• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian

4.5.1 Pengujian Pengaruh Profitabilitas terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Perusahaan yang beroperasi secara normal akan mendapatkan keuntungan yang nantinya akan digunakan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan total aktiva perusahaan merupakan salah satu ukuran profitabilitas Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan menggunakan Return On Asset. Return on asset (ROA) adalah ratio yang diperoleh dengan membagi laba/ rugi bersih dengan total asset. Ratio ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan. Semakin tinggi nilai ROA semakin efektif pula pengelolaan aktiva perusahaan. Dengan demikian semakin besar rasio profitabilitas menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik, sehingga auditor tidak memberikan opini going concern pada perusahaan yang memiliki laba tinggi.

Diketahui nilai probabilitas (Sig.) dari profitabilitas (X1) adalah 0,395 yakni lebih besar dari 0,05 maka profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ira (2012), Doris (2010), Putri Karina (2013) yang membuktikan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Tetapi Hasil penelitian ini bertentangan

dengan penelitian Endra Ulkri (2013) yang menunjukkan bahwa Profitabilitas berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai rasio profitabilitas suatu perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya.

4.5.2. Pengujian Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Auditee yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya, sehingga besar kemungkinan bagi auditor untuk mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan. Perusahaan yang apabila tahun lalu menerima opini audit going concern maka cenderung akan menerima kembali pada tahun berikutnya.

Diketahui nilai probabilitas (Sig.) dari opini audit tahun sebelumnya (X2) adalah 0,000 yakni lebih kecil dari 0,05 maka opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yashinta (2008), Arga dan Linda (2007) yang membuktikan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.

Hal ini menunjukkan bahwa auditor sangat memperhatikan audit yang diberikan pada tahun sebelumnya, walaupun penerbitan kembali opini audit

going concern tidak hanya didasarkan pada opini audit going concern yang diterima pada tahun sebelumnya, namun penerimaan opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan publik akan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga hal ini akan semakin mempersulit perusahaan untuk bangkit dari keterpurukannya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Muthcler (1985) bahwa perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan.

4.5.3. Pengujian Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Diketahui nilai probabilitas (Sig.) dari pertumbuhan perusahaan (X3) adalah 0,495 yakni lebih besar dari 0,05 maka pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Endra Ulkri (2013), Doris (2010), Ira (2012) yang membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian (Petronela 2004, dalam Santosa dan Wedari, 2007), dikarenakan adanya perusahaan yang memperoleh opini audit going concern maupun yang memperoleh opini audit non going concern sama-sama mengalami pertumbuhan laba yang regatif sehingga dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang mengalami pertumbuhan laba yang negatif tidak selalu memperoleh opini audit going concern.

Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa terdapat perusahaan baik yang mendapat atau tidak mendapat opini audit going concern sama-sama mengalami pertumbuhan laba negatif/positif. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan laba negatif belum dapat dikatakan sebagai perusahaan yang memiliki indikasi ke arah kebangkrutan dan diragukan kelangsungan usahanya karena auditee yang memiliki pertumbuhan laba negatif bisa saja justru sebenarnya telah mengalami peningkatan pada labanya dari tahun sebelumnya, namun karena pada tahun sebelumnya auditee tersebut memiliki laba negatif, maka pertumbuhan perusahaan auditee pada tahun berjalan tersebut akan tetap terlihat menjadi negatif.

Hal tersebut berarti, perusahaan yang memiliki pertumbuhan perusahaan negatif bukanlah jaminan bahwa perusahaan tersebut akan diberikan opini audit going concern. Pertumbuhan yang positif juga bukanlah suatu jaminan bahwa

suatu perusahaan telah terlepas dari permasalahan keuangan yang dihadapi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kemungkinan auditee mendapatkan opini going concern dari auditor dan pertumbuhan laba yang tinggi (positif) atau pertumbuhan laba yang kecil (negatif) bukanlah jaminan untuk penerbitan opini audit going concern.

4.5.4. Pengujian Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Penelitian ini menggunakan logaritma total aktiva sebagai proksi dari ukuran perusahaan. Penggunaan logaritma total aktiva dipandang dapat mewakili ukuran perusahaan karena dapat menggambarkan kemampuan perusahaan baik kemampuan untuk menyelesaikan kewajibannya maupun kemampuan perusahan untuk menghasilkan laba dengan aktiva yang dimiliki. Perusahaan yang kecil lebih sering mendapatkan going concern daripada perusahaan yang besar.

Diketahui nilai probabilitas (Sig.) dari ukuran perusahaan (X4) adalah 0,185 yakni lebih besar dari 0,05 maka ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putri (2013), Arga dan Linda (2007), Ira (2012) yang membuktikan bahwa ukuran perusahan tidak berpengaruh signfikan terhadap penerimaan opini audit ging concern.

Hal tersebut terjadi karena pertumbuhan aktiva tidak diikuti dengan kemampuan auditee untuk meningkatkan labanya. Dari pengamatan yang

dilakukan terhadap sampel penelitian dari 195 sampel 20 diantaranya mendapatkan opini audit going concern. Semua sampel yang mendapatkan opini audit going concern, diantaranya merupakan perusahaan yang tergolong sebagai perusahaan dengan ukuran yang besar. Hal ini berarti, ukuran perusahaan tidak menentukan pemberian opini audit going concern. Besar kecilnya perusahaan tidak dapat dijadikan jaminan bahwa perusahaan tersebut tidak akan memiliki masalah going concern. Auditor akan memberikan opini audit going concern baik pada perusahaan besar maupun kecil jika memang perusahaan tersebut diragukan kelangsungan hidupnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern yang dikeluarkan oleh auditor pada auditee.

4.5.5. Pengujian Pengaruh Solvabilitas terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh hutang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. Solvabilitas dapat dihitung dengan total liabilities to total asset ratio. Total debt to total asset ratio adalah rasio yang digunakan untuk menghitung seberapa jauh dana yang disediakan oleh kreditur. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan beresiko, hal ini menyebabkan kreditur meminta imbalan. .Rasio solvabilitas yang tinggi dapat berdampak buruk bagi kondisi keuangan perusahaan. Semakin tinggi rasio solvabilitas ini, maka

semakin pula menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern.

Diketahui nilai probabilitas (Sig.) dari solvabilitas (X5) adalah 0,004 yakni lebih kecil dari 0,05 maka solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rezky dan Totok (2009), Putri (2013), yang menunjukkan bahwa solvabilitas berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai Debt to Total Asset Ratio (DAR) maka semakin besar kecenderungan auditor memberikan opini audit going concern. Perusahaan dengan nilai asset lebih kecil daripada hutangnya mengindikasikan bahwa perusahaan tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi total debt maka perusahaan dikatakan tidak solvabel karena perusahaan dinilai tidak mempunyai cukup kekayaan untuk membayar semua hutangnya yang memungkinkan dilakukannya restrukturisasi hutang yang nantinya akan mengarah pada kebangkrutan sehingga auditor cenderung memberikan opini audit going concern

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait