• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA PADA SEKOLAH PENYELENGGARA KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) DI SMP NEGERI 3 SLEMAN KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA PADA SEKOLAH PENYELENGGARA KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO) DI SMP NEGERI 3 SLEMAN KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA."

Copied!
224
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA

PADA SEKOLAH PENYELENGGARA KELAS KHUSUS

OLAHRAGA (KKO) DI SMP NEGERI 3 SLEMAN

KABUPATEN SLEMAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Riyes Irasti NIM 11101241007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 24 Maret 2015 Yang menyatakan,

Riyes Irasti

(4)
(5)

v MOTTO

MENS SANA IN CORPORE SANO (Anonim)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Karya ini saya persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua tercinta (Tn. Burzan Barnawi & Ny. Fatriana Bakki).

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

vii

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA PADA SEKOLAH PENYELENGGARA KELAS KHUSUS OLAHRAGA (KKO)

DI SMP NEGERI 3 SLEMAN KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh Riyes Irasti NIM 11101241007

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan sarana dan prasarana olahraga pada sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman,

meliputi: (1) Perencanaan; (2) Pengadaan; (3) Penyimpanan; (4) Inventarisasi; (5) Pendistribusian dan Pemanfaatan; (6) Pemeliharaan; dan (7) Penghapusan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan penelitian ini adalah pengelola sarana dan prasarana olahraga, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana, dan Guru PJOK. Lokasi penelitian di SMP Negeri 3 Sleman. Teknik pengumpulan data dengan wawancara tidak terstruktur, observasi, dan studi dokumentasi. Uji keabsahan data dengan triangulasi. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman.

Hasil penelitian pengelolaan sarana dan prasarana olahraga pada sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga (KKO) di SMP Negeri 3 Sleman menunjukkan bahwa: (1) Perencanaan sarana dan prasarana olahraga dilakukan melalui rapat perencanaan, analisis kebutuhan, penentuan skala prioritas pengadaan, pendataan semua sarana dan prasarana olahraga yang telah ada, penyeleksian terhadap sarana dan prasarana olahraga yang masih dapat dimanfaatkan, adanya panitia pengadaan, dan melaksanakan pengadaan; (2) Pengadaan sarana dan prasarana olahraga dilakukan dengan cara pembelian langsung, mendapat bantuan dari Pemerintah, meminjam, dan menyewa; (3) Penyimpanan alat olahraga sudah tertata dan tersistem terhadap alat-alat olahraga persediaan, pemakaian rutin, dan yang rusak serta sekolah memiliki tempat penyimpanan yang cukup dan khusus untuk menyimpan semua alat-alat olahraga; (4) Inventarisasi terhadap sarana dan prasarana olahraga dilakukan dengan pendataan dan pembaharuan informasi sarana dan prasarana olahraga secara rutin, menggunakan buku inventarisasi khusus sarana dan prasarana olahraga per semester; (5) Pendistribusian sarana dan prasarana olahraga menggunakan pendistribusian langsung. Pemanfaatan sarana dan prasarana olahraga dengan pengaturan jadwal penggunaan, dan buku peminjaman sarana dan prasarana olahraga; (6) Pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana olahraga dengan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan memperhatikan cara penyimpanan; dan (7) Penghapusan terhadap sarana dan prasarana olahraga belum pernah dilaksanakan oleh sekolah.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, anugerah dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Tujuan penulisan tugas akhir skripsi sebagai syarat dalam menyelesaikan jenjang Strata 1 (S1) pada program studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

2. Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. 3. Dosen Pembimbing Tina Rahmawati, M. Pd. yang telah meluangkan waktu dan

tenaga untuk memberikan bimbingan dan motivasi selama menyelesaikan skripsi ini.

4. Penguji Utama Bapak Agus Sumhendartin Suryobroto, M. Pd. dan Sekretaris Penguji Bapak Sudiyono, M. Si. yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan koreksi terhadap hasil penelitian saya.

5. Para dosen Jurusan Administrasi Pendidikan yang telah memberikan ilmu dan wawasannya.

6. Orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan, memotivasi dan mendidik saya hingga saat ini.

(9)

ix

8. Teman-teman tercinta Venome Albone Manajemen Pendidikan A 2011 atas kekeluargaan, persahabatan, dan kebersamaan selama kuliah menjadi pengalaman hidup tidak terlupakan.

9. HIMA AP FIP UNY, LPM EKSPRESI UNY, Ikatan Pelajar Mahasiswa Lampung Barat di Yogyakarta (IKPM LAMBAR), Himpunan Pelajar Mahasiswa Lampung di Yogyakarta (HIPMALA) atas semangat, dan kebersamaan berorganisasi selama saya di Yogyakarta.

10.Seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan pendidikan.

Yogyakarta, 24 Maret 2015

Penulis,

Riyes Irasti

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI…... x

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 11

C. Batasan Masalah... 11

D. Rumusan Masalah... 11

E. Tujuan Penelitian... 12

F. Manfaat Penelitian... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sarana dan Prasarana Pendidikan... 14

1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan... 14

2. Klasifikasi Sarana dan Prasarana Pendidikan... 16

3. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan... 17

(11)

xi

1. Pengertian Sarana dan Prasarana Olahraga... 19

2. Tujuan Sarana dan Prasarana Olahraga... 21

3. Standar Sarana dan Prasarana Olahraga... 22

4. Sarana dan Prasarana Olahraga SMP... 23

5. Kelas Khusus Olahraga (KKO)... 25

a. Pengertian Kelas Khusus Olahraga... 25

b. Tujuan Kelas Khusus Olahraga... 26

c. Standar Sarana dan Prasarana Olahraga KKO... 27

C. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan... 36

1. Pengertian Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan... 36

2. Tujuan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan... 38

3. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Olahraga... 39

a. Perencanaan... 41

b. Cara dan Pelaksanaan Pengadaan... 44

c. Penyimpanan... 45

d. Inventarisasi... 47

e. Pendistribusian... 49

f. Penggunaan dan Pemanfaatan... 50

g. Pemeliharaan... 51

h. Penghapusan... 54

4. Hambatan-Hambatan dalam Pengelolaan Sarana dan Prasarana Olahraga... 56

D. Hasil Penelitian yang Relevan... 57

E. Kerangka Pikir... 60

F. Pertanyaan Penelitian... 61

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 62

B. Fokus Penelitian... 62

(12)

xii

D. Informan Penelitian... 63

E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian... 64

F. Instrumen Penelitian... 67

G. Uji Keabsahan Data Penelitian... 68

H. Teknik Analisis Data penelitian... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 72

1. Deskripsi SMP Negeri 3 Sleman... 72

2. Program KKO SMP Negeri 3 Sleman... 77

B. Hasil Penelitian... 80

1. Perencanaan... 80

2. Pengadaan... 88

3. Penyimpanan... 90

4. Inventarisasi... 94

5. Pendistribusian dan Pemanfaatan... 96

6. Pemeliharaan... 99

7. Penghapusan... 102

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 104

1. Perencanaan... 104

2. Pengadaan... 109

3. Penyimpanan... 110

4. Inventarisasi... 112

5. Pendistribusian dan Pemanfaatan... 114

6. Pemeliharaan... 117

7. Penghapusan... 119

(13)

xiii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 121

B. Saran... 123

DAFTAR PUSTAKA... 124

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir... 60

Gambar 2. Analisis data model Miles Huberman... 70

Gambar 3. Daftar Alat-Alat Olahraga di Lemari atau Rak Penyimpanan... 93

Gambar 4. Daftar Inventarisasi Sarana dan Prasarana Olahraga... 96

(15)

xv DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Jenis, Rasio dan Deskripsi Sarana dan Prasarana Berolahraga SMP... 24

Tabel 2. Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan SMP/MTs... 28

Tabel 3. Rasio Minimum Luas Lahan Bangunan SMP/MTs... 28

Tabel 4. Rasio Minimum Luas Lahan Bangunan SMP/MTs... 29

Tabel 5. Prasarana Cabang Olahraga Atletik SMP... 30

Tabel 6. Sarana Olahraga SMP... 33

Tabel 7. Jenis, Rasio, dan Deskripsi UKS SMP/MTs... 35

Tabel 8. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah... 76

Tabel 9. Keadaan Siswa... 77

Tabel 10. Sarana dan Prasarana Olahraga... 78

Tabel 11. Jumlah Siswa KKO... 78

Tabel 12. Pelatih KKO... 79

Tabel 13. Guru PJOK... 79

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Ijin dan Surat Keterangan Penelitian... 129

Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen... 134

Lampiran 3. Pedoman Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumentasi... 136

Lampiran 4. Analisis Data... 140

Lampiran 5. Sarana dan Prasarana Pendidikan... 196

Lampiran 6. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Olahraga... 197 Lampiran 7. Daftar Pengadaan Sarana dan Prasarana Olahraga Tahun Pelajaran

2014/2015... 198 Lampiran 8. Prestasi Olahraga SMP Negeri 3 Sleman... Lampiran 9. Dokumentasi Foto...

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Faktor pendukung peningkatan mutu pendidikan di suatu sekolah selain meningkatkan kualitas proses pembelajaran juga tidak lepas oleh ketersediaan komponen-komponen sistem pendidikan yang lain seperti ketersediaan siswa, guru, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana prasarana, keuangan, dan stakeholders, agar tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Kualitas proses pembelajaran dapat ditingkatkan lagi apabila terdapat fasilitas penunjang yang lebih lengkap, yaitu faktor sarana dan prasarana pendidikan yang terkelola dengan baik, serta pemanfaatan secara optimal. Menurut Hartani (2011: 135), setiap desain pembelajaran yang dirancang oleh pendidik harus memperhatikan penyediaan media dan sumber belajar yang dibutuhkan seperti ketersediaan media dan sumber belajar yang memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman belajar secara konkret, luas, dan mendalam. Guna memenuhi desain pembelajaran seperti itu diperlukan sarana dan prasarana atau fasilitas belajar yang beragam seperti gedung atau ruangan kelas, media atau alat bantu pembelajaran, perpustakaan, laboratorium, bahan praktik, dan sarana olahraga. Fasilitas belajar tersebut perlu dikelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan secara optimal.

(18)

2

teraktualisasikannya kemampuan profesional yang merupakan syarat mutlak upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Setiap sekolah wajib memiliki dan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang terstandar guna menunjang terlaksananya proses pembelajaran yang optimal. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada pasal 1 ayat (9) dijelaskan standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat olahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi dan berkreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Selanjutnya pada Bab VII Pasal 42 Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang standar Nasional Pendidikan dengan tegas disebutkan juga bahwa, (1) setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2) sarana dan prasarana pendidikan juga menjadi salah satu tolok ukur dari mutu sekolah.

(19)

3

optimal. Pembelajaran pendidikan jasmani, menurut Agus S. Suryobroto (2004: 1), dapat berjalan dengan sukses dan lancar sangat ditentukan oleh beberapa unsur, antara lain: guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, tujuan, metode lingkungan yang mendukung, dan penilaian. Apabila salah satu unsur tersebut tidak terpenuhi, maka pembelajaran pendidikan jasmani tidak dapat berjalan secara optimal. Terutama tanpa adanya sarana dan prasarana olahraga yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan. Untuk melaksanakan kegiatan olahraga dibutuhkan sarana dan prasarana yang nantinya akan menunjang kelancaran dalam pelaksanaan olahraga tersebut. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang sesuai maka kegiatan olahraga tidak akan berjalan dengan maksimal. Harsuki (2003: 32) menyebutkan bahwa masalah faktor utama yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program pendidikan jasmani di sekolah adalah masalah sarana dan prasarana (fasilitas dan peralatan). Banyak sekolah yang tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai karena tanah yang terbatas untuk bangunan ruang kelas, ruang perpustakaan, dan sebagainya, sehingga sarana dan prasarana pendidikan jasmani terabaikan.

(20)

4

berkewajiban menyiapkan sarana dan prasarana olahraga pendidikan sesuai dengan tingkat kebutuhan. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengawasan sarana dan prasarana olahraga.

(21)

5

Kelas khusus olahraga (KKO) SMP Negeri 3 Sleman diselengarakan sejak awal tahun 2013 dengan fokus pembinaan pada tiga cabang olahraga, yaitu sepakbola, bola voli, dan atletik. Selain ketiga cabang olahraga tersebut, kelas khusus olahraga (KKO) SMP Negeri 3 Sleman juga melakukan pembinaan pada beberapa cabang olahraga yang dianggap berpotensi, di antaranya: bulutangkis, sepaktakraw, renang, karate, taekwondo, kempo, tenis lapangan, wushu, bola basket, panahan, dan balap motor. Adapun cabang unggulan di kelas khusus olahraga (KKO) SMP Negeri 3 Sleman adalah sepakbola dan bola voli. Sarana olahraga yang digunakan dalam kegiatan sepakbola dan bola voli adalah sarana olahraga milik sekolah, sedangkan fasilitas lapangan sepakbola masih meminjam dan menyewa pada pihak luar sekolah. Cabang olahraga unggulan sepakbola dan bola voli tersebut sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Sleman melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, sekolah ini diproyeksikan sebagai salah satu sekolah penyelenggara program kelas khusus olahraga (KKO). Kelas khusus olahraga ini hanya kelas olahraga biasa, artinya yang dipakai adalah kurikulum umum. Kurikulum umum berarti pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung para atlet masuk pada kelas umum untuk mengikuti kegiatan belajar mangajar, sedangkan pada mata pelajaran olahraga kelas khusus olahraga dilaksanakan pada luar jam sekolah (sore hari).

(22)

6

Drs. Pranama M.Si menyampaikan bahwa pada saat ini, keberadaan Kelas Olahraga di Sleman belum merata dan belum sesuai dengan potensi yang ada. Saat ini di Sleman sudah terdapat Kelas Khusus Olahraga di tingkat SMP sebanyak tiga sekolah yakni di SMP N 1 Kalasan, SMP N 2 Tempel, dan SMP N 3 Sleman, tingkat SMA ada dua sekolah KKO yakni di SMA N 2 Ngaglik dan SMA N 1 Seyegan. Berkenaan dengan hal tersebut pada tahun 2014 Bappeda Sleman menyelenggarakan kajian tentang Sekolah Olahraga. Guna menyusun kajian tersebut sangat diperlukan adanya masukan dari para peserta FGD sebagai pelaku langsung di lapangan tentang bagaimanakah proses rekrutmennya, dukungan sarana dan prasarana apa saja yang diperlukan, bagaimana kurikulumnya, bagaimana sinerginya antara sekolah, masyarakat, dan organisasi olahraga.

(23)

7

memperoleh siswa yang memiliki potensi, kelas khusus olahraga SMP Negeri 3 Sleman bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY dalam bentuk tes fisik dan tes kecabangan sesuai dengan spesifikasi cabang olahraga masing-masing. Bentuk kerja sama yang dilakukan kelas khusus olahraga SMP Negeri 3 Sleman dengan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY memberikan peluang bagi pelatih dalam mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan siswa sehingga mempermudah dalam menyusun program latihan yang akan diterapkan.

Walaupun dengan sistem rekrutmen yang dilakukan secara ilmiah, ternyata animo siswa untuk mengikuti kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman cukup tinggi, sehingga dapat dijadikan sebagai modal dasar untuk pengembangan dan pembinaan prestasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya minat dari siswa, dilihat dari kuantitas perminatan pada awal diselenggarakan kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman menunjukkan bahwa animo siswa cukup tinggi yaitu animo siswa sejumlah 84 siswa dan yang diterima sebanyak 32 pada tahun 2013. Pada tahun kedua pelaksanaan kelas khusus olahraga, animo siswa mengalami penurunan meskipun tidak signifikan yaitu animo siswa sejumlah 80 siswa jumlah yang diterima adalah 32 siswa pada tahun 2014.

(24)

8

pelaksanaan kelas khusus olahraga. Melalui paguyuban tersebut, para orang tua siswa KKO dapat memberikan bantuan dalam bentuk fasilitas untuk latihan. Dukungan lain yang diberikan paguyuban orang tua KKO yaitu berupa akomodasi dan konsumsi saat siswa KKO bertanding, dan termasuk konsumsi air minum yang disediakan di dalam kelas KKO.

(25)

9

Berdasarkan observasi awal pada bulan Oktober tahun 2014 di SMP Negeri 3 Sleman, hasil wawancara dengan pengelola sarana dan prasarana olahraga yaitu sekolah belum cukup menyediakan sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk kelas khusus olahraga, sehingga untuk latihan KKO masih terhambat. Proses pengadaan sarana dan prasarana olahraga belum dilakukan dengan baik atau belum sesuai dengan kebutuhan kelas khusus olahraga dan bantuan dari Pemerintah kadang-kadang kurang sesuai dengan apa yang sedang dibutuhkan. Penggunaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana olahraga belum optimal karena belum tersusunnya jadwal penggunaan fasilitas KKO yang baik, kadang-kadang para siswa reguler dan siswa KKO berebut untuk memakai fasilitas olahraga yang sama, karena sarana dan prasarana olahraga yang digunakan oleh kelas khusus olahraga adalah sama dengan sarana dan prasarana olahraga yang digunakan juga oleh kelas reguler.

(26)

10

tersebut di antaranya masalah kekurangan fasilitas olahraga, masalah pendanaan, baik itu dana untuk pembelian alat-alat olahraga, dana pemeliharaan ataupun dana untuk menyewa lapangan untuk latihan KKO, serta keterbatasan tenaga administrasi.

(27)

11

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka beberapa masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Keberadaan Kelas Khusus Olahraga di Kabupaten Sleman belum merata dan belum sesuai dengan potensi yang ada.

2. Penyelenggaraan Kelas Khusus Olahraga (KKO) di SMP Negeri 3 Sleman terkendala fasilitas olahraga, dana yang masih minim, dan terkendala pada pelatih khusus KKO.

3. Pengelolaan sarana dan prasarana olahraga di SMP Negeri 3 Sleman belum dilaksanakan dengan optimal.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada pengelolaan sarana dan prasarana olahraga pada sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga (KKO) di SMP Negeri 3 Sleman Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan sarana dan prasarana olahraga pada sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman?

(28)

12

3. Bagaimana penyimpanan sarana dan prasarana olahraga pada sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman?

4. Bagaimana inventarisasi sarana dan prasarana olahraga pada sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman?

5. Bagaimana pendistribusian dan pemanfaatan sarana dan prasarana olahraga pada sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman? 6. Bagaimana pemeliharaan sarana dan prasarana olahraga pada sekolah

penyelenggara kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman?

7. Bagaimana penghapusan sarana dan prasarana olahraga pada sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengelolaan sarana dan prasarana olahraga di SMP Negeri 3 Sleman, meliputi kegiatan:

1. Perencanaan sarana dan prasarana olahraga pada sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman.

2. Pengadaan sarana dan prasarana olahraga pada sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman.

3. Penyimpanan sarana dan prasarana olahraga pada sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman.

(29)

13

5. Pendistribusian dan pemanfaatan sarana dan prasarana olahraga pada sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman.

6. Pemeliharaan sarana dan prasarana olahraga pada sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman.

7. Penghapusan sarana dan prasarana olahraga pada sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga di SMP Negeri 3 Sleman.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ide pada bidang garapan Manajemen Pendidikan khususnya dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dengan fokus sarana dan prasarana olahraga di Sekolah Menengah Pertama Negeri penyelenggara program KKO.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman sebagai data dan bahan kajian dalam pengembangan kemampuan profesional dalam kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana olahraga.

b. Dinas Pendidikan

(30)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sarana dan Prasarana Pendidikan

1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan

a. Sarana Pendidikan

Menurut Suharno (2008: 30), sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat media pengajaran. Sebagaimana dinyatakan Suharsimi Arikunto (2008) bahwa sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar mengajar, sesuai dengan rumusan Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional, yang dimaksud sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien (A. L. Hartani 2011: 141).

(31)

15

tidak bergerak yang dipergunakan dalam proses belajar di sekolah, yang secara langsung yang berpengaruh terhadap tujuan pendidikan. Sarana pendidikan meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku, dan sumber belajar lainnya yang bersifat habis pakai.

b. Prasarana Pendidikan

(32)

16

2. Klasifikasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

Menurut Ary H. Gunawan (1996: 115), fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari fungsi, jenis atau sifatnya.

a. Ditinjau dari fungsinya terhadap proses belajar mengajar (PBM).

Prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung seperti tanah, bangunan/gedung sekolah, listrik, telepon, dan lain-lain. Sarana pendidikan berfungsi langsung terhadap PBM, seperti alat pelajaran, alat peraga, alat praktek dan media pendidikan.

b. Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik.

c. Ditinjau dari sifat baarangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas.

1) Barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan dikelompokkan menjadi barang habis-pakai dan barang tak habis pakai.

2) Barang tidak bergerak ialah barang yang tidak berpindah-pindah letaknya atau tidak bisa dipindahkan, seperti tanah, bangunan/gedung, dan sebagainya.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Mulyono (2010: 184) sarana dan praasarana pendidikan dapat ditinjau dari tiga aspek. Pertama, ditinjau dari fungsinya, ada barang berfungsi tidak langsung (seperti pagar, tanaman dan lain-lalin) dan barang berfungsi langsung (seperti media pembelajaran dan lain-lain). Kedua, ditinjau dari jenisnya, ada fasilitas fisik (misal kendaraan, computer dan

lain-lain) dan fasilitas material (seperti manusia, jasa dan lain-lain). Ketiga, ditinjau dari sifat barangnya, ada barang bergerak dan barang tidak bergerak (seperti gedung, sumur dan lain-lain). Eka Prihatin (2011: 57) mengklasifikasikan sarana dan prasarana pendidikan menjadi dua macam prasarana pendidikan. a. Prasarana yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar,

seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktek, ruang laboratorium. b. Prasarana pendidikan yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses

(33)

17

sekolah, kamar kecil, ruang usaha, kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.

Jadi, dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi sarana dan prasarana pendidikan apabila ditinjau dari fungsinya ada sarana dan prasarana yang berfungsi secara langsung dan berfungsi tidak langsung terhadap proses pembelajaran, sedangkan apabila ditinjau dari jenisnya fasilitas pendidikan debedakan menjadi fasilitas fisik dan nonfisik, serta apabila ditinjau dari sifat barangnya, fasilitas pendidikan dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, lalu barang bergerak dibedakan menjadi barang habis pakai dan barang tidak habis pakai, yang semuanya dapat mendukung pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah.

3. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan SMP/MTs

Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala (UU RI No. 20 Th. 2003). Standar sarana dan prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (PP RI No. 32 Th. 2013).

(34)

18

a. Kriteria minimum sarana pendidikan yang terdiri atas: 1) perabot pendidikan,

2) peralatan pendidikan, 3) media pendidikan,

4) buku dan sumber belajar lainnya,

5) teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki setiap sekolah.

b. Kriteria minimum prasarana pendidikan yang terdiri atas: 1) lahan sekolah,

2) bangunan sekolah, 3) ruang kelas,

4) ruang perpustakaan, 5) ruang laboratorium IPA, 6) ruang pimpinan,

7) ruang guru, 8) ruang tata usaha, 9) tempat beribadah, 10)ruang konseling, 11)ruang UKS,

12)ruang organisasi kesiswaan, 13)jamban,

14)ruang sirkulasi, dan

15)tempat bermain/berolahraga.

(35)

19

B. Sarana dan Prasarana Olahraga

1. Pengertian Sarana dan Prasarana Olahraga

a. Sarana Olahraga

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pada BAB I Pasal 1 Ayat 21 dijelaskan bahwa sarana olahraga adalah peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga. Sarana di dalam konteks olahraga menurut Soepartono (2000: 6), adalah sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sarana olahraga dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: peralatan dan perlengkapan. Pengertian peralatan olahraga (apparatus) adalah sesuatu yang digunakan, contoh: peti lompat, palang tunggal, palang sejajar, dan lain-lain. Perlengkapan olahraga (device) adalah sesuatu yang melengkapi prasarana. Beberapa contoh dari perlengkapan yaitu bendera, garis batas, net, bola, pemukul, raket, dan lain-lain.

(36)

20

b. Prasarana Olahraga

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pada BAB I Pasal 1 Ayat 20 bahwa prasarana olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga dan/atau penyelenggaraan keolahragaan. Soepartono (2000: 5) mengemukakan bahwa prasarana olahraga adalah sebagai sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen dan tidak dapat dipindah-pindahkan.

Prasarana olahraga terdiri atas perkakas dan fasilitas olahraga. Menurut Agus S. Suryobroto (2004: 4) perkakas olahraga adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, mudah dipindahkan (bisa semi permanen) tetapi berat dan sulit. Contoh; matras, peti lompat, kuda-kuda, palang tunggal, palang sejajar, palang bertingkat, meja tenis meja, trampolin. Perkakas ini idealnya tidak dipindah-pindah, agar tidak mudah rusak, kecuali kalau memang tempatnya terbatas sehingga harus selalu bongkar pasang.

(37)

21

pendidikan jasmani ialah segala sesuatu yang dapat memepermudah dan memperlancar kegiatan pendidikan jasmani yang bersifat relatif permanen atau susah untuk dipindah-pindahkan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prasarana olahraga adalah perkakas dan fasilitas olahraga yang digunakan untuk kegiatan pendidikan jasmani yang sifatnya semi permanen, permanen dan tidak dapat dipindah-pindahkan.

2. Tujuan Sarana dan Prasarana Olahraga

Menurut Agus S. Suryobroto (2004: 46), sarana dan prasarana pendidikan jasmani bertujuan untuk:

a. memperlancar jalannya pembelajaran, denagan adanya sarana dan prasarana pendidikan jasmani dapat memperlancar jalannya pembelajaran pendidikan jasmani,

b. memudahkan gerakan,

c. mempersulit gerakan, maksudnya siswa dalam melakukan aktivitas gerakan tanpa alat akan lebih senang dan mudah bila dibandingkan dengan menggunakan alat,

d. memacu siswa dalam bergerak, dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang lengkap, maka akan memicu siswa dalam melakukan aktivitas olahraga dengan menggunakan alat,

e. kelangsungan aktivitas, dan

f. menjadikan siswa tidak takut melakukan gerakan atau aktivitas.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Wasidin (2011: 13) bahwa tujuan adanya sarana dan prasarana pendidikan jasmani adalah:

a. untuk memperlancar jalannya pembelajaran pendidikan jasmani, b. mempermudah dan tidak mempersulit gerakan pendidikan jasmani, c. memacu siswa dalam bergerak,

d. mendukung kelangsungan aktivitas pendidikan jasmani, dan

e. menjadikan siswa tidak takut dalam melakukan gerakan pendidikan jasmani.

(38)

22

dapat dilaksanakan atau terhambat bila tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai, mengingat hampir semua cabang kegiatan olahraga memerlukan berbagai jenis sarana dan prasrana atau fasilitas yang beragam.

3. Standar Sarana dan Prasarana Olahraga

Supaya sarana dan prasarana olahraga dapat dipergunakan sebagai mana mestinya, maka sarana dan prasarana olahraga harus memenuhi standar keolahragaan. Standar keolahragaan sarana dan prasarana olahraga menurut Undang-undang nomor 3 tahun 2005 pada BAB XI Pasal 67 Ayat 68 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, meliputi: standar teknis, standar kesehatan, dan standar keselamatan.

a. Standar teknis, maka sarana harus memenuhi persyaratan khusus yang ditentukan oleh induk organisasi atau cabang olahraga dan/atau federasi internasional cabang olahraga yang bersangkutan. Standar ini meliputi: ukuran, bentuk dan jenis peralatan.

b. Standar kesehatan, maka sarana olahraga harus memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan.

c. Standar keselamatan, maka saranaolahraga harus sesuai dan memenuhi standar minimal tentang keselamatan yang telah dipersyaratkan.

Menurut Agus S. Suryobroto (2004: 16), persyaratan sarana dan prasarana pendidikan jasmani antara lain:

a. aman, yaitu sarana dan prasarana pendidikan jasmani harus terhindar dari unsur bahaya,

b. mudah dan murah, yaitu mudah disiapkan/diadakan dan jika membeli tidak mahal harganya, tetapi juga tidak mudah rusak,

c. menarik, yaitu dapat menarik perhatian siswa dalam menggunakannya, d. memacu untuk bergerak, dengan adanya sarana dan prasarana tersebut

maka siswa akan lebih terpacu untuk bergerak,

e. sesuai denga kebutuhan, yaitu penyediaannya seharusnya disesuaikan denga kebutuhan ataupun penggunanya,

f. sesuai dengan tujuan pembelajaran,

(39)

23

Yoyo Bahagia (2007: 5) mengungkapkan karena fasilitas pendidikan jasmani menyangkut aktivitas yang melibatkan orang banyak, maka ada hal-hal atau syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengadaan atau pembuatan fasilitas pendidikan jasmani. Persyaratan tersebut terutama berkaitan dengan:

a. keselamatan pengguna,

b. kesehatan, misalnya lapangan teduh, dan kebersihan lapangan, c. kenyamanan pengguna, dan

d. keamanan pengguna maupun alat/barang pendidikan jasmani.

Jadi dapat disimpulkan bahwa persyaratan sarana dan prasarana olahraga harus meliputi: keselamatan, kesehatan, kenyamanan, keamanan, mudah didapat dan murah apabila membeli namun tidak mudah rusak, menarik perhatian siswa, memacu untuk bergerak, sesuai dengan kebutuhan siswa dan sekolah, sesuai denga tujuan pembelajaran, dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah.

4. Sarana dan Prasarana Olahraga SMP/MTs

Berhubungan dengan kriteria minimal tempat berolahraga di SMP/MTs, tempat berolahraga adalah ruangan terbuka atau tertutup yang dilengkapi dengan sarana untuk melakukan pendidikan jasmani dan olahraga. Adapun kriteria minimal tempat olahraga tersebut yang termuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 pada BAB III tentang standar sarana dan prasarana olahraga SMP/MTs adalah:

a. Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga, pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.

b. Tempat bermain/berolahraga memiliki rasio luas minimum 3 m2/peserta didik. Apabila jumlah peserta didik kurang dari 334 orang, luas minimum tempat bermain/berolahraga adalah 1000 m2.

(40)

24

d. Tempat bermain sebagian ditanami pohon penghijauan.

e. Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang paling sedikit mengganggu proses pembelajaran di kelas.

f. Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.

g. Tempat bermain/berolahraga dilengkapi dengan sarana sebagaimana tercantum pada tabel berikut.

Tabel 1. Jenis, Rasio Dan Deskripsi Sarana Dan Prasarana Tempat Bermain/Berolahraga SMP/MTs.

No Jenis Rasio Deskripsi

1 Peralatan Pendidikan

1.1 Tiang bendera 1 buah/sekolah Tinggi sesuai ketentuan yang berlaku

1.2 Bendera 1 buah/sekolah Ukuran sesuai ketentuan yang berlaku

1.3 Peralatan bola voli 2 buah/sekolah Minimum 6 bola 1.4 Peralatan sepakbola 1 set/sekolah Minimum 6 bola 1.5 Peralatan bola basket 1 set/sekolah Minimum 6 bola

1.6 Peralatan senam 1 set/sekolah Minimum matras, peti loncat, tali loncat, simpai, bola plastik, tongkat, palang tunggal, gelang 1.7 Peralatan atletik 1 set/sekolah Minimum lembing, cakram, peluru, tongkat estafet, bak loncat

1.8 Peralatan seni budaya

1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi masing-masing

1.9 Peralatan keterampilan

1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi masing-masing

2 Perlengkapan lain

2.1 Pengeras suara 1 set/sekolah 2.2 Tape recorder 1 buah/sekolah

(41)

25

Adapun jenis-jenis sarana dan prasarana Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan tingkat SMP sesuai dengan materi pembelajaran menurut Andri Tri Pratomo (2013: 17) sebagai berikut.

a. Atletik

1) Jalan dan Lari

Pada jalan dan lari diperlukan alat seperti: stopwatch, bendera start, nomor dada, tongkat lari sambung, dan start block. Fasilitas yang dibutuhkan adalah lintasan lari atau lapangan terbuka.

2) Nomor lompat

Sarana dan prasarana serta alat-alat lompat terdiri atas meteran gulungan, bendera kecil, mistar lompat, tiang mistar, cangkul, bak pasir, balok tumpu, dan perata pasir.

3) Nomor lempar

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran nomor lempar memerlukan sarana dan prasarana seperti: peluru, bola kasti, meteran gulungan, bendera kecil, dan lapangan tolak peluru.

b. Senam

Untuk mendukung proses kelancaran pembelajaran senam, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, antara lain: matras, busa, kaset, tape recorder, tongkat, serta bangsal senam.

c. Permainan

Sarana dan prasarana yang mendukung permainan olahraga, antara lain: bola voli, net voli, bola sepak, gawang, bola basket, ring dan papan basket, lapangan voli, lapangan sepakbola, dan lapangan bola basket.

5. Kelas Khusus Olahraga (KKO)

a. Pengertian Kelas Khusus Olahraga

(42)

26

bagi siswa yang memiliki bakat prestasi di bidang olahraga ini dilakukan melalui pembinaan Kelas Khusus Olahraga (KKO). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kelas Khusus Olahraga merupakan suatu wadah pembinaan bagi peserta didik yang memiliki bakat istimewa di bidang olahraga.

b. Tujuan Kelas Khusus Olahraga

Tujuan penyelenggaraan program kelas khusus olahraga secara umum adalah untuk mengembangkan potensi bakat istimewa olahraga peserta didik dalam mencapai prestasi yang maksimal. Secara lebih rinci tujuan kelas khusus olahraga menurut Kemendiknas (2010: 5) adalah:

1) Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam bidang olahraga. 2) Meningkatkan mutu akademis dan prestasi olahraga.

3) Meningkatkan kemampuan berkompetisi secara sportif.

4) Meningkatkan kemampuan sekolah dalam pembinaan dan pengembangan kegiatan olahraga.

5) Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.

6) Peningkatan mutu pendidikan sebagai bagian dari pembangunan karakter.

Menurut Sumaryanto (2010: 4), penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik Bakat Istimewa (PDBI) olahraga bertujuan untuk:

1) Memberikan kesempatan kepada PDBI olahraga untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi keterampilan yang dimilikinya.

2) Memenuhi hak asasi PDBI olahraga sesuai kebutuhan pendidikan bagidirinya.

3) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran bagi PDBI olahraga.

4) Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial dan intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik.

(43)

27

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan kelas khusus olahraga adalah untuk membina bakat yang dimiliki peserta didik sehingga dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain serta dapat menghasilkan prestasi yang setinggi-tingginya.

c. Standar Sarana dan Prasarana Olahraga KKO

Menurut Kemendiknas (2010: 9) sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk penyelenggaraan program kelas olahraga adalah: (1) fasilitas yang dimiliki sekolah, meliputi: gedung sekolah, lapangan olahraga, alat dan perlengkapan olahraga, ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); dan (2) fasilitas olahraga di luar sekolah, meliputi: sarana dan prasarana milik pemerintah daerah setempat, dan sarana dan prasarana yang ada di klub olahraga.

1) Gedung Sekolah

(44)

28

Rasio minimum luas lantai bangunan terhadap peserta didik (m2/peserta didik)

Bangunan

Tabel 3. Rasio Minimimun Luas Lahan terhadap Peserta Didik SMP/MTs.

No

Banyak rombongan

belajar

(45)

29

Tabel 4. Luas Minimum Lahan untuk SMP/MTs yang Memiliki Kurang dari 15 Peserta Didik.

Menurut Mikanda (2014: 49), standar lapangan olahraga semua cabang olahraga memiliki syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam setiap lapangan cabang olahraga, agar lapangan sesuai dengan peraturan dari federation/persatuan semua cabang olahraga. Adapun syarat-syarat standar

(46)

30 a) Cabang olahraga atletik

Tabel 5. Prasarana Cabang Olahraga Atletik. No

1 Jalan Jalan cepat Lintasan lari sejarak 10km-50km

2 Lari

Jarak yang ditempuh

a. Lintasan lari jarak pendek 60m-400m

b. Lintasan lari jarak menengah 800m-1500m

c. Lintasan lari jarak jauh 3000m-42,195km

jumlah nomor Lintasan lari estafet 4 x 100 m

3 Lompat

b) Cabang olahraga bola basket

(47)

31

basket memiliki ukuran dengan panjang 28,5 meter dan lebar 15 meter. Peraturan standar Internasional Basketball Federation, lapangan bola basket berukuran panjang 26 meter dengan lebar 14 meter. Terdapat tiga buah bentuk lingkaran yang memiliki panjang jari-jari 1,8 meter di dalam lapangan. Peraturan yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan kelas olahraga di cabang olahraga bola basket dapat menggunakan standar lapangan dari Internasional Basketball Federation karena menggunankan

lapangan lebih kecil dan cocok untuk anak-anak SMP. c) Cabang olahraga bulutangkis

Menururt Mikanda (2014: 76), lapangan bulutangkis memiliki bentuk persegi panjang. Seluruh garis yang terdapat di permukaanya memiliki ketebalan sebesar 40 mm dan berwarna sangat kontras dengan warna dasar lapangan. Warna kontras yang biasanya digunakan adalah warna kuning dan warna putih. Lapangan bulu tangkis terbuat dari bahan yang cukup lunak, seperti kayu agar dapat mengurangi resiko cedera pada kaki. d) Cabang olahraga bola voli

(48)

32 e) Cabang olahraga catur

Menurut Mikanda (2014: 145), catur dimainkan di atas papan catur yang secara ideal, berukuran 44 cm x 44 cm dan setiap kontaknya berujuran 5,5 cm x 5,5 cm. Untuk buah caturnya, setiap pemain memiliki 1 (satu) raja, 1 menteri, 2 benteng, 2 gajah, 2 kuda, dan 8 pion yang dapat dipilih antara warna hitam atau putih. Buah catur yang paling tinggi adalah raja yang berukuran 9cm, sedangkan untuk buah catur lainya berukuran 40% dari tinggi raja. Papan catur haruslah berwarna hitam dan putih yang diikuti dengan warna buah catur yang membedakan pemain.

f) Cabang olahraga renang

(49)

33

dan 8. Tali lintasan berwarna biru untuk menandai lintasan 2,3,6,7, dan tali lintasan berwarna kuning untuk menandai lintasan nomer 4 dan 5. Penempatan perenang pada papan blok start pun tidak sembarangan dipilih.

3) Sarana Olahraga

Menurut Mikanda (2014: 32), standar alat dan perlengkapan sesuai dengan cabang olahraga sebagai berikut:

Tabel 6. Deskripsi Standar Sarana (Alat dan Perlengkapan) Olahraga.

No Rasio Deskripsi Peralatan

1 Peralatan bola voli

Minimum 6 bola (bola memiliki ukuran keliling 67 cm berat 280 gram), net mempunyai ketinggian 2,44 meter untuk putra, putri mempunyai ketinggian net 2,24 meter.

2 Atletik

Minimum sepatu lari, matras galah, tali dan tongkat lompat galah, lembing (ukuran wanita: 220cm-230cm berat 600 gram, ukuran pria: 260cm-270cm berat 700 gram), cakram, tongkat estafet, peluru, bak loncat

3 Bulutangkis

Raket berbahan serat karbon atau plastik yang berbahan tulang grafit, kok dari bahan plastik untuk digunakan latihan, sepatu dengan ciri-ciri beralaskan sol karet dengan pijakan yang baik dan senyawa dengan lantai dan karet yang digunakan mempunyai kelenturan.

4 Catur Papan catur, jam catur.

5 Bola basket

(50)

34 6 Renang

Pakaian renang, kacamata renang, sepatu katak, alat pengukur waktu, topi renang.

7 Sepakbola

Bola memiliki berat 450 gram keliling 10cm ukuran 70cm terbuat dari karet sintetis (buatan), kostum memiliki nomor punggung, sepatu bola, gawang sepak bola berbentuk persegi panjang ketinggian 2,44 meter dan lebar 7,32 meter, peluit yang dapat berbunyi keras dan terdengar hingga jarak jauh.

8 Tenis meja

Meja tenis berbentuk persegi panjang dengan panjang 274cm lebar 152,2 cm tinggi 76cm, jarring-jaring atau net panjang 183cm tinggi 15,25 cm, bola tenis memiliki diameter 37,2 mm berat 2,4 gram, dan raket atau bet memiliki ketebalan 2 mm panjang bet 16,5 cm lebar 15 cm. lapisan bet dapat ditambah dengan fiber glas, karbon untuk membuat bet lebih ringan dan tahan getar.

4) Ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

(51)

35

Tabel 7. Jenis, Rasio, dan Deskripsi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

No. Jenis Rasio Deskripsi

1 Perabot

1.1 Tempat tidur 1 set/ruang Kuat dan stabil 1.2 Lemari 1 buah/ruang Dapat dikunci 1.3 Meja 1 buah/ruang Kuat dan stabil 1.4 Kursi 2 buah/ruang Kuat dan stabil

2 Perlengkapan lain 2.1 Catatan kesehatan

peserta didik 1 set/ruang 2.2 Perlengkapan P3K 1 set/ruang

2.3 Tandu 1 set/ruang

2.4 Selimut 1 buah/ruang 2.5 Ternometer badan 1 buah/ruang 2.6 Timbangan badan 1 buah/ruang 2.7 Pengukur tinggi

badan 1 buah/ruang

(52)

36

C. Pengelolaan Sarana Prasarana Pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai macam fasilitas pendidikan. Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan ini merupakan salah satu bidang kajian dari program studi manajemen pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh A. L Hartani (2011: 7) mendefinisikan manajemen pendidikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumberdaya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Adapun bidang garapan manajemen pendidikan menurut Eka Prihatin (2011: 10) adalah, (1) administrasi tata laksana sekolah, (2) administrasi personel guru dan pegawai sekolah, (3) administrasi murid, (4) supervisi pengajaran, (5) pelaksanaan dan pembinaan kurikulum, (6) sarana dan prasarana sekolah (pendirian dan perencanaan bangunan sekolah), dan (7) hubungan sekolah dengan masyarakat.

1. Pengertian Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

(53)

37

kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-murid.

Eka Prihatin (2011: 57) mendefinisikan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah sebagai proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen sarana dan prasarana dapat diartikan sebagai kegiatan menata, mulai dari merencanakan kebutuhan, pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, pemeliharaan, penggunaan, dan penghapusan serta penataan lahan, bangunan, perlengkapan, dan perabot sekolah secara tepat guna dan tepat sasaran. Menurut Juhairiyah (2008), manajemen sarana dan prasarana adalah semua komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri (Tatang M. Amirin dkk 2011: 79). Secara sederhana, manajemen perlengkapan sekolah dapat didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien (Ibrahim Bafadal, 2004: 2).

(54)

38

pendayagunaan semua komponen sarana dan prasarana yang ada di sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pembelajaran, yang bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Kegiatan dari pengelolaan ini dimulai dari merencanakan kebutuhan yang di dalamnya terdapat cara pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, pemeliharaan, penggunaan, dan penghapusan lahan, bangunan, perlengkapan, dan perabot sekolah secara tepat guna dan tepat sasaran.

2. Tujuan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Menurut Eka Prihatin (2011: 57), tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah adalah untuk memberikan layanan secara profesional di bidang sarana dan prasara pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah sebagai berikut.

a. Mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana sekolah melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan saksama, sehingga sekolah memiliki sarana dan prasarana yang baik, yang sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.

b. Mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara tepat dan efisien.

c. Mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personel sekolah.

(55)

39

kegunaan alat-alat dan perlengkapan tersebut, sekalipun peralatan dan perlengkapan pengajaran tersebut keadaannya istimewa (H.M. Daryanto, 2010: 51). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan atau manajemen sarana dan prasarana pendidikan sangat penting dan diperlukan guna mendukung terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Tujuan adanya pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yaitu mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dengan dana yang efisien, mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara efektif dan efisien, dan mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai.

3. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Olahraga

(56)

40

Sehubungan dengan pendapat yang dikemukakan para ahli di atas tentang kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana olahraga di atas merujuk dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan secara umum, seperti yang dikemukakan oleh Hartani (2011: 136) kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dimulai dari: perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemeliharaan, dan penghapusan berbagai macam properti pendidikan yang dimiliki oleh institusi pendidikan. Suharno (2008: 30) menambahkan hal yang sama bahwa kegiatan dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, dan penghapusan serta penataan. Hal yang sama juga disebutkan oleh B. Suryosubroto (2004: 115) bahwa manajemen sarana dan prasarana meliputi lima hal yakni: penentuan kebutuhan, proses pengadaan, pemakaian, pencatatan/pengurusan, dan pertanggungjawaban.

(57)

41

perencanaan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pendistribusian, penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan penghapusan.

a. Perencanaan

Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan tergantung pada jenis program pendidikan dan tujuan yang ditetapkan. Perencanaan ini mencakup: perencanaan pengadaan tanah untuk gedung/bangunan sekolah, perencanaan pengadaan bangunan, perencanaan pembangunan, dan perencanaan pengadaan perabot dan perlengkapan pendidikan (Eka Prihatin, 2011: 59). Hartati Sukirman (2002) menyebutkan bahwa di dalam langkah pengadaan ini mencakup pula langkah perencanaan sarana prasarana, dan proses perencanaan pengadaan perlengkapan tidak mudah, karena harus dilakukan secara sistematis, rinci dan teliti berdasarkan informasi yang realistis tentang kondisi sekolah tersebut (Tatang M. Amirin dkk, 2011: 79).

(58)

42

dan tingkat kepentingannya. Menurut A.L. Hartani (2011: 143), manajemen perencanaan dan pengadaan kebutuhan alat pelajaran melalui tahapan sebagai berikut :

1) mengadakan analisis terhadap materi pelajaran

2) mengadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap alat yang mendesak pengadaannya,

3) mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah ada, 4) melakukan seleksi terhadap alat pelajaran atau media yang masih dapat

dimanfaatkan, baik dengan reparasi atau modifikasi maupun tidak, 5) mencari dana apabila belum ada, dan

6) menunjuk bagian pengadaan sarana dan prasarana untuk melaksanakan pengadaan alat.

(59)

43

Harsuki (2013: 200) menambahkan prinsip dan garis besar untuk perencanaan fasilitas olahraga yaitu:

1) fasilitas olahraga harus dirancang terutama bagi peserta didik dan kelompok pengguna,

2) fasilitas olahraga harus dirancang untuk penggunaan secara bersama dengan mempertimbangkan pola dan arah secara potensial,

3) semua perencanaan harus didasarkan pada tujuan bahwa pengenalan lingkungan baik fisik maupun nonfisik haruslah aman, terjamin, menarik, nyaman, bersih, praktis, dapat dijangkau, dapat menyesuaikan dengan kebutuhan individu,

4) fasilitas olahraga haruslah ekonomis dan mudah untuk dioperasikan, dikontrol, dan dipelihara,

5) perencanaan fasilitas olahraga harus berjangka panjang penggunaannya, dan termasuk kesanggupan untuk menyesuaikan, mudah diubah, dan diperluas guna memenuhi kebutuhan,

(60)

44

b. Pengadaan

Menurut Ary H. Gunawan (1996: 135), pengadaan merupakan segala kegiatan untuk menyediakan semua keperluan barang/benda/jasa bagi keperluan pelaksanaan tugas. Tatang M. Amirin dkk (2011: 80) mengemukakan bahwa pengadaan adalah menghadirkan alat atau media dalam menunjang pelaksanaan proses pembelajaran. Pengadaan tersebut dilakukan dengan beberapa cara.

Ary H. Gunawan (1996: 135) menyebutkan tentang pengadaan sarana pendidikan dengan empat cara, yaitu: (1) pembelian tanpa lelang atau dengan lelang, (2) membuat sendiri, (3) menerima bantuan atau hibah, dan (4) dengan cara menukar. Tatang M. Amirin dkk (2011: 80) juga mengemukakan hal yang sama yaitu ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pengelola untuk mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan antara lain dengan membeli sendiri, mendapatkan hadiah atau hibah, tukar menukar, dan meminjam. B. Suryosubroto (2004: 116) mengemukakan beberapa cara yang dapat ditempuh dalam pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, yaitu:

1) pembelian dengan biaya pemerintah, 2) pembelian dengan biaya dari SPP, 3) bantuan dari BP3 dan,

4) bantuan dari masyarakat lainnya.

(61)

45

membeli, menyewa, menerima hibah dan menukar bangunan. Untuk pengadaan perlengkapan atau perabot dapat dilakukan dengan jalan membeli. Perabot yang akan dibeli dapat berbentuk yang sudah jadi, atau yang belum jadi. Dalam pengadaan perlengkapan ini juga dapat dilakukan dengan jalan membuat sendiri atau menerima bantuan dari instansi pemerintah, badan-badan swasta, masyarakat, perorangan, dan sebagainya. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana olahraga hendaknya mengikuti beberapa cara pengadaan yaitu: membeli (dengan biaya pemerintah, biaya dari SPP, dan bantuan dari masyarakat lainnya), lelang, membuat sendiri, menerima hibah/menukar, atau meminjam.

c. Penyimpanan

(62)

46

Selain memperlakukan alat dengan baik, menurut Tatang M. Amirin, dkk (2011: 83), peralatan juga harus disimpan dengan prinsip sebagai berikut:

1) aman, alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, alat yang mudah dibawa dan mahal harganya seperti stopwach perlu disimpan pada lemari terkunci. Aman juga tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang,

2) mudah dicari, maksudnya untuk memudahkan mencari letak masing-masing alat, adanya inventaris akan membantu proses pencarian alat, karena terdapat label pada setiap tempat penyimpanan alat,

3) mudah dijangkau, penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti almari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.

H.M. Daryanto (2010: 52) juga mengemukakan beberapa prinsip administrasi penyimpanan peralatan dan perlengkapan pengajaran sekolah.

1) Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat-tempat yang bebas dari faktor-faktor perusak seperti: panas lembab, lapuk, dan serangga.

2) Harus mudah dikerjakan baik untuk menyimpan maupun yang keluar alat.

3) Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan.

4) Semua penyimpanan harus diadministrasikan menurut ketentuan bahwa persediaan lama harus lebih dahulu dipergunakan.

5) Harus diadakan inventarisasi secara berkala.

6) Tanggung jawab untuk pelaksanaan yang tepat dari tiap-tiap penyimpanan harus dirumuskan secara terperinci dan dipahami dengan jelas oleh semua pihak yang berkepentingan.

Menurut Abror Hisyam (1991: 36), cara menyimpan dan mengatur sarana prasana penjasorkes adalah sebagai berikut.

1) Pakaian dan tekstil lainnya hendaknya dilindungi dari air dan kekeringan secepat mungkin, karena basah dalam waktu 24 jam dapat menyebabkan lapuk.

2) Alat-alat berwarna memerlukan perlakuan penting dalam penyimpanan, karena dalam waktu tidak lama (sebentar), banyak warna alami , persunggungan warna-warna yang berlawanan (kontras), terutama apabila basah, dapat menyebabkan warna hilang.

3) Mengontrol suhu ruang tempat penyimpanan dari pabrik.

(63)

47

5) Semua pakaian dilipat rapi atau dibungkus dan disimpan dalam peti atau kotak yang tertutup.

6) Bahan kulit, pelindung kaki, perisai, sarung tangan dan barang-barang lain disimpan di rak, digantung disimpan ditempat yang tingkat keringnya cukup rata.

7) Melindungi dari alat-alat dari bahan plastik menjadi penting karena sifat khususnya tidak boleh kena pukulan dan oli.

8) Melindungi alat-alat olahraga dari karat harus disimpan ditempat yang kering dengan ventilasi yang sesuai dengan suhu dikontrol, untuk perpanjang umur alat-alat dari karet tidak ditaruh dilantai semen atau tidak bersinggungan dengan oli atau lemak.

9) Sesudah alat dari kulit, karet dan plastik sudah dibersihkan beberapa alat dari logam dicat atau dipernis adalah penting untuk disimpan.

10)Bola dari kulit atau karet baik dipompa hendaknya disimpan ditempat yang dingin, tempat penyimpanan harus menghindari dari persinggungan dengan cat, oli atau lemak.

11)Bola yang pompa dikosongkan 1 atau 2 pounds dan bisa disimpan dalam peti khusus.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tempat penyimpanan sarana dan prasarana olahraga biasanya digunakan gudang, almari, rak, peti khusus dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang ada, serta cara penyimpanan disesuaikan dengan kondisi alat-alat olahraga. Tempat penyimpanan alat-alat olahraga sebaiknya diberi daftar nama alat yang ada di dalamnya. Penyimpanan sarana dan prasarana olahraga hendaknya mengikuti prinsip keaamanan, mudah dicari, dan mudah dijangkau.

d. Inventarisasi

(64)

48

berasal dari pemerintah (milik negara) wajib diadakan inventarisasi secara cermat, dengan menggunakan format-format yang telah ditetapkan. Atau mencatat semua barang inventarisasinya di dalam Buku Induk Barang Inventarisasi dan Buku Golongan Barang Inventaris. Buku inventaris ini mencatat semua barang inventaris milik Negara menurut urutan tanggal, sedangkan buku golongan barang inventaris mencatat barang inventaris menurut golongan barang yang telah ditentukan (Eka Prihatin, 2011: 59).

Menurut Ary H. Gunawan (1996: 141), inventarisasi ini dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan pengurusan dan pengawasan yang efektif terhadap barang-barang milik negara (atau swasta), inventarisasi juga memberikan masukan yang berguna untuk efektivitas pengelolaan sarana dan prasarana.

Menurut Ibrahim Bafadal (2004: 55), inventarisasi adalah penyatatan dan penyusunan daftar barang milik Negara secara sistematis, tertib dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan pedoman yang berlaku. Kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan meliputi dua kegiatan yaitu :

1) kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode barang perlengkapan, dan

2) kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan.

(65)

49 1) buku inventaris,

2) buku pembelian, 3) buku penghapusan, dan 4) kartu barang.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana olahraga yang berasal dari barang milik negara hendaknya dilakukan inventarisasi berdasarkan ketentuan-ketentuan dan pedoman yang berlaku. Melalui inventarisasi sarana dan prasarana olahraga akan tercipta ketertiban, penghematan keuangan, serta mempermudah efektivitas pengelolaan.

e. Pendistribusian

(66)

50

seorang anggota staff yang ditunjuk. Kebijaksanaan pendistribusian ini hendaklah ditentukan kepada prinsip efisiensi dan fleksibilitas, maksudnya bila diperlukan sewaktu-waktu segera dapat disediakan.

Ary H. Gunawan (1996: 144) mendefinisikan penyaluran merupakan kegiatan yang menyangkut pemindahan barang tanggung jawab dari instansi/pemegang yang satu kepada pemegang lain. Yaitu mendistribusikan atau kegiatan membagi/mengeluarkan barang sesuai kebutuhan guru/dosen/seksi bagian dalam instansi/sekolah untuk keperluan kegiatan belajar mengajar. Dari uraian di atas dapat diambil garis besar bahwa dalam pendistribusian sarana dan prasarana olahraga hendaknya memiliki dua sistem pendistribusian. Sistem pendistribusian tersebut adalah sistem langsung dan sistem tidak langsung dengan prinsip efisiensi dan fleksibilitas.

f. Penggunaan dan pemanfaatan

Menurut Eka Prihatin (2011: 61), penggunaan/pemakaian sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan tanggung jawab pimpinan lembaga pendidikan tersebut yang bisa dibantu oleh wakil bidang sarana dan prasarana atau petugas yang berkaitan dengan penanganan sarana dan prasarana. Eka Prihatin (2011: 61) menambahkan bahwa yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sarana dan prasarana adalah:

1) penyususnan jadwal penggunaan harus dihindari benturan dengan kelompok lainnya,

2) hendaklah kegiatan-kegiatan pokok sekolah merupakan prioritas pertama,

3) waktu/jadwal penggunaan hendaknya diajukan pada awal tahun,

(67)

51

5) penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah, antara kegiatan intra kurukuler dengan ekstra kurikuler harus jelas.

Ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam menggunakan perlengkapan sekolah yaitu prinsip efektivitas dan efisiensi. Efektif berarti pemakaian laboratorium ditunjuk semata-mata untuk memperlancar proses pembelajaran. Kemudian efisien berarti pemakaian alat atau bahan laboratorium harus dilakukan secara hemat sesuai dengan kegunaan dan hati-hati (Ibrahim Bafadal, 2004: 42)

B. Suryosubroto (2004: 116) menambahkan bahwa dari segi pemakaian (penggunaan) sarana dan perlengkapan dibedakan atas:

1) Barang habis pakai, dan 2) Barang tidak habis pakai.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pemakaian sarana dan prasarana olahraga hendaknya mengikuti prinsip efektifitas dan prinsip efisiensi. Selain itu disertai juga dengan pembuatan jadwal penggunaan sarana dan prasarana olahraga yang baik.

g. Pemeliharaan

(68)

52

mengusahakan agar setiap jenis barang tetap berada dalam keadaan baik dan siap pakai (Tatang M. Amirin dkk, 2011: 83).

Agar setiap barang yang dimiliki sekolah senantiasa dapat berfungsi dan digunakan dengan lancar tanpa banyak menimbulkan gangguan/hambatan, maka barang-barang tersebut perlu dirawat secara baik dan kontinu untuk menghindarkan adanya unsur-unsur pengganggu/perusaknya. Dengan demikian kegiatan rutin untuk mengusahakan agar barang tetap dalam keadaan baik dan berfungsi baik, disebut pemeliharaan atau perawatan. Menurut Ary H. Gunawan (1996: 146), kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan menurut ukuran waktu dan menurut ukuran keadaan barang, yaitu pemeliharaan menurut ukuran waktu dapat dilakukan setiap hari (setiap akan/sesudah memakai) dan secara berkala atau dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk penggunaan, misalnya 2 atau 3 bulan sekali, pemeliharaan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh penanggungjawab atau memanggil tukang/ahli servis untuk melakukannya, atau membawa ke bengkel servis, dan pemeliharaan yang dilakukan menurut keadaan barangnya dilakukan terhadap barang habis pakai dan barang tidak habis pakai, dan pemeliharaan terhadap tanah dan gedung, dilakukan dengan pembersihan, pengecetan, menyapu, mengepel dan sebagainya.

Gambar

Tabel 1. Jenis, Rasio Dan Deskripsi Sarana Dan Prasarana Tempat Bermain/Berolahraga SMP/MTs
Tabel 2. Rasio Minimum Luas Lantai Bangunan terhadap Peserta Didik SMP/MTs.
Tabel 4. Luas Minimum Lahan untuk SMP/MTs yang Memiliki Kurang dari 15 Peserta Didik. Banyak Luas Minimum lahan (m2)
Tabel 5. Prasarana Cabang Olahraga Atletik. Kategori
+7

Referensi

Dokumen terkait

ENI IDAYATI. PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA DI SEKOLAH DASAR NEGERI CEMARA DUA KOTA SURAKARTA. Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini memiliki 5

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan siswa kelas olahraga terhadap sarana dan prasarana pendidikan jasmani di SMP Negeri 3 Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta di

Supardjo, Pengelolaan Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif Sekolah Dasar Negeri III Giriwono Wonogiri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program Kelas Khusus Olahraga (KKO) dalam menanamkan karakter menghargai prestasi dan kerja keras di SMP Negeri 1

Dan dari 11 materi dalam mata pelajaran olahraga terlihat di SMP negeri terlihat yang paling baik memanfaatkan sarana prasarana olahraga adalah materi bola kecil

Pengelolaan Sarana Prasarana ( Studi Situs SMP Negeri 2 Matesih). Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta 2011. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui

Artinya prestasi sekolah di bidang olahraga sangat ketergantungan terhapap dua variabel yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan sarana prasarana pendidikan olahraga, seperti hasil

Dan dari 11 materi dalam mata pelajaran olahraga terlihat di SMP negeri terlihat yang paling lengkap memilki ketersediaan sarana prasarana olahraga adalah materi