miftah Thoha, 2005:142) menyimpulkan bahwa

persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks yang

menghasilkan suatu gambaran unik tentang pernyataan yang

barangkali sangat berbeda dengan kenyataanya. Dari

pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu

tanggapan langsung dari seseorang tentang suatu hal, untuk memilih,

mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan

eksternal.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi

seseorang, yaitu faktor dari lingkungan luar dan faktor dari lingkungan

dalam (Thoha, 1983:148):

1) Faktor dari lingkungan luar :

a) Intensitas, prinsip intensitas dari perhatian dapat dinyatakan

bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar, semakin

(31)

b) Ukuran, faktor ini menyatakan bahwa semakin besar untuk

obyek semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.

c) Pengulangan, dalam prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus

dari luar yang diulang-ulang akan memberi perhatian yang

lebih besar dibanding dalam sekali lihat.

d) Gerakan, prinsip gerakan ini antara lain menyatakan bahwa

orang akan memberi perhatian terhadap obyek yang bergerak

dalam jangkauan pandangannya dibanding obyek yang diam.

e) Baru dan familar, prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi

eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat

dpergunakan sebagai penarik perhatian.

2) Faktor dari lingkungan dalam :

a) Proses belajar, semua faktor dari dalam yang membentuk

adanya perhatian kepada suatu obyek sehingga menimbulkan

adanya persepsi adalah didasarkan dari kekomplekan kejiwaan,

kekomplekan kejiwaan ini selaras dengan pemahaman/belajar

dan motivasi yang dipunyai masing-masing.

b) Motivasi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi dari

dalam yang lain juga menentukan terjadinya persepsi antara

lain motivasi dan kepribadian. Pada dasarnya tidak dapat

(32)

mempunyai dampak yang amat penting dalam proses pemilihan

persepsi.

c) Kepribadian, dalam membentuk persepsi unsur ini sangat erat

hubungannya dengan proses belajar dan motivasi mempunyai

akibat terhadap apa yang diperhatikan dalam menghadapi suatu

situasi.

Selain faktor – faktor tersebut, dalam edisi buku terbarunya Thoha

masih menambahkan faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi

antara lain sebagai berikut (2005:162-167):

1) Artibulasi

Artibulasi diartikan sebagai suatu proses bagaimana

seseorang mencari kejelasan sebab-sebab dari perilaku orang lain.

Seseorang tidak hanya tertarik mengamati perilaku dalam

organisasi saja, tetapi juga mencari jawaban penyebab dari perilaku

orang yang diamati.

2) Stereotype

Stereotype adalah suatu proses yang cenderung melihat orang

lain sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori. Jika seseorang

melakukan stereotype kepada orang lain, hal ini disebabkan karena

keterbatasan pengetahuan orang tersebut. Dia hanya mengetahui

hal-hal yang bersifat umum dari suatu kategori yang disifatkan

(33)

Proses stereotype ini amat besar peranannya di dalam

mempengaruhi persepsi sosial. Banyak kelompok-kelompok yang

pada umumnya telah diberikan stereotype masing-masing dalam

organisasi. Di dalam masyarakat terdapat pula kelompok-kelompok

stereotype, misalnya saja kelompok petani, kelompok wanita,

kelompok pedagang, kelompok mahasiswa, dan sebagainya.

3) Hallo Effect

Hallo effect digunakan untuk menilai seseorang berdasarkan

salah satu sifat yang diketahui oleh yang menilai. Misalnya

kerajinan, kecerdasan, penampilan, dan lain-lain. Satu sifat yang

kebetulan dilihat oleh penilai dan dapat menutupi sifat-sifat

lainnya.

Menurut Pareek dalam Desy Arisandy (1984:88), ada empat

faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi yaitu:

1. Perhatian

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian.

Tidak semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap

semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu

atau dua objek yang menarik bagi kita.

2. Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu

(34)

3. Ketersediaan

Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul,

agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih

efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap

terlebih dulu.

4. Sistem Nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat

akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

b. Masyarakat

J.P Gillin dan J.L Gillin dalam bukunya Cultural Sosiology

merumuskan masyarakat sebagai “..the largest grouping in which

common customs, traditions, attitudes and feeling of unity are

operative”. Suparto (Tim Sosiologi, 2004:18) menyatakan bahwa

masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah lama bertempat

tinggal disuatu daerah tertentu dan mempunyai aturan yang mengatur

tata hidup mereka menuju tujuan yang sama. Dari batasan tersebut

dapat di ambil kesimpulan bahwa unsur-unsur masyarakat adalah

sebagai berikut:

1. Terdapat kelompok/kesatuan atau kolektivitas manusia

(35)

3. Adanya aturan/tata tertib yang mengatur mereka untuk menuju suatu cita-cita yang sama

Koenjaraningrat menambahkan dua unsur lagi yaitu (Tim Sosiologi,

2004:18):

1. Ada ikatan adat istiadat yang khas

2. Adaya rasa identitas di antara para warganya

c. Profesi Guru

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan

penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi

biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi

dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Sehingga

seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional.

Sedangkan guru secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta

yaitu guru yang juga berarti guru, tetapi artinya harafiahnya adalah

“berat” adalah seorang pengajar suatu ilmu. Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia No.14 tahun 2005 tentang guru, guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Mengutip pendapat Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc

(36)

kemampuan dalam menata dan mengelola kelas. Masih dari sumber

yang sama, Jean D.Grambs dan C. Morris Mc Clare berpendapat

bahwa guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan

pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat

terjadi pendidikan.

Dalam arti umum guru adalah pendidik dan pengajar pada

pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dari pendapat-pendapat

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi guru adalah suatu

pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap

suatu pengetahuan khusus yang dilakukan oleh seorang guru dalam

menjalankan tugasnya.

1) Kepribadian Guru

Kepribadian (Sutisna : 2008) adalah faktor yang sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai

pengembang sumber daya manusia. Karena di samping sebagai

pembimbing dan pembantu, guru juga berperan sebagai panutan.

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan

keberhasilan guru adalah (Sutisno : 2008): a) Fleksibilitas kognitif

(keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berpikir yang

diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi

(37)

terbuka secara psikologi akan di tandai dengan kesediaanya yang

relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan

faktor-faktor ekstern antar lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan

pendidikan tempatnya bekerja.

2) Hak dan Kewajiban Guru

Dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional guru

sebagai pendidik mempunyai hak untuk memperoleh:

(a) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.

(b) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.

(c) Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas.

(d) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual.

(e) Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

3) Peranan Guru

Menurut Dimyati Mahmud (1986:25-30) peranan seorang

(38)

(a) Guru sebagai pembuat keputusan.

Guru sebagai pembuat keputusan harus selalu membuat

keputusan-keputusan mengenai bahan pelajaran dan metode

mengajar.

(b) Guru sebagai motivator.

Tidaklah dengan sendirinya murid-murid berhasil dalam

belajar. Sehubungan dengan hal inilah peranan guru sebagai

motivator sangatlah penting.

(c) Guru sebagai manajer.

Kegiatan yang dilakukan oleh guru sebagai seorang manajer

adalah mengelola kelas, yaitu kegiatan-kegiatan yang

bersangkutan dengan keputusan-keputusan dan

tindakan-tindakan yang diperlukan untuk membina ketertiban kelas.

(d) Guru sebagai pemimpin.

Guru yang efektif adalah pemimpin yang efektif, yaitu

memanfaatkan potensi kelompok untuk meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan individual. Dalam

peranannya sebagai pemimpin kelompok demikian itu, guru

diharapkan menjadi wasit, pelerai kecemasan, detektif,

(39)

frustasi, teman dan orang kepercayaan, pengganti orang tua,

sumber kasih sayang, dan pemberi semangat.

(e) Guru sebagai konselor.

Sebagai konselor, guru harus menjadi pengamat yang peka

terhadap tingkah laku dan gerak-gerik murid - muridnya.

Guru harus berusaha memberikan tanggapan yang konstruktif

apabila murid mengalami kelesuan belajar.

(f) Guru sebagai insinyur atau perekayasaan lingkungan.

Dalam hal ini peran guru nampak pada penataan ruang kelas,

termasuk didalamnya mengatur posisi tempat duduk siswa.

(g) Guru sebagai model.

Guru juga berperan sebagai model atau contoh bagi

murid-muridnya. Gairah murid terhadap suatu mata pelajaran timbul

karena pelajaran itu diberikan oleh guru yang penuh gairah

dengan menggunakan metode demonstrasi.

4) Kompetensi Guru

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,

dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru

atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

(40)

melaksanakan profesi keguruannya. Kompetensi guru meliputi

empat kategoriantara lain:

(a) Kemampuan guru dalam merencanakan program belajar

mengajar.

(b) Kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran.

(c) Kemampuan guru dalam melaksanakan dan

memimpin/mengelola proses belajar mengajar.

(d) Kemampuan dalam menilai kemajuan proses belajar

mengajar

Dalam UU Nomor Nomor 74 tahun 2008 pasal 3, ada 4

kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yaitu:

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru

dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang

sekurang-kurangnya meliputi:

a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan

b. pemahaman terhadap peserta didik

c. pengembangan kurikulum atau silabus

d. perancangan pembelajaran

e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

f. pemanfaatan teknologi pembelajaran

(41)

h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya

mencakup kepribadian yang:

a. beriman dan bertakwa

b. berakhlak mulia

c. arif dan bijaksana

d. demokratis

e. mantap

f. berwibawa

g. stabil

h. dewasa

i. jujur

j. sportif

k. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyaraka

l. secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri

m. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan

3. Kompetensi Sosial

Mengutip pendapat Piet Sahertian dan Ida Sahertian

(Kunandar, 2007:56) kompetensi sosial dapat disebut juga

(42)

kemampuan yang berhubungan dengan bentuk partisipasi

sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari di

masyarakat tempat ia bekerja, baik formal maupun informal.

Guru sebagai bagian dari masyarakat yang

sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:

a. berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun

b. menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

c. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik

d. bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku

e. menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam

menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan

atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya

meliputi penguasaan:

a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan

standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,

(43)

b. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni

yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren

dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau

kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

2. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan adalah segala usaha manusia, baik usaha jasmani maupun

rohani yang dicurahkan dalam proses peningkatan kegunaan ekonomi

(Gilarso, 1986:77). Menurut Dov Elizur (1991:5) pekerjaan didefinisikan

sebagai suatu kelompok jabatan yang identik dalam hal tugas-tugas utama.

Tugas yang dimaksudkan oleh Dov Elizur adalah segala usaha manusia

untuk suatu tujuan tertentu. Selain itu, Riwanto (1994:7) berpendapat

bahwa pekerjaan atau lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari

usaha/perusahaan/instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja.

Riwanto juga membagi jenis pekerjaan dapat dibagi ke dalam 8 golongan

yaitu sebagai berikut (1994:166-167):

a. Tenaga professional : teknisi dan sejenisnya

b. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan

c. Tenaga tata usaha dan tenaga sejenisnya

d. Tenaga usaha penjualan

e. Tenaga usaha jasa

f. Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan

(44)

h. Lainnya

J. Spillane (1982:14) juga mengelompokkan pekerjaan ke dalam 9

golongan antara lain:

a. Golongan A

1) Meninggal

2) Pensiun

3) Tidak mempunyai pekerjaan

b. Golongan B

1) Buruh nelayan

2) Buruh tani

3) Petani kecil

4) Penebang kayu

c. Golongan C

1) Petani menyewa

2) Buruh tidak tetap

3) Penarik becak

d. Golongan D

1) Pembantu

2) Penjual keliling

3) Tukang cuci

e. Golongan E

1) Seniman

(45)

3) Montir

4) Pandai besi

5) Penjahit

6) Sopir bus/colt

7) Tukang kayu

8) Tukang listrik

9) Tukang mesin

f. Golongan F

1) Pemilik bus/colt

2) Pengawas keamanan

3) Petani pemilik tanah

4) Pegawai sipil (ABRI)

5) Mandor

6) Pemilik perusahaan/toko/pabrik

7) Pedagang

8) Pegawai kantor

9) Peternak

10) Tuan tanah

g. Golongan G

1) ABRI

2) Pegawai Badan Hukum

3) Kepala Kantor Pos Cabang

(46)

5) Supervisor/pengawas

6) Pamong praja

7) Guru SD

8) Kepala bagian

9) PNS (Ia – Id)

h. Golongan H

1) Guru SLTP/A

2) Juru rawat

3) Pekerja sosial

4) Perwira ABRI

5) PNS (2a – 2d)

6) Kepala Sekola

7) Kontraktor

8) Wartawan

i. Golongan I

1) Ahli Hukum

2) Manager Perusahaan

3) Ahli Ilmu Tanah

4) Apoteker

5) Arsitek

6) Dosen/Guru Besar

7) Kepala Kantor

(47)

9) PNS > 3a

10) Pengarang

11) Peneliti

12) Penerbang

13) Walikota/Bupati

14) Kontraktor Besar

3. Tingkat Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Sudarminta (Driyakarya, 1980:87) mengemukakan bahwa

“pendidikan adalah suatu perbuatan fundamental dalam bentuk

komunikasi antar pribadi, dan dalam komunikasi tersebut terjadi

proses pemanusiaan manusia muda, dalam arti proses hominisasi dan

humanisasi.” Dalam GBHN ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan

pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan

kemampuan seseorang baik didalam maupun diluar sekolah dan

berlangsung seumur hidup (REPELITA II, 1974/75-1978/79:135).

Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar

untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan

datang. Selanjutnya, dalam UU No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

(48)

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

Negara.

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan meliputi :

1) Taman Kanak-kanak

Kelas Usia

Kelompok bermain 4

Kelompok A 5

Kelompok B 6

2) Sekolah Dasar

Kelas Usia 1 7 2 8 3 9 4 10 5 11 6 12 3) Sekolah Menengah

Kelas Usia

7 13 8 14 9 15 4) Sekolah Menengah Atas

Kelas Usia

10 16 11 17 12 18 5) Akademi/Institut/Politeknik/Sekolah Tinggi/Universitas

(49)

2 tahun (Magister) Berbagai usia 1 tahun (Doktor) Berbagai usia

c. Jalur Pendidikan

Jalur Pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang

sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut Mulyanto (Vembriarto, St,

1975:35) jalur pendidikan meliputi:

1) Pendidikan Formal

Pendidikan Formal merupakan pendidikan yang

diselenggarakan di sekolah - sekolah pada umumnya. Jalur

pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai

dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan

tinggi.

2) Pendidikan Non Formal

Pendidikan Non Formal meliputi pendidikan dasar, dan

pendidikan lanjutan. Pendidikan Non Formal mengenal pula Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai pangkalan program

yang dapat berada di dalam satu kawasan setingkat atau lebih kecil

dari kelurahan/desa. PKBM dalam istilah yang berlaku umum

merupakan padanan dari Community Learning Center (CLC) yang

(50)

3) Pendidikan Informal

Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan yang

diselenggarakan di luar sekolah oleh badan pemerintah ataupun

swasta secara teratur dalam waktu relatif singkat yang lebih

menekankan kepada kecakapan dan ketrampilan tertentu, tetapi

tidak mengikuti peraturan-peraturan yang ketat dan tetap seperti

pendidikan formal.

d. Jenis Pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada

kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis

Pendidikan meliputi (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan):

1) Pendidikan Umum

Pendidikan Umum merupakan pendidikan dasar dan

menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang

diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD),

Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

(SMA).

2) Pendidikan Kejuruan

Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang

(51)

tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK).

3) Pendidikan Akademik

Pendidikan Akademik merupakan pendidikan tinggi program

sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan terutama pada

penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

4) Pendidikan Profesi

Pendidikan Profesi merupakan pendidikan tinggi setelah

program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk

memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.

5) Pendidikan Vokasi

Pendidikan Vokasi merupakan pendidikan tinggi yang

mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan

keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara

dengan program sarjana (S1).

6) Pendidikan Keagamaan

Pendidikan Keagamaan merupakan pendidikan dasar,

menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk

dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan

pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan /atau

(52)

7) Pendidikan Khusus

Pendidikan Khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan

untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang

memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara

inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan

pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah

(dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).

e. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan

dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan

meliputi (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan):

1) Pendidikan Anak Usia Dini

Mengacu Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1

Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia

dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

(53)

2) Pendidikan Dasar

Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan awal

selama 3 (tiga) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang

melandasi jenjang pendidikan menengah.

3) Pendidikan Menengah

Pendidikan Menengah merupakan jenjang pendidikan

lanjutan pendidikan dasar.

4) Pendidikan Tinggi

Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan

diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

4. Tingkat Pendapatan

Pendapatan adalah segala bentuk balas jasa yang diperoleh seseorang

terhadap proses produksi. Setiap keluarga memperoleh pendapatan yang

berbeda-beda. Menurut Gilarso (2002:63), pada dasarnya sumber

pendapatan keluarga adalah:

a. Usaha Sendiri

Usaha sendiri adalah mereka yang melakukan kegiatan usaha

(54)

Contohnya: berdagang, bengkel motor, penjahit, dan mengelola

usaha sendiri

b. Bekerja dengan orang lain

Yaitu bekerja dengan instansi atau perusahaan orang lain dengan

imbalan gaji berupa barang dan uang. Misalnya karyawan atau

pegawai negeri sipil.

c. Hasil dari milik sendiri

Harta milik sendiri yang dapat menghasilkan barang dan jasa

sebagai penghasilan tambahan. Misalnya: mempunyai sawah yang

disewakan atau rumah yang disewakan.

Menurut Biro Pusat Statistik pendapatan dan penerimaan dibedakan

dalam (Mulyanto, 1982:92):

a. Pendapatan faktor yang didistribusikan, meliputi: (1) penghasilan

sebagai gaji dan upah, (2) penghasilan dari usaha sendiri, (3)

penghasilan dari pemilikan harta.

b. Transfer yang bersifat redistributif, terdiri atas transfer pendapatan

yang bersifat mengikat dan biasanya bukan merupakan imbalan atas

penyerahan barang atau jasa atau harta milik.

Sedangkan menurut Mulyanto sendiri (1982:92) pendapatan juga dapat

(55)

a. Pendapatan berupa uang

Pendapatan berupa uang yaitu pendapatan (1) dari gaji dan upah

yang diperoleh dari : (a) kerja pokok, (b) kerja sampingan, (c) kerja

lembur, dan (d) kerja kadang-kadang; (2) dari usaha sendiri, yang

meilputi (a) hasil bersih dari usaha sendiri, (b) komisi, (c) penjualan

dari kerajinan rumah; (3) dari hasil investasi, yakni pendapatan yang

diperoleh dari hak milik tanah dan (4) dari keuntungan sosial yakni

pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.

b. Pendapatan berupa barang-barang

Pendapatan berupa barang adalah pendapatan yang berupa, (1)

bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentukan kedalam (a)

beras, (b) pengobatan, (c) transportasi, (d) perumahan, (e) rekreasi;

(2) barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah antara lain (a)

pemakaian barang yang diproduksi di rumah, (b) sewa yang

seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.

c. Pendapatan yang bukan merupakan pendapatan, yaitu penerimaan

yang berupa (1) pengambilan tabungan, (2) penjualan barang-barang

yang dipakai, (3) penagihan piutang, (4) pinjaman uang, (5) kiriman

uang, (6) hadiah/pemberian, (7) warisan, (8) menang judi.

d. Pengeluaran makanan

(56)

f. Pengeluaran pakaian

g. Pengeluaran barang dan jasa

h. Pengeluaran non konsumsi, yang meliputi: (1) pengeluaran untuk usaha dan (2) pengeluaran non konsumsi dan lain-lain pembayaran (R.M. Sundrum, 1974:84).

Perincian pendapatan menurut Biro Pusat Statistik dikelompokkan

dalam pendapatan sektor formal, informal, subsisten, dan penerimaan yang

bukan merupakan pendapatan.

a. Pendapatan sektor formal, yakni penghasilan baik berupa uang atau

barang sifatnya regular dan yang diterima sebagai balas jasa atau

kontra prestasi dari sektor formal, misalnya; gaji dan upah, hasil

investasi, transportasi, dan rekreasi.

b. Pendapatan sektor informal, yakni segala penghasilan baik berupa

uang atau barang yang diterima sebagai balas jasa atau kontra prestasi

dari sektor informal, misalnya; komisi, pendapatan investasi, dan

pendapatan dari keuntungan sosial.

c. Pendapatan sektor subsisten, terjadi apabila produksi dengan konsumsi

terletak di satu tangan atau di satu masyarakat kecil.

Adapun standar UMR - UMP (Upah Minimum Regional - Propinsi)

tahun 2010 yang resmi dari Pemerintah Yogyakarta yakni sebesar Rp

(57)

5. Usia

a. Pengertian Usia

Usia (umur) adalah satuan waktu yang mengukur waktu

keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang

mati. Usia dapat digolongkan menjadi 9 yaitu : janin, bayi, balita,

anak-anak, remaja, akil alik, pemuda, dewasa, orang (tua). Santrok

(Daniel Levinson:1978, 1980) dalam The Season of Man’s Life

(Musim-Musim Kehidupan Manusia) menekankan bahwa tugas-tugas

perkembangan harus dikuasai pada masing-masing fase. Menurutnya,

usia 20-an sebagai novice phase (fase orang baru) dari perkembangan

orang dewasa. Novice phase adalah waktu untuk eksperimentasi yang

bebas dan waktu untuk menguji impian di dunia nyata. Kira-kira pada

usia 28 sampai 33 tahun, individu mengalami periode transisi dimana

ia harus menghadapi persoalan penentuan tujuan yang lebih serius.

Pada usia 30-an, individu biasanya berfokus pada keluarga dan

perkembangan karir. Pada tahu-tahun berikutnya pada periode ini,

individu memasuki fase Becaming One’s Own man (atau BOOM,

Menjadi diri Sendiri). Pada usia 40, individu telah mencapai tempat

yang stabil dalam karirnya dan sekarang harus melihat ke depan pada

jenis kehidupan yang akan dijalaninya sebagai orang dewasa usia

(58)

b. Jenis perhitungan usia

Terdapat jenis perhitungan usia adalah sebagai berikut

(www.wikipedia.com):

1. Usia Kronologis

Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat

kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia.

2. Usia mental

Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf

kemampuan mental seseorang.

3. Usia Biologis

Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan

biologis yang dimiliki oleh seseorang.

B. Kerangka Berpikir

1. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari pekerjaan

Profesi guru merupakan profesi yang memerlukan keahlian khusus,

tidak semua orang bisa menjadi guru. Pekerjaan adalah segala usaha

manusia, baik usaha jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam

proses peningkatan kegunaan ekonomi. Menurut pendapat Caudill dan

Weinstein (Haditono, 1982) dinyatakan bahwa pekerjaan yang dimiliki

oleh seorang ayah pada anak Jepang mempunyai pengaruh tertentu pada

(59)

Menurut Thoha, (2005:162-164) terdapat beberapa hal yang ikut

berperan dalam proses persepsi, antara lain: artibulasi, stereotype, dan

hallo effect. Stereotype adalah suatu proses yang cenderung melihat orang

lain sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori. Selain itu, terdapat pula

faktor – faktor dari dalam dan faktor dari luar yang dapat mempengaruhi

persepsi seseorang (Thoha, 1983:148). Dari pendapat tersebut peneliti

menduga bahwa pekerjaan yang ditekuni oleh seseorang, sedikit banyak

akan mempengaruhi individu dalam hal orientasi-orientasinya maupun

aspirasinya terhadap sesuatu, baik untuk saat ini ataupun pada masa yang

akan datang, termasuk didalamnya terdapat bagaimana persepsi seseorang

terhadap profesi guru, apabila orang tersebut cenderung melihat orang lain

sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori yang mungkin berbeda

dengan dirinya.

2. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat

pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan tingkatan pendidikan yang dicapai

oleh seseorang. Menurut Thoha, (2005:162-164) terdapat beberapa hal

yang ikut menentukan peranan dalam proses persepsi, antara lain:

artibulasi, stereotype, dan hallo effect. Stereotype adalah suatu proses yang

cenderung melihat orang lain sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori.

Selain itu, terdapat pula faktor – faktor dari dalam dan faktor dari luar

yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang (Thoha, 1983:148). Dari

(60)

mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, karena semakin

tinggi tingkat pendidikan yang dicapai seseorang, maka semakin luas

pengetahuan yang dimilikinya.

Menurut Samuel Soeitoe (1982:8), “Pada mulanya Pendidikan

dinyatakan sebagai suatu proses tunggal yang meliputi ‘latihan akal budi’,

‘pembentukan watak’, dan ‘penyerahan kebudayaan’. Pada tahap

berikutnya ‘akal budi’ dianalisa menjadi ‘kemampuan’ yang terpisah-pisah

dan efektivitas pendidikan dan pengajaran tergantung dari keadaan

kemampuan - kemampuan itu, seperti ingatan, naluri, imitasi, persepsi,

perhatian, dan kemauan mengalami penganalisaan tersebut”. Singkatnya,

pernyataan tersebut menyatakan bahwa dari pendidikan akan terbentuk

kemampuan. Menurut peneliti semakin tinggi tingkat pendidikan, maka

semakin tinggi kemampuan yang dimiliki. Dari kemampuan itulah

seseorang dapat menanggapi suatu objek tertentu, maka dari itu diduga

tingkat pendidikan mempunyai peran penting dalam menanggapi suatu

objek tersebut, dan objek yang dimaksud pada penelitian ini adalah

tanggapan masyarakat terhadap profesi guru jika ditinjau dari tingkat

pendidikan yang dicapai.

3. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat

pendapatan

Tingkat pendapatan merupakan besarnya penghasilan yang diperoleh

suatu keluarga bersumber dari pendapatan pokok, pekerjaan sampingan,

(61)

untuk memenuhi kebutuhan (Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers,

1982;112). Menurut Thoha, (2005:162-164) terdapat beberapa hal yang

ikut menentukan peranan dalam proses persepsi, antara lain: artibulasi,

stereotype, dan hallo effect. Stereotype adalah suatu proses yang

cenderung melihat orang lain sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori.

Selain itu, terdapat pula faktor – faktor dari dalam dan faktor dari luar

yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang (Thoha, 1983:148).

Dalam suatu kelompok masyarakat terdapat 4 kriteria yang dapat

digunakan untuk menggolongkan masyarakat yang satu dengan yang

lainnya, yaitu (Soekanto, 1982:234-235):

a. Ukuran kekayaan

b. Ukuran kekuasaan

c. Ukuran kehormatan

d. Ukuran ilmu pengetahuan

Tingkat pendapatan adalah jumlah penghasilan riil keluarga untuk

mencukupi kebutuhan dalam keluarga yang diduga berpengaruh pada

persepsi masyarakat terhadap profesi guru. Masyarakat dengan tingkat

pendapatan rendah diduga kuat akan memiliki persepsi positif terhadap

profesi guru dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai tingkat

pendapatan tinggi. Masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah akan

menganggap bahwa pendapatan (gaji) guru pasti berada diatas pendapatan

(62)

apa yang dimilkinya. Hal itu dikarenakan masyarakat yang memiliki

tingkat pendapatan dengan jumlah yang berbeda, tentu akan berbeda pula

dalam menanggapi sesuatu di lingkungan mereka, dalam hal ini adalah

bagaimana tanggapan masyarakat profesi guru berdasarkan tingkat

pendapatan yang mereka miliki.

4. Persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari usia

Usia merupakan satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan

suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati, namun

dalam penelitian ini usia yang dimaksud adalah usia manusia. Menurut

Thoha, (2005:162-164) terdapat beberapa hal yang ikut menentukan

peranan dalam proses persepsi, antara lain: artibulasi, stereotype, dan hallo

effect. Stereotype adalah suatu proses yang cenderung melihat orang lain

sebagai suatu bagian dari kelas atau kategori. Selain itu, terdapat pula

faktor – faktor dari dalam dan faktor dari luar yang dapat mempengaruhi

persepsi seseorang (Thoha, 1983:148).

Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Leavitt (Miftah

Thoha, 2005:156-157) dinyatakan bahwa senior eksekutif mempunyai

masalah yang besar di dalam menghadapi manajer-manajer muda yang

menurut persepsinya tidak mau mengindahkan hal-hal yang kecil, di

dalam membuat keputusan-keputusan yang tidak menyenangkan.

manajer muda seringkali tidak mau menaruh perhatian disiplin.

(63)

tersebut, persepsinya terhadap disiplin, pekerjaan-pekerjaan kecil, dan

hal-hal yang membosankan, akan berbeda pula.

Dari hasil penelitian tersebut, sudah barang tentu perbedaan di antara

orang-orang tersebut cenderung memperlakukan stereotype berdasarkan

usia. Secara langsung usia dapat memberikan dampak terhadap cara

seseorang melakukan persepsi pada lingkungan di sekitarnya. Maka dari

itu, peneliti menduga bahwa apabila umur (usia) seseorang bertambah,

tentu akan bertambah pula pengalaman maupun kebutuhan hidupnya.

Pengalaman tersebut diduga juga akan mempengaruhi persepsi masyarakat

terhadap profesi guru, karena seseorang yang sudah memasuki usia

dewasa cenderung akan lebih menghargai profesi guru dibandingkan usia

yang masih muda.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari

jenis pekerjaan

2. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari

tingkat pendidikan

3. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari

tingkat pendapatan

4. Ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru ditinjau dari

(64)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi

kasus. Studi kasus yaitu penelitian yang mendalam tentang aspek lingkungan

sosial (Muhadi, 2009:7). Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam

mengenai unit sosial tertentu, yang menghasilkan gambaran yang berlaku

untuk jangka waktu tertentu karena pengumpulan data dan analisis data

dilakukan pada waktu tertentu. Penelitian ini mengambil objek tertentu

sehingga kesimpulan yang diambil berdasarkan penelitian tersebut hanya

berlaku bagi objek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari,

Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2010.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah warga

(65)

Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo yang berprofesi/bekerja selain sebagai

guru dan yang berusia 17 – 60 tahun.

2. Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah persepsi masyarakat terhadap profesi guru,

jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan usia.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2003:55). Populasi dalam penelitian ini adalah

masyarakat Padukuhan Sabrang Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan

Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, yang berjumlah 424 jiwa (107 KK)..

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dari semua

anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari

sifat-sifatnya (Sudjana,1990:4). Dari 13 dusun yang ada di desa Purwosari yang

dijadikan sampel penelitian ini adalah masyarakat Padukuhan Sabrang

Kidul, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo

(66)

Jumlah penduduk usia 17 – 60 tahun = 294 jiwa

Bekerja di luar daerah = 62 jiwa

Bekerja sebagai guru = 16 jiwa _

Jumlah responden = 196 jiwa

Dari jumlah populasi yang ada maka sampel penelitian dapat

dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2003:102)

sebagai berikut:

n = N

1+N2e

Keterangan :

n : ukuran sampel

N : ukuran populasi

e : kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang

ditolerir.

Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/batas

kesalahan (e) 5% dari populasi (N) tersebut adalah:

n = 196

1 + 196 (0,05)

2

(67)

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah random sederhana

yang dilakukan dengan undian, yaitu mengundi nama-nama subjek dalam

populasi. Cara ini diawali dengan membuat daftar lengkap nama/nomor

subjek yang memenuhi karakteristik populasi. Nama atau nomor tersebut

kemudian diundi untuk mengambil sampel sebanyak yang diperlukan

(Azwar, 1998:81).

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas adalah varibel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya varibel dependen/terikat (Sugiono,

2007:59).

Varibel bebas dalam penelitian ini adalah:

1) Jenis pekerjaan

2) Tingkat pendidikan

3) Tingkat pendapatan

4) Usia

b. Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

(68)

Variabel terikat dari penelitian ini adalah persepsi masyarakat terhadap

profesi guru.

2. Pengukuran Variabel Penelitian

a. Jenis Pekerjaa

Gambar

Tabel 5.1 Jenis Pekerjaan Responden
Tabel 5.2 Tingkat Pendidikan Responden
Tabel 5.3 Tingkat Pendapatan Responden
Tabel 5.4 Usia Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kompetensi profesi guru di SMP Swasta se- Kecamatan Gondokusuman adalah

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang

 Pada menu daftar artikel terdapat List artikel yang nantinya bisa dipilih per kategori atau dicari,  List artikel hanya menampilkan Judul artikel, jumlah view, jumlah

Dalam hal Ketua, Wakil Ketua, atau Anggota dibebastugaskan dari jabatannya karena diusulkan untuk diberhentikan dengan tidak hormat dengan alasan melakukan

Berdasarkan Kedekatan Kelompok Kabupaten dan Kota di Jawa Barat dengan variabel yang dianalisis, kelompok 1 yaitu kota Bandung , kota Bekasi, Kota Depok, kota Cimahi

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research-CAR ) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dari empat tahap

lmEbjiE yse ncniih rhgk kFLio ysg sLesb hhrr af'

[r]