• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada hakikatnya manusia dan segenap dimensi kehidupannya perlu dikembangkan yaitu dimensi kehidupan spiritual dan psikologis, sosio-emosional, fisik serta segenap tujuan dan tugas kehidupan menjadi landasan layanan konseling kelompok. Di sekolah siswa dihadapkan dengan banyak masalah yang

perlu mendapatkan penanganan khusus. Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing – masing anggota kelompok.

Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchell (2011: 275) mengemukakan bahwa konseling kelompok mengacu pada penyesuaian rutin atau pengalaman perkembangan dalam lingkup kelompok yang difokuskan untuk membantu konseli mengatasi problem mereka lewat penyesuaian diri dan perkembangan kepribadian sehari – hari. Melalui layanan konseling kelompok, siswa akan mampu meningkatkan kemampuan mengembangkan pribadi, mengatasi masalah– masalah pribadi, terampil dalam mengambil alternatif dalam memecahkan masalah serta memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki secara maksimal. Layanan konseling kelompok bertujuan untuk membantu peserta mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki dalam pemecahan masalah antarpribadi sehingga peserta lebih mampu mengatasi masalah pribadinya di kemudian hari (Gladding, Samuel T. 2012: 304).

Layanan konseling kelompok hanya dapat dilaksanakan oleh konselor sebagai seorang profesional. Sebab untuk menjadi pemimpin kelompok haruslah seorang yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan konseling profesional (Prayitno 2004: 4). Dalam layanan konseling kelompok terdapat sosok seorang pemimpin kelompok (konselor) yang sangat berperan atas keberhasilan layanan

tersebut. Pemimpin kelompok (PK) merupakan konselor yang terdidik, terlatih dan berwenang untuk menyelenggarakan praktik konseling secara professional (Prayitno 2004: 4). Secara khusus pemimpin kelompok diwajibkan untuk mampu menghidupkan dinamika kelompok diantara anggota kelompok yang mampu mengarahkan tujuan umum dan tujuan khusus yang hendak dicapai dalam layanan konseling kelompok.

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga berdampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap (Mulyasa 2006: 93). Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing – masing anggota kelompok. Dalam implementasi layanan konseling kelompok terdapat beberapa subvariabel diantaranya perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, faktor pendukung dan faktor penghambat.

Layanan konseling kelompok dapat terlaksana berdasarkan tahap perencanaan yang matang. Seorang konselor hendaknya melakukan perencanaan yang matang sebelum memberikan layanan konseling kelompok kepada siswa. Hal ini erat keitannya dengan ketercapaian tujuan yang henak dicapai dengan layanan tersebut. Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel perencanaan layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik yang terbagi ke dalam enam indikator yang meliputi materi layanan, tujuan yang

ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sumber tertentu, rencana penilaian, waktu dan tempat.

Dalam subvariabel perencanaan masih terdapat dua indikator yang berada dibawah rata-rata yaitu sasaran kegiatan dan bahan atau sumber tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat konselor yang belum menerapkan sasaran layanan konseling kelompok dengan baik. Ketidaksesuaian sasaran kegiatan berawal dari pengelompokan atau perekrutan anggota kelompok yang tidak sesuai dengan hasil identifkasi kebutuhan siswa sehingga berpengaruh terhadap kelancaran proses pelaksanaan layanan konseling kelompok. Seyogyanya konselor perlu mendalami tentang sasaran yang tepat dan sesuai dalam layanan konseling kelompok.

Sedangkan dalam indikator sumber dan bahan tertentu menunjukkan bahwa konselor kurang aktif untuk meningkatkan pengetahuan tentang permasalahan-permasalahan yang umum dialami oleh siswa di era globalisasi dengan pesatnya kemajuan teknologi. Seorang konselor hendaknya membaca referensi contoh permasalahan dalam kehidupan remaja dan cara mengatasinya sehingga konselor dapat mengarahkan kelompok dalam pemecahan masalah dengan baik.

Pelaksanaan tahapan dalam layanan konseling kelompok adalah sebagai berikut : (a) Tahap permulaan, tahap ini merupakan tahap pengenalan , perlibatan diri atau memasukkan diri dalam suasana kelompok; (b) Tahap transisi, dalam tahap ini pemimpin kelompok dituntut untuk memunculkan dinamika kelompok yaitu menumbuhkembangkan hubungan antar anggota kelompok; (3) Tahap

kegiatan, tahap ini merupakan tahap inti dari proses kegiatan layanan konseling kelompok yaitu mengentasakan permasalahan anggota kelompok yang masalahnya dibahas; (4) Tahap pengakhiran, dalam tahap ini pemimpin kelompok mengakhiri kegiatan konseling kelompok yang diawali dengan pengungkapan pesan dan kesan dari tiap anggota kelompok selama kegiatan berlangsung.

Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel pelaksanaan layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik yang terbagi ke dalam empat indikator yang meliputi tahap permulaan, tahap transisi, tahap kegiatan, tahap pengakhiran. Namun terdapat satu indikator yaitu tahap transisi yang masih berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling kelompok. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya tahap transisi untuk kelancaran tahap selanjutnya sehingga konselor perlu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya tahap transisi dalam layanan konseling kelompok. Tahap peralihan disebut juga tahap transisi

(Transition Stage). Tahap peralihan diawali dengan masa badai , dimana anggota

kelompok bersaing dengan yang lain untuk mendapatkan tempat dalam kelompok. Masa badai merupakan masa munculnya suatu konflik dari ketegangan primer ke ketegangan sekunder (Wibowo 2005: 90).

Evaluasi atau penilaian layanan konseling kelompok dapat diarahkan secara khusus pada anggota kelompok yang masalah yang dibahas. Penilaian dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan, secara tertulis dapat dilakukan baik menggunakan essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana sedangkan secara

lisan dapat dilakukan dengan anggota kelompok diminta untuk mengungkapkan secara langsung hal – hal yang paling berharga atau kurang disenangi selama kegiatan berlangsung. Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel evaluasi layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik yang terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi penilaian hasil dan penilaian proses.

Namun masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok yaitu penilaian proses. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian konselor yang belum melakukan penilaian proses. Hal tersebut bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman konselor mengenai pentingnya penilaian terhadap proses pelaksanaan layanan konseling kelompok.

Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik yang terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi diagnosis dan prognosis.. Hal ini menunjukkan bahwa dalam analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok, sebagian besar konselor telah mengimplementasikan dengan baik. Namun masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok yaitu prognosis. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pengetahuan layanan konseling kelompok yang hanya terbatas pada pelaksanaan. Prognosis dilaksanakan setelah proses pelaksanaan selesai yang kemudian dilakukan evaluasi dan analisis hasil evaluasi yang di dalamnya terdapat diagnosis dan

prognosis. Prognosis merupakan prediksi pemberian layanan lanjutan yang berdasarkan hasil evaluasi dan diagnosis layanan koseling kelompok.

Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel tindak lanjut layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik yang terbagi ke dalam satu indikator yaitu tindak lanjut. Pemecahan permasalahan siswa terkadang tidak bisa diselesaikan dengan layanan konseling kelompok melainkan harus menggunakan pendekatan individual karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dalam memberikan layanan tidak bisa disamaratakan. Tindak lanjut diberikan untuk membantu siswa yang permasalahannya tidak teratasi dengan layanan konseling kelompok dan untuk mengoptimalkan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling sehingga siswa dapat mencapai kehidupan efektif sehari – hari (KES).

Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel faktor pendukung dan faktor penghambat layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik yang terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi komponen sekolah dan fasilitas. Hal ini menunjukkan bahwa dalam implementasi layanan konseling kelompok telah terlaksana dengan baik, yang ditunjukkan dengan presentase faktor pendukung lebih besar dibandingkan dengan presentase faktor penghambat sehingga pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat berjalan dengan baik.

Namun masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel faktor pendukung dan faktor penghambat layanan konseling kelompok yaitu fasilitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa

masih terdapat sekolah yang belum memfasilitasi dengan baik sehingga perlu adanya sosialisasi kepada kepala sekolah sebagai pihak yang memiliki wewenang yang tingggi di sekolah tentang penting fasilitas untuk mendung pelaksanaan layanan konseling kelompok.

Berdasarkan hasil penelitian implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati diperoleh hasil presentase deskriptif secara keseluruhan menunjukkan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa konselor sudah mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan baik sesuai dengan aturan dan kaidah – kaidah dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor sudah jelas disebutkan bahwa untuk menjadi seorang konselor professional harus dapat memenuhu standar kualifikasi dan kompetensi konselor. Ditinjau dari hasil penelitian dengan kriteria baik menunjukkan bahwa konselor di SMPN se-Kabupaten Pati sudah dapat memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi profesi konselor khususnya dalam mengimplementasikan layanan konseling kelompok.

Dokumen terkait