• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Data mengenai pengelolaan sarana dan prasrana olahraga meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pendistribusian dan pemanfaatan, pemeliharaan, dan penghapusan, yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumen. Berikut akan disajikan pembahasan hasil penelitian yang akan digunakan untuk menjawab rumusan masalah seperti apa yang telah dikemukakan pada bab I. Pengelolaan sarana dan prasarana olahraga di SMP Negeri 3 Sleman dimulai dari kegiatan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana olahraga di SMP Negeri 3 Sleman dilakukan bersama dengan perencanaan sarana dan prasarana pendidikan secara keseluruhan, kegiatan dalam perencanaan kebutuhan yang dilakukan oleh sekolah yaitu dengan melakukan rapat perencanaan kebutuhan, analisis kebutuhan, penentuan skala prioritas pengadaan, pendataan semua terhadap sarana dan prasarana yang ada, penyeleksian terhadap alat-alat yang masih dapat dimanfaatkan, penunjukan panitia pengadaan, dan pelaksanaan pengadaan. Menurut A.L. Hartani (2011: 143), manajemen perencanaan dan pengadaan kebutuhan semua jenis sarana dan prasarana pendidikan melalui tahapan berikut:

a. Mengadakan analisis terhadap materi pelajaran mana yang membutuhkan alat atau media dalam penyampaiannya. Dari analisis materi ini dapat di daftar alat-alat/media apa yang dibutuhkan. Langkah ini dilakukan oleh guru bidang studi.

105

b. Apabila kebutuhan yang diajukan oleh guru ternyata melampaui

kemampuan daya beli atau daya pembuatan, maka harus diadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap alat yang mendesak pengadaannya. Kebutuhan lain dapat terpenuhi pada kesempatan lain. c. Mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah ada. Alat

yang sudah ada ini perlu dilihat kembali, lalu mengadakan inventarisasi ulang. Alat yang perlu diperbaiki atau diubah disendirikan untuk di serahkan kepada orang yang dapat memperbaiki.

d. Mengadakan seleksi terhadap alat pelajaran/media yang masih dapat dimanfaatkan, baik dengan reparasi atau modifikasi maupun tidak. e. Mencari dana apabila belum ada.

f. Menunjuk bagian pengadaan sarana dan prasarana untuk melaksanakan pengadaan alat.

Pada proses perencanaan ini sekolah mengawalinya dengan rapat perencanaan yang dilaksanakan pada awal tahun pelajaran baru, tepatnya sebelum tahun pelajaran baru tersebut dimulai atau pada saat liburan sekolah. Rapat perencanaan ini diikuti oleh Kepala sekolah, bendahara sekolah, bagian sarana dan guru yang membutuhkan sarana maupun prasarana pendidikan. Pada rapat perencanaan ini para guru dipersilakan untuk mengajukan apa yang menjadi kebutuhan guru untuk mendukung pembelajaran, akan tetapi sebelum diadakan rapat perencanaan dilaksanakan para guru-guru yang membutuhkan sarana maupun prasarana pendidikan sudah menentukan kebutuhannya masing-masing, yang kemudian kebutuhan tersebut disampaikan dan didiskusikan kepada pihak sekolah dan guru-guru yang mengikuti rapat tersebut. Setelah masuk tahun pelajaran baru hasil rapat kebutuhan tersebut diajukan kepada Wakasek Sarana, kemudian daftar kebutuhan tersebut diprogramkan oleh bagian sarana, dan diseleksi oleh bendahara sekolah dan kepala sekolah mana prioritas yang sangat dibutuhkan, yang disesuaikan dengan anggaran dana. Pentingnya rapat perencanaan yang harus dilakukan dengan matang yaitu dengan adanya rapat

106

perencanaan maka pihak sekolah akan mengetahui apa saja yang akan diadakan melalui keputusan bersama, dan dapat mengetahui aspirasi dari setiap guru-guru. Adapun prosedur pengajuan kebutuhan sarana dan prasarana olahraga yaitu pengelola dan guru PJOK mengisi draf permintaan atau membuat catatan-catatan kecil kepada wakasek sarana. Kemudian wakasek sarana memprogramkan, yang selanjutnya diserahkan kepada bendahara dan kepala sekolah untuk diseleksi berdasarkan tingkat kepentingan dan anggaran yang tersedia.

Analisis kebutuhan sarana dan prasarana olahraga diserahkan kepada pengelola dan guru PJOK untuk memberikan masukan-masukan dan mengidentifikasi kebutuhan apa saja yang guru perlukan untuk menunjang kebutuhan pembelajaran penjasorkes serta untuk latihan kelas khusus olahraga. Pengelola dan guru PJOK menentukannya dengan melihat kebutuhan yang disesuaikan dengan kebutuhan KKO unggulan, kecabangan, dan pelajaran penjasorkes, serta minimal sekolah mempunyai alat-alat olahraga yang standar dalam kurikulum penjasorkes. Analisis kebutuhan untuk prasarana lapangan olahraga dilihat dari segi kebutuhan juga. Sebagai contoh yang telah dipaparkan oleh salah satu informan, yaitu sekolah kekurangan lapangan sepakbola, sedangkan KKO unggulan sekolah salah satunya adalah sepakbola dan sepakbola tersebut ada di dalam pelajaran penjasorkes, maka sekolah harus mempunyai lapangan sepakbola. Artinya lapangan sepakbola tersebut memang benar-benar dibutuhkan oleh KKO maupun untuk pelajaran penjasorkes untuk latihan sepakbola. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Harsuki (2013: 200) bahwa prinsip dan garis besar untuk perencanaan fasilitas olahraga adalah fasilitas

107

olahraga harus dirancang terutama bagi peserta didik dan kelompok pengguna, dan fasilitas olahraga harus dirancang untuk penggunaan secara bersama dengan mempertimbangkan pola dan arah secara potensial.

Penentuan skala prioritas pengadaan sarana dan prasarana olahraga ditentukan oleh kebutuhan yang sangat mendesak dan ditentukan oleh dana yang tersedia. Keadaan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ary H. Gunawan (1996: 117) bahwa perencanaan yang baik dan teliti akan berdasarkan analisis kebutuhan, dan penentuan skala prioritas bagi kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan urutan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya untuk dilaksanakan yang sesuai dengan tersedianya dana dan tingkat kepentingannya. Penentuan skala prioritas sarana/alat-alat olahraga dilihat dari anggaran dana yang tersedia, dan melihat keadaan fisik dari alat-alat olahraga tersebut, yaitu dilihat apakah alat-alat olahraga tersebut masih bisa diperbaiki atau tidak. Apabila masih dapat diperbaiki maka belum dilakukan pengadaan, akan tetapi apabila tidak dapat diperbaiki maka dilaksanakan pengadaan. Penentuan skala prioritas pengadaan prasarana lapangan olahraga dilihat dari anggaran dana yang tersedia juga serta melihat kepentingan prasarana tersebut terhadap pembelajaran penjasorkes dan untuk latihan KKO. Penyeleksian penentuan skala prioritas pengadaan tersebut dilakukan oleh bendahara sekolah dan kepala sekolah. Dengan cara menyesuaikan anggaran dana yang tersedia, dan berdasarkan kebutuhan yang mendesak.

108

Pendataan semua sarana dan prasarana olahraga dilaksanakan sebelum awal tahun pelajaran baru berjalan, pendataan ini dilakukan oleh pengelola dan guru PJOK. Akan tetapi pendataan ini tidak pasti pada sebelum awal tahun pelajaran baru berjalan dilaksanakan pendataan, karena pendataan ini tergantung dengan pengelola dan guru PJOK kapan akan melaksanakan pendataan tersebut. Tujuan dilakukannya pendataan semua sarana dan prasarana olahraga ini adalah untuk mengetahui keberadaan sarana dan prasarana olahraga yang telah diadakan tahun-tahun sebelumnya apakah keberadannya masih ada atau tidak, dan untuk mengetahui keadaan sarana dan prasarana olahraga yang ada apakah ada yang perlu diperbaiki dan apa yang perlu diadakan dalam perencanaan pengadaan.

Penyeleksian terhadap sarana/alat-alat olahraga yang masih dapat dimanfaatkan baik dengan cara memperbaiki maupun dengan pengadaan kembali. Prosedur penyeleksian alat-alat olahraga yang masih dapat dimanfaatkan dilihat dari kelayakan alat-alat olahraga. Apabila alat-alat olahraga masih layak digunakan, nanum harus diperbaiki, maka alat-alat olahraga tersebut belum perlu diadakan untuk saat itu, akan tetapi diperbaiki terlebih dahulu. Misalnya bola bocor apabila masih bisa diservis tambal, maka bola tersebut masih bisa dimanfaatkan. Penyeleksian prasarana lapangan olahraga yang masih dapat dimanfaatkan tidak ada kriteria layak atau tidak layak digunakan, dikarenakan sekolah memang kekurangan lapangan. Contohnya lapangan bulutangkis sekolah yang lantainya sudah rusak masih tetap digunakan. Penyeleksian terhadap sarana dan prasarana olahraga ini dilakukan juga dapat

109

mengurangi beban pengadaan, apabila dengan mereparasi atau servis tentu dana yang dikeluarkan akan lebih murah dari pada harus mengadakan yang baru.

Penunjukan panitia pengadaan sarana dan prasarana olahraga bersamaan dengan panitia pengadaan sarana dan prasarana pendidikan secara keseluruhan, yang terlibat dalam panitia pengadaan sarana dan prasarana olahraga adalah Kepala sekolah, bendahara sekolah, bagian sarana dan guru PJOK. Fungsi dari penunjukan anggota dalam kepanitiaan sesuai dengan bidangnya akan tampak pada proses ini yaitu, guru PJOK akan membantu panitia pengadaan yang lain dalam melakukan pengecekan dan mencoba alat-alat olahraga yang akan diadakan supaya sesuai dengan kebutuhan yang sedang diperlukan.

2. Pengadaan

Pengadaan sarana dan prasarana olahraga yang dilakukan dengan cara pembelian langsung dan menerima bantuan dari pemerintah berupa berbagai macam alat-alat olahraga seperti, bola sepak, bola voli, bola basket, matras senam lantai, meja pingpong, dan lain sebagainya. Pengadaan yang dilakukan dengan cara meminjam dan menyewa adalah berupa lapangan olahraga, yaitu lapangan sepakbola menyewa lapangan Pendowoharjo, serta meminjam lapangan Denggung dan lapangan Pemda Sleman. Terkait dengan sumber dana pengadaan sarana dan prasarana olahraga berasal dari dana BOS yang dirancang dalam anggaran sekolah. Dana tersebut digunakan untuk operasional pembelajaran penjasorkes dan KKO. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Eka Prihatin (2011: 59) bahwa cara-cara pengadaan yaitu:

110

Untuk pengadaan tanah bisa dilakukan dengan cara membeli, menerima hibah, menerima hak pakai, menukar dan sebagainya. Dalam pengadaan gedung/bangunan dapat dilakukan dengan cara membangun baru, membeli, menyewa, menerima hibah dan menukar bangunan. Untuk pengadaan perlengkapan atau perabot dapat dilakukan dengan jalan membeli. Perabot yang akan dibeli dapat berbentuk yang sudah jadi, atau yang belum jadi. Dalam pengadaan perlengkapan ini juga dapat dilakukan dengan jalan membuat sendiri atau menerima bantuan dari instansi pemerintah, badan-badan swasta, masyarakat, perorangan, dan sebagainya.

3. Penyimpanan

Tempat penyimpanan alat-alat olahraga yang dimiliki oleh sekolah sudah cukup untuk menyinpan semua alat-alat olahraga yaitu berada dalam satu ruangan khusus untuk menyimpan alat-alat olahraga. Sistem penyimpanan alat-alat olahraga belum semuanya tertata dengan rapi seperti alat-alat olahraga yang rutin digunakan yaitu, bola-bola yang sudah dikumpulkan dalam jaring-jaring seharusnya digantung pada paku-paku yang telah disediakan pada dinding-dinding. Tape recorder masih ditaruh di sembarang tempat di lantai yang seharusnya ditaruh pada meja atau lemari. Kostum-kostum yang ada di loker belum dilipat dengan rapi. Tempat penyimpanan yang sudah tertata terdiri atas lemari untuk menyimpan persediaan berbagai macam bola dan raket bulutangkis, loker-loker digunakan untuk menyimpan berbagai macam kostum, seperti kostum sepakbola, kostum bola voli dan nomor dada. Rak-rak digunakan untuk menyimpan alat-alat drumb band yang sudah rusak, lemari kaca digunakan untuk menyimpan kostum drumb band, dan bola-bola yang sudah rusak sudah dikumpulkan dan disendirikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abror Hisyam (1991: 31-35) bahwa cara menyimpan dan mengatur sarana olahraga seperti pakaian yaitu semua pakaian dilipat rapi atau dibungkus dan disimpan

111

dalam peti atau kotak yang tertutup, sedangkan sarana olahraga yang disimpan di rak yaitu sarana olahraga bahan kulit, pelindung kaki, perisai, sarung tangan, dan barang-barang lain disimpan di rak, digantung disimpan ditempat yang tingkat keringnya cukup rata.

Untuk mempermudah pengawasan dalam penyimpanan alat-alat yang ada di tempat penyimpanan, dan supaya lebih tertatanya juga alat-alat yang ada, maka sekolah memberikan daftar alat yang disimpan pada setiap tempat penyimpanan. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (1987: 40) menjelaskan bahwa penyimpanan akan lebih mudah dilakukan apabila pada setiap rak atau setiap lemari ditempeli daftar alat atau bahan yang diletakkan disitu. Pemberian daftar alat yang disimpan ini memudahkan dalalm pencarian dan pengaturan kembali alat-alat olahraga yang telah digunakan, sehingga alat-alat olahraga tetap tertata dengan baik. Sebagai langkah lain dari pemberian kode tempat sebaiknya juga ada pemberian kode alat. Pemberian kode pada alat pelajaran dimaksudkakn untuk mempermudah pencacahan kembali setelah alat-alat tersebut digunakan. Sistem pelayanan penyimpanan dalam hal peminjaman sarana dan prasarana olahraga menggunakan sistem tertutup, yaitu apabila siswa dan guru PJOK akan menggunakan alat-alat olahraga harus izin secara lisan dengan pengelola. Peminjaman lapangan menyesuaikan jadwal pelajaran penjasorkes. Dengan menggunakan sistem tersebut, akan mempermudah dalam pengawasan sarana dan prasarana yang dikeluarkan dari tempat penyimpanan.

112

Adapun kendala yang dihadapi pengelola dalam kegiatan penyimpanan yaitu tidak tertatanya alat-alat olahraga, karena terlalu banyaknya alat-alat olahraga, dan tidak adanya personel khusus yang membereskan tempat penyimpanan. Solusi yang diterapkan oleh pengelola dalam menghadapi kendala tersebut yaitu memanfaatkan tenaga yang ada yaitu pengelola sendiri dan dibantu oleh guru PJOK apabila setelah mengajar, pengelola dan guru PJOK membereskan alat-alat yang telah digunakan supaya kembali dalam keadaan siap pakai.

4. Inventarisasi

Pencatatan semua sarana dan prasarana olahraga di SMP Negeri 3 Sleman dalam bentuk daftar inventarisasi sarana dan prasarana olahraga. Sebagaimana yang diungkapkan oleh B. Suryosubroto (2004: 116) bahwa dalam pengurusan dan pencatatan barang disediakan instrumen administrasi berupa: (a) buku inventaris, (b) buku pembelian, (c) buku penghapusan, dan (d) kartu barang. Inventarisasi sarana dan prasarana olahraga di SMP Negeri 3 Sleman sudah memiliki daftar inventarisasi tersendiri dengan format yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu memuat informasi: identitas sekolah, nomor, nama sarana dan prasarana, jumlah, kondisi, dan keterangan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (1987: 48) dalam buku inventaris perlu dibuat kolom-kolom yang mencatat hal-hal berikut: nomor urut, nama alat pelajaran/bahan pelajaran, ukuran, jumlah, jumlah sekarang, dan keterangan. Kegiatan inventarisasi terhadap sarana dan prasarana olahraga dilakukan oleh pengelola dan guru PJOK. Kegiatannya dilaksanakan pada awal tahun pelajaran baru dan inventarisasi

113

sarana dan prasarana olahraga setiap tahunnya di up-date dikarenakan setiap tahunnya terdapat alat-alat olahraga yang baru. Namun, saat peneliti melakukan wawancara dengan pengelola sarana dan prasarana olahraga belum dilakukan inventarisasi semuanya alat-alat olahraga dikarenakan sekolah pada bulan Januari 2015 sekolah baru mendapat bantuan dari Dikpora Sleman, yaitu berupa alat-alat olahraga.

Berdasarkan pencermatan dokumen yang dilakukan oleh peneliti bahwa prosedur pencatatan sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan oleh sekolah (tata usaha) yaitu ada barang baru lalu dicatat ke dalam buku penerimaan, lalu dikelompokkan dalam: (1) barang inventaris (dicatat ke dalam buku induk inventaris dan buku golongan inventaris; dan (2) barang bukan inventaris (dicatat dalam buku induk bukan inventaris dan kartu stok barang). Prosedur pencatatan sarana olahraga yang dilakukan oleh pengelola sarana dan prasarana olahraga dan guru PJOK yaitu begitu alat-alat datang dari pengadaan setelah melalui pencatatan oleh sekolah (tata usaha), maka alat-alat tersebut langsung didata ke buku inventaris sarana dan prasarana olahraga. Pencatatan sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan oleh sekolah senada dengan yang diungkapkan oleh Ibrahim Bafadal (2004: 57-61) bahwa kegiatan pencataan sarana prasarana pendidikan yaitu,

Barang-barang perlengkapan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu barang inventaris dan barang bukan inventaris. Baik barang inventaris mauoun barang bukan inventaris yang diterima sekolah harus dicatat di dalam buku penerimaan. Setelah itu, khusus barang-barang inventaris dicatat di dalam buku induk inventaris dan buku golongan inventaris. Khusus barang-barang bukan inventaris dicatat dalam buku induk bukan inventaris dan kartu stok barang.

114

Inventarisasi dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan pengurusan dan pengawasan yang efektif terhadap barang-barang milik negara (atau swasta). Inventarisasi ini juga memberikan masukan yang berguna bagi efektivitas pengelolaan sarana dan prasarana, yaitu dapat memberikan informasi dalam menentukan perencanaan kebutuhan, pemeliharaan, dan penghapusan. Adapun kendala yang dihadapi pengelola dalam kegiatan inventarisasi yaitu pengelola dan guru PJOK sering terlambat melakukan inventarisasi. Solusi yang diterapkan pengelola dalam menghadapi kendala tersebut yaitu akan mengusahakan pada periode berikutnya tidak terlambat dalam melaksanakan inventarisasi.

Keterlambatan sekolah dalam melaksanakan inventarisasi terhadap sarana dan prasarana pendidikan secara keseluruhan ataupun sarana dan prasarana olahraga menunjukkan tidak berjalannya kegiatan administrasi di sekolah tersebut. Selain itu tidak terperbaharui jumlah sarana dan prasarana yang ada, dan dapat menghambat kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana pada saat perencanaan kebutuhan.

5. Pendistribusian dan Pemanfaatan

Mekanisme pendistribusian sarana dan prasarana olahraga yang dilakukan oleh sekolah menggunakan sistem pendistribusian langsung. Yaitu setelah alat-alat olahraga diinventarisasi, maka alat-alat-alat-alat olahraga tersebut sudah dapat digunakan oleh guru PJOK ataupun siswa. Keadaan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh H.M. Daryanto (2010: 53) bahwa,

Ada dua sistem pendistribusian barang yang dapat ditempuh oleh pengelola perlengkapan yaitu, sistem lansung dan sistem tidak langsung. Sistem pendistribusian langsung berarti barang-barang yang sudah diterima dan

115

diinventarisasikan langsung disalurkan pada bagian-bagian yang membutuhkan tanpa melalui proses penyimpanan terlebih dahulu.

Pemanfaatan sarana dan prasarana olahraga antara pelajaran penjasorkes dengan latihan KKO telah dibuat jadwal penggunaan. Petugas yang membuat jadwal penggunaan tersebut adalah bagian kurikulum. Jadwal penggunaan yang dibuatkan oleh sekolah berdasarkan mata pelajaran penjasorkes yang dibagi per-kelas dalam penggunaannya. Latihan KKO jadwal penggunaannya di luar jam sekolah yaitu dua kali dalam satu minggu. Serta sudah ada penjadwalan untuk kegiatan ekstrakurikuler olahraga. Sebagaimana yang diungkapkkan oleh Eka Prihatin (2011: 61) bahwa yang diperhatikan dalam penggunaan sarana dan prasarana adalah:

a. Penyusunan jadwal penggunaan harus dihindari benturan dengan kelompok lainnya.

b. Hendaklah kegiatan-kegiatan pokok sekolah merupakan prioritas pertama.

c. Waktu/jadwal penggunaan hendaknya diajukan pada awal tahun.

d. Penugasan/penunjukan personil sesuai dengan keahlian pada bidangnya. e. Penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah, antara

kegiatan intra kurikuler dengan ekstra kurikuler harus jelas.

Sarana dan prasrana olahraga yang digunakan oleh KKO dan kelas reguler adalah sarana dan prasarana olahraga yang sama yaitu yang dimiliki oleh sekolah tersebut, oleh karenanya ada pembedaan pemakaiannya. Pembedanya yaitu apabila pelajaran penjasorkes maka alat-alat olahraga yang digunakan menyesuaikan, misalnya praktik pelajaran sepakbola, dalam mengajar bola yang digunakan secukupnya saja. Ketika untuk KKO latihan maka perlu bola yang lebih banyak, setidaknya satu anak memegang satu bola. Siswa KKO melaksanakan latihan pada sore hari dan sudah dengan klub-klub dan pelatih

116

KKO masing-masing di luar sekolah. Sarana olahraga yang digunakan oleh KKO latihan sudah ada pembagian sendiri untuk KKO latihan dan untuk pelajaran, terutama sarana olahraga berupa bola-bola, untuk prasarana lapangan olahraga yang digunakan oleh KKO latihan juga di luar sekolah, sehingga tidak adanya jadwal yang bentrok dalam penggunaannya.

Pelengkap lain dalam pemakaian sarana dan prasarana yaitu adanya prosedur peminjaman dan pengembalian sarana dan prasarana olahraga, sebagaimana yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (1987: 48) bahwa dalam pengunaan dan pengaturan materiil salah satu diantara adanya buku catatan tentang masuk dan keluarnya alat. Buku ini dibutuhkan untuk catatan sehari-hari bagi penggunaan alat atau lapangan olahraga. Selain itu adanya buku ini juga dapat memudahkan dalam pengawasan pendistribusian/penyaluran alat-alat maupun prasarana olahraga yang sedang dan telah digunakan. Buku ini juga akan memperkecil kemungkinan hilangnya alat-alat olahraga, karena sudah jelas pada buku tercantum siapa yang meminjam, meminjam apa, berapa jumlah yang dipinjam, tanggal peminjaman kapan, dan tanggal kembali kapan, serta ada paraf peminjam. Dalam kegiatan ini seharusnya ada petugas khusus yang melayani guru PJOK dan siswa terhadap kebutuhan peralatan olahraga, petugas ini juga yang akan menata kembali peralatan olahraga pada tempat penyimpanan, dan merawat peralatan olahraga tersebut supaya selalu dalam kondisi siap pakai.

Adapun kendala yang dihadapi oleh sekolah dalam kegiatan pemanfaatan ini adalah khusus KKO dan pelajaran sepakbola, hambatannya sekolah tidak memiliki lapangan sendiri, oleh karena itu sekolah menyewa lapangan sepakbola

117

di luar sekolah. Ketika sekolah akan memakai lapangan yang telah disewa tersebut, ternyata lapangan tersebut sering sedang digunakan oleh pemilik lapangan tersebut. Dengan begitu maka sekolah tidak bisa melaksanakan latihan. Solusi yang telah dilakukan sekolah terhadap kendala tersebut adalah sekolah mencari lapangan yang lain yang masih kosong atau yang belum digunakan untuk melaksanakan latihan sepakbola. Lapangan yang disewa adalah lapangan Pendowoharjo, sedangkan lapangan yang sering dipinjam yaitu stadion Tridadi dan lapangan Pemda Sleman serta lapangan Denggung.

6. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana olahraga di SMP Negeri 3 Sleman sudah diberikan kepada masing-masing guru untuk menentukan kapan waktu dilaksanakan pemeliharaan. Pemeliharaan alat-alat olahraga tidak hanya terfokus pada perbaikan dan pembersihan saja akan tetapi dalam hal penyimpanan juga perlu diperhatikan pemeliharaannya yaitu memperhatikan cara-cara penyimpanan alat-alat olahraga tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (1987: 48) bahwa ada 2 unsur dalam pemeliharaan alat, yaitu pengaturan (termasuk penempatan), dan pembersihan.

Alat-alat olahraga yang rusak tidak langsung dilakukan perbaikan, tetapi dikumpulkan dahulu apabila sudah banyak baru dilaksanakan pemeliharaan. Hal ini untuk menyesuaikan supaya dana pemeliharaan tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, sehingga tidak boros dalam dana pemeliharaan dan pemakaiannya lebih lama. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Ary H Gunawan (1996: 147) bahwa dalam tindak lanjut rehabilitasi yang perlu diperhatikan yaitu

Dokumen terkait