• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE KABUPATEN PATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE KABUPATEN PATI"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

DI SMPN SE-KABUPATEN PATI

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Bimbingan dan Konseling

Oleh Novi Nurfitasari

1301409021

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Cintailah dirimu seperti engkau mencintai pekerjaanmu

dan bersungguh-sungguhlah karena ALLAH SWT

akan senantiasa menunjukkan jalan-Nya

PERSEMBAHAN:

Seiirng rasa syukur dan atas Ridho-Mu,

skripsi ini kupersembahkan kepada:

Bapak dan Ibu yang senantiasa

memberikan motivasi dan semangat serta

perhatian yang untuk selalu berusaha dan

tawakal.

Adikku Khoirul Fu’ad

Yudha, yang selalu memberikan semangat

dan selalu berada disampingku

Almamater

(5)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena atas berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati” dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan motivasi yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang 2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang, yang telah memberikan pembinaan dan motivasi dalam skripsi ini. 3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan motivasi, petunjuk dan saran – saran kepada penulis.

4. Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons., Pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons., Pembimbing II yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Kepala Sekolah dan Konselor SMPN se-Kabupaten Pati yang telah membentu

memperlancar pelaksanaan penelitian.

(6)

7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan dorongan baik mental maupun moral kepada penulis.

8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuannya sehingga skripsi ini dapat selesai.

Semoga Allah SWT memberikan balasan rahmat sesuai dengan amal dan kebaikan yang telah diberikan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa bimbingan dan konseling pada khususnya.

Semarang, Desember 2013

Penulis

(7)

ABSTRAK

Nurfitasari, Novi. 2013. Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN

se-Kabupaten Pati. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang. Dosen Pembimbing I Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons. dan Pembimbing II Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons..

Kata kunci: Implementasi, layanan konseling kelompok

Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa pelayanan konseling kelompok kurang optimal. Perencanaan layanan layanan konseling kelompok kurang sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok, pembentukan kelompok yang tidak sesuai dengan prosedur pembentukan kelompok, besarnya kelompok yang melebihi batas maksimal pelaksanaan layanan konseling kelompok, peran pemimpin kelompok yang kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban profesionalnya, tahapan pelaksanaan terkadang melupakan tahap pembentukan dan tahap peralihan, evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok terkadang terlupakan oleh konselor. Tujuan penelitian untuk mendapatkan informasi implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh konselor di SMPN se-Kabupaten Pati. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling. Penelitian mengambil sampel 40 dari keseluruhan

populasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Analisis data menggunakan analisis deskriptif presentase.

Hasil analisis deskriptif presentase diperoleh data implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati termasuk dalam kategori baik (73.3%). Pencapaian presentase pada sub variabel secara keseluruhan tergolong baik yaitu Perencanaan (74.1%); Pelaksanaan (72.2%); Evaluasi (71.4%); Analisis hasil evaluasi (75%); Tindak Lanjut (77.5%); Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat (76.3%).

Simpulan penelitian ini yakni konselor di SMPN se-Kabupaten Pati sudah mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan kriteria baik. Adapun saran yang diajukan kepada konselor untuk senantiasa meningkatkan kemampuan professional khususnya dalam pelaksanaan dan evaluasi layanan konseling kelompok dan kepada pihak sekolah untuk memfasilitasi dan mendorong guru BK dalam mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah sehingga dapat meningkatkan kualitas professional konselor dalam mengimplementasikan layanan konseling kelompok.

(8)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1. Teoretis ... 7

1.4.2. Praktis ... 7

1.5Garis Besar Sistematika Skripsi ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Penelitian Terdahulu ... 10

2.2Implementasi ... 12

2.2.1 Perencanaan ... 12

2.2.2 Pengorganisasian ... 13

2.2.3 Pemimpin ... 13

2.2.4 Pengawasan ... 14

2.3Layanan Konseling Kelompok ... 14

2.3.1 Pengertian Layanan Konseling Kelompok ... 14

2.3.2 Tujuan Layanan Konseling Kelompok ... 15

2.3.3 Etika dalam Layanan Konseling Kelompok ... 17

2.3.4 Kelebihan Layanan Konseling Kelompok ... 23

2.3.5 Pemimpin Kelompok ... 25

2.3.5.1Karakteristik Pemimpin Kelompok yang Efektif ... 25

2.3.5.2Tugas Pemimpin Kelompok ... 27

2.3.5.3Fungsi Pemimpin Kelompok ... 28

2.3.5.4Ciri - Ciri Kepemimpinan Kelompok ... 29

2.3.6 Tahapan dalam Layanan Konseling Kelompok ... 29

2.4Implementasi Layanan Konseling Kelompok ... 42

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 49

(9)

3.2Variabel Penelitian… ... 50

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian ... 50

3.2.2 Definisi Operasional ... 51

3.3Populasi dan Sampel ... 52

3.3.1 Populasi ... 52

3.3.2 Sampel ... 54

3.4Prosedur Penyusunan Instrumen ... 55

3.5Validitas dan Reliabilitas ... 56

3.5.1 Validitas ... 56

3.5.2 Reliabilitas ... 57

3.6Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.7Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 62

3.7.1 Hasil Uji Coba Validitas ... 61

3.7.2 Hasil Uji Coba Reliabilitas ... 61

3.8Teknik Analisis Data ... 62

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 65

41.1 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian Secara Keseluruhan ... 65

41.2 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian pada Sub Variabel ... 73

4.1.2.1Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling Kelompok ... 73

4.1.2.2Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok ... 79

4.1.2.3Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ... 83

4.1.2.4Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Analisis Hasil Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ... 86

4.1.2.5Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok ... 89

4.1.2.6Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Layanan Konseling Kelompok ... 91

4.2Pembahasan Hasil Penelitian ... 93

4.3Keterbatasan Peneliti ... 100

BAB 5 PENUTUP 5.1Simpulan ... 102

5.2Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

DAFTAR LAMPIRAN ... 106

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 SMPN se-Kabupaten Pati ... 53 Tabel 3.2 Sampel Penelitian di SMPN se-Kabupaten Pati ... 54 Tabel 3.3 Kategori Jawaban dan Cara Pemberian Skor Angket

Implementasi Layanan Konseling Kelompok ... 61 Tabel 3.4 Kriteria Implementasi Layanan Konseling Kelompok ... 64 Tabel 4.1 Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok

di SMPN se-Kabupaten Pati ... 66 Tabel 4.2 Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok

dengan Kriteria Cukup Baik dan Kurang Baik ... 68 Tabel 4.3 Presentase Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling

Kelompok ... 73 Tabel 4.4 Presentase Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling

Kelompok ... 79 Tabel 4.5 Presentase Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ... 84 Tabel 4.6 Presentase Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi Layanan

Konseling Kelompok ... 87 Tabel 4.7 Presentase Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling

Kelompok ... 89 Tabel 4.8 Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor

Penghambat Layanan Konseling Kelompok ... 91

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penyusunan Instrumen ... 55 Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Imlpementasi Layanan Konseling

Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati ... 66 Gambar 4.2 Grafik Implementasi Layanan Konseling Kelompok

di SMPN se-Kabupaten Pati ... 67 Gambar 4.3 Grafik Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling

Kelompok ... 74 Gambar 4.4 Grafik Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling

Kelompok ... 79 Gambar 4.5 Grafik Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok .... 84 Gambar 4.6 Grafik Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi Layanan

Konseling Kelompok ... 87 Gambar 4.7 Grafik e Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling

Kelompok ... 90 Gambar 4.8 Grafik Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor

Penghambat Layanan Konseling Kelompok ... 91

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Daftar konselor yang mengikuti try out ... 106 Lampiran 2 Kisi – kisi dan angket implementasi layanan konseling

kelompok sebelum try out ... 107 Lampiran 3 Kisi – kisi dan angket implementasi layanan konseling

kelompok setelah try out ... 115 Lampiran 4 Hasil try out angket implementasi layanan konseling

kelompok ... 122 Lampiran 5 Perhitungan validitas angket implementasi layanan konseling

kelompok ... 126 Lampiran 6 Perhitungan reliabilitas angket implementasi layanan konseling

kelompok ... 127 Lampiran 7 Daftar konselor yang menjadi sampel penelitian ... 128 Lampiran 8 Analisis presentase implementasi layanan konseling

kelompok se-kabupaten Pati ... 129 Lampiran 9 Surat ijin penelitian dari Kantor Penelitian dan Pengembangan .. 134 Lampiran 10 Surat keterangan telah melakukan penelitian dari sekolah-

sekolah ... 135

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, sosial, belajar dan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku.

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa jenis layanan, salah satunya adalah layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan upaya memberikan bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya (Natawidjaya dalam Wibowo 2005: 32).

Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing – masing anggota kelompok. Sejumlah siswa yang tergabung dalam kelompok akan saling memberikan bantuan secara psikologis.

Melalui layanan konseling kelompok, siswa akan mampu meningkatkan

(14)

kemauan mengembangkan pribadi, mengatasi masalah – masalah pribadi, terampil dalam mengambil alternatif dalam memecahkan masalah serta memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki secara maksimal. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain (Wibowo 2005: 20).

Konseling kelompok hanya dapat dilaksanakan oleh konselor sebagai seorang profesional. Sebab untuk menjadi pemimpin kelompok haruslah seorang yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan konseling profesional (Prayitno 2004: 4). Dalam konseling kelompok terdapat sosok seorang pemimpin kelompok (konselor) yang sangat berperan atas keberhasilan layanan tersebut. Secara khusus pemimpin kelompok diwajibkan untuk mampu menghidupkan dinamika kelompok diantara anggota kelompok yang mampu mengarahkan tujuan umum dan tujuan khusus yang hendak dicapai dalam layanan konseling kelompok.

Idealnya konselor mampu memberikan layanan konseling kelompok secara optimal sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok yang meliputi perencanaan, pembentukan kelompok, pemimpin kelompok, pelaksanaan kegiatan, evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok.

(15)

kelompok, pembentukan kelompok yang tidak sesuai dengan prosedur pembentukan kelompok, besarnya kelompok yang melebihi batas maksimal pelaksanaan layanan konseling kelompok, peran pemimpin kelompok yang kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban profesionalnya, tahapan pelaksanaan layanan kelompok terkadang melupakan tahap pembentukan dan tahap peralihan, evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok terkadang terlupakan oleh konselor sehingga layanan konseling kelompok kurang optimal.

Perencanaan layanan konseling kelompok yang kurang sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat dilihat dari sarana dan prasarana serta janji kerahasiaan. Sarana dan prasarana untuk melaksanakan layanan konseling kelompok kurang diperhatikan oleh konselor terutama dari tempat pelaksanaan layanan konseling kelompok yang sebagian besar masih menggunakan ruang kelas.

Mengikrarkan janji kerahasiaan merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kerahasiaan dari masing – masing anggota kelompok yang sudah menyampaikan masalah dan anggota kelompok yang masalahnya dibahas. Konselor (pemimpin kelompok) terkadang mengabaikan janji kerahasiaan tersebut karena sudah terbawa emosi dengan semangat anggota kelompok yang bersedia menyampaikan masalah pribadinya untuk dibahas secara kelompok.

(16)

tentang kelompok apa yang akan mereka masuki (Prayitno 1995: 32). Besarnya kelompok sangat berpengaruh terhadap dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan suasana yang hidup, yang bergerak dan berkembang yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok.

Pelaksanaan layanan konseling kelompok yang melebihi batas maksimal 10 anggota kelompok ditemukan di sebagian besar SMPN. Di SMPN 1 Winong dan SMPN 2 Jakenan, pelaksanaan layanan konseling kelompok lebih sering dilaksanakan secara klasikal atas pertimbangan tidak ada kegiatan lain bagi siswa yang tidak menjadi anggota kelompok dan keterbatasan pelaksanaan layanan konseling kelompok pada jam pelajaran di kelas.

Dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan jumlah anggota kelompok yang besarnya melebihi standar maksimal anggota kelompok sangat mempengaruhi kerja dari kelompok tersebut. Anggota kelompok belum bisa menjalankan perannya secara baik karena masih ada sebagian anggota kelompok yang mendominasi sehingga tidak muncul dinamika kelompok.

Pelaksanaan layanan konseling kelompok sangat dipengaruhi oleh peranan pemimpin kelompok atau konselor, dalam menjalankan peranannya sebagai pemimpin kelompok kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban profesionalnya untuk melaksanakan layanan konseling kelompok. Pemimpin kelompok hendaknya mampu menghidupkan dinamika kelompok yang kondusif dan mampu mengarahkan kelompok untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai bersama.

(17)

beberapa tahapan antara lain tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran. Setiap tahapan dalam layanan konseling kelompok sangat berpengaruh terhadap tahapan selanjutnya. Pemimpin kelompok terkadang melupakan tahapan- tahapan dalam layanan konseling kelompok terutama dalam tahap pembentukan dan tahap peralihan.

Selain itu ditemukan bahwa konselor terkadang melupakan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang hendak dicapai dalam kelompok dan memberikan umpan balik, apakah perlu mendapatkan layanan konseling lanjutan atau tidak. Tidak adanya evaluasi dalam layanan konseling kelompok sangat berpengaruh terhadap pemberian layanan selanjutnya, karena dengan tidak adanya evaluasi maka tidak adapula tingkat ketercapaian dalam mencapai tujuan kelompok dan tidak ada refleksi diri untuk konselor itu sendiri serta tidak ada umpan balik untuk permasalahan anggota kelompok yang dibahas dalam layanan konseling kelompok. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anggota kelompok yang masalahnya dibahas.

Permasalahan implementasi layanan konseling kelompok yang tidak sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat mempengaruhi perkembangan layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang berdampak kurang baik karena tidak mendapatkan perhatian dan kepercayaan dari siswa untuk terus memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

(18)

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang muncul dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah yaitu :

1. Bagaimana implementasi perencanaan layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati?

2. Bagaimana implementasi tahap - tahap layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati?

3. Bagaimana implementasi evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati?

4. Bagaimana implementasi analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati?

5. Bagaimana implementasi tindak lanjut layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati?

6. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati?

1.3

Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh data empiris tentang :

1. Perencanaan layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.

(19)

4. Analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.

5. Tindak lanjut layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.

6. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam memberikan layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1Teoretis

Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling yaitu implementasi layanan konseling kelompok.

1.4.2Praktis

1. Konselor

Bagi konselor sekolah bermanfaat sebagai evaluasi diri terhadap kinerja dalam memberikan layanan konseling kelompok dan mampu meningkatkan kinerja konselor sekolah terutama kompetensi professional konselor sehingga mampu memberikan layanan konseling kelompok di sekolah secara optimal.

2. Kepala Sekolah

(20)

3. Penulis

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam layanan konseling kelompok.

1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi

Pada bagian skripsi terdapat lima bab yang terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya serta penutup.

Bab I Pendahuluan, berisi tentang tentang latar belakang masalah terkait dengan fenomena yang terjadi pada objek penelitian, permasalahan yang ada, tujuan diadakannya penelitian, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dan garis besar sistematika skripsi.

BAB II Tinjauan Pustaka, dalam bab ini diuraikan tentang layanan konseling kelompok yang meliputi(1) Implementasi, (2) Pengertian layanan konseling kelompok, (3) Tujuan layanan konseling kelompok, (4) Etika dalam layanan konseling kelompok, (5) Kelebihan layanan konseling kelompok, (6) Pemimpin kelompok, (7) Tahapan dalam layanan konseling kelompok, (8) Implementasi layanan konseling kelompok di sekolah.

(21)

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi tentang hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan peneliti.

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang penelitian terdahulu sebelum membahas lebih jauh tinjauan pustaka yang melandasi penelitian implementasi layanan konseling kelompok di SMPN yang meliputi antara lain (1) Implementasi, (2) Pengertian layanan konseling kelompok, (3) Tujuan layanan konseling kelompok, (4) Etika dalam layanan konseling kelompok, (5) Kelebihan layanan konseling kelompok, (6) Pemimpin kelompok, (7) Tahapan dalam layanan konseling kelompok, (8) Implementasi layanan konseling kelompok di sekolah.

2.1

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti dengan mendapatkan hasil yang empiris. Tujuannya adalah sebagai bahan masukan bagi pemula dan untuk membandingkan antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lain. Dalam penelitian terdahulu akan diuraikan pokok bahasan sebagai berikut :

Fatmawati, Dwi Arti (2010) tentang studi pelaksanaan layanan konseling kelompok berdasarkan pendekatan sistem di SMP Negeri se-Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan konseling kelompok pada sistem input tidak berjalan secara berkesinambungan, untuk komponen proses tidak memenuhi aspek yang

(23)

seharusnya ada dalam proses konseling kelompok, untuk output tidak memberikan hasil pada siswa, sedangkan untuk komponen balikan tidak memberikan evaluasi dan monitoring yang mendalam untuk seperangkat sistem dalam layanan konseling kelompok. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan konseling kelompok di SMP Negeri se-kecamatan Kalimanah kabupaten Purbalingga tidak berjalan sesuai dengan layanan konseling kelompok sebagai suatu sistem yang menjadi satu kesatuan yang berkesinambungan untuk memperoleh keberhasilan dalam pelaksanaan konseling kelompok secara optimal

Santoso, Eko (2012) tentang studi deskriptif pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Batang dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Batang sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan operasionalisasi tahap pelaksanaan layanan dengan menunjukkan hasil pelaksanaan layanan konseling kelompok memperoleh presentase 62% dengan kategori baik.

(24)

Dari berbagai penjelasan diatas merupakan suatu langkah awal untuk diadakannya suatu penelitian tentang Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.

2.2

Implementasi

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga berdampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap (Mulyasa 2006: 93). Dalam proses penerapan terdapat suatu manajemen, manajemen sendiri merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspek agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien (Fattah 2013: 1).

2.2.1Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapakan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan seefisien dan seefektif mungkin (Roger A. Kauffman dalam Fattah 2013: 49). Perencanaan yang matang maka akan tujuan yang hendak dicapai akan tercapai secara optimal. Dalam merencanakan program bimbingan dan konseling, seorang konselor hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Sugiyo 2011: 36) :

a) Analisis kebutuhan/permasalahan siswa b) Penentuan tujuan yang ingin dicapai c) Analisis situasi dan kondisi sekolah

d) Penentuan jenis kegiatan yang akan dilakukan e) Penentuan teknik dan strategi kegiatan

(25)

g) Perkiraan biaya dan fasilitas yang digunakan

h) Mengantisipasi kemungkinan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling

i) Waktu dan tempat artinya kapan kegiatan dilakukan dan dimana kegiatan itu dilakukan

2.2.2Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan suatu proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas-tugas-tugas kepada orang yang sesuai dengan kemampuan, mengalokasikan sumber daya serta mengkoordinasikan dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan (Fattah 2013: 71). Dalam organisasi dibentuk kelompok-kelompok dengan tujuan untuk mempermudah pencapaian tujuan. Efektifitas suatu kelompok sangat bergantung pada individu dalam kelompok tersebut.

2.2.3Pemimpin

Pada hakikatnya pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Menurut H. Jodeph Reitz (dalam Fattah 2013: 98) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin, antara lain:

a. Kepribadian, pengalaman, masa lalu, dan harapan b. Harapan dan perilaku atasan

c. Karakteristik, harapan, dan perilaku bawaan d. Kebutuhan tugas

(26)

2.2.4Pengawasan

Menurut Mudick (dalam Fattah 2013: 101) pengawasan adalah suatu proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi. Proses pengawasan terdiri dari tiga tahap antara lain (Fattah 2013: 101): (1) menetapkan standar pelaksanaan, (2) pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar dan (3) menentukan kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.

2.3

Layanan Konseling Kelompok

2.3.1Pengertian Layanan Konseling Kelompok

Konseling kelompok dikenal sebagai kelompok pemecahan masalah antarpribadi untuk memecahkan masalah kehidupan yang umum melalui dukungan antarpribadi dan pemecahan masalah (Gladding, Samuel T. 2012: 304). Konseling kelompok merupakan proses interpersonal yang dinamis yang berpusat pada kesadaran berpikir dan tingkah laku, melibatkan fungsi terapeutis, berorientasi pada kenyataan, ada rasa saling percaya, mempercayai, ada pengertian, penerimaan dan bantuan (Wibowo 2005: 18). Menurut Winkel, W.S. dan M.M. Sri Hastuti (2007: 589), konseling kelompok merupakan wawancara konseling antara konselor professional dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil.

(27)

konseli mengatasi problem mereka lewat penyesuaian diri dan perkembangan kepribadian sehari – hari. Menurut Natawidjaya, konseling kelompok merupakan upaya memberikan bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya (dalam Wibowo 2005: 32). Prayitno dan Erman Amti (2004: 311) mengemukakan bahwa konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok.

Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing – masing anggota kelompok.

2.3.2Tujuan Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok bertujuan untuk membantu peserta mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki dalam pemecahan masalah antarpribadi sehingga peserta lebih mampu mengatasi masalah pribadinya di kemudian hari (Gladding, Samuel T. 2012: 304). Prayitno mengemukakan bahwa tujuan layanan konseling kelompok hampir sama dengan tujuan layanan bimbingan kelompok yaitu ada tujuan umum dan ada tujuan khusus (2004: 2).

a. Tujuan umum

(28)

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam layanan konseling kelompok adalah fokus pada permasalahan pribadi anggota. Layanan konseling kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah, anggota kelompok memperoleh dua tujuan sekaligus yaitu :

1. Berkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi.

2. Terpecahkan masalah anggota kelompok yang masalahnya dibahas dan bagi anggota kelompok yang memperoleh dampak positif dari pemecahan masalah tersebut.

Menurut Gazda (dalam Wibowo 2005: 33) mengemukaan bahwa layanan konseling kelompok dapat membantu individu dalam menyelesaikan tugas – tugas perkembangan dalam tujug bidang antara lain psikososial, vokasional, kognitif, fisik, seksual, moral dan afektif. Sedangkan Mahler ( dalam Wibowo 2005: 35) mengemukakan tujuan konseling kelompok erat kaitannya dengan sejumlah kemampuan yang dikembangkan yaitu :

1. Pemahaman tentang diri yang mendukung penerimaan diri dan perasaan diri yang berharga.

2. Hubungan social khususnya hubungan antarpribadi serta menjadi efektif untuk situasi – situasi sosial.

3. Pengambilan keputusan dan pengarahan diri.

(29)

Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui layanan konseling kelompok dalam penelitian ini adalah memperoleh data empiris tentang implementasi layanan konseling kelompok di SMPN.

2.3.3Etika dalam Layanan Konseling Kelompok

“Etika kerja kelompok adalah etika – etika yang disetujui yang konsisten dengan komitmen etika dalam arti yang lebih luas (politik, moral dan agama) yang dianggap masuk akal dan yang bisa diterapkan oleh klien maupun pihak

pemberi bimbingan” (Wibowo 2005: 341). Etika dalam kelompok bersifat fleksibel yang artinya bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Wibowo (2005: 342) etika dalam konseling kelompok meliputi :

1) Kepemimpinan kelompok a. Pemimpin Kelompok

Dalam memimpin suatu kelompok terdapat beberapa petunjuk yang dapat membantu efektivitas kerja pemimpin kelompok dalam layanan konseling kelompok, antara lain :

a) Pemimpin kelompok memiliki kode etik standar pelaksanaan layanan konseling kelompok.

b) Pemimpin kelompok pernah mengikuti pelatihan kepemimpinan. c) Pemimpin kelompok memiliki data keefektivan pelaksanaan layanan

(30)

d) Pemimpin kelompok memiliki model secara konseptual untuk melakukan perubahan tingkah laku.

e) Pemimpin kelompok memiliki sertifikat, surat ijin dan bukti yang dapat diterima secara umum terkait dengan layanan konseling kelompok.

f) Pemimpin kelompok yang tidak memiliki surat mandat kerja melaksanakan tugas dibawah pengawasan (supervisi) seseorang yang berkualitas dalam layanan konseling kelompok.

g) Pemimpin kelompok mengikuti pelatihan – pelatihan , lokakarya dan sebagainya untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian serta mendapatkan evaluasi tentang keterampilan dan kerja.

h) Pemimpin kelompok memiliki serangkaian aturan dasar yang jelas dalam melaksanakan layanan konseling kelompok.

i) Pemimpin kelompok sudah paham tentang undang – undang dan hukum – hukum yang mengatur kerahasiaan.

j) Pemimpin kelompok bersikap adil dengan tidak memihak salah satu anggota kelompok.

k) Pemimpin kelompok paham dengan jelas hak – hak dan kewajiban anggota kelompok

(31)

m) Pemimpin kelompok mengidentifikasi dan memberikan intervensi dengan jelas sesuai dengan permasalahan.

b. Rekrutmen peserta kelompok

Berikut petunjuk rekrutmen peserta kelompok dengan latar belakang institusi yang bersifat tidak begitu eksplisit :

a) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tujuan kelompok, jangka dan panjang waktu serta jumlah peserta.

b) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tentang kualifikasi pemimpin kelompok.

c) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tentang honor pemimpin dengan rician jasa kerja

d) Anggota kelompok dipaksa untuk masuk dalam suatu kelompok. e) Pernyataan ketidakpuasan seharusnya tidak dibuat karena tidak dapat

dibuktikan secara ilmiah. c. Penyaringan peserta kelompok

Prosedur penyaringan peserta kelompok dilakukan untuk menyeleksi calon anggota kelompok, berikut petunjuk penyaringan peserta kelompok :

a) Calon anggota kelompok dihargai atas kemampuannya dan anggota kelompok yang tidak potensial dalam kelompok lebih baik tidak dimasukkan ke dalam kelompok tetapi dibentuk kelompok tersendiri. b) Calon anggota kelompok diinformasikan bahwa keiikutsertaanya

(32)

c) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang harapan, resiko dan teknik yang digunakan pemimpin kelompok.

d) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa ada kebebasan untuk keluar dari kelompok.

e) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa ada kebebasan untuk menolak saran dari pemimpin dan anggota kelompok.

f) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa kerahasian merupakan bagian dari syarat keanggotaan atau tidak.

g) Calon anggota kelompok diberitahukan secara jelas tentang hal – hal apa yang pemimpin kelompok nyatakan sebagai hal yang tidak rahasia. h) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang penelitian ang

dilakukan terhadap kelompok tersebut.

i) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang adanya perekaman. j) Calon anggota kelompok seharusnya disangsikan untuk menentukan

apakah dalam perlakuan yang sama atau tidak.

k) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa pemimpin kelompok dapat memindahkan anggota kelompok yang dianggap mengganggu ke dalam kelompok yang lain.

l) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa pengelompokan menyesuaikan dengan keadaan Calon anggota kelompok.

(33)

n) Kelompok dengan anggota yang belum dewasa memerlukan perhatian yang khusus dan perlunya peranan orang tua.

2) Kerahasiaan

Kerahasiaan sebagai syarat pengembangan kepercayaan, kohesi dan kerja produktif dalam konseling kelompok, berikut beberapa petunjuk umum tentang kerahasiaan :

a. Pemimpin kelompok mampu menahan diri dan membuka data anggota kelompok hanya dal kelompok tersebut.

b. Data yang diperoleh dari anggota kelompok untuk tujuan penelitian harus mendapatkan ijin tertulis dari anggota kelompok.

c. Pemimpin kelompok menyamarkan semua data yang mengidentifikasikan anggota kelompok .

d. Pemimpin kelompok secara berkala mengingatkan anggota kelompok tentang pentingnya kerahasiaan .

e. Pemimpin kelompok menjelaskan batasan – batasan hukum kerahasiaan pemimpin dan anggota kelompok.

f. Pemimpin kelompok bertanggungjawab penuh terhadap rekaman data. g. Pemimpin kelompok memastikan anggota kelompok telah membuat

catatan secara tertulis dan prosedur apa yang digunakan konseli untuk membuat catatan.

h. Catatan tidak disebarluaskan tanpa pemberitahuan dan ijin konseli. i. Penyimpanan data dengan menggunakan teknologi misalnya

(34)

j. Tidak memberikan informasi lengkap.

k. Pastikan untuk merusak atau menghapus auditape atau videotape. l. Pemimpin kelompok memahami tingkat kerahasiaan yang dijanjikan

pada anak yang belum menginjak dewasa. 3) Penghentian dan tindak lanjut

Pentunjuk – petunjuk untuk penghentian dan tindak lanjut adalah sebgai berikut :

a. Pemimpin kelompok merencanakan upaya tindak lanjut bagi kelompok jangka pendek yang terbatas waktu.

b. Pemimpin kelompok mengetahui dan memiliki komitmen dari seorang professional untuk mengarahkan anggota kelompok.

c. Anggota kelompok diberitahukan tentang narasumber yang berkompeten sehingga mereka bisa datang kembali apabila mereka membutuhkan bantuan.

4) Kelompok tanpa pemimpin

Liberman, Yalom, dan Miles (dalam Wibowo 2005:348) menyebutkan bahwa kelompok tanpa pemimpin bisa efektif.

5) Prosedur umum untuk menangani tindakan yang tercela, yang tidak sesuai dengan kode etik

(35)

yang dianggap tidak etis dan diminta untuk memperbaikinya. 2.3.4Kelebihan Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan yang sedang berkembang dan memiliki kelebihan – kelebihan yang tidak dimiliki oleh layanan lain. Berikut beberapa kelebihan layanan konseling kelompok menurut Wibowo (2005: 41) :

1) Konseling kelompok memiliki waktu yang realtif singkat untuk

memenuhi kebutuhan siswa dalam suasana kelompok yang berkaitan dengan pencegahan, pengembangan pribadi dan pengentasan masalah. 2) Konseling kelompok merupakan mikrokosmik social yang artinya jika

seseorang mampu menunjukkan perubahan dalam kelompok maka diharapkan dapat berubah pula di masyarakat, dalam suasana kelompok dimanfaatkan untuk latihan pembentukan perilaku baru. 3) Konseling kelompok memungkinkan anggota kelompok

berkomunikasi aktif dengan anggota kelompok lainnya, dimana anggota kelompok dapat mengekspresikan perasaan, memberikan perhatian, berbagi pengalaman dan belajar untuk meningkatkan kepercayaan diri.

(36)

5) Konseling kelompok memberikan kesempatan untuk saling memberi bantuan dan berempati dalam kelompok. Hal ini akan menumbuhkan harga diri, keyakinan diri dan suasana positif dalam kelompok.

6) Dengan konseling kelompok mampu menumbuhkan motivasi dan interaksi antar anggota kelompok.

7) Setiap usaha untuk mengubah perilaku manusia di luar lingkungan dimana individu bekerja dan hidup sangat tergantung pada efektifitas tingkat transfer pelatihan yaitu perilaku – perilaku baru, pemahaman dan sikap yang baru ditransfer secara sukses dari setting konseling kelompok.

8) Konseling kelompok sebagai miniature situasi social yang tidak hanya mempelajari perilaku – perilaku baru tetapi bisa mencoba.

9) Dengan konseling kelompok individu – individu mencapai tujuannya dan hubungan antar individu yang produktif dan inovatif (McClure 1990 dalam Wibowo 2005: 43).

10)Konseling kelompok lebih sesuai untuk siswa yang membutuhkan belajar lebih memahami orang lain dan lebih menghargai kepribadian orang lain, bertukar pikiran dan berbagi perasaan dengan orang lain. 11)Dalam konseling kelompok interaksi antar anggota kelompok

merupakan ciri khas dalam konseling kelompok.

12)Konseling kelompok merupakan daerah awal untuk anggota kelompok memasuki konseling individual.

(37)

kelompok memungkinkan anggota kelompok berkomunikasi aktif dengan anggota kelompok lainnya mengenai segala kebutuhan yang terfokus pada pengembangan diri, pencegahan, pengentasan masalah yang dialami oleh setiap anggota kelompok sehingga mampu melatih anggota kelompok untuk dapat mengekspresikan perasaan dan saling terbuka, memberikan perhatian, berbagi pengalaman, belajar untuk meningkatkan kepercayaan diri dengan mengungkapkan saran, ide maupun kritikan gunan membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh anggota kelompok

2.3.5Pemimpin Kelompok

2.3.5.1Karakteristik Pemimpin Kelompok yang Efektif

Pemimpin kelompok (PK) merupakan konselor yang terdidik, terlatih dan berwenang untuk menyelenggarakan praktik konseling secara professional (Prayitno 2004: 4). Dalam konseling kelompok, konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok yang tidak terlalu aktif hanya memberikan pengarahan dalam pemecahan masalah yang sedang dialami oleh salah satu anggota kelompok. Kemudian muncul komunikasi antar pribadi diantara anggota kelompok serta menggali lebih dalam pribadi dari masing – masing anggota kelompok. Pemimpin kelompok dilihat sebagai pribadi dan sebagai professional dalam kelompok (Corey dalam Wibowo 2005: 110).

1. Kepribadian dan karakter

(38)

sendiri, kesadaran diri, kesungguhan atau ketulusan, keaslian, mengerti identitas, keyakinan atau kepercayaan dalam proses kelompok, kegairahan (antusiasme), daya cipta dan kreativitas, daya tahan (stamina).

2. Pemimpin sebagai seorang professional

Syarat pemimpin kelompok akan dilihat dari keterampilan dalam memimpin kelompok, dengan keterampilan akan terlihat keefektifannya sebagai pemimpin, gaya kepemimpinan dan peranannya sebagai pemimpin kelompok. Keterampilan dasar dalam konseling antara lain : aktif mendengar, refleksi, menguraikan dan menjelaskan pertanyaan, meringkas, penjelasan singkat dan pemberian informasi, mendorong dan mendukung, pengaturan nada suara, pemberian model dan menyingkap diri, penggunaan mata (Wibowo 2005: 123).

Adapun karakteristik pemimpin kelompok dalam menjalankan tugas dan kewajiban professional sebagai pemimpin kelompok, antara lain (Prayitno 2004: 5):

1. Mampu membentuk dan mengarahkan kelompok sehingga muncul dinamika kelompok dengan interaksi antar anggota kelompok.

2. Berwawasan luas sehingga mampu menjembatani bahasan dalam aktifitas kelompok.

3. Memiliki kemampuan hubungan antarpersonal.

(39)

kognitif untuk perubahan perilaku; (3) Rangsangan emosional yang meliputi aktifitas, tantangan, pengambilan resiko dan pengungkapan diri; (4) Fungsi eksekutif meliputi pengembangan norma – norma, struktur dan prosedur.

Pemimpin kelompok mampu menempatkan diri antara dua kutup, antara rangsangan emosional dan fungsi eksekutif sehingga dapat membantu perkembangan optimal anggota kelompok. Pemimpin kelompok yang efektif adalah pemimpin yang mampu memahami kekuatan kelompok, mengambil langkah – langkah untuk mengelola kelompok dengan baik atas bantuan anggota kelompok (Kottler dalam Gladding, Samuel T. 2012:318).

2.3.5.2Tugas Pemimpin Kelompok

Pemimpin kelompok memiliki beberapa tugas dalam memimpin kelompok, berikut tugas – tugas pemimpin kelompok menurut Yalom (dalam Wibowo 2005: 107):

1. Membuat dan mempertahankan kelompok

Kelompok dibentuk melaui seleksi yang dilakukan oleh pemimpin kelompok untuk menentukan anggota kelompok, setelah kelompok terbentuk pemimpin kelompok harus memperhatikan hal – hal yang mempengaruhi kohesivitas kelompok. Pemimpin kelompok harus mampu menciptakan sistem social dan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam kelompok.

2. Membentuk budaya dalam kelompok

(40)

3. Membentuk norma – norma dalam kelompok

Norma – norma dalam kelompok dibentuk berdasarkan harapan – harapan anggota kelompok. Pemimpin kelompok menjadi pusat perhatian dari anggota kelompok yang mengharapkan adanya pengarahan.

2.3.5.3Fungsi Pemimpin Kelompok

Menurut Bates (dalam Wibowo 2005: 154) mengemukakan bahwa ada empat fungsi utama pemimpin kelompok, antara lain:

1. Sebagai pengatur lalu lintas

Pemimpin kelompok harus mampu mengatur jalannya konseling kelompok, misalnya dalam memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk mengungkapkan pendapatnya.

2. Sebagai model perilaku yang sesuai

Pemimpin kelompok mampu menjadi teladan atau contoh perilaku yang sesuai dengan norma – norma kehidupan bagi anggota kelompok yang dipimpinnya sehingga tujuan dalam konseling kelompok dapat tercapai.

3. Sebagai katalisator interaksi

Pemimpin kelompok mampu menumbuhkan suasana dinamika kelompok sehingga terjadi interaksi saling membantu untuk memecahkan masalah anggota kelompok yang masalahnya dibahas.

4. Sebagai fasilitator komunikasi

(41)

2.3.5.4Ciri-Ciri Kepemimpinan Kelompok

Ciri – ciri kepemimpinan kelompok sangat berpengaruh terhadap kehidupan kelompok (Prayitno 1995: 37) :

1. Tut Wuri Handayani

Pemimpin kelompok bersifat tut wuri handayani adalah mengikuti kegiatan dengan cermat, ikut serta dalam suasana kelompok dan memberikan bantuan secara tepat sehingga tujuan konseling kelompok dalam mengentaskan masalah anggota kelompok dapat optimal.

2. Mengayomi vs mengawasi

Mengayomi bukan berarti pemimpin berada diatas anggota kelompok melainkan mengutamakan kepentingan anggota kelompok. Pemimpin kelompok mampu masuk dalam suasana kelompok dan menjadi bagian dari kelompok serta mampu menerima segala hal yang disampaikan oleh anggota kelompok.

3. Pemimpin kelompok sebagai tokoh

Pemimpin kelompok sangat berpengaruh terhadap proses, kegiatan, suasana dan keberhasilan kelompok, sebagai pemimpin kelompok harus mampu menjadi contoh yang baik bagi anggota kelompok.

2.3.6Tahapan dalam Layanan Konseling Kelompok

Setiap layanan dalam bimbingan dan konseling terdapat tahap – tahap yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Dalam layanan konseling kelompok ada empat tahapan, yaitu:

a. Tahap Permulaan (Beginning Stage)

(42)

menumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok yang meliputi pemberian penjelasan tentang adanya layanan konseling kelompok bagi anggota kelompok, penjelasan pengertian, tujuan dan kegunaan konseling kelompok (Wibowo 2005: 86). Dalam tahap pengenalan ini, umumnya para anggota saling memperkenalkan diri. Pemimpin kelompok melakukan kesepakatan waktu, seberapa lama konseling kelompok akan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama.

Menurut Corey (dalam Wibowo 2005: 86), terdapat beberapa hal penting yang perlu dibahas konselor untuk mempersiapkan anggota kelompok memasuki kelompok, antara lain :

(1) Pernyataan yang jelas tentang tujuan kelompok

(2) Deskripsi tentang bentuk kelompok, prosedur dan peraturan

– peraturan mainnya

(3) Kecocokan proses kelompok dengan kebutuhan peserta (4) Kesempatan mencari informasi tentang kelompok yang

akan dimasuki, mengajukan pertanyaan dan menjajagi hal hal yangmenarik dalam kegiatan kelompok itu

(5) Pernyataan yang menjelaskan pendidikan, latihan, dan kualifikasi pemimpin kelompok

(6) Informasi biaya yang harus ditanggung peserta dan apakah biaya itu mencakup kegiatan lanjut, disamping juga informasi tentang besarnya kelompok, banyaknya pertemuan, lama pertemuan, arah pertemuan, serta teknik – teknik yang digunakan

(7) Informasi tentang resiko psikologis dalam kegiatan kelompok itu

(8) Pengetahuan tentang keterbatasan kerahasiaan dalam kelompok yaitu pengetahuan tentang keadaan dimana kerahasiaan itu harus dilanggar karena kepentingan bersama dan karena alasan hokum, etis dan professional (9) Penjelasan tentang layanan yang dapat diberikan dalam

kegiatan kelompok itu

(10) Bantuan dari pimpinan kelompok dalam mengembangkan tujuan – tujuan pribadi peserta

(43)

Setelah pembentukan, pemimpin kelompok melakukan hal – hal sebagai berikut (Wibowo 2005: 88) :

1. Perkenalan

Hal pertama yang perlu dilakukan oleh pemimpin kelompok adalah memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada anggota kelompok kemudian pemimpin kelompok meminta masing – masing anggota kelompok untuk memperkenalkan diri. Jika masing – masing anggota kelompok sudah saling mengenal, pemimpin kelompok perlu meningkatkan kualitas hubungan antar anggota kelompok sehingga muncul sikap saling percaya, saling menghargai, saling menghormati, saling menghargai, saling mengerti dan rasa kebersamaan dalam kelompok.

2. Pelibatan Diri

Pemimpin kelompok memunculkan dirinya sebagai seorang pemimpin dalam kelompok yang mengandung penghormatan kepada anggota kelompok, ketulusan hati, kehangatan dan empati. Pemimpin kelompok mampu memunculkan keterlibatan anggota kelompok dalam suasana kelompok yang diharapkan dan mampu mebangkitkan minat, kebutuhan dan rasa berkepentingan anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok.

3. Agenda

(44)

pendek, aagenda jangka panjang yaitu tujuan yang hendak dicapai anggota kelompok setelah kelompo selesai. Agenda jangka pendek yaitu agenda untuk pertemuan hari itu juga.

4. Norma Kelompok

Norma kelompok pertama kali yang sangat penting adalah kerahasiaan. Rochman Natawidjaya (dalam Wibowo 2005:89) mengemukakan bahwa kerahasian merupakan persoalan pokok yang paling penting dalam konseling kelompok. Selain itu kehadiran dan absensi merupakan hal yang sangat penting, diharapkan setiap anggota kelompok memberikan informasi atas ketidakhadirannya dalam kelompok.

5. Penggalian Ide dan Perasaan

Dalam pertemuan ini perlu digali lebih dalam terkait ide – ide dan perasaan yang muncul sehingga perasaan yang mengganjal dapat terungkap sebelum dilanjutkan pada tahap berikutnya. Pertemuan awal dapat digunakan sebagai prediksi tentang komitmen dari masing – masing anggota kelompok.

b. Tahap Transisi (Transition Stage)

(45)

Di tahap ini dimungkinkan anggota kelompok akan menolak untuk mengekspresikan perasaan negatifnya karena belum terjadi saling hubungan satu sama lain dan mungkin juga membentuk suatu kelompok lain yang disebut sub-kelompok. Hal ini terjadi karena adanya reaksi negatif sehingga angota membuat kesepakatan di luar kelompok dan mereka akan pasif dalam pertemuan kelompok yang sedang di bangun. Tugas konselor atau pemimpin kelompok adalah membentu anggota kelompok mengenal dan mengatasi halangan, kegelisahan, keengganan, sikap mempertahankan diri dan tidak sabar (Gladding dalam Wibowo 2005: 94).

Masa ini merupakan masa produktif bagi anggota kelompok untuk memperbaiki sosialisasinya di masa lalu yang tidak produktif, membuat pengalaman – pengalaman yang baru dan menetapkan tempatnya dalam kelompok (Wibowo 2005:94). Dalam hal ini sangat diperlukan kepekaan pemimpin kelompok untuk mengelola kelompok dan mengenali suasana kelompok, misalnya kepekaan waktu dalam memberikan intervensi yang disertai dengan adanya pengamatan yang akurat.

c. Tahap Kegiatan (Working Stage)

(46)

mengungkapkan diri serta masalah pribadinya. Kelompok benar – benar diarahkan untuk pencapaian tujuan yaitu memecahkan masalah anggota kelompok yang masalahnya dibahas.

Hal yang menjadi perhatian khusus dalam konseling kelompok adalah sifat isi dari pembicaraan. Sebagaimana dalam konseling perorangan, konseling kelompok menghendaki agar anggota kelompok mampu mengungkapkan keadaan diri masing – masing secara terbuka. Sikap pemimpin kelompok dan anggota kelompok serta suasana kelompok harus sejalan dengan asas kerahasiaan, sehingga muncul kepercayaan bagi anggota kelompok untuk mengungkapkan hal apa yang menjadi masalah dalam dirinya dan sedang dialami sekarang.

Santoso (2004: 5) mengemukakan bahwa dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lainnya. Dinamika kelompok bermanfaat untuk mencapai tujuan konseling kelompok, dengan dinamika kelompok mampu menciptakan hubungan interpersonal antar anggota kelompok. Dinamika kelompok pada dasarnya sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas hubungan antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan kelompok (Wibowo 2005: 62).

Faktor – faktor dalam dinamika kelompok yang erat kaitannya dengan konseling kelompok yaitu (Wibowo 2005: 65) :

a) Pembinaan harapan

(47)

kepercayaan akan keberhasilan maka akan semakin tinggi pula perubahan yang akan terjadi, dalam hal ini perubahan yang positif.

b) Universalitas

Kesamaan masalah dan penerimaan yang penuh dari seluruh anggota kelompok disertai dengan penerimaan secara emosional disebut universalitas. Perasaan senasib yang dialami akan menumbuhkan rasa satu dan akan meningkatkan kepercayaan terhadap kelompok.

c) Pemberian informasi

Pemberian informasi dalam kelompok bersifat dikdaktis yang dapat diberikan oleh professional maupun anggota kelompok. Instruksi didaktis dapat digunakan untuk emberikan informasi, menyusun kelompok, dan membentuk norma.

d) Altruisme

Altruisme adalah rasa ingin membantu. Altruisme mendorong individu untuk lebih menghargai dirinya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain. Dalam konseling kelompok hubungan antar anggota kelompok akan menimbulkan rasa untuk saling membantu.

e) Pengulangan korektif keluarga awal

(48)

d. Tahap Pengakhiran (Termination Stage)

Kegiatan dalam suatu kelompok tidak dapat berlangsung terus-menerus tanpa berhenti. Setelah tahap ketiga di mana kegiatan kelompok memuncak, kegiatan kelompok tersebut kemudian menurun, dan selanjutnya kelompok mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap tepat. Secara umum dikatakan bahwa pengakhiran kegiatan konseling kelompok tepat dilakukan pada saat tujuan individual anggota kelompok dan tujuan kelompok telah dicapai dan perilaku baru dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari – hari diluar kelompok (Wibowo 2005: 99).

Peranan pemimpin kelompok di sini adalah memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu, khususnya terhadap keikutsertaan secara aktif para anggota dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing anggota kelompok. Terkadang dalam suatu kelompok tertentu ada anggota kelompok yang keluar atau berhenti mengikuti kegiatan kelompok sebelum kelompok tersebut secara keseluruhan menghentikan kegiatan. Anggota-anggota yang berhenti sebelum waktunya, dapat menghentikan berhasilnya kelompok. Dalam hal ini, pemimpin kelompok perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali (sejak awal) anggota-anggota yang nantinya akan berhenti sebelum waktunya.

(49)

agar menjadikan kelompoknya lebih menarik dan lebih bermanfaat bagi anggota kelompok. Pada akhir kegiatan hendaknya para anggota kelompok merasa telah memetik suatu hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok tersebut.

Sedangkan menurut Winkel (2006: 614) mengemukakan bahwa ada lima fase dalam layanan konseling kelompok, antara lain : (1) Pembukaan, dalam kegiatan pembukaan ini adalah membangun hubungan pribadi konselor dengan anggota kelompok; (2) Penjelasan masalah, dalam kegiatan ini pemimpin kelompok menerima ungkapan masing – masing anggota kelompok, menunjukkan penghayatan dan membantu mengungkapkan diri secara memadai; (3) Penggalian latar belakang masalah, dalam kegiatan ini pemimpin kelompok membantu mengungkakan latar belakang masalah yang dihadapi anggota kelompok; (4) Penyelesaian masalah,dalam kegiatan ini pemimpin kelompok membantu anggota kelompok dalam menentukan cara penyesuaian yang tepat; (5) Penutup, dalam kegiatan ini pemimpin kelompok mengakhiri proses layanan konseling kelompok.

Tahap tahap pelaksanaan layanan konseling kelompok diatas didukung oleh Prayitno (1995: 40) yang mengemukakan bahwa tahap layanan konseling kelompok sebagai berikut :

a. Tahap awal (Pembentukan)

(50)

Menampilakan diri secara utuh dan terbuka; (2) Menampilkan penghormatan kepada orang lain , hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati; (3) Bertindak sebagai contoh.

Rekrutmen anggota kelompok dilakukan dengan pengumpulan individu berdasarkan (Prayitno 2004: 16) :

1)Satu kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok. 2)Kelas – kelas yang berbeda dijadikan satu kelompok.

3)Lokasi dan kondisi yang berbeda dikumpulkan menjadi satu kelompok. b. Tahap kedua (Peralihan)

Dalam tahap ini, terjadi awal pembentukan suatu hubungan sosial yang dicirikan dengan adanya tanggapan yang negatif dan kritikan dari anggota baik terhadap semua anggota maupun terhadap pemimpin kelompok. Di tahap ini dimungkinkan anggota kelompok akan menolak untuk mengekspresikan perasaan negatifnya karena belum terjadi saling hubungan satu sama lain dan mungkin juga membentuk suatu kelompok lain yang disebut sub-kelompok. Hal ini terjadi karena adanya reaksi negatif sehingga angota membuat kesepakatan di luar kelompok dan mereka akan pasif dalam pertemuan kelompok yang sedang di bangun.

(51)

c. Tahap ketiga (Kegiatan)

Tahap ketiga merupakan tahap kegiatan atau ini dalam kegiatan layanan konseling kelompok sehingga aspek isi yang menjadi pengiringnya cukup banyak. Hal yang menjadi perhatian khusus dalam konseling kelompok adalah sifat isi dari pembicaraan. Sebagaimana dalam konseling perorangan, konseling kelompok menghendaki agar anggota kelompok mampu mengungkapkan keadaan diri masing – masing secara terbuka. Sikap pemimpin kelompok dan anggota kelompok serta suasana kelompok harus sejalan dengan asas kerahasiaan, sehingga muncul kepercayaan bagi anggota kelompok untuk mengungkapkan hal apa yang menjadi masalah dalam dirinya dan sedang dialami sekarang.

Anggota kelompok berperan aktif dalam proses konseling dalam menyampaikan pendapatnya tentang solusi suatu masalah yang dibahas dalam kelompok. Prayitno (1995: 32) menyebutkan bahwa ada beberapa peranan anggota kelompok dalam menumbuhkan dinamika kelompok, antara lain :

1) Membantu terbinanya suasana keakraban dalam kelompok antar anggota kelompok.

2) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.

3) Berusaha agar yang dilakukannya untuk mencapai tujuan bersama. 4) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya

dengan baik.

(52)

6) Mampu berkomunikasi secara terbuka.

7) Berusaha membantu anggota kelompok lain untuk mengentaskan masalah yang sedang dihadapi.

8) Memberi kesempatan kepada anggota kelompok untuk mengungkapkan pendapat.

9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.

Peranan pemimpin kelompok pada tahap ini yaitu : (1) Sebagai pengatur lalu lintas atas jalannya kegiatan secara sabar dan terbuka; (2) Aktif tetapi tidak banyak cerita; (3) Memberikan dorongan serta penguatan dengan penuh empati.

d. Tahap keempat (Pengakhiran)

Kegiatan dalam suatu kelompok tidak dapat berlangsung terus-menerus tanpa berhenti. Setelah tahap ketiga di mana kegiatan kelompok memuncak, kegiatan kelompok tersebut kemudian menurun, dan selanjutnya kelompok mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap tepat. Peranan pemimpin kelompok di sini adalah memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu, khususnya terhadap keikutsertaan secara aktif para anggota dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing anggota kelompok.

(53)

mengenali (sejak awal) anggota-anggota yang nantinya akan berhenti sebelum waktunya.

Pemimpin kelompok memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil – hasil yang telah dicapai oleh anggota kelompok khususnya keikutsertaan secara aktif anggota kelompok dan hasil – hasil yang telah dicapai masing – masing anggota kelompok. Dapat dikatakan bahwa pemimpin kelompok dituntut agar menjadikan kelompoknya lebih menarik dan lebih bermanfaat bagi anggota kelompok. Pada akhir kegiatan hendaknya para anggota kelompok merasa telah memetik suatu hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok tersebut.

(54)

2.4

Implementasi Layanan Konseling Kelompok di Sekolah

Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing – masing anggota kelompok. Dalam Persiapan dan pelaksanaan layanan konseling kelompok terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan meliputi perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan meliputi (a) persiapan pelaksanaan; (b) pelaksanaan tahap kegiatan, evaluasi kegiatan, analisis dan tindak lanjut (Prayitno 1995: 76).

(1) Perencanaan

Layanan konseling kelompok dapat terlaksana berdasarkan tahap perencanaan yang matang. Perencanaan kegiatan layanan konseling kelompok,meliputi :

a. Materi layanan

Materi layanan dalam layanan konseling kelompok menyesuaikan dengan permasalahan anggota kelompok.

b. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok

Hal – hal yang sudah menjadi fokus utama dalam proses pemberian layanan dan menyesuaikan dengan kebutuhan serta permasalahan dari anggota kelompok yang masalahnya sedang dibahas.

c. Sasaran kegiatan yaitu kelompok yang dimaksud

(55)

Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan dinamika kelompok dan komunikasi yang efektif dalam kelompok.

d. Bahan atau sumber tertentu yang dipersiapkan oleh konselor

Materi layanan adalah suatu bahan pemberian layanan yang diambil dari sumber – sumber yang dapat dipercaya, misalnya dari buku – buku yang merupakan hasil dari penelitian.

e. Rencana penilaian

Perencanaan penilaian dilakukan dengan melihat aspek – aspek pelaksanaan layanan konseling kelompok, misal dari keaktifan anggota kelompok, dinamika kelompok yang muncul, dll.

f. Waktu dan tempat

Perencanaan waktu dan tempat harus dipersiapkan dengan baik, untuk waktu pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi konselor dan peserta atas kesepakan bersama sedangkan untuk tempat layanan konseling kelompok disediakan ruangan khusus yang kedap suara sehingga permasalahan yang sedang dibahas dalam kelompok tidak terdengar dari luar.

(2) Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan pelaksanaan dan pelaksanaan tahapan kegiatan layanan konseling kelompok.

a. Persiapan pelaksanaan

Persiapan pelaksanaan layanan konseling kelompok meliputi : a) Persiapan Menyeluruh

(56)

Persiapan fisik dilakukan untuk menyiapkan hal – hal yang menjadi kelengkapan layanan konseling kelompok, seperti halnya penataan tata ruang untuk layanan konseling kelompok.

2. Persiapan bahan atau sumber bahan tertentu

Persiapan bahan pemberian layanan konseling kelompok menyesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan peserta.

3. Persiapan keterampilan

Persiapan keterampilan dilakukan untuk memberikan tanggapan yang tepat dalam proses pemberian layanan konseling kelompok.

4. Persiapan administrasi meliputi daftar hadir, janji kerahasiaan,dll. Persiapan administrasi sangat diperlukan untuk kelangsungan proses pemberian layanan sehingga dapat berjalan dengan lancar dan efektif

b) Persiapan keterampilan

Persiapan dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok diharapkan konselor mampu menerapkan teknik sebagai berikut :

1. Teknik umum :

1) “Tiga M” yaitu mendengarkan dengan baik, memahami secara utuh dan memberikan respon secara tepat dan positif

2) Dorongan minimal 3) Penguatan

4) keruntutan

(57)

Konselor dituntut untuk mampu mengenali keadaan seluruh peserta sehingga proses layanan konseling kelompok tidak hanya terfokus pada satu peserta.

2) Mengungkapkan perasaan sendiri

Konselor mampu menyampaikan pendapat dengan jelas dan bisa dipahami oleh seluruh peserta sehingga proses pemberian layanan dapat berjalan dengan efektif.

3) Merefleksikan

Konselor mampu merasakan permasalahan yang sedang dibahas dalam kelompok dan mampu membawa diri seperti masalah yang sedang dibahas.

3. Keterampilan memberikan pengarahan : 1) Memberikan informasi

2) Memberikan nasehat

3) Bertanya secara langsung dan terbuka 4) Memperngaruhi dan mengajak

5) Menggunakan contoh pribadi 6) Memberikan penafsiran 7) Mengkonfrontasikan 8) Mengupas masalah 9) Menyimpulkan c) Asas Kerahasiaan

(58)

tidak layak diketahui orang lain. Asas kerahasiaan merupakan kunci dalam konseling kelompok agar pemimpin kelompok mendapat kepercayaan dari anggota kelompok.

b. Pelaksanaan tahapan kegiatan

Pelaksanaan tahapan dalam layanan konseling kelompok adalah sebagai berikut : (a) Tahap permulaan, tahap ini merupakan tahap pengenalan , perlibatan diri atau memasukkan diri dalam suasana kelompok; (b) Tahap transisi, dalam tahap ini pemimpin kelompok dituntut untuk memunculkan dinamika kelompok yaitu menumbuhkembangkan hubungan antar anggota kelompok; (3) Tahap kegiatan, tahap ini merupakan tahap inti dari proses kegiatan layanan konseling kelompok yaitu mengentasakan permasalahan anggota kelompok yang masalahnya dibahas; (4) Tahap pengakhiran, dalam tahap ini pemimpin kelompok mengakhiri kegiatan konseling kelompok yang diawali dengan pengungkapan pesan dan kesan dari tiap anggota kelompok selama kegiatan berlangsung.

(3) Evaluasi

(59)

Penilaian terhadap layanan konseling kelompok lebih bersifat penilaian dalam proses yang dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan berlangsung.

2. Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas.

3. Mengungkapkan manfaat layanan dan hasil dari keikutsertaan dalam kelompok.

4. Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kegiatan lanjutan. 5. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana pelaksanaan kegiatan. (4) Analisis

Dari hasil evaluasi atau penilaian perlu dilakukan analisis lebih mendalam untuk mengetahui kemajuan anggota kelompok dan pelaksanaan kegiatan layanan konseling kelompok. Konselor sebagai pemimpin kelompok perlu meninjau kembali secara cermat tentang jalannya dinamika kelompok, peranan dan aktivitas sebagai peserta, homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok, kedalam dan keluasan pembahasan, kemungkian keterlaksanaan alternatif pemecahan masalah yang muncul dalam kelompok, dampak pemakaian teknik oleh pemimpin kelompok dan keyakinan pemakaian teknik baru, masalah waktu, tempat, bahan acuan, narasumber dan sebagainya.

(5) Tindak Lanjut

(60)
(61)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah yang harus ditempuh dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan teknik apa dan prosedurnya bagaimana suatu penelitian itu dilakukan. Peneliti harus memahami dan menguasai metode penelitian agar hasil dari penelitian tidak diragukan. Hal terpenting yang perlu diperhatikan bagi peneliti adalah penggunaan metode yang sesuai dengan obyek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Metode penelitian yang digunakan harus tepat sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam metode penelitian ditetapkan langkah – langkah untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menganalisis data dan menyimpulkan. Langkah – langkah yang digunakan adalah mene

Gambar

Gambar 3.1  Bagan Prosedur Penyusunan Instrumen .......................................
Tabel 3.1 SMPN se-Kabupaten Pati
Sampel Penelitian di SMPN se Tabel 3.2 – Kabupaten Pati
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penyusunan Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah kondisi kelas VB SD I Surya Buana selama pembelajaran Tema 3 dan Tema 4 bermuatan budaya DIY, bagaimana interaksi guru dengan siswa

Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, yang harus dipelajari untuk dapat mempermudah kehidupan manusia, sehingga ketika seseorang memanfaatkan

Kota Banjarmasin yang dikenal sebagai Kota Seribu Sungai terletak di bagian hilir Sungai Martapura yang bermuara di Sungai Barito secara administrasi pemerintahan

1) Bahan pelarut Tet ra Hidro Furon (THF), Terpent in,Trichlor Et hylen (TCE) dapat digunakan sebagai bahan pelarut pada proses ekst raksi Asbut on dengan t em perat

Bank Rakyat Indonesia (persero) dengan lembaga penjamin PKS Induk No:B.556- DIR/ADK/08/2015 dan NO : PKS/KUR/ASK/09/VIII/2015 13 Agustus 2015, yaitu yang berbunyi para pihak

Dalam pembuatan website ini menggunakan aplikasi Dreamweaver 8 sebagai web editor yang berguna untuk mendesain dan mengelola halaman web dan PhpTriad sebagai paket terpadu

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Rock n Roll Haircutting and Make Over menyadari bahwa memuaskan pelanggan dan membuat pelanggan tetap memakai jasa yang ditawarkan Rock n Roll Hair Cutting and Make Over